PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO, JAKARTA
Oleh
IWAN DARYANTO
H 24087050
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Konsumen Mengikuti Pelatihan pada Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri, Pasar Rebo-Jakarta. Di bawah bimbingan MUSA HUBEIS
Meningkatnya jumlah pengangguran mengakibatkan tingkat persaingan pencari kerja semakin meningkat, dilihat dari adanya pengangguran terdidik pada tahun 2008 mencapai 961.000 orang dengan perincian 598.000 orang pengangguran sarjana dan 363.000 pengangguran Diploma. Jumlah ini akan terus bertambah dengan adanya universitas baik negeri maupun swasta yang meluluskan mahasiswanya. Pengangguran tersebut diakibatkan oleh kompetensi yang tidak sesuai, lulusan yang tidak diserap perusahaan, atau karena mahasiswa jurusan tersebut sudah jenuh. Dalam hal ini, jumlah pengangguran terdidik tersebut dapat disiasati dengan menambah kompetensi diri dengan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keahlian, sebagai contoh para pengangguran tersebut dibekali dengan keterampilan bahasa asing (Inggris, Mandarin atau Korea), komputer, keahlian komunikasi atau kemampuan mencari jaringan kerja (networks).
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengtahui karakteristik peserta pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo-Jakarta, (2) mengetahui faktor-faktor yang dipentingkan peserta dalam mengikuti pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo-Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner kepada peserta pelatihan program APBD DKI Jakarta angkatan pertama tahun 2011 dan wawancara dengan pegawai BLKPI,Pasar Rebo – Jakarta. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, literatur, dokumen perusahaan dan internet. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik peserta pelatihan dan analisis faktor untuk mengidentifikasi faktor yang dipentingkan peserta pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo-Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peserta pelatihan adalah lulusan SMA mendominasi dengan 48% dengan pekerjaan terakhir adalah pelajar baik lulusan SMA maupun di bangku kuliah (49%) dan sudah pernah bekerja sebanyak 43%. Usia peserta pelatihan minimal 18 tahun hingga 40 tahun, di dominasi usia 25-30 tahun sebanyak 40% dan 15-20 tahun sebanyak 32%. Wilayah domisili responden adalah tinggal disekitar Jakarta Timur sebanyak 85% dan di dominasi oleh peserta yang belum menikah 84%.
Hasil anailisis faktor terbentuk 8 (delapan) faktor diantaranya faktor mutu perusahaan, motivasi, pengalaman, lingkungan eksternal, lingkungan internal, komunikasi, dorongan dan tempat tinggal. Faktor yang paling dipentingkan konsumen BLKPI-Pasar Rebo adalah faktor mutu perusahaan dengan nilai
PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO, JAKARTA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Ahli Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IWAN DARYANTO
H 24087050
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Iwan Daryanto NIM : H 24087050
Menyetujui,
Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl., Ing., DEA)
NIP : 195506261980031002
Mengetahui :
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc)
NIP 19610123 198601 1002
iii
Penulis dilahirkan di Sabang pada tanggal 12 Desember 1986. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sudarman dan Ibu
Sriyatun. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Angkasa 5 (lima) Halim,
Jakarta dan lulus tahun 1998. Pendidikan lanjutan menengah pertama
diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 80, Jakarta Timur dan lulus pada
tahun 2004. Tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 09, Jakarta
dan lulus pada tahun 2004.
Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
penerimaan ujian seleksi masuk IPB (USMI) pada Program Diploma III
Teknologi dan Managemen Pembenihan Benih Ikan (TMPBI)di IPB dan berhasil
menyelesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan
pendidikannya pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, dengan skripsi berjudul
analisis faktor yang dipentingkan konsumen mengikuti pelatihan pada Balai
Latihan Kerja Pengembangan Industri (BLKPI) Pasar Rebo, Jakarta dibawah
iv
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul Analisis Faktor yang Dipentingkan Konsumen
Mengikuti Pelatihan pada Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri (BLKPI)
Pasar Rebo, sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam menyusun
skripsi ini dari para pembaca, serta mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini dan semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak yang memerlukannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Agustus 2011
v
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materiil, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Ir H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA. sebagai dosen pembimbing
yang menyarankan, membimbing dan memberikan motivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS dan Ibu Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, MM
selaku dosen penguji sidang skripsi yang bersedia meluangkan waktunya
dan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu serta adik tercinta (Anita Dewanti dan Endah Triyani) atas
motivasinya, baik materil maupun non materil, doa dan kasih sayang yang
tiada henti.
4. Bapak Drs. Mujiono, M.Si selaku kepala BLKPI-Pasar Rebo, Bapak
Bambang selaku bagian tata usaha yang telah memberikan informasi untuk
menyelesaikan skripsi. Pihak lain di BLKPI-Pasar Rebo yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis melakukan penelitian.
5. Mba Zakiyah dan pihak sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
yang telah membantu kelancaran skripsi ini.
6. Sakina Rusma Wardhani (Oceanografi, UNDIP’08) yang telah banyak
mengingatkan serta memberikan perhatian dan semangat bagi penulis.
7. Teman-teman satu bimbingan : Teguh Raharjo, Nurul, Ridha, M Yusuf,
Maulana dan Niken Wahyu yang telah memberi semangat untuk berjuang
bersama.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi,
semoga Allah SWT memberi pahala atas kebaikannya.
Akhirnya, semoga segala amal kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan
vi
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Ruang Lingkup penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Lembaga Kursus dan Pendidikan Non Formal ... 5
2.2 Pelatihan ... 5
2.2.1 Tujuan Pelatihan ... 6
2.2.2 Manfaat Pelatihan ... 6
2.3 Perilaku Konsumen ... 8
2.4 Proses Pengambilan Keputusan ... 8
2.4.1 Pengenalan Kebutuhan ... 8
2.4.2 Pencarian Informasi ... 9
a. Pencarian Informasi Internal ... 9
b. Pencarian Informasi Eksternal ... 11
2.4.3 Evaluasi Alternatif ... 11
a. Kriteria Evaluasi ... 12
b. Menentukan Alternatif Pilihan ... 12
c. Menilai Alternatif Pilihan ... 12
d. Penerapan Kaidah Keputusan ... 13
2.4.4 Keputusan Pembelian ... 13
2.4.5 Perilaku Pasca Pembelian ... 13
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 14
a. Faktor Budaya ... 14
b. Faktor Sosial ... 14
c. Faktor Psikologi ... 16
2.6 Jasa ... 16
2.6.1 Definisi Jasa ... 16
2.6.2 Karakteristik Jasa ... 17
a. Tidak Berwujud ... 17
vii
a. Reliability ... 18
b. Responsiveness ... 18
c. Assurance ... 18
d. Empathy ... 18
e. Tangibles ... 18
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 19
III. METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.3 Pengumpulan Data ... 24
3.3.1. Uji Validitas ... 25
3.3.2. Uji Reliabilitas ... ... 25
3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 26
3.4.1. Analisis Deskriptif ... ... 26
3.4.2. Analisis Faktor ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Gambaran Umum BLKPI-Pasar Rebo ... 28
4.1.1. Sejarah BLKPI ... ... 28
4.1.2. Visi dan Misi BLKPI-Pasar Rebo ... ... 29
4.1.3. Struktur Organisasi ... ... 30
4.2 Karakteristik Konsumen ... 31
4.2.1. Pendidikan Terakhir ... ... 31
4.2.2. Pekerjaan Terakhir ... ... 33
4.2.3. Usia ... ... 34
4.2.4. Wilayah Domisili ... ... 37
4.2.3. Status Pernikahan ... ... 37
4.3 Analisis Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 38
4.3.1. Uji Validitas Kuesioner ... ... 38
4.3.2. Uji Reliabilitas Kuesioner ... ... 40
4.4 Analisis Faktor ... 40
4.4.1. Persyaratan Analisis Faktor... ... 41
4.4.2. Faktor yang Dihasilkan ... ... 43
KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
1. Kesimpulan ... 48
2. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
viii
No. Halaman
1. Program pelatihan di BLKPI Pasar Rebo, Jakarta ... 2
2. Data jumlah populasi APBD angakatan I tahun 2011 ... 23
3. Data contoh yang diambil ... 24
4. Skala Likert ... 24
5. Rentang skala ... 25
6. Tabulasi silang pendidikan dengan usia ... 32
7. Tabulasi silang pendidikan dengan jenis kelamin ... 33
8. Tabulasi silang pendidikan dengan pekerjaan terakhir ... 35
9. Hasil analisis usia responden ... 36
10. Tabulasi silang usia dengan pekerjaan terakhir ... 37
11. Hasil analisis faktor ... 43
12. Faktor yang paling dipentingkan konsumen ... 45
ix
1. Proses pencarian informasi ... ... 10
2. Komponen dasar proses evaluasi alternatif ... ... 12
3. Kerangka pemikiran penelitian ... ... 21
4. Struktur organisasi BLKPI-Pasar Rebo ... ... 30
5. Karakteristik konsumen berdasarkan pendidikan ... ... 32
6. Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan ... ... 34
7. Karakteristik konsumen berdasarkan usia ... ... 37
8. Karakteristik konsumen berdasarkan tempat tinggal ... ... 38
x
1. Lembar kuesioner penelitian ... 55
2. Hasil uji validitas kuesioner ... 58
3. Hasil uji reliabilitas kuesioner ... 59
3. Nilai KMO dan Bartlett’s test ... 59
3. Totalvariance explained ... 59
4. Component matrix(a) ... 60
5. Rotated component matrix(a) ... 61
6. Nilai communalites ... 62
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010,
menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada bulan Februari
2010 mencapai 8.590.000 orang. Jumlah ini akan terus bertambah dengan
dibukanya China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) pada tanggal 1
Januari 2010, sehingga mengakibatkan pasar Indonesia di dominasi oleh
produk China mulai dari tekstil, elektronik hingga produk makanan.
