• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bagi Hasil, Lokasi dan Cintra Merek Terhadap Proses Keputusan Menabung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bagi Hasil, Lokasi dan Cintra Merek Terhadap Proses Keputusan Menabung"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH BAGI HASIL, LOKASI DAN CITRA MEREK

TERHADAP PROSES KEPUTUSAN MENABUNG (STUDI

KASUS PRODUK TABUNGAB IB HASANAH MAHASISWA

PADA BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN)

Oleh

Muhmmad Afief mrullah

(1113081000114)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Afief Amrullah

No. induk Mahasiswa : 1113081000114

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mempu mengembangkan dan mempertanggungjawabkannya.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 8 Desember 2016 Yang menyatakan

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

INDENTITAS DIRI

Nama : Muhammad Afief Amrullah

Tempat, Tanggal Lahir : Tanah Grogot, 29 April 1993 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jalan Bumi Mas Raya Komp. Bumi Handayani RT.01 RW.01 NO.13 Banjarmasin

Agama : Islam

Telepon : 087876379409

Email : afiefamrullah29@gmail.com

PENDIDIKAN

 1999 – 2002 : SDN Kebun Bunga 6 Banjarmasin  2002 – 2005 : SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin  2005 – 2008 : SMP Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin  2009 – 2012 : MA Darunnajah Jakarta Selatan

 2012 – 2015 : Universitas Indonesia

 2013 – 2017 : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

 2011 – 2012 : Pers Dan Jurnalistik Ponpes Darunnajah

 2014 – 2015 : Sekretaris Bidang Keilmuan PK.FEIS Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ciputat

 2015 : Kepala Bidang Keilmuan PK.FEIS Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ciputat

(7)

vii ABSTRACT

The purpose of this resesarch was to analyze the effect of reveneu sharing, location and brand image simultaneously and partially to the decision to save in

product “Tabungan Ib Hasanah (Mahasiswa)” ini Bank BNI Syariah

Banjarmasin. The sample used in this study were 100 respondents from the Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Student. The analytical method used is multiple linear regression analysis. The data obtained is the primary data that is the result of the respondents' answers to the questionnaire were distributed. These results indicate that there is a simultaneous effect on the outcome variabel, location and brand image to the decision to save. The results of this research shows that partially variabel reveneu share, location and brand imace to the decision to save. In the test of determination, there is the influence of a variabel 65.7% revenue sharing, location and brand image to the decision to save. Meanwhile, as many as 34.3 %% (100% - 65.7%) influenced by other variabels which not included in this study.

(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh bagi hasil, lokasi dan citra merek secara simultan dan parsial terhadap proses keputusan menabung produk tabungan iB Hasanah(Mahasiswa) di Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden dari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Metode analisis yang digunakan adalah analisa regresi linier berganda. Data yang diperoleh merupakan data primer yang merupakan hasil dari jawaban responden atas kuesioner yang disebarkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel bagi hasil, lokasi dan citra merek terhadap proses keputusan menabung. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa secara parsial, variabel bagi hasil, lokasi dan citra merek terhadap keputusan menabung. Pada uji determinasi, terdapat pengearuh sebesar 65,7% dari variabel bagi hasil, lokasi dan citra merek terhadap keputusan menabung. Sedangkan, sebanyak 34,3%% (100% - 65,7%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang, (Alm.) Ayah Dra. Abdul Basit dan Ibu Dra.Yusna Zaidah M.H yang telah membesarkanku. Serta senantiasa selalu memberi semangat, dan doa disetiap harinya. Kalian juga telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Aamiin Ya Rabbal’alamin.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si.selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

(10)

x

mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi iniserta motivasinya yang begitu besar pada penulis.

4. Ibu Titi Dewi Warnida, SE, M.Si.selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Ela Patriana, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Sopyan, SE, MM. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini. 7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu

yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh Staf Tata Usaha dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 9. Terima kasih kepada Chanasya Bayu Ananda yang telah bersedia membantu

dan selalu memberikan dukungan, doa dan semangat yang tiada hentinya. 10. Terima kasih kepada Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin dan Universitas

Muhammadiyah Banjarmasin khususnya Pak Adrie, Ibu Muhibah dan Ibu Dian yang telah membantu penulis dalam mencari data dan menyebar kuesioner sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

11.Untuk sahabat dan teman seperjuangan CCIT FTUI-2012 dan MIPS 2013 khususnya “petok family”, “konjoy” “kelas penjahat” dan “kelas

(11)

xi

12.Semua Pihak yang belum disebut diatas, terima kasih atas segala bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

(12)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Manfaat Penelitian ... 18

BAB II 19

A. Teori tentang Bagi Hasil ... 19

B. Teori tentang Pemasaran Bank ... 29

C. Strategi Penentuan Lokasi ... 41

D. Citra Merek ... 45

E. Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan ... 49

F. Penelitian Terdahulu ... 51

G. Kerangka Pemikiran ... 59

H. Hipotesis ... 60

I. Definisi Operasional Variabel ... 61

BAB III 64

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 64

B. Metode Penentuan Sampel ... 65

(13)

xiii

D. Metode Analisis Data ... 68

BAB IV 75

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77

C. Analisis Deskriptif ... 80

D. Uji Asumsi Klasik ... 105

E. Uji Hipotesis ... 110

F. Interpretasi ... 114

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Lokasi BNI Kantor Cabang... 10

