• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat yang Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Salam 25%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat yang Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Salam 25%"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT

YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN

EKSTRAK DAUN SALAM 25%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ROMAULI MARGARETH

NIM. 090600065

PEMBIMBING

SUMADHI S., drg., PhD.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Tahun 2013

Romauli Margareth

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat yang Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Salam 25%

xiii + 38 halaman

(3)

dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 22 Juli 2013

Pembimbing Tanda tangan

Sumadhi S., drg., Ph.D ...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di tim penguji pada tanggal 22 Juli 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes.

ANGGOTA : 1. Sumadhi S., drg., Ph.D

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik, untuk ini dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp. Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Sumadhi S, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruf staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan yang berharga kepada penuulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Darwis Aswal, drg. selaku dosen wali yang selalu membimbing penulis selama penulis kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

7. Maya Fitria , SKM, M.Kes., selaku konsultan statistik yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statitistik penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Untuk teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU 2012, Linir, Ipeh, Cindy, Dita, Indah, Raja, Tuti, Prida, Ka Ryanda atas dukungannya. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2009, Epifeni, Debora, Rachel, Handini, Sri Dewi, Sri Fitria, Maria Jenita, Yohana, Yulisha, Bekka, Juliana, Febby, Ruth, Dewi, Dameria, Ayu, Karsa, Tellia, Simon, Chris, Adi Cakra atas dukungan doa, tenaga dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada teman-teman dan asisten Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi USU, Bg Deni, Kak Cut, Helen, Yolin, Ruth, Betty. Mereka yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, Bg Muktar, Ka Citra, Ester, Mutia, dan Vivi.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi. Saran dan kritik yang membangun bagi penulis sangat diharapkan.

Medan, 27 Juni 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ...

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

(9)

2.4 Larutan Ekstrak Daun Salam 25% Sebagai Bahan Penghambat

Penghambat Pertumbuhan Mikroorganisme ... 10

2.5 Gypsum ... 12

3.5 Kriteria Inklusif dan Kriteria Eksklusif ... 17

3.5.1 Kriteria Hasil Cetakan 3.5.1.1 Kriteria Inklusif Hasil Cetakan ... 17

3.9.2 Pengambilan Cetakan dengan Bahan Cetak Alginat ... 27

3.9.3 Perlakuan pada Hasil Cetakan ... 28

3.9.4 Pengukuran Sampel ... 29

3.10 Analisa Data ... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 30

4.1 Hasil Penelitian ... 30

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 32

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi Bahan Cetak Kedokteran Gigi ... 6

2 Komposisi Bubuk Alginat dan Fungsinya ... 7

3 Hasil Pengukuran, Median, dan Range Diameter Alas Die Stone Kelompok Kontrol dan Perendaman dengan Waktu 5, 10, 15, dan 20 menit ... 33

4 Perubahan Dimensi pada Alas Die Stone ... 34

5 Tabel Uji Normalitas Data dengan Uji Shapiro-Wilk... 35

6 Tabel Uji Kruskal-Wallis ... 35

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Daun salam (Eugenia polyantha Wight) yang sedang dikeringkan ... 10

2 Master die kuningan ... 19

3 Ring cetak ... 20

4 Alat pencetak khusus ... 20

5 Kaliper digital ... 20

6 Timbangan digital ... 20

7 Stopwatch ... 21

8 Lemari pengering ... 21

9 Erlenmeyer 500 ml ... 21

10 Gelas beker 500 ml ... 22

11 Gelas ukur 1.000 ml ... 22

12 Corong kaca besar ... 22

13 Kertas perkamen ... 22

14 Kertas saring ... 23

15 Botol kaca gelap ... 23

(14)

17 Waterbath ... 23

18 Daun salam segar ... 24

19 Bahan cetak alginat ... 24

20 Dental stone ... 24

21 (a) Daun salam dikeringkan dalam lemari pengering ... 25

(b) Serbuk daun salam ... 25

22 (a) Serbuk daun salam yang direndam dalam etanol destilasi 96% ... 26

(b) Ekstrak daun salam yang sedang disaring ... 26

23 Ekstrak dikentalkan dengan alat penangas ... 26

24 Ring cetak berisi alginat ... 27

25 Pencetakan master die ... 27

26 Hasil cetakan ... 28

27 Hasil cetakan diisi dengan dental stone ... 28

28 Media perendaman ... 29

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Alur Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Salam 25% ...

