i
EKSISTENSI KOMUNITAS KAUM JELATA GILA MODIF MOTOR DI JAKARTA SELATAN
( Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan)
ABSTRACT
The Existence Of The MotorCycle Modification Community In South Jakarta (A Descriptive Study Of The Existence Of The MotorCycle Modification Community In
South Jakarta) appointed sub focus sub focus-research as well: the ability of the community, the development community and the common community of Imaging crazy modification.
This research approach was qualitative descriptive study with. Informants are chosen by purposive sampling technique, the main informant for research amounting to 2 (two) Chairman and the common community of wakil and 2 (two) members of the community. Research data obtained through by observation, in-depth interviews, documentation, literature studies and online data search. As for the file analysis techniques to reduce file, collecting file, presenting file and draw conclusions.
Reserch results show that: The ability of the subaltern communities began as a hobby and their ability to communications in the presence of the motorcycle community. The development of a community and society that affect the existence of the motorcycle community. Imaging to be a step that determines the success or failure of the constructed image in the eyes of society
ii developments.
Keyword : Existence, Ability, Development, Imaging
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor merupakan sebuah
perkumpulan remaja di Jakarta Selatan yang mempunyai kesamaan hobi satu
sama lain. Mereka gemar memodifikasi motor dan sering mengikut sertakan
dalam ajang kontes Otomotif Modifikasi Motor yang sering di selenggarakan di
Kota Jakarta. Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang
kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta
menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Inilah yang menjadi motivasi
komunitas ini untuk memodif motor mereka agar lebih menarik. Rutinitas
komunitas ini setiap minggunya berkumpul di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Komunitas Kaum Jelata Gila modif ini berdiri pada tanggal 10 oktober
2012. Salah satu pendiri komunitas ini diantaranya adalah Cacam. Dia adalah
seorang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dibidang pengecatan
airbrush body motor di Jakarta. Hasil karya dari ini yang menjadi motivasi para
pemuda untuk membentuk komunitas yaitu : Kaum Jelata Gila Modif Motor.
Para pemuda kaum jelata gila modif motor ini sering memamerkan hasil
karya modifikasi mereka dengan mengikut sertakan dalam ajang kontes otomotif
modifikasi motor antar komunitas. Mereka juga mengadakan pertemuan antar
iii
komunitas yang kesamaan hobi dan mempunyai satu tujuan yang sama, para
komunitas ini ingin menunjukan eksistensi mereka, dengan menunjukan hasil
karya modifikasi motor mereka kepada masyarakat dan tampil disetiap ajang
kontes otomotif modifikasi motor, eksistensi hasil karya mereka akan diakui,
dibanggakan oleh masyarakat dan mereka merasa puas dengan hal itu demi
mendapatkan citra yang positif.
Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi di
Komunitas Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan. Dimana dalam menghasilkan
karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatannya, anggota komunitas motor memiki keinginan untuk mengeksiskan.
Pembahasan tentang eksistensi komunitas motor peneliti anggap menarik untuk
diteliti, karya modifikasi juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana
selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas anggota hanya cenderung pada hasil
modifikasinya. Akan tetapi, di balik hasil karya tersebut terdapat komunitas motor
yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui
proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk
meneliti tentang komunitas motor di Jakarta Selatan, dengan mengangkat judul
penelitian : “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian dapat menarik
iv
1. Bagaimana Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan?
2. Bagaimana Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?
3. Bagaimana Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?
1.3 Metode Penelitian
Pada metodepenelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan
pendekatan secara Kualitatif dimana untuk mengetahui dan mengamati segala hal
yang menjadi ciri sesuatu hal. Menurut David Williams (1995) dalam buku Lexy
Moleong menyatakan: “Bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan
oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5).
Adapun menurut penulis pada buku kualitatif lainnya, seperti yang
diungkapkan oleh Denzin dan Lincoln (1987) dalam buku Lexy Moleong,
menyatakan :
“Bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode y ang ada” (Moleong, 2007:5)
v
Adapun studi penelitian ini secara Deskriptif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini, Metode Deskriptif. Metode mendeskripsikan secara lengkap
data data serta gejala yang timbul di lapangan, kemudian memiliki cira
menitikberatkan kepada observasi dan suasana ilmiah ( natural setting).
Adapun ciri dari metode deskriptif, yaitu:
1. Mencari teori bukan menguji teori.
2. Titik berat pada observasi.
3. Peneliti bertindak sebagai pengamat dalam suasana, alamiah.
4. Mungkin lahir karna kebutuhan.
5. Timbul karna, peristiwa, yang menarik perhatian tetapi belum ada
kerangka teorinya. (Rakhmat 2004:25).
Untuk dapat menghasilkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
diperlukan suatu teknik yang sesuai, dan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik-teknik pengumpulan data melalu dua teknik yakni “Studi Pustaka” dan “Studi Lapangan”, studi pustaka meliputi referensi buku, skripsi
penelitian terdahulu dan Internet Searching. Dan teknik penelitian melalui studi
lapangan meliputi wawancara mendalam dan observasi partisipatif pasif.
Pemilihan informan-informan pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Sugiyono
vi 1.4 Pembahasan
1. Kemampuan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Kemampuan para anggota komunitas kaum jelata gila modif motor untuk
menghasilkan karya yang bagus, unik dan kemampuan komunikasi dan sosialisasi
menjadi modal utama karena tidak setiap orang pada dasarnya memiliki
kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Kemampuan para anggota komunitas
kaum jelata juga bisa dilihat melalui cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi.
Dalam kehidupan pada sebuah komunitas, komunikasi sangatlah
diperlukan hal ini demi menjaga keutuhan komunitas tersebut, tanpa komunikasi
komunitas tersebut akan mati. Komunikasi dalam komunitas berarti berbicara
mengenai komunikasi dengan orang banyak dan termasuk kedalam komunikasi
kelompok. Komunikasi ini tidak berjalan satu arah karena setiap individu didalam
komunitas tersebut pasti akan selalu berkomunikasi yang menjadikan komunikasi
dalam komunitas tersebut bersifat dua arah.
