• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Teori Penyalahgunaan (Misappropreation Theory) Sebagai Upaya Preventif Bagi Praktik Insider Trading

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Teori Penyalahgunaan (Misappropreation Theory) Sebagai Upaya Preventif Bagi Praktik Insider Trading"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

A. Giysmar, Najib, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,1999.

Anonim, Pasar Modal Indonesia, BO Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia-PT. (Persero) Danareksa, Jakarta, tth.

Anoraga, Pandji dan Widiyanti, Ninik, Pasar Modal, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.

Anwar, Jusuf, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, P.T.Alumni, Bandung, 2008.

________, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, PT.Alumni, Bandung, 2008.

Aristeus, Syprianus, Penegakan Hukum Terhadap Insider Trading Di Pasar Modal dan Upaya Perlindungan Terhadap Investor, Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2011.

Darmadji, Tjiptono dan M. Fakhruddin, Hendy, Pasar Modal di Indonesia,

Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Fakhruddin, M. dan Hadianto, Sopian, Perangkat & Model Analisis Investasi di Pasar Modal, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001.

Fuady, Munir, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

________, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

Hartini, Rahayu, Hukum Komersial, UMM Press, Malang, 2010.

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Fifth edition, West Publishing Company, St.Paul, Minn, 1979.

Katoppo, Aristides, Pasar Modal Indonesia: Retropeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.

M. Balfas, Hamud, Hukum Pasar Modal Indonesia,PT. Tanusa, Jakarta,

2006.

Nasaruddin, M.Irsan (et.al, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana, Jakarta), 2008.

Nasution , Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Pascasarjana, Jakarta, 2001.

Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal,

Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Saliman, Abdul Rasyid, (et.al, Hukum Bisnis untuk Perusahaan : Teori & Contoh Kasus, Kencana, Jakarta), 2008.

Samsul, Mohammad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Airlangga, Jakarta, 2006.

Silondae , Arus Akbar dan B. Ilyas, Wirawan, Pokok-Pokok Hukum Bisnis,

(2)

Sitompul, Azril (et.al, Insider Trading: Kejahatan Di Pasar Modal, Books Terrace & Library, Bandung), 2007.

________, Pasar Modal : Penawaran Umum dan Permasalahannya,

PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Situmorang, M.Paulus, Pengantar Pasar Modal, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

________, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.

Suta, I Putu Gede Ary, Menuju Pasar Modal Modern,Yayasan SAD Satria Bhakti, Jakarta, 2000.

Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.

Tavinayati dan Qamariyanti ,Yulia, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Widoatmodjo, Sawidji, Pasar Modal Indonesia : Pengantar dan Studi Kasus, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.

Yulfasni, Hukum Pasar Modal, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2005. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

Securities Exchange Act of 1934

JURNAL DAN MAKALAH

Ira Hapsari, Tinjauan Hukum dalam Penanganan Insider Trading di Amerika Serikat (Studi Kasus : SEC Vs Rajaratnam), Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

(3)

Bismar Nasution, Fungsi dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Industri Keuangan, disampaikan pada Sosialisasi Peralihan Fungsi Pengawasan Industri Keuangan Kepada Otoritas Jasa Keuangan, bekerja sama dengan Lembaga Pembinaan Hukum Indonesia (Binahukum), Hotel Tiara Medan, tanggal 29 November 2013.

________, Struktur Regulasi Independensi Otoritas Jasa keuangan, disampaikan pada seminar Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 13 November 2013.

Zulkarnain Sitompul, Peralihan Fungsi Pengawasan Industri Keuangan Bank dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disampaikan pada Seminar Sosialisasi Peralihan Fungsi Pengawasan Industri Keuangan Bank dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diselenggarakan oleh Binahukum pada tanggal 29 November 2013 di Medan. Makalah ini pernah diterbitkan pada Jurnal Legislasi Kementerian Hukum dan HAM dengan sedikit revisi.

WEBSITE

diakses tanggal 20 Januari 2014.

MasterPlan Bapepam-LK 2010-2014 versi Bahasa Indonesia,

Randall W. Quinn, The Misappropriation Theory of Insider Trading in the Supreme Court: a (brief) Response to the (Many) Critics of United States v.

O’Hagan,

diakses tanggal 18 Februari 2013.

tanggal 5 Desember 2013.

Diana Kusumasari, Legal Audit,

diakses

tanggal 20 Januari 2014.

Latifah K Wardhani, UU Pasar Modal Lemah Atasi Insider Trading,

m.tribunnews.com/bisnis/2013/08/15/2014-uu-pasar-modal-bakal-direvisi Louis Corrigan, Insider Trading : A Misappropriarted Theory,

diakses tanggal 21 Februari 2014.

(4)

Dwi S Nugraha, Legal Opinion (Pendapat Hukum),

diakses tanggal 20

Januari 2014.

(5)

BAB III

MEKANISME PENGAWASAN PASAR MODAL SERTA PENEGAKAN

HUKUM ATAS PRAKTIK INSIDER TRADING DI INDONESIA A. Perspektif Pengawasan Pasar Modal oleh Otoritas Pasar Modal

Salah satu aspek penting dalam mencegah terjadinya praktik-praktik pelanggaran di pasar modal, khususnya praktik insider trading adalah dengan dilakukannya pengawasan secara ketat oleh otoritas pasar modal. Pengawasan memiliki peranan vital dalam memastikan bahwa suatu organisasi, dalam hal ini organisasi pasar modal yang besar, agar tetap berada pada jalur yang tidak bertentangan dengan visi dan misi industri pasar modal Indonesia. Semakin besar dan kompleks suatu organisasi, maka akan semakin membutuhkan pengawasan, mengingat rentang kendali yang panjang dan sulit untuk dilakukan manusia secara individu.

Setiap pasar, termasuk financial market (pasar uang dan pasar modal), harus memiliki kriteria : adanya fairness, tegaknya hukum, lengkapnya infrastruktur, dan adanya profesionalisme pelaku dan pengawas pasar. Tanpa pengawas sulit dicapai adanya pasar yang efisien dan teratur (effiecient and orderly market). Fungsi market watchdog ini sangat penting mengingat yang bersangkutan bertindak tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai pengawas dan dalam beberapa hal sebagai investigator atau penyidik.111

111

(6)

Betapapun pentingnya pengawasan, jangan sampai pengawasan tersebut menghambat penciptaan pasar modal yang efektif, wajar, dan efisien. Sri Mulyani mengemukakan 4 (empat) aspek penting yang harus mendapat perhatian, yaitu :112

1. Menetapkan standar disclosure dan menjaga agar standar tersebut dipenuhi oleh seluruh perusahaan yang telah dan akan mencatatkan sekuritasnya pada pasar modal;

2. Mengadakan pengawasan dan menjaga peraturan pasar modal termasuk terhadap pelakunya (perusahaan broker dan institusi penunjang lainnya), menetapkan standar transaksi dan praktik-praktik penjualan sekuritas, kebijakan yang mempengaruhi operasi pasar modal, sehingga mekanisme pasar modal yang efisien dapat terjadi dan terjaga;

3. Mengatur dan menjaga perilaku perusahaan investasi;

4. Aspek menjalankan (enforcement) dan pemenuhan (compliance)

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan penyidikan terhadap persoalan yang berpotensi maupun telah melanggar peraturan dalam rangka melindungi kepentingan investor.

Dunia pasar modal memang seperti dua sisi mata uang yaitu return dan

risk. Kemampuan dan kejelian dalam mengelola dua hal tersebut merupakan state of the art tersendiri di dunia investasi.113

112

Pendapat Sri Mulyani dalam Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, ( Bandung : P.T.Alumni, 2008), hlm.173.

113

M. Fakhruddin dan Sopian Hadianto, Perangkat & Model Analisis Investasi di Pasar Modal, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,2001), hlm.2.

(7)

memberikan keputusan atas transaksi-transaksi yang dilakukan dalam rangka mencapai keuntungan. Pasar modal memberikan kesempatan bagi para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.114

Pengawasan merupakan salah satu dari fungsi manajemen sebagai proses kegiatan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan, tugas pokok, dan fungsi suatu organisasi dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kebijakan, instruksi, rencana dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai hal tersebut pengawasan sangatlah perlu.

