• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEBIASAAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI PBM DENGAN PENEMUAN TERBIMBING DI SMP SABILINA TEMBUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEBIASAAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI PBM DENGAN PENEMUAN TERBIMBING DI SMP SABILINA TEMBUNG."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

FADLIYANI. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kebiasaan Belajar antara Siswa yang Diberi PBM dengan Penemuan Terbimbing di SMP Sabilina Tembung. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing, (2) Perbedaan peningkatan kebiasaan belajar antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing, (3) Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (4) Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kebiasaan belajar, (5) Proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada PBM dan penemuan terbimbing.

Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Sabilina Tembung. Dan sampel penelitian ini adalah kelas VII-10 dan VII-12. Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANACOVA) Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk �ℎ� �� = 15.024 lebih besar dari � �� = 3.962. Konstanta persamaan regresi untuk PBM yaitu 11.450 lebih besar dari penemuan terbimbing yaitu 8.826. (2) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kebiasaan belajar antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk �ℎ� �� = 2.060 lebih kecil dari � �� = 3.962. Konstanta persamaan regresi untuk PBM yaitu 2.112 lebih besar dari penemuan terbimbing yaitu 0.734. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. (4). Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kebiasaan belajar. (5) Proses penyelesaian jawaban siswa kemampuan komunikasi matematis yang diberi PBM lebih baik dibandingkan dengan penemuan terbimbing.

(6)

ii ABSTRACT

FADLIYANI. The Differences of This Improvement in Communication Abilities Mathematics and Study Habits between Students Given PBM and Guided Discovery in SMP Sabilina Tembung. A Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2016.

This research aim to: (1) The difference of improvement communication abilities mathematics between students who were given PBM and guided discovery, (2) The difference of improvement study habits between students who were given PBM and guided discovery, (3) the interaction between the learning model and prior knowledge math students to improvement of communication abilities mathematics, (4) the interaction between the learning model and prior knowledge math to improvement of study habits, (5) the pattern of answers that the students make solving problems in the PBM and guided discovery.

This research is quasi experimental. The population of this research was student class VII of SMP Sabilina Tembung. And the sample is a class VII-3 and VII-4. Analysis is done using analysis of covariance (ANACOVA) The results showed that (1) There are differences of improvement communication abilities mathematics between students who were given PBM and guided discovery. It can be seen from the results of analysis of covariance for F count is 15.024 greater than F_table is = 3,962. Regression equation constants for PBM that is 11.450 greater than the guided discovery of 8.826. (2) There were no differences of improvement study habits between students who were given PBM and guided discovery. It can be seen from the results of analysis of covariance for F count is 2.060 smaller than F_table is = 3,962. Regression equation constant for the PBM that is 2.112 greater than guided discovery of 0.734. (3) There is no interaction between the learning model and prior knowledge math students to improvement of communication abilities mathematics,. (4). There is no interaction between the learning model and prior knowledge math to improvement of study habits (5) the pattern of students answers to the problem-based learning is better than guided discovery.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ’Alamin hanya bagi Allah SWT sebagai Rabb semesta alam atas segala rahmat dan karunia yang dicurahkan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu dan rencana yang diharapkan. Shalawat berangkai salam kepada baginda Rasulullah SAW. Sebagai Uswatun Hasanah bagi seluruh umat di dunia. Semoga kita termasuk umat yang

senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah beliau.

Tesis yang berjudul Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kebiasaan Belajar antara Siswa yang Diberi PBM dan Penemuan Terbimbing di SMP Sabilina Tembung” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan.

Dalam proses penyusunan Tesis ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak berupa materi, dukungan moril dan informasi. Dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd Selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si Selaku Pembimbing II yang di tengah-tengah kesibukannya telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai narasumber II dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai narasumber III yang telah memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

(8)

iv

Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED. 4. Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur I Program

Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED dan para staf pegawai Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis.

6. Bapak Jumirin, S.Pd, MM dan Ibu Farida Hanum, S.Pd berturut-turut selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMP Sabilina Tembung yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

7. Teristimewa kepada Ibunda tercinta Aini, A.Ma dan Ayahanda tercinta Hamzah, S.Pd, serta Abang-abang, kakak serta adikku tersayang. Ahmad Fauzi beserta istrinya Siti Aisyah, Ahmad Buhori, S.Pd beserta istrinya Chairani Bustaman, S.Pd, Sri Rezeki, S.Pd beserta suaminya Rony Irawan, Khairani dan keponakannku Nadhira Syafiah, yang selalu

mendo’akan, memberikan motivasi, moril dan materil kepada penulis setiap saat sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.

8. Sahabat-sahabatku di Adz-Dzakirah (Ririn, Nisa dan Mida) dan Kak Nina yang memberikan semangat dan doa sehingga tesis ini terselesaikan.