2 Alur Penelitian ...

3 Rincian Biaya Penelitian ...

4 Hasil Analisis Data Penelitian ...

5 Surat Keterangan Penelitian ...

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alginat adalah bahan cetak hidrokoloid irreversibel yang elastis dan merupakan salah satu material kedokteran gigi yang paling sering digunakan1. Hal ini disebabkan oleh karena alginat mudah dimanipulasi, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan2. Penggunaan umum bahan hidrokoloid ireversibel ini jauh melampaui penggunaan bahan cetak lain yang ada. Pada umumnya, bahan cetak alginat digunakan untuk mencetak dalam pembuatan model diagnostik atau model studi3.

(16)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Tahun 2013

Romauli Margareth

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat yang Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Salam 25%

xiii + 38 halaman

(17)

dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit.

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Alur Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Salam 25% ...

2 Alur Penelitian ...

3 Rincian Biaya Penelitian ...

4 Hasil Analisis Data Penelitian ...

5 Surat Keterangan Penelitian ...

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alginat adalah bahan cetak hidrokoloid irreversibel yang elastis dan merupakan salah satu material kedokteran gigi yang paling sering digunakan1. Hal ini disebabkan oleh karena alginat mudah dimanipulasi, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan2. Penggunaan umum bahan hidrokoloid ireversibel ini jauh melampaui penggunaan bahan cetak lain yang ada. Pada umumnya, bahan cetak alginat digunakan untuk mencetak dalam pembuatan model diagnostik atau model studi3.

(19)

menyusut (shrinkage) oleh sineresis. Sementara, bila cetakan ditempatkan di dalam air, air akan diabsorbsi dan cetakan mengembang (expand) disebut dengan imbibisi. Alginat akan mengembang selama imbibisi sehingga mengubah dimensi awalnya.3,4

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan cetak adalah stabilitas dimensi dari bahan cetak tersebut. Stabilitas dimensi bahan cetak alginat dipengaruhi oleh berkontaknya bahan cetak tersebut dengan udara, dan perendaman pada larutan air dan desinfektan.4,5

Infeksi silang dapat terjadi antara pasien dengan dental health care personel, yaitu dokter gigi, perawat, dan teknisi laboratorium. Hal ini dikarenakan besar kemungkinan pasien dan dokter gigi akan terpapar oleh darah dan material lainnya yang berpotensi sebagai sumber infeksi patogen.5

Dokter gigi, stafnya dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Rongga mulut merupakan salah satu tempat dalam tubuh yang mengandung mikro-organisme dengan populasi dan keanekaragaman paling tinggi dibanding tempat lain. Kontaminasi dari rongga mulut dan luka terbuka dapat disebarkan oleh udara, air, debu, aerosol, percikan atau droplets, sekresi saluran pernafasan, plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan debris.6,7

Dokter gigi kemungkinan terkena mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti pilek, pneumonia, tuberculosis, herpes dan hepatitis termasuk AIDS. Terutama sejak munculnya AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), kesadaran adanya potensi jalur infeksi silang ketika mempergunakan bahan cetak meningkat.5,6

(20)

Ada beberapa jenis cairan yang dapat dipakai sebagai bahan desinfektan dalam bentuk spray maupun cairan rendam seperti Chlorine solution, Aldehyde solution, Iodine solution atau iodophors 1%, dan Phenols.6

Lu, dkk pada tahun 2004 menyatakan bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan disinfektan glutaraldehid 2% selama 20 menit tidak mempengaruhi keakurasian cetakan dan dapat dipergunakan secara klinik. Panza, dkk pada tahun 2006 dalam penelitiannya menyatakan bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit 1 % selama 10 menit dan dalam larutan glutaraldehyde 2% selama 10 dan 15 menit dalam larutan sodium hipoklorit 1% terjadi perubahan dimensi, tetapi pada perendaman 15 menit dalam larutan sodium hipoklorit 1% terjadi perubahan dimensi yang signifikan. Oderinu, dkk pada tahun 2007 dengan menggunakan bahan cetak alginat mendapatkan bahwa tidak terjadi perubahan dimensi hasil cetakan dengan perendaman dalam sodium hipoklorit 1% selama 10 menit. Pada perendaman 20 dan 30 menit terlihat perubahan yang signifikan. Dengan teknik penyemprotan tidak terlihat perubahan dimensi.6,10,11

Selain bahan yang telah disebutkan, ada beberapa bahan yang berasal dari tanaman herbal yang digunakan sebagai bahan penghambat pertumbuhan bakteri, yaitu tanaman kemukus, mimba, sambiloto, kunyit dan bawang putih. Beberapa herbal lainnya digunakan sebagai bahan antijamur, yaitu lidah buaya, jambu mete, dan daun jeruk purut. Selain itu, tanaman herbal juga digunakan sebagai analgetika, antiinflamasi, antiplaque, dan anti odor.Salah satu tanaman obat yang dikenal ialah daun salam. 12,13