Sebuah komunitas pasti memiliki tujuan, tujuan komunitas Kaum Jelata
Gila Modif tujuan tersebut adalah merubah citra negatif dari komunitas sepeda
motor menjadi citra yang positif. Disini komunitas Kaum Jelata berusaha
menunjukan kepada masyarakat bahwa mereka itu ada diantara mereka. Eksistensi
yang ingin mereka bentuk yang bermula dari suatu kemampuan yang mereka
vii
mereka, semua itu demi sebuah pencitraan guna mendongkrak eksistensi mereka
dimata masyarakat.
Berawal dari sebuah kemampuan yang dimiliki setiap orang di dalam
komunitas ini mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan menunjukan
eksistensi mereka. Kegiatan ini biasanya melakukan kegiatan rutin seperti
berkumpul bersama-sama, melakukan kegiatan bakti sosial dengan anggota atau
komunitas motor lain dan mengikuti berupa event dari perusahaan tertentu atau
memang sebuah kompetisi otomotif. Maka para anggota komunitas Kaum Jelata
Gila Modif Motor akan berusahan keras dan berpikir model modifikasi apa yang
harus mereka tampilkan dalam acara tersebut yang sesuai dengan kelasnya.
2. Perkembangan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Perkembangan dunia otomotif atau lingkungan bisa dilihat dari
perkembangan teknologi. Teknologi yang semakin hari semakin berkembang
turut berperan dalam proses eksistensi komunitas Kaum Jelata. Kegiatan yang
telah mereka lakukan dan juga perkembangan-perkembangan yang terjadi, semua
itu berakhir pada proses pencitaan. Proses pencitraan ini langkah lebih lanjut yang
harus ditempuh guna membentuk sebuah eksistensi. Pencitraan tersebut akan
memancing feedback dari masyarakat. Terkadang feedback yang diharapkan tidak
langsung muncul.
Komunitas Kaum Jelata yang sudah beberapa kali mengikuti
kegiatan-kegiatan rutin yang mereka lakukan dan salah satu diantaranya kegiatan-kegiatan sosial dan
viii
orang-orang yang memiliki tujuan dan sama hobi yang sama yaitu sepeda motor.
Setiap anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dan bersosialisasi yang menjadi modal utama. Kemampuan
tersebut nantinya akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu dari
kegiatan yang mereka lakukan, cara berkomunikasi yang baik terdapat dalam diri
setiap anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif akan turut berperan serta dalam
mengembangkan kemampuan ini terutama dalam perkembangan komunitas.
Dalam aktifitasnya komunitas motor kaum jelata mengalami beberapa
perkembangan, diantaranya:
1. Jumlah anggota semakin bertambah dan pasti banyak bermunculan
ide-ide yang kreatif lagi.
2. Perkembangan sangat bagus dikarenakan perkembangan teknologi
yang semakin canggih.
3. Perkembangan anggota dan hasil karya yang banyak bermunculan
dan kualitasnya jauh lebih bagus.
4. Anggota komunitas semakin yakin bahwa kegiatan yang mereka
lakukan mendapat respon yang positif oleh masyarakat.
3. Pencitraan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Dalam suatu kegiatan atau aktifitas yang pasti terdapat sisi positif dan
ix
tidak jarang sisi negatif pada kegiatan tersebut juga muncul dikarenakan individu
yang melakukannya juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan yang
lainnya.
Dalam setiap anggota ingin menampilkan sepeda motor mereka yang
terbaik karena tujuan mereka adalah untuk menunjukan eksistensi komunitas ini
dan juga meraih simpati masyarakat. Namun tidak jarang meskipun niat mereka
baik, selalu ada saja orang yang memberikan respon negatif hal ini menunjukan
bahwa pencitraan itu tidak selalu dipengaruhi oleh kegiatan awal yang kita
lakukan.
Pencitraan merupakan sebuah keharusan dalam proses membentuk
eksistensi sebuah komunitas sehingga menimbulkan sebagai berikut :
1. Hasil dari pencitraan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita
inginkan, ketika ada feedback positif pasti ada juga feedback
negatif, semua ini tergantung pada bagaimana sikap kita
menghadapinya.
2. Terkait dengan pencitraan, komunitas kaum jelata gila modif
memiliki sisi yang positif yaitu memperkuat solidaritas,
mempertingkat kreatifitas dan memperkuat jiwa sosial.
3. Ada juga sisi negatifnya yang pada dasarnya memang tergantung
pada bagaimana individu memandang sesuatu tersebut, seperti
terlalu menghabiskan uang dan waktu, namun hal ini memang
x 1.5 Kesimpulan
1. Kemampuan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Didorong dengan keinginan dari sebuah hobi untuk menuangkan ide-ide
yang kreatif dalam sepeda motor, kemampuan para anggota komunitas
kaum jelata gila modif akhirnya muncul dari dalam diri masing-masing
anggota komunitas. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan untuk
dapat menampilkan sebuah karya di depan umum, kemampuan untuk
memodifikasi dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan sesama
anggota komunitas dan juga orang-orang diluar komunitas. Namun hal ini
tidak menjadi kriteria untuk bergabung dengan komunitas kaum jelata,
karena justru komunitas kaum jelata sangat terbuka untuk membantu
anak-anak muda yang ingin memunculkan dan menuangkan kemampuan
tersebut.
2. Perkembangan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Meliputi beberapa aspek yaitu perkembangan dalam diri setiap anggota
komunitas kaum jelata gila modif dan perkembangan pada dunia sekitar
yang mampu membantu proses eksistensi komunitas kaum jelata di Kota
Jakarta dalam hal ini yaitu perkembangan teknologi dan dunia otomotif.
xi
feedback positif dari masyarakat. Perkembangan otomotif yang terjadi
juga secara tidak langsung membantu komunitas kaum jelata untuk
membentuk eksistensi mereka, salah satunya adalah dengan mengikuti
Kontes otomotif dan Kopdar (Kopi darat) yang memudahkan mereka
untuk berkomunikasi sesama anggota dan juga orang-orang diluar
komunitas.
