i ABSTRAK
FADLIYANI. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kebiasaan Belajar antara Siswa yang Diberi PBM dengan Penemuan Terbimbing di SMP Sabilina Tembung. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing, (2) Perbedaan peningkatan kebiasaan belajar antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing, (3) Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (4) Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kebiasaan belajar, (5) Proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada PBM dan penemuan terbimbing.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Sabilina Tembung. Dan sampel penelitian ini adalah kelas VII-10 dan VII-12. Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANACOVA) Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk �ℎ� �� = 15.024 lebih besar dari � �� = 3.962. Konstanta persamaan regresi untuk PBM yaitu 11.450 lebih besar dari penemuan terbimbing yaitu 8.826. (2) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kebiasaan belajar antara siswa yang diberi PBM dengan penemuan terbimbing. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk �ℎ� �� = 2.060 lebih kecil dari � �� = 3.962. Konstanta persamaan regresi untuk PBM yaitu 2.112 lebih besar dari penemuan terbimbing yaitu 0.734. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. (4). Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kebiasaan belajar. (5) Proses penyelesaian jawaban siswa kemampuan komunikasi matematis yang diberi PBM lebih baik dibandingkan dengan penemuan terbimbing.
ii ABSTRACT
FADLIYANI. The Differences of This Improvement in Communication Abilities Mathematics and Study Habits between Students Given PBM and Guided Discovery in SMP Sabilina Tembung. A Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2016.
This research aim to: (1) The difference of improvement communication abilities mathematics between students who were given PBM and guided discovery, (2) The difference of improvement study habits between students who were given PBM and guided discovery, (3) the interaction between the learning model and prior knowledge math students to improvement of communication abilities mathematics, (4) the interaction between the learning model and prior knowledge math to improvement of study habits, (5) the pattern of answers that the students make solving problems in the PBM and guided discovery.
This research is quasi experimental. The population of this research was student class VII of SMP Sabilina Tembung. And the sample is a class VII-3 and VII-4. Analysis is done using analysis of covariance (ANACOVA) The results showed that (1) There are differences of improvement communication abilities mathematics between students who were given PBM and guided discovery. It can be seen from the results of analysis of covariance for F count is 15.024 greater than F_table is = 3,962. Regression equation constants for PBM that is 11.450 greater than the guided discovery of 8.826. (2) There were no differences of improvement study habits between students who were given PBM and guided discovery. It can be seen from the results of analysis of covariance for F count is 2.060 smaller than F_table is = 3,962. Regression equation constant for the PBM that is 2.112 greater than guided discovery of 0.734. (3) There is no interaction between the learning model and prior knowledge math students to improvement of communication abilities mathematics,. (4). There is no interaction between the learning model and prior knowledge math to improvement of study habits (5) the pattern of students answers to the problem-based learning is better than guided discovery.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamin hanya bagi Allah SWT sebagai Rabb semesta alam atas segala rahmat dan karunia yang dicurahkan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu dan rencana yang diharapkan. Shalawat berangkai salam kepada baginda Rasulullah SAW. Sebagai Uswatun Hasanah bagi seluruh umat di dunia. Semoga kita termasuk umat yang
senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah beliau.
Tesis yang berjudul ”Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kebiasaan Belajar antara Siswa yang Diberi PBM dan Penemuan Terbimbing di SMP Sabilina Tembung” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan.
Dalam proses penyusunan Tesis ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak berupa materi, dukungan moril dan informasi. Dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd Selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si Selaku Pembimbing II yang di tengah-tengah kesibukannya telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai narasumber II dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai narasumber III yang telah memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
iv
Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED. 4. Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED dan para staf pegawai Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis.
6. Bapak Jumirin, S.Pd, MM dan Ibu Farida Hanum, S.Pd berturut-turut selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMP Sabilina Tembung yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
7. Teristimewa kepada Ibunda tercinta Aini, A.Ma dan Ayahanda tercinta Hamzah, S.Pd, serta Abang-abang, kakak serta adikku tersayang. Ahmad Fauzi beserta istrinya Siti Aisyah, Ahmad Buhori, S.Pd beserta istrinya Chairani Bustaman, S.Pd, Sri Rezeki, S.Pd beserta suaminya Rony Irawan, Khairani dan keponakannku Nadhira Syafiah, yang selalu
mendo’akan, memberikan motivasi, moril dan materil kepada penulis setiap saat sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
8. Sahabat-sahabatku di Adz-Dzakirah (Ririn, Nisa dan Mida) dan Kak Nina yang memberikan semangat dan doa sehingga tesis ini terselesaikan.