(21)

Hasil penelitian Noveriza pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ekstrak daun salam dapat menghambat pertumbuhan vegetatif Fusarium oxysporum. Pada media cair, ekstrak daun salam efektif menurunkan jumlah konidia dan berat hifa. Ekstrak daun salam juga mampu menghambat perkecambahan spora. Persentase penghambatan perkecambahan konidia pada perlakuan ekstrak daun salam 3% sebesar 84,67% setelah 4 jam inkubasi.13 Sementara itu menurut Sumono pada tahun 2008, ekstrak daun salam 60% dan 80% dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik.14

Hasil penelitian Andini, dkk pada tahun 2010 mengenai pengaruh lama perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun salam 25% menunjukkan adanya penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dari kelompok kontrol positif, perendaman selama 3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Selain itu, ekstrak daun salam juga dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan bersifat bakterisidterhadap Vibrio cholera dan Escherichia coli enteropatogen.13,15

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak daun salamdapat mengurangi jumlah koloni Streptococcus sp. dalam sampel yang dibilas dengan larutan Eugenia polyantha Wight 100%, 75%, dan 50%.14

Sejauh ini belum ada penelitian yang meneliti tentang perubahan dimensi hasil cetakan setelah direndam ke dalam larutan ekstrak daun salam sebagai bahan penghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti stabilitas dimensi hasil cetakan dari bahan cetak alginat ke dalam larutan ekstrak daun salam.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5, 10, 15, dan 20 menit.

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan perubahan dimensi antara hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5, 10, 15 dan 20 menit dengan hasil cetakan alginat yang tidak direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25%.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat penelitian ini adalah agar praktisi dapat mengetahui ada tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan yang diisi dental stone setelah hasil cetakan direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25%.

b. Bagi ilmu material dan teknologi kedokteran gigi agar penelitian ini dapat menjadi referensi untuk perkembangan ilmu material dan teknologi kedokteran gigi.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kedokteran gigi, bahan cetak digunakan terutama untuk meniru bentuk gigi, selain itu juga untuk membuat restorasi dan preparasi untuk perawatan restoratif, dan juga bentuk dari jaringan keras dan lunak lainnya.3

(24)

Tabel 1. Klasifikasi Bahan Cetak Kedokteran Gigi16

2.1 Bahan Cetak Alginat

Alginat berasal dari rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) yang bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir yang aneh yang disebut algin.2,17 Substansi alami ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam anhydro-ß-d-mannuronic (disebut juga asam alginik). Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, ammonium larut dalam air.2

Bahan cetak alginat mengandung sodium alginate, kalsium sulfat, sodium fosfat, diatomaceous earth, oksida seng, potassium titanium fluor.1 Menurut ANSI-ADA Spesification No.18 (ISO 1563 [1992]) komposisi alginat dan fungsinya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. Komposisi Bubuk Alginat dan Fungsinya17

Komponen Fungsi

Sodium atau potassium alginate Sebagai pelarut dalam air

Kalsium sulfat Bereaksi dengan sodium alginat membentuk gel

kalsium alginat tidak larut air.

Sodium fosfat Bereaksi khusus dengan ion kalsium untuk

(25)

Diatomaceous earth atau silicate powder

Untuk mengontrol konsistensi campuran dan fleksibilitas cetakan.

Potassium sulfat atau potassium

seng florida Untuk mempercepat pengerasan stone.

Organic glycol Untuk melindungi partikel bubuk dari debu

Pigmen Untuk pewarna

Quaternary ammonium

compounds atau klorheksidin Sebagai bahan disinfektan

Fenilalanin Sebagai pemanis

Alginat dicampur dengan air hingga menjadi campuran yang diinginkan.Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol, dimana campuran tersebut bersifat gel irreversibel beberapa menit setelah pencampuran.2,17,18 Jumlah relatif air dan bubuk alginat memengaruhi fleksibilitas alginat yang sudah keras. Campuran yang kental akan menghasilkan fleksibilitas yang lebih rendah.6

Bahan cetak alginat diproduksi dalam kemasan kantung tertutup dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah besar dalam kaleng.2

2.2 Sifat Bahan Cetak Alginat

Bahan cetak alginat merupakan gel yang bersifat hidrofilik, sebagian besar struktur dari gel tersebut diisi oleh air. Apabila volume air dalam gel berubah, volume alginat akan menyusut atau mengembang dan mempengaruhi stabilisasi dimensi.19 Ini merupakan sifat bahan cetak alginat yaitu sineresis dan imbibisi.