9. Teman-teman seperjuangan di Dikmat A-2 2014 dan terkhusus buat teman-teman yang selalu berdiskusi bersama-sama yaitu: Riskyka,

(9)

v

Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta Saudara/i, kiranya semua selalu dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun tutur bahasanya. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas keterbatasan yang ada. Semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk mewujudkan keberhasilan di dalam dunia pendidikan khususnya matematika. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2016 Penulis

Fadliyani

(10)

vi

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Batasan Masalah ... 15

1.4 Rumusan masalah ... 16

1.5 Tujuan Penelitian ... 17

1.6 Manfaat Penelitian ... 18

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 19

2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 19

2.1.2 Kebiasaan Belajar ... 27

2.1.3 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34

2.1.5.1 Pengertian PBM ... 34

2.1.5.2 Tujuan dan Karakteristik PBM ... 36

2.1.5.3 Langkah-langkah PBM ... 37

2.1.5.4 Kelebihan dan Kelemahan PBM ... 38

2.1.4 Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 39

2.1.4.1 Pengertian Penemuan Terbimbing ... 39

2.1.4.2 Tujuan dan Karakteristik... 42

2.1.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran ... 43

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan ... 46

2.1.5 Teori Belajar yang Relevan ... 46

2.1.6 Perbedaan PBM dan Penemuan Terbimbing ... 50

2.2 Kerangka Konseptual ... 51

3.5 Defenisi Operasional ... 65

3.6 Defenisi Operasional Variabel Peneliitian ... 67

3.7 Instrumen Penelitian ... 68

(11)

vii

3.9 Teknik Analisis Data... 81

3.10 Uji Hipotesis ... 93

3.11 Prosedur Penelitian ... 98

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 100

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika... 101

4.1.1.1Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika ... 103

4.1.1.2Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika ... 104

4.1.1.3Uji Perbedaan Kemampuan Awal Matematika ... 105

4.1.2 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 106

4.1.2.1 Analisis Deskripsi Pre Test dan Post Test Kemampuan Komunikasi Matemtis ... 106

4.1.2.2 Deskripsi Pre Test Kemampuan Komunikasi Matematis ... 111

4.1.2.3 Deskripsi Post Test Kemampuan Komunikasi Matematis ... 115

4.1.2.4 Analisis Statistik Inferensial (ANACOVA) Kemampuan Komunikasi Matematis ... 120

4.1.2.4.1 Uji Normalitas ... 121

4.1.2.4.2 Uji Homogenitas ... 122

4.1.2.4.3 Model Regresi Liner ... 123

4.1.2.4.4 Uji Independensi dan Uji Linieritas ... 123

4.1.2.4.5 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 128

4.1.2.4.6 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi ... 129

4.1.2.5 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 130

4.1.3 Hasil Skala Kebiasaan Belajar ... 132

4.1.3.1 Analisis Deskripsi Pre Test dan Post Test Skala Kebiasaan Belajar ... 132

4.1.3.1.1 Deskripsi Pre Test Skala Kebiasaan Belajar ... 132

4.1.3.1.2 Deskripsi Post Test Skala Kebiasaan Belajar ... 135

4.1.3.2 Analisis Statistik Inferensial (ANACOVA) Skala Kebiasaaan Belajar ... 139

4.1.3.4.1 Uji Normalitas ... 139

4.1.3.4.2 Uji Homogenitas ... 140

4.1.3.4.3 Model Regresi Liner ... 141

4.1.3.4.4 Uji Independensi dan Uji Linieritas ... 142

4.1.3.4.5 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 147

4.1.3.4.6 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi ... 148

4.1.3.3 Deskripsi Peningkatan Skala Kebiasaan Belajar ... 149

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 150

4.1.5 Deskripsi Hasil Kerja Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 163

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 177

(12)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 44

2.3 Perbedaan PBM dan Penemuan Terbimbing ... 50

3.1 Desain Penelitian ... 64

3.2 Tabel Weiner ... 65

3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 70

3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71

3.5 Tabel Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Skala Kebiasaan Belajar ... 73

3.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 74

3.8 Hasil Validasi Tes Awal Kemampuan Matematika ... 75

3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 75

3.10 Hasil Validasi Skala Kebiasaan Belajar ... 76

3.11 Karakteristik Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 80

3.12 Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 82

3.13 Rancangan Analisis Data Untuk ANACOVA ... 84

3.14 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Uji Statistik ... 97

4.1 Deskripsi Hasil KAM Siswa ... 101

4.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 102

4.3 Hasil Uji Normalitas KAM ... 104

4.4 Hasil Uji Homogenitas KAM... 105

4.5 Hasil Uji t Data KAM ... 106

4.6 Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis PBM ... 107

4.7 Kategori Penilaian Postes Kemampuan Komunikasi Matematis PBM ... 108

4.8 Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Komunikasi pada PT ... 109

4.9 Kategori Penilaian Postes Kemampuan Komunikasi pada PT ... 110

4.10 Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 115

4.11 Data Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 119

4.12 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Komunikasi Kedua Kelas ... 121

4.13 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Komunikasi Kedua Kelas ... 122

4.14 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi EKSP.1 ... 123

4.15 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi EKSP.2 ... 123

4.16 Analisis Varians Uji Independensi Kemampuan Komunikasi pada PBM . 124 4.17 Analisis Varians Uji Linieritas Kemampuan Komunikasi pada PBM ... 125