3. Pencitraan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Adalah langkah akhir yang menentukan apakah eksistensi komunitas
tersebut dapat terbentuk atau tidak. Ketika melakukan kegiatan yang
bersifat pencitraan, kegiatan tersebut harus dilakukan dengan baik dan
matang agar dapat terbentuk eksistensi yang baik di mata masyarakat dan
membuat perubahan citra yang negatif terhadap komunitas motor.
DAFTAR PUSTAKA A. DAFTAR BUKU :
Abidin, Zaenal. 2002. Filsafat Manusia. Bandung: PT.Remaja Rosada Karya
Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L., 2005. Komunikasi Bisnis dan
Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Cragan F. John. 2004. Communication in Small Groups. Boston: Wadsworth
Cengage Learning.
Effendy, Onong Uchjana.1997. Ilmu teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
xii
Krishna, Anand. 2009. Total Success. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Moeleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2005. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Bandung : Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosadakarya.
Rismawaty. 2008. Kepribadian & Etik Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Severin, J. Werner. 1988. Communication Origin: origins, method, uses. USA :
Longman.
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
B.INTERNET SEARCHING :
http://sulur.students-blog.undip.ac.id/2009/06/16/proses-komunikasi/ (Selasa,
25 Febuari 2014 Pukul 12:36)
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan.html/ (Jum’at 28 Febuari 2014 Pukul 14:27)
http://falzart.wordpress.com/2011/11/25/diary-pencitraan/ (Minggu, 2 Maret 2014
xiii
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan.html (Jum’at, 7 Maret 2014 Pukul 18:47)
http://balemoto.blogspot.com/2013/05/sejarah-asal-mula-sepeda-motor-di.html
(Sabtu, 8 Maret 2014 Pukul 20:23)
C.KARYA ILMIAH
Zakhrifa, Nijam. 2013. Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota
Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia
Nur M. Dienda.. Eksistensi Penari Jaipong Di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif
Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong Di Kota Sukabumi)
Septiana, Reni. 2010. Eksistensi Komunitas Lesbian di Kota Bandung. Bandung :
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor merupakan sebuah
perkumpulan remaja di Jakarta Selatan yang mempunyai kesamaan hobi satu
sama lain. Mereka gemar memodifikasi motor dan sering mengikut sertakan
dalam ajang kontes Otomotif Modifikasi Motor yang sering di selenggarakan di
Kota Jakarta. Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang
kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta
menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Inilah yang menjadi motivasi
komunitas ini untuk memodif motor mereka agar lebih menarik. Rutinitas
komunitas ini setiap minggunya berkumpul di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Komunitas Kaum Jelata Gila modif ini berdiri pada tanggal 10 oktober
2012. Salah satu pendiri komunitas ini diantaranya adalah Cacam. Dia adalah
seorang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dibidang pengecatan
airbrush body motor di Jakarta. Hasil karya dari ini yang menjadi motivasi para
pemuda untuk membentuk komunitas yaitu : Kaum Jelata Gila Modif Motor.
Para pemuda kaum jelata gila modif motor ini sering memamerkan hasil
karya modifikasi mereka dengan mengikut sertakan dalam ajang kontes otomotif
modifikasi motor antar komunitas. Mereka juga mengadakan pertemuan antar
Dengan kegiatan di komunitas kaum jelata gila modif motor, sebagai
komunitas yang kesamaan hobi dan mempunyai satu tujuan yang sama, para
komunitas ini ingin menunjukan eksistensi mereka, dengan menunjukan hasil
karya modifikasi motor mereka kepada masyarakat dan tampil disetiap ajang
kontes otomotif modifikasi motor, eksistensi hasil karya mereka akan diakui,
dibanggakan oleh masyarakat dan mereka merasa puas dengan hal itu demi
mendapatkan citra yang positif.
Anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor juga merasa tertarik
untuk tampil didepan umum dengan berkomunikasi didalam kegiatan yang
mereka lakukan seperti bersosialisasi, bakti sosial, serta bertukar informasi seputar
modifikasi dengan komunitas lain dalam ajang kumpul-kumpul. Ini, bertujuan
menunjukan kerberadaan mereka dan bereksistensi ditengah-tengah masyarakat.
Bicara soal selera, pasti ada pembedaan antara satu dengan yang lainnya.
Begitu juga, dengan kepemilikan sebuah kendaraan bermotor. Dalam komunitas
ini, ada yang memilih jenis bebek manual, bebek matic, trail, sport dan motor
gede, termasuk choppers. Dari pemilihan jenis sepeda motor yang sudah ada, itu
pun digali lagi perbedaan mendasar hingga terlahir motor modifikasi.
Dari penjabaran tersebut di atas, maka ada komunitas motor yang hanya
menggunakan motor standar pabrikan seperti dikeluarkan oleh salah satu merk
dagang, juga ada komunitas yang memang sengaja merombak total tampilannya.
Perombakan ini, didasari keinginan masing-masing individu yang ingin tampil
Eksistensi yang dibuat komunitas ini menimbulkan dua sisi sudut pandang
yaitu dilihat dari sisi positif dan sisi negatif. Melihat dari sisi positif ketika mereka
berhasil menciptakan sebuah eksistensi, eksistensi tersebut dapat menambah
energi antusiasme dan motivasi dalam anggota.
Artinya eksistensi sangat berperan bahwa dengan sikap antusias akan
membawa pada pikiran, perasaan, tindakan dan memiliki energi rasa ketertarikan
dan inspirasi yang membangkitkan usaha untuk berfikir jika mereka bisa
melakukannya dengan penuh rasa optimis, dengan motivasi merupakan sebuah
modal awal untuk membangkitkan eksistensi kita agar eksistensi kita dapat
diterima dimasyarakat karena dengan sebuah motivasi akan membangkitkan rasa
percaya diri dan memiliki rasa kemampuan untuk berusaha.
Didalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” William I. Gorden mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.”
(Mulyana, 2007:76).
Salah satu hal yang melatar belakang banyak terbentuknya komunitas
dibidang modifikasi otomotif adalah karena semakin berkembangnya teknologi
yang dapat menuangkan ide-ide yang kreatif para remaja di Jakarta dalam upaya
memodifikasi sepeda motor mereka semenarik mungkin. Perkembangan ini,
mengakibatkan semakin berkembangnya komunitas motor dalam ranah otomotif
Akibat dari perkembangan tadi pun, makin menjamurnya
komunitas-komunitas sepeda motor dengan keragaman kendaraan yang turut meramaikan
beragam kegiatan seperti touring, kontes modifikasi, pameran, serta bakti sosial
hingga warna masyarakat lebih meriah dan dinamis.
Kertajaya Hermawan mengatakan bahwa :
“Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi
yang erat antar para anggota komunitas terbsebut karena adanya kesamaan
interest atau values”
Sementara itu, Heidegger mengatakan dalam buku Harun Hadiwijono yang berjudul Sari Sejarah Filsafat Barat yaitu :
“Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya itulah cara bereksistensi yang sebenarnya guna mencapai eksistensi yang sebenarnya. Didalam ketekunan ini seluruh eksistensi akan menjadi jelas. Disini orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang manusia dan dunia. Dari dalam kata hati itu akan muncul kegembiraan.”
Philip Kotler (2009:299) menyebutkan “Citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.”
Dalam komunitas ini eksistensi diperlukan karena dengan eksistensi
sebuah komunitas dapat di kenal oleh masyarakat, Menurut Zaenal Abidin
(2002:16) :
Penulis menilai bahwa eksistensi sebuah komunitas merupakan kelompok
yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam
sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang tidak bersifat kaku dan terhenti,
melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau kemunduran
tergantung pada kemampuan mengaktualisasikan potensi. Tentu, upaya
mengaktualisasi diri perlu ketekunan dalam mengikuti kata hati guna mencapai
eksistensi yang sebenarnya.
Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi di
Komunitas Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan. Dimana dalam menghasilkan
karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatannya, anggota komunitas motor memiki keinginan untuk mengeksiskan.
Pembahasan tentang eksistensi komunitas motor peneliti anggap menarik untuk
diteliti, karya modifikasi juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana
selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas anggota hanya cenderung pada hasil
modifikasinya. Akan tetapi, di balik hasil karya tersebut terdapat komunitas motor
yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui
proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk
meneliti tentang komunitas motor di Jakarta Selatan, dengan mengangkat judul
penelitian : “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1Rumusan Masalah Makro
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian dapat menarik
rumusan masalah penelitian, yaitu :
Bagaimana Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus
masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan
dijadikan sebagai identifikasi masalah, yaitu :
1. Bagaimana Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan?
2. Bagaimana Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?
3. Bagaimana Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut untuk :
1. Mengetahui Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.
2. Mengetahui Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.
3. Mengetahui Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis,
sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan berguna bagi
pengembangan ilmu komunikasi secara umum dan konteks komunikasi
kelompok secara khusus mengenai eksistensi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa
memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan
dan menjadi pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini,
1.4.2.1 Bagi Peneliti
Bagi peneliti, berharap dari penelitian ini akan mampu menambah
wawasan dan dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan serta
penerapan ilmu yang diperoleh peneliti selama studi. Dalam hal khusus
mengenai eksistensi komunitas.
1.4.2.2 Bagi Akademik
Bagi Akademik penelitian ini dapat menambah referensi yang ada
dan dapat berguna untuk mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer
Indonesia) secara umum dan secara khusus berguna bagi mahasiswa
Program Studi Ilmu Komunikasi bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian pada kajian yang sama.
1.4.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat berguna sebagai suatu informasi sebagai kajian
eksistensi diri yang secara khusus dilakukan oleh komunitas motor sebagai
subjek pada penelitian ini dan menambah pengetahuan bagi masyarakat
9
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 TinjauanPustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti mencoba mengawali dengan
menelaah penuliasan terlebih dahulu yang berkaitan dengan penelitian
serta peneliti mencoba merelavansi dengan penulisan yang akan dilakukan
peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting bagi untuk bahan acuan
yang membantu penulis dalam merumuskan asumsi dasar untuk
pengembangan kajian. Tentunya studi terdahulu tersebut harus yang
relevan baik dari konteks penelitian maupun metode penelitian yang
digunakan. Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan
Tabel 2.1 Penulisan Terdahulu
No Judul Penulisan Kampus Nama Penulis Metode Yang
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi
Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki
potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu
sendiripun sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan
perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu
berkomunikasi.
Manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap
sesama manusia maupun lingkungan sekitar. Ilmu komunikasi merupakan
ilmu sosial terapan dan bukan termasuk ilmu sosial murni karena ilmu
sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat
erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia, sedangkan perilaku
dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun
perkembangan jaman.
Komunikasi adalah “Suatu proses dimana seseorang atau beberapa
orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang
lain.”
Dengan komunikasi kita diartikan segala cara untuk menarik
perhatian. Kita berkomunikasi dengan ekspresi, wajah, sikap, dengan
sentuhan, gambar-gambar, tanda-tanda visual, dengan musik dan tarian,
dengan lambang-lambang ilmiah serta paling penting dan menentukan
lebih dalam dan jelas tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian
dan asal kata dari para ahli terkemuka.
