• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada fakultas hukum program studi ilmu hukum

Diajukan oleh :

INGRIT SARMITA DEWI AHMAD 20120610156

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta dan untuk mengetahui upaya pemerintah yogyakarta dalam perlindungan hukum bagi peserta pemagangan. Sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder untuk selengkapnya dianalisa secara deskriptif kualilatif yang artinya data yang berhasil dikumpulkan dari penelitian dipilih berdasarkan mutu dan kualitas dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas

Dari hasil penelitian di PT.PLN dan PT.Angkasa Pura dapat diketahui bahwa pelaksanaan pemagangan adalah kegiatan bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan atau jasa di perusahaan dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Tidak ada perlindungan khusus dari pemerintah untuk peserta magang, karena seluruh kegiatan yang dilakukan peserta magang di sebuah perusahaan di Kota Yogyakarta sepenuhnya untuk belajar bekerja dan mengasah kemampuan peserta magang. Ada beberapa perusahaan yang memang memberikan upah kepada peserta magang walaupun tidak wajib namun ada juga perusahaan yang hanya memberikan kesempatan kepada peserta magang untuk belajar diperusahaan tersebut.

Pemagangan di dalam peraturan perundang-undangan tidak begitu mengatur mengenai perlindungan hukum namun lebih kepada perjanjian pemagangannya. Perjanjian pemagangan harus berisi hak-hak apa saja yang diperoleh peserta magang, kewajiban peserta magang, dan jangka waktu pemaganga.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia menganut asas hubungan industrial pancasila yang merupakan

prinsip dasar dalam pelaksanaan hubungan hukum ketenagakerjaan. Dalam

pemerintahan orde baru, hubungan industrial indonesia harus didasarkan pada

ideologi negara pancasila yang sesuai dengan spirit kebudayaan indonesia dan cara

pandang orang-orang indonesia1. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan

yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang

terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada

nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

19452.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja

pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja3. Ketenagakerjaan bagi kaum

muda merupakan prioritas utama bagi pemerintah indonesia, para pengusaha, dan

pekerja. Pemagangan yang berkualitas merupakan hal yang paling penting dalam

mempersiapkan tenaga kerja muda. Sistem magang yang mengkombinasikan antara

pekerjaan yang berbasis di lingkungan kantor dan pelatihan diluar pekerjaan terbukti

dapat mempromosikan pembelajaran dan pembentukan keterampilan, termasuk juga

dapat memfasilitasi ketenagakerjaan dengan menjalin hubungan antara dunia

1

Susetiawan, konflik sosial kajian sosiologis hubungan buruh perusahaan dan negara di Indonesia,. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000, hlm 176

2

Maimun Hukum, Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Jakarta, pt.paradnya pramita, 2007, hlm 119

3

(16)

pendidikan dan pekerjaan. Sistem magang juga memfasilitasi industri baru yang

menggunakan teknologi dan inovasi lainnya. Ini menunjukan bahwa sistem magang

dapat menyediakan sumber daya manusia yang tinggi untuk pertumbuhan ekonomi.

Pelaksanaan hubungan industrial dalam praktik melalui hubungan kerja adalah

hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang

mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah4. Alternatif perjanjian dalam

hubungan kerja yang ditentukan peraturan perundang-undangan diantaranya

perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara

sifatnya yang penyelesaiannya paling lama tiga tahun. Untuk pekerjaan yang bersifat

musiman, untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, perjanjian kerja

harian lepas dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu5.

Angka pengangguran di kalangan kaum muda, terutama laki-laki berada di

antara urutan tertinggi di wilayah asia dengan kisaran 20%6. Dalam kaitan itu,

pemerintah indonesia telah menempatkan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas

dalam prioritas di rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2015-2019.

Walaupun tidak ada solusi yang dapat memecahkan masalah pengangguran

sepenuhnya, pemagangan merupakan cara yang menjanjikan untuk mengurangi

kesenjangan antara permintaan dan penyediaan pekerja-pekerja muda, terutama

mereka yang berusia 15-24 tahun dan tidak mengukur kepada tingkat pendidikan.

4

Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2008, hlm 05

5

Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia nomor: KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian kerja waktu tertentu.

6 Artikel “youth unemployment in indonesia: A demograpic bonus or disaster?” oleh indones ia investment tanggal 17 mei 2014 berdasarkan laporan the world bank “east asia pasific at work:

employment, enterprise, and well-being”

(17)

Pemagangan pada dasarnya merupakan pelatihan yang dilaksanakan oleh

perusahaan kepada calon tenaga kerja di lokasi kerja untuk mendapatkan keterampilan

tertentu. Bagi perusahaan, tujuan pemagangan adalah untuk mendapatkan tenaga kerja

yang memiliki keterampilan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan oleh

perusahaan.

Peserta pemagangan mengikutinya untuk mendapatkan keterampilan yang

diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang

didapatkannya dalam pemagangan. Maka pemagangan bukan merupakan relasi

pemberi kerja dan pencari kerja, namun relasi antara pencari keterampilan dengan

penyedia keterampilan yang dilakukan di lingkungan pekerjaan. Pemagangan juga

bukan merupakan pelatihan yang diberikan perusahaan kepada siswa sekolah sebagai

prasyarat untuk mendapat keterampilan tertentu sebagai salah satu prasyarat

kurikulum pendidikan.

Realitas kondisi kerja dengan hak-hak legalnya yang umumnya belum

terpenuhi memang masih memprihatinkan. Jika selama ini perhatian kita lebih

terfokus pada pekerja permanen (buruh pabrik, karyawan prusahaan, dan sebagainya),

tetapi lalai dalam memperhatikan hak-hak pekerja magang. Di hotel-hotel berbintang

di jakarta sebagai contohnya, para pekerja magang bekerja dan menjalankan tugas

berikut tanggung jawab layaknya karyawan. mereka tidak mendapatkan upah, kecuali

mendapatkan jatah makan sekali sehari7.

Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan

oleh mahasiswa tingkat akhir atau siswa menengah sekolah kejuruan sebagai salah

satu syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan. Masalah magang juga

7

(18)

sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

khususnya Pasal 21-30. Lebih spesifiknya diatur didalam Peraturan Menteri Tenaga

kerja dan Transmigrasi No Per-22/Men/IX/2009 tentang penyelenggaraan

pemagangan didalam negeri. Dalam peraturan menteri tersebut, pemagangan diartikan

sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara

pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan

dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses

produksi barang dan atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan

atau keahlian tertentu.

Kegiatan magang kedua belah pihak saling mendapatkan keuntungan, kedua

belah pihak tersebut disini yakni pemagang dan juga perusahaan, para peserta magang

mendapat keuntungan dengan memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua

ilmu yang telah dipelajari saat menjalankan pendidikan, dan kemudian pengalaman

ini dapat menjadi bekal dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Pengusaha

sebagai salah satu pihak yang diuntungkan dengan adanya pemagang yang dapat lebih

meringankan kerja kariawan yang ada tentunya harus tetap menjaga hak-hak yang

perlu diperoleh peserta magang agar terjamin haknya.