Dampak negatif dari dibukanya CAFTA, yakni banyak usaha yang kalah
bersaing dengan produk-produk China, sehingga mengakibatkan
kebangkrutan usaha dan banyak karyawan yang diputus hubungan kerja
(PHK).
Meningkatnya jumlah pengangguran mengakibatkan tingkat
persaingan pencari kerja semakin meningkat, dilihat dari adanya
pengangguran terdidik pada tahun 2008 mencapai 961.000 orang dengan
perincian 598.000 orang pengangguran sarjana dan 363.000 pengangguran
Diploma. Jumlah ini akan terus bertambah dengan adanya perguruan tinggi,
baik negeri maupun swasta yang meluluskan mahasiswanya.
Pengangguran tersebut diakibatkan oleh kompetensi yang tidak sesuai,
lulusan yang tidak diserap perusahaan, atau karena mahasiswa jurusan
tersebut sudah jenuh. Dalam hal ini, jumlah pengangguran terdidik tersebut
dapat disiasati dengan menambah kompetensi diri dengan mengikuti
pelatihan untuk meningkatkan keahlian, sebagai contoh para pengangguran
tersebut dibekali dengan keterampilan bahasa asing (Inggris, Mandarin atau
Korea), komputer, keahlian komunikasi atau kemampuan mencari jaringan
kerja (networks) melalui Balai pelatihan kerja (BLK)
BLK menjadi alternatif buat para pencari kerja untuk meningkatkan
kompetensi diri di era persaingan mencari pekerjaan yang sangat ketat,
keunggulan balai pelatihan ini diantaranya biaya pelatihan ditanggung oleh
mengeluarkan biaya untuk mengikuti pelatihan ini. Diharapkan pusat
pelatihan ini mampu meningkatkan kompetensi para pencari kerja sehingga
menjadi solusi untuk mengurangi pengangguran di Indonesia. Peserta
pelatihan memiliki kesempatan untuk menimba ilmu dan pengalaman.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor apa saja yang menentukan
keputusan peserta mengikuti pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo. BLKPI
Pasar Rebo membuka sembilan belas (19) program pelatihan, seperti
dimuat pada Tabel 1.
Tabel 1. Program Pelatihan di BLKPI Pasar Rebo, Jakarta
No.
Program Pelatihan
1 Bahasa Inggris
2 Bahasa Korea
3 Administrasi kantor
4 Tata Busana
5 Gambar kontruksi
6 Elektronika industri
7 Elektronika komunikasi
8 Teknik Informatika
9 Listrik instalasi penerangan
10 Listrik industry 11 Mobil Bensin 12 Mobil Diesel
13 Sepeda Motor
14 Teknik pendingin (tata udara)
15 Teknik pendingin (lemari pendingin)
16 Teknik mekanik (konvensional)
17 Teknik mekanik (computer numeric control) 18 Las listrik
19 Sekretaris kantor
Banyaknya program pelatihan yang ada di masyarakat, baik yang
dikelola oleh perorangan, lembaga pendidikan, perusahaan swasta maupun
pemerintah, karena adanya peluang atau kebutuhan calon pencari kerja
kerja dituntut untuk meningkatkan kemampuan, baik hard maupun soft skill
untuk memenangkan persaingan dalam mendapatkan pekerjaan.
Banyaknya program pelatihan adalah sembilan belas (19) program pelatihan
yang dibuka oleh BLKPI-Pasar Rebo memberi banyak alternatif pilihan
untuk meningkatkan kompetensi berdasarkan minat dan bakat peserta
pelatihan. Pertimbangan pengambilan keputusan dan faktor yang paling
dipentingkan untuk mengikuti program pelatihan yang ada di BLKPI-Pasar
Rebo menjadi dasar dalam penelitian ini. Penelitian ini menganalisa faktor yang dipentingkan konsumen mengikuti pelatihan pada Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri (BLKPI), Pasar Rebo- Jakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan hal yang dikemukakan, maka dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti,
1. Bagaimana karakteristik peserta pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo-
Jakarta ?
2. Faktor-faktor apakah yang dipentingkan peserta dalam mengikuti
pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo-Jakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik peserta pelatihan di BLKPI, Pasar
Rebo-Jakarta.
2. Mengetahui faktor-faktor yang dipentingkan peserta dalam mengikuti
pelatihan di BLKPI, Pasar Rebo-Jakarta.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BLKPI Pasar Rebo, Jakarta dengan
memfokuskan kepada proses pengambilan keputusan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan peserta mengikuti pelatihan. Peserta
pelatihan mulai dari lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma
hingga tingkat Sarjana di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Data
2011 yang diadakan pada periode April - Juli 2011 dengan menggunakan
2.1. Lembaga Kursus dan Pendidikan Non Formal
Menurut Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bogor dalam
Arista (2010), menyatakan Lembaga kursus adalah salah satu wadah yang
didirikan oleh perorangan, sekelompok orang, lembaga sosial/yayasan,
perusahaan perseorangan yang memiliki beberapa komponen seperti
memiliki satuan isi, proses, kompetensi lulusan peserta didik, pendidikan,
tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan non formal juga berfungsi sebagai pengganti, penambah dan
pelengkap pendidikan formal. Beberapa contoh pendidikan non formal
diantaranya pendidikan kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim dan satuan pendidikan yang
sejenis.