Tabel 1. 2 Top Branding Index 2016 ... 14

Tabel 1. 3 Jumlah Dana Tabungan Bank BNI Syariah (Dalam Juta) ... 14

Tabel 2. 1 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil ... 23

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu ... 53

Tabel 2. 3 Definisi Operasional Variabel ... 61

Tabel 4. 1 Tabel Hasil Uji Validitas Bagi Hasil... 78

Tabel 4. 2 Tabel Hasil Uji Validitas Lokasi ... 78

Tabel 4. 3 Tabel Hasil Uji Citra Merek... 79

Tabel 4. 4 Tabel Hasil Uji Keputusan ... 79

Tabel 4. 5 Jenis Kelamin ... 81

Tabel 4. 6 Usia ... 81

Tabel 4. 7 Pendidikan ... 82

Tabel 4. 8 Pengetahuan jumlah bagi hasil ... 83

Tabel 4. 9 Keuntungan sistem bagi hasil ... 84

Tabel 4. 10 Kenyamanan sistem bagi hasil ... 85

Tabel 4. 11 Manfaat ekonomi sistem bagi hasil ... 86

Tabel 4. 12 Keadilan sistem bagi hasil... 87

Tabel 4. 13 Bank BNI Syariah dekat dengan pasar ... 88

Tabel 4. 14 Bank BNI Syariah dekat dengan perumahan ... 89

Tabel 4. 15 Bank BNI Syariah dekat dengan kantor ... 90

Tabel 4. 16 Visibilitas Bank BNI Syariah ... 91

Tabel 4. 17 Tempat Parkir Bank BNI Syariah ... 91

Tabel 4. 18 Bank BNI Syariah diketahui dengan baik ... 92

Tabel 4. 19 Bank BNI Syariah sebagai market leader ... 93

Tabel 4. 20 Diferensiasi Bank BNI Syariah ... 94

Tabel 4. 21 Bank BNI Syariah mudah diingat ... 95

Tabel 4. 22 Bank BNI Syariah mudah diucapkan ... 95

Tabel 4. 23 Memenuhi kebutuhan dalam menabung di Bank BNI Syariah ... 96

Tabel 4. 24 Bank BNI Syariah merupakan bank yang bergengsi ... 97

Tabel 4. 25 Informasi media cetak/elektonik ... 98

Tabel 4. 26 Informasi orang terdekat ... 99

Tabel 4. 27 Pertimbangan tentu sebelum menabung ... 100

Tabel 4. 28 Keamanan menyimpan dana ... 101

(15)

xv

Tabel 4. 30 Kemudahan bertransaksi ... 103

Tabel 4. 31 Kepuasan (sesuai keinginan) ... 104

Tabel 4. 32 Kepuasan (sesuai kebutuhan) ... 105

Tabel 4. 33 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 107

Tabel 4. 34 Hasil Uji Multikolinieritas ... 108

Tabel 4. 35 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 110

Tabel 4. 36 Anova (Uji F) ... 111

Tabel 4. 37 Coefficients (Uji t) ... 112

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ... 59

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ………135

LAMPIRAN 2 ………138

LAMPIRAN 3 ………152

LAMPIRAN 4 ………155

LAMPIRAN 5 ………166

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pengertian perbankan syariah adalah segala sesuatu yang berkaitan

tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (pasal 1 angka 1). Sedangkan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (pasal 1 angka 2). Dengan demikian, lembaga perbankan yang kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah maka dapat dikatakan sebagai perbankan syariah. (Burhanudin 2008:17)

Gagasan adanya lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya suatu sistem

(19)

2 dalam perbankan untuk tujuan kemaslahatan (Burhanudin 2008:14). Secara global, perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat (Erwandi 2013 : 331)

Pembentukan perbankan syariah dimulai dengan adanya ketentuan hukum bahwa riba merupakan sesuatu yang telah diharamkan sehingga dilarang oleh agama. Dengan adanya larangan tersebut kemudian timbul pemikiran mendirikan bank syariah yang bertujuan untuk menjauhkan umat dari praktik riba dalam kegiatan usaha perbankan. (Burhanudin 2008:14). Tidak seorang muslimpun yang menyangkal haramnya hukum riba. Teks Alquran begitu jelas menyatakan bahwa Allah telah mengharamkan riba (Erwandi 2013:331). Berikut ini merupakan landasan syariah tentang keharaman riba yang terdapat dalam Alquran dan hadiṡ. Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2: 275.

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Dalam hadiṡ, Nabi ṣallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan agar seorang muslim menjauhi riba, karena riba termasuk salah satu dari tujuh dosa besar. Nabi ṣallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْلا عْ َسلا ااْو نتْجا :لاق مَ سو هْي ع ه ى ص ّي َنلا نع هْنع ه يض رْيره ْيبأ ْنعو

“Dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu dari Nabi ṣalallahu Alaihi wa Sallam,

beliau bersabda,“ Jauhi tujuh perkara yang membawa kehancuran! Para sahabat bertanya, “Wahai, Rasulullah! Apakah ketujuh perkara itu? Beliau

(20)

3 memakan harta anak yatim, melarikan diri dari pertempuran, melontarkan tuduhan zina kepada wanita-wanita mukminah yang memelihara dirinya dari

perbuatan dosa dan tidak tahu menahu.” (Muttafaq ‘alaih).

Perbankan syariah telah dibangun untuk mendorong umat Islam dalam menggunakan uang untuk kepentingan yang konsisten dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip syariah merupakan kata kunci yang sangat penting

dalam memahami perbankan syariah (Hasan, 2009:31). Perbankan ini sekarang menjadi sarana penting dalam menarik simpanan dari pemilik dana yang menginginkan untuk menginvestasikan dana melalui cara dan sarana yang sesuai dengan prinsip syariah (Muhammad, 2010 :11) . Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain berupa prinsip bagi hasil.

Kerangka hukum pengembangan industri perbankan syariah diwadahi dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

memperkenalkan “sistem bagi hasil” atau “prinsip bagi hasil” dalam kegiatan

perbankan nasional. Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, bank Islam tersebut tidak lagi dinamakan dengan “bank berdasarkan prinsip bagi hasil”, tetapi dengan nama baru, yakni “Bank

(21)

4 bentuk Undang-Undang perbankan sendiri. Karena secara prinsip terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara perbankan konvensional dan syariah sehingga tidak dapat ditautkan pada undang-undang perbankan yang ada (Jayadi , 2011:3). Dengan munculnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan terakhir Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, kebijakan tersebut memberikan landasan hukum yang jelas dan kuat bagi bank syariah baik dari segi kelembagaannya maupun dari segi operasionalnya (Mubarak, 2008:91).

Perkembangan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia menurut data statistik perbankan syariah menunjukkan bahwa jaringan kantor perbankan syariah baik Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah pada bulan

Juni tahun 2016 berjumlah 2127 kantor. Berdasarkan data statistik perbankan syariah tersebut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jaringan kantor

perbankan syariah pada tahun 2009 yang hanya berjumlah 1.223 kantor. Peningkatan ini merupakan respon yang baik dari masyarakat atas kepercayaannya untuk menggunakan produk dan jasa yang ada di perbankan syariah. Selain untuk menghindari praktik riba yang ada pada bank

(22)

5 mempertimbangkan apakah ia akan menggunakan produk dan jasa bank yang ditawarkan atau tidak.

Dewasa ini perbankan syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keberadaannya telah menjamur di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia. Produk dan jasa yang ditawarkan pun bermacam-macam. Selain itu tingkat keuntungan atau bagi hasil yang ditawarkan masing-masing bank pun berbeda-beda. Misalnya saja di Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin, produk utama yang ditawarkan yaitu produk pendanaan seperti giro, tabungan dan deposito yang menggunakan akad wadi’ah dan akad mudharabah. Besarnya tingkat keuntungan atau bagi hasil produk yang menggunakan akad mudharabah merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi

nasabah untuk memilih Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

Melihat besarnya kebutuhan dari nasabah produk Tabungan dan Giro Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Banjamasin semakin lama semakin berkembang dan memperkenalkan produk-produk terbaru mereka untuk menarik minat masyarakat dan untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya lembaga keuangan tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dimasa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dilakukan bank dengan mengembangkan berbagai produk dan jasa perbankan. Produk perbankan yang dikembangkan berupa produk penyimpanan dana (dalam bentuk tabungan, deposito, giro).

