• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan (Studi Deksriptif Mengenai Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan (Studi Deksriptif Mengenai Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

EKSISTENSI KOMUNITAS KAUM JELATA GILA MODIF MOTOR DI JAKARTA SELATAN

( Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan)

ABSTRACT

The Existence Of The MotorCycle Modification Community In South Jakarta (A Descriptive Study Of The Existence Of The MotorCycle Modification Community In

South Jakarta) appointed sub focus sub focus-research as well: the ability of the community, the development community and the common community of Imaging crazy modification.

This research approach was qualitative descriptive study with. Informants are chosen by purposive sampling technique, the main informant for research amounting to 2 (two) Chairman and the common community of wakil and 2 (two) members of the community. Research data obtained through by observation, in-depth interviews, documentation, literature studies and online data search. As for the file analysis techniques to reduce file, collecting file, presenting file and draw conclusions.

Reserch results show that: The ability of the subaltern communities began as a hobby and their ability to communications in the presence of the motorcycle community. The development of a community and society that affect the existence of the motorcycle community. Imaging to be a step that determines the success or failure of the constructed image in the eyes of society

(2)

ii developments.

Keyword : Existence, Ability, Development, Imaging

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor merupakan sebuah

perkumpulan remaja di Jakarta Selatan yang mempunyai kesamaan hobi satu

sama lain. Mereka gemar memodifikasi motor dan sering mengikut sertakan

dalam ajang kontes Otomotif Modifikasi Motor yang sering di selenggarakan di

Kota Jakarta. Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang

kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta

menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Inilah yang menjadi motivasi

komunitas ini untuk memodif motor mereka agar lebih menarik. Rutinitas

komunitas ini setiap minggunya berkumpul di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Komunitas Kaum Jelata Gila modif ini berdiri pada tanggal 10 oktober

2012. Salah satu pendiri komunitas ini diantaranya adalah Cacam. Dia adalah

seorang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dibidang pengecatan

airbrush body motor di Jakarta. Hasil karya dari ini yang menjadi motivasi para

pemuda untuk membentuk komunitas yaitu : Kaum Jelata Gila Modif Motor.

Para pemuda kaum jelata gila modif motor ini sering memamerkan hasil

karya modifikasi mereka dengan mengikut sertakan dalam ajang kontes otomotif

modifikasi motor antar komunitas. Mereka juga mengadakan pertemuan antar

(3)

iii

komunitas yang kesamaan hobi dan mempunyai satu tujuan yang sama, para

komunitas ini ingin menunjukan eksistensi mereka, dengan menunjukan hasil

karya modifikasi motor mereka kepada masyarakat dan tampil disetiap ajang

kontes otomotif modifikasi motor, eksistensi hasil karya mereka akan diakui,

dibanggakan oleh masyarakat dan mereka merasa puas dengan hal itu demi

mendapatkan citra yang positif.

Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi di

Komunitas Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan. Dimana dalam menghasilkan

karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam

kegiatan-kegiatannya, anggota komunitas motor memiki keinginan untuk mengeksiskan.

Pembahasan tentang eksistensi komunitas motor peneliti anggap menarik untuk

diteliti, karya modifikasi juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana

selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas anggota hanya cenderung pada hasil

modifikasinya. Akan tetapi, di balik hasil karya tersebut terdapat komunitas motor

yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui

proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk

meneliti tentang komunitas motor di Jakarta Selatan, dengan mengangkat judul

penelitian : “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian dapat menarik

(4)

iv

1. Bagaimana Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan?

2. Bagaimana Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

3. Bagaimana Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

1.3 Metode Penelitian

Pada metodepenelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan

pendekatan secara Kualitatif dimana untuk mengetahui dan mengamati segala hal

yang menjadi ciri sesuatu hal. Menurut David Williams (1995) dalam buku Lexy

Moleong menyatakan: “Bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data

pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan

oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5).

Adapun menurut penulis pada buku kualitatif lainnya, seperti yang

diungkapkan oleh Denzin dan Lincoln (1987) dalam buku Lexy Moleong,

menyatakan :

“Bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode y ang ada” (Moleong, 2007:5)

(5)

v

Adapun studi penelitian ini secara Deskriptif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini, Metode Deskriptif. Metode mendeskripsikan secara lengkap

data data serta gejala yang timbul di lapangan, kemudian memiliki cira

menitikberatkan kepada observasi dan suasana ilmiah ( natural setting).

Adapun ciri dari metode deskriptif, yaitu:

1. Mencari teori bukan menguji teori.

2. Titik berat pada observasi.

3. Peneliti bertindak sebagai pengamat dalam suasana, alamiah.

4. Mungkin lahir karna kebutuhan.

5. Timbul karna, peristiwa, yang menarik perhatian tetapi belum ada

kerangka teorinya. (Rakhmat 2004:25).

Untuk dapat menghasilkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

diperlukan suatu teknik yang sesuai, dan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik-teknik pengumpulan data melalu dua teknik yakni “Studi Pustaka” dan “Studi Lapangan”, studi pustaka meliputi referensi buku, skripsi

penelitian terdahulu dan Internet Searching. Dan teknik penelitian melalui studi

lapangan meliputi wawancara mendalam dan observasi partisipatif pasif.

Pemilihan informan-informan pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Sugiyono

(6)

vi 1.4 Pembahasan

1. Kemampuan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Kemampuan para anggota komunitas kaum jelata gila modif motor untuk

menghasilkan karya yang bagus, unik dan kemampuan komunikasi dan sosialisasi

menjadi modal utama karena tidak setiap orang pada dasarnya memiliki

kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Kemampuan para anggota komunitas

kaum jelata juga bisa dilihat melalui cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi.

Dalam kehidupan pada sebuah komunitas, komunikasi sangatlah

diperlukan hal ini demi menjaga keutuhan komunitas tersebut, tanpa komunikasi

komunitas tersebut akan mati. Komunikasi dalam komunitas berarti berbicara

mengenai komunikasi dengan orang banyak dan termasuk kedalam komunikasi

kelompok. Komunikasi ini tidak berjalan satu arah karena setiap individu didalam

komunitas tersebut pasti akan selalu berkomunikasi yang menjadikan komunikasi

dalam komunitas tersebut bersifat dua arah.