9. Teman-teman seperjuangan di Dikmat A-2 2014 dan terkhusus buat teman-teman yang selalu berdiskusi bersama-sama yaitu: Riskyka,
v
Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta Saudara/i, kiranya semua selalu dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun tutur bahasanya. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas keterbatasan yang ada. Semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk mewujudkan keberhasilan di dalam dunia pendidikan khususnya matematika. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2016 Penulis
Fadliyani
vi
1.2 Identifikasi Masalah ... 15
1.3 Batasan Masalah ... 15
1.4 Rumusan masalah ... 16
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 18
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 19
2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 19
2.1.2 Kebiasaan Belajar ... 27
2.1.3 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34
2.1.5.1 Pengertian PBM ... 34
2.1.5.2 Tujuan dan Karakteristik PBM ... 36
2.1.5.3 Langkah-langkah PBM ... 37
2.1.5.4 Kelebihan dan Kelemahan PBM ... 38
2.1.4 Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 39
2.1.4.1 Pengertian Penemuan Terbimbing ... 39
2.1.4.2 Tujuan dan Karakteristik... 42
2.1.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran ... 43
2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan ... 46
2.1.5 Teori Belajar yang Relevan ... 46
2.1.6 Perbedaan PBM dan Penemuan Terbimbing ... 50
2.2 Kerangka Konseptual ... 51
3.5 Defenisi Operasional ... 65
3.6 Defenisi Operasional Variabel Peneliitian ... 67
3.7 Instrumen Penelitian ... 68
vii
3.9 Teknik Analisis Data... 81
3.10 Uji Hipotesis ... 93
3.11 Prosedur Penelitian ... 98
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 100
4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika... 101
4.1.1.1Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika ... 103
4.1.1.2Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika ... 104
4.1.1.3Uji Perbedaan Kemampuan Awal Matematika ... 105
4.1.2 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 106
4.1.2.1 Analisis Deskripsi Pre Test dan Post Test Kemampuan Komunikasi Matemtis ... 106
4.1.2.2 Deskripsi Pre Test Kemampuan Komunikasi Matematis ... 111
4.1.2.3 Deskripsi Post Test Kemampuan Komunikasi Matematis ... 115
4.1.2.4 Analisis Statistik Inferensial (ANACOVA) Kemampuan Komunikasi Matematis ... 120
4.1.2.4.1 Uji Normalitas ... 121
4.1.2.4.2 Uji Homogenitas ... 122
4.1.2.4.3 Model Regresi Liner ... 123
4.1.2.4.4 Uji Independensi dan Uji Linieritas ... 123
4.1.2.4.5 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 128
4.1.2.4.6 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi ... 129
4.1.2.5 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 130
4.1.3 Hasil Skala Kebiasaan Belajar ... 132
4.1.3.1 Analisis Deskripsi Pre Test dan Post Test Skala Kebiasaan Belajar ... 132
4.1.3.1.1 Deskripsi Pre Test Skala Kebiasaan Belajar ... 132
4.1.3.1.2 Deskripsi Post Test Skala Kebiasaan Belajar ... 135
4.1.3.2 Analisis Statistik Inferensial (ANACOVA) Skala Kebiasaaan Belajar ... 139
4.1.3.4.1 Uji Normalitas ... 139
4.1.3.4.2 Uji Homogenitas ... 140
4.1.3.4.3 Model Regresi Liner ... 141
4.1.3.4.4 Uji Independensi dan Uji Linieritas ... 142
4.1.3.4.5 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 147
4.1.3.4.6 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi ... 148
4.1.3.3 Deskripsi Peningkatan Skala Kebiasaan Belajar ... 149
4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 150
4.1.5 Deskripsi Hasil Kerja Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 163
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 177
viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37
2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 44
2.3 Perbedaan PBM dan Penemuan Terbimbing ... 50
3.1 Desain Penelitian ... 64
3.2 Tabel Weiner ... 65
3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 70
3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71
3.5 Tabel Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71
3.6 Kisi-Kisi Instrumen Skala Kebiasaan Belajar ... 73
3.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 74
3.8 Hasil Validasi Tes Awal Kemampuan Matematika ... 75
3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 75
3.10 Hasil Validasi Skala Kebiasaan Belajar ... 76
3.11 Karakteristik Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 80
3.12 Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 82
3.13 Rancangan Analisis Data Untuk ANACOVA ... 84
3.14 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Uji Statistik ... 97
4.1 Deskripsi Hasil KAM Siswa ... 101
4.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 102
4.3 Hasil Uji Normalitas KAM ... 104
4.4 Hasil Uji Homogenitas KAM... 105
4.5 Hasil Uji t Data KAM ... 106
4.6 Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis PBM ... 107
4.7 Kategori Penilaian Postes Kemampuan Komunikasi Matematis PBM ... 108
4.8 Kategori Penilaian Pretes Kemampuan Komunikasi pada PT ... 109
4.9 Kategori Penilaian Postes Kemampuan Komunikasi pada PT ... 110
4.10 Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 115
4.11 Data Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 119
4.12 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Komunikasi Kedua Kelas ... 121