Pemilihan peserta magang juga diperlukan langkah-langkah yang sesuai yaitu

melakukan seleksi penerimaan peserta magang, apabila langkah tersebut tidak

terlaksanakan dengan baik maka dapat menimbulkan suatu masalah dalam mencapai

tujuan yang telah ditentukan oleh suatu perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam

menempatkan peserta magang, maka dapat menimbulkan beberapa akibat, antara lain

keresahan atau ketidaknyamanan. Kurangnya konsentrasi sehingga terjadi kekeliruan

dalam mengerjakan tugasnya, kurang memiliki rasa tanggung jawab, turunnya

(19)

berakibat buruk pada peserta magang, kesalahan dalam hal penempatan juga berakibat

buruk terhadap perusahaan. Perusahaan dapat mengalami kerugian keuangan maupun

dapat memperburuk citra perusahaan dimata konsumen. Oleh karena itu seleksi

penerimaan peserta magang menjadi hal yang perlu dilakukan.

Kedua belah pihak dari peserta magang dan juga perusahaan juga perlu

membuat perjanjian pemagangan agar terjaga setiap hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak, agar tidak hanya pekerja tetap yang di prioritaskan namun juga

menjaga kesejahteraan peserta magang. Peserta magang dan perusahaan perlu

melakukan perjanjian tertulis, Pasal 22 Undang-Undang Ketenagakerjaan

menjelaskan bahwa dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian tertulis,

maka pemagangan tersebut dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi

pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. Hal ini diperjelas dalam Pasal 12

peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI NO.PER.22/MEN/IX/2009 tahun

2009 tentang penyelenggaraan pemagangan dalam negeri (Permennakertrans

No.22/2009). Didalam perjanjian pemagangan, harus jelas diatur mengenai hak dan

kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Dalam hal

pemagangan dilakukan didalam wilayah indonesia, perjanjian pemagangan tersebut

harus diketahui dan disahkan oleh dinas kabupaten/kota setempat.

Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pemagangan pada perusahaan

di Kota Yogyakarta khususnya yang terkait dengan pemagangan berdasarkan uraian

diatas yang sesuai dengan latarbelakang, maka dalam penelitian ini menggunakan

(20)

“PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA

YOGYAKARTA”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana upaya pemerintah dalam perlindungan hukum pemagangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemagangan pada perusahaan di Kota

Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam perlindungan hukum pemagangan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan Hukum Administrasi Negara khususnya berkaitan dengan pelaksanaan

pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu tambahan wawasan atau pun

pengetahuan kepada para karyawan magang atau pun masyarakat mengenai

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA

A. Pengertian Pemagangan

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara

terpadu antara pelatihan kerja di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung

dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih

berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam

rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.

Menurut sudjana, magang adalah cara penyebaran informasi yang dilakukan

secara terorganisasi. Menurut rusidi, magang merupakan salah satu mata kuliah yang

harus diselesaikan setiap mahasiswa sebagai cara mempersiapkan diri untuk menjadi

SDM yang siap kerja. Magang adalah proses belajar dari seorang ahli melalui

kegiatan dunia nyata. Selain itu magang adalah proses mempraktikkan pengetahuan

dan keterampilan untuk menyelesaikan problem nyata di sekitar1. Dari pengertian

para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa magang merupakan pelatihan atau praktik

untuk menguasai keahlian tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur

yang berpengalaman.

Berdasarkan peraturan Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

No.22/2009: “bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu

antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah

1

(22)

bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam

proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan dalam rangka menguasai

keterampilan atau keahlian tertentu”2

Pemagangan di indonesia di atur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya disebutkan dalam Pasal 21-30. Dan lebih

spesifiknya diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.22/Men/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di dalam Negeri.

Peraturan Menteri tersebut, pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem

pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga

pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan

instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang

dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian

tertentu. Konteks Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menyebutkan bahwa pemagangan merupakan sub-sistem dari pelatihan kerja.

Pemagangan dalam rangka pelatihan kerja tersebut dapat dibedakan lagi berdasarkan

wilayahnya, yakni pemagangan luar negeri (permenaketrans No.Per-08/Men/V/2008)

dan pemagangan dalam negeri (permenketrans No. Per-22/Men/IX/2009).

Pemagangan menurut Pasal 1 angaka 11 Undang-Undang Ketenagakerjaan

adalah “bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara

pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan

dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam

proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai

keterampilan atau keahlian tertentu”.

2

(23)

Pemagangan dalam Undang-Undang ketenagakerjaan dimaksudkan untuk

pelatihan kerja dan peningkatan kompetensi kerja, bukan untuk tujuan akademis,

pemenuhan kurikulum/persyaratan suatu profesi tertentu. Pemagangan untuk tujuan

akademis, pemenuhan kurikulum atau persyaratan suatu profesi tertentu, contohnya

adalah :

1. Ketentuan pendidikan dan pelatihan praktik kedokteran (koas/magang)

dalam rangka uji kompetensi dokter indonesia,

2. Pemagangan untuk memenuhi persyaratan menjadi seorang advokat yang

dilakukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.

3.

Persyaratan magang bagi calon notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan

berturut-turut.3

Menurut Undang-undang ketenagakerjaan, pemagangan diartikan sebagai

bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatih

di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan

pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses

produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan

atau keahlian terntentu. Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di

tempat penyelenggara pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di

luar wilayah indonesia4. Untuk pemagangan yang dilakukan di luar wilayah

indonesia, harus memperoleh izin dari menteri. Selain itu, penyelenggara pemagangan

di luar wilayah indonesia tersebut harus berbentuk badan hukum indonesia5.

3

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c6cb635d9527/esensi-perjanjian-pemagangan-agar-tidak-menyalahi-aturan

4

Pasal 24 Undang-undang Ketenagakerjaan

5

(24)

Pemagangan dilakukan dengan perjanjian tertulis antara peserta magang dan

perusahaan. Dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian pemagangan,

maka pemagangan tersebut dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi

pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan6. Lebih lanjut, di dalam pemagangan,

harus jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka

waktu pemagangan. Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah indonesia,

perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh dinas

kabupaten/kota setempat7. Mengenai jangka waktu pemagangan, dalam hal

pemagangan yang dilakukan diwilayah indonesia, jangka waktunya paling lama 1

(satu) tahun. Dalam hal untuk mencapai kualifikasi kompetensi tertentu akan

memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) tahun, maka harus dituangkan dalam perjanjian

pemagangan baru dan dilaporkan kepada dinas kabupaten/kota setempat8. Mengenai

hal-hal yang didapat oleh peserta magang dalam suatu perusahaan, yaitu :

1. Pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga

sertifikasi (Pasal 23 uu ketenagakerjaan);

2. Uang saku dan/atau uang transportasi (penjelasan Pasal 22 uu

ketenagakerjaan);

3. Jaminan sosial tenaga kerja (penjelasan Pasal 22 uu ketenagakerjaan).

Mengenai hal ini, khusus untuk tenaga kerja yang magang, berdasarkan

Pasal 8 ayat (2) huruf a UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja hanya diwajibkan ikut jamsostek untuk program jaminan

6

Pasal 22 Undang-undang Ketenagakerjaan

7

Pasal 13, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI NO.PER.08/MEN/V/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di Luar Negeri.