2.1.2.1 Definisi Komunikasi
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah mahkluk
sosial dimana dalam pergaulan hidupnya manusia melakukan
komunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan pesan dan
menerima pesan tersebut. Dalam berkomunikasi tersebut
manusiapun dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam
bentuk percakapan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
“Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication menurut asal katanya berasal dari bahasa latin Communicate, dalam perkataan ini bersumber dari kata Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu”. (Effendy, 2002:9)
Sekalipun definisi komunikasi itu pasti berbeda-beda, orang
dapat menarik unsur-unsur tertentu dari komunikasi. Berikut
definisi yang dikemukan Berelson dan Steiner (1964), sebagaimana dikutip dalam buku “Teori-Teori Komunikasi”,
menerangkan bahwa ilmu komunikasi adalah
Definisi lainnya yang mengungkapan tentang ilmu
komunikasi. Dance (1967) mendefinisikan komunikasi yaitu :
“Komunikasi dalam kerangka kerja psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia sebagai “pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal”, dimana simbol-simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respons yang terungkapkan tadi.” (B.Aubrey Fisherdalam Rakhmat,1986:10)
Berdasarkan dari definisi diatas, dapat dijabarkan bahwa
komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada
orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberi tahu tetapi
juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk
melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).
Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan
itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan
memahami berarti ada kesamaan makna antara komunikator
dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa
terlebih dahulu adanya kesamaan makna (Communis). Jika
komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka
penerimannya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi
untuk melakukan suatu kegitan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada
hakikatnya komunikasi dalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media
proses komunikasi.
Proses komunikasi pada dasarmya adalah proses
penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada
komunikan pasan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan
lain-lain.
2.2.1.2 Fungsi Komunikasi
Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia,
sehingga komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam
kehidupan manusia. Maka menurut Harold D. Lasswell dalam bukunya Cangara, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi
antara lain :
1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.
2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada.
3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi
berikutnya. (Cangara, 1998:59).
Berbeda dengan Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, fungsi komunikasi terdiri
sebagai berikut:
1. Menyampaikan Informasi (to inform)
3. Menghibur (to entertain) Mempengaruhi (to influence).
(Effendy, 2004:8)
Adapun dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Widjaja, komunikasi dipandang dalam arti luas sebagai pertukaran berita
dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok
mengenai tukar menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam
setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :
1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan,
penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan
komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan
bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang
lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu
pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif
sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di
dalam masyarakat.
3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka
pendek maupun jangka panjang, mendorong orang
menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan
individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang
4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar
fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan
atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah
publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan
untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan
diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan
bersama.
5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan
pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan
seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu,
mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon
seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong
kreativitas dan kebutuhan estetiknya.
7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imaji
dari drama, tari, kesenian, kesusatraan, musik, olahraga,
kesenangan kelompok, dan individu.
8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan
individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan
mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan
keinginan orang lain. (Widjaja, 2000: 65-66).
Dari fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, maka komunikasi pun memiliki tujuan penting dalam
kehidupan manusia.
2.2.1.3 Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri dalam buku
Ilmu, Teori, Dan Filsafat Komunikasi milik Onong Uchjana
Effendy (2003:55) adalah sebagai berikut :
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah opini /pendapat/pandangan (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan
menyatakan tujuan komunikasi sebagi berikut :
1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain.
Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk
mengerti dan memahami apa yang kita maksud.
2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung
gagasan kita. Dalam hal ini tentu cara penyampaian akan
informasi atau pengetahuan saja. Apakah kita ingin agar orang
lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak.
(Effendy, 2003: 11).
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok
Penelitian ini masuk pada komuniksi kelompok karena dilakukan
oleh banyak orang yang memiliki jalan pikiran yang sama. Sama dalam
artian disini adalah sekelompok orang yang sesama memiliki kecintaan
terhadap modifikasi motor.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Dan B. Curtis, James J. Floyd dan Jerril L. Winson (2005:49)
menyatakan komunikasi kelompok terjadi ketika tiga orang atau lebih
bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seseorang pemimpin untuk
mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.
Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat
komunikasi sebagai berikut :
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan.
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua yaitu komunikasi
kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi kelompok
kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan
prosesnya berlangsung secara dialogis. Sedangkan komunikasi kelompok
besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan dan
prosesnya berlangsung secara linear. (Onong, 2003 : 76-77).
2.1.3.1 Proses Komunikasi Kelompok
Kelompok berarti beberapa orang yang terhubung dalam satu
sistem komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke
waktu, face to faceatau computer mediate, yang memiliki goal, tujuan
serta norma yang sama yang akhirnya kelompok tersebut akan mencapai
tujuan tersebut secara bersamaan (Cragan, 2004).
Bernegoisasi satu sama lain, atau berkomunikasi bukanlah
menukarkan informasi satu orang ke orang lain. Melainkan memberi dan
menerima informasi satu sama lain dalam sebuah percakapan yang
nantinya akan ditemukan suatu interpertasi yang sama antar anggotanya.
2.1.3.2 Faktor-faktor Pembentukan Komunikasi Kelompok
Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul
pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa
manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya
komunikasi Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki
kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Atau dengan
kata lain, kelompok adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi,
interdependen (saling tergantung antara satu dengan yang lainnya), dan
berada bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Dua faktor utama yang mengarahkan pilihan tersebut adalah
kedekatan dan kesamaan.
a. Keadaan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap
keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa
diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan
orang-orang disekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan
sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang
saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua
orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan
bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan
peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang
memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan
menumbuhkan interaksi, yang memainkan peran penting
b. Kebersamaan
Pembentukan kelompok tidak hanya tergantung pada kedekatan
fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah
menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan
orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan
yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai,
usia, tingkat intelejensi, dan karakter-karakter personal lain.
Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon
pasangan untuk membentuk kelompok yang disebut keluarga.
2.1.3.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok
Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua
hal, yaitu norma dan peran.
Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana
orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu
sama lainnya. Severin dan Tankard yang dikutip Suprapto menyebutkan
ada dua jenis norma, yaitu deskriptif dan perintah. Norma deskriptif
menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam sebuah konteks,
sedangkan norma perintah menentukan apa yang umumnya disetujuai oleh
masyarakat.
Terdapat tiga kategori norma dalam kelompok yaitu norma sosial,
prosedural, dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara anggota
bagaimana suatu kelompok mengambil keputusan, harus beroperasi, dan
pada akhirnya pada kesepakatan kelompok. Norma tugas mengatur
bagaimana pekerjaan harus dilakukan ( Sendjaja 2002: 3.6).
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Menurut
Soerjono Soekanto, seseorang telah menjalankan peran apabila telah
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.
Menurut Adler & Rodman peran dalam komuikasi kelompok
meliputi fungsi tugas dan pemeliharaan. Fungsi Tugas yaitu pemberi
informasi, pemberi pendapat, pencari informasi dan pemberi aturan.
Sedangkan Fungsi Pemeliharaan meliputi pendorong partisipasi,
penyelaras, penurunan ketegangan, penanganan persoalan pribadi.
Menurut Brilhart, ada 5 karakteristik komunikasi dalam kelompok,
yaitu:
1. Meliputi sekelompok kecil orang (2-20) sehingga setiap
orang menjadi sadar & mampu bereaksi terhadap yang
lainnya.
2. Untuk keberhasilan pencapaian tujuan setiap orang harus
terikat dalam kondisi saling ketergantungan.
3. Setiap orang harus mempunyai rasa saling memiliki dan
4. Interaksi secara oral, walau tidak seluruh interaksi
berlangsung secara oral, tapi yang signifikan melalui
pembicaraan.
5. Perilaku didasarkan pada norma-norma, nilai dan prosedur
yangg diterima tiap anggota.
2.1.3.4 Jenis-jenis Komunikasi Kelompok 1. Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil (small/micro group
communication) adalah komunikasi yang :
a. Ditujukan kepada kognisi komunikan.
b. Prosesnya berlangsung secara dialogis.
Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator
menunjukan pesanya kepada benak atau pikiran komunikan,
misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain.
Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting.
komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator.
Cara yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah
bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear,
melainkan sirkular, umpan balik secara verbal. Komunikan dapat
menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika kita tidak
mengerti. Dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis
atas : rapat (rapat kerja, rapat pimpinan, rapat mingguan), kuliah,
ceramah, brifing, penataran, loka karya, diskusi panel, forum,
symposium, seminar, konferensi, kongres, curah saran
(brainstorming).
2. Komunikasi kelompok besar
Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi
kelompok besar (large/macro group communication) adalah
komunikasi yang.
a. Ditujukan kepada seleksi komunikan.
b. Prosesnya berlangsung secara linear.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi
komunikasi kelompok besar, ditunjukan kepada afeksi komunikan,
kepada hatinya atau pada perasaannya. Contoh untuk komunikasi
kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa sebuah lapangan.
Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil umunya bersifat
homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis
kelaminya, sama pendidikanya, sama status sosialnya), maka
komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat
heterogen : mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka
ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat
Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah
dari titik yang satu ke titik yang lain, dari komunikator ke
komunikan. Tidak seperti pada komunikasi kelompok kecil yang
seperti telah diterangkan tadi berlangsung secara sirkular. Dialogis,
bertanya jawab. Dalam pidato di lapangan amat kecil
kemungkinannya terjadi dialog antara seorang operator dengan
salah seorang dari khalayak massa.
2.1.3.5 Fungsi-fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh
adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut
mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini
dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan
para anggota kelompok itu sendiri.
1. Hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok
mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di
antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok
secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan
menghibur.
2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti
bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal
Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para
anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi
pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu
jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah
partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara
para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat
efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan
yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru
yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi
edukasi ini akan tercapai.
3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya
mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau
tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha
persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak
diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika
usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai
yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang
berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu
konflik, dengan demikian malah membahayakan
4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan
kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat
keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving)
berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak
diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan
(decision making), berhubungan dengan pemilihan antara dua
atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan
materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.
5. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi
memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya ,karena
kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok
terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan
personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi
dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan
manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya
sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus.
Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi
perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok
perokok berat dan sebagainya Tindak komunikasi dalam
kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama
pengungkapan ciri (selfdisclosure). Artinya, dalam suasana
yang, mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara
Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang
dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi
terapi yang akan mengaturnya.
2.1.4 Tinjauan Tentang Eksistensi
Perlu dikatakan bahwa eksistensi manusia mempunyai proses yang
rumit. Dengan begitu, eksistensi manusia merupakan suatu proses yang di
dalamnya terdapat pergulatan, konflik, dan ketegangan tanpa
henti-hentinya untuk mencari bentuk demi mewujudkan dirinya secara optimal.
Eksistensi tak pernah ada dalam ruang kosong. Dalam prosesnya, ia selalu
berhadapan dan bahkan bertabrakan dengan eksistensi lain, sering kali
terjadi dalam ruang dan waktu bersamaan.
Eksistensi manusia mengalami konflik baik secara vertikal kepada
Tuhan maupun secara horizontal dengan sesama manusia dan alam. Dalam
konflik dengan eksistensi Tuhan, seperti meragukan ada-Nya dan
Ketetapan-Nya, manusia seharusnya menyelesaikan diri dengan eksistensi
Tuhan. Sebab, pada hakikatnya manusia tidak akan mempu untuk
menggugat-Nya, sebab manusia sendiri merupakan salah satu bagian dari
eksistensi Tuhan.