Sebuah komunitas pasti memiliki tujuan, tujuan komunitas Kaum Jelata

Gila Modif tujuan tersebut adalah merubah citra negatif dari komunitas sepeda

motor menjadi citra yang positif. Disini komunitas Kaum Jelata berusaha

menunjukan kepada masyarakat bahwa mereka itu ada diantara mereka. Eksistensi

yang ingin mereka bentuk yang bermula dari suatu kemampuan yang mereka

(7)

vii

mereka, semua itu demi sebuah pencitraan guna mendongkrak eksistensi mereka

dimata masyarakat.

Berawal dari sebuah kemampuan yang dimiliki setiap orang di dalam

komunitas ini mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan menunjukan

eksistensi mereka. Kegiatan ini biasanya melakukan kegiatan rutin seperti

berkumpul bersama-sama, melakukan kegiatan bakti sosial dengan anggota atau

komunitas motor lain dan mengikuti berupa event dari perusahaan tertentu atau

memang sebuah kompetisi otomotif. Maka para anggota komunitas Kaum Jelata

Gila Modif Motor akan berusahan keras dan berpikir model modifikasi apa yang

harus mereka tampilkan dalam acara tersebut yang sesuai dengan kelasnya.

2. Perkembangan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Perkembangan dunia otomotif atau lingkungan bisa dilihat dari

perkembangan teknologi. Teknologi yang semakin hari semakin berkembang

turut berperan dalam proses eksistensi komunitas Kaum Jelata. Kegiatan yang

telah mereka lakukan dan juga perkembangan-perkembangan yang terjadi, semua

itu berakhir pada proses pencitaan. Proses pencitraan ini langkah lebih lanjut yang

harus ditempuh guna membentuk sebuah eksistensi. Pencitraan tersebut akan

memancing feedback dari masyarakat. Terkadang feedback yang diharapkan tidak

langsung muncul.

Komunitas Kaum Jelata yang sudah beberapa kali mengikuti

kegiatan-kegiatan rutin yang mereka lakukan dan salah satu diantaranya kegiatan-kegiatan sosial dan

(8)

viii

orang-orang yang memiliki tujuan dan sama hobi yang sama yaitu sepeda motor.

Setiap anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif memiliki kemampuan

untuk berkomunikasi dan bersosialisasi yang menjadi modal utama. Kemampuan

tersebut nantinya akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu dari

kegiatan yang mereka lakukan, cara berkomunikasi yang baik terdapat dalam diri

setiap anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif akan turut berperan serta dalam

mengembangkan kemampuan ini terutama dalam perkembangan komunitas.

Dalam aktifitasnya komunitas motor kaum jelata mengalami beberapa

perkembangan, diantaranya:

1. Jumlah anggota semakin bertambah dan pasti banyak bermunculan

ide-ide yang kreatif lagi.

2. Perkembangan sangat bagus dikarenakan perkembangan teknologi

yang semakin canggih.

3. Perkembangan anggota dan hasil karya yang banyak bermunculan

dan kualitasnya jauh lebih bagus.

4. Anggota komunitas semakin yakin bahwa kegiatan yang mereka

lakukan mendapat respon yang positif oleh masyarakat.

3. Pencitraan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Dalam suatu kegiatan atau aktifitas yang pasti terdapat sisi positif dan

(9)

ix

tidak jarang sisi negatif pada kegiatan tersebut juga muncul dikarenakan individu

yang melakukannya juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan yang

lainnya.

Dalam setiap anggota ingin menampilkan sepeda motor mereka yang

terbaik karena tujuan mereka adalah untuk menunjukan eksistensi komunitas ini

dan juga meraih simpati masyarakat. Namun tidak jarang meskipun niat mereka

baik, selalu ada saja orang yang memberikan respon negatif hal ini menunjukan

bahwa pencitraan itu tidak selalu dipengaruhi oleh kegiatan awal yang kita

lakukan.

Pencitraan merupakan sebuah keharusan dalam proses membentuk

eksistensi sebuah komunitas sehingga menimbulkan sebagai berikut :

1. Hasil dari pencitraan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita

inginkan, ketika ada feedback positif pasti ada juga feedback

negatif, semua ini tergantung pada bagaimana sikap kita

menghadapinya.

2. Terkait dengan pencitraan, komunitas kaum jelata gila modif

memiliki sisi yang positif yaitu memperkuat solidaritas,

mempertingkat kreatifitas dan memperkuat jiwa sosial.

3. Ada juga sisi negatifnya yang pada dasarnya memang tergantung

pada bagaimana individu memandang sesuatu tersebut, seperti

terlalu menghabiskan uang dan waktu, namun hal ini memang

(10)

x 1.5 Kesimpulan

1. Kemampuan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Didorong dengan keinginan dari sebuah hobi untuk menuangkan ide-ide

yang kreatif dalam sepeda motor, kemampuan para anggota komunitas

kaum jelata gila modif akhirnya muncul dari dalam diri masing-masing

anggota komunitas. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan untuk

dapat menampilkan sebuah karya di depan umum, kemampuan untuk

memodifikasi dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan sesama

anggota komunitas dan juga orang-orang diluar komunitas. Namun hal ini

tidak menjadi kriteria untuk bergabung dengan komunitas kaum jelata,

karena justru komunitas kaum jelata sangat terbuka untuk membantu

anak-anak muda yang ingin memunculkan dan menuangkan kemampuan

tersebut.

2. Perkembangan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Meliputi beberapa aspek yaitu perkembangan dalam diri setiap anggota

komunitas kaum jelata gila modif dan perkembangan pada dunia sekitar

yang mampu membantu proses eksistensi komunitas kaum jelata di Kota

Jakarta dalam hal ini yaitu perkembangan teknologi dan dunia otomotif.

(11)

xi

feedback positif dari masyarakat. Perkembangan otomotif yang terjadi

juga secara tidak langsung membantu komunitas kaum jelata untuk

membentuk eksistensi mereka, salah satunya adalah dengan mengikuti

Kontes otomotif dan Kopdar (Kopi darat) yang memudahkan mereka

untuk berkomunikasi sesama anggota dan juga orang-orang diluar

komunitas.