(23)

6 dari produk tersebut. Adapun tingkat keuntungan yang akan diperoleh konsumen pada jasa bank syariah adalah bagi hasil (Daulay, 2012:6). Roziq dan Diptyanti (2013) mengungkapkan tingkat pengembalian bagi hasil terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan.

Penemuan ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Raihanah Daulay (2012) dimana tingkat pengembalian bagi hasil terbukti memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan. Sistem Bagi Hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan

syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus

ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.(Antonio,2001)

(24)

7 dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank. Pada Aplikasi perbankan syariah umumnya, bank dapat menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank- bank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan perhitungan

(25)

8 hasil berdasarkan revenue sharing yaitu bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah.

Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik, layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang tinggi. Tabungan Mudharabah merupakan simpanan pihak ketiga yang diperuntukkan bagi perorangan dan lembaga berbadan hukum yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu sesuai dengan sistem bagi hasil (Muhammad,2001). Dengan pengertian tersebut, maka bank bertindak sebagi mudharib (pengelola dana), dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Bank akan berusaha sebaik-baiknya mengelola dana yang dipercayakan kepadanya, sehingga memperoleh keuntungan yang layak yang akan dibagikan kepada pemiliknya secara proporsional sebagaimana kesepakatan bank dengan pemilik dana.

(26)

9 menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pegelola harus bertanggunga jawab atas kerugian tersebut (Muhammad, 2008:275). Rumus perhitungan bagi hasil mudharabah adalah sebagai berikut:

Hari bagi hasil x Saldo rata-rata harian x Tingkat bagi hasil Hari kalender yang bersangkutan.

Selain melihat pada tingkat keuntungan yang akan diperolehnya, nasabah juga mempertimbangkan lokasi bank itu sendiri. Lupiyoadi (2001: 61) mendefinisikan lokasi adalah tempat dimana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi. Penentuan lokasi suatu cabang bank merupakan salah satu kebijakan yang sangat penting. Bank yang terletak dalam lokasi yang strategis sangat memudahkan nasabah dalam berurusan dengan bank.

Dalam penelitian Maysaroh (2014), terdapat pengaruh positif variabel lokasi terhadap keputusan nasabah. Indikator pusat keramaian dan mudah dijangkau ternyata mempengaruhi nasabah dalam memilih bank syariah.

(27)

10 Tabel 1. 1 Lokasi BNI Kantor Cabang

BNI Kantor

Banjarmasin <1KM (Pasar Pandu, Giant, Sumber : Google maps (Data diolah)

(28)

11 Aspek lainnya selain lokasi dan bagi hasil yang harus dimiliki dan dipertahankan nilai positifnya bagi setiap perusahaan adalah citra merek. Karena pada dasarnya, pengertian dari kata merk itu sendiri menurut Dolak (2004) dalam Hapsari (2008:5) yakni “A brand is an identicable entity that

makes specific promises of value”. Yang berarti bahwa sebuah merek

merupakan alat identifikasi yang secara spesifik membuat nilai yang menjajikan. Hal yang sangat penting bagi produsen maupun konsumen yaitu merek bukan hanya simbol yang dipakai untuk mengidentifikasi produk atau perusahaan. Peranan atau fungsi merek bukan hanya sebagai pembeda dari produk yang dihasilkan oleh produsen yang satu dengan produk lainnya, namun merek merupakan penentu dalam menghasilkan keunggulan kompetitif. Nasabah memandang merek sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam melakukan suatu keputusan pembelian, merek merupakan nilai tambah bagi suatu produk.Citra merek yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen, citra merek yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing.

(29)

12 timbulnya perasaan positif pada saat memilih atau menggunakan merek tertentu. Demikian sebaliknya apabila suatu merek memiliki citra (image) buruk dimata nasabah kecil kemungkinan konsumen/nasabah untuk memilih produk tersebut. Image yang diyakini oleh konsumen mengenai sebuah merek sangat bervariasi dari persepsi masing-masing individu. Nasabah memandang tabungan iB Hasanah (Mahasiswa) sebagai tabungan yang sangat berkualitas dapat dipercaya dan memberikan keuntungan yang sangat menarik bagi nasabah. Selain itu, kualitas sebuah merek memberikan alasan yang sangat penting bagi konsumen/nasabah untuk membeli. Apabila image yang tertanam dalam suatu produk baik, maka konsumen akan membeli produk itu sebaliknya bila image yang tertanam dalam benak konsumen mengenai 2 merek tersebut negatif maka konsumen tidak akan membeli produk tersebut . Image yang positif tentu menjadi kekuatan bagi brand yang digunakan

(30)

13 karena brand tersebut mempunyai suatu dampak pada setiap persepsi konsumen, dimana masyarakat mempunyai kesan positif terhadap produk dan perusahaan, dan untuk mempertahankan dan meningkatkan pasar konsumen, diperlukan image dan persepsi yang baik terhadap produk dan perusahaan. Image/ citra yang baik dibutuhkan suatu produk adalah apabila produk

tersebut mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, yaitu dengan cara membuat dan mengembangkan produk sesuai dengan harapan dan selera konsumen, mutu dan kualitas yang terjamin dan sistem penyampaian produk hingga konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk-produk tersebut. Citra merek itu sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai kumpulan

asosiasi yang terbentuk pada konsumen, sebagai hasil dari pengalaman dari orang yang sudah mengkonsumsi msuatu produk. Oleh sebab itu pengalaman konsumen merupakan faktor terpenting dalam membangun citra merek. Karena dari pengalaman tersebut seorang konsumen dapat mengambil keputusan memilih produk tersebut.

Dalam penelitian Intan (2012) Hasil uji Regresi Linier Berganda menunjukkan citra produk berpengaruhsignifikan terhadap keputusan konsumen dengan koefisien 0,236. Hal ini berarti faktor citra produk berpengaruh terhadap keputusan nasabah memilih PT. Bank Central Asia cabang Probolinggo. Dalam penelitian ini citra produk meliputi atribut produk, jaminan kualitas produk dan penawaran produk.

(31)

14 persentase 15,9% dan masuk dalam jajaran TOP Brand, mengungguli Bank Muammalat 10,1% dan Bank BCA Syariah 3,6%. Sementara Posisi pertama dan kedua berturut turut diisi oleh Bank Syariah Mandiri 31,5% dan BRI Syariah 26,4%.