2.2.1 Sineresis

(26)

menyusut (shrinkage) oleh sineresis.3,4 Segera setelah cetakan dikeluarkan dari dalam mulut dan terkena udara pada temperatur ruangan, pengerutan yang berhubungan dengan sineresis dan penguapan akan terjadi.Sineresis tersebut akan menyebabkan alginat mengalami perubahan dimensi.2

Penyimpanan pada udara dengan relative humidity 100% menghasilkan perubahan dimensi terkecil. Gel alginat bagaimanapun akan menyusut walaupun pada kondisi relative humidity 100% sebagai hasil proses sineresis, dimana air terbentuk pada permukaan cetakan.5,17 Idealnya, hasil cetakan segera diisi setelah didisinfeksi. Jika cetakan harus disimpan sampai dapat diisi setelah beberapa jam kemudian, cetakan tersebut harus disimpan dalam keadaan humidity (kelembaban) 100% dengan menggunakan handuk yang lembab dan disimpan dalam kantung plastik tertutup.2,3

2.2.2 Imbibisi

Bila cetakan alginat direndam dalam air, air akan diabsorbsi dan cetakan mengembang (expand) yang disebut dengan imbibisi. Gel dapat mengalami perubahan dimensi oleh karena proses imbibisi.2 Penelitian mengenai perubahan dimensi alginat menegaskan, penyimpanan alginat harus dalam jangka waktu sesingkat mungkin dan juga pembuatan dari model atau die harus diproses sesegera mungkin setelah cetakan dibuat.18

2.3 Bahan Desinfektan

(27)

Ada beberapa jenis cairan yang dapat dipakai sebagai bahan desinfektan dalam bentuk spray maupun cairan rendam seperti6:

a. Chlorine solution, cenderung berbahaya untuk kulit, mata dan lain sebagainya, dapat memutihkan pakaian, mempunyai bau yang kurang menyenangkan dan sangat korosif terhadap logam.

b. Aldehyde solution, mempunyai bau yang mencekik dan iritasi terhadap kulit dan mata. Produk-produk komersial biasanya dibuat dari cairan berbasis glutaraldehyde daripada cairan berbasis formaldehyde. Glutaraldehyde 2% merupakan disinfektan pilihan.

c. Iodine solution atau iodofor 1% d. Phenols.

Efek disinfektan pada akurasi dan stabilisasi dimensi bahan cetak sedang dipelajari secara luas. Bahan cetak alginat mengalami perubahan dimensi yang sangat signifikan bila direndam dalam glutraldehyde, formaldehyde, atau sodium hypochlorite lebih dari 15 menit dan juga dengan penyemprotan dan dibiarkan kontak dengan derifat fenol selama 30 menit. Sodium hypochlorite juga menyebabkan dissolusi sebagian pada bahan cetak alginat.6

2.4 Larutan Ekstrak Daun Salam 25% Sebagai Bahan Penghambat

Pertumbuhan Mikroorganisme

WHO menyatakan sebagian besar dari populasi penduduk di dunia bergantung pada obat-obatan tradisional sebagai pengobatan pertama. Tanaman obat dan aromatik merupakan sumber daya alam yang digunakan secara luas sebagai obat-obatan. Informasi yang diperoleh tentang kandungan zat aktif dalam herbal bersifat setara dengan obat modern.12,21

(28)

kesehatan masyarakat, membuat masyarakat sehat dan tidak terikat pada import bahan-bahan baku obat modern.12

Salah satu kemampuan obat tradisional adalah sebagai antibakteri yaitu tanaman kemukus, mimba, sambiloto, kunyit, dan bawang putih. Tanaman herbal juga digunakan sebagai anti jamur, yaitu tanaman lidah buaya dan jambu mete.12 Masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan pada umumnya memanfaatkan tanaman obat, salah satunya adalah daun salam (Eugenia polyantha W) sebagai obat kumur, seperti yang terlihat pada gambar 1.21

Gambar 1. Daun salam (Eugenia polyantha Wight)

Secara ilmiah, daun salam bernama Eugenia polyantha Wight dengan sinonim Eugenia lucidula miq dan Syzyqium polyanthum Wight. Taksonomi menempatkan tanaman ini dalam divisi Spermatophyte, subdivisi Pinophyta, klas Coniferopsida, famili Eugenia, genus Myricales, dan spesies Eugenia polyanthum (Wight).14