2.2 Pelatihan
Menurut Hasibuan (2003), pelatihan adalah bagian dari pendidikan
yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang
relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari
pada teori. Arep dan Tanjung (2002), pelatihan adalah salah satu usaha
untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM), terutama dalam hal
pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skill) dan sikap
(attitude)
Pelatihan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan
keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan
standar kerja (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007). Menurut Hardjana
(2001), pelatihan adalah kegiatan untuk meningkatkan kinerja pekerja
2.2.1 Tujuan Pelatihan
Rivai dalam Alfarisi (2009), menyatakan tujuan dari pelatihan
adalah untuk meningkatkan kuantitas output; untuk meningkatkan
kualitas output; untuk menurunkan biaya limbah dan biaya terjadinya
kecelakaan; untuk menurunkan turnover; ketidak hadiran kerja serta
meningkatkan kepuasan kerja dan untuk mencegah timbulnya
antipasti karyawan.
Mangkunegara (2004), tujuan pelatihan ditinjau dari sisi
karyawan, yaitu perubahan dalam peningkatan pengetahuan, sikap,
keterampilan dan pengembangan karir. Sedangkan tujuan pelatihan
untuk perusahaan adalah tercapainya kinerja yang malsimum sebagai
buah dari hasil pelatihan yang terjadi pada karyawan.
2.2.2 Manfaat Pelatihan
Menurut Rivai dalam Alfarisi (2009), manfaat dari pelatihan
adalah :
1. Manfaat bagi karyawan
a. Menbantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan
masalah lebih efektif.
b. Melalui pelatihan dan pengembangan, peubah pengenalan,
pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggungjawab dan
kemajuan dapat diinternalisasi dan dilaksanakan.
c. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan
rasa percaya diri.
d. Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi dan
konflik.
e. Memberikan informasi tentang peningkatan pengetahuan
kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan sikap
f. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.
g. Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi, sementara
meningkatkan keterampilan interaksi.
h. Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatih.
j. Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan.
k. Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan
menulis dengan latihan
2. Manfaat bagi perusahaan
a. Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang
lebih terhadap orientasi laba.
b. Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level
perusahaan.
c. Memperbaiki moral SDM.
d. Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.
e. Membantu menciptakan image perusahaan yang lebih baik.
f. Mendukung otentisitas, keterbukaan dan kepercayaan.
g. Mengingkatkan hubungan antar bawahan dan atasan.
h. Membantu pengembangan perusahaan.
i. Belajar dari peserta.
j.Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan
perusahaan.
k. Memperbaiki informasi tetang kebutuhan perusahaan di masa
depan.
l. Perusahaan dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah
yang lebih efektif.
m. Membantu pengembangan promosi dari dalam.
n.Membantu pengembangan keterampilan kepemimpinan,
motivasi, kesetiaan, sikap dan aspek lain yang biasanya
diperlihatkan pekerja.
o. Membantu meningkatan efisiensi, efektivitas dan mutu kerja
p. Membantu menekan biaya dalam berbagai bidang seperti
produksi, sumber daya manusia dan administrasi.
q. Meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap kompetensi dan
pengetahuan perusahaan.
s. Menurangi biaya konsultasi luar dengan menggunakan konsultan
internal.
t. Mendorong mengurangi perilaku yang merugikan.
u. Menciptakan iklim yang baik untuk pertumbuhan.
v.Membantu karyawan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
2.3 Perilaku Konsumen
Menurut Engel, et al (1994), perilaku konsumen merupakan tindakan
yang berhubungan langsung dengan mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan barang atau jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusuli tindakan ini. Beberapa konsumen melakukan
pembelian suatu produk maupun jasa berdasarkan harga yang paling murah
atau ada kalangan tertentu menentukan pembelian berdasarkan mutu produk
berdasarkan mutu paling baik.
Kotler (2005) mendefinisikan perilaku pelanggan, sebagai proses
mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih,
membeli memakai dan membuang barang, jasa, gagasan atau pengalaman
dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasratnya. Sedangkan Sumarwan
(2003), perilaku pelanggan adalah semua kegiatan, tindakan serta proses
psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, setelah melakukan hal-hal
diatas atau kegiatan mengevaluasi.
2.4 Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Kotler (2005) proses pengambilan keputusan dibagi menjadi
lima (5) tahap, yakni pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Tahap
tersebut menekankan pada proses sebelum pembelian hingga pasca
pembelian.
2.4.1. Pengenalan Kebutuhan
Engel, et al (1994), menyatakan bahwa pengenalan kebutuhan
pada hakikatnya bergantung pada berapa ketidaksesuaian yang ada
yang diinginkan (situasi konsumen yang diinginkan). Ketika
ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan
pun dikenali. Kehadiran pengenalan kebutuhan tidak secara
otomatis mengaktifkan suatu tindakan. Ini akan tergantung beberapa
faktor diantaranya kebutuhan yang dikenali harus cukup penting,
maka konsumen harus percaya bahwa solusi bagi kebutuhan tersebut
ada dalam batas kemampuannya.
Kotler (2005), Kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik
internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar
yang timbul dari dalam seperti lapar, haus dan sebagainya. Stimulus
eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan
eksternal. Sedangkan Sumarwan (2003), pengenalan kebutuhan
muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu keadaan
dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan
keadaan yang sebenarnya terjadi.
2.4.2 Pencarian Informasi
Engel, et al (1994), mendefinisikan pencarian sebagai aktivasi
termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan
(pencarian internal) atau pemerolehan informasi dari lingkungan
(pencarian eksternal).
a. Pencarian Informasi Internal
Pencarian internal tidak lebih daripada peneropongan
ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan, dengan
keputusan tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Jika
peneropongan ini mengungkapkan informasi yang memadai untuk
memberikan arah tindakan yang memuaskan, maka pencarian
eksternal jelas tidak perlu dilakukan. Proses pencarian informasi
Gambar 1. Proses pencarian informasi
Menurut Engel, et al (1994), sebuah studi melaporkan
banyak konsumen memerlukan servis reparasi mobil
mengandalkan pengetahuannya yang sudah ada di dalam
membuat pilihan. Hanya 40% yang beralih ke pencarian
eksternal. Pencarian internal akan sangat tergantung pada
kecukupan atau mutu pengetahuannya yang sudah ada. Dalam
hal ini pembeli yang baru pertama kali jelas tidak mungkin
memiliki informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan.
Bahkan pembeli yang sudah berpengalaman mungkin perlu
menjalankan pencarian eksternal, dikarenakan pengetahuannya
tidak memadai untuk kategori produk yang mencirikan dengan
waktu antar pembelian yang lama (lamanya waktu di antara
pembelian yang satu dengan berikutnya) selama waktu mana ada
perubahan produk yang nyata dalam hal harga, ciri dan merek
baru dan toko. Tingkat kepuasan dengan pembelian sebelumnya
juga akan menentukan pengandalan konsumen pada pencarian
internal, jika konsumen dipuaskan dengan hasil tindakan
pembelian sebelumnya maka pencarian internal mungkin cukup. Pengenalan kebutuhan
Pencarian Internal
Pencarian Internal Berhasil ?
Lanjutkan dengan Keputusan
Jalankan pencarian Eksternall
Ya Tidak
Determinasi dari pencarian Internal :
1. Pengetahuan yang sudah ada
b. Pencarian Informasi Eksternal
Engel, et al (1994), menyatakan bahwa ketika pencarian
internal terbukti tidak mencukupi, maka konsumen mungkin
memutuskan untuk mengumpulkan informasi tambahan dari
lingkungan. Pencarian informasi eksternal digerakkan oleh
keputusan pembelian yang akan datang atau sering dikenal
dengan pencarian pra pembelian. Motivasi utama dibalik
pencarian eksternal pra pembelian adalah keinginan untuk
membuat pilihan konsumsi yang lebih baik, atau pencarian yang
terus menerus mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk
mengembangkan dasar pengetahuan yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan pada masa depan. Akan tetapi pencarian
terus menerus dapat pula terjadi hanya karena kesenangan yang
diperoleh dari aktivitas ini.