115

Ragam bentuk pengawasan meliputi : pengawasan/pengendalian, general audit, financial audit, audit operasional, audit manajemen, audit kinerja, audit komprehensif, pemeriksaan serentak, program audit, pemeriksaan kemudian (post audit), audit khusus (special audit) pengawasan aspek strategis, pengawasan sejak tahap perencanaan, pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat.116

Pengawasan dalam rangka pencegahan terhadap praktik insider trading

perlu dilakukan, karena praktik tersebut lebih menonjolkan aspek negatif bagi efisiensi dan keterbukaan pasar dari pada aspek positifnya. Otoritas yang berwenang untuk melakukan pengawasan serta menjalankan fungsi law enforcement di bidang hukum pasar modal adalah Badan Pengawas Pasar Modal

114

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat, 2006), hlm.3.

115

Pendapat Philip L. Defliese dalam Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan..., Op.Cit., hlm.128.

116

(8)

dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), yang sekarang telah berubah wujud menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).117

Pada prinsipnya Bapepam-LK berperan :

118

1. Mengawasi kegiatan perdagangan efek agar tidak menyimpang dari peraturan yang ada, terutama terhadap Undang-Undang Pasar Modal; 2. Melakukan pengujian terhadap semua personil yang menyandang

profesi tertentu di pasar modal, seperti pialang, manajer investasi, penasihat investasi, dan yang lainnya.

Mengikuti perkembangan zaman, banyak negara-negara yang mengintegrasikan sistem pengawasan industri keuangannya ke dalam satu rumah seperti negara Inggris, Australia, Jepang dan Korea Selatan. Tak ketinggalan juga Indonesia, keinginan untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan pengawasan sektor jasa keuangan ke dalam satu lembaga (single supervisory agency) ternyata bukanlah hanya keinginan semu semata. Hal ini adalah wajar, mengingat landasan keinginan pengintegrasian pengawasan industri keuangan ke satu lembaga ini setidaknya dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor. Faktor pertama lebih mengarah kepada kondisi eksternal yang tidak dapat dihindari seperti semakin terintegrasinya industri keuangan dunia yang berefek besar bagi perubahan arah kiblat ekonomi yang dicontoh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Faktor kedua, adalah keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

117

Industri Pasar Modal Indonesia pada awalnya diawasi oleh Bapepam-LK, namun telah beralih ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan amanat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang mulai berlaku efektif sejak 31 Desember 2012.

118

(9)

Bank Indonesia yang diundangkan tanggal 17 Mei 1999, khususnya Pasal 34 dari Undang-Undang tersebut.

Memperhatikan muatan dalam Pasal 34 Undang-Undang Bank Indonesia beserta penjelasan119nya tersebut, setidaknya ada 3 (tiga) karakteristik yang melekat dan harus diperhatikan dalam membentuk Lembaga Pengawas/Otoritas Sektor Jasa Keuangan (LPJK/OJK), yakni :120

1. Independensi dari LPJK (selanjutnya berarti LPJK/OJK); 2. Pembentukannya didasarkan oleh Undang-Undang;

3. Lingkup pengawasannya meliputi bank dan perusahaan-perusahaan jasa keuangan lainnya termasuk pasar modal.

Independensi lembaga pengawas berarti lepasnya pengawasan pasar modal dari pengaruh maupun intervensi Pemerintah. Lembaga Pengawas Pasar Modal harus dapat menjalankan fungsinya dengan objektif jauh dari tekanan politik maupun kepentingan pihak ketiga lainnya. Merupakan darah dan daging setiap Lembaga Pengawas Pasar Modal bahwa tujuan utama lembaga pengawas adalah melindungi kepentingan publik para pemodal. Sebagai contoh, adalah semboyan SEC (Securities Exchange Comission di USA) yang menyatakan bahwa “We are the advocate of the investors”.

Lebih lanjut mengenai independensi di atas, bahwa kedudukan lembaga tersebut berada di luar pemerintah dan mempunyai kewajiban untuk

119

Dalam penjelasan Pasal 34 ayat (2) dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan bahwa pengalihan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dilakukan secara bertahap setelah dipenuhinya syarat-syarat yang meliputi infrastruktur, anggaran, personalia, struktur organisasi, sistem informasi, sistem dokumentasi, dan berbagai peraturan pelaksana berupa perangkat hukum serta dilaporkan kepada DPR.

120

(10)

menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Adapun independensi otoritas pasar modal sangat diperlukan agar perangkat hukum yang ada dapat ditegakkan secara benar. Independensi merupakan syarat mutlak bagi lahirnya keputusan-keputusan yang adil dalam kerangka perlindungan investor dan kepastian hukum di dalam setiap proses penegakan hukum di pasar modal agar dapat mendukung penerapan prinsip equal treatment bagi setiap pihak. Dalam pasar modal juga diperlukan kemampuan penguasaan hukum pasar modal yang disertai dengan keahlian dalam bidang pemeriksaan dan penyidikan pasar modal.121

Memperhatikan pemikiran yang melandasi keinginan menciptakan OJK sebagaimana tercantum di dalam Undang-Undang Bank Indonesia, khusunya pasal 34 beserta penjelasannya, setidaknya ada 6 (enam) tujuan utama dari pembentukan lembaga tersebut, yakni:

122

1. Mengintegrasikan seluruh kegiatan pengawasan di bawah satu payung;

2. Meningkatkan independensi lembaga pengawasan; 3. Meningkatkan perlindungan terhadap investor;

4. Meningkatkan kepercayaan terhadap pasar (Market Confidence); 5. Meningkatkan pemahaman publik (Public Awareness);

6. Menekan tingkat pelanggaran dan kejahatan di bidang jasa keuangan.

121

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op.Cit, hlm.89. 122

(11)

Meskipun demikian, harus dipahami pula bahwa penggabungan tersebut berpotensi membawa beberapa konsekuensi berikut :123

1. Harus dilakukannya penyempurnaan dan penyesuaian struktur kelembagaan;

2. Penyempurnaan dan penyesuaian peraturan perundang-undangan (tak terkecuali Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal);

3. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

Dalam suatu masyarakat yang secara sistem empiris telah teruji sehingga penyatuan sistem pengawasan yang terpisah dapat dilakukan melalui penciptaan garis pemisah yang kuat antar sektor. Pemikiran bahwa pemisahan lembaga pengawas pasar modal dari sektor jasa keuangan lain disebabkan:124

1. Banyak potensi konflik karena sifat hakikatnya berbeda antara pasar modal dan pasar uang dan sektor jasa keuangan lain;

2. Relatif lebih cepatnya proses perubahan UUPM menjadi suatu lembaga yang independen tanpa harus menunggu kesiapan sektor lain yang tidak pula kalah rumitnya;

3. Kurangnya sifat independen apabila pengawasan pasar modal digabungkan dengan sektor jasa keuangan lain khususnya, apabila terjadi benturan kepentingan antar sektor. Manajemen OJK dihadapkan pada suatu pilihan yang tidak mudah;

123

Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan...,Op.Cit., hlm.193-194. 124

(12)

4. Lingkup manajemen (span of management contro) lembaga pengawas akan lebih sempit dan mempermudah pengawasan melekat;

5. Masyarakat profesional dalam industri sekuritas akan menuju ke arah spesialisasi keahlian. Suatu keadaan yang diperlukan dalam menuju arah dunia tanpa batas dan tanpa sambungan (borderless and seamless economies). Dalam hal ini dapat tercipta suatu tingkat daya (competitive advantages) dalam membendung dikuasainya jasa profesional oleh tenaga asing.

Fungsi OJK sebagai badan regulator adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan (audit) yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor pasar modal. Keberadaan OJK sebagai regulator tersebut harus dapat melakukan fungsi pengawasan untuk mengendalikan penyalahgunaan pasar (market abuses) dengan mencegah tindakan-tindakan perusahaan dan konsumen di dalam sektor pasar modal yang berpotensi merugikan kepentingan perusahaan dan investor dari keseluruhan kegiatan di dalam sektor pasar modal. Seperti keterbukaan yang melanggar hukum dan keterbukaan yang tidak sah dan tentunya praktik insider trading dan money loundering.

Secara umum, regulasi atau peraturan OJK itu harus meliputi beberapa sasaran, yaitu sebagai berikut :125

1. Melindungi investor untuk membangun kepercayaan terhadap pasar. 2. Memastikan bahwa pasar yang terbentuk adalah pasar yang fair,

efisien, dan transparan.