8

(25)

kecelakaan kerja (jkk) saja. Artinya, tidak wajib ikut program jaminan

kematian (jk) dan jaminan hari tua (jht) serta jaminan pelayanan kesehatan

(jpk).

Menurut Rusidi, selama magang mahasiswa ataupun peserta magang bekerja

sebagai tenaga kerja di instansi/perusahaan sehingga mampu menyerap berbagai

pengalaman kerja yang sesungguhnya. Magang dilaksanakan untuk memberikan

pengalaman praktis kepada mahasiswa dengan cara ikut bekerja sehari-hari pada suatu

instansi atau perusahan pemerintah maupun swasta, secara khusus tujuan magang

adalah :

1. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki;

2. Meningkatkan pengetahuan dalam kerja baik dalam hal keilmuwan

maupun pengalaman kerja;

3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan

kalangan masyarakat di perusahaan:

4. Memacu motivasi mahasiswa yang berminat menjadi calon tenaga kerja

yang handal dan siap kerja;

5. Membuka peluang untuk memperoleh pengalaman praktis dalam kerja

bagi mahasiswa;

6. Menciptakan keterkaitan dan kesepadanan antara perguruan tinggi dengan

dunia kerja;

7. Menciptakan kerja sama antara perguruan tinggi dan dunia usaha dan

industri;

(26)

Magang merupakan syarat utama untuk melalui proses pendidikan. Magang

merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan oleh mahasiswa

tingkat akhir atau siswa kelas 3 SMK sebagai salah satu syarat utama untuk

menyelesaikan proses pendidikan. Sedangkan pelatihan kerja biasanya diikuti oleh

pekerja yang sudah menandatangani kontrak dengan perusahaan dalam rangka untuk

mengembangkan kompetensi kerja dan produktifitas sang karyawan.

Kegiatan magang dapat memiliki kesempatam untuk mengaplikasikan semua

ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dan mempelajari detail tentang seluk

beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam

menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Kegiatan magang juga dapat menambah

wawasan mengenai dunia industri dan perkantoran juga meningkatkan keterampilan

serta keahlian praktik kerja.

Pemagangan menjadi peran yang penting karena di dalam pemagangan

terdapat tujuan yaitu mempromosikan formasi pembelajaran dan keterampilan, serta

memfasilitasi tenaga kerja dengan menjembatani antara dunia pendidikan dan dunia

kerja juga pemagangan dapat membantu perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan

tenaga kerja dan menyediakan pelatihan keterampilan bagi kaum muda untuk

mempersiapkan mereka dalam menghadapi dunia kerja. Manfaat yang didapatkan

dalam pelaksanaan pemagangan juga tidak hanya dirasakan pihak perusahaan yang

dapat menghasilkan tenaga kerja sesuai dengan standar industri dan kebutuhan

perusahaan, namun juga pihak dari pemagang itu sendiri mendapatkan kesempatan

untuk menerima pelatihan, bukan hanya untuk mengasah keterampilan yang sesuai

dengan standar industri/perusahaan, namun juga untuk mendapatkan secara langsung

pelatihan secara teknikal dan keterampilan kerja inti yang dapat meningkatkan kinerja

(27)

Selain menguasai keterampilan teknis, manfaat pemagangan juga membentuk

keterampilan non-teknis (soft-skill) peserta pemagangan. Dan menumbuhkan suasana

kerja yang mendorong terciptanya inovasi dari peserta magang atau pekerja di

perusahaan yang bersangkutan.

Berikut merupakan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan

program pemagangan di perusahaan :

1. Pemahaman peraturan perundang-undangan tentang pemagangan;

2. Kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi;

3. Menyusun program pemagangan;

4. Kesepakatan antara perusahaan dengan pemagang yang dituangkan dalam

perjanjian pemagangan;

5. Berkoordinasi dengan pihak pemerintah yang membidangi

ketenagakerjaan;

6. Memanfaatkan sumber pengetahuan dan informasi yang ada, diantaranya

didapat dari forum pemagangan dan lainnya.

Pemagangan terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan, kelebihan

magang antara lain :

1. Biaya murah, ditinjau dari segi pembiayaan, magang merupakan cara

melatih dengan biaya yang sangat murah bahkan mungkin tanpa biaya.

Peserta magang yang mengikuti progam pemagangan ini mau tidak

dibayar atau dibayar sangat rendah karena tujuan utamanya untuk belajar;

2. Memerlukan manajemen sederhana, dari segi pengelolaan, magang

menggunakan manajemen sederhana sehingga sangat membantu dan tidak

(28)

3. Lebih matang, para peserta melalui pengalaman magang ini akan lebih

matang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan mereka langsung

menghadapi pekerjaan yang ditangani sehingga lebih dapat menghayati

dan menekuni pekerjaan tersebut;

4. Loyalitas, bila perusahaan pada akhirnya ingin menggunakan peserta

sebagai karyawan tetap perusahaan, para peserta akan memiliki loyalitas

yang tinggi karena sudah banyak mengenal lebih banyak perusahaan

tempat mereka magang tersebut;

Kelemahan magang sebagai berikut :

1. Terlalu lambat, untuk menjadi ahli melalui proses magang memerlukan

waktu cukup lama apalagi bila peserta magang ingin segera memperoleh

pekerjaan yang diinginkan dengan segera;

2. Statis dan pengaruh lingkungan, tuntutan zaman yang lebh cepat menuntut

para peserta magang untuk mengikuti perkembangan zaman. Bila dalam

mengikuti kegiatan magang aspek lingkungan kurang kondusif, sikap

pemagang akan memperoleh pengalaman belajar dan bekerja yang kurang

baik;

Untuk mempersiapkan tenaga kerja indonesia yang mampu bersaing di pasar

kerja, maka pelatihan pemagangan sangat dibutuhkan. Pelatihan pemagangan

diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas,

dan kesejahteraan.

Peningkatan kesejahteraan adalah kesejahteraan bagi tenaga kerja yang

(29)

kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

Pelatihan pemagangan adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,

memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,

disiplin, sikap, dan etis kerja pada tingkat keterampilan, dan keahlian tertentu sesuai

dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan pemagangan

dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di

dalam maupun diluar hubungan kerja. Pelatihan pemagangan diselenggarakan

berdasarkan progam pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja, dan

dilakukan secara berjenjang. Jenjang pelatihan pemagangan pada umumnya terdiri

atas tingkat dasar, terampil, dan ahli. Untuk itu menteri harus menerbitkan keputusan

menteri yang mengatur mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja

dengan mengikut sertakan sektor terkait.