4.13 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Komunikasi Kedua Kelas ... 122
4.14 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi EKSP.1 ... 123
4.15 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi EKSP.2 ... 123
4.16 Analisis Varians Uji Independensi Kemampuan Komunikasi pada PBM . 124 4.17 Analisis Varians Uji Linieritas Kemampuan Komunikasi pada PBM ... 125
4.18 Analisis Varians Uji Independensi Kemampuan Komunikasi pada PT .... 126
4.19 Analisis Varians Uji Linieritas Kemampuan K.Komunikasi pada PT ... 127
4.20 Analsis Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K.Komunikasi ... 128
4.21. Koefisien Analsis Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K.Komunikasi ... 129
x
4.23 Hasil Perhitungan N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 130
4.24 Data Hasil Pretes Skala Kebiasaan Belajar ... 135
4.25 Data Hasil Postes Skala Kebiasaan Belajar ... 138
4.26 Hasil Uji Normalitas Skala Kebiasaan Belajar Kedua Kelas ... 140
4.27 Hasil Uji Homogenitas Skala Kebiasaan Belajar Kedua Kelas ... 141
4.28 Koefisien Persamaan Regresi Skala Kebiasaan Belajar EKSP.1 ... 142
4.29 Koefisien Persamaan Regresi Skala Kebiasaan Belajar EKSP.2 ... 142
4.30 Analisis Varians Uji Independensi Skala Kebiasaan Belajar pada PBM .. 143
4.31 Analisis Varians Uji Linieritas Skala Kebiasaan Belajar pada PBM ... 144
4.32 Analisis Varians Uji Independensi Skala Kebiasaan Belajar pada PT ... 145
4.33 Analisis Varians Uji Linieritas Skala Kebiasaan Belajar pada PT ... 146
4.34 Analsis Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K. Belajar ... 147
4.35 Koefisien Kovarian Kesamaan Dua Model Regresi K. Belajar ... 147
4.36 Analisis Kovarian Kesejajaran Model Regresi K. Belajar ... 148
4.37 Hasil Perhitungan N-Gain Skala Kebiasaan Belajar ... 149
4.38 Analisis Kovarians Pada Kemampuan Komunikasi Matematis... 152
4.39 Analisis Kovarians Pada Skala Kebiasaan Belajar ... 154
4.40 Analisis Kovarians Pada Kemampuan Komunikasi Matematis... 157
4.41 Analisis Kovarians Pada Skala Kebiasaan Belajar ... 160
4.42 Hasil Rangkuman Pengujian Hipotesis ... 162
4.43 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 1... 166
4.44 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 2... 168
4.45 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 3... 171
4.46 Skor Perolehan Kemampuan Komunikasi Indikator 4... 176
4.47 Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Setiap Indikator ... 181
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1 Jawaban Siswa Terhadap Kasus Komunikasi Matematis ... 6
3.1 Prosedur Penelitian... 99
4.1 Grafik Kemampual Awal Matematika ... 103
4.2 Tingkat Pre test Kemampua Komunikasi Matematis PBM ... 107
4.3 Tingkat Post test Kemampua Komunikasi Matematis PBM ... 108
4.4 Tingkat Pre test Kemampua Komunikasi Matematis PT ... 110
4.5 Tingkat Post test Kemampua Komunikasi Matematis PT ... 111
4.6 Skor Rata-rata Pre test pada Kedua Kelas Eksperimen ... 115
4.7 Skor Rata-rata Post test pada Kedua Kelas Eksperimen ... 119
4.8 Perbedaan antara Skor Pre test dan Post test pada Setiap Indikator ... 120
4.9 Rata-rata N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 131
4.10 Skor Rata-Rata Pre test Kebiasaan Belajar pada Kedua Kelas ... 135
4.11 Skor Rata-Rata Post test Kebiasaan Belajar pada Kedua Kelas ... 138
4.12 Perbedaan antara Skor Pre test dan Post test pada Setiap Indikator ... 139
4.13 Rata-rata N-gain Kebiasaan Belajar ... 150
4.14 Tidak Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 158
4.15 Tidak Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kebiasaan Belajar ... 161
4.16 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas PBM ... 164
4.17 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas Penemuan Terbimbing ... 165
4.18 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas PBM ... 167
4.19 Hasil Jawaban Siswa pada Kelas Penemuan Terbimbing ... 171
4.20 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas ... 170
4.21 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas pada Soal No.3 ... 173
4.22 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas pada Soal No. 5b ... 174
4.23 Hasil Jawaban Siswa pada Kedua Kelas pada Soal No. 6b ... 175
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
cepat dewasa ini, menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan
kemampuan di berbagai bidang. Bagi yang bergerak di bidang pendidikan maka
harus mengembangkan wawasan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah sarana
dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan,
yaitu masyarakat yang berbudaya dan cerdas.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (Depdiknas, 2003:1)
Keberhasilan pendidikan dalam berbagai jenjang ditentukan oleh banyak
faktor seperti siswa, tenaga kependidikan (guru atau dosen), kurikulum atau
program pendidikan, manajemen, fasilitas, dukungan dana, partisipasi masyarakat
dan dunia kerja. Semua komponen di atas berperan penting dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dan pada hakikatnya memberikan sumbangan
yang berarti terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Oleh karena itu, pendidikan sebaiknya dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga
tujuan pendidikan dapat diwujudkan.