125

(13)

3. Mengurangi risiko sistemik.

4. Melindungi pasar modal dari kejahatan dan pelanggaran.

Bapepam yang telah berubah wujud menjadi OJK, dalam rangka pelaksanaan pengawasan industri pasar modal, memiliki fungsi :126

1. Preventif, yakni dengan membentuk aturan main yang jelas, membuat pedoman, bimbingan dan pengarahan;dan

2. Represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.

Menurut Pasal 3 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, disebutkan bahwa Bapepam melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan pasar modal sehari-hari. Dalam Pasal 4 disebutkan bahwa pembinaan, pengaturan, dan pengawasan bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi pemodal dan masyarakat.

Tugas Bapepam sebagai badan sebagai pengawas dan pembina pasar modal adalah dalam rangka menciptakan pasar modal yang teratur, efisien dan wajar dimana para pelakunya bekerja secara profesional, informasi tersebar secara merata dikalangan investor, dan dapat dihindari praktik-praktik yang tercela seperti insider trading dan perdagangan semu. Bapepam berwenang memantau pasar agar dapat dideteksi kemungkinan adanya aktivitas yang bersifat

126

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global

(14)

manipulatif, serta berwenang untuk mengeluarkan perintah penghentian bagi setiap yang melakukan pelanggaran di bidang pasar modal.127

Secara operasional, Bapepam diberi kewenangan dan kewajiban untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk aturan, pedoman, pembimbingan, dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.

128

Kewenangan Bapepam yang diberikan oleh Undang-Undang Pasar Modal dijabarkan secara lebih rinci dalam beberapa Peraturan Pelaksana, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Bapepam sebagai lembaga pengawas, memiliki kewenagan luas antara lain wewenang memberikan izin, wewenang melakukan pemeriksaan dan penyidikan bagi pihak yang melakukan pelanggaran, wewenang menghentikan transaksi bursa. Kewenangan itu tiada lain untuk menjaga integritas pasar modal dalam mewujudkan pasar modal yang efisien, wajar dan teratur. Untuk mewujudkan mekanisme pasar yang demikian, Bapepam hendaknya melakukan pembinaan. Berdasarkan data yang ada, secara rutin Bapepam telah melakukan berbagai forum baik yang bersifat sosialisasi peraturan perundang-undangan, maupun kegiatan lain yang sifatnya memberikan informasi berkaitan dengan pasar modal.

127

M.Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta : Mitra Wacana Media,2008), hlm.33.

128

(15)

Pasar Modal, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal, Keputusan Menteri Keuangan No.646/KMK.01/1995 tentang Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing, Keputusan Menteri Keuangan No.455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing dan Keputusan Menteri Keuangan No. 179/KMK.010/2003 tentang Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek.

Bapepam juga berperan dalam menciptakan mekanisme perdagangan yang bersih. Hal ini dimaksudkan agar praktik perdagangan semu yang bertujuan memanipulasi tata kerja mekanisme pasar dapat dihindari. Caranya adalah dengan mengembangkan suatu transaksi yang berjalan dengan wajar, cepat dan tepat.

Untuk melaksanakan fungsinya secara efektif, Bapepam dilengkapi dengan struktur organisasi yang lebih lengkap sesuai dengan karakteristik dari industri yang diawasinya. Kebijakan terakhir yang terkait dengan hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan No.466/KMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Keuangan No.131 tanggal 22 Desember 2006, yang didalamnya disebutkan 13 unit kerja eselon 2 di lingkungan Bapepam sebagai berikut :129

1. Sekretariat Badan;

2. Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum; 3. Biro Riset dan Teknologi Informasi;

4. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan;

129

(16)

5. Biro Pengelolaan Investasi;

6. Biro Transaksi dan Lembaga Efek;

7. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa; 8. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil; 9. Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan;

10. Biro Kepatuhan Internal;

11. Biro Pembiayaan dan Penjaminan; 12. Biro Perasuransian;

13. Biro Dana Pensiun.

Adapun hubungannya dengan emiten, karena Bapepam merupakan pintu gerbang bagi masuknya efek ke masyarakat, maka emiten harus bisa meyakinkan Bapepam bahwa perusahaan yang akan dijual ke masyarakat adalah perusahaan yang sehat dan bisa memberikan keuntungan bagi investor .130

Dalam rangka meningkatkan kualitas pengawasan, program Master Plan

Bapepam-LK tahun 2010-2014, mulai menerapkan beberapa program penting untuk dilaksanakan. Program-program tersebut antara lain :

131

1. Mengembangkan Penerapan Pengawasan Berbasis Risiko

Beberapa tahun terakhir pendekatan pengawasan telah beralih dari pengawasan berbasis kepatuhan (compliance-based supervision)

menjadi pengawasan berbasis risiko (risk-based supervision). Pendekatan pengawasan berbasis risiko telah diterapkan dan akan

130

Sawidji Widoatmodjo, Op.Cit., hlm.34.

131

MasterPlan Bapepam-LK 2010-2014 versi Bahasa Indonesia,

(17)

terus dikembangkan untuk industri dana pensiun, industri asuransi, industri Efek serta Emiten. Selanjutnya pengawasan berbasis risiko ini akan diterapkan pada semua pihak di bawah pengawasan Bapepam-LK.

Dengan demikian setiap pihak yang berada pada area yang memerlukan pengawasan, akan diawasi lebih intensif, sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan lebih fokus dan regulator dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien. Dalam 5 (lima) tahun ke depan, sarana dan prasarana pendukung pengawasan berbasis risiko direncanakan akan terus dikembangkan sesuai kebutuhan dan perkembangan industri.

2. Mengembangkan Identitas Tunggal bagi Investor (Single Investor Identity/ SID)

(18)

Ke depan seluruh investor di pasar modal Indonesia wajib untuk memiliki identitas tunggal ini. Identitas ini kemudian akan digunakan dalam proses perdagangan di bursa, mulai dari tahapan input pesanan

(order entry) sampai dengan penyelesaian. SID ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi regulator baik Bapepam-LK maupun SROs dalam menjalankan fungsinya untuk melindungi investor. Selain itu, identitas tunggal ini dapat digunakan oleh investor untuk mengakses fasilitas investor area, sehingga investor dapat memantau pergerakan Efeknya setiap saat.

3. Mengembangkan dan Memanfaatkan Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) atas Risiko Transaksi Efek dan Aktivitas Manipulasi Pasar dan Insider Trading.

Peningkatan nilai transaksi perdagangan di bursa dan beragamnya produk pasar modal berdampak pada semakin meningkatnya kompleksitas transaksi yang dilakukan. Kompleksitas tersebut menuntut pengawasan yang efektif dan efisien. Sistem pengawasan yang berlaku saat ini merupakan pengawasan yang dilakukan secara manual dan sistem pengawasan tersebut dirasa tidak lagi mampu mengoptimalkan pengawasan yang dilakukan atas transaksi yang semakin kompleks. Pengembangan sistem pengawasan secara elektronik menjadi solusi yang sangat diperlukan.

(19)

dengan database seluruh pelaku pasar. Dengan integrasi data, diharapkan pengawasan atas transaksi saham dapat berjalan lebih efektif dan efisien, sehingga mampu mendeteksi lebih dini dugaan pelanggaran yang mungkin terjadi.

Akuntan dan Penilai sebagai profesi penunjang serta Lembaga Pemeringkat Efek mendapatkan kepercayaan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan peran masing-masing dalam rangka pemenuhan prinsip keterbukaan (disclosure principles) oleh Emiten/ Perusahaan Publik dan untuk melindungi kepentingan pemodal serta masyarakat secara umum di pasar modal. Akuntan memberikan quality assurance atas laporan keuangan yang diterbitkan Emiten/ Perusahaan Publik. Penilai memberikan penilaian wajar atas nilai suatu aset, properti, dan usaha dalam rangka transaksi atau pelaporan keuangan dan memberikan pendapat kewajaran atas aksi korporasi.

Sementara itu, Pemeringkat Efek melaksanakan evaluasi dan memberikan pendapat secara independent terhadap risiko kredit secara relatif atas efek bersifat utang atau suatu perusahaan. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pekerjaan profesi Akuntan dan Penilai serta Lembaga Pemeringkat Efek, maka dalam 5 (lima) tahun ke depan fokus pengawasan ditujukan kepada pihak-pihak tersebut. Agar pelaksanaan pengawasan dapat berjalan lebih optimal, Bapepam-LK akan mengembangkan kapasitas pemeriksaan baik melalui peningkatan kapasitas SDM maupun penyempurnaan struktur organisasi.