3. Pencitraan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Adalah langkah akhir yang menentukan apakah eksistensi komunitas

tersebut dapat terbentuk atau tidak. Ketika melakukan kegiatan yang

bersifat pencitraan, kegiatan tersebut harus dilakukan dengan baik dan

matang agar dapat terbentuk eksistensi yang baik di mata masyarakat dan

membuat perubahan citra yang negatif terhadap komunitas motor.

DAFTAR PUSTAKA A. DAFTAR BUKU :

Abidin, Zaenal. 2002. Filsafat Manusia. Bandung: PT.Remaja Rosada Karya

Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L., 2005. Komunikasi Bisnis dan

Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Cragan F. John. 2004. Communication in Small Groups. Boston: Wadsworth

Cengage Learning.

Effendy, Onong Uchjana.1997. Ilmu teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

(12)

xii

Krishna, Anand. 2009. Total Success. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Moeleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Bandung : Fakultas

Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja

Rosadakarya.

Rismawaty. 2008. Kepribadian & Etik Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Severin, J. Werner. 1988. Communication Origin: origins, method, uses. USA :

Longman.

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

B.INTERNET SEARCHING :

http://sulur.students-blog.undip.ac.id/2009/06/16/proses-komunikasi/ (Selasa,

25 Febuari 2014 Pukul 12:36)

http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan.html/ (Jum’at 28 Febuari 2014 Pukul 14:27)

http://falzart.wordpress.com/2011/11/25/diary-pencitraan/ (Minggu, 2 Maret 2014

(13)

xiii

http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan.html (Jum’at, 7 Maret 2014 Pukul 18:47)

http://balemoto.blogspot.com/2013/05/sejarah-asal-mula-sepeda-motor-di.html

(Sabtu, 8 Maret 2014 Pukul 20:23)

C.KARYA ILMIAH

Zakhrifa, Nijam. 2013. Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota

Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Nur M. Dienda.. Eksistensi Penari Jaipong Di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif

Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong Di Kota Sukabumi)

Septiana, Reni. 2010. Eksistensi Komunitas Lesbian di Kota Bandung. Bandung :

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor merupakan sebuah

perkumpulan remaja di Jakarta Selatan yang mempunyai kesamaan hobi satu

sama lain. Mereka gemar memodifikasi motor dan sering mengikut sertakan

dalam ajang kontes Otomotif Modifikasi Motor yang sering di selenggarakan di

Kota Jakarta. Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang

kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta

menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Inilah yang menjadi motivasi

komunitas ini untuk memodif motor mereka agar lebih menarik. Rutinitas

komunitas ini setiap minggunya berkumpul di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Komunitas Kaum Jelata Gila modif ini berdiri pada tanggal 10 oktober

2012. Salah satu pendiri komunitas ini diantaranya adalah Cacam. Dia adalah

seorang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dibidang pengecatan

airbrush body motor di Jakarta. Hasil karya dari ini yang menjadi motivasi para

pemuda untuk membentuk komunitas yaitu : Kaum Jelata Gila Modif Motor.

Para pemuda kaum jelata gila modif motor ini sering memamerkan hasil

karya modifikasi mereka dengan mengikut sertakan dalam ajang kontes otomotif

modifikasi motor antar komunitas. Mereka juga mengadakan pertemuan antar

(16)

Dengan kegiatan di komunitas kaum jelata gila modif motor, sebagai

komunitas yang kesamaan hobi dan mempunyai satu tujuan yang sama, para

komunitas ini ingin menunjukan eksistensi mereka, dengan menunjukan hasil

karya modifikasi motor mereka kepada masyarakat dan tampil disetiap ajang

kontes otomotif modifikasi motor, eksistensi hasil karya mereka akan diakui,

dibanggakan oleh masyarakat dan mereka merasa puas dengan hal itu demi

mendapatkan citra yang positif.

Anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor juga merasa tertarik

untuk tampil didepan umum dengan berkomunikasi didalam kegiatan yang

mereka lakukan seperti bersosialisasi, bakti sosial, serta bertukar informasi seputar

modifikasi dengan komunitas lain dalam ajang kumpul-kumpul. Ini, bertujuan

menunjukan kerberadaan mereka dan bereksistensi ditengah-tengah masyarakat.

Bicara soal selera, pasti ada pembedaan antara satu dengan yang lainnya.

Begitu juga, dengan kepemilikan sebuah kendaraan bermotor. Dalam komunitas

ini, ada yang memilih jenis bebek manual, bebek matic, trail, sport dan motor

gede, termasuk choppers. Dari pemilihan jenis sepeda motor yang sudah ada, itu

pun digali lagi perbedaan mendasar hingga terlahir motor modifikasi.

Dari penjabaran tersebut di atas, maka ada komunitas motor yang hanya

menggunakan motor standar pabrikan seperti dikeluarkan oleh salah satu merk

dagang, juga ada komunitas yang memang sengaja merombak total tampilannya.

Perombakan ini, didasari keinginan masing-masing individu yang ingin tampil

(17)

Eksistensi yang dibuat komunitas ini menimbulkan dua sisi sudut pandang

yaitu dilihat dari sisi positif dan sisi negatif. Melihat dari sisi positif ketika mereka

berhasil menciptakan sebuah eksistensi, eksistensi tersebut dapat menambah

energi antusiasme dan motivasi dalam anggota.

Artinya eksistensi sangat berperan bahwa dengan sikap antusias akan

membawa pada pikiran, perasaan, tindakan dan memiliki energi rasa ketertarikan

dan inspirasi yang membangkitkan usaha untuk berfikir jika mereka bisa

melakukannya dengan penuh rasa optimis, dengan motivasi merupakan sebuah

modal awal untuk membangkitkan eksistensi kita agar eksistensi kita dapat

diterima dimasyarakat karena dengan sebuah motivasi akan membangkitkan rasa

percaya diri dan memiliki rasa kemampuan untuk berusaha.

Didalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” William I. Gorden mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.”

(Mulyana, 2007:76).