2.4.3 Evaluasi Alternatif
Kotler (2005) menyatakan proses evaluasi konsumen adalah proses
yang berorientasi kognitif, yakni mereka menganggap konsumen
membentuk penilaian atas produk berdasarkan kesadaran dan rasional.
Sedangkan Engel, et al (1994) mendefinisikan evaluasi alternatif sebagai
proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk
menentukan kebutuhan konsumen. Evaluasi alternatif hanya akan
melibatkan konsumen yang membentuk niat untuk membeli kembali produk
yang sama seperti sebelumnya. Komponen dasar proses evaluasi alternatif
terdiri dari proses menentukan kriteria evaluasi, menentukan alternatif
pilihan, menilai kinerja alternatif yang pada akhirnya menetapkan kaidah
Gambar 2. Komponen dasar proses evaluasi alternatif
a. Kriteria Evaluasi
Engel, et al (1994), menyatakan bahwa kriteria evaluasi tidak
lebih dari pada dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam
menilai alternatif-alternatif pilihan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kriteria evaluasi adalah keselamatan, keteladanan,
harga, nama merek, negara asal (dimana dibuatnya), garansi dan
pemakaian bensin per kilometer. Selain itu kriteria evaluasi dapat
juga bersifat hedonik, seperti perasaan yang muncul karena prestise
atau status.
b. Menentukan Alternatif Pilihan
Engel, et al (1994) menyatakan bahwa konsumen tidak hanya
memutuskan kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi alternatif,
tetapi juga harus menetukan alternatif-alternatif. Alternatif ini sering
disebut dengan perangkat pertimbangan. Hal ini biasanya berisi
himpunan bagian dari jumlah keseluruhan alternatif yang tersedia bagi
konsumen.
c. Menilai Alternatif Pilihan
Satu lagi komponen evaluasi alternatif melibatkan penilaian
kinerja alternatif pilihan sepanjang kriteria evaluasi yang mencolok.
Dalam banyak hal, konsumen sudah menyimpan penilaian atau
keyakinan di dalam ingatan kinerja alternatif pilihan yang sedang
dipertimbangkan, kemampuan untuk memperoleh kembali informasi
ini mungkin mempengaruhi secara kuat alternatif mana yang akhirnya Menentukan
Kriteria Evaluasi
Menentukan Alternatif Pilihan
Menilai Kinerja Alternatif
dipilih. Dalam menilai seberapa baik suatu alternatif, konsumen
mungkin sering menggunakan pengisolasian yang merupakan
pembatasan atau persyaratan untuk menilai atribut yang dapat diterima
(Engel, et al, 1994)
d. Penerapan Kaidah Keputusan
Unsur akhir dari proses evaluasi alternatif, yakni kaidah
keputusan. Proses ini menggambarkan strategi yang digunakan
konsumen untuk mengadakan seleksi dari alternatif pilihan. Secara
fundamental diantara kaidah yang lebih kompleks melibatkan
prosedur kompensasi dan non kompensasi. Kaidah keputusan
kompensasi kelemahan yang dirasakan pada satu atribut mungkin
diimbangi atau dikompensasi oleh kekuatan yang dirasakan pada
atribut lain. Sedangkan kaidah keputusan non kompensasi dicirikan
dengan kenyataan bahwa kelemahan pada satu atribut tidak dapat
diimbangi oleh kekuatan pada atribut yang lain.
2.4.4 Keputusan Pembelian
Engel, et al (1994) menyatakan pembelian adalah suatu proses
keputusan konsumen apabila memperoleh alternative yang dipilih atau
penggantian dapat diterima bila perlu. Sedangkan menurut Kotler (2005)
terdapat dua (2) faktor yang dapat mempengaruhi anatara niat pembelian
dan keputusan pembelian. Faktor pertama yakni sikap atau pendirian
orang lain, faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Faktor
kedua adalah situasi yang tidak terantisipasi, yakni faktor yang merubah
rencana pembelian suatu produk atau jasa yang akan dilakukan konsumen.
2.4.5 Perilaku Pasca Pembelian
Setelah memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk
maupun jasa, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu (Kotler, 2005). Menurut Mowen dan Minor dalam
Sumarwan (2003), keputusan pelanggan didefinisikan sebagai keseluruhan
sikap konsumen yang didapatkan dari barang dan jasa setelah
sementara ketidakpuasan menyebabkan keluhan, komentar negative dan
upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Menurut Kotler (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah faktor budaya, faktor sosial dan faktor
psikologis. Rinciannya sebagai berikut :
a. Faktor Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar. Perilaku manusia biasanya dipelajari dari lingkungan
sekitarnya, sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara
orang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang
lain yang berada dilingkungan lainnnya pula. Dalam hal ini pemasar
sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur tersebut agar
dapat menyediakan produk-produk baru yang diiinginkan konsumen
(Kotler, 2005).
Sub-budaya merupakan bagian dari pada budaya yang lebih
kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus
bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama,
kelompok ras dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang
membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang
produk, serta program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhannya (Kotler, 2005).
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen
dan permanen yang tersusun secara hirarki dan yang anggotanya
menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial
tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain,
seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Kelas sosial berbeda
dalam hal busana, cara berbicara, preferensi rekreasi dan memiliki
banyak ciri-ciri lain (Kotler, 2005).
b. Faktor Sosial
Kelompok acuan adalah kelompok yang merupakan titik
pembentukan sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki
pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok
keanggotaaan seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja
(sebagai kelompok prima) yang berinteraksi dengan seseorang secara
terus-menerus dan informal. Untuk kelompok keanggotaan yang
tergolong kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan,
profesional, dan asosiasi perdagangan cenderung lebih formal dan
membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin (Kotler, 2005).
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang
paling penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi obyek
penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan
primer yang paling berpengaruh. Keluarga sangat penting di dalam
studi perilaku konsumen karena dua (2) alasan. Pertama, keluarga
adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk
konsumen. Kedua, keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan
perilaku individu (Kotler, 2005).
Peran dan status dapat menentukan posisi seseorang dalam tiap
kelompok peran meliputi kegiatan yang diharapkan dan dilakukan
oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Produk
dapat mengkomunikasikan peran dan status seseorang di masyarakat
(Kotler, 2005). untuk merancang ulang, melakukan penempatan
ulang, dan menetapkan kembali harga produknya sehingga pemasar
dapat terus menawarkan nilai ke pelanggan sasaran (Kotler, 2005).
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekpresikan
dalam aktivitas, minat, dan pendapatnya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya
(Kotler, 2005). Kepribadian dan konsep diri masing-masing orang
adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang
lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan
lama terhadap lingkungannya. Konsep diri (citra pribadi) merupakan
c. Faktor Psikologis
Menurut Kotler (2005), motivasi berasal dari kata motif. Motif
adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk
bertindak. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.
Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu
telah mencapai tingkat tertentu.
Persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Seseorang yang termotivasi itu bertindak akan dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi tertentu. Orang dapat memiliki persepsi
yang berbeda atas obyek yang sama (Kotler, 2005). Pembelajaran
(learning) meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui
perpaduan dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan dan
penguatan. Para pemasar dapat membangun permintaan akan produk
dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, dengan
menggunakan petunjuk yang memberikan dorongan atau motivasi dan
dengan memberikan penguatan yang positif (Kotler, 2005).