(20)

lembaga pembina dan pengawas pasar modal. Dengan adanya Undang-Undang Pasar Modal, dilakukan pemisahan atas kedua fungsi tersebut. Bapepam hanya berfungsi sebagai pembina dan pengawas pasar modal, sedangkan penyelenggara bursa dilakukan oleh bursa yang merupakan lembaga yang bersifat swasta. Pemisahan dua tugas tersebut dimaksudkan agar Bapepam dapat lebih efektif dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pasar modal.

Ada 4 bentuk utama aktifitas regulator di pasar modal yakni :132 1. Kehatian-hatian (prudential);

2. Melindungi (protective);

3. Organisasi (organizational);

4. Struktural (structural).

Regulator Pasar Modal Indonesia telah melaksanakan elemen diatas yang telah dituangkan dalam Rancangan Pembaharuan Undang-Undang Pasar Modal. Masalah kehati-hatian dapat dilihat dari persyaratan kelayakan modal bagi lembaga intermediari di pasar modal dengan melengkapi sistem monitoring dan unit penegakan hukumnya. Sementara, untuk untuk elemen melindungi antara lain dicerminkan dengan meneruskan kerangka hubungan antar pemain pasar dan para nasabahnya, antar pemodal kecil dan pemodal besar. Masalah keterbukaan adalah hal yang paling ditekankan dalam hubungan bentuk dan tanggung jawab fiduciary duty.

Sri Mulyani berpendapat bahwa dalam upaya menjalankan fungsi pengawasan yang efisien dan efektif, badan pengawas sekuritas harus memiliki

132

(21)

kelengkapan yang baik secara institusional (kedudukan, dan perangkat kelembagaan), peraturan yang dijalankan maupun yang mendasari, proses judisial yang mendukung maupun sumber daya manusia yang menjalankan badan tersebut.133

Juga pengawasan terhadap praktek transaksi efek di bursa tidak dapat hanya mengandalkan adanya laporan dari pihak emiten, baik berupa laporan bulanan, triwulan, enam bulan dan laporan tahunan. Hal ini disebabkan oleh dinamika perkembangan trasaksi efek yang begitu cepat dan nilai kapitalisasinya sangat besar.

Kelengkapan institusional meliputi landasan hukum dan kedudukan badan pengawas yang harus independen yang pengangkatan anggota komisioner (direktur) maupun pimpinannya untuk setiap periode dilakukan oleh presiden dan atas persetujuan parlemen, serta pertanggungjawaban lembaga juga disampaikan kepada presiden (wapres pada SEC di Amerika Serikat) dan parlemen.

134

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi sebagai badan pengawas terhadap kegiatan terhadap pasar modal, Bapepam perlu diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan135

133

Pendapat Sri Mulyani dalam Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan...,Op.Cit., hlm.147.

134

Najib A. Giysmar, Op.Cit., hlm.45. 135

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal, bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, serta mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

(22)

Peraturan Pelaksananya. Dengan kewenangan ini, Bapepam dapat mengumpulkan data, informasi, dan atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan atau Peraturan Pelaksananya.

Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:136

1. Adanya laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari pihak tentang adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

2. Tidak dipenuhinya kewajiban yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan, atau pendaftaran dari pihak Bapepam atau pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam; atau

3. Terdapat petunjuk terjadinya pelanggaran atas perundang-undangan di bidang pasar modal.

B. Penegakan Hukum atas Praktik Insider Trading

Penegakan hukum di pasar modal merupakan bagian terpenting dalam rangka melahirkan industri pasar modal yang efisien, transparan, dan terpercaya bagi setiap pihak yang melakukan kegiatan investasi di dalamnya. Penegakan hukum merupakan alat untuk menghasilkan kepastian dan perlindungan hukum bagi investor, pemodal, maupun pihak-pihak lain di pasar modal. Kepastian dan perlindungan hukum menjadi barometer untuk menghasilkan kepercayaan

136

(23)

masyarakat (market confidence) sehingga dapat membangun public trust yang menjadi ukuran hidup matinya pasar itu sendiri.

Proses penegakan hukum memiliki keterkaitan dengan bangunan hukum yang ada dalam industri pasar modal yaitu bangunan hukum yang harus mengacu kepada tiga prinsip utama, yaitu :137

1. The protection on investors;

2. Ensuring that market is fair, efficient and transparant;

3. The reduction of systemic risk.

Bapepam-LK, sekarang OJK, memiliki kewajiban untuk menjalankan tiga prinsip tersebut. Bapepam bertugas dan berfungsi sebagai ujung tombak dan front terdepan dalam menegakkan hukum pasar modal. Maksud penegakan hukum di sini adalah memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran rambu-rambu hukum di bidang pasar modal yang dilakukan oleh para pelaku pasar modal terkait, baik berupa sanksi adminitratif, perdata maupun pidana yang berkualifikasi pelanggaran atau kejahatan.

Program Master Plan Bapepam-LK tahun 2010-2014 juga telah memasukkan beberapa strategi penting dalam rangka memaksimalkan penegakan hukum dalam industri pasar modal, diantaranya sebagai berikut138

1. Menambah Kualitas Penegak Hukum

:

137

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op.Cit., hlm.89. 138

MasterPlan Bapepam-LK 2010-2014 versi Bahasa Indonesia,

(24)

Program-program yang telah disusun untuk mencapai goal dari strategi pertama ini, yakni dengan :

a. Menambah kewenangan terkait dengan fungsi penegakan hukum untuk mendapatkan informasi yang penting;

b. Penyempurnaan rumusan ketentuan pidana dan sanksi yang lebih tegas;

c. Menambah kewenangan dalam kerangka mendorong efektivitas koordinasi antar aparat penegak hukum baik di dalam maupun di luar negeri;

d. Mengembangkan kemampuan intelijen pasar modal.

2. Melakukan Harmonisasi Regulasi Antar Industri dan Pemenuhan Standar Internasional

Program-programnya antara lain :

a. Menyusun peraturan yang menumbuhkan sinergi antar industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank;

b. Mengembangkan dan Menyusun Peraturan Sesuai Dengan Standar/Praktik Internasional;

3. Menyusun Regulasi Berdasarkan Kebutuhan dan Pengembangan Industri

Program-programnya antara lain :

a. Mendorong partisipasi pelaku industri dalam proses penyusunan peraturan;

(25)

4. Meningkatkan Kualitas Transparansi Informasi Keuangan Pelaku Industri Pasar Modal dan LKNB

Program-programnya antara lain :

a. Mendukung konvergensi standar akuntansi;

b. Menyempurnakan/menerbitkan regulasi di bidang akuntansi sesuai dengan standar internasional;

c. Mengembangkan pedoman akuntansi pelaku pasar modal dan LKNB;

Bapepam-LK dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hukum di pasar modal mempunyai kewenangan-kewenangan baik sebagai lembaga banding, sebagai pemeriksaan dan penyidik, sebagai wahana penyelesaian atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap undang-undang pasar modal, dan dapat pula bertindak sebagai penengah apabila ada persilisihan anggota bursa.

Meski penegakan hukum (law enforcement) terhadap praktik insider trading yang tergolong merupakan tindak kejahatan white colar crime139

139

Istilah White Colar Crime (WCC) dilontarkan di Amerika Serikat dalam tahun 1939, dengan batasan : “ Suatu pelanggaran hukum pidana oleh seorang dari kepala sosial-ekonomi, atas, dalam pelaksanaan kegiatan jabatanny”.Rumusan pengertian WCC tersebut kemudian ditambah dengan unsur “ Penyalahgunaan Kepercayaan” (violation of trust). Yang dimaksud dengan kepercayaan ini adalah yang diberikan masyarakat. Suatu perusahaan dianggap telah menerima kepercayaan masyarakat, untuk melakukan kegiatannya (dalam bidang perekonomian) secara jujur dan beritikad baik.