Tabel 1. 2Top Branding Index 2016

Sumber : Top Brand Award 2016 fase 1

Masuknya BNI Syariah sebagai salah satu Top Brand di Indonesia, yang didukung dengan penempatan lokasi yang strategis menimbulkan efek domino berupa animo masyarakat untuk menabung di BNI Syariah semakin tinggi dan terbukti dari 8 produk tabungan unggulan BNI Syariah ( Tabungan Ib Hasanah (Syariah plus), Tabungan Haji Ib Hasanah, Tabungan Prima Ib hasanah ,IB Hasanah(Mahasiswa) Ib Hasanah ,Tapenas IB Hasanah, Tabungan Ib Bisnis dan Tabungan Ib hasanah Classic ) terjadi peningkatan jumlah tabungan dari 2,4 Triliun pada tahun 2011 meningkat meningkat menjadi 5,7 Triliun pada tahun 2015 atau terjadi kenaikan sebesar 137,71%.

Tabel 1. 3 Jumlah Dana Tabungan Bank BNI Syariah (Dalam Juta)

Produk 2011 2012 2013 2014 2015

(32)

15

Sumber : Laporan Tahunan Bank Bni Syariah 2011-2015 (diolah)

Pada tahun 2015 jumlah tabungan pada produk Bank BNI Syariah mengalami kenaikan yang cukup pesat Tabungan Ib Hasanah (Syariah plus) (13,82%) , Tabungan Haji Ib Hasanah (50,4%) , Tabungan Prima Ib hasanah (28,02%) , Tapenas IB Hasanah, (26,76%) Tabungan Ib Bisnis(22,72%) dan Tabungan Ib hasanah Classic terkecuali Tabungan IB Hasanah (Mahassiswa)yang mengalami penurunan cukup besar sebesar (-26,76%).

(33)

16 menabung pada IB Hasanah(Mahasiswa) sendiri sebetulnya dapat dilihat pada tahun-tahun sebelumnya dimana terjadi penurunan persentase kenaikan dimana pada tahun 2012 persentase kenaikan sebesar 40.06% menurun pada tahun 2013 (19,13%) menurun lagi pada tahun 2014 (12,76%) dan puncaknya pada tahun 2015 bukan kenaikan yang diperoleh melainkan penurunan yang cukup signifkan (-26,76%)

(34)

17 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka pokok masalah yang akan dirumuskan yaitu:

1. Apakah bagi hasil berpengaruh terhadap proses keputusan nasabah dalam menabung?

2. Apakah lokasi berpengaruh terhadap proses keputusan nasabah dalam menabung?

3. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam menabung?

4. Apakah bagi hasil, lokasi dan citra merek berpengaruh secara simultan terhadap keputusan nasabah dalam menabung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari diadakannya penelitian tersebut oleh penulis, yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial bagi hasil terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan.

2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial lokasi terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan.

3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial citra merek terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan.

(35)

18 D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakan dan pelajar mengenai pengaruh bagi hasil, lokasi dan citra merek terhadap keputusan menabung. Selain itu, semoga dapat digunakan

sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2.Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam mempertimbangkan lokasi, bagi hasil serta citra merek pada Bank BNI Syariah.terhadap keputusan menabung.

3.Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu dan informasi serta referensi bagi penelitian selanjutnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas mengenai pengaruh bagi hasil, lokasi dan citra merek terhadap keputusan menabung. 4.Bagi Peneliti

(36)

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori tentang Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil

Dalam perekonomian modern pada dasarnya bank merupakan lembaga penyalur dana antara pihak yang berlebihan dengan pihak yang kekurangan dana. Peran ini disebut “financial intermediary”. Dengan kata lain, pada dasarnya tugas bank adalah menerima simpanan dan memberi pinjaman. Meski memberikan jasa pelayanan, tetapi bank bukan

“lembaga sosial”. Bank adalah lembaga yang bergerak dalam “usaha dagang”. Oleh karenanya keuntungan merupakan sesuatu yang penting

dalam usahanya (Abdullah, 2006:59).

Sistem perbankan yang tak membolehkan bunga kedengarannya aneh di telinga mereka yang terbiasa dengan praktik perbankan Barat.

(37)

20

perolehannya, yakni keuntungan atau jumlah pasti yang disepakati sebelumnya atas penggunaan uang (Mervyn, 2001 : 58-59).

Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik modal (surplus spending unit) bekerja sama dengan pengusaha (deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha (Ascarya 2011 : 26). Konsep bagi hasil yang digambarkan dalam buku Fiqih pada umumnya diasumsikan bahwa para pihak yang bekerja sama bermaksud untuk memulai atau mendirikan suatu usaha patungan (joint venture) ketika semua mitra usaha turut berpartisipasi sejak awal beroperasi dan tetap menjadi mitra usaha sampai usaha berakhir pada waktu semua aset dilikuidasi (Ascarya, 2011:48).

Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemilik dana maupun pengusaha. Beberapa prinsip dasar konsep bagi hasil yang dikemukakan oleh Usmani (1999), sebagai berikut :

a. Bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi merupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musyarakah, keikutsertaan aset dalam usaha hanya sebatas proporsi pembiayaan masing-masing pihak.

(38)

21 c. Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan bersama, rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang dapat berbeda dari rasio pembiayaan yang disertakan.

d. Kerugian yang ditanggung masing-masing pihak harus sama dengan proporsi investasi mereka (Ascarya, 2011:49).

2. Sistem Bagi Hasil vs Sistem Bunga

Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Bagi masyarakat yang kekurangan dana atau membutuhkan dana untuk membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga dapat menggunakan pinjaman ke bank. Kepada masyarakat yang akan diberikan pinjaman diberikan berbagai persyaratan yang harus segera dipenuhi. Masyarakat peminjam juga dikenakan bunga dan biaya administrasi yang besarnya tergantung masing-masing bank (Kasmir, 2013 : 5-6).

(39)

22 Keuntungan bank adalah dengan mengambil selisih tingkat bunga dari yang ditawarkan kepada nasabah penabung dengan tingkat bunga yang dikenakan kepada nasabah peminjam (Arif , 2012:106).

Gambar 2 Konsep Dasar Perbankan Konvensional

1. Menabung 3. Kredit

2. Bunga Tabungan 4. Bunga Pinjaman

Sumber : M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, 2012.

Adapun pada bank syariah terdapat kesatuan perjanjian antara bank dan nasabah penabung dan antara bank dan nasabah pembiayaan. Nasabah penabung menaruh dananya di bank syariah dengan mendapatkan sejumlah nisbah bagi hasil. Kemudian, dana tersebut digunakan untuk pembiayaan kepada nasabah pembiayaan, dan bank mendapatkan sejumlah tertentu nisbah bagi hasil atas usaha yang dibiayai tersebut. Oleh karena itu, bagi hasil yang akan didapatkan oleh nasabah penabung bergantung pada bagi hasil yang diterima bank syariah dari nasabah pembiayaannya (Arif, 2012:107).