4.18 Analisis Varians Uji Independensi Kemampuan Komunikasi pada PT .... 126

4.19 Analisis Varians Uji Linieritas Kemampuan K.Komunikasi pada PT ... 127

4.20 Analsis Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K.Komunikasi ... 128

4.21. Koefisien Analsis Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K.Komunikasi ... 129

(14)

x

4.23 Hasil Perhitungan N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 130

4.24 Data Hasil Pretes Skala Kebiasaan Belajar ... 135

4.25 Data Hasil Postes Skala Kebiasaan Belajar ... 138

4.26 Hasil Uji Normalitas Skala Kebiasaan Belajar Kedua Kelas ... 140

4.27 Hasil Uji Homogenitas Skala Kebiasaan Belajar Kedua Kelas ... 141

4.28 Koefisien Persamaan Regresi Skala Kebiasaan Belajar EKSP.1 ... 142

4.29 Koefisien Persamaan Regresi Skala Kebiasaan Belajar EKSP.2 ... 142

4.30 Analisis Varians Uji Independensi Skala Kebiasaan Belajar pada PBM .. 143

4.31 Analisis Varians Uji Linieritas Skala Kebiasaan Belajar pada PBM ... 144

4.32 Analisis Varians Uji Independensi Skala Kebiasaan Belajar pada PT ... 145

4.33 Analisis Varians Uji Linieritas Skala Kebiasaan Belajar pada PT ... 146

4.34 Analsis Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K. Belajar ... 147

4.35 Koefisien Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K. Belajar ... 147

4.36 Analisis Kovarian Kesejajaran Model Regresi K. Belajar ... 148

4.37 Hasil Perhitungan N-Gain Skala Kebiasaan Belajar ... 149

4.38 Analisis Kovarians Pada Kemampuan Komunikasi Matematis... 152

4.39 Analisis Kovarians Pada Skala Kebiasaan Belajar ... 154

4.40 Analisis Kovarians Pada Kemampuan Komunikasi Matematis... 157

4.41 Analisis Kovarians Pada Skala Kebiasaan Belajar ... 160

4.42 Hasil Rangkuman Pengujian Hipotesis ... 162

4.43 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 1... 166

4.44 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 2... 168

4.45 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 3... 171

4.46 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 4... 176

4.47 Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Setiap Indikator ... 181

(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Jawaban Siswa Terhadap Kasus Komunikasi Matematis ... 6

3.1 Prosedur Penelitian... 99

4.1 Grafik Kemampual Awal Matematika ... 103

4.2 Tingkat Pre test Kemampua Komunikasi Matematis PBM ... 107

4.3 Tingkat Post test Kemampua Komunikasi Matematis PBM ... 108

4.4 Tingkat Pre test Kemampua Komunikasi Matematis PT ... 110

4.5 Tingkat Post test Kemampua Komunikasi Matematis PT ... 111

4.6 Skor Rata-rata Pre test pada Kedua Kelas Eksperimen ... 115

4.7 Skor Rata-rata Post test pada Kedua Kelas Eksperimen ... 119

4.8 Perbedaan antara Skor Pre test dan Post test pada Setiap Indikator ... 120

4.9 Rata-rata N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 131

4.10 Skor Rata-Rata Pre test Kebiasaan Belajar pada Kedua Kelas ... 135

4.11 Skor Rata-Rata Post test Kebiasaan Belajar pada Kedua Kelas ... 138

4.12 Perbedaan antara Skor Pre test dan Post test pada Setiap Indikator ... 139

4.13 Rata-rata N-gain Kebiasaan Belajar ... 150

4.14 Tidak Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 158

4.15 Tidak Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kebiasaan Belajar ... 161

4.16 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas PBM ... 164

4.17 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas Penemuan Terbimbing ... 165

4.18 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas PBM ... 167

4.19 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas Penemuan Terbimbing ... 171

4.20 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas ... 170

4.21 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas pada Soal No.3 ... 173

4.22 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas pada Soal No. 5b ... 174

4.23 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas pada Soal No. 6b ... 175

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

cepat dewasa ini, menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan

kemampuan di berbagai bidang. Bagi yang bergerak di bidang pendidikan maka

harus mengembangkan wawasan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah sarana

dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan,

yaitu masyarakat yang berbudaya dan cerdas.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (Depdiknas, 2003:1)

Keberhasilan pendidikan dalam berbagai jenjang ditentukan oleh banyak

faktor seperti siswa, tenaga kependidikan (guru atau dosen), kurikulum atau

program pendidikan, manajemen, fasilitas, dukungan dana, partisipasi masyarakat

dan dunia kerja. Semua komponen di atas berperan penting dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan dan pada hakikatnya memberikan sumbangan

yang berarti terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Oleh karena itu, pendidikan sebaiknya dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga

tujuan pendidikan dapat diwujudkan.

(17)

2

Terlihat jelas bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam

meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif pada era

globalisasi ini. Mencapai tujuan pendidikan idealisme, yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa, maka diperlukanlah komitmen bersama dalam menciptakan

kemandirian dan pemberdayaan yang mampu menopang kemajuan pendidikan

kita selanjutnya.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah

melalui sekolah membekali siswa dengan berbagai mata pelajaran yang harus

dikuasai. Salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam aspek

kehidupan untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah Matematika. Jelas bahwa

matematika adalah salah satu mata pelajaran pokok yang mulai diajarkan dalam

pendidikan formal tingkat dasar sampai tingkat tinggi.

Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Cocroft (Abdurrahman, 2003:253)

bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) Selalu digunakan dalam segala kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan Matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan, (6) Dan memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Namun sangat disayangkan, pada umumnya hasil belajar matematika di

Indonesia belum mencapai hasil yang menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat

dari perolehan TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study)

tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42 negara. Selain

itu, PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012

(18)

3

negara yang ikut ambil bagian. (Kompas: 2012). Dari hasil tersebut dapat

dijadikan salah satu evaluasi dari berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran

matematika di Indonesia, selain sebagai alat kompetisi yang memotivasi guru dan

semua pihak dalam dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan prestasinya.