Keyakinan dan sikap seseorang didapat melalui tindakan dan
proses belajar, yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeliannya.
Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang
tentang suatu hal. Keyakinan dapat berupa pengetahuan, pendapat,
atau sekedar hanya percaya saja. Sedangkan sikap (attitude) adalah
evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari
seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan (Kotler, 2005).
2.6 Jasa
2.6.1 Definisi Jasa
Gronroos dalam Jasfar, 2005 menyatakan bahwa jasa merupakan
suatu fenomena yang rumit (complicated). Sedangkan menurut Kotler
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak menghasilkan apapun. Dalam hal ini produksi
mungkin terikat atau tidak pada produk fisik.
Marketing Assocation dalam Jasfar (2005), jasa adalah aktifitas,
manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual atau disediakan
dalam hubungannya dengan penjualan produk.
2.6.2 Karakteristik Jasa
Menurut Berry L.L dalam Nasution (2004), jasa memiliki empat
(4) karakteristik utama, yakni :
a. Tidak berwujud (intagibility)
Sifat jasa tidak berwujud adalah jasa tidak dapat dilihat, diraba,
dirasakan, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Untuk mengurangi
ketidakpastian, pembeli jasa mencari “tanda” dari mutu jasa.
Menyimpulkan mengenai mutu dari “tanda” berupa tempat, orang,
harga, peralatan dan materi komunikasi yang dapat diliat.
b. Tidak terpisahkan (inseparitability)
Barang produksi, kemudian disimpan, selanjutnya dijual dan
akan dikonsumsi. Sebaliknya jasa dijual dulu, kemudian diproduksi
dan dikonsumsi bersamaan. Jasa tidak dapat dipisahkan (service
inserparability), berarti jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya,
baik mesin maupun manusia.
c. Keanekaragaman (variability)
Jasa sangat beraneka ragam, karena nonstandardized output,
artinya banyak variasi bentuk, mutu dan jenis, tergantung pada siapa,
kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
d. Tidak tahan lama (perishability)
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Sebagai contoh kursi pesawat yang kosong, kamar hotel
yang tidak dihuni akan berlalu atau hilang begitu saja, karena tidak
dapat disimpan. Dengan demikian, bila suatu jasa tidak digunakan,
2.6.3 Mutu Jasa
Menurut Jasfar (2005), mutu jasa adalah bagaimana tanggapan
konsumen terhadap jasa yang dikonsumsi atau yang dirasakan. Dimensi
mutu jasa yang paling sering digunakan oleh konsumen dalam membentuk
penilaian terhadap mutu jasa guna membandingkan harapan dan persepsi
terhadap jasa. Kelima (5) dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Reliability (kehandalan)
Kehandalan yakni kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan ketepatan (accurately) dan kemampuan untuk
dipercaya, terutama memberikan jasa tepat waktu dengan cara yang
sama sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan
kesalahan.
b. Responsiveness (daya tanggap)
Daya tanggap yakni kemampuan atau keinginan para karyawan
untuk membantu dan memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen
c. Assurance (jaminan)
Jaminan meliputi pengetahuan, kemampuan, ramah, sopan dan
sifat dapat dipercaya untuk menghilangkan sifat keragu-raguan
konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko.
d. Empathy (empati)
Empati yakni sikap kontak personel maupun perusahaan untuk
memahami kebutuhan maupun kesulitan konsumen, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau
hubungan.
e. Tangibles (produk fisik)
Produk fisik tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan
sarana komunikasi, dan lain-lain yang dapat dan harus ada dalam
proses jasa. Penilaian terhadap dimensi ini dapat diperluas dalam
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dilakukan Tsurayya (2010) dengan
judul analisis faktor-faktor keputusan pembelian program kursus bahasa
Inggris pada English First Bogor. Menyatakan hubungan pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi dan keputusan pembelian dengan perilaku
pasca pembelian lebih lemah dibandingkan hubungan antara evaluasi
alternatif dengan perilaku pasca pembelian. Dihasilkan delapan (8) faktor
yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian
program kursus bahasa Inggris. Delapan faktor tersebut adalah faktor
tujuan, persepsi, pertimbangan keputusan, skill, lingkungan eksternal,
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
peserta pelatihan mengikuti program bahasa Korea di Balai Latihan Kerja
Pengembangan Industri (BLKPI) Pasar Rebo, Jakarta di karenakan
banyaknya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2008 menyatakan bahwa jumlah pengangguran
terdidik mencapai 961.000 orang, dengan perincian 598.000 orang
pengangguran lulusan Sarjana dan 363.000 lulusan Diploma. Jumlah
pengangguran tersebut dikarenakan kompetensi lulusan yang tidak sesuai,
tidak diserap perusahaan, atau jumlah lulusan tersebut sudah jenuh.
Pengangguran terdidik tersebut dapat disiasati dengan mengikuti kursus
maupun pelatihan softskill untuk menambah kompetensi diri untuk bersaing
di dunia kerja.
Penilaian peserta pelatihan dilakukan dengan pemilihan contoh, hasil
dari penilaian tersebut dijabarkan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Karakteristik populasi diharapkan sudah terwakili dengan pengambilan
contoh. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor apa yang paling
mempengaruhi minat peserta mengikuti pelatihan di BLKPI Pasar Rebo,
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di BLKPI yang terletak di Jalan Raya Bogor Km
23 Pasar Rebo, Jakarta, dengan waktu penelitian dari bulan April - Juli
2011. Pemilihan tempat ini karena BLKPI terbesar, karena memiliki
jurusan yang paling banyak di DKI Jakarta, yakni 19 jurusan. Analisis Faktor
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen Program Pelatihan,
di Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri (BLKPI), Pasar rebo
Kebutuhan Pengetahuan Perilaku Pelanggan Pelatihan di
BLKPI-Pasar Rebo
Karakteristik Responden
Analisis Deskriptif
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengambilan Keputusan Peserta
Rekomendasi kepada Perusahaan
3.3 Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan
sekunder. Data primer yakni data asli yang dikumpulkan secara langsung
melalui wawancara dengan staf di BLKPI Pasar Rebo dan pengisian
kuesioner kepada responden (Lampiran 1).
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain
untuk tujuan yang lain. Bahan tambahan untuk melakukan penelitian, data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya penelitian
terdahulu, studi literatur, jurnal serta internet. Responden dalam penelitian
adalah peserta pelatihan bahasa Korea yang dilakukan pengumpulan data
dengan mendatangi responden. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
terdiri dari profil responden (jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan),
proses pengambilan keputusan (pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, hasil keputusan dan perilaku pasca keputusan) dan
pertanyaan mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin berikut:
………...(1)
Keterangan :
n = Jumlah populasi
N = Jumlah contoh
e = Nilai kritis yang digunakan (misal 10 %)
Jumlah populasi saat penelitian di Balai Latihan Kerja Pengembangan
Industri (BLKPI) Pasar Rebo, Jakarta periode April hingga Juli 2011
sebanyak 380 orang (Tabel 4).
n
= NTabel 2. Data jumlah populasi APBD Angkatan I Tahun 2011
No.