2
Terlihat jelas bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam
meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif pada era
globalisasi ini. Mencapai tujuan pendidikan idealisme, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka diperlukanlah komitmen bersama dalam menciptakan
kemandirian dan pemberdayaan yang mampu menopang kemajuan pendidikan
kita selanjutnya.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah
melalui sekolah membekali siswa dengan berbagai mata pelajaran yang harus
dikuasai. Salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam aspek
kehidupan untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah Matematika. Jelas bahwa
matematika adalah salah satu mata pelajaran pokok yang mulai diajarkan dalam
pendidikan formal tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Cocroft (Abdurrahman, 2003:253)
bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) Selalu digunakan dalam segala kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan Matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan, (6) Dan memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Namun sangat disayangkan, pada umumnya hasil belajar matematika di
Indonesia belum mencapai hasil yang menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat
dari perolehan TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study)
tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42 negara. Selain
itu, PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012
3
negara yang ikut ambil bagian. (Kompas: 2012). Dari hasil tersebut dapat
dijadikan salah satu evaluasi dari berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran
matematika di Indonesia, selain sebagai alat kompetisi yang memotivasi guru dan
semua pihak dalam dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan prestasinya.
Suatu pendidikan dikatakan bermutu apabila jika proses pendidikan dapat
menghasilkan individu-individu atau sumber daya manusia yang bermanfaat bagi
masyarakat dan pembangunan bangsa. Mengingat matematika merupakan salah
satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), sehingga matematika dipandang sebagai suatu ilmu yang
terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, ilmu tentang cara
berpikir untuk memahami dunia sekitar. Dalam belajar matematika, siswa
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan berpikir sistematis, logis dan
kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau penyelesaian dari suatu
permasalahan matematika yang dihadapi.
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000:334)
menetapkan lima keterampilan proses yang perlu dimiliki siswa melalui
pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses, yaitu: (1)
Pemecahan masalah (problem solving); (2) Penalaran dan pembuktian (reasoning
and proof); (3) Komunikasi (communication) (4) Koneksi (connections); (5)
Representasi (representation).
Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang termuat
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (Depdiknas,
4
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran tersebut merupakan landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama yang juga menjadi salah satu standar kompetensi
lulusan mata pelajaran matematika SMP. Berdasarkan standar kompetensi yang
termuat dalam kurikulum tersebut maka pembelajaran matematika di sekolah
harus dapat menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan komunikasi matematis
sebagai bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan dan perubahan.
Menurut Baroody (Ansari, 2012:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan
penting mengapa kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan
dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas,
tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya, sebagai
aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana
5
Kemampuan komunikasi dalam matematika diantaranya merupakan
kemampuan menginterpretasi dan menjelaskan istilah-istilah dan notasi-notasi
matematis baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi matematis
perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui
komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematis,
menyampaikan pemikiran matematika secara koheren, menganalisis dan
mengevaluasi strategi dan berpikir matematis yang lain, dan dapat mengeksplorasi
ide-ide matematis (NCTM, 2000:348).
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap siswa SMP Sabilina
Tembung, bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih dikategorikan
rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang mengukur
kemampuan komunikasi matematis, dengan karakteristik soal yaitu meminta
siswa untuk menjelaskan prosedur penyelesaian terhadap soal cerita yang
diberikan. Adapun soal yang diberikan sebagai berikut:
“Luas sebidang kebun yang berbentuk persegi adalah 400 m2. sekeliling kebun itu
ditanami ketela pohon dengan jarak satu pohon ke pohon lainnya 20 cm2.
Bagaimana cara kamu menentukan banyak pohon di sekeliling kebun itu?”
Dari hasil kerja siswa, terdapat 29 siswa yang menjawab salah, proses
jawaban yang tidak terdeskripsikan serta siswa belum dapat mengkomunikasikan
soal dengan benar. Padahal kasus tersebut dapat dikerjakan dengan mencari
terlebih dahulu panjang salah satu sisi kemudian mencari keliling dari kebun yang
berbentuk persegi. Dapat dilihat dari jawaban salah seorang siswa pada gambar di
6
Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Selanjutnya hanya terdapat 9 siswa yang mampu mendeskripsikan dalam bentuk
model matematika yang benar. Dan 2 siswa yang tidak menjawab sama sekali.
Maka berdasarkan kasus di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
permasalahan yang terjadi adalah siswa masih belum mampu mengkomunikasikan
maksud dari permasalahan yang diberikan. Rendahnya kemampuan komunikasi
matematis siswa juga terungkap dari hasil penelitian Asikin dan Junaedi
(2013:209) menggambarkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa
SMP masih dikategorikan rendah, hasil kerja siswa tersebut dikategorikan dalam
level (terendah level 0 dan tertinggi level IV ) pada pokok bahasan perbandingan
dan sistem persamaan linier dengan dua peubah dimana hasil penskoran dengan
menggunakan rubrik penskoran komunikasi matematika terhadap 160 siswa SMP
di Kota Semarang menunjukkan bahwa untuk pokok bahasan Perbandingan: level
I 78 %, level II 15 %, level III 5%, level IV 2%. Sedangkan untuk pokok bahasan
Sistem Persamaan Linier dengan Dua Peubah: level I: 67 %, level II: 18 %, level
III: 8%, level IV: 7%.
Siswa belum mampu
memahami soal yang diberikan dan merubah soal ke dalam model matematika Kesalahan
7
Rendahnya hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mampu
menggunakan komunikasi matematis dalam memecahkan masalah ataupun dalam
menjelaskan proses pemecahan masalah yang telah dilakukan. Hal itu dikarenakan
siswa masih terfokus dengan angka-angka pada masalah tersebut, sehingga
permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah berbentuk simbol atau
analisis yang mendalam, siswa belum mampu dalam menyelesaikannya serta
proses penyelesaian jawaban siswa belum bervariasi.