Peminjam

(40)

23 Gambar 3 Konsep Dasar Perbankan Syariah

Menabung Pembiayaan

Bagi Hasil Bagi Hasil

Sumber : M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, 2012.

Menurut Ascarya, perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dapat di lihat pada tabel berikut

Tabel 2. 1 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil rasio/nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman kepada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya persentase di dasarkan pada jumlah dana/modal yang dipinjamkan.

2. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama. 4. Pembayaran bunga tetap

seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha

4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila

Peminjam

(41)

24 yang dijalankan peminjam

untung atau rugi.

usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama. 5. Jumlah pembayaran bunga

tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda.

5.Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan. 6. Eksistensi bunga diragukan

(kalau tidak dikecam) oleh semua agama.

6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 2011. 3. Akad Pola Bagi Hasil

Menurut terminologi asing bagi hasil dikenal dengan profit and loss sharing (PLS). Prinsip dasar dari profit and loss sharing (pembagian

keuntungan dan kerugian) adalah para bankir membentuk sebuah hubungan partnership dengan debitur, membagi keuntungan dan kerugian usaha daripada meminjamkan uang dengan tarif return yang tetap. Hubungan itu bisa 1 (satu) atau 2 (dua) tipe yaitu: mudharabah (commenda partnership atau hubungan pengelolaan keuangan) dan musyarakah (aransemen-aransemen yang mirip ekuitas jangka panjang)

(Warde, 2009:288). Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan (Muhammad, 2009:8).

a. Musyarakah

(42)

25 (Usmani, 1999). Syirkah yang berarti sharing ‘berbagi’, dan di dalam termonilogi Fikih Islam di bagi dalam dua jenis.

1) Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti; dan

2) Syirkah al-‘aqd atau syirkah ‘ukud atau syirkah akad yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama, atau usaha komersial bersama (Ascaraya, 2011:49) .

Dalam pembagian proporsi keuntungan harus memenuhi hal berikut.

1) Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus disepakati di awal kontrak/akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak sah menurut syariah.

2) Rasio/nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha harus ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan (Ascaraya, 2011:53).

b. Mudharabah

(43)

26 harta dari seseorang kepada orang lain sebagai modal usaha. Namun, keuntungan yang diperoleh akan dibagi di antara mereka berdua, dan jika rugi ditanggung oleh pemilik modal (Ali, 2008:25). Mudharabah dalam fiqih juga dikenal dengan sebutan Al-Qiraadh, Al-Muqaaradhah, dan

Al-Mu’amalah (Arifin , 2009:131).

Mudharabah pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam salah satu

bentuk musyarakah (perkongsian). Namun para cendikiawan fikih Islam meletakkan mudharabah dalam posisi khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri (Wirdyaningsih, 2005 :115). Sebagai suatu bentuk kontrak, mudharabah merupakan akad bagi hasil ketika memiliki dana/modal (pemodal), biasa disebut shohibul mal/rabbul mal, menyediakan modal (100 persen) kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa disebut muḍarib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar) (Ascarya, 2011 :60).

(44)

27 dengan proporsi berbeda untuk muḍarib dan shohibul mal (Ascarya, 2011 :64).

Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Mudharabah Muthlaqah (General Investment)

Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah shohibul mal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya atau dengan kata lain, muḍarib diberi wewenang penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah tabungan dan deposito berjangka (Dewi, 2007 : 83-84). Gambar 4 Skema Mudharabah Mutlaqah

1. Investasi Dana 2. Pembiayaan

4.Bagi Hasil 3. Bagi Hasil

Sumber : Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, 2007.

2) Mudharabah Muqayyadah (Special Investment)

Pada jenis akad ini, shohibul mal memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Muḍarib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan jenis usaha, tempat dan waktu tertentu saja. Aplikasinya dalam perbankan adalah special

USER OF FUND BANK

DEPOSAN

(45)

28 investment based on restricted mudharabah. Model ini dirasa sangat

cocok pada saat krisis di mana sektor perbankan mengalami kerugian menyeluruh. Dengan special investment, investor tertentu tidak perlu menanggung overhead bank yang terlalu besar karena seluruh dananya masuk ke proyek khusus dengan return dan cost yang dihitung khusus pula (Dewi, 2007:84).

Prinsip Bagi Hasil Bank Syariah Ketentuan prinsip bagi hasil menurut Pasal 1 butir 13 UU No. 10 tahun 1998 terdiri atas :

a. Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

b. Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

c. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

d. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.

e. Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak .

(46)

29 B. Teori tentang Pemasaran Bank

1. Pengertian Pemasaran Bank

Istilah pemasaran muncul pertama kali sejak kemunculan istilah barter. Proses pemasaran dimulai sebelum barang-barang diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan (Sutanto, 2013;37). Pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok yang harus dipahami dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk berkembang dan mendapatkan laba (Abdurahman, 2013:341). Pengertian pemasaran bagi setiap perusahaan tidak ada perbedaan. Hanya yang menjadi masalah adalah penerapan pemasaran untuk setiap jenis perusahaan memiliki karakteristik tersendiri. Misalnya, pemasaran yang dijalankan untuk perusahaan yang menghasilkan produk berupa barang tentu akan sangat berbeda dengan perusahaan yang memiliki produk jasa seperti perusahaan keuangan. Bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan produk yang diperjualbelikan merupakan jasa keuangan. Oleh karena itu, perlakuan pemasaran terhadap dunia perbankan pun sedikit berbeda dengan perusahaan lainnya (Kasmir 2010:54).

Secara umum, pengertian pemasaran bank adalah suatu proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan (Kasmir 2010:54-55).

(47)

30 Jadi, pemasaran syariah dijalankan berdasarkan konsep keislaman yang telah diajarkan Nabi Muhammad Saw (Arif, 2010:20).

2. Tujuan Pemasaran Bank

Secara umum tujuan pemasaran bank adalah untuk:

a. Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain, memudahkan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang. b. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan

yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah lainnya melalui ceritanya (getuk tular).

c. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula.

d. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien (Kasmir, 2010:57).

3. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional:

a. Konsep dan Filosofi Dasar

(48)

31 konvensional merupakan pemasaran yang bebas dari nilai dan tidak mendasarkan keTuhanan dalam setiap aktivitas pemasarannya. Sehingga dalam pemasaran konvensional dapat seorang pemasar memberikan janji-janji kosong hanya sebagai pemikat konsumen untuk membeli produk. Pemasar hanya mementingkan pencapaian target yang ditetapkan oleh perusahaan (Arif, 2010:29).