Dalam realitas kehidupan, manusia bukanlah sebuah cetakan yang
sudah selesai dan permanen. Tetapi, manusia akan menjalankan proses
meraih eksistensinya dalam beberapa tahap. Kita sering kali melihat
saudara-saudara kita bahkan diri kita sendiri jatuh bangun, turun naik,
kita. Menurut Zaenal Abidin (2002:16) dalam bukunya “Filsafat Manusia”:
“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi‟ atau mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
Eksistensi menurut penulis ada akan keberadaan seseorang yang
bergaul dalam lingkungan masyarakat, bisa dikatakan ingin diakui
keberadaanya khusunya dalam segi sosial. Karena pada dasarnya manusia
akan mengalami perubahan dari masa sekarang sampai masa yang akan
datang baik dari segi bahasa, perilaku dan tindakan.
Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan
diri individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk
dapat memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan
pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya
dorongan dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk
sosial. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya
selaku individu dan sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Setiawan yang dikutip oleh Rismawaty bahwa:
berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis, ini
disebut sebagai aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi lebih kepada
pernyataan eksistensi diri. Deddy Mulyana memodifikasi pernyataan filsuf
Prancis, Rene Descartes yang terkenal “Cogito ergo sum” (saya berfikir, maka saya ada) yang kemudian diganti menjadi “Saya berbicara, maka saya ada”.
2.1.5 Tinjauan Tentang Komunitas
Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari
Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi sedangkan
dalam bahasa Inggris disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu
hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan
identitas.
2.1.5.1 Pengertian Komunitas
“Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values “(Kertajaya Hermawan, 2008).
Proses pembentukannya bersifat horizontal karena dilakukan oleh
individu-individu yang kedudukannya setara.
Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang
dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan
memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas
kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial- ekonomi. Disamping itu
secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah
geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan
mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan
yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.
Istilah kata arti komunitas berasal dari bahasa latin communitas
yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik
atau banyak orang. Definisi Arti Komunitas adalah sebuah identifikasi dan
interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan
fungsional. Menurut Kertajaya Hermawan (2008), Arti Komunitas adalah
sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang
seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang
erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan
interest atau values.
Menurut pengertian diatas, komunitas adalah jaringan dari
beberapa individu yang saling mengikat yang meningkatkan sosialisasi
sesama jaringan, saling mendukung, memberikan informasi, adanya rasa
memiliki dan menjadi identitas sosial. Ikatan yang kuat dan dukungan dari
sesama anggota komunitas memungkinkan adanya saling ketergantungan
di antara anggota komunitas yang secara sadar atau tidak terjadi interaksi
2.1.5.2 Konsep Komunitas
Komunitas juga perlu memiliki kekuatan sebagai acuan bersama,
bahwa kekuatan dari komunitas sangat penting bagi keberlangsungan
kehidupan komunitas tersebut. Dimana pegangan dari komunitas
melengkapi kriteria subjektif dari kebersamaan, perasaan saling terhubung
yang memberikan perasaan dari kepunyaan.
2.1.5.3 Ciri-ciri Komunitas
Berikut ini adalah ciri-ciri dari komunitas, yaitu :
a. Adanya keanggotaan didalamnya, tidak mungkin ada
komunitas tanpa ada anggota.
b. Adanya saling mempengaruhi, anggota komunitas bisa saling
mempengaruhi satu sama lainnya.
c. Adanya integrasi dan pemenuhan kebutuhan antar anggota.
d. Adanya ikatan emosional antar anggota.
Komunitas dapat dikatakan sebagai sekelompok orang yang saling
mempengaruhi, memiliki kesamaan identitas kelompok dan memiliki
ikatan emosional antar anggotanya.
2.1.5.4 Manfaat komunitas
Komunitas memiliki sejumlah manfaat yaitu:
a. Menampung ide-ide yang berasal dari masyarakat luas,
sehingga dapat dipilih ide yang tepat untuk dijadikan kebijakan
b. Mengungkapkan ikatan-ikatan dalam masyarakat umum dan
juga sosialisasinya.
c. Mengungkapkan relasi sosial secara spesifik, dalam hubungan
dengan negara yang bersifat autokratik.
d. Menghubungkan arti dunia dengan segera, dan berkait dengan
kehidupan sehari-hari.
e. Memperluas jaringan pertemanan.
f. Lebih banyak kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan
sesama anggota atau anggota komunitas lain.
g. Kesempatan belajar yang terbuka luas bagi setiap anggota
komunitas.
h. Saling membantu dalam menghadapi masalah dan
memecahkan suatu masalah.
2.1.5.5 Hubungan Sosial Komunitas
Hubungan sosial komunitas merupakan hubungan yang terbentuk
berdasarkan atas pola interaksi yang terjadi, baik didalam komunitas
maupun antar komunitas. Umumnya hubungan sosial yang terbentuk di
dalam komunitas adalah hubungan pertemanan, hubungan kekerabatan,
dan hubungan pekerjaan. Sedangkan dalam hubungan antar komunitas
terdapat hubungan persaingan, selain hubungan-hubungan yang ada dalam
2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran yang mendasari peneliti
tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupun konseptual.
Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual, sebagai berikut:
2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini didasari pada pemikiran kerangka teoritis, adapun
fokus dari judul penelitian ini adalah eksistensi, eksistensi adalah faktor
penting dalam kehidupan manusia, seorang manusia tanpa eksistensi
hidupnya akan terasa tidak beraturan mengingat manusia adalah makhluk
sosial.
Mengapa eksistensi itu menjadi suatu pemahaman yang sangat
penting? Sebab eksistensi akan membentuk seseorang untuk menjadi
pribadi yang lebih baik, karena ketika eksistensi yang baik sudah terbentuk
seseorang itu otomatis akan menjadi pribadi yang lebih baik karena
eksistensinya tersebut.
Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan
diri individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk
dapat memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan
pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya
dorongan dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk
Hal ini menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya
selaku individu dan sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Setiawan yang dikutip oleh Rismawaty bahwa:
”Eksistensi individual dan kutub eksistensi sosial, di mana keduanya amat terjalin dan tampaknya menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (indivisualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi individual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).