(26)

Banyak pihak yang berpendapat bahwa mengusut kasus insider trading

adalah pekerjaan yang sulit mengingat susahnya proses pembuktian oleh para penyidik. Juga sulitnya menentukan pihak mana saja yang dapat dikatakan sebagai pihak yang telah melakukan insider trading dan juga perdagangan di pasar modal dibuktikan dengan sistem elektronik.140

1. Surveillance (pengawasan)

Untuk mempermudah melakukan pembuktian, Bapepam harus dengan konsisten melakukan pencatatan secara benar atas transaksi dan pelaku transaksi oleh perusahaan efek sehingga akan sangat membantu tersingkapnya pelaku atas kejahatan dalam kegiatan pasar modal. Dengan mempergunakan catatan yang ada penyidik dapat melacak darimana asal transaksi tersebut, siapa pelakunya, hubungan apa yang ada diantara pelaku transaksi dengan efek yang ditransaksikannya serta motif apa yang ada di belakang transaksi tersebut.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi praktik insider trading

ini, sebagai bahan perbandingan, hukum pasar modal Amerika dan Jepang memberikan beberapa teori dalam rangka mendeteksi praktik insider trading ini secara dini :

Mendeteksi insider trading berdasarkan metode ini adalah dengan cara melakukan penelitian (pemeriksaan) ke belakang dari bukti perdagangan efek yang tidak sah secara tidak langsung. Alat pengawasan pasar secara elektronik adalah sangat mudah untuk dapat mengetahui cara cepat volume perdagangan, sehingga dapat

140

(27)

menyimpulkan secara kuat atau pasti sebahwa seseorang telah melakukan perdagangan berdasarkan pengetahuan informasi yang berharga atau sensitif.141

141

Najib A. Giysmar, Op.Cit., hlm.48.

Business week, misalnya telah melaporkan dalam artikelnya mengenai penyelidikan yang dilakukan Pacific Stock Exchange dan SEC terhadap perdagangan call option pada saham American Broadcasting Company. Pada minggu sebelum diumumkannya akuisisi oleh Capital Cities Communication Inc. Harga saham naik sampai 42%, kenaikan harga tersebut luar biasa baik dalam volume perdagangan maupun harga berbagai macam ABC call option.

Sementara itu tidak seorangpun dari yang membeli call option

tersebut mengetahui adanya informasi mengenai merger, aktifitas perdagangan tersebut sebenarnya tidak dapat dijelaskan sampai terjadinya insider trading.

(28)

2. Bounties (Hadiah).

Kongres Amerika pada pembuatan undang-undang baru tentang

insider trading menambahkan ketentuan agar SEC atau Departemen Kehakiman memberikan penghargaan kepada seseorang atau beberapa orang yang memberikan informasi, yang pembayarannya dibebankan dari 10% hukuman atau denda dari pelakunya. Ketentuan baru sebagaimana terdapat dalam Pasal 21 A(e) Securities Exchange Act of 1984, merupakan suatu kebulatan tekad yang dilakukan semata-mata merupakan kebijakan administratif dan bukan persoalan pokok pada

judicial review. Bagaimanapun juga, maksud pemberian hadiah tersebut kepada karyawan perusahaan sekuritas adalah merupakan perkecualian dan bukan merupakan suatu peraturan.

Jepang mengadakan beberapa pengembangan dalam peraturan mengenai insider trading, hal tersebut dilakukan karena adanya kecenderungan internasional yang mengawasi secara teliti terhadap

insider trading. The Securities Dealer Association of Japan

melakukan adopsi beberapa ketentuan baru dalam praktek yang fair

yaitu :142

a. Seseorang sebagai anggota perusahaan harus mencoba untuk mencegah pegawai atau pemegang saham utama perusahaan dari penjualan atau perdagangan saham perusahaan dengan mempergunakan informasi khusus karena posisinya;

142

(29)

b. Anggota perusahaan harus mempunyai peraturan di dalam perusahaanya yang melawan insider trading dan memastikan karyawan mengikutinya;

c. Perusahaan sekuritas diwajibkan mengadakan sistem kartu baru, yang mana kartu tersebut dapat mengklasifikasikan orang dalam seperti direktur perusahaan, suami atau istrinya, dan famili, pemegang saham utama, afiliasi perusahaan dan lain-lain serta memperlihatkannya pada kartu informasi. Staf perusahaan diharapkan mempergunakan sistem tersebut dalam mencegah

insider trading.

Di Indonesia, pencegahan praktik insider trading dilakukan dengan cara menegakkan secara tegas ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Pasar Modal dan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Kedua undang-undang tersebut diharapkan dapat mengantisipasi praktik insider trading, meskipun sampai saat ini belum dipergunakan secara maksimal.

Pengaturan dari segi hukum terhadap insider trading dan perlindungan terhadap investor beli maupun jual di lantai bursa baik di Amerika, Canada, Jepang, Singapore, Australia, Belanda dan Prancis serta negara lainnya termasuk Indonesia adalah untuk menciptakan mekanisme transaksi efek yang efisien dan

fair dari segala aspeknya.

(30)

1. Melipatgandakan beratnya sanksi-sanksi hukum dibandingkan dengan apa yang terdapat dalam Undang-Undang Pasar Modal sebelumnya, terutama sanksi pidananya, yakni dengan ancaman pidana yang bervariasi, dari ancaman 10 tahun penjara (Pasal 104143 dan Pasal 106 ayat 1144), kemudian 5 tahun penjara (Pasal 103 ayat (1)145), 3 tahun penjara (Pasal 106 ayat (2)146 dan Pasal 107147), dan 1 tahun kurungan (Pasal 103 ayat (2)148, Pasal 105149, Pasal 108150 dan Pasal 109151

143

Pasal 104UUPM: Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

144

Pasal 106 ayat (1) UUPM: Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

145

Pasal 103 ayat (1) UUPM Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50, dan Pasal 64 diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

146

Pasal 106 ayat (2) UUPM : Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

147 Pasal 107 UUPM : Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau

merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

148

Pasal 103 ayat (2) UUPM : Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

149

Pasal 105 UUPM : Manajer Investasi dan atau Pihak terafiliasinya yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

150 Pasal 108 UUPM : Ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan denda

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107 berlaku pula bagi Pihak yang, baik langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pelanggaran Pasal-Pasal dimaksud.

151

Pasal 109 UUPM : Setiap Pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(31)

2. Melipatgandakan dan memperluas kewenangan Bapepam sebagai ujung tombak penerapan sanksi-sanksi pidana ini. Bahkan oleh undang-undang, Bapepam diberi kewenangan menyidik yang merupakan satuan polisi khusus (polsus).

Untuk dapat meningkatkan efektivitas penegakan peraturan tersebut, maka dalam Rancangan Perubahan Undang-Undang Pasar Modal akan ditegaskan beberapa ketentuan sebagai berikut :152

1. Penambahan kewenangan Bapepam seperti mewajibkan pihak tertentu mengungkapkan kepemilikan Efeknya, melarang pihak tertentu melakukan kegiatan secara langsung maupun tidak langsung di bidang pasar modal, mewajibkan pihak tertentu melakukan tindakan tertentu dan melakukan kerjasama dengan otoritas pasar modal di negara lain dan atau pihak lain.

2. Untuk mengantisipasi kejahatan dan pelanggaran yang terjadi di industri pasar modal, maka dalam Rancangan Perubahan Undang-Undang Pasar Modal, maka diperlukan ketentuan baru antara lain: a. Penambahan jenis sanksi administratif berupa pembekuan atau

pembatalan hak dan manfaat atas efek;

b. Sanksi pidana berupa denda atas tindak pidana yang dilakukan korporasi;

152

(32)

c. Sanksi pidana bagi perusahaan efek, penasihat investasi atau pihak terafiliasinya yang memberikan keterangan mengenai nama dan kegiatan nasabah tanpa hak;

d. Sanksi pidana bagi penyidik, yang memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi yang diperoleh tanpa hak.

Sementara itu, penegakan hukum di bidang administrasi tentu dapat pula dilakukan terutama oleh Bapepam, tetapi terbatas dengan pihak-pihak yang terkait dengan Bapepam. Misalnya terhadap pihak profesional yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, seperti notaris, konsultan hukum, akuntan, dan lain-lain. Kemudian juga terhadap pihak yang mempunyai hubungan bisnis tertentu di pasar modal seperti perusahaan efek, atau pihak manapun yang ikut berkecimpung di pasar modal tetapi terlibat dalam perbuatan insider trading. Mereka dapat dijatuhkan tindakan disiplin, seperti pencabutan surat-surat izin misalnya.153

Undang-Undang Pasar Modal memberikan wewenang kepada Bapepam-LK berdasarkan Pasal 102 ayat (1)154

153

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global, Op.Cit., hlm.183.