Dalam beberapa daerah dan provinsi di Indonesia, daun salam dikenal sebagai meselangan (Sumatera), ubar serai (Melayu), salam (Jawa,Sunda,Madura), gowok (Sunda), manting (Jawa) atau kastolam (Kangean).14

Daun dari tanaman salam juga dapat digunakan sebagai obat katarak, stroke, asam urat, kolesterol, diabetes, gatal-gatal, dan radang lambung.14

(29)

alami yang paling sering ditemukan dalam tanaman, flavonoid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Minyak atsiri memiliki kemampuan antibakteri dan antifungal, serta antioksidan.14

Dalam kedokteran gigi sendiri, daun salam digunakan di bidang konservatif dan endodontik dalam perawatan pulpitis. Dimana dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa Eugenia polyantha Wight dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus sp dalam sampel yang dibilas dengan larutan Eugenia polyantha Wight 100%, 75%, dan 50%.14

Selain itu, daun salam juga digunakan dalam prostodontik sebagai bahan pembersih gigi tiruan. Ekstrak daun salam 40%, 60%, dan 80% dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik.14

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sumono dan Wulan pada tahun 2009, membuktikan bahwa berkumur dengan air rebusan daun salam dapat mengurangi jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. Semakin tinggi konsentrasi rebusan daun salam, jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. semakin sedikit.20

Pada penelitian yang dilakukan oleh Andini, dkk pada tahun 2010, dapat disimpulkan bahwa perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 25% selama 3 menit telah dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans.15

2.5 Gypsum

Ada beberapa bahan yang dapat dipakai sebagai bahan untuk die atau model seperti stone gips, epoxy resin, polyurethane, dan silverplated method . Gips dipergunakan sebagai bahan pengisi cetakan dalam berbagai jenis seperti model plaster, dental stone dan high-expansion dental stone.5 Secara kimiawi, gypsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4 ● 2H2O) murni.2

Terdapat 5 jenis gipsum yang terdaftar oleh Spesifikasi ADA No. 25

(30)

a. Impression plaster (Tipe I). Plaster jenis ini terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.

b. Model plaster (Tipe II). Disebut juga plaster laboratorium, digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup.

c. Dental stone (Tipe III). Stone tipe ini lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi protesa, karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai.

d. Dental stone, Kekuatan Tinggi (Tipe IV). Memiliki rata-rata kekerasan lebih tinggi dari stone tipe III.

e. Dental stone, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V). Memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone tipe IV. Kekuatan ini diperoleh dengan menurunkan lebih jauh rasio W:P.

(31)

2.6 Kerangka Teori

Bahan Cetak

Kaku Elastis

- Impression compound - Zinc oxide eugenol

Hidrokoloid Elastomer

- Polisulfid - Polieter

(32)

2.7 Kerangka konsep

Bahan cetak alginat

Hasil cetakan alginat P/W rasio

Temperatur

Viskositas

Setting time

Komposisi Sifat

Sineresis Imbibisi

Expand Shrinkage

Desinfeksi

Bahan alami Bahan

Kimia

Penyemprotan Perendaman

(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian: Eksperimental laboratorium

3.2 Desain Penelitian: Posttest only control group design

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi USU Perendaman dalam larutan

ekstrak daun salam 25%

Perubahan dimensi hasil cetakan alginat

Sifat alginat: imbibisi Langsung diisi dengan

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian: Eksperimental laboratorium

3.2 Desain Penelitian: Posttest only control group design

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi USU Medan dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi USU Medan.

Perendaman dalam larutan ekstrak daun salam 25%

Perubahan dimensi hasil cetakan alginat

Sifat alginat: imbibisi Langsung diisi dengan

(35)

3.4 Sampel dan Besar Sampel

3.4.1 Sampel

Die merupakan hasil isian dentalstone pada hasil cetakan alginat.

3.4.2 Besar Sampel:

Penghitungan besar sampel dilakukan dengan mengunakan Rumus Frederer berikut :

Dengan rumus ini akan digunakan t=5 karena melakukan 5 grup dengan perlakuan berbeda, maka besar sampel untuk setiap cetakan alginat adalah:

(t-1) (r-1) ≥ 15

Berdasarkan hasil perhitungan sampel untuk tiap grup cetakan alginat adalah minimal 5 buah, maka peneliti mengambil besar sampel 10 buah untuk tiap grup cetakan.