Salah satu hal yang melatar belakang banyak terbentuknya komunitas

dibidang modifikasi otomotif adalah karena semakin berkembangnya teknologi

yang dapat menuangkan ide-ide yang kreatif para remaja di Jakarta dalam upaya

memodifikasi sepeda motor mereka semenarik mungkin. Perkembangan ini,

mengakibatkan semakin berkembangnya komunitas motor dalam ranah otomotif

(18)

Akibat dari perkembangan tadi pun, makin menjamurnya

komunitas-komunitas sepeda motor dengan keragaman kendaraan yang turut meramaikan

beragam kegiatan seperti touring, kontes modifikasi, pameran, serta bakti sosial

hingga warna masyarakat lebih meriah dan dinamis.

Kertajaya Hermawan mengatakan bahwa :

“Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain

lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi

yang erat antar para anggota komunitas terbsebut karena adanya kesamaan

interest atau values”

Sementara itu, Heidegger mengatakan dalam buku Harun Hadiwijono yang berjudul Sari Sejarah Filsafat Barat yaitu :

“Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya itulah cara bereksistensi yang sebenarnya guna mencapai eksistensi yang sebenarnya. Didalam ketekunan ini seluruh eksistensi akan menjadi jelas. Disini orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang manusia dan dunia. Dari dalam kata hati itu akan muncul kegembiraan.”

Philip Kotler (2009:299) menyebutkan “Citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.”

Dalam komunitas ini eksistensi diperlukan karena dengan eksistensi

sebuah komunitas dapat di kenal oleh masyarakat, Menurut Zaenal Abidin

(2002:16) :

(19)

Penulis menilai bahwa eksistensi sebuah komunitas merupakan kelompok

yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam

sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang tidak bersifat kaku dan terhenti,

melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau kemunduran

tergantung pada kemampuan mengaktualisasikan potensi. Tentu, upaya

mengaktualisasi diri perlu ketekunan dalam mengikuti kata hati guna mencapai

eksistensi yang sebenarnya.

Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi di

Komunitas Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan. Dimana dalam menghasilkan

karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam

kegiatan-kegiatannya, anggota komunitas motor memiki keinginan untuk mengeksiskan.

Pembahasan tentang eksistensi komunitas motor peneliti anggap menarik untuk

diteliti, karya modifikasi juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana

selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas anggota hanya cenderung pada hasil

modifikasinya. Akan tetapi, di balik hasil karya tersebut terdapat komunitas motor

yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui

proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk

meneliti tentang komunitas motor di Jakarta Selatan, dengan mengangkat judul

penelitian : “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta

(20)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian dapat menarik

rumusan masalah penelitian, yaitu :

Bagaimana Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus

masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan

dijadikan sebagai identifikasi masalah, yaitu :

1. Bagaimana Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan?

2. Bagaimana Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

3. Bagaimana Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan

(21)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut untuk :

1. Mengetahui Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.

2. Mengetahui Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.

3. Mengetahui Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis,

sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu komunikasi secara umum dan konteks komunikasi

kelompok secara khusus mengenai eksistensi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa

memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan

dan menjadi pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini,

(22)

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, berharap dari penelitian ini akan mampu menambah

wawasan dan dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan serta

penerapan ilmu yang diperoleh peneliti selama studi. Dalam hal khusus

mengenai eksistensi komunitas.

1.4.2.2 Bagi Akademik

Bagi Akademik penelitian ini dapat menambah referensi yang ada

dan dapat berguna untuk mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer

Indonesia) secara umum dan secara khusus berguna bagi mahasiswa

Program Studi Ilmu Komunikasi bagi peneliti selanjutnya yang akan

melakukan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat berguna sebagai suatu informasi sebagai kajian

eksistensi diri yang secara khusus dilakukan oleh komunitas motor sebagai

subjek pada penelitian ini dan menambah pengetahuan bagi masyarakat

(23)

9

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 TinjauanPustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti mencoba mengawali dengan

menelaah penuliasan terlebih dahulu yang berkaitan dengan penelitian

serta peneliti mencoba merelavansi dengan penulisan yang akan dilakukan

peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting bagi untuk bahan acuan

yang membantu penulis dalam merumuskan asumsi dasar untuk

pengembangan kajian. Tentunya studi terdahulu tersebut harus yang

relevan baik dari konteks penelitian maupun metode penelitian yang

digunakan. Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan

(24)

Tabel 2.1 Penulisan Terdahulu

No Judul Penulisan Kampus Nama Penulis Metode Yang

(25)
(26)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki

potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu

sendiripun sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan

perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu

berkomunikasi.

Manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap

sesama manusia maupun lingkungan sekitar. Ilmu komunikasi merupakan

ilmu sosial terapan dan bukan termasuk ilmu sosial murni karena ilmu

sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat

erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia, sedangkan perilaku

dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun

perkembangan jaman.

Komunikasi adalah “Suatu proses dimana seseorang atau beberapa

orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan

menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang

lain.”

Dengan komunikasi kita diartikan segala cara untuk menarik

perhatian. Kita berkomunikasi dengan ekspresi, wajah, sikap, dengan

sentuhan, gambar-gambar, tanda-tanda visual, dengan musik dan tarian,

dengan lambang-lambang ilmiah serta paling penting dan menentukan

(27)

lebih dalam dan jelas tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian

dan asal kata dari para ahli terkemuka.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah mahkluk

sosial dimana dalam pergaulan hidupnya manusia melakukan

komunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan pesan dan

menerima pesan tersebut. Dalam berkomunikasi tersebut

manusiapun dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam

bentuk percakapan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

“Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication menurut asal katanya berasal dari bahasa latin Communicate, dalam perkataan ini bersumber dari kata Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu”. (Effendy, 2002:9)

Sekalipun definisi komunikasi itu pasti berbeda-beda, orang

dapat menarik unsur-unsur tertentu dari komunikasi. Berikut

definisi yang dikemukan Berelson dan Steiner (1964), sebagaimana dikutip dalam buku “Teori-Teori Komunikasi”,

menerangkan bahwa ilmu komunikasi adalah

(28)

Definisi lainnya yang mengungkapan tentang ilmu

komunikasi. Dance (1967) mendefinisikan komunikasi yaitu :

“Komunikasi dalam kerangka kerja psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia sebagai “pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal”, dimana simbol-simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respons yang terungkapkan tadi.” (B.Aubrey Fisherdalam Rakhmat,1986:10)

Berdasarkan dari definisi diatas, dapat dijabarkan bahwa

komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada

orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberi tahu tetapi

juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk

melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan

itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan

memahami berarti ada kesamaan makna antara komunikator

dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa

terlebih dahulu adanya kesamaan makna (Communis). Jika

komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka

penerimannya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi

untuk melakukan suatu kegitan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada

hakikatnya komunikasi dalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk

(29)

langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media

proses komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarmya adalah proses

penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada

komunikan pasan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan

lain-lain.