Suatu pendidikan dikatakan bermutu apabila jika proses pendidikan dapat

menghasilkan individu-individu atau sumber daya manusia yang bermanfaat bagi

masyarakat dan pembangunan bangsa. Mengingat matematika merupakan salah

satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), sehingga matematika dipandang sebagai suatu ilmu yang

terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, ilmu tentang cara

berpikir untuk memahami dunia sekitar. Dalam belajar matematika, siswa

mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan berpikir sistematis, logis dan

kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau penyelesaian dari suatu

permasalahan matematika yang dihadapi.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000:334)

menetapkan lima keterampilan proses yang perlu dimiliki siswa melalui

pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses, yaitu: (1)

Pemecahan masalah (problem solving); (2) Penalaran dan pembuktian (reasoning

and proof); (3) Komunikasi (communication) (4) Koneksi (connections); (5)

Representasi (representation).

Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang termuat

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (Depdiknas,

(19)

4

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran tersebut merupakan landasan pembelajaran untuk

mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif,

serta kemampuan bekerjasama yang juga menjadi salah satu standar kompetensi

lulusan mata pelajaran matematika SMP. Berdasarkan standar kompetensi yang

termuat dalam kurikulum tersebut maka pembelajaran matematika di sekolah

harus dapat menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan komunikasi matematis

sebagai bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan dan perubahan.

Menurut Baroody (Ansari, 2012:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan

penting mengapa kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan

dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak

hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan

pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas,

tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya, sebagai

aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana

(20)

5

Kemampuan komunikasi dalam matematika diantaranya merupakan

kemampuan menginterpretasi dan menjelaskan istilah-istilah dan notasi-notasi

matematis baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi matematis

perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui

komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematis,

menyampaikan pemikiran matematika secara koheren, menganalisis dan

mengevaluasi strategi dan berpikir matematis yang lain, dan dapat mengeksplorasi

ide-ide matematis (NCTM, 2000:348).

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap siswa SMP Sabilina

Tembung, bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih dikategorikan

rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang mengukur

kemampuan komunikasi matematis, dengan karakteristik soal yaitu meminta

siswa untuk menjelaskan prosedur penyelesaian terhadap soal cerita yang

diberikan. Adapun soal yang diberikan sebagai berikut:

“Luas sebidang kebun yang berbentuk persegi adalah 400 m2. sekeliling kebun itu

ditanami ketela pohon dengan jarak satu pohon ke pohon lainnya 20 cm2.

Bagaimana cara kamu menentukan banyak pohon di sekeliling kebun itu?”

Dari hasil kerja siswa, terdapat 29 siswa yang menjawab salah, proses

jawaban yang tidak terdeskripsikan serta siswa belum dapat mengkomunikasikan

soal dengan benar. Padahal kasus tersebut dapat dikerjakan dengan mencari

terlebih dahulu panjang salah satu sisi kemudian mencari keliling dari kebun yang

berbentuk persegi. Dapat dilihat dari jawaban salah seorang siswa pada gambar di

(21)

6

Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Selanjutnya hanya terdapat 9 siswa yang mampu mendeskripsikan dalam bentuk

model matematika yang benar. Dan 2 siswa yang tidak menjawab sama sekali.

Maka berdasarkan kasus di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

permasalahan yang terjadi adalah siswa masih belum mampu mengkomunikasikan

maksud dari permasalahan yang diberikan. Rendahnya kemampuan komunikasi

matematis siswa juga terungkap dari hasil penelitian Asikin dan Junaedi

(2013:209) menggambarkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa

SMP masih dikategorikan rendah, hasil kerja siswa tersebut dikategorikan dalam

level (terendah level 0 dan tertinggi level IV ) pada pokok bahasan perbandingan

dan sistem persamaan linier dengan dua peubah dimana hasil penskoran dengan

menggunakan rubrik penskoran komunikasi matematika terhadap 160 siswa SMP

di Kota Semarang menunjukkan bahwa untuk pokok bahasan Perbandingan: level

I 78 %, level II 15 %, level III 5%, level IV 2%. Sedangkan untuk pokok bahasan

Sistem Persamaan Linier dengan Dua Peubah: level I: 67 %, level II: 18 %, level

III: 8%, level IV: 7%.

Siswa belum mampu

memahami soal yang diberikan dan merubah soal ke dalam model matematika Kesalahan

(22)

7

Rendahnya hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mampu

menggunakan komunikasi matematis dalam memecahkan masalah ataupun dalam

menjelaskan proses pemecahan masalah yang telah dilakukan. Hal itu dikarenakan

siswa masih terfokus dengan angka-angka pada masalah tersebut, sehingga

permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah berbentuk simbol atau

analisis yang mendalam, siswa belum mampu dalam menyelesaikannya serta

proses penyelesaian jawaban siswa belum bervariasi.

Melihat kondisi pembelajaran tersebut bahwa keberhasilan pembelajaran

matematika tepatnya untuk membangun dan mengembangkan kemampuan

komunikasi matematis di atas bukan hanya terletak pada model pembelajaran

yang digunakan guru, melainkan juga dipengaruhi oleh siswa atau murid yang

mana sebagai subjek dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa juga harus dapat

mengatur dan merencanakan kegiatan belajarnya secara mandiri. Kemampuan

dan kemauan individu untuk berdisiplin, memilih strategi belajar, mengerjakan

tugas sekolah, berinteraksi dengan lingkungan dan lain-lain merupakan faktor

yang menetukan keberhasilan siswa. Namun satu hal terpenting yang dapat

membawa seorang siswa mencapai puncak prestasinya yaitu kebiasaan belajar.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Crede (2008:425)

menyimpulkan “kebiasaan belajar merupakan salah satu penentu dalam

menentukan prestasi pendidikan”, dan dalam penelitian Muraina (2014:445)

menguraikan bahwa “kebiasaan belajar dapat berpengaruh terhadap prestasi

akademik siswa di Ibadan, Oyo State dan Nigeria”.