Setiap tenaga kerja berhak untuk memproleh dana dan atau meningktakan dan

atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya melalui pelatihan pemagangan. Pengusaha bertanggungjawab atas

peningkatan dan atau pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan

pemagangan. Pengguna tenaga kerja terampil adalah pengusaha, oleh karena itu

pengusaha bertanggung jawab mengadakan pelatihan pemagangan untuk

meningkatkan kompetensi pekerjanya. Di samping itu peningkatan dan atau

pengembangan harus diwajibkan kepada pengusaha, karena perusahaanlah yang akan

(30)

Setiap pekerja atau buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti

pelatihan pemagangan sesuai dengan bidang tugasnya. Pelaksanaan pelatihan

pemagangan disesuaikan dengan kebutuhan serta kesempatan yang ada di perusahaan

agar tidak menggangu kelancaran kegiatan perusahaan. Pelatihan pemagangan

diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan atau lembaga pelatihan

kerja swasta (juga termasuk lembaga pelatihan kerja perusahaan) dan dapat dilakukan

kerja sama antara lembaga pelatihan kerja pemerintah dengan lembaga pelatihan kerja

swasta. Pelatihan pemagangan dapat diselenggarakan ditempat pelatihan atau tempat

kerja. Lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk badan hukum indonesia atau

perorangan, namun harus mendapat izin atau mendaftar ke instansi yang

bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dikabupaten/kota.

Pelanggaran atas ketentuan ini (mendapat izin atau mendaftar ke instansi yang

bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan) dan dapat dikenakan sanksi pidana

denda paling sedikit Rp.5.000.000 (lima juta rupiah) dan paling banyak

Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah), dan tindak pidana tersebut tergolong

pelanggaran (vide Pasal 188 UU No.13 Tahun 2003).

Demikian pula lembaga pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah harus mendaftarkan kegiatannya kepada instansi yang bertanggungjawab

dibidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. Ketentuan mengenai tata cara perizinan

dan pendaftaran lembaga pelatihan kerja diatur dengan keputusan menteri.

Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :

1. Tersedianya tenaga pelatihan;

2. Adanya kurikulum sesuai dengan tingkat pelatihan;

(31)

4. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan latihan

kerja;

Pelanggaran atas ketentuan di atas ( mengenai persyaratan ) dapat dikenakan

sanksi administratif berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 beserta

peraturan pelaksanaannya berupa (vide Pasal 190 Undang-undang Nomor 13 Tahun

2003) sanksi tersebut berupa :

1. Teguran;

2. Peringatan tertulis;

3. Pembatasan kegiatan usaha;

4. Pembekuan kegiatan usaha;

5. Pembatalan perjanjian;

6. Pembatalan pendaftaran;

7. Penghentian sementara, sebagian, atau seluruh alat produksi;

8. Pencabutan izin usaha;

Ketentuan mengenai sanksi administratif diatur lebih lanjut oleh menteri.

Lembaga pelatihan kerja swatsa yang telah terdaftar dapat memperoleh akreditasi dari

lembaga akreditasi. Lembaga akreditasi tersebut harus bersifat independen, dan terdiri

dari unsur masyarakat dan pemerintah yang ditetapkan dengan keputusan menteri.

Instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan dikabupaten/kota

dapat menghentikan sementara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja, apabila

(32)

1. Tidak sesuai dengan arah pelatihan yaitu membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan

produktifitas dan kesejahteraan;

2. Tidak memenuhi persyaratan yang dimaksud tentang :

a. Tersedianya tenaga pelatihan;

b. Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan;

c. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan

d. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggara pelatihan

kerja;

Penghentian sementara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja harus

disertai alasan dan saran perbaikan dan berlaku paling lama 6 bulan. Manakala dalam

6 bulan tidak memperbaiki apa yang disyaratkan dapat dikenakan sanksi penghentian

progam pelatihan. Penyelenggara pelatihan yang tetap membandel walaupun progam

pelatihan kerjanya telah dihentikan, maka kepadanya dapat dicabut izin dan

pembatalan pendaftaran. Ketentuan mengenai tata cara penghentian sementara,

penghentian, pencabutan izin, dan pembatalan pendaftaran diatur dengan keputusan

menteri.

Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah

mengikuti pelatihan pemagangan yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja

pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan ditempat kerja, melalui

sertifikasi kompetensi kerja. Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian sertifikat

yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu

kepada standar kompetensi nasional dan internasional. Sertifikasi ini dapat pula

(33)

sertifikasi kompetensi tersebut, harus dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang

independen dengan peraturan pemerintah.

Khusus pelatihan kerja bagi tenaga kerja penyandang cacat dilaksanakan

dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan kemampuan tenaga kerja

penyandang cacat yang bersangkutan.

Untuk mendukung peningkatan pelatihan kerja dalam rangka pembangunan

ketenagakerjaan dikembangkan suatu sistem pelatihan kerja nasional yang merupakan

acuan pelaksanaan pelatihan kerja di semua bidang dan atau sektor. Sistem pelatihan

kerja nasional adalah berkaitan dan keterpaduan berbagai unsur pelatihan kerja yang

antara lain meliputi peserta, biaya, sarana, prasarana, tenaga kepelatihan, progam, dan

metode, serta lulusan. Dengan adanya sistem pelatihan kerja nasional, semua unsur

dan sumber daya pelatihan kerja nasional yang tersebar di instansi pemerintah,

swasta, dan perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Pelatihan kerja dapat dilakukan dengan sistem pemagangan. Pemagangan

adalah sistem dari pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara

pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan

dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam

proses produksi barang dan atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai

keterampilan atau keahlian tertentu. Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian

pemagangan antara peserta dan pengusaha yang dibuat secara tertulis, yang

sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta pemagangan dan pengusaha

serta jangka waktu pemagangan.

Hak peserta pemagangan antara lain memperoleh uang saku dan atau

(34)

lulus akhir progam. Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja atau jasa peserta

pemagangan, merekrut pemagangan sebagai pekerja atau buruh bila memenuhi

persyaratan.

Kewajiban peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian pemagangan,

mengikuti tata tertib program pemagangan, dan mengikuti tata tertib perusahaan.

Adapun kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang saku dan atau uang

transportasi bagi peserta pemagangan, menyediakan fasilitas pelatihan, instruktur, dan

perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Jangka waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang

diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program

pelatihan pemagangan. Pemagangan yang disertakan tidak melalui perjanjian

pemagangan, dianggap tidak sah, dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh

perusahaan yang bersangkutan. Dengan status pekerja atau buruh diperusahaan yang

bersangkutan, maka berhak atas segala hal yang diatur dalam peraturan perusahaan

atau perjanjian kerja sama.

Tenaga kerja yang telah mengikuti program pelatihan pemagangan berhak atas

pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.

Sertifikasi dapat dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang dibentuk dan atau

diakreditasi oleh pemerintah bila programnya bersifat khusus.

Pemagangan dapat dilaksanakan diperusahaan sendiri atau ditempat

penyelenggaraan pelatihan kerja, atau diperusahaan lain, baik didalam maupun diluar

wilayah indonesia. Pemagangan yang dilakukan diluar wilayah indonesia wajib

mendapat izin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk. Untuk memperoleh izin

(35)

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku semua ini diatur dengan

keputusan menteri. Untuk melakukan pemagangan diluar wilayah indonesia hal-hal

ini harus diperhatikan :

1. Harkat dan martabak bangsa indonesia;

2. Penguasaan kompetensi yang lebih tinggi;

3. Perlindungan dan kesejahteraan peserta;

Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat menghentikan pelaksanaan pemagangan diluar

wilayah indonesia apabila didalam pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan apa yang

tertulis diatas. Menteri dapat mewajibkan kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan

untuk melaksanakan progam pemagangan.

Pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah melakukan pembinaan pelatihan kerja dan

pemagangan. Pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan ditunjukan kearah peningkatan

relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas.

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pengembangan budaya produktif, etis kerja,

teknologi, dan efisiensi kegiatan ekonomi, menuju terwujudnya produktifitas nasional. Untuk

meningkatkan produktifitas nasional, melalui kepperes dibentuk suatu lembaga produktifitas

yang bersifat nasional yang berbentuk jejaring kelembagaan pelayanan peningkatan

produktifitas, yang bersifat lintas sektoral.

C. Pihak-pihak yang terlibat dalam pemagangan

1. Perusahaan

a. Bentuk usaha yang berbadan hukum/tidak, milik orang perseorangan, milik

persekutuan, milik badan hukum, milik swasta/milik negara yang

mempekerjakan pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

(36)

b. Usaha sosial/lainnya yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang

lain dengan membayar imbalan dalam bentuk lain;

Pasal 1 angka 20 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang dimaksud

dengan peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh

pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.

Pasal 1 angka 1 Permenakertrnskop Nomor 02/MEN/1978 yang dimaksud

dengan peraturan perusahaan adalah suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang

memuat ketentuan-ketentuan tentang syarta-syarat kerja serta tata tertib perusahaan.

Peraturan pengusaha atau peraturan perusahaan atau yang oleh Prof Imam

Soepomo,SH disebut sebagai peraturan perburuhan-majikan9, dibuat sendiri oleh

majikan atau pengusaha secara sepihak. Dengan demikian maka majikan atau

pengusaha memasukan apa saja yang dikehendakinya dalam suatu peraturan

pengusaha/majikan asalkan tidak melanggar Undang-undang atau peraturan,

ketertiban umum, dan melanggar tata asusila yang telah dibuat sebelumnya.

Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

adalah tidak boleh lebih rendah kualitas maupun kuantitasnya dari peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan apabila ternyata bertentangan, maka yang

berlaku adalah peraturan perundang-undangan.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah

disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk dan pelaksanaannya dilakukan

secara bertahap. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 2 ayat (1) keputusan Menteri

9

(37)

Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Nomor 02/MEN/1978 yang berbunyi

bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan sejumlah dua puluh lima orang atau

lebih wajib membuat peraturan perusahaan. Pada dasarnya kewajiban untuk memiliki

peraturan perusahaan diberlakukan untuk semua perusahaan. Mengingat kondisi tiap

perusahaan tidak sama, maka kewajiban ini perlu dilaksanakan secara bertahap.

Peraturan perusahaan disusun dan menjadi tanggungjawab dari pengusaha

yang bersangkutan. Peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan

pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal

diperusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat/buruh maka wakil

pekerja/buruh sebagaimana dimaksud adalah pengurus sertifikat pekerja/buruh.

Manakala diperusahaan yang bersangkutan belum berbentuk serikat pekerja/buruh,

maka wakil pekerja atau buruh yang dimaksud adalah pekerja/buruh yang dipilih

secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh perusahaan yang

bersangkutan.

Pembuatan peraturan perusahaan, pengusaha mengadakan konsultasi terlebih

dahulu dengan buruh/buruhnya atau serikat buruh, disamping itu dapat pula

berkonsultasi dengan pegawai dari dektorat jenderal perlindungan dan perawatan

tenaga kerja. Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat :

a. Hak dan kewajiban pengusaha;

b. Hak dan kewajiban pekerja;

c. Syarat kerja;

d. Tata tertib perusahaan;

(38)

Yang dimaksud dengan syarat kerja pada point ke tiga adalah hak dan

kewajiban pengusaha dan pekerja yang belum diatur oleh peraturan

perundang-undangan.

Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan peraturan perusahaan

kepada pekerja perusahaan yang bersangkutan. Pemberitahuan dilakukan dengan cara

membagikan salinan peraturan perusahaan kepada setiap pekerja, menempelkan

peraturan perusahaan ditempat tempat yang mudah dibaca oleh para pekerja, dan

memberikan penjelasan langsung kepada pekerja.

Disamping itu pengusaha dilarang mengganti PKB dengan peraturan

perusahaan, sepanjang diperusahaan yang bersangkutan masih ada sertifikat

pekerja/buruh. Dalam hal di perusahaan tidak ada lagi serikat pekerja dan PKB

diganti dengan peraturan perusahaan, maka ketentuan yang ada dalam peraturan

perusahaan tidak boleh lebih rendah dari ketentuan yang ada didalam PKB.

Pengesahan peraturan perusahaan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk

harus sudah diberikan dalam waktu 30 hari kerja sejak naskah peraturan perusahaan

diterima apabila waktu 30 hari kerja sudah terlampawi dan peraturan perusahaan

belum disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuknya, maka peraturan

perusahaan tersebut dapat langsung diberlakukan dan dianggap telah mendapat

pengesahan.

Peraturan perusahaan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

oleh Pasal 111 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu

mengenai muatan peraturan perusahaan dan bahwa peraturan perusahaan tidak boleh

(39)

atau pejabat yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha

mengenai perbaikan peraturan perusahaan.

Yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku adalah peraturan perusahaan tidak boleh lebih

rendah kualitas dan kuantitasnya dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dan apabila bertentangan maka yang berlaku adalah ketentuan perundang-undangan.

Waktu paling lama 14 hari kerja sejak tanggal pemberitahuan diterima oleh

pengusaha, pengusaha wajib menyampaikan kembali peraturan perusahaan yang telah

diperbaiki kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Perubahan peraturan perusahaan sebelum berakhirnya jangka waktu

berlakunya hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan wakil

pekerja/buruh. Peraturan perusahaan hasil perubahan harus mendapat pengesahan dari

menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan

naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.

Pemberitahuan dilakukan dengan cara membagikan salinan peraturan perusahaan

kepada setiap pekerja/buruh, menempelkan ditempat yang mudah dibaca oleh para

pekerja/buruh, atau memberikan penjelasan langsung kepada pekerja/buruh.

Ketentuan mengenai tata cara pembuatan dan pengesahan peraturan perusahaan diatur

dengan keputusan menteri.

2. Pemagang

Terdiri dari pencari kerja, siswa LPK, dan tenaga kerja yang akan ditingkatkan

(40)

a. Usia minimal 18 tahun;

b. Memiliki bakat, minat, dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan

program pemagangan;

c. Menandatangangi perjanjian pemagangan;

3. Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK)

Instansi pemerintah, badan hukum, atau perseorangan yang memenuhi persyaratan

untuk menyelenggarakan pelatihan kerja. “Bagi perusahaan yang memiliki

departemen/ divisi pelatihan, dapat melaksanakan program pelatihan sendiri tanpa

bekerjasama dengan LPK”.

Pemagangan dalam Hukum Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan sub-sistem dari pelatihan kerja.

Pemagangan dalam rangka pelatihan kerja tersebut dapat dibedakan lagi berdasarkan

wilayahnya, yakni pemagangan luar negeri (Permenekertrans No.