154

Pasal 102 ayat (1) UUPM : Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.

(33)

memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. Ketentuan ini juga berlaku bagi direktur, komisaris, dan setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya lima persen saham Emiten atau Perusahaan Publik.155

Bentuk-bentuk sanksi administratif di pasar modal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal ada 7 (tujuh) jenis, yaitu:156

1. Peringatan tertulis;

2. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; 3. Pembatasan kegiatan usaha;

4. Pembekuan kegiatan usaha; 5. Pencabutan izin usaha; 6. Pembatalan persetujuan; dan 7. Pembatalan pendaftaran.

Sanksi administrasi umumnya dijatuhkan kepada pelaku pasar modal yang telah melakukan keterlambatan dalam memberikan laporan, sedangkan sanksi pidana diberikan kepada pelaku pasar modal yang telah melakukan penipuan, manipulasi pasar, dan insider trading. Dapat dikatakan bahwa pemberian sanksi yang disebutkan dalam suatu undang-undang tiada lain adalah untuk memberikan terapi kepada pelaku untuk melaksanakan peraturan itu dengan efektif.157

Disamping penegakan hukum pidana dan administrasi, penegakan hukum di bidang perdata juga memegang peranan penting untuk mencegah terjadinya praktik insider trading. Tentunya pihak yang dirugikan secara perdata dapat

155

Penjelasan Pasal 102 UUPM jo. Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

156

Pasal 102 ayat (2) UUPM. 157

(34)

melakukan gugatan ke pengadilan yang berwenang. Maka dalam hal ini, peranan hakim sangat menentukan untuk melakukan terobosan-terobosan, terutama dalam hal penafsiran terhadap Pasal 1365 KUHPerdata yang lebih fleksibel. Sebab, Pasal 1365 inilah yang paling dapat dipakai untuk menggugat para pelaku insider trading, paling tidak untuk menghindari beban kerugian yang ditanggung oleh pihak yang dirugikan karena adanya insider trading tersebut.

Di antara sanksi hukum di atas, penerapan sanksi hukum perdata lebih berkembang. Alasan penerapan sanksi hukum perdata berkaitan dengan pendapat Bary A.K. Rider yang menekankan bahwa penerapan hukum perdata (civil enforcement) memiliki potensi yang lebih besar untuk diperlakukan secara internasional. Oleh karena, telah diterima dan sesungguhnya merupakan suatu prinsip dasar hukum internasional, bahwa suatu negara tidak akan memperlakukan hukum pidana negara lain.158

Pendapay Barry A.K. Rider tersebut memang lebih bisa diterima jika terkait dengan penegakan hukum atas praktik insider trading di dunia internasional, namun kenyataanya di dalam negeri, yakni di Indonesia, penegakan hukum perdata atas praktik insider trading memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

159

1. Sulitnya membuktikan secara perdata telah terjadinya insider trading;

2. Kurang prediktifnya keputusan pengadilan; 3. Waktu yang lama dan biaya yang besar;

158

Pendapat Barry A.K. Rider dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit.,hlm.175.

159

(35)

4. Tidak menjerakan si pelaku berhubung tidak tersedianya aturan yang membolehkan penerapan double atau triple damages.

Selanjutnya, dalam Pasal 100 Undang-Undang Pasar Modal dinyatakan bahwa Bapepam berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksananya.

Berhubung pelanggaran yang terjadi di pasar modal sangat beragam dari segi jenis, modus operandi, atau kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Oleh karena itu, Bapepam diberikan wewenang untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskannya ke tahap penyidikan160 berdasarkan pertimbangan tersebut.161

Kewenangan penyidik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pasar Modal:162

1. Penyidik mempunyai wewenang untuk menerima laporan, pemberitahuan, dan pengaduan adanya tindak pidana di bidang pasar modal, meneliti kebenaran laporan, meneliti pihak yang diduga terlibat, memanggil, memeriksa, meminta keterangan dan barang bukti, memeriksa pembukuan, catatan dan dokumen, memeriksa tempat yang diduga terdapatnya barang bukti serta melakukan penyitaan, memblokir rekening pihak yang diduga terlibat;

160

Penyidikan di bidang pasar modal adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga dapat membuat terang tentang tindak kejahatan di bidang pasar modal yang terjadi, menemukan tersangka serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkan.

161

M.Irsan Nasaruddin (et.al), Op.Cit., hlm.119. 162

(36)

2. Melakukan penggeledahan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan penyidikan. Penyidik melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang. Lebih lanjut ditentukan bahwa yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penggeledahan di tempat tertentu adalah penyidik dengan tembusan kepada Ketua Bapepam dan Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan. Sebelum melakukan penggeledahan, penyidik Bapepam mengajukan permintaan izin kepada ketua pengadilan negeri setempat untuk melakukan pemeriksaan di tempat tertentu;

3. Melakukan pemanggilan terhadap pihak yang diduga mengetahui atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksananya atau pihak lain apabila dianggap perlu; 4. Memeriksa catatan, pembukuan, atau dokumen-dokumen pendukung

lainnya;

5. Meminjam atau membuat salinan atas dokumen-dokumen;

(37)

benda lainnya yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan tindak pidana yang dilakukan tersangka;

7. Penyelesaian Perkara

Setelah diadakan pemeriksaan ternyata diperoleh keyakinan bahwa terdapat pelanggaran atas Undang-Undang Pasar Modal beserta peraturan pelaksananya yang dilakukan oleh pelaku, maka Bapepam dapat mengenakan sanksi administratif ataupun pidana;

8. Penuntutan

(38)

tersebut bisa diatasi, sehingga penegakan hukum atas tindak pidana pasar modal bisa optimal.

Pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal menyatakan bahwa apabila Bapepam berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan adalah merupakan pelanggaran dan mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan pasar modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan masyarakat, maka tindakan penyidikan sudah dapat dimulai.

Tindakan untuk memulai penyidikan di lakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. PPNS di lingkungan pasar modal adalah pegawai negeri sipil tertentu dari lingkungan Bapepam-LK yang diangkat oleh menteri kehakiman.163

1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan, dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang pasar modal;

Sekarang Kementerian Hukum dan HAM.

Selanjutnya dalam Pasal 101 ayat (3) Undang-Undang Pasar Modal disebutkan kewenangan yang lebih rinci diberikan kepada penyidik, yaitu :

2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal;

3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga nelakuan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal;

163

(39)

4. Memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan tindak pidana di bidang pasar modal;

5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal;

6. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal;

7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal;

8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal; dan

9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

Kemudian pada ayat selanjutnya disebutkan juga tugas-tugas penyidik seperti :

(40)

2. Memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP.

3. Dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lainnya, seperti dari Kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman, dan Kejaksaan Agung.

Cara refresif seperti yang diuraikan di atas, perlu diimbangi dengan cara preventif, yaitu dengan mengembangkan suatu mekanisme agar perdagangan efek dapat berjalan dengan wajar, teratur dan efisien. Pelaksanaan transaksi yang demikian dapat diwujudkan apabila para pelaku pasar memiliki dedikasi yang tinggi dan selalu mematuhi peraturan dan kode etik yang berlaku.164

Terkait dengan masalah kewenangan penyidik Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan fungsi pengawasan serta law enforcement bidang pasar modal, terdapat gap yang besar dalam konteks independensi yang dapat berpotensi untuk menciptakan penyalahgunaan wewenang (abuse of power) atau ketidakpastian dalam pelaksanaan sebuah kebijakan. Adapun beberapa masalah mendasar pada struktur yang ada dan berpotensi mempengaruhi level implementasi penyidikan adalah165

Pertama, tidak ada standar dan hukum acara yang spesifik menyangkut tingkat penyidikan di Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK). Tidak dapat dipungkiri kalau sektor pasar modal sangat

:

164

Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Op.Cit.,

hlm.165.