2.2.1.2 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia,

sehingga komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam

kehidupan manusia. Maka menurut Harold D. Lasswell dalam bukunya Cangara, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi

antara lain :

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.

2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada.

3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi

berikutnya. (Cangara, 1998:59).

Berbeda dengan Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, fungsi komunikasi terdiri

sebagai berikut:

1. Menyampaikan Informasi (to inform)

(30)

3. Menghibur (to entertain) Mempengaruhi (to influence).

(Effendy, 2004:8)

Adapun dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Widjaja, komunikasi dipandang dalam arti luas sebagai pertukaran berita

dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok

mengenai tukar menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam

setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan,

penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan

komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan

bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang

lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu

pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan

bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif

sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di

dalam masyarakat.

3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka

pendek maupun jangka panjang, mendorong orang

menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan

individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang

(31)

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar

fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan

atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah

publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan

untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan

diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan

bersama.

5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong

perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta

membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan

pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan

seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu,

mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon

seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong

kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imaji

dari drama, tari, kesenian, kesusatraan, musik, olahraga,

kesenangan kelompok, dan individu.

8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan

individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan

(32)

mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan

keinginan orang lain. (Widjaja, 2000: 65-66).

Dari fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para

ahli di atas, maka komunikasi pun memiliki tujuan penting dalam

kehidupan manusia.

2.2.1.3 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri dalam buku

Ilmu, Teori, Dan Filsafat Komunikasi milik Onong Uchjana

Effendy (2003:55) adalah sebagai berikut :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini /pendapat/pandangan (to change the opinion)

3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan

menyatakan tujuan komunikasi sebagi berikut :

1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain.

Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk

mengerti dan memahami apa yang kita maksud.

2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung

gagasan kita. Dalam hal ini tentu cara penyampaian akan

(33)

informasi atau pengetahuan saja. Apakah kita ingin agar orang

lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak.

(Effendy, 2003: 11).

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok

Penelitian ini masuk pada komuniksi kelompok karena dilakukan

oleh banyak orang yang memiliki jalan pikiran yang sama. Sama dalam

artian disini adalah sekelompok orang yang sesama memiliki kecintaan

terhadap modifikasi motor.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari

kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).

Dan B. Curtis, James J. Floyd dan Jerril L. Winson (2005:49)

menyatakan komunikasi kelompok terjadi ketika tiga orang atau lebih

bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seseorang pemimpin untuk

mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.

Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat

komunikasi sebagai berikut :

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.

2. Kelompok memiliki sedikit partisipan.

(34)

4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua yaitu komunikasi

kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi kelompok

kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan

prosesnya berlangsung secara dialogis. Sedangkan komunikasi kelompok

besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan dan

prosesnya berlangsung secara linear. (Onong, 2003 : 76-77).

2.1.3.1 Proses Komunikasi Kelompok

Kelompok berarti beberapa orang yang terhubung dalam satu

sistem komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke

waktu, face to faceatau computer mediate, yang memiliki goal, tujuan

serta norma yang sama yang akhirnya kelompok tersebut akan mencapai

tujuan tersebut secara bersamaan (Cragan, 2004).

Bernegoisasi satu sama lain, atau berkomunikasi bukanlah

menukarkan informasi satu orang ke orang lain. Melainkan memberi dan

menerima informasi satu sama lain dalam sebuah percakapan yang

nantinya akan ditemukan suatu interpertasi yang sama antar anggotanya.

2.1.3.2 Faktor-faktor Pembentukan Komunikasi Kelompok

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul

(35)

pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh

pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa

manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya

komunikasi Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki

kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Atau dengan

kata lain, kelompok adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi,

interdependen (saling tergantung antara satu dengan yang lainnya), dan

berada bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Dua faktor utama yang mengarahkan pilihan tersebut adalah

kedekatan dan kesamaan.

a. Keadaan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap

keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa

diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan

orang-orang disekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan

sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang

saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua

orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan

bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan

peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang

memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan

menumbuhkan interaksi, yang memainkan peran penting

(36)

b. Kebersamaan

Pembentukan kelompok tidak hanya tergantung pada kedekatan

fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah

menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan

orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan

yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai,

usia, tingkat intelejensi, dan karakter-karakter personal lain.

Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon

pasangan untuk membentuk kelompok yang disebut keluarga.

2.1.3.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua

hal, yaitu norma dan peran.

Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana

orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu

sama lainnya. Severin dan Tankard yang dikutip Suprapto menyebutkan

ada dua jenis norma, yaitu deskriptif dan perintah. Norma deskriptif

menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam sebuah konteks,

sedangkan norma perintah menentukan apa yang umumnya disetujuai oleh

masyarakat.

Terdapat tiga kategori norma dalam kelompok yaitu norma sosial,

prosedural, dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara anggota

(37)

bagaimana suatu kelompok mengambil keputusan, harus beroperasi, dan

pada akhirnya pada kesepakatan kelompok. Norma tugas mengatur

bagaimana pekerjaan harus dilakukan ( Sendjaja 2002: 3.6).

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Menurut

Soerjono Soekanto, seseorang telah menjalankan peran apabila telah

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.

Menurut Adler & Rodman peran dalam komuikasi kelompok

meliputi fungsi tugas dan pemeliharaan. Fungsi Tugas yaitu pemberi

informasi, pemberi pendapat, pencari informasi dan pemberi aturan.

Sedangkan Fungsi Pemeliharaan meliputi pendorong partisipasi,

penyelaras, penurunan ketegangan, penanganan persoalan pribadi.