08/Men/V/2008) dan pemagangan dalam Negeri (Permenekertrans No.

Per-22/Men/IX/2009).

Pemagangan menurut Pasal 1 angka 11 UU Ketenagakerjaan adalah “bagian

dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan

dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan

pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses

produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan

atau keahlian tertentu”. Jadi pemagangan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan

dimaksudkan untuk pelatihan kerja. Produk akhir dari pemagangan dalam rangka

pelatihan kerja adalah sertifikasi kompetensi kerja. Hal ini diakui dalam Pasal 23

(41)

pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau

lembaga sertifikasi”.

Kontrak magang dalam rangka pelatihan kerja, diatur dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan jo permenkertrans No. Per-22/Men/IX/2009, berikut penjelasan dari

Undang-Undang Ketenagakerjaan :

1. Hak peserta pemagangan antara lain memperoleh uang saku dan/atau uang

transpor, memperoleh jaminan sosial tenaga kerja, memperoleh sertifikat

apabila lulus di akhir program.

2. Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja/jasa peserta

pemagangan, merekrut pemagang sebagai pekerja/buruh bila memenuhi

persyaratan.

3. Kewajiban peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian

pemagangan, mengikuti tata tertib program pemagangan, dan mengikuti

tata tertib perusahaan.

4. Kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang saku dan/atau uang

transpor bagi peserta pemagangan, menyediakan fasilitas pelatihan,

menyediakan instruktur, dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan

kerja.

5. Jangka waktu pemagang bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang

diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam

program pelatihan pemagangan.

Yang perlu diingat, bahwa peserta pemagangan bukan lah pekerja/atau buruh

pada perusahaan tempat pemagangan dilakukan, hal ini tercantum dalam Pasal 22 ayat

(3) pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan

(42)

menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan dan penjelasannya ayat (3)

dengan status sebagai pekerja/atau buruh di perusahaan yang bersangkutan, maka

berhak atas segala hal yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja

sama. Hak dan kewajiban peserta magang dan perusahaan.

1. Hak peserta magang :

a. Memperoleh fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja selama mengikuti

pemagangan;

b. Memperoleh uang saku dan/ atau uang transportasi;

c. Memperoleh perlindungan dalam bentuk jaminan kecelakaan kerja dan

kematian;

d. Memperoleh sertifikat pemagangan apabila dinyatakan lulus;

2.Kewajiban peserta magang :

a. Mentaati perjanjian pemagangan;

b. Mengikuti program pemagangan sampai selesai;

c. Mantaati tata tertib yang berlaku diperusahaan penyelenggara pemagangan;

d. Menjaga nama baik perusahaan penyelenggara pemagangan;

3. Hak perusahaan dalam hal pemagangan antara lain :

a. Memanfaatkan hasil kerja peserta pemagangan;

b. Memberlakukan tata tertib dan perjanjian pemagangan;

4. Kewajiban perusahaan dalam hal pemagangan antara lain :

a. Membimbing peserta pemagangan sesuai dengan program pemagangan;

(43)

c. Menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan persyaratan keselamatan

(k3);

d. Memberikan perlindungan dalam bentuk asuransi kecelakaan kerja kepada

peserta magang;

e. Memberikan uang saku dan/atau uang transportasi peserta magang;

f. Mengevaluasi peserta pemagangan;

g.

Memberikan sertifikat pemagangan bagi peserta magang yang dinyatakan

lulus;10

Mengenai magang atau pemagangan diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”) serta beberapa peraturan pelaksananya. Di dalam UU Ketenagakerjaan, pemagangan diartikan

sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara

pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan

dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam

proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai

keterampilan atau keahlian tertentu (Pasal 1 angka 11 UU Ketenagakerjaan).

Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat

penyelenggaraan pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar

wilayah Indonesia (Pasal 24 UU Ketenagakerjaan). Untuk pemagangan yang

dilakukan di luar wilayah Indonesia, harus memperoleh izin dari Menteri. Selain itu,

penyelenggaraan pemagangan di luar wilayah Indonesia tersebut harus berbentuk

badan hukum Indonesia (Pasal 25 UU Ketenagakerjaan).

10

(44)

Pemagangan dilakukan dengan perjanjian tertulis antara peserta magang dan

perusahaan. Dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian pemagangan,

maka pemagangan tersebut dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi

pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan (Pasal 22 UU Ketenagakerjaan). Lebih

lanjut, menurut Pasal 12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.

PER. 22/MEN/IX/2009 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam

Negeri(“Permennakertrans No. 22/2009”), di dalam perjanjian pemagangan, harus

jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu

pemagangan. Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah Indonesia,

perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh dinas

kabupaten/kota setempat. Dalam hal pemagangan dilakukan di luar negeri, menurut

Pasal 13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER.

08/MEN/V/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan dan Penyelenggaraan

Pemagangan di Luar Negeri (“Permennakertrans No. 8/2008”), perjanjian

pemagangan tidak hanya antara peserta magang dengan perusahaan, tetapi juga antara

perusahaan tersebut dengan lembaga penerima pemagang di luar negeri.

Penyelenggara pemagangan tersebut harus mendaftarkan secara tertulis pemagangan

tersebut dengan disertai dokumen-dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dalam

Pasal 13 Permennakertrans No. 8/2008, yang salah satunya adalah melampirkan

salinan perjanjian pemagangan serta perjanjian antara perusahaan dan lembaga

penerima pemagang di luar negeri tersebut kepada Direktorat Jenderal yang

bertanggung jawab di bidang pelatihan kerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi.

Mengenai jangka waktu pemagangan, dalam hal pemagangan dilakukan di

(45)

untuk mencapai kualifikasi kompetensi tertentu akan memerlukan waktu lebih dari 1

(satu) tahun, maka harus dituangkan dalam perjanjian pemagangan baru dan

dilaporkan kepada dinas kabupaten/kota setempat (Pasal 7 ayat (4) dan ayat (5)

Pemennakertrans No. 22/2009). Sedangkan, dalam hal pemagangan di luar negeri

tidak ada ketentuan mengenai jangka waktu pemagangan. UU Ketenagakerjaan

sendiri dalam Penjelasan Pasal 22 UU Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa jangka

waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk

mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program pelatihan pemagangan.

Mengenai hal-hal yang didapat oleh peserta magang dalam suatu perusahaan, yaitu:

a. Pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga

sertifikasi (Pasal 23 UU Ketenagakerjaan);

b. Uang saku dan/atau uang transport (Penjelasan Pasal 22 UU

Ketenagakerjaan);

c. Jaminan sosial tenaga kerja (Penjelasan Pasal 22 UU Ketenagakerjaan).

Mengenai hal ini, khusus untuk tenaga kerja yang magang, berdasarkan Pasal 8 ayat (2) huruf a UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja hanya diwajibkan ikut Jamsostek untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK) saja. Artinya, tidak wajib ikut program jaminan kematian (JK) dan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Empiris, yaitu merupakan penelitian yang

dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan narasumber dan responden untuk

memperoleh data atau informasi dalam masalah yang akan diteliti. Jenis data ini

adalah data primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang

dikumpulkan langsung dari narasumber dan juga responden.