165

Bismar Nasution, Struktur Regulasi Independensi Otoritas Jasa keuangan, Op.Cit.,

(41)

kompleks. Banyak dimensi yang terlibat di dalamnya mulai dari masalah

financial, sosial sampai hukum. Oleh karenanya, pemahaman, yang menyeluruh dari seorang penyidik sangat diperlukan untuk dapat melihat permasalahan yang ada dari kaca mata multidimensi. Sayangnya, UUOJK tidak memberikan acuan yang jelas mengenai standar yang harus dipakai dan diterapkan. Tidak terintegrasinya fungsi penyidik dalam lembaga OJK berpotensi menimbulkan perbedaan interpretasi yang pada gilirannya dapat menimbulkan inkosistensi dalam penerapan kebijakan.

Masalah interpretasi ini haruslah diperjelas karena perbedaan pandangan akan berpotensi mempengaruhi independensi penyidikan OJK dan penegakan hukum di bidang pasar modal secara umumnya. Idealnya, penyidikan di bidang pasar modal harus dilakukan oleh satu institusi untuk menjaga konsistensi dari kebijakan yang ada. Penyidikan yng dilakukan oleh dua institusi yang berbeda dapat berpotensi menimbulkan perbedaan penanganan yang pada gilirannya membentuk sebuah ketidakpastian hukum dan kebijakan dibidang keuangan.166

Kedua, dalam hal struktur organisasi penyidikan, masih adanya kekosongan mengenai sejauh mana OJK dapat tetap independen dalam proses penyidikan. Walaupun ketentuan Pasal 1 angka 1 UUOJK telah memberikan tugas, fungsi, dan wewenang penyidikan kepada OJK. Namun dalam implementasinya OJK tidak bisa langsung mengontrol jalannya penyidikan. Dalam ketentuan Pasal 49 angka 1 UUOJK disebutkan bahwa penyidik adalah

166

(42)

Kepolisian Polisi atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Sementara itu dapat dipahami bahwa pegawai OJK bukanlah Pegawai Negeri Sipil.

Hal ini berati bahwa dalam melakukan penyidikan, OJK harus “meminjam” bantuan dari pemerintah (baik institusi polisi maupun institusi lainnya).167Ketentuan dari Pasal 49 angka 1 ini menyebabkan OJK tidak leluasa mengangkat penyidik OJK karena pegawai OJK bukan pegawai negeri sipil. Dengan demikian penyidik OJK harus tenaga yang “dipekerjakan” dari instansi pemerintah lain misalnya PPNS yang bersal dari Kementerian Keuangan atau kementerian lainnya.168

1. Sejauh mana penyidik yang diperbantukan ke OJK dapat independen dari institusi asalnya mengingat bahwa mereka nantinya akan kembali lagi ke institusi asalnya tersebut?

Yang menjadi pertanyaan adalah :

2. Sejauh mana Dewan Komisioner OJK dapat mengawasi jalannya penyidikan untuk menjaga konsistensi kebijakan penegakan hukum yang diambilnya mengingat tidaknya direct line of command ke Dewan komisioner?

Kedua hal ini penting untuk difikirkan karena penegakan hukum yang tidak konsisten dengan kebijakan yang dibuat akan menciptakan kebingungan dari pelaku pasar. Tidak jarang adanya penafsiran yang berbeda antar aparat penegak

167

Ibid, hlm.16. 168

(43)

hukum dan regulator dalam menerjemahkan sebuah kebijakan. Tanpa adanya struktur dan peraturan yang jelas, institusi penyidikan juga sangat berpotensi menjadi chanel terhadap intervensi dari pihak dan golongan tertentu kepada OJK.

Dalam bidang penegakan hukum di Indonesia banyak kritik yang dilontarkan berkenaan dengan peran Bapepam dalam mengemban fungsi pengawasan dan penegakan hukum di pasar modal. Kritik tersebut didasarkan pada argumentasi sebagai berikut :169

1. Belum ada kasus kejahatan di pasar modal yang diproses hingga di pengadilan.

2. Bapepam baru mampu mengenakan sanksi administratif khususnya denda.

3. Penyelesaian kasus berlarut-larut atau memakan waktu yang lama. 4. Tidak terdapat penyelesaian yang tuntas atas beberapa kasus, seperti :

Semen Gresik dan Bank Bali.

5. Bapepam kurang responsif dan kurang proaktif, terkesan baru bertindak setelah adanya laporan, pengaduan atau pemberitaan di media massa.

Kritik-kritik yang diberikan tersebut disebabkan berbagai faktor, yaitu sebagai berikut :170

1. Pasar modal Indonesia relatif baru : pasar modal diaktifkan sejak tahun 1977, tetapi baru benar-benar berkembang pada tahun 1988 dengan adanya beberapa paket deregulasi yang menggairahkan dan

169

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Op.Cit.,

hlm.210-211.

170

(44)

meningkatkan aktivitas industri efek. Dari sisi lain, kerangka aturan, struktur, dan infrastruktur kelembagaan, tingkat kedewasaan dan pemahaman pelaku pasar modal belum cukup siap dan memadai mengikuti pesatnya perkembangan industri tersebut.

2. Keberadaan Undang-Undang Pasar Modal: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dibuat untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Bursa.

3. Kondisi pemeriksaan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) : ada dua jabatan formal yang sangat diperlukan untuk melakukan penegakan hukum di pasar modal yaitu Pemeriksa dan PPNS yang baru dimiliki Bapepam bersamaan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995. Pengalaman dan kemampuan teknis investigatif di lapangan belum memadai sehingga perlu ditingkatkan kemampuan penguasaan teknis investigasi tersebut;

4. Latar belakang filosofi penegakan hukum di pasar modal : secara universal, metode penegakan hukum di pasar modal lebih mengedepankan langkah korektif ketimbang penjatuhan hukuman pidana. Ini terkandung dalam Undang-Undang Pasar Modal yang menyebutkan tidak setiap pemeriksaan harus ditingkatkan ke penyidikan.

(45)

kualitas penegakan hukum tersebut, meliputi berbagai peraturan, struktur dan infrastruktur kelembagaan, antara lain dengan melakukan beberapa hal berikut:171

1. Swastanisasi bursa sejak tahun 1989 yang mengakhiri merit-system

sehingga Bapepam lebih fokus pada peran pengawasannya;

2. Penerbitan peraturan baru maupun penyempurnaan aturan lama, selain Undang-Undang Pasar Modal, 2 Peraturan Pemerintah, dan 3 Keputusan Menteri Keuangan, juga telah diberlakukan 157 peraturan Bapepam, dan beberapa peraturan OJK;

3. Pembentukan Biro Pemeriksaan dan Penyidikan di tahun 1997 sebagai unit kerja yang khusus menangani kasus serius dan melakukan kegiatan investigatif di pasar modal;

4. Peningkatan secara kuantitatif maupun kualitatif dari tenaga kerja pemeriksa dan PPNS Bapepam. Saat ini Bapepam telah memiliki 127 PPNS aktif;

5. Peningkatan koordinasi kelembagaan, baik lokal maupun internasional dalam rangka lebih mengoptimalkan lagi upaya penegakan hukum di pasar modal indonesia;

6. Pemberdayaan pelaku pasar, khususnya Self Regulatory Organization

(SRO) dan Perusahaan Efek, yang diikuti pengawasan yang lebih melekat terhadap aktivitas mereka.

Akhirnya, Bapepam-LK, dengan wujudnya yang baru sekarang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memiliki fungsi yang strategis sebagai pembina, pengatur,

171

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Op.Cit.,

(46)
(47)

BAB IV

MISAPPROPREATION THEORY DALAM MENGATASI PRAKTIK

INSIDER TRADING

A. Pengertian Misappropreation Theory

Terdapat beberapa jenis teori yang dapat digunakan sebagai metode pendekatan dalam menganalisis praktik insider trading yang terjadi di industri pasar modal, salah satunya adalah misappropreation theory (teori penyalahgunaan). Teori ini berkembang di Amerika dan sering sekali diterapkan oleh para hakim yang mengadili kasus insider trading yang terjadi di Amerika karena terbukti efektif menangani kasus insider trading.

Konsep misappropreation theory berkembang karena ketentuan fiduciary duty theory sebagai teori klasik dalam menganalisis kasus insider trading, sudah dirasa tidak mampu lagi menjaring secara komprehensif terutama yang berkaitan dengan penentuan kategori insider (orang dalam). Hal ini wajar, karena kasus

insider trading tidak hanya mencakup perbuatan curang yang hanya dilakukan oleh insider semata namun juga outsiders (orang luar) yang bisa di jerat dengan metode penerapan misappropreation theory.