Menurut Brilhart, ada 5 karakteristik komunikasi dalam kelompok,

yaitu:

1. Meliputi sekelompok kecil orang (2-20) sehingga setiap

orang menjadi sadar & mampu bereaksi terhadap yang

lainnya.

2. Untuk keberhasilan pencapaian tujuan setiap orang harus

terikat dalam kondisi saling ketergantungan.

3. Setiap orang harus mempunyai rasa saling memiliki dan

(38)

4. Interaksi secara oral, walau tidak seluruh interaksi

berlangsung secara oral, tapi yang signifikan melalui

pembicaraan.

5. Perilaku didasarkan pada norma-norma, nilai dan prosedur

yangg diterima tiap anggota.

2.1.3.4 Jenis-jenis Komunikasi Kelompok 1. Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil (small/micro group

communication) adalah komunikasi yang :

a. Ditujukan kepada kognisi komunikan.

b. Prosesnya berlangsung secara dialogis.

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator

menunjukan pesanya kepada benak atau pikiran komunikan,

misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain.

Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting.

komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator.

Cara yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah

bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear,

melainkan sirkular, umpan balik secara verbal. Komunikan dapat

menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika kita tidak

mengerti. Dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis

(39)

atas : rapat (rapat kerja, rapat pimpinan, rapat mingguan), kuliah,

ceramah, brifing, penataran, loka karya, diskusi panel, forum,

symposium, seminar, konferensi, kongres, curah saran

(brainstorming).

2. Komunikasi kelompok besar

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi

kelompok besar (large/macro group communication) adalah

komunikasi yang.

a. Ditujukan kepada seleksi komunikan.

b. Prosesnya berlangsung secara linear.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi

komunikasi kelompok besar, ditunjukan kepada afeksi komunikan,

kepada hatinya atau pada perasaannya. Contoh untuk komunikasi

kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa sebuah lapangan.

Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil umunya bersifat

homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis

kelaminya, sama pendidikanya, sama status sosialnya), maka

komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat

heterogen : mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka

ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat

(40)

Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah

dari titik yang satu ke titik yang lain, dari komunikator ke

komunikan. Tidak seperti pada komunikasi kelompok kecil yang

seperti telah diterangkan tadi berlangsung secara sirkular. Dialogis,

bertanya jawab. Dalam pidato di lapangan amat kecil

kemungkinannya terjadi dialog antara seorang operator dengan

salah seorang dari khalayak massa.

2.1.3.5 Fungsi-fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh

adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut

mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan

masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini

dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan

para anggota kelompok itu sendiri.

1. Hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok

mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di

antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok

secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya

untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan

menghibur.

2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti

bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal

(41)

Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para

anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan

masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi

pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang

diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu

jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah

partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara

para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat

efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan

yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru

yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi

edukasi ini akan tercapai.

3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya

mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau

tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha

persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak

diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika

usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai

yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang

berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu

konflik, dengan demikian malah membahayakan

(42)

4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan

kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat

keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving)

berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak

diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan

(decision making), berhubungan dengan pemilihan antara dua

atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan

materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

5. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi

memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya ,karena

kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok

terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan

personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi

dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan

manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya

sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus.

Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi

perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok

perokok berat dan sebagainya Tindak komunikasi dalam

kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama

pengungkapan ciri (selfdisclosure). Artinya, dalam suasana

yang, mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara

(43)

Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang

dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi

terapi yang akan mengaturnya.

2.1.4 Tinjauan Tentang Eksistensi

Perlu dikatakan bahwa eksistensi manusia mempunyai proses yang

rumit. Dengan begitu, eksistensi manusia merupakan suatu proses yang di

dalamnya terdapat pergulatan, konflik, dan ketegangan tanpa

henti-hentinya untuk mencari bentuk demi mewujudkan dirinya secara optimal.

Eksistensi tak pernah ada dalam ruang kosong. Dalam prosesnya, ia selalu

berhadapan dan bahkan bertabrakan dengan eksistensi lain, sering kali

terjadi dalam ruang dan waktu bersamaan.

Eksistensi manusia mengalami konflik baik secara vertikal kepada

Tuhan maupun secara horizontal dengan sesama manusia dan alam. Dalam

konflik dengan eksistensi Tuhan, seperti meragukan ada-Nya dan

Ketetapan-Nya, manusia seharusnya menyelesaikan diri dengan eksistensi

Tuhan. Sebab, pada hakikatnya manusia tidak akan mempu untuk

menggugat-Nya, sebab manusia sendiri merupakan salah satu bagian dari

eksistensi Tuhan.

Dalam realitas kehidupan, manusia bukanlah sebuah cetakan yang

sudah selesai dan permanen. Tetapi, manusia akan menjalankan proses

meraih eksistensinya dalam beberapa tahap. Kita sering kali melihat

saudara-saudara kita bahkan diri kita sendiri jatuh bangun, turun naik,

(44)

kita. Menurut Zaenal Abidin (2002:16) dalam bukunya “Filsafat Manusia”:

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi‟ atau mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Eksistensi menurut penulis ada akan keberadaan seseorang yang

bergaul dalam lingkungan masyarakat, bisa dikatakan ingin diakui

keberadaanya khusunya dalam segi sosial. Karena pada dasarnya manusia

akan mengalami perubahan dari masa sekarang sampai masa yang akan

datang baik dari segi bahasa, perilaku dan tindakan.

Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan

diri individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk

dapat memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan

pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya

dorongan dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk

sosial. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya

selaku individu dan sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Setiawan yang dikutip oleh Rismawaty bahwa:

(45)

berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).

Orang berkomunikasi untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis, ini

disebut sebagai aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi lebih kepada

pernyataan eksistensi diri. Deddy Mulyana memodifikasi pernyataan filsuf

Prancis, Rene Descartes yang terkenal “Cogito ergo sum” (saya berfikir, maka saya ada) yang kemudian diganti menjadi “Saya berbicara, maka saya ada”.

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunitas

Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari

Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi sedangkan

dalam bahasa Inggris disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa

masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu

hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan

identitas.