Dalam pemasaran syariah, seorang pemasar harus merasakan bahwasanya dalam aktivitas pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah Swt. sehingga ia pun akan sangat merasa berhati-hati dalam memasarkan produk yang dijualnya. Seorang pemasar syariah tidak akan memberi janji yang kosong belaka yang bertujuan hanya untuk mencari nasabah. Seorang pemasar syariah tidak akan mau memberikan sesuatu yang menyesatkan bagi nasabahnya sebab ia selalu merasa bahwa Allah Swt. selalu mengawasinya dan akan meminta pertanggungjawaban di hari kiamat. Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Hadiid/57: 4.

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa;

Kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan”.

(49)

32

“Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala

sesuatu”.

b. Etika Bisnis Syariah

(50)

33 Di dalam Alquran terdapat terma-terma yang mewakili apa yang dimaksud dengan bisnis maupun etika. Diantara terma-terma bisnis dalam Alquran antara lain disebut at-tijarah, al-bai’u, isytara dan

tada’yantum.

1) At-tijarah bermakna berdagang/berniaga. Dalam penggunaan kata

tijarah, terdapat dua macam pemahaman. Pertama dipahami

dengan perdagangan dalam pengertian umum (Q.S. al-Baqarah, 282). Kedua dipahami dengan perniagaan dalam pengertian yang umum (Abdullah, 2014:38).

2) Al-bai’u berarti menjual, lawan dari isytara atau memberikan sesuatu yang berharga dan mengambil (menetapkan) dari padanya suatu harga dan keuntungannya. Terma bai’u dalam Alquran digunakan dalam dua pengertian. Pertama jual beli dalam konteks tidak ada jual beli pada hari kiamat, karena itu Alquran menyeru agar membelanjakan, mendayagunakan, dan mengembangkan harta benda berada dalam proses dan tujuan yang tidak bertentangan dengan keimanan (Abdullah, 2014:40). Al-bai’u dalam pengertian jual beli yang halal dan larangan untuk memperoleh atau mengembangkan harta benda dengan jalan riba (Abdullah, 2014:41).

3)Isytara disebut dalam Alquran dengan berbagai derivasinya, seperti

isytaru, yastarun, isytarahu, syarau, syarauhu, yasyru’na, yasyri,

(51)

34 lebih banyak mengandung makna transaksi antara manusia dengan Allah atau juga transaksi dengan tujuan keuntungan manusia walaupun dengan menjual ayat-ayat Allah. Transaksi Allah dengan manusia berani mengorbankan jiwa dan hartanya untuk mencari keridhaan Allah, dan Allah menjanjikan balasannya membeli dari orang mukmin tersebut dengan kenikmatan dan keuntungan yang tidak terhitung yaitu syurga (Abdullah, 2014:43).

4)Tada’yantum digunakan dalam pengertian muamalah yakni jual beli, utang piutang, sewa menyewa dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa terma bisnis dalam alquran baik yang terambil dari terma tijarah, al-ba’i,

isytara’, dan tada’yantum pada hakekatnya tidak semata-mata

bersifat material, dan hanya bertujuan mencari keuntungan mencari semata, tetapi bersifat material dan sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi dan mengutamakan hal-hal yang bersifat immaterial dan kualitas (Abdullah, 2014:44).

(52)

35

“(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang

terdahulu”.

Pengertian luhur yang kedua terdapat pada dalam firman

Allah Q.S. Asy Syu’ara/26: 137.

“Dan Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti

yang luhur”.

Dengan demikian berbudi pekerti yang luhur inilah yang dimaksud dengan akhlak. Sedangkan kata akhlak sendiri terambil secara jelas dari

hadiṡ Nabi Muhammad Saw. yang terkenal “Sesungguhnya Aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak”(HR. Ahmad). (Abdullah, 2014:45)

Struktur etika dalam Alquran lebih banyak menjelaskan tentang nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran nilai-nilai atau ide hingga perilaku perangainya. Hal ini lebih tegas lagi bila dilihat dari penggambaran sikap dan perilaku Nabi Muhammad Saw. yang disebut Alquran sebagai memiliki akhlak yang agung (Abdullah, 2014:47).

Alquran juga berbicara tentang praktek bisnis yang terlarang, yaitu praktek bisnis yang tidak etis, (tidak baik, jelek, yang secara moral terlarang), karena membawa kerugian bagi salah satu pihak. Istilah lain untuk bisnis yang terlarang ini disebut juga business crimes atau business tort (Abdullah, 2014:47).

Business crimes adalah kejahatan (tindak pidana dalam bisnis) yang

(53)

36 business tort adalah perbuatan yang tidak terpuji yang dilakukan oleh seorang pebisnis yang merupakan pelanggaran terhadap pebisnis lain. Di Indonesia, kedua jenis perbuatan ini dianggap sebagai kejahatan bisnis (Abdullah, 2014:47-48).

Alquran sebagai sumber nilai, memberikan nilai-nilai prinsipil untuk mengenali prilaku-prilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Alquran yang sesuai dengan misinya. Ada beberapa terma di dalam Alquran yang termasuk dalam kategori praktek bisnis yang dilarang (praktek mal bisnis), masing-masing terma al-bathil, al-fasad, dan azh-zhalim. Terma-terma ini merupakan celah atau muara dari terjadinya praktek bisnis yang terlarang, karena bertentangan dengan nilai-nilai yang dianjurkan Alquran.

1) Al-bathil yang terambil dari kata dasar bathala dalam Alquran yang berarti batil, yang palsu, yang tidak berharga, yang sia-sia. Dalam Alquran sendiri kata al-bathil dan derivasinya digunakan dalam pengertian lawan dari kata yang benar atau yang hak. Pengertian al-bathil dalam konteks bisnis dalam Alquran sering kali dihubungkan

dengan upaya memperoleh harta secara sengaja dengan jalan yang tidak benar, bahkan sampai ke lembaga hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran Q.S. Al-Baqarah/2: 188.

“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan

yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian

(54)

37 2) Al-fasad berasal dari kata dasar f-s-d yang berarti kerusakan, yang tidak sah, yang batal lawan dari perbaikan, atau sesuatu yang keluar dari keadilan baik sedikit maupun banyak, atau juga kerusakan yang terjadi pada diri manusia, dan lain-lain. Terma al-fasad dan derivasinya dalam penggunaannya kebanyakan mempunyai pengertian kebinasaan, kerusakan, kekacauan di muka bumi. Membuat kerusakan di muka bumi berkenaan dengan prilaku ketidakadilan dan dengan perbuatan yang merugikan. (Abdullah, 2014:51) Sebagaimana yang tertulis dalam Alquran Q.S. Hud/11: 85.

“Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil,

dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat

kerusakan”.

3) Azh-zhulum mempunyai hubungan makna yang erat terutama dalam

(55)

38

“Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu; kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak

dizalimi (dirugikan)”.

Jenis-jenis praktek bisnis yang terlarang (mal bisnis) menurut persepsi Alquran (syariah) adalah sebagai berikut (Abdullah, 2014:51): 1) Riba (Q.S. Al-Baqarah: 275, 276, 278, 279; Q.S. Ali Imran: 130) 2) Mengurangi timbangan dan takaran (Q.S. Al-Muthaffifin: 1-3;

Ar-Rahman: 8-9)

3) Gharar dan judi (Q.S. Al-Maidah: 90-91)

4) Penipuan (al-Ghabn dan Tadlis) (Q.S. Al-Muthaffifin: 1-3; Ar-Rahman:8-9)

5) Penimbunan (Q.S. At-Taubah: 34-35; Hud: 12; Kahfi: 82; Al-Furqan: 8; Al-Qashash: 76)

6) Skandal, korupsi dan kolusi (Q.S. Ali Imran: 161; Al-Baqarah: 188; An-Nisa: 29)

7) Monopoli dan oligopoli. c. Etika Pemasar

(56)

39 berkata jujur mengenai kualitas produk, harga dan apa saja yang akan didapat oleh konsumen.

Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh syariat. Dalam pemasaran konvensional, seorang pemasar dapat saja melakukan kebohongan dengan terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan, hal ini dapat menimbulkan kekecewaan dari konsumen setelah ia mengonsumsinya karena kualitas produk yang jauh dari yang diharapkan (Arif, 2010:30). d. Pendekatan terhadap Konsumen

(57)

40 e. Cara Pandang terhadap Konsumen

Dalam industri perbankan syariah tidak menganggap pesaing sebagai pihak yang harus dikalahkan atau bahkan dimatikan. Konsep persaingan dalam pemasaran syariah agar setiap perusahaan mampu memicu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra kita dalam turut menyukseskan aplikasi ekonomi syariah di lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus dimatikan.

Hal ini berbeda dengan konsep pada perusahaan konvensional yang menganggap pesaing sebagai pihak lawan yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan agar eksistensi perusahaan dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan setelah pesaing dikalahkan, akhirnya daya inovasi perusahaan menurun karena tidak ada motivasi dari pesaing (Arif, 2010:32).

f. Budaya Kerja dalam Institusi Bank Syariah

(58)

41 C. Strategi Penentuan Lokasi

1. Pengertian Lokasi

Yang dimaksud dengan lokasi bank adalah tempat di mana diperjualbelikannya produk cabang bank dan pusat pengendalian perbankan (Kasmir, 2010:145). Dalam bisnis jasa bank, penentuan lokasi dimana bank akan beroperasi meruapakan salah satu faktor yang penting untuk kegiatan pemasaran bank. Penentuan lokasi mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam aktivitas menghimpun dana masyarakat serta menyalurkan pembiayaan kembali kepada masyarakat. Sebab dengan penentuan lokasi yang tepat maka target pencapaian bank akan dapat diraih (Arif, 2010:131). Selain itu, bank yang terletak dalam lokasi yang strategis sangat memudahkan nasabah dalam berurusan dengan bank.

Secara umum ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penentuan lokasi yaitu sebagai berikut (Arif, 2010:145-146):

a. Agar bank dapat menentukan lokasi yang tepat untuk lokasi kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas, atau lokasi mesin-mesin ATM. Tujuannya agar memudahkan nasabah berhubungan atau melakukan transaksi dengan bank.

(59)

42 c. Agar bank dapat menentukan layout yang sesuai dengan standar

keamanan, keindahan, dan kenyamanan bagi nasabahnya.

d. Agar bisa mementukan metode antrian yang paling optimal, tertama pada hari atau jam-jam sibuk, baik di depan teller atau kasir.

e. Agar bank dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang.

Penentuan lokasi kantor beserta sarana dan prasarana pendukung menjadi sangat penting, hal ini disebabkan agar nasabah mudah menjangkau setiap lokasi bank yang ada. Demikian pula sarana dan prasarana harus memberikan rasa yang nyaman dan aman kepada seluruh nasabah yang berhubungan dengan bank (Kasmir, 2014:239).

2. Pertimbangan Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi bank tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan berbagai faktor. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi suatu bank adalah sebagai berikut (Arif, 2010:132-133) :

a. Dekat dengan kawasan industri atau pabrik

(60)

43 maka dengan dekat kepada kawasan industri atau pabrik dapat menjadi pertimbangan dalam membuka kantor di kawasan tersebut. b. Dekat dengan perkantoran

Pilihan ini dapat diambil jika target pasar yang akan diraih oleh bank adalah kantor serta karyawan kantor tersebut, sehingga dengan membuka kantor yang dekat dengan lokasi perkantoran atau bahkan di gedung perkantoran tersebut menjadi salah satu pertimbangan utama. Misalkan salah satu bank syariah ingin menawarkan sistem pembayaran gaji karyawan secara otomatis (payroll) kepada perusahaan, maka dengan membuka kantor di

wilayah tersebut akan memberikan kemudahan baik kepada perusahaan maupun karyawan perusahaan tersebut dalam mengakses fasilitas perbankan.

c. Dekat dengan pasar

Keputusan pembukaan kantor cabang atau kas di wilayah yang dekat dengan pasar dapat dilakukan apabila target pasar yang ingin diraih adalah para pedagang pasar tersebut, misalkan agar dapat mempermudah proses transaksi bisnis mereka. Ukuran pasar yang dijadikan pilihan pun biasanya adalah yang berukuran besar baik dalam hitungan jumlah tranaksi maupun jumlah pengunjung. d. Dekat dengan perumahan atau masyarakat

(61)

44 sebagai upaya mendekatkan diri bank kepada masyarakat. Sehingga tidak perlu repot untuk mencari kantor cabang bank yang jauh apabila ingin bertransaksi.

e. Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi

Jumlah pesaing yang telah membuka kantor perwakilan di suatu wilayah harus turut pula menjadi pertimbangan. Meskipun lokasi yang dipilih sangat strategis, tetapi jumlah pesaingnya banyak maka hal ini harus dipertimbangkan pula. Sebab perhitungan market share yang ingin dicapai harus dapat dihitung secara tepat,

apabila sudah terlalu banyak pesaing maka akan mengurangi jumlah pendapatan bank. Apabila suatu daerah sudah terlalu padat, maka sebaiknya suatu bank tidak membuka kantor di daerah tersebut.