B. Jenis Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber hukum

pertama atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan

menggunakan metode wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara bertanya langsung terhadap narasumber dan responden untuk

memperoleh jawaban-jawaban yang relevan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian, data akan diambil dari dokumen yang berkaitan dengan perlindungan

hukum bagi pemagangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mendapatkan data dengan pengajukan

pertanyaan secara langsung atau lisan kepada subjek penelitian, yaitu pihak dari

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, pengusaha, serta peserta

pemagangan.

(47)

Studi kepustakaan adalah suatu cara memperoleh data dengan cara mengkaji

peraturan perundanag-undangan, buku-buku, literatur, arsip-arsip, laporan-laporan

yang berkaitan dengan objek penelitian.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian kali ini adalah di wilayah Kota

Yogyakarta.

E. Narasumber dan Responden

1. Narasumber merupakan seseorang yang memberikan pendapat atas obyek

penelitian. Narasumber dalam penelian ini adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kota Yogyakarta.

2. Responden merupakan seseorang atau individu yang memberikan informasi data

yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai suatu informasi fakta atau pendapat yang

dilakukan dalam bentuk lisan atau wawancara langsung terhadap pihak yang

terkait langsung dengan penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik

perusahaan yang berjumlah 2 orang dan 3 orang peserta magang.

F. Metode Penentuan Sampel

Metode penelitian ini menggunakan random sampling yaitu merupakan

metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga

setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih

atau terambil. Yang menjadi populasi disini adalah perusahaan-perusahaan di Kota

Yogyakarta.

G. Teknik Analisis Data

Metode analisa dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, artinya data

yang berhasil dikumpulkan dari penelitian dipilih berdasarkan mutu atau kualitas dan

(48)

menghasilkan uraian yang bersifat deskriptif kualitatif yang menggambarkan

kenyataan yang berlaku dengan pelaksanaan pemagangan. Metode penentuan sampel

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pemagangan Pada Perusahaan di Kota Yogyakarta

PT.Angkasa Pura merupakan salah satu badan usaha milik negara yang

bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandaraudaraan dan pelayanan jasa

terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. PT Angkasa Pura memiliki tujuan

sebagai perusahaan yang menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang

jasa kebandaraudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan

pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola

perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan

layanan jasa yag bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan

nilai perusahaan dan kepercayaan masyarakat.

Sumber daya yang dimiliki yang dimaksudkan tujuan dari Angkasa Pura

adalah para pekerja baik karyawan tetap , maunpun non staff yang bekerja guna

kemajuan PT Angkasa Pura. PT Angkasa Pura tidak hanya mempekerjakan karyawan

namun juga memberika kesempatan kepada baik siswi magang atau mahasiswi yang

ingin belajar bekerja di perusahaan ini.

Peserta magang di Angkasa Pura dari berbagai kalangan universitas di

indonesia dan mereka melakukan kegiatan magang di angkasa pura sebagai batu

loncatan untuk mempunyai sebuah pengalaman bekerja di perusahaan yang bisa

mengasah kemampuan mereka dan menguatkan mental dalam bekerja.

PT PLN di Kota Yogyakarta juga salah satu perusahaan yang memiliki

beberapa peserta magang. Disini peserta magang di PT PLN tidak diberikan upah ,

(50)

sebagai bekal di masa depan, pekerjaan di PT PLN yogyakarta seluruhnya hanya

untuk mempelajari apa yang peserta magang lakukan disaat bekerja disebuah

perusahaan , peserta magang juga mengatakan bahwa semua ilmu yang di dapat pada

waktu study ternyata berlaku juga di PLN semua ilmu yang didapat dari teori di PT

PLN juga dipraktikkan dengan nyata.

Peserta magang di PT PLN Yogyakarta juga dilindungi hak-haknya terutama

kesehatan dan keselamatan kerja karena memang disana seluruh pekerjaan hanya bisa

dilakukan oleh pihak pihak yang memang sudah ahli di bidangnya, jadi tidak

sembarang peserta magang boleh melakukan pekerjaan itu, tugas dari peserta magang

hanya pure seluruhnya untuk belajar tanpa menyentuh bagian tegangan listrik atau

ambil alih dari tugas itu, sudah menjadi tugas pegawai yang ahlinya saja.

Dalam konteks Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(“UU Ketenagakerjaan”), pemagangan merupakan sub-sistem dari pelatihan kerja.

Pemagangan dalam rangka pelatihan kerja tersebut dapat dibedakan lagi berdasarkan

wilayahnya, yakni pemagangan luar negeri (Permenakertrans No.

08/Men/V/2008) dan pemagangan dalam negeri (Permenakertrans No.

Per-22/Men/IX/2009).

Pemagangan menurut Pasal 1 angka 11 UU Ketenagakerjaan adalah, “bagian

dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di

lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan

pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses

produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan

atau keahlian tertentu.”Jadi, pemagangan dalam UU Ketenagakerjaan dimaksudkan

(51)

Produk akhir dari pemagangan dalam rangka pelatihan kerja adalah sertifikasi

kompetensi kerja. Hal ini diakui dalam Pasal 23 UU Ketenagakerjaan “Tenaga kerja

yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi

kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.”

Kontrak magang dalam rangka pelatihan kerja, diatur dalam Undang-undang

Ketenagakerjaan jo Permenakertrans No. Per-22/Men/IX/2009, Kutipan dari

Penjelasan UU Ketenagakerjaan “Hak peserta pemagangan antara lain memperoleh

uang saku dan/atau uang transpor, memperoleh jaminan sosial tenaga kerja,

memperoleh sertifikat apabila lulus di akhir program.

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah perusahaan di Kota Yogyakarta

menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan di Yogyakarta sudah memenuhi segala

peraturan yang tertuang didalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, salah satu

perusahaan yang sudah tertib dengan peraturan perundang-undangan adalah

PT.Angkasa Pura, hasil penelitian di Angkasa Pura menunjukan bahwa

masing-masing peserta magang mendapatkan upah setiap kali mereka hadir dalam kegiatan

magangnya , perusahaan juga menyediakan absensi bagi para peserta magang , setiap

satu hari mereka hadir para peserta magang mendapatkan upah sebesar 5000 rupiah ,

kegiatan peserta magang di Angkasa Pura juga sesuai dengan apa yang di atur oleh

Dinas Tenaga Kerja Kota Yogyakarta, para peserta magang melakukan pekerjaan

mereka dengan menghasilkan jasa atau barang sesuai dengan pekerja di Angkasa Pura

mereka bekerja selama 8 jam sehari dan selama 2-3 bulan pemagangan. Pemilik

perusahaan atau yang mewakili wawancara penelitian yang dilakukan di Angkasa

Pura menjelaskan bahwa , disamping mereka memperoleh jasa yang di kerjakan oleh

peserta magang , perusahaan juga wajib memberikan hak pada peserta magang yaitu

(52)

Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja/jasa peserta pemagangan,

merekrut pemagang sebagai pekerja/buruh bila memenuhi persyaratan. Kewajiban

peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian pemagangan, mengikuti tata tertib

program pemagangan, dan mengikuti tata tertib perusahaan.