2.1.5.1 Pengertian Komunitas

“Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values “(Kertajaya Hermawan, 2008).

Proses pembentukannya bersifat horizontal karena dilakukan oleh

individu-individu yang kedudukannya setara.

Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang

dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan

(46)

memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas

kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial- ekonomi. Disamping itu

secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah

geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan

mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan

yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

Istilah kata arti komunitas berasal dari bahasa latin communitas

yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik

atau banyak orang. Definisi Arti Komunitas adalah sebuah identifikasi dan

interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan

fungsional. Menurut Kertajaya Hermawan (2008), Arti Komunitas adalah

sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang

seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang

erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan

interest atau values.

Menurut pengertian diatas, komunitas adalah jaringan dari

beberapa individu yang saling mengikat yang meningkatkan sosialisasi

sesama jaringan, saling mendukung, memberikan informasi, adanya rasa

memiliki dan menjadi identitas sosial. Ikatan yang kuat dan dukungan dari

sesama anggota komunitas memungkinkan adanya saling ketergantungan

di antara anggota komunitas yang secara sadar atau tidak terjadi interaksi

(47)

2.1.5.2 Konsep Komunitas

Komunitas juga perlu memiliki kekuatan sebagai acuan bersama,

bahwa kekuatan dari komunitas sangat penting bagi keberlangsungan

kehidupan komunitas tersebut. Dimana pegangan dari komunitas

melengkapi kriteria subjektif dari kebersamaan, perasaan saling terhubung

yang memberikan perasaan dari kepunyaan.

2.1.5.3 Ciri-ciri Komunitas

Berikut ini adalah ciri-ciri dari komunitas, yaitu :

a. Adanya keanggotaan didalamnya, tidak mungkin ada

komunitas tanpa ada anggota.

b. Adanya saling mempengaruhi, anggota komunitas bisa saling

mempengaruhi satu sama lainnya.

c. Adanya integrasi dan pemenuhan kebutuhan antar anggota.

d. Adanya ikatan emosional antar anggota.

Komunitas dapat dikatakan sebagai sekelompok orang yang saling

mempengaruhi, memiliki kesamaan identitas kelompok dan memiliki

ikatan emosional antar anggotanya.

2.1.5.4 Manfaat komunitas

Komunitas memiliki sejumlah manfaat yaitu:

a. Menampung ide-ide yang berasal dari masyarakat luas,

sehingga dapat dipilih ide yang tepat untuk dijadikan kebijakan

(48)

b. Mengungkapkan ikatan-ikatan dalam masyarakat umum dan

juga sosialisasinya.

c. Mengungkapkan relasi sosial secara spesifik, dalam hubungan

dengan negara yang bersifat autokratik.

d. Menghubungkan arti dunia dengan segera, dan berkait dengan

kehidupan sehari-hari.

e. Memperluas jaringan pertemanan.

f. Lebih banyak kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan

sesama anggota atau anggota komunitas lain.

g. Kesempatan belajar yang terbuka luas bagi setiap anggota

komunitas.

h. Saling membantu dalam menghadapi masalah dan

memecahkan suatu masalah.

2.1.5.5 Hubungan Sosial Komunitas

Hubungan sosial komunitas merupakan hubungan yang terbentuk

berdasarkan atas pola interaksi yang terjadi, baik didalam komunitas

maupun antar komunitas. Umumnya hubungan sosial yang terbentuk di

dalam komunitas adalah hubungan pertemanan, hubungan kekerabatan,

dan hubungan pekerjaan. Sedangkan dalam hubungan antar komunitas

terdapat hubungan persaingan, selain hubungan-hubungan yang ada dalam

(49)

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran yang mendasari peneliti

tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupun konseptual.

Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual, sebagai berikut:

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini didasari pada pemikiran kerangka teoritis, adapun

fokus dari judul penelitian ini adalah eksistensi, eksistensi adalah faktor

penting dalam kehidupan manusia, seorang manusia tanpa eksistensi

hidupnya akan terasa tidak beraturan mengingat manusia adalah makhluk

sosial.

Mengapa eksistensi itu menjadi suatu pemahaman yang sangat

penting? Sebab eksistensi akan membentuk seseorang untuk menjadi

pribadi yang lebih baik, karena ketika eksistensi yang baik sudah terbentuk

seseorang itu otomatis akan menjadi pribadi yang lebih baik karena

eksistensinya tersebut.

Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan

diri individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk

dapat memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan

pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya

dorongan dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk

(50)

Hal ini menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya

selaku individu dan sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Setiawan yang dikutip oleh Rismawaty bahwa:

”Eksistensi individual dan kutub eksistensi sosial, di mana keduanya amat terjalin dan tampaknya menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (indivisualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi individual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).

Adapun menurut Zaenal Abidin dalam buku nya yang berjudul

“Filsafat Manusia” mendefinisikan eksistensi yaitu:

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yajni exsistere, yanga artinya keluar dari, „melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

A. Kemampuan

Eksistensi ini sebenarnya, ditentukan oleh banyak hal, dan salah

satunya adalah “kemampuan”. Kemampuan adalah tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan

kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau

praktek. Kemampuan ini sangat berpengaruh penting dalam proses

pembentukan eksistensi. Baik itu kemampuan skill seseorang atau

(51)

B. Perkembangan

Perkembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan

berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari

perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.

Akhmad Sudrajat memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat

diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan

berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya

atau dapat diartikan pula sebagai perubahan perubahan yang dialami

individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.” C. Pencitraan

Pencitraan sebuah gambaran atau persepsi seseorang atau banyak

orang terhadap pribadi maupun nonpribadi berkaitan dengan tampilan atau

perilaku pribadi maupun nonpribadi dalam kondisi tertentu.Pencitraan

merupakan bagian terakhir dan penentu dalam pembentukan sebuah

eksistensi.

Pencitraan adalah tahap yang terbentuk dari kegiatan-kegiatan

komunitas kaum jelata gila modif motor dan juga perkembangannya.