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.5.1 Kriteria Hasil Cetakan

(36)

2. Master die terletak di tengah-tengah hasil cetakan.

3.5.1.2 Kriteria Eksklusi Hasil Cetakan:

1. Cetakan yang sobek. 2. Cetakan yang poreus.

3. Cetakan yang terlepas dari ring cetak.

4. Cetakan yang tidak mencakup keseluruhan master die.

3.5.2 Kriteria Die Stone

3.5.2.1 Kriteria Inklusi Die Stone

1. Die stone dengan permukaan licin. 2. Die stone yang utuh.

3.5.2.2 Kriteria Eksklusi Die Stone

1. Die stone yang poreus. 2. Die stone yang retak

3. Die stone yang tidak mencakup keseluruhan hasil cetakan.

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas:

Waktu perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak daun salam 25%, yaitu 5, 10, 15, dan 20 menit.

(37)

Perubahan dimensi hasil cetakan alginat.

3.6.3 Variabel Terkendali:

1. Rasio alginat dan air (4,2 gr / 10 ml). 2. Rasio gips stone dengan air (5 gr / 1,5 ml).

3. Jumlah larutan ekstrak daun salam 25% sebanyak 30 ml. 4. Pencetakan dilakukan dengan alat pencetak khusus.

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali:

1. Kecepatan pengadukan bahan cetak alginat. 2. Kecepatan pengadukan dental stone.

3. Temperatur ruangan. 4. Kelembaban ruangan.

5. Cara melepaskan cetakan dari master die. 6. Cara melepaskan die stone dari hasil cetakan.

3.7 Defenisi Operasional

1. Perubahan dimensi adalah perbedaan ukuran sampel atau die stone sesudah perendaman dibandingkan dengan ukuran master die.

2. Hasil cetakan adalah hasil yang diperoleh dengan cara mencetak master die dengan alginat yang dibuat dengan mencampurkan 4,2 gram bubuk alginat dengan 10 ml air, kemudian diisi dengan stone gips yang dibuat dengan mencampurkan 5 gram bubuk dental stone dengan 1,5 ml air. 3. Larutan ekstrak daun salam 25% adalah hasil proses pengambilan sari

(38)

3.8.1 Alat Penelitian

A. Pembuatan Die

1. Master die kuningan,

Ukuran diameter dasar 7,80 mm, diameter puncak 6,80 mm, tinggi 10 mm

Gambar 2. Master die kuningan

2. Ring cetak

Ukuran diameter dalam 10 mm, diameter luar 12 mm, tinggi 15 mm.

Gambar 3. Ring cetak

3. Alat pencetak khusus

Gambar 4. Alat pencetak khusus

(39)

Gambar 5. Kaliper digital

5. Rubber bowl dan spatula 6. Spuit (OneMed, Indonesia) 7. Timbangan digital

Gambar 6. Timbangan digital

8. Stopwatch

Gambar 7. Stopwatch

9. Wadah untuk merendam (Kenmaster)

10. Wadah untuk menyimpan die stone (Kenmaster) 11. Lecron mass (Hanz, Italy)

B. Pembuatan Ekstrak Daun Salam

(40)

Gambar 8. Lemari pengering

3. Erlenmeyer 500 ml (Pyrex, USA)

Gambar 9. Erlenmeyer 500 ml

4. Blender (Cosmos CB-180, Indonesia) 5. Gelas beker 500 ml (Pyrex, USA)

Gambar 10. Gelas beker 500 ml

(41)

Gambar 11. Gelas ukur 1.000 ml

7. Corong kaca besar

Gambar 12. Corong kaca besar 8. Toples kaca besar

9. Kertas perkamen

Gambar 13. Kertas perkamen

10. Kertas saring

Gambar 14. Kertas saring

11. Botol kaca gelap

(42)

12. Electronic balance (Ohyo jp26000, Japan) dan vacuum rotary evaporator (Heidolph vv 2000, Germany)

Gambar 16. Electronic balance dan vacuum rotary evaporator

13. Alat penangas

Gambar 17. Alat penangas

3.8.2 Bahan Penelitian

1. Daun salam segar

Gambar 18. Daun salam

(43)

3. Aquadest

4. Bahan cetak alginat ( GC Aroma Fine Plus Normal Set, Japan)

Gambar 19. Alginat

5. Dental stone tipe III ( Moldano, Germany)

Gambar 20. Dental stone

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Salam 25%

Untuk memperoleh larutan ekstrak daun salam 25% dilakukan dengan cara maserasi berdasarkan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia22 dan Sediaan Galenik23 yaitu dengan cara sebagai berikut.