Melihat kondisi pembelajaran tersebut bahwa keberhasilan pembelajaran
matematika tepatnya untuk membangun dan mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis di atas bukan hanya terletak pada model pembelajaran
yang digunakan guru, melainkan juga dipengaruhi oleh siswa atau murid yang
mana sebagai subjek dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa juga harus dapat
mengatur dan merencanakan kegiatan belajarnya secara mandiri. Kemampuan
dan kemauan individu untuk berdisiplin, memilih strategi belajar, mengerjakan
tugas sekolah, berinteraksi dengan lingkungan dan lain-lain merupakan faktor
yang menetukan keberhasilan siswa. Namun satu hal terpenting yang dapat
membawa seorang siswa mencapai puncak prestasinya yaitu kebiasaan belajar.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Crede (2008:425)
menyimpulkan “kebiasaan belajar merupakan salah satu penentu dalam
menentukan prestasi pendidikan”, dan dalam penelitian Muraina (2014:445)
menguraikan bahwa “kebiasaan belajar dapat berpengaruh terhadap prestasi
akademik siswa di Ibadan, Oyo State dan Nigeria”.
Dalam proses pembelajaran, menurut Djali (2014:128) bahwa “kebiasaan
8
pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis”. Belajar bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan. Oleh karena itu
agar siswa berprestasi baik dalam sekolah, perlu ditemukan kebiasaan-kebiasaan
positif dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Untuk dapat melatih kebiasaan
dibutuhkan waktu yang cukup panjang dan juga harus didukung pengulangan
yang berkelanjutan. Kebiasaan belajar merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan
oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan kurangnya kebiasaan belajar
yang baik untuk belajar.
Kebiasaan belajar merupakan suatu aktifitas rutin yang dilakukan siswa,
yang mana kebiasan belajar di sekolah dan kebiasaan belajar di rumah. Kebiasaan
belajar lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan kebiasaan belajar
di sekolah. Kebiasaan belajar yang baik seperti menyelesaikan tugas secara
sempurna dengan tepat waktu, mengulang materi sekolah secara teratur di rumah,
berdiskusi dengan guru dan teman sesama siswa, mengunjungi perpustakaan dan
pusat sumber belajar secara teratur dan sebagainya akan sangat membantu siswa
meraih keberhasilan studinya. Dengan kebiasaan belajar yang baik yang dilakukan
oleh siswa akan memberikan dampak yang positif pula dalam hasil belajarnya,
baik itu dalam hasil belajar matematika. Atau dengan kata lain bahwa, makin
tinggi kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, makin tinggi
pula prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Sebaliknya, makin
rendah kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, makin rendah
pula prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Hal tersebut sesuai
9
individu sangat ditentukan oleh kebiasaan- kebisaan yang dilakukan. Kebiasaan-
kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten berpotensi dapat membentuk
kemampuan-kemampuan positif”.
Namun kenyataan sebagaimana hasil observasi yang dilakukan peneliti
terhadap 40 siswa di salah satu kelas VII SMP Sabilina bahwa kebiasaan belajar
siswa masih rendah, dari data diperoleh peneliti berdasarkan angket yang diisi
oleh siswa-siswa tersebut. Adapun angket yang diberikan untuk melihat kebiasaan
belajar siswa seperti berikut:
Tabel. 1.1 Hasil Angket Kebiasaan Belajar
No Uraian Pernyataan SL SR KD TP
1 Saya menyediakan waktu untuk mengerjakan PR matematika di rumah 10 5 15 10
2 Saya tidak merasa terbeban saat guru memberi tugas pelajaran matematika 5 15 20 -
3 Saya segera mengerjakan tugas matematika meskipun masih lama dikumpulkan 5 10 20 5
4 Saya ikut berdiskusi dengan teman sekelompok saat menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada
saat pelajaran berlangsung 5 10 10 15
Dari tabel di atas terlihat bahwa kebiasaan belajar siswa belum maksimal,
dimana siswa masih banyak yang menjawab tidak pernah. Contoh pada
pernyataan pertama bahwa 25 siswa yang menjawab kadang-kadang dan tidak
pernah dalam mengerjakan tugas di rumah. Oleh karena itu kebiasan belajar siswa
terhadap pelajaran matematika harus ada dalam diri siswa agar dapat
meningkatakan prestasi siswa dalam matematika.