Program Pelatihan
Jumlah Peserta
(orang)
1 Bahasa Inggris 20
2 Bahasa Korea 20
3 Administrasi kantor 20
4 Tata Busana 20
5 Gambar kontruksi 20
6 Elektronika industri 20
7 Elektronika komunikasi 20
8 Teknik Informatika 20
9 Listrik instalasi penerangan 20
10 Listrik industri 20
11 Mobil Bensin 20
12 Mobil Diesel 20
13 Sepeda Motor 20
14 Teknik pendingin (tata udara) 20
15 Teknik pendingin (lemari pendingin) 20
16 Teknik mekanik (konvensional) 20
17 Teknik mekanik (computer numeric control) 20
18 Las listrik 20
19 Sekretaris kantor 20
Total Peserta 380
Sumber : BLKPI, Pasar Rebo
=
[image:35.595.105.505.115.709.2]Tabel 3. Data contoh yang diambil
Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
SMA/Sederajat 38 48,10
D3 20 25,32
S1 21 26,58
Total 79 100
Pengambilan contoh dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling acak stratifikasi yakni pengambilan contoh dengan cara pembagian
unsur-unsur populasi kedalam kelompok kecil yang disebut strata. Penelitian
ini menggunakan tingkat pendidikan (SMA, Diploma dan Sarjana), proporsi
tiap strata tidak didasarkan pada proporsi yang sebenarnya dalam populasi
tetapi lebih didasarkan pada pertimbangan analitis. Teknik ini sering disebut
dengan variable sampling fraction atau disproporsional. Komposisi
responden yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 5.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner denga
bentuk pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skala Likert dimana
responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai pertanyaan
yang diajukan. Bobot dalam Skala Likert dibuat ke dalam 5 (lima) penilaian,
[image:36.595.131.365.504.633.2]seperti dimuat pada Tabel 2
Tabel 4. Skala Likert
Jawaban Bobot Penilaian
Sangat setuju 5
Setuju 4 Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Setiap jawaban responden dikalikan dengan bobotnya. Jawaban
tersebut kemudian dibuat rentang skala, sehingga dapat diketahui dimana
letak rataan penilaian responden terhadap setiap unsur. Rentang skala
tersebut dimuat pada Tabel 3.
Rentang Skala Penafsiran
1,00 ‐ 1,80 Sangat tidak berpengaruh 1,80 ‐ 2,60 tidak berpengaruh
2,60‐ 3,40 Cukup berpengaruh
3,40 ‐ 4,20 Berpengaruh
Analisis awal sebelum mengolah data adalah melakukan uji validitas
dan reliabilitas.
3.3.1 Uji Validitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah petanyaan yang
terdapat dalam kuesioner memenuhi syarat untuk dijadikan data utama
penelitian. Kuesioner memiliki pertanyaan yang saling berhubungan
dengan konsep dasar dari tinjauan pustaka yang telah dipaparkan
sebelumnya. Pertanyaan yang tidak berhubungan, maka dinyatakan
tidak valid dan akan diganti dengan konsep pertanyaan lain yang lebih
sahih (Arietonandri, 2006).
... (2)
Keterangan : r = Koefisien reliabilitas yang dicari
N = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan
Y = Skor total
Berdasarkan hasil perhitungan, jika r-hitung lebih besar daripada
r-tabel, maka kuesioner dinyatakan valid.
3.3.2 Uji Reliabilitas
Uji ini bertujuan untuk mengukur konsistensi responden
terhadap peubahnya. Malhotra (2002) menyatakan bahwa uji
reliabilitas dilakukan dengan melihat batas nilai Cronbach’s Alpha
yang menunjukkan bagaimana tingginya butir-butir kuesioner yang
berkorelasi dan berhubungan. Apabila Nilai rhitung lebih besar dari
konsisten dan relevan terhadap variabel peneltian. Uji reliabilitas
menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau
dapat diandalkan menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus
berikut : ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − −
=
∑
22 δ δ 1 1 k k
r ………...…………... (3)
Jika : N N Xi) ( Xi δi 2 2 2
∑
∑
−= ……....………..….. (4)
Keterangan :
r = koefisien reabilitas yang dicari
k = jumlah butir pertanyaan
2
i
δ = ragam butir-butir pertanyaan
i
δ = ragam skor tes
∑
Xi = jumlah skor jawaban subyek untuk butirpertanyaan ke n
N = jumlah populasi
3.4 Pengolahan Data dan Analisis Data
3.4.1 Analisis Deskriptif
Menurut Subagyo dalam Jatmiko (2010), analisis deskriptif yaitu
cara pengumpulan data yang kemudian disajikan dengan menentukan
nilai-nilai statistika dan membuat diagram atau menampilkan gambar yang
merupakan informasi hasil pengolahan data, penyajian ini dilakukan agar
lebih mudah dipahami dan dibaca. Analisis deskriptif pada penelitian ini
meliputi karakteristik responden
3.6.2 Analisis Faktor
Analisis Faktor merupakan salah satu teknik dalam analisis
multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menelaah peubah-peubah
dalam jumlah besar. Terdapat dua (2) metode dasar analisis faktor yakni
(CFA) . CPA bertujuan untuk mengetahui jumlah faktor minimal yang
dapat diekstrak, namun sebelum memilih metode ini peneliti harus yakin
dulu bahwa Common variance lebih besar dari spesific dan error variance.
Common factor analysis mengekstrak faktor hanya berdasarkan common
variance, metode ini dapat dipakai bila tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruk yang mendasari peubah
asli. Analisis Faktor bertujuan untuk mereduksi sejumlah besar peubah
asal menjadi sejumlah faktor yang menjelaskan hubungan antar peubah
asal tersebut. Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk menelaah peubah jumlah besar, dengan tujuan mereduksi sejumlah besar
peubah asal menjadi sejumlah faktor yang menjelaskan hubungan antar
peubah tersebut.
Pengolahan data tersebut diawali dengan menberi bobot pada tiap
pertanyaan dalam kuesioner yang menjadi pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan peserta pelatihan mengikuti dalam pelatihan
bahasa Korea. Data yang diperoleh berupa data ordinal dengan
menggunakan skala Likert berskala 1-5. Arti skala tersebut dapat diartikan
sebagai berikut, skala 5 menunjukkan bobot sangat penting, 4 adalah
penting, 3 artinya biasa saja, 2 artinya kurang penting dan 1 artinya sangat
tidak penting. Selanjutnya pengolahan data dilanjutkan dengan
menggunakan software Statistical Package to the Social Science (SPSS)
4.1. Gambaran Umum BLKPI-Pasar Rebo
4.1.1 Sejarah BLKPI
BLKPI Pasar Rebo didirikan pada tahun 1953 dengan nama
Pusat Latihan Kerja (PLK). Pada mulanya PLK bertujuan untuk
program pelatihan bidang industri, di mana pengadaan peralatan
PLK pada saat itu berasal dari luar negeri yaitu Colombo Plan dan
ILO. Tahun 1960-an diarahkan untuk melatih para pencari kerja,
mantan pejuang (veteran) dan pegawai instansi lain agar menjadi
tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang memandai. Program
pelatihan dilaksanakan secara intensif (960 jam). Pendekatan ini
dimungkinkan, karena jumlah kelompok sasaran yang akan dilatih
relative sedikit.
Periode tahun 1970, seiring dengan pendirian PLK daerah lain
di Indonesia, terjadi perubahan nama menjadi Balai Latihan Kerja
(BLK). Pada periode ini program pelatihan dilaksanakan relatif
kurang intensif (480 jam). Hal ini disebabkan lebih banyak
kelompok sasaran yang mengikuti latihan. Sehingga untuk
memenuhi asas pemerataan, aspek kuantitas lebih diutamakan
disbanding aspek kualitas. Dikembangkan program pelatihan kerja
dengan metode Mobile Training Unit (MTU), yaitu program latihan
kerja yang dilaksanakan untuk menjangkau wilayah Jakarta yang
masih terpencil.