(44)

b. Kemudian dimasukkan ke dalam lemari pengering dengan suhu 40-50°C. Proses pengeringan dilakukan sampai daun salam mudah diremukkan (± 1 minggu). Bahan yang telah kering diserbuk dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Serbuk disimpan dalam kantung plasik untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain

(a) (b)

Gambar 21. (a) Daun salam dikeringkan dalam lemari pengering,

(b) Serbuk daun salam

c. Untuk mendapatkan ekstrak daun salam 25%, maka dilakukan :

(45)

(a) (b)

Gambar 22. (a) Serbuk daun salam yang direndam dalam etanol destilasi 96%, (b) Ekstrak daun salam yang sedang disaring

Kemudian ampas ditambahkan pelarut (etanol) secukupnya sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 10.000 ml, kemudian dienap tuang selama 2 hari.

d. Hasil ekstraksi diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih 40°C. Lalu dikeringkan dengan alat penangas selama 2 hari sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 226 ml.

Gambar 23. Ekstrak dikentalkan dengan alat penangas

e. Kemudian dilakukan pengenceran ekstrak kental daun salam dengan menggunakan akuades, yaitu setiap 2,5 ml ekstrak daun salam diencerkan dengan akuades 7,5 ml untuk mendapatkan larutan ekstrak daun salam 25%. Pengenceran dilakukan setiap akan melakukan penelitian sebanyak 30 ml sebagai media perendaman.

(46)

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan P/W rasio yang sesuai dengan petunjuk pabrik pada rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

2. Bahan cetak dimasukkan ke dalam ring yang sudah ditandai sebelumnya.

Gambar 24. Ring cetak berisi alginat

3. Pencetakan dilakukan pada master die yang dipasang pada alat pencetak khusus sebagai model selama lima menit, pencetakan master die dilakukan pada tengah ring cetak.

Gambar 25. Pencetakan master die

(47)

Gambar 26. Hasil cetakan

3.9.3 Perlakuan pada Hasil Cetakan

Masing-masing 10 sampel diperlakukan sebagai berikut:

1. Sepuluh cetakan sebagai kelompok kontrol, langsung diisi dengan dental stone tipe III.

Gambar 27. Hasil cetakan diisi dengan dental stone

2. Sepuluh cetakan direndam dalam larutan daun salam 25% sebanyak ± 30 ml selama 5 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

3. Sepuluh cetakan direndam dalam larutan daun salam 25% sebanyak ± 30 ml selama 10 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

4. Sepuluh cetakan direndam dalam larutan daun salam 25% sebanyak ± 30 ml selama 15 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

(48)

Gambar 28. Media perendaman

3.9.4 Pengukuran Sampel

Setelah semua die stone diperoleh dan diberi tanda dilakukan pengukuran diameter pada alas die stone dengan menggunakan kaliper digital untuk medapatkan data-data yang diperlukan.

Gambar 29. Die stone yang diberi tanda pengukuran

3.10 Analisa Data

Untuk melihat perbedaan ukuran die stone sebagai kontrol dengan die stone dari hasil cetakan alginat yang telah diberi perlakuan dengan perendaman dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5, 10, 15, dan 20 menit, dilakukan uji data dengan Kruskal-Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan menggunakan program analisa data SPSS.

BAB 4

(49)

4.1 Hasil Penelitian

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 sampel untuk setiap kelompok. Hasil pengukuran diameter alas die stone pada kelompok kontrol dan perendaman dengan waktu 5, 10, 15, 20 menit dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran, Median, dan Range Diameter Alas Die Stone Kelompok Kontrol dan Perendaman dengan Waktu 5, 10, 15, dan 20

menit

Dari data pengukuran di atas, diperoleh perbedaan ukuran diameter alas dari die stone tersebut dibandingkan dengan ukuran master die.