Faktanya, terdapat berbagai jenis teori yang dapat digunakan untuk menganalisis praktik insider trading, diantaranya :

1. Disclose or Abstain Theory.

(48)

belum terbuka kepada masyarakat investor. Mahkamah Agung Amerika dengan jelas menyatakan bahwa seseorang yang berposisi sebagai fiduciary diharuskan untuk membuka informasi yang dimilikinya kepada orang lain (investor).172

Kewajiban untuk melakukan disclose or abstain tersebut mempunyai dua unsur minimal yaitu :

Berdasarkan informasi yang dimilikinya maka orang dalam terhadap masalah tersebut dapat menentukan pilihannya yaitu membuka informasi tersebut (disclose) kepada pedagang/investor lain atau tidak membuka informasi material tetapi juga tidak boleh melakukan transaksi perdagangan (abstain) atau tidak merekomendasikan kepada pihak lain untuk melakukan transaksi di bursa terhadap sekuritas perusahaan.

173

a. Informasi orang dalam tersebut hanya untuk kepentingan perusahaan, dan bukan untuk kepentingan pribadi siapapun; b. Merupakan suatu ketidakadilan (inherent unfairness) jika ada

pihak yang mengambil keuntungan atas suatu informasi dimana dia mengetahui bahwa pihak lain tidak mengetahui informasi tersebut.

Pada tahun 1960an SEC dan pengadilan federal negara Amerika Serikat menggunakan Rule 10b-5 membangun jurisprudensi “abstain or disclose” berlaku bagi orang dalam perusahaan yang melakukan

172

Najib A. Giysmar, Op.Cit., hlm.38. 173

(49)

transaksi berdasarkan informasi material rahasia non-publik. Pada tahun 1980an kongres memasukan kembali dlaam legislasi.174

2. Fiduciary Duty Theory.

Fiduciary duty theory didasarkan kepada doktrin hukum common law yang menegaskan bahwa setiap orang yang mempunyai fiduciary duty atau hubungan lain yang berdasarkan kepercayaan (trust or confidence) dengan perusahaan. Berdasarkan teori tersebut, siapa saja yang dibayar perusahaan untuk melaksanakan tugas yang diberikan, maka dia mempunyai duty kepada perusahaan untuk menjalan tugas tersebut sebaik-baiknya (due diligence) dengan ukuran etis dan ekonomis yang tinggi. Dalam menjalankan tugasnya, yang bersangkutan tidak boleh mengambil manfaat bahkan harus mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan perusahaan.175

Orang dalam yang mempunyai informasi material, tetapi dia tidak membuka kepada publik dengan alasan apabila informasi tersebut dibuka maka dapat merugikan perusahaan dan berarti harus bertanggung jawab kepada perusahaan karena melanggar breach of fiduciary duty,maka ia harus menahan atau tidak melakukan trnasaksi.

176

Orang-orang yang mempunyai duty tersebut adalah insider. Insider

terbagi dalam 2 (dua) kelompok. Pertama, komisaris, direktur, pemegang saham (paling sedikit 10%) dan pegawai perusahaan,

174

Asril Sitompul, Penawaran Umum dan Permasalahannya , Op.Cit., hlm.39.

175

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op.Cit, hlm.84. 176

(50)

mareka adalah orang-orang yang bekerja tetap atau mempunyai kepentingan yang berkelanjutan dengan perusahaan. Kedua, adalah orang-orang luar, mempunyai hubungan trust and confidence dengan perusahaan, tetapi tidak selalu bekerja pada perusahaan, seperti para konsultan, penilai (appraiser), akuntan atau penasihat hukum perusahaan. Karena hubungan khusus tersebut mereka dapat memiliki akses terhadap informasi orang dalam non-public information yang dimiliki perusahaan, oleh karena itu mereka dianggap insider biasanya lebih dikenal dengan temporary insider atau quasi insider.

Disclose or abstain theory dan fiduciary duty theory dalam pelaksanaanya masih dianggap belum lengkap, hal ini disebabkan adanya transaksi efek berdasarkan informasi yang belum terbuka kepada masyarakat tetapi pelakunya tidak dapat dikenakan ketentuan mengenai insider trading. Berdasarkan kenyataan tersebut, SEC Amerika Serikat memperluas konsep insider trading

dengan mengembangkan konsep baru yang disebut misappropreation theory. Misappropreation theory yang menjadi fokus bahasan dalam bab ini merupakan teori mengenai transaksi yang dilakukan oleh orang luar perusahaan secara tidak sengaja berdasarkan informasi yang belum tersedia bagi masyarakat, maka dianggap sama dengan telah melakukan insider trading.

Menurut Hakim Amerika Serikat yang memutus kasus O’ Hagan bahwa

misappropriation theory adalah :

(51)

misappropriation theory protects against abuse by "'outsiders' to a corporation who have access to confidential material information that will affect the corporation's security price when revealed, but who owe no fiduciary or other duty to that corporation's shareholders.”177

Assistant General Counsel dari Securities and Exchange Commission, Randall W. Quinn menyebutkan “misappropreation theory applies when a person misappropriates confidential information for securities trading purposes,

in breach of a duty owed to the source of the information.”

Misappropreation theory melengkapi teori klasik insider trading dengan dasar pemikiran bahwa kewajiban ada pada sipemegang kepercayaan yang beralih menjadi pelaku penipuan terhadap pihak-pihak yang percaya kepadanya dengan kemampuannya atas akses terhadap informasi penting perusahaan. Teori klasik

insider trading melindungi perbuatan penyalahgunaan yang dilakukan oleh

insiders (orang dalam), namun misappropreation theory melindungi perbuatan penyalahgunaan yang dilakukan oleh outsiders (orang luar) perusahaan yang memiliki akses ke informasi material yang akan mempengaruhi keamanan harga”

178

Menurut misappropreation theory, seseorang tidak harus mempunyai pelanggaran dari suatu fiduciary duty. Seseorang yang menggunakan informasi yang belum tersedia untuk publik milik orang lain dalam perdagangan saham dianggap telah melakukan insider trading. Seseorang tersebut adalah

misappropriator sama dengan pihak yang melakukan pelanggaran dari suatu

177

Louis Corrigan, Insider Trading : A Misappropriarted Theory,

178

Randall W. Quinn, The Misappropriation Theory of Insider Trading in the Supreme Court: a (brief) Response to the (Many) Critics of United States v. O’Hagan,

(52)

fiduciary duty atau pihak yang mempunyai hubungan trust dan confidence dengan emiten atau pemegang saham. Jadi dengan demikian orang luar yang tidak mempunyai hubungan fiduciary duty tetaplah dikenakan hukuman sebagai pelaku

insider trading, karena perbuatannya tersebut mendatangkan manfaat baginya, yakni berupa keuntungan, namun memberikan kerugian bagi investor lain karena tidak terdisclose nya informasi material tersebut ke publik.

Misappropreation theory tidak mengharuskan adanya pelanggaran terhadap fiduciary duty kepada perusahaan, akan tetapi juga mem

Referensi

Dokumen terkait

a) Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam. b) Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam Al- Qur‟an

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Walikota tentang Pembentukan Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota

(5) Dalam hal pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memberikan keputusan dan usul pemberhentian anggotanya sebagaimana dimaksud pada

12 Membimbing dalam menghasilkan TAS/TABS sebagai Pembimbing Utama sebanyak 9 mahasiswa dan Pembimbing Pendamping sebanyak 4 mahasiswa atas nama: Eko Berri Suryadi NIM:

KESATU : Menetapkan Data Peserta Jaminan Kesehatan Semesta Program Jaminan Kesehatan Khusus Tahun 2017 sejumlah 1.864 ( Seribu delapan ratus enam puluh empat )

Dengan inovasi pengolahan susu sapi perah di Dusun Ngepring menjadi produk yang bebragam yaitu yoghurt dan keju merupakan usaha diversifikasi produk yang dapat

Dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami banyaknya SOP yang perlu diterapkan, konsekuensi penerapan SOP, target penerapan dan kompetensi pegawai dalam

Hal berbeda ditemukan apabila sebuah partikel tertentu diikuti penanda subjek secara langsung. Kaidah sintaksis dalam kalimat berbahasa Indonesia, “pergi ka’. ”,