Periode tahun 1980 hingga awal 1990, BLK Pasar Rebo
dikategorikan sebagai BLK type A. kategori ini didasarkan pada
kapasitas daya tampung BLK yang memang besar bagi pelaksanaan
latihan. Pada periode ini BLK Pasar Rebo difokuskan untuk melatih
tenaga pengangguran, sehingga kegiatan bersifat komersial dan
Periode awal tahun 1990, BLK di Indonesia memasuki era
baru dalam hal pelaksanaan pelatihan. Pada masa ini perubahan
terjadi pada pola pelatihan berorientasi pada supply driven menjadi
pola pelatihan berorientasi demand driven, pada periode ini BLK
diarahkan untuk menyelenggarakan pelatihan dengan jenis tertentu.
BLK Pasar Rebo yang berlokasi di wilayah perindustrian, diarahkan
kedalam program pelatihan yang berorientasi industri. Berdasarkan
surat keputusan Menaker nomor Kep. 88/MEN/1997 yang
menyatakan BLK Pasar Rebo berubah nama menjadi Balai Latihan
Kerja Industri (BLKI) Pasar Rebo.
Sejak berdiri (1953) sampai dengan akhir tahun 2000, BLKPI
Pasar Rebo merupakan salah satu unit pelaksana teknis di
lingkungan Departemen Tenaga Kerja (DEPNAKER). Keberadaan
ini berlangsung hingga digulirkannya program Otonomi Daerah yang
pada awal tahun 2001, BLKI Pasar Rebo ditetapkan berada di bawah
naungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor : 160 Tahun
2002, BLKI Pasar Rebo kembali berganti nama menjadi Balai
Latihan Kerja Pengambangan Industri (BLKPI) Pasar Rebo.
Berdasarkan SK Gubernur ini pula, BLKPI Pasar Rebo yang berada
di Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Propinsi DKI Jakarta dalam bidang latihan kerja
industri.
4.1.2 Visi dan Misi BLKPI-Pasar Rebo
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi DKI Jakarta
sebagai perangkat sistem pemerintahan yang menjalankan misi
sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 pasal 27, ayat 2
yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Selain itu
dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dalam Bab I pasal 4 ayat h, menyatakan bahwa otonomi
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan
perundang-undangan.
Visi BLKPI adalah terwujudnya pelatihan keterampilan yang
berbasis kompetensi dan diserap pasar kerja, menjadi pusat berbagai
pelatihan dalam rangka penyediaan tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang aneka kejuruan, tata niaga
dan industri. Misi Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri,
Pasar Rebo, diantaranya :
1. Membentuk SDM yang bermutu, Inovatif dan kreatif.
2. Menjadikan lembaga pelatihan yang Excellent dan berfungsi
sebagai penyedia tenaga profesional yang mandiri
3. Melakukan kerjasama antar sesame lembaga pelatihan guna
meningkatkan mutu hasil pelatihan
4. Menyelenggarakan pelatihan.
4.1.3 Struktur Organisasi BLKPI-Pasar Rebo
Struktur Organisasi BLKPI-Pasar Rebo dipimpin oleh Kepala
Balai yang terdiri atas bagian tata usaha, seksi pelatihan dan
pemasaran, seksi standarisasi dan uji kompetensi serta kelompok
[image:42.595.118.503.498.688.2]jabatan fungsional.
Gambar 4. Struktur organisasi BLKPI-Pasar Rebo
Kepala BLKPI
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi Standarisasi dan Uji Kompetensi Seksi Pelatihan dan
Pemasaran
4.2 Karakteristik Konsumen BLKPI-Pasar Rebo
Karakteristik konsumen Balai Latihan Kerja Pengembangan Industri
(BLKPI), Pasar Rebo dalam penelitian ini meliputi beberapa peubah
demografi, seperti pendidikan terakhir, usia, jenis kelamin, status
pernikahan, pekerjaan terakhir dan wilayah domisili. Karakteristik
konsumen yang didapatkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
menggambarkan karakteristik konsumen BLKPI-Pasar Rebo pada
umumnya, sehingga dapat membantu dalam membuat strategi pemasaran
yang sesuai dengan sasaran. Karakteristik responden yang didapatkan
diharapkan dapat mewakili populasi yang ada dalam BLKPI-Pasar Rebo,
yang terdiri dari 19 jurusan yang berbeda dengan total peserta pelatihan
sebanyak 380 orang. Keanekaragaman populasi yang ada di BLKPI-Pasar
Rebo dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, usia, jenis
kelamin, status pernikahan, pekerjaan hingga wilayah tempat tinggal.
Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar karakteristik
yang paling dominan mengikuti pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo.
4.2.1 Pendidikan Terakhir
Berdasarkan data yang didapatkan, penelitian ini
pengelompokkan responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir,
jumlah yang mendominasi peserta pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo
yakni peserta lulusan SMA 48%, peserta lulusan Diploma 25% dan
Sarjana 27%. Persyaratan mengikuti pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo,
yakni telah lulus SMA, sehingga pencari kerja yang berasal dari
lulusan SMA memiliki kesempatan untuk meningkatkan skill dan
Gambar 5. Karakteristik konsumen berdasarkan pendidikan
Hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan usia,
didapatkan hasil bahwa konsumen BLKPI-Pasar Rebo lulusan SMA
sebanyak 48% didominasi oleh usia remaja yakni usia 15-20 tahun
sebanyak 25 orang (32%), 10 orang (13%) berumur 21-25 tahun
sisanya berumur lebih dari 26 tahun. Dari hasil ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa mayoritas konsumen yang mengikuti pelatihan di
BLKPI-Pasar Rebo adalah lulusan SMA dengan usia 15-25 tahun
(45%), dikarenakan program pelatihan yang di buka oleh BLKPI
sangat mendukung meningkatkan kemampuan peserta lulusan SMA
untuk bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Pada usia ini biasanya
lebih senang mempelajari sesuatu yang baru dan memiliki rasa ingin
tahu yang kuat dibandingkan dengan usia yang lebih tua. Data tabulasi
silang antara pendidikan dengan usia dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6. Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan usia
SMA (%) DIPLOMA(%) SARJANA(%) Total(%)
15‐20 32 0 0 32
21‐25 13 14 14 41
26‐30 3 6 10 19
31‐35 1 4 1 6
36‐40 0 1 1 3
Total 48 25 27 100
Jumlah peserta peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan di
BLKPI-Pasar Rebo berdasarkan tabulasi silang antara tingkat
pendidikan dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah peserta
[image:44.595.170.521.533.642.2]dan Sarjana 27% tidak terlalu berbeda jauh. Jumlah perempuan
lulusan SMA lebih banyak dari pada jumlah pria, karena jurusan yang
dibuka pada pelatihan periode ini memungkinkan peserta perempuan
mengikuti pelatihan yang sesuai dengan minat seperti tata busana,
sekretaris, bahasa Inggris, administrasi kantor atau jurusan yang baru
dibuka, yakni bahasa Korea yang pada periode ini di dominasi oleh
perempuan. Peserta perempuan memiliki kesempatan yang sama
untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi dirinya dengan
mengikuti pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo. Tabulasi silang antara
tingkat pendidikan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan jenis kelamin
SMA (%) DIPLOMA (%) SARJANA (%) Total (%)
Laki-laki 22 18 14 53
Perempuan 27 8 13 47
Total (%) 48 25 27 100
4.2.2 Pekerjaan Terakhir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen sebanyak 49%
adalah belum bekerja dengan lulusan SMA, 43% pernah bekerja dan
8% lainnya. Hali ini dikarenakan banyak peserta mengikuti program
pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo untuk mencari pekerjaan, dilihat dari
banyaknya peserta yang sudah pernah bekerja dan pelajar (baik
Mahasiswa maupun lulusan SMA) dan hanya 8% yang pekerjaan
terakhir berwiraswasta atau memiliki usaha sendiri. Rendahnya minat
peserta pelatihan untuk membuka usaha menjadi faktor utama peserta
mengikuti program pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo. Meningkatkan
kemampuan untuk dapat bersaing mendapatkan pekerjaan dan
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik menjadi pendorong peserta
pelatihan mengikuti pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo. Karakteristik
konsumen yang digunakan pada saat penelitian berdasarkan pekerjaan
Gambar 6. Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang didapatkan bahwa peserta
pelatihan di BLKPI didominasi oleh peserta yang belum pernah bekerja
sebanyak 49%, hal ini disebabkan oleh peserta yang ingin
mengembangkan kemampuannya dengan mengikuti pelatihan yang ada
di BLKPI-Pasar Rebo agar siap terjun ke dunia kerja, sedangkan yang
sudah pernah bekerja sebanyak 43% karena peserta yang sudah pernah
bekerja ingin menambah kemampuanya agar lebih mapan dibidang
pekerjaannya dan sisanya (8%) adalah wiraswasta atau pekerja lain
yang ingin mengembangkan usahanya sendiri agar lebih maju dan lebih
berkompetensi untuk memenangkan persaingan usaha.