Adapun kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang saku dan/atau

uang transpor bagi peserta pemagangan, menyediakan fasilitas pelatihan,

menyediakan instruktur, dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Jangka waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang

diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program

pelatihan pemagangan”. Yang perlu diingat, bahwa peserta pemagangan bukan lah

pekerja/buruh pada perusahaan tempat pemagangan dilakukan. hal ini tercantum

dalam Pasal 22 ayat (3) Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian

pemagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dianggap tidak sah dan status

peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. Penjelasannya

ayat (3) dengan status sebagai pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan, maka

berhak atas segala hal yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja

bersama.

(53)

Ketenagakerjaan. Berikut beberapa data mengenai perjanjian pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta berdasarkan hasil Penelitian.

1. PT Angkasa Pura Airports

Pelatihan pemagangan di PT Angkasa Pura bagi mahasiswa atau pun

pemagang lainnya diberikan kewajiban yang juga sekaligus merupakan perjanjian

pemagangan antara pengusaha dengan para peserta magang. Pelatihan

pemagangan di Angkasa Pura setiap pesertanya diberikan upah perhari dan

disediakan juga absen untuk menghitung jumlah upah mereka, upah perhari nya

Rp.5.000 , jika salah satu peserta pemagangan memiliki izin sakit upah tersebut

tetap dibayarkan, namun apabila tidak ada ijinnya maka dianggap tidak ada kabar

dan dipotong upah. Setelah selesai pelatihan pemagangan para peserta magang

juga diwajibkan membuat laporan sebagai dokumen untuk Angkasa Pura. Berikut

beberapa Kewajiban dan Hak yang merupakan isi dari perjanjian yang diberikan

PT Angkasa Pura bagi peserta magang :

a. Datang tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal dinas yang ditentukan;

b. Apabila tidak hadir karena ada kepentingan akademik maupun

kepentingan pribadi agar izin ke unit terkait dan apabila sakit agar

menyertakan surat keterangan sakit dari dokter;

c. Mengenakan jas almamater atau seragam sebagai identitas

lembaga/sekolah atau universitas selama mengikuti pelatihan pemagangan;

d. Mengenakan tanda pengenal yang diberikan oleh PT.Angkasa Pura 1

(Persero) Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta;

e. Pelaksanaan pelatihan pemagangan minimal 1 bulan dan maksimal 2

bulan;

(54)

g. Menjaga nama baik perusahaan PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Bandar

Udara Adisucipto Yogyakarta;

h. Dilarang merokok, minum-minuman keras, dan obat-obatan terlarang;

i. Menyerahkan absensi yang sudah ditandatangani oleh Section Head unit

terkait dan diserahkan ke Human Capital maksimal tanggal 3 setiap

bulannya;

j. Membuat laporan pelatihan pemagangan dan diserahkan ke Human Capital

Section di akhir pertemuan;

k. Mendapatkan bimbingan dan arahan dalam melaksanakan pelatihan

pemagangan di PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Bandar Udara Adisucipto

Yogyakarta;

l. Mendapatkan sertifikat pelatihan pemagangan, setelah penyerahan laporan

kegiatan pelatihan pemagangan;

m. Mendapatkan uang saku sesuai kehadiran data absensi;

2. Pelaksanaan pemagangan di PT.PLN (Persero)

Dalam setiap perusahaan memiliki peraturan yang berbeda-beda namun tetap

berpedoman pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Begitu juga mengenai

peraturan perjanjian pemagangan pada setiap perusahaan , tentunya tidak semua

perusahaan menerapkan peraturan yang sama. Walaupun peraturan perusahaan

berdeda antara yang satu dengan yang lainnya asalkan tetap berpedoman pada

peraturan perundang-undangan dan tidak menyalahi aturan itu semua bisa di

terapkan. Pelaksanaan pemagangan bagi peserta magang di PL.PLN sedikit

berbeda dengan perjanjian pemagangan di PT.Angkasa Pura, di PT.PLN peserta

magang tidak mendapatkan upah perharinya dan disana kegiatan para peserta

(55)

listrik karena ditakutkan membahayakan nyawa para peserta magang, setelah

selesai pelatihan pemagangan juga para peserta diwajibkan membuat laporan

selama pemagangan. Berikut beberapa perjanjian pemagangan yang diterapkan di

PT.PLN :

a. Pelaksanaan pemagangan sesuai dengan tanggal yang telah disepakati dan

ditentukan;

b. Pelaksanaan pemagangan dilakukan maksimal 3 bulan tanpa

terputus-putus;

c. PL.PLN (Persero) tidak menyediakan transportasi ataupun penginapan;

d. PT.PLN (Persero) tidak menyediakan honorarium dalam bentuk apapun;

e. Menepati jam kerja yang berlaku yaitu :

Senin – kamis pada pukul 07.30-16.30 , dan Jum’at pada pukul 07.30 –

15.00

f. Bersedia menanggung segala akibat dari tindakan-tindakan yang peserta

magang lakukan berupa kecelakaan-kecelakaan yang menimpa diri peserta

magang ataupun pihak lain atau pun kerusakan-kerusakan alat-alat

PT.PLN;

g. Bersedia melakukan semua perintah dan petunjuk Pegawai PT.PLN area

Yogyakarta yang ditugaskan untuk membimbing;

h. Telah memahami ketentuan-ketetuan bekerja dalam ruangan dan atau

instansi mesin;

i. Membuat laporan harian dalam buku tulis yang ditandatangani oleh atasan

atau pejabat pembimbing setempat yang kemudian diserahkan kepada

(56)

j. Membuat laporan akhir bulan dalam rangkap 3 tentang hal-hal yang telah

dikerjakan pada hari-hari lalu, yang ditandatangani oleh atasan/ pejabat

pembimbing setempat. Laporan tersebut kemudian diteruskan kepada

PT.PLN area yogyakarta untuk disetujui;

k. Data-data dan infromasi yang diperoleh hanya digunakan untuk

kepentingan dilingkungan sekolah/akademi/universitas;

l. Membuat 1 buku hasil riset kepada PT.PLN area yogyakarta;

Referensi

Dokumen terkait

Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan?, dan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah Stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.. Angkasa Pura

1) Untuk meningkatkan peranan fasilitas kerja yang tersedia, dapat meningkatkan efektivitas kerja karyawan pada bagian kantor PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara

Angkasa Pura I, Surakarta dan tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan CVS pada pekerja pengguna komputer PT.. Angkasa Pura

Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan

Salah satu airport lounge di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah Saphire Lounge milik PT Angkasa Pura Solusi yang merupakan anak perusahaan dari PT

SIMPULAN dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang cukup antara tampilan Website Company Profile terhadap citra PT Angkasa Pura II (Persero) sebesar

PENGARUH SISTEM INFORMASI DOKUMEN ELEKTRONIK, PELATIHAN ONLINE DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT ANGKASA PURA II PERSERO KC BANDARA RHF TANJUNGPINANG

WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA RUANG DI LINGKUNGAN PT ANGKASA PURA I PERSERO BANDAR UDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI Oleh Anak Agung Ayu Wulandari** I Made