Setelah melakukan kegiatan tersebut pencitraan ini akan otomatis

dilakukan oleh komunitas kaum jelata dan masyarakat akan memberikan

feedback yang akan berujung pada pembentukan eksistensi komunitas

(52)

Dari kerangka pemikiran secara teoritis diatas, peneliti hanya

mengambil faktor dari eksistensi yaitu kemampuan, perkembangan, dan

pencitraan sebagai ranah pemikirian peneliti kedepannya serta

subfokus-subfokus terpilih lainnya yang ikut dijadikan kerangka pemikiran dalam

penelitian ini.

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana

eksistensi komunitas kaum jelata gila modif motor di jakarta selatan

sebagai fokus dari judul penelitian ini adalah eksistensi, eksistensi adalah

faktor penting dalam kehidupan manusia, seorang manusia tanpa

eksistensi hidupnya akan terasa tidak beraturan mengingat manusia adalah

makhluk sosial.

Eksistensi itu menjadi pemahaman yang sangat penting eksistensi

akan membentuk seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, karena

ketika eksistensi yang baik sudah terbentuk seseorang itu otomatis akan

menjadi pribadi yang lebih baik karena eksistensinya tersebut.

Zaenal Abidin dalam buku nya yang berjudul “Filsafat Manusia”

mendefinisikan eksistensi yaitu:

(53)

Philip Kotler (2009:299) menyebutkan “Citra sebagai seperangkat

keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu

objek.”

Eksistensi terbentuk dari kemampuan komunitas Kaum Jelata dalam

melakukan kegiatan-kegiatan yang akan membentuk citra mereka dengan

melakukan kegiatan tersebut dengan tekun. Dengan ketekunan tersebut

akan muncul sebuah perkembangan efek dari pengalaman saat melakukan

kegiatan tersebut, kegiatan komunitas modif motor ini menjadi beragam

dan hal ini berdampak pada eksistensi mereka di masyarakat.

Pencitraan menjadi sebuah langkah awal bagi komunitas Kaum

Jelata Gila Modif Motor dalam membentuk eksistensi mereka. Feedback

masyarakat terhadap masyarakat ketika komunitas tersebut mengikuti

sebuah kegiatan atau acara akan sangat berpengaruh pada citra komunitas

tersebut.

Citra yang baik akan membentuk sebuah eksistensi yang positif dan

sudah tentu akan mendatangkan kebahagiaan bagi para anggota komunitas

kaum jelata. Sebaliknya, citra yang buruk akan membentuk sebuah

eksistensi yang negatif akan membuat keberadaan komunitas kaum jelata

gila modif motor semakin terpuruk dan dipandang sebelah mata oleh

masyarakat.

Dengan partisipasinya dalam setiap kegiatan yang diadakan, para

komunitas motor ini akan mempunyai pengalaman dari tiap kegiatannya

(54)

maupun ide atau kreatifitas. Perkembangan ini juga mengikuti dengan

lingkungan sekitarnya, seperti perkembangan teknologi, dunia otomotif.

Teknologi yang ada dapat dimanfaatkan oleh komunitas motor ini.

Dari setiap kegiatan kontes yang mereka ikuti, anggota komunitas

motor ini sangat mengharapkan adanya masyarakat yang melihat mereka

ketika mengikuti ajang kontes modifikasi karena kembali pada tujuan awal

yaitu eksistensi.

Ketika orang-orang yang melihat penampilan mereka, tentu saja ada

feedback yang disampaikan kepada anggota komunitas ini. Feedback

tersebut sangat beragam, mulai dari yang positif hingga negatif, semua itu

tergantung pada individu yang menilai juga dari anggota komunitas motor

itu sendiri. Ketika feedback itu muncul, maka akan membentuk sebuah

citra dari masyarakat.

Pencitraan ini adalah langkah terakhir dari pembentukan eksistensi

komunitas motor ini. Setiap orang ingin mempunyai eksistensi dan ikut

berpartisipasi dalam kehidupan sosial, karena manusia adalah makhluk

sosial.

Namun eksistensi itu sendiri tidak akan tercipta dengan sendirinya.

Setiap manusia yang ingin eksistensinya diterima oleh masyarakat harus

dapat menunjukan bahwa mereka ada, oleh karena itu manusia harus terus

ikut serta dalam setiap kegiatan atau acara yang melibatkan orang banyak,

(55)

Gambar 2.2

Kerangka Alur Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2014

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas peneliti mencoba

mendeskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran,

sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk dapat diteliti dan

dianalisis.

Komunitas motor ini membentuk eksistensi dimasyarakat melalui

tiga subfokus yakni kemampuan para anggota dalam teknis modifikasi dan kemampuan mereka sharing dan berkomunikasi dengan sesama

Studi Deskriptif

Komunitas Kaum Jelat Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Pencitraan

Kemampuan Perkembangan

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Alur Pemikiran
Gambar 3.1 Juara Kelas Standar Advance
Gambar 3.2 Sticker Komunitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data primer yang meliputi wawancara secara mendalam serta terjun langsung dalam komunitas grunge dan data sekunder yang

Hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi bahwasannya tujuan dari terbentuknya komunitas motor perempuan adalah adanya keinginan kesetaraan gender, persamaan

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi para perempuan tertarik untuk membentuk atau bergabung dalam suatu komunitas motor, alasan mendasar adalah ingin memiliki kesempatan yang

Dari uraian tentang pengertian komunitas di atas, penulis menggambarkan bahwa interaksi sosial dalam sebuah komunitas atau suatu kelompok sosial tertentu dilandasi atas kesamaan

Penelitian ini berjudul Identitas Diri Dalam Komunitas Punk ( Studi Kasus Identitas Diri Anak Punk yang Sudah Bekerja Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi Pada

Penulisan skripsi dengan Judul “PEMAKNAAN KAUM GAY TENTANG RELASI SOSIAL HOMOSEKSUAL (STUDI PADA KOMUNITAS IKATAN GAY DI KOTA MALANG)”, adalah karya akhir yang

(2013), komunitas yang resilien memiliki hubungan yang erat antar anggotanya, berbagi nilai-nilai yang sama, menyediakan berbagai layanan untuk kesejahteraan bersama,

Secara umum komunitas motor vespa mengimplementasikan karakter peduli sosial sebagai nilai-nilai Pancasila memiliki tujuan dalam komunitasnya untuk mengabdi kepada