Data yang didapatkan terlihat bahwa lulusan SMA mendominasi
peserta pelatihan yang belum pernah bekerja sebanyak 28%, karena
lulusan SMA memiliki tingkat kompetensi yang masih rendah, sehingga
perlu mengikuti pelatihan ini. Data tabulasi silang tingkat pendidikan
Tabel 8. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Dengan Pekerjaan Terakhir
Belum pernah bekerja (%)
Bekerja
(%) lainnya (%) Total
SMA 28 18 3 48
Diploma 9 15 1 25
Sarjana 13 10 4 27
Total 49 43 8 100
4.2.3 Usia
Berdasarkan hasil analisa menggunakan SPSS versi 15,
dengan jumlah responden (N) sebanyak 79 orang didapatkan hasil
bahwa usia minimum responden adalah 18 tahun. Hal ini
dikarenakan syarat untuk mengikuti pelatihan di BLKPI-Pasar
Rebo adalah lulusan SMA/sederajat, maka didapatkan usia peserta
pelatihan berusia lebih dari 18 tahun. Usia peserta pelatihan tertua
adalah 40 tahun, karena tidak ada batasan usia mengikuti pelatihan
di BLKPI-Pasar Rebo, sehingga usia 40 tahun diperbolehkan
mengikuti pelatihan. Rataan (mean) usia responden adalah 23,76
tahun, dengan standard error 0,58. Hal ini dapat didefinisikan
rataan usia peserta pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo terletak pada 5
simpangan baku adalah 20,86 sampai 26,66 tahun atau 21 hingga
27 tahun. Hasil analisa usia responden dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 9. Hasil Analisa Usia Responden
N
Valid
79
Missing
0
Mean 23,76
Std. Error of Mean 0,58
Median 23
Std. Deviation 5,14
Variance 26,44 Skewness 1,28
Std. Error of Skewness 0,27
Kurtosis 1,44
Std. Error of Kurtosis 0,53
Range 22 Minimum 18 Maximum 40
Percentiles
10 19 25 20 50 23
75 26
90 30
Pengelompokkan usia responden menunjukkan bahwa konsumen
usia remaja mendominasi karakteristik peserta pelatihan yakni sebanyak
32% berusia 15 hingga 20 tahun, 21-25 tahun 40%, 26-30 tahun 19% dan
sisanya 9% berumur lebih 31 tahun. Hal ini diakibatkan oleh peminat
pelatihan adalah peserta yang belum memiliki pekerjaan atau yang ingin
meningkatkan skill untuk masuk ke dunia kerja. Karakteristik konsumen
Gambar 7. Karakteristik konsumen berdasarkan usia
Hasil tabulasi silang dengan pekerjaan didapatkan hasil pada usia 15
hingga 25 tahun di dominasi 46% adalah belum bekerja (lulusan SMA,
Diploma maupun Sarjana) dan 26% adalah bekerja atau pernah bekerja
(Tabel 10). Salah satu faktor yang mempengaruhi peserta mengikuti
pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo adalah ingin menambah kemampuan untuk
dapat bersaing dalam mencari pekerjaan atau mencari pekerjaan yang lebih
baik dari pekerjaan sebelumnya. Data tabulasi silang usia dan pekerjaan
terakhir dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel 10. Tabulasi silang usia dengan pekerjaan terakhir
Belum Pernah Bekerja Bekerja Lainnya Total
15‐20 23 8 1 32
21‐25 23 18 0 41
26‐30 3 13 4 19
31‐35 1 4 1 6
36‐40 0 1 1 3
[image:49.595.148.515.515.656.2]4.2.4 Wilayah Domisili
Faktor lokasi pelatihan juga mempengaruhi minat peserta
mengikuti program pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo, dapat dilihat pada
tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan wilayah tempat
tinggal. Sebanyak 85% responden tinggal dekat dengan lokasi
pelatihan yakni yang berada di Jakarta Timur, promosi yang dilakukan
oleh pihak BLKPI-Pasar Rebo belum maksimal karena hanya wilayah
Jakarta Timur saja yang mendominasi peserta pelatihan. Sisanya
Jakarta Selatan 8%, Jakarta Utara 1% dan lainnya seperti Depok dan
sekitarnya 6%. Karakteristik peserta pelatihan berdasarkan tempat
[image:50.595.155.513.343.523.2]tinggal dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 . Karakteristik konsumen berdasarkan tempat tinggal
4.2.5 Status pernikahan
Peserta pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo belum menikah (84%),
banyak peserta yang masih melakukan pendidikan, baik lulusan SMA,
Diploma maupun Sarjana. Karakteristik peserta pelatihan berdasarkan
Gambar 9. Karakter konsumen berdasarkan status pernikahan
4.3 Analisis Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
4.3.1 Uji Validitas Kuesioner
Hasil pengujian kuesioner awal sebanyak 30 responden
untuk uji validitas, untuk mengetahui kelayakan pertanyaan untuk
di masukkan dalam kuesioner. Nilai r-tabel (α) didapatkan dari
jumlah sampel (n) 30–2 = 28 dengan selang kepercayaan 90%
(error 10%) jadi nilai r-tabel adalah 0,306. Nilai r-tabel sebagai
acuan valid tidaknya peubah yang digunakan dalam kuesioner.
Menggunakan SPSS versi 15.0 didapatkan nilai r-hitung (Corrected
Item-Total Correlation) lebih besar dari pada r-tabel, Nilai
Corrected Item-Total Correlation setiap pertanyaan dalam
kuesioner awal lebih dari r-tabel yakni lebih dari 0,306. Nilai
terendah adalah pada pertanyaan realibility 2 sebesar 0,507 dan
tertinggi adalah pertanyaan tentang sender 2 dengan nilai 0,949.
hal ini menunjukkan bahwa 30 peubah dalam kuesiner mengenai
faktor yang dipentingkan konsumen dalam mengikuti pelatihan di
BLKPI-Pasar Rebo layak untuk dijadikan pertanyaan dalam
[image:51.595.126.493.87.265.2]4.3.2 Uji Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan
antar peubah dalam kuesioner, reliabilitas awal yang diujikan
kepada 30 responden peserta pelatihan di BLKPI-Pasar Rebo
didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,977. Nilai tersebut
adalah reliable karena Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60,
hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 3.
4.4 Analisis Faktor
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor yang dipentingkan
oleh peserta pelatihan di Balai Pelatihan Kerja Pengembangan Industri
(BLKPI