Dari berbagai permasalahan di atas, diduga oleh pembelajaran yang
digunakan guru kurang bervariatif dan kurang menarik sehingga menyebabkan
siswa kurang berminat dalam menerima materi yang disampaikan guru. Atau
10
seperti pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing. Umumnya
siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi
dengan pengembangan kemampuan komunikasi matematis serta tidak
memberikan kebiasaan belajar yang baik pada proses pembelajaran. Hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di
SMP Sabilina Tembung pada tanggal 20 Oktober 2015 yang mengatakan bahwa
guru mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam
pembelajaran, hal tersebut dikarenakan guru ingin menyelesaikan materi-materi
pelajaran dengan tepat waktu.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya inovasi pembelajaran
matematika yang berpusat pada siswa, dimana tugas guru bukan lagi sebagai
pemberi informasi, tetapi guru sebagai pendorong siswa belajar agar dapat
mengkonstruksi pengetahuan dalam aktivitas belajar, sehingga dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa serta terjadi perubahan
terhadap kebiasaan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Brenner
(1998:103) menemukan “bahwa pembentukan kelompok-kelompok kecil
memudahkan pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Dengan adanya
kelompok-kelompk kecil, maka intensitas seseorang siswa dalam mengemukakan
pendapatnya akan semakin tinggi”. Hal ini akan memberi peluang yang besar bagi
siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya serta dapat
memberikan dampak yang positif pada kebiasaan belajar siswa selama terjadinya
diskusi. Maka model yang sesuai diterapkan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis dan dapat memberikan perubahan kebiasaan belajar siswa
11
Berbasis Masalah (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dengan cara menghadapkan peserta didik dengan berbagai masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan kata lain model pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa
untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Arends (2008:45) bahwa “PBL melibatkan siswa untuk menginterpretasikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dunia nyata dan untuk mengkonstruksikan
pemahaman mereka sendiri tentang fenomena tersebut”. Masalah yang diberikan
ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,
komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik
dibanding pendekatan yang lain, hal tersebut sejalan dengan Amir (2013:49)
“bahwa dengan PBM yang dilakukan dalam kelompok pembelajaran
mendapatkan lebih banyak kecakapan yaitu kecakapan memecahkan masalah,
kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan
interpersonal dan komunikasi serta kecakapan pencarian dan pengolahan
informasi.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah: a) mengorientasikan
siswa kepada masalah; b) mengorganisasikan siswa untuk belajar; c) membimbing
penyelidikan mandiri dan kelompok; d) mengembangkan dan menyajikan hasil
karya serta memamerkannya; e) menganalisis dan mengevaluasi proses
12
Selanjutnya Elfrida (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata
antara siklus 1 dan siklus 2 yaitu dari 70 - 81,82. Hal itu sejalan dengan penelitian
Saylan (2013) bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pembelajaran biasa.
Pembelajaran discovery (penemuan) merupakan kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip
melalui proses mentalnya sendiri. Konsep dan prinsip yang ditemukan siswa,
dapat melalui pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainya. Akan tetapi hal tersebut sulit terjadi
sehingga perlu adanya arahan dari guru agar membimbing siswa untuk menjadi
seorang penemu murni, maka salah satu model yang dapat digunakan yaitu
guided discovery learning.
Menurut Abel dan Smith (Effendi, 2012:4) mengungkapkan” bahwa guru
memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses
pembelajaran”. Dalam penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator
yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa
untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia
peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga
dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang
telah disediakan guru. Hal tersebut sejalan dengan Takdir (2012:47) yang
menyatakan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing akan berpengaruh besar
13
langsung, mengembangkan kemampuan berpikir rasional, meningkatkan
keaktifan, belajar untuk memecahkan masalah dan mendapatkan inovasi
pembelajaran. Selanjutnya Riska (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar melalui
pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang belajar
melalui pembelajaran konvensional.
Langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing adalah: a)
merumuskan masalah yang akan dipaparkan kepada siswa dengan data
secukupnya; b) siswa menyusun dan menambah data baru, memproses
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut; c) siswa menyusun konjektur; d)
siswa mengkaji konjektur yang mereka buat dan guru memeriksa konjektur siswa;
e) guru memberikan soal latihan sebagai tambahan untuk memeriksa pemahaman
siswa (Markaban, 2008:17).
Memperhatikan karakter dan langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah dan penemuan terbimbing di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
berbasis masalah maupun pembelajaran penemuan sama-sama menuntut siswa
untuk aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dalam prakteknya, pada
kedua model pembelajaran ini, siswa akan dikelompokkan untuk berdiskusi
bersama teman-temannya dalam memecahkan masalah ataupun menemukan
konsep. Siswa akan saling bertukar pendapat, menerima dan membantah argumen
temannya, menyusun konjektur, hingga bersepakat dalam membuat keputusan
akhir sebagai hasil kerja kelompok. Dimana langkah-langkah pembelajaran PBM
dan penemuan terbimbing lebih mengarahkan dari aspek-aspek kemampuan
14
dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis dan memberikan
perubahan terhadap kebiasaan belajar siswa.
Faktor lain yang dapat memiliki kontribusi terhadap keberhasilan
pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan awal matematika (KAM) yang
harus dimiliki siswa. Menurut Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa setiap siswa
mempunyai kemmapuan awal yang berbeda, ada siswa yang pandai, ada siswa
yang kurang pandai serta ada yang biasa-biasa saja serta kemampuan yang
dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir (hereditas), tetapi
juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan
belajar khususnya model pembelajaran menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan artinya pemilihan model pembelajaran harus dapat
meningkatkan kemampuan matematika siswa yang heterogen.
Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa
agar dapat mengikuti pembelajaran matematika dengan baik. Siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, apabila model pembelajaran
yang digunakan oleh guru menarik dan menyenangkan, sesuai dengan tingkat
kognitif siswa dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat dan akhirnya
akan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan kebiasaan belajar siswa.
Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi tidak begitu besar
pengaruhnya terhadap penerapan model pembelajaran dalam matematika.
Sehingga dapat diduga bahwa kemampuan awal matematika siswa yang
dikelompokkan ke dalam kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah) dapat
memberikan kontribusi pada kemampuan komunikasi matematis dan kebiasaan
15
Berdasarkan permasalahan di atas maka dianggap penting bagi peneliti
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kebiasaan Belajar Siswa antara
Siswa yang Diberi PBM dengan Pembelajaran Penemuan Terbimbing di
SMP Sabilina Tembung.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika di Indonesia belum mencapai hasil yang
menggembirakan.
2. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan
soal.
3. Pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariatif dan kurang menarik
sehingga menyebabkan siswa kurang berminat dalam menerima materi
yang disampaikan guru.
4. Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran penemuan terbimbing
belum diterapkan, pada umumnya guru cenderung masih memilih
pembelajaran biasa dalam matematika.
5. Kebiasaan belajar siswa yang masih rendah
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada
16
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah
2. Kebiasaan belajar siswa masih rendah
3. Belum adanya penerapan pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran penemuan terbimbing
1.4Rumusan Masalah
Mengacu pada batasan masalah di atas dapat disusun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa
yang diberi penemuan terbimbing?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kebiasaan belajar siswa antara
siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang
diberi penemuan terbimbing?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (pembelajaran
berbasis masalah dan penemuan terbimbing) dengan kemampuan awal
matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (pembelajaran
berbasis masalah dan penemuan terbimbing) dengan kemampuan awal
matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan
17
5. Bagaimana proses jawaban tes kemampuan komunikasi matematis siswa
yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan yang diberi pembelajaran
penemuan terbimbing?
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
Matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan
pembelajaran penemuan terbimbing.
2. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan kebiasaan belajar siswa antara
siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran
penemuan terbimbing
3. Untuk menganalisis apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
(pembelajaran berbasis masalah dan kebiasaan belajar) kemampuan awal
matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
4. Untuk menganalisis apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
(pembelajaran berbasis masalah dan kebiasaan belajar) dengan kemampuan
awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan
kebiasaan belajar siswa
5. Untuk menganalisis proses jawaban siswa yang diberi pembelajaran
18
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada guru matematika dan siswa. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa dan kebiasaan belajar serta
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2. Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan pembelajaran
penemuan terbimbing selama penelitian pada dasarnya memberi
pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
serta diharapkan hasil belajar siswa meningkat serta pembelajaran
matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.
3. Bagi Guru Matematika dan Sekolah
Memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika untuk
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara
memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan mengoptimalkan
pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik.
4. Bagi Pembaca
Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
192
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing dengan menekankan pada kemampuan komunikasi matematis dan kebiasaan belajar siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi penemuan terbimbing. Secara deskriptif diperoleh rata-rata kelompok eksperimen pembelajaran berbasis masalah pada indikator menyatakan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar mengalami peningkatan 0.05, indikator merumuskan ide matematika ke dalam model matematika mengalami peningkatan 0.75, indikator menjelaskan gambar ke dalam ide matematika mengalami peningkatan 0.72 dan indikator menjelaskan prosedur penyelesaian mengalami peningkatan 0.66, dan keseluruhan indikator mengalami peningkatan 2.18. Sedangkan untuk kelompok eksperimen penemuan terbimbing pada indikator menyatakan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar mengalami peningkatan 0.08, indikator merumuskan ide matematika ke dalam model matematika mengalami peningkatan 0.47, indikator menjelaskan gambar ke dalam ide matematika mengalami peningkatan 0.65 dan indikator menjelaskan
193
prosedur penyelesaian mengalami peningkatan 0.39, dan keseluruhan indikator mengalami peningkatan 1.59. Dalam hal ini bahwa peningkatan kemmapuan komunikasi matematis yang menggunakan PBM lebih baik dari penemuan terbimbing.
2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kebiasaan belajar antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi penemuan terbimbing.
Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk F hitung adalah 2.060 lebih kecil dari F tabel yaitu 3.962.
3. Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan perbedaan gender terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk F hitung adalah 0.158 lebih kecil dari F tabel yaitu 3.962.
4. Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan perbedaan gender terhadap peningkatan kebiasaan belajar siswa.
Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANACOVA) untuk F hitung adalah 0.03 lebih kecil dari F tabel yaitu 3.962.
194
terbimbing. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja siswa pada pembelajaran penemuan terbimbing.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan, untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut:
1. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk membangun sendiri pengetahuannya sebaiknya lebih diutamakan dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif).
2. Peneliti berikutnya dapat menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan matematis yang lain seperti pemecahan masalah, penalaran matematis, koneksi matematis, representasi matematis dan sebagainya.