Dalam proses pembelajaran, menurut Djali (2014:128) bahwa “kebiasaan

(23)

8

pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis”. Belajar bertujuan untuk

mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan. Oleh karena itu

agar siswa berprestasi baik dalam sekolah, perlu ditemukan kebiasaan-kebiasaan

positif dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Untuk dapat melatih kebiasaan

dibutuhkan waktu yang cukup panjang dan juga harus didukung pengulangan

yang berkelanjutan. Kebiasaan belajar merupakan salah satu aspek dinamis yang

sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan

oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan kurangnya kebiasaan belajar

yang baik untuk belajar.

Kebiasaan belajar merupakan suatu aktifitas rutin yang dilakukan siswa,

yang mana kebiasan belajar di sekolah dan kebiasaan belajar di rumah. Kebiasaan

belajar lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan kebiasaan belajar

di sekolah. Kebiasaan belajar yang baik seperti menyelesaikan tugas secara

sempurna dengan tepat waktu, mengulang materi sekolah secara teratur di rumah,

berdiskusi dengan guru dan teman sesama siswa, mengunjungi perpustakaan dan

pusat sumber belajar secara teratur dan sebagainya akan sangat membantu siswa

meraih keberhasilan studinya. Dengan kebiasaan belajar yang baik yang dilakukan

oleh siswa akan memberikan dampak yang positif pula dalam hasil belajarnya,

baik itu dalam hasil belajar matematika. Atau dengan kata lain bahwa, makin

tinggi kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, makin tinggi

pula prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Sebaliknya, makin

rendah kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, makin rendah

pula prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Hal tersebut sesuai

(24)

9

individu sangat ditentukan oleh kebiasaan- kebisaan yang dilakukan. Kebiasaan-

kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten berpotensi dapat membentuk

kemampuan-kemampuan positif”.

Namun kenyataan sebagaimana hasil observasi yang dilakukan peneliti

terhadap 40 siswa di salah satu kelas VII SMP Sabilina bahwa kebiasaan belajar

siswa masih rendah, dari data diperoleh peneliti berdasarkan angket yang diisi

oleh siswa-siswa tersebut. Adapun angket yang diberikan untuk melihat kebiasaan

belajar siswa seperti berikut:

Tabel. 1.1 Hasil Angket Kebiasaan Belajar

No Uraian Pernyataan SL SR KD TP

1 Saya menyediakan waktu untuk mengerjakan PR matematika di rumah 10 5 15 10

2 Saya tidak merasa terbeban saat guru memberi tugas pelajaran matematika 5 15 20 -

3 Saya segera mengerjakan tugas matematika meskipun masih lama dikumpulkan 5 10 20 5

4 Saya ikut berdiskusi dengan teman sekelompok saat menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada

saat pelajaran berlangsung 5 10 10 15

Dari tabel di atas terlihat bahwa kebiasaan belajar siswa belum maksimal,

dimana siswa masih banyak yang menjawab tidak pernah. Contoh pada

pernyataan pertama bahwa 25 siswa yang menjawab kadang-kadang dan tidak

pernah dalam mengerjakan tugas di rumah. Oleh karena itu kebiasan belajar siswa

terhadap pelajaran matematika harus ada dalam diri siswa agar dapat

meningkatakan prestasi siswa dalam matematika.

Dari berbagai permasalahan di atas, diduga oleh pembelajaran yang

digunakan guru kurang bervariatif dan kurang menarik sehingga menyebabkan

siswa kurang berminat dalam menerima materi yang disampaikan guru. Atau

(25)

10

seperti pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing. Umumnya

siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi

dengan pengembangan kemampuan komunikasi matematis serta tidak

memberikan kebiasaan belajar yang baik pada proses pembelajaran. Hal tersebut

sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di

SMP Sabilina Tembung pada tanggal 20 Oktober 2015 yang mengatakan bahwa

guru mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam

pembelajaran, hal tersebut dikarenakan guru ingin menyelesaikan materi-materi

pelajaran dengan tepat waktu.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya inovasi pembelajaran

matematika yang berpusat pada siswa, dimana tugas guru bukan lagi sebagai

pemberi informasi, tetapi guru sebagai pendorong siswa belajar agar dapat

mengkonstruksi pengetahuan dalam aktivitas belajar, sehingga dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa serta terjadi perubahan

terhadap kebiasaan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Brenner

(1998:103) menemukan “bahwa pembentukan kelompok-kelompok kecil

memudahkan pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Dengan adanya

kelompok-kelompk kecil, maka intensitas seseorang siswa dalam mengemukakan

pendapatnya akan semakin tinggi”. Hal ini akan memberi peluang yang besar bagi

siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya serta dapat

memberikan dampak yang positif pada kebiasaan belajar siswa selama terjadinya

diskusi. Maka model yang sesuai diterapkan untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi matematis dan dapat memberikan perubahan kebiasaan belajar siswa

(26)