Senada dengan arif, Chandra,(2008:92) menjabarkan Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi meliputi faktor-faktor:

a. Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum;

b. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan;

(62)

45 D. Citra Merek

1. Pengertian Merek

Menurut Machfoedz (2010:79) merek adalah nama, lambang, tanda, desain atau kombinasi dari semuanya untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan dan untuk membedakan dari merek perusahaan lain. (Simamora dalam Fajrianti dan Farrah 2005:277-278) menyebutkan dengan adanya merek, masyarakat mendapatkan jaminan tentang mutu suatu produk yaitu dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek tersebut. Dikenalnya merek oleh masyarakat membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi produk untuk menghadapi persaingan. Sedangkan bagi produsen, merek tentunya bermanfaat untuk melakukan segmentasi pasar, menarik konsumen untuk membeliproduk dari merek tersebut .(Lai dan Lin dalam Chi 2009:60) menyatakan bahwa “a powerful and high value brand will influence purchase decision of a consumer” Yang berarti bahwa merek yang sangat kuat dan bernilai tinggi akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

2. Pengertian Citra Merek

(63)

46 pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber (Roslina, 2010:334).

Kotler mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek (Kotler dalam Fajrianthi dan Farrah 2005 :285).

Setiadi menyebutkan bahwa citra merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek (Setiadi dalam Listyorini dkk (2012:4-5). Kosumen yang memiliki citra yang baik terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan dalam melakukan pembelian.Sedangkan citra merek menurut Keller adalah persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pikiran konsumen (Keller dalam Listyorini dkk 2012:4-5).

3. Faktor-Faktor Pembentuk Citra merek

Schiffman dan Kanuk (1997) menyebutkan factor faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut (Schiffman dan Kanuk dalam Fajrianthi dan farrah 2005:285):

a. Kualitas atau mutu, Berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

(64)

47 c. Kegunaan atau manfaat, Terkait dengan fungsi dari suatu produk

barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

d. Pelayanan, Berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya.

e. Resiko, Berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen.

f. Harga, Dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhisuatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang.

g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, Berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.

4. Strategi Perluasan Merek

Kotler mendefinisikan perluasan merek sebagai penggunaan merek yang sudah ada pada produk baru dimana produk tersebut memiliki kategori yang berbeda dengan merek yang digunakannya (Kotler dalam Fajrianthi dan Farrah 2005:282). Kotler menyatakan bahwa ada lima pilihan strategi yang digunakan oleh perusahaan, yaitu : a. Perluasan lini. Perluasan lini ini dilakukan jika perusahaan jika

(65)

48 mengeluarkan shampo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya.

b. Perluasan merek (Brand Extension). yaitu suatu strategi yang dilakukan perusahaan untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru dengan menggunakan merek yang sudah ada.

Contoh: Pepsodent mengeluarkan produk mouthwash, permen dan sikat gigi.

c. Multi merek, adalah suatu strategi perusahaan untuk memperkenalkan merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Sebagai contoh adalah P&G memproduksi sebelas merek deterjen. Indofood meluncurkan berbagai merek untuk produk mie instantnya.

d. Merek baru, yaitu strategi perusahaan meluncurkan produk dalam suatu kategori baru, tetapi perusahaan tidak mungkin menggunakan merek yang suidah ada lalu menggunakan merek baru.

Contoh: Coca Cola memproduksi minuman bersoda tetapi memiliki rasa buah-buahan diberi merek Fanta.

e. Merek bersama, yaitu dua atau lebih merek yang terkenal dikombinasikan dalam satu tawaran, sebagai contoh Aqua-Danone 5. Pengukuran Citra Merek

(66)

49 a. Kekuatan (Strengthness),dalam hal ini adalah

keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bisa dianggap sebagai sebuah kelebihan dibandingkan dengan merek lainnya.

b. Keunikan (Uniqueness), adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek di antara merek-merek lainnya. Kesan unik ini bisa dilihat salah satunya dari penampilan fisik produk.

c. Mudah Diingat (Favorable), mengarah pada kemampuan merek tersebut agar mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain: kemudahan merek dan slogan produk untuk diucapkan maupun diingat

E. Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Philip Kotler, secara umum tahapan dalam proses pengambilan keputusan ada lima, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

1. Pengenalan Masalah

(67)

50 perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius (Kotler, 2008:235).

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui merek-merek yang bersaing beserta fitur merek tersebut. Perusahaan tersebut juga harus mengidentifikasi merek-merek lain dalam kumpulan pilihan konsumen sehingga ia dapat merencanakan daya tarik yang mampu membuat mampu bersaing (Kotler, 2005:225). 3. Evaluasi Alternatif

Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu (Kotler, 2005:235).

4. Keputusan Pembelian

(68)

51 formal mengavaluasi setiap merek. Dalam kasus lain, faktor-faktor yang mengintervensi bisa mempengaruhi keputusan final (Kotler, 2005:240). 5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu ia merasa nyaman dengan merek (Kotler, 2005:243).

Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian.

F. Keterkaitan Antar Variabel

Roziq dan Diptyanti (2013) mengungkapkan sistem bagi hasil terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan. Penemuan ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Daulay (2012) sistem bagi hasil terbukti memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan nasabah dalam memilih tabungan.

Gambar

Tabel 1. 3 Jumlah Dana Tabungan Bank BNI Syariah (Dalam Juta)
Gambar 2 Konsep Dasar Perbankan Konvensional
Tabel 2. 1 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat persepsi kualitas pelayanan nasabah terhadap BNI Syariah dapat meningkatkan kepuasan religious nasabah BNI Syariah Semarang dengan memberikan ketanggapan

Ketiga, Pengaruh antara kualitas pelayanan (reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles) dan lokasi terhadap keputusan nasabah untuk menabung di BMT Sumber

Jenis masalah yang dibahas menyangkut pengaruh kualitas pelayanan dan promosi terhadap minat nasabah menabung di Koperasi Simpan Pinjam Syariah

Ketiga, Pengaruh antara kualitas pelayanan (reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles) dan lokasi terhadap keputusan nasabah untuk menabung di BMT Sumber

Advertising Syari’ah dan Nisbah Bagi Hasil terhadap Keputusan Nasabah Menabung di Bank Negara Indonesia Syari’ah Cabang Semarang”.. Penelitian ini menggunakan

Berdasarkan tabel untuk variabel psikologis pada item pernyataan kesebelas menunjukkan 35,80% responden menyatakan sangat setuju bahwa menabung di bank pembiayaan

Pengaruh antara kualitas pelayanan (reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles) dan lokasi terhadap keputusan nasabah untuk menabung di BMT Sumber

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel dependen atau meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah menabung