195
4. Pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing memerlukan waktu yang relatif banyak. Agar pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana dan pemanfaatan waktu yang efektif, sebaiknya guru membuat penyusunan skenario dan perencanaan yang matang pada bahan ajar yang digunakan. 5. Sebaiknya digunakan alat peraga dalam pembelajaran agar siswa
lebih mudah mempelajari materi pelajaran dan memudahkan siswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
196
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Akınoğlu , Orhan and Özkardeş ,Ruhan Tandoğan. 2007. The Effects of
Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3(1), 71-81
Amir. M. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
Ansari, B. I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik, Suatu Perbandingan: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Penerbit PENA.
Arends,R,I. 2008. Learning To Teach, Pustaka Pelajar , Yogyakarta. Arikunto,S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asikin, M & Junaedi, I. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP dalam Setting Pembelajaran RME (RealisticMathematisc Education).
UJMER. (online). Vol. 2.No. 1,
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer/article/view/ 1483/1440, diakses 15 September 2015)
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Brenner.M.E.1998. Development of Mathematical Communication in Problem Solving Groups By Language Minority Students. University of Santa Barbara: California (online) Bilingual Research Journal 22:2,3&4 Spring,
Summer &
Fall,(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.119.5920& rep=rep1&type=pdf, diakses 9 Januari 2016)
Crede, M & Kuncel, N. 2008. The third Pillar Supporting Collegiate Academic Performance. Association for Psychological Science. (online) Volume 3
Number 6,
(https://www.researchgate.net/publication/239575112_Study_Habits_Skill s_and_Attitudes_The_Third_Pillar_Supporting_Collegiate_Academic_Per formance, diakses 10 Oktober 2015)
Depdiknas. 2003. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta (online) http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, diakses 31 Oktober 2015
197
. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Djamarah, S. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djali. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Effendi, L. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Bandung: Pascasarjana UPI. Jurnal Penelitian Pendidikan, (online). Vol.13 No. 2 Oktober 2012. ISSN 1412-X, (http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf, diakses 15 Oktober 2015)
Elfrida. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Medan: UNIMED
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk: Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-ilmuTeknik, Biologi. Bandung: Armico
Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. Of
Physics, Indiana University (online)
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Jaya, I. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Medan: Citapustaka Media Perintis
Jato, M, Ogunniyi, S &Olubiyo, O. 2014. Study habits, use of school libraries and
students’ academic performance in selected secondary schools in Ondo
West Local Government Area of Ondo State. Adeyemi College o Education, Bab Fafunwa Library, P.M.B 520, Ondo, Ondo State, Nigeria. (online), Vol.6(4), pp. 57-64, October 2014, (http://www.academicjournals.org/IJLIS, diakses 31 Oktober 2015)
Kerlinger.F.N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavioral Edisi Ketiga. Yogyakarta: GajahMada University Press.
198
Mahmudi, A & Sumarmo, U. 2011. Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Minds (MHM) Berbasis Masalah Terhadap Kreativitas Siswa. FMIPA UNY dan Pascasarjana UPI. Cakrawala Pendidikan, (online), Juni 2011,
Th.XXX, No.
Mahmudi, A. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika.UNY. Jurnal MIPMIPA UNHALU, (online) Volume8, Nomor 1, Febuaru 2009, ISSN 1412-2318,
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU%202008 %20_Komunikasi%20dlm%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf, diakses 21 Oktober 2015)
Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika
SMK. Yogyakarta: PPPPTK,. (Online)
(http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/38-penemuan-terbimbing-matematika-smk.pdf, diakases 1 september 2015)
Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika antara Siswa yang diberi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung. Tesis. Medan: UNIMED.
Muhlisrarini, & Hamzah, A. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matemtika. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Mulyati, 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Muraina. Nyorere & Emana. 2014. Impact Of Note Taking And Study Habit On Academic Performance Among Selected Secondary School Students In Ibadan, Oyo State, Nigeria. International Journal of Education and Research, (online), Vol 2 No.6 June 2014.ISSN2201-6740, (http://www.ijern.com/journal/June-2014/34.pdf, diakses 3 Nopember 2015)
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM
199
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Ozsoy,G. Memis, A & Temur, T. 2009. Metacognitive, study habits and attitudes. Turkey: Internasioanl Electronic Journal of Elemtary Education. (online).
Vo:2, Issue 1.
ISSN:1307-9298.(http://iejee.com/files/1/articles/article_5511844963bae/IEJEE_5511 844963bae_last_article_5517c2d45a7e8.pdf, diakses 15 Januari 2016)
Purwanto, N. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja.
Riska Novia Sari, 2014. Peningkatan kemampuan penalaran, komunikasi matematis dan keyakinan kemandirian belajar siswa SMP melalui pembelajaran penemuan terbimbing. Tesis. Bandung: UPI.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya. W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Saylan, A. 2013. Perbedaan Kemampuan Komunikasi dan Kreativitas Matematik antara Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran penemuan Terbimbing Berbasis Masalah Open Ended dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Ekspositori. Tesis. Medan: UNIMED.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.
Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito
. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen.Bandung: Tarsito.
200
Syarah, F. 2013. Peningkatan Kemampuan Spasial Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Medan: UNIMED.
Syah, M. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Takdir Illahi, M. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational
Skill Yogyakarta: Diva Press.