11

Berbasis Masalah (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik dengan cara menghadapkan peserta didik dengan berbagai masalah

yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan kata lain model pembelajaran

berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa

untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari

solusi dari permasalahan dunia nyata. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Arends (2008:45) bahwa “PBL melibatkan siswa untuk menginterpretasikan dan

menjelaskan berbagai fenomena dunia nyata dan untuk mengkonstruksikan

pemahaman mereka sendiri tentang fenomena tersebut”. Masalah yang diberikan

ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang

dimaksud. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,

komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik

dibanding pendekatan yang lain, hal tersebut sejalan dengan Amir (2013:49)

“bahwa dengan PBM yang dilakukan dalam kelompok pembelajaran

mendapatkan lebih banyak kecakapan yaitu kecakapan memecahkan masalah,

kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan

interpersonal dan komunikasi serta kecakapan pencarian dan pengolahan

informasi.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah: a) mengorientasikan

siswa kepada masalah; b) mengorganisasikan siswa untuk belajar; c) membimbing

penyelidikan mandiri dan kelompok; d) mengembangkan dan menyajikan hasil

karya serta memamerkannya; e) menganalisis dan mengevaluasi proses

(27)

12

Selanjutnya Elfrida (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata

antara siklus 1 dan siklus 2 yaitu dari 70 - 81,82. Hal itu sejalan dengan penelitian

Saylan (2013) bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dengan

menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pembelajaran biasa.

Pembelajaran discovery (penemuan) merupakan kegiatan atau

pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip

melalui proses mentalnya sendiri. Konsep dan prinsip yang ditemukan siswa,

dapat melalui pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

menarik kesimpulan dan sebagainya. Akan tetapi hal tersebut sulit terjadi

sehingga perlu adanya arahan dari guru agar membimbing siswa untuk menjadi

seorang penemu murni, maka salah satu model yang dapat digunakan yaitu

guided discovery learning.

Menurut Abel dan Smith (Effendi, 2012:4) mengungkapkan” bahwa guru

memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses

pembelajaran”. Dalam penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator

yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa

untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia

peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga

dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang

telah disediakan guru. Hal tersebut sejalan dengan Takdir (2012:47) yang

menyatakan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing akan berpengaruh besar

(28)

13

langsung, mengembangkan kemampuan berpikir rasional, meningkatkan

keaktifan, belajar untuk memecahkan masalah dan mendapatkan inovasi

pembelajaran. Selanjutnya Riska (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar melalui

pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang belajar

melalui pembelajaran konvensional.

Langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing adalah: a)

merumuskan masalah yang akan dipaparkan kepada siswa dengan data

secukupnya; b) siswa menyusun dan menambah data baru, memproses

mengorganisir, dan menganalisis data tersebut; c) siswa menyusun konjektur; d)

siswa mengkaji konjektur yang mereka buat dan guru memeriksa konjektur siswa;

e) guru memberikan soal latihan sebagai tambahan untuk memeriksa pemahaman

siswa (Markaban, 2008:17).

Memperhatikan karakter dan langkah-langkah pembelajaran berbasis

masalah dan penemuan terbimbing di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

berbasis masalah maupun pembelajaran penemuan sama-sama menuntut siswa

untuk aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dalam prakteknya, pada

kedua model pembelajaran ini, siswa akan dikelompokkan untuk berdiskusi

bersama teman-temannya dalam memecahkan masalah ataupun menemukan

konsep. Siswa akan saling bertukar pendapat, menerima dan membantah argumen

temannya, menyusun konjektur, hingga bersepakat dalam membuat keputusan

akhir sebagai hasil kerja kelompok. Dimana langkah-langkah pembelajaran PBM

dan penemuan terbimbing lebih mengarahkan dari aspek-aspek kemampuan

(29)

14

dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis dan memberikan

perubahan terhadap kebiasaan belajar siswa.

Faktor lain yang dapat memiliki kontribusi terhadap keberhasilan

pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan awal matematika (KAM) yang

harus dimiliki siswa. Menurut Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa setiap siswa

mempunyai kemmapuan awal yang berbeda, ada siswa yang pandai, ada siswa

yang kurang pandai serta ada yang biasa-biasa saja serta kemampuan yang

dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir (hereditas), tetapi

juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan

belajar khususnya model pembelajaran menjadi sangat penting untuk

dipertimbangkan artinya pemilihan model pembelajaran harus dapat

meningkatkan kemampuan matematika siswa yang heterogen.

Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa

agar dapat mengikuti pembelajaran matematika dengan baik. Siswa yang

mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, apabila model pembelajaran

yang digunakan oleh guru menarik dan menyenangkan, sesuai dengan tingkat

kognitif siswa dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat dan akhirnya

akan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan kebiasaan belajar siswa.

Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi tidak begitu besar

pengaruhnya terhadap penerapan model pembelajaran dalam matematika.

Sehingga dapat diduga bahwa kemampuan awal matematika siswa yang

dikelompokkan ke dalam kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah) dapat

memberikan kontribusi pada kemampuan komunikasi matematis dan kebiasaan

(30)

15

Berdasarkan permasalahan di atas maka dianggap penting bagi peneliti

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kebiasaan Belajar Siswa antara

Siswa yang Diberi PBM dengan Pembelajaran Penemuan Terbimbing di

SMP Sabilina Tembung.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika di Indonesia belum mencapai hasil yang

menggembirakan.

2. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan

soal.

3. Pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariatif dan kurang menarik

sehingga menyebabkan siswa kurang berminat dalam menerima materi

yang disampaikan guru.

4. Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran penemuan terbimbing

belum diterapkan, pada umumnya guru cenderung masih memilih

pembelajaran biasa dalam matematika.

5. Kebiasaan belajar siswa yang masih rendah

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada

(31)

16

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah

2. Kebiasaan belajar siswa masih rendah

3. Belum adanya penerapan pembelajaran berbasis masalah dan

pembelajaran penemuan terbimbing

1.4Rumusan Masalah

Mengacu pada batasan masalah di atas dapat disusun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa

yang diberi penemuan terbimbing?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kebiasaan belajar siswa antara

siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang

diberi penemuan terbimbing?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (pembelajaran

berbasis masalah dan penemuan terbimbing) dengan kemampuan awal

matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (pembelajaran

berbasis masalah dan penemuan terbimbing) dengan kemampuan awal

matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan

(32)

17

5. Bagaimana proses jawaban tes kemampuan komunikasi matematis siswa

yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan yang diberi pembelajaran

penemuan terbimbing?

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

Matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan

pembelajaran penemuan terbimbing.

2. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan kebiasaan belajar siswa antara

siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran

penemuan terbimbing

3. Untuk menganalisis apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran

(pembelajaran berbasis masalah dan kebiasaan belajar) kemampuan awal

matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Untuk menganalisis apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran

(pembelajaran berbasis masalah dan kebiasaan belajar) dengan kemampuan

awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan

kebiasaan belajar siswa

5. Untuk menganalisis proses jawaban siswa yang diberi pembelajaran

(33)

18

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada guru matematika dan siswa. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa dan kebiasaan belajar serta

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan pembelajaran

penemuan terbimbing selama penelitian pada dasarnya memberi

pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

serta diharapkan hasil belajar siswa meningkat serta pembelajaran

matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.

3. Bagi Guru Matematika dan Sekolah

Memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika untuk

dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara

memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan mengoptimalkan

pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik.

4. Bagi Pembaca

Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin

(34)

192

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing dengan menekankan pada kemampuan komunikasi matematis dan kebiasaan belajar siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi penemuan terbimbing. Secara deskriptif diperoleh rata-rata kelompok eksperimen pembelajaran berbasis masalah pada indikator menyatakan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar mengalami peningkatan 0.05, indikator merumuskan ide matematika ke dalam model matematika mengalami peningkatan 0.75, indikator menjelaskan gambar ke dalam ide matematika mengalami peningkatan 0.72 dan indikator menjelaskan prosedur penyelesaian mengalami peningkatan 0.66, dan keseluruhan indikator mengalami peningkatan 2.18. Sedangkan untuk kelompok eksperimen penemuan terbimbing pada indikator menyatakan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar mengalami peningkatan 0.08, indikator merumuskan ide matematika ke dalam model matematika mengalami peningkatan 0.47, indikator menjelaskan gambar ke dalam ide matematika mengalami peningkatan 0.65 dan indikator menjelaskan

(35)

193

prosedur penyelesaian mengalami peningkatan 0.39, dan keseluruhan indikator mengalami peningkatan 1.59. Dalam hal ini bahwa peningkatan kemmapuan komunikasi matematis yang menggunakan PBM lebih baik dari penemuan terbimbing.

2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kebiasaan belajar antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi penemuan terbimbing.

Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk F hitung adalah 2.060 lebih kecil dari F tabel yaitu 3.962.

3. Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan perbedaan gender terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk F hitung adalah 0.158 lebih kecil dari F tabel yaitu 3.962.

4. Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan perbedaan gender terhadap peningkatan kebiasaan belajar siswa.

Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk F hitung adalah 0.03 lebih kecil dari F tabel yaitu 3.962.

(36)

194

terbimbing. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja siswa pada pembelajaran penemuan terbimbing.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan, untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut:

1. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk membangun sendiri pengetahuannya sebaiknya lebih diutamakan dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif).

2. Peneliti berikutnya dapat menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan matematis yang lain seperti pemecahan masalah, penalaran matematis, koneksi matematis, representasi matematis dan sebagainya.

(37)

195

4. Pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing memerlukan waktu yang relatif banyak. Agar pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana dan pemanfaatan waktu yang efektif, sebaiknya guru membuat penyusunan skenario dan perencanaan yang matang pada bahan ajar yang digunakan. 5. Sebaiknya digunakan alat peraga dalam pembelajaran agar siswa

lebih mudah mempelajari materi pelajaran dan memudahkan siswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

(38)

196

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Akınoğlu , Orhan and Özkardeş ,Ruhan Tandoğan. 2007. The Effects of

Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic

Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3(1), 71-81

Amir. M. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.

Ansari, B. I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik, Suatu Perbandingan: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Penerbit PENA.

Arends,R,I. 2008. Learning To Teach, Pustaka Pelajar , Yogyakarta. Arikunto,S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Asikin, M & Junaedi, I. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP dalam Setting Pembelajaran RME (RealisticMathematisc Education).