Adapun menurut Zaenal Abidin dalam buku nya yang berjudul
“Filsafat Manusia” mendefinisikan eksistensi yaitu:
“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yajni exsistere, yanga artinya keluar dari, „melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
A. Kemampuan
Eksistensi ini sebenarnya, ditentukan oleh banyak hal, dan salah
satunya adalah “kemampuan”. Kemampuan adalah tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktek. Kemampuan ini sangat berpengaruh penting dalam proses
pembentukan eksistensi. Baik itu kemampuan skill seseorang atau
B. Perkembangan
Perkembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari
perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.
Akhmad Sudrajat memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya
atau dapat diartikan pula sebagai perubahan perubahan yang dialami
individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.” C. Pencitraan
Pencitraan sebuah gambaran atau persepsi seseorang atau banyak
orang terhadap pribadi maupun nonpribadi berkaitan dengan tampilan atau
perilaku pribadi maupun nonpribadi dalam kondisi tertentu.Pencitraan
merupakan bagian terakhir dan penentu dalam pembentukan sebuah
eksistensi.
Pencitraan adalah tahap yang terbentuk dari kegiatan-kegiatan
komunitas kaum jelata gila modif motor dan juga perkembangannya.
Setelah melakukan kegiatan tersebut pencitraan ini akan otomatis
dilakukan oleh komunitas kaum jelata dan masyarakat akan memberikan
feedback yang akan berujung pada pembentukan eksistensi komunitas
Dari kerangka pemikiran secara teoritis diatas, peneliti hanya
mengambil faktor dari eksistensi yaitu kemampuan, perkembangan, dan
pencitraan sebagai ranah pemikirian peneliti kedepannya serta
subfokus-subfokus terpilih lainnya yang ikut dijadikan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini.
2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual
Dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana
eksistensi komunitas kaum jelata gila modif motor di jakarta selatan
sebagai fokus dari judul penelitian ini adalah eksistensi, eksistensi adalah
faktor penting dalam kehidupan manusia, seorang manusia tanpa
eksistensi hidupnya akan terasa tidak beraturan mengingat manusia adalah
makhluk sosial.
Eksistensi itu menjadi pemahaman yang sangat penting eksistensi
akan membentuk seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, karena
ketika eksistensi yang baik sudah terbentuk seseorang itu otomatis akan
menjadi pribadi yang lebih baik karena eksistensinya tersebut.
Zaenal Abidin dalam buku nya yang berjudul “Filsafat Manusia”
mendefinisikan eksistensi yaitu:
Philip Kotler (2009:299) menyebutkan “Citra sebagai seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu
objek.”
Eksistensi terbentuk dari kemampuan komunitas Kaum Jelata dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang akan membentuk citra mereka dengan
melakukan kegiatan tersebut dengan tekun. Dengan ketekunan tersebut
akan muncul sebuah perkembangan efek dari pengalaman saat melakukan
kegiatan tersebut, kegiatan komunitas modif motor ini menjadi beragam
dan hal ini berdampak pada eksistensi mereka di masyarakat.
Pencitraan menjadi sebuah langkah awal bagi komunitas Kaum
Jelata Gila Modif Motor dalam membentuk eksistensi mereka. Feedback
masyarakat terhadap masyarakat ketika komunitas tersebut mengikuti
sebuah kegiatan atau acara akan sangat berpengaruh pada citra komunitas
tersebut.
Citra yang baik akan membentuk sebuah eksistensi yang positif dan
sudah tentu akan mendatangkan kebahagiaan bagi para anggota komunitas
kaum jelata. Sebaliknya, citra yang buruk akan membentuk sebuah
eksistensi yang negatif akan membuat keberadaan komunitas kaum jelata
gila modif motor semakin terpuruk dan dipandang sebelah mata oleh
masyarakat.
Dengan partisipasinya dalam setiap kegiatan yang diadakan, para
komunitas motor ini akan mempunyai pengalaman dari tiap kegiatannya
maupun ide atau kreatifitas. Perkembangan ini juga mengikuti dengan
lingkungan sekitarnya, seperti perkembangan teknologi, dunia otomotif.
Teknologi yang ada dapat dimanfaatkan oleh komunitas motor ini.
Dari setiap kegiatan kontes yang mereka ikuti, anggota komunitas
motor ini sangat mengharapkan adanya masyarakat yang melihat mereka
ketika mengikuti ajang kontes modifikasi karena kembali pada tujuan awal
yaitu eksistensi.
Ketika orang-orang yang melihat penampilan mereka, tentu saja ada
feedback yang disampaikan kepada anggota komunitas ini. Feedback
tersebut sangat beragam, mulai dari yang positif hingga negatif, semua itu
tergantung pada individu yang menilai juga dari anggota komunitas motor
itu sendiri. Ketika feedback itu muncul, maka akan membentuk sebuah
citra dari masyarakat.
Pencitraan ini adalah langkah terakhir dari pembentukan eksistensi
komunitas motor ini. Setiap orang ingin mempunyai eksistensi dan ikut
berpartisipasi dalam kehidupan sosial, karena manusia adalah makhluk
sosial.
Namun eksistensi itu sendiri tidak akan tercipta dengan sendirinya.
Setiap manusia yang ingin eksistensinya diterima oleh masyarakat harus
dapat menunjukan bahwa mereka ada, oleh karena itu manusia harus terus
ikut serta dalam setiap kegiatan atau acara yang melibatkan orang banyak,
Gambar 2.2
Kerangka Alur Pemikiran
Sumber : Peneliti, 2014
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas peneliti mencoba
mendeskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran,
sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk dapat diteliti dan
dianalisis.
Komunitas motor ini membentuk eksistensi dimasyarakat melalui
tiga subfokus yakni kemampuan para anggota dalam teknis modifikasi dan kemampuan mereka sharing dan berkomunikasi dengan sesama
Studi Deskriptif
Komunitas Kaum Jelat Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan
Pencitraan
Kemampuan Perkembangan