UJMER. (online). Vol. 2.No. 1,

(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer/article/view/ 1483/1440, diakses 15 September 2015)

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Brenner.M.E.1998. Development of Mathematical Communication in Problem Solving Groups By Language Minority Students. University of Santa Barbara: California (online) Bilingual Research Journal 22:2,3&4 Spring,

Summer &

Fall,(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.119.5920& rep=rep1&type=pdf, diakses 9 Januari 2016)

Crede, M & Kuncel, N. 2008. The third Pillar Supporting Collegiate Academic Performance. Association for Psychological Science. (online) Volume 3

Number 6,

(https://www.researchgate.net/publication/239575112_Study_Habits_Skill s_and_Attitudes_The_Third_Pillar_Supporting_Collegiate_Academic_Per formance, diakses 10 Oktober 2015)

Depdiknas. 2003. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta (online) http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, diakses 31 Oktober 2015

(39)

197

. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Djamarah, S. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djali. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Effendi, L. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Bandung: Pascasarjana UPI. Jurnal Penelitian Pendidikan, (online). Vol.13 No. 2 Oktober 2012. ISSN 1412-X, (http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf, diakses 15 Oktober 2015)

Elfrida. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Medan: UNIMED

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk: Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-ilmuTeknik, Biologi. Bandung: Armico

Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. Of

Physics, Indiana University (online)

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Jaya, I. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Medan: Citapustaka Media Perintis

Jato, M, Ogunniyi, S &Olubiyo, O. 2014. Study habits, use of school libraries and

students’ academic performance in selected secondary schools in Ondo

West Local Government Area of Ondo State. Adeyemi College o Education, Bab Fafunwa Library, P.M.B 520, Ondo, Ondo State, Nigeria. (online), Vol.6(4), pp. 57-64, October 2014, (http://www.academicjournals.org/IJLIS, diakses 31 Oktober 2015)

Kerlinger.F.N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavioral Edisi Ketiga. Yogyakarta: GajahMada University Press.

(40)

198

Mahmudi, A & Sumarmo, U. 2011. Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Minds (MHM) Berbasis Masalah Terhadap Kreativitas Siswa. FMIPA UNY dan Pascasarjana UPI. Cakrawala Pendidikan, (online), Juni 2011,

Th.XXX, No.

Mahmudi, A. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika.UNY. Jurnal MIPMIPA UNHALU, (online) Volume8, Nomor 1, Febuaru 2009, ISSN 1412-2318,

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU%202008 %20_Komunikasi%20dlm%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf, diakses 21 Oktober 2015)

Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika

SMK. Yogyakarta: PPPPTK,. (Online)

(http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/38-penemuan-terbimbing-matematika-smk.pdf, diakases 1 september 2015)

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika antara Siswa yang diberi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung. Tesis. Medan: UNIMED.

Muhlisrarini, & Hamzah, A. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matemtika. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Mulyati, 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

Muraina. Nyorere & Emana. 2014. Impact Of Note Taking And Study Habit On Academic Performance Among Selected Secondary School Students In Ibadan, Oyo State, Nigeria. International Journal of Education and Research, (online), Vol 2 No.6 June 2014.ISSN2201-6740, (http://www.ijern.com/journal/June-2014/34.pdf, diakses 3 Nopember 2015)

Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM

(41)

199

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ozsoy,G. Memis, A & Temur, T. 2009. Metacognitive, study habits and attitudes. Turkey: Internasioanl Electronic Journal of Elemtary Education. (online).

Vo:2, Issue 1.

ISSN:1307-9298.(http://iejee.com/files/1/articles/article_5511844963bae/IEJEE_5511 844963bae_last_article_5517c2d45a7e8.pdf, diakses 15 Januari 2016)

Purwanto, N. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja.

Riska Novia Sari, 2014. Peningkatan kemampuan penalaran, komunikasi matematis dan keyakinan kemandirian belajar siswa SMP melalui pembelajaran penemuan terbimbing. Tesis. Bandung: UPI.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya. W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup

. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Saylan, A. 2013. Perbedaan Kemampuan Komunikasi dan Kreativitas Matematik antara Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran penemuan Terbimbing Berbasis Masalah Open Ended dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Ekspositori. Tesis. Medan: UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito

. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen.Bandung: Tarsito.

(42)

200

Syarah, F. 2013. Peningkatan Kemampuan Spasial Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Medan: UNIMED.

Syah, M. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Takdir Illahi, M. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational

Skill Yogyakarta: Diva Press.

Gambar

Tabel         2.1    Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ...................................
Gambar         1.1    Jawaban Siswa Terhadap Kasus Komunikasi Matematis .........................
Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Tabel. 1.1 Hasil Angket Kebiasaan Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan bahwa teknik Asosiasi dapat diimplimentasikan dalam pembelajaran bahasa Prancis melalui tahapan pembelajaran yang telah disusun guna

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa realisasi akumulasi capaian indikator kesesuaian program yang direncanakan terhadap program yang dianggarkan sampai dengan

L’utilisation De La Technique Asosiasi Dans L’apprentissage De La Production Écrite. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dimana sebelum alat di modifikasi, hanya menghasilkan kuat medan magnet sebesar 800 Gauss pada kuat arus 15 A, sedangkan setelah dimodifikasi dan dikembangkan mengahsilkan kuat

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN CIKUTRA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

diberikan, diperkirakan semakin baik karakteristik magnet yang akan dihasilkan.. Dengan teknologi proses yang digunakan ini yang relatif lebih sederhana

Solusi dari pemecahan masalah ini adalah dengan melakukan perancangan produk yang lebih sederhana, perbaikan proses perakitan, penggunaan komponen yang lebih sedikit sehingga

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Universitas