Tabel 4. Perubahan Dimensi pada Alas Die Stone

No. Kontrol 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit

(50)

2 0 0 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.06 (-)0.00769 (-)0.06 (-)0.00769

3 (+)0.01 (+)0.0012 0 0 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.07 (-)0.00897 (-)0.10 (-)0.01282

4 0 0 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.02 (-)0.00256 (-)0.20 (-)0.02564 (-)0.06 (-)0.00769

5 0 0 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.04 (-)0.00513 (-)0.05 (-)0.00641 (-)0.09 (-)0.01154

6 0 0 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.03 (-)0.00385 (-)0.04 (-)0.00513 (-)0.09 (-)0.01154

7 0 0 0 0 (-)0.05 (-)0.00641 (-)0.14 (-)0.01795 (-)0.06 (-)0.00769

8 0 0 0 0 (-)0.03 (-)0.00385 (-)0.02 (-)0.00256 (-)0.08 (-)0.01026

9 (-)0.01 (-)0.0012 (-)0.01 (-)0.00128 (-)0.02 (-)0.00256 (-)0.04 (-)0.00513 (-)0.20 (-)0.02564

10 (+)0.01 (+)0.0012 0 0 (-)0.02 (-)0.00256 (-)0.17 (-)0.02179 (-)0.16 (-)0.02051

MEDIAN 0 0 (-)0.010 (-)0.001 (-)0.020 (-)0.002 (-)0.060 (-)0.007 (-)0.085 (-)0.010

RANGE 0.02 0.002564 0.01 0.001282 0.04 0.005128 0.18 0.023077 0.14 0.017949

Keterangan: (+) : Ukuran die stone lebih besar dari master die. (-) : Ukuran die stone lebih kecil dari master die.

Dari tabel diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman, maka median perubahan dimensi ukuran alas die stone akan semakin besar. Hal ini dapat terlihat dari grafik berikut.

Grafik 1. Persentase Nilai Tengah Perubahan Dimensi

(51)

Sebelum dilakukan uji analitik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data sampel penelitian terdistribusi normal atau tidak.

Tabel 5. Tabel Uji Normalitas Data dengan Uji Shapiro-Wilk

Kelompok

Dari tabel uji normalitas di atas diperoleh hasil uji bahwa karena p-value (kolom sig) pada tabel uji Shapiro-Wilk kurang dari 0.05, maka Ho ditolak, yaitu berarti data yang diambil dari populasi tak terdistribusi normal.

Kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk melihat perubahan dimensi pada diameter alas die stone dari data sampel penelitian yang tidak terdistribusi normal dengan p-value (probabilitas) < 0.05.

Tabel 6. Tabel Uji Kruskal-Wallis

(52)

Pada tabel di atas dapat terlihat pada kolom Asymp. Sig. diperoleh nilai p-value = 0.0001, sehingga Ho ditolak. Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan bermakna pada tiap rata-rata kelompok perlakuan (pada kelompok kontrol, perendaman 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit).

Setelah didapat perbedaan yang signifikan, dapat dilakukan uji analisis lanjutan, yaitu Mann-Whitney untuk membandingkan perbedaan antara hasil die stone sebagai kontrol dengan die stone yang dilakukan perendaman.

Tabel 7. Tabel Uji Mann-Whitney

No. Perbandingan N Asymp. Sig. (2-tailed)

1. Kontrol

(53)

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 3 diperoleh nilai tengah atau median dari diameter alas die stone hasil cetakan kontrol pada kelompok kontrol yaitu 7,80 mm, pada kelompok perendaman 5 menit yaitu 7,79 mm, pada kelompok perendaman 10 menit yaitu 7,78 mm, pada kelompok perendaman 15 menit yaitu 7,74 mm, pada kelompok perendaman 20 menit yaitu 7,715 mm. Dari data tersebut diperoleh nilai tengah diameter alas die stone terbesar adalah pada kelompok kontrol, dan yang terkecil pada hasil cetakan yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 20 menit.

Dari data tersebut, diketahui bahwa ukuran alas die stone dari kelompok perendaman 5, 10, 15, dan 20 menit mengalami perubahan dimensi dibandingkan dengan ukuran alas master die. Ukuran alas die stone kelompok tersebut lebih kecil daripada ukuran master die. Ini menunjukkan bahwa hasil cetakan alginat mengalami expand (mengembang) oleh karena imbibisi. Sehingga ruang yang diisi oleh dental stone mengecil, dan ukuran die stone yang diperoleh semakin kecil.

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 4 didapatkan persentase nilai tengah perubahan dimensi pada kelompok kontrol adalah 0%. Persentase nilai tengah perubahan dimensi pada kelompok perendaman 5 menit adalah 0,001%. Persentase nilai tengah perubahan dimensi pada kelompok perendaman 10 menit adalah 0,002%. Persentase nilai tengah perubahan dimensi pada kelompok perendaman 15 menit adalah 0,007%. Persentase nilai tengah perubahan dimensi pada kelompok perendaman 20 menit adalah 0,010%.

(54)

Pada penelitian ini terdapat perubahan dimensi antara diameter alas sampel kontrol dengan hasil die stone dari perendaman selama 10 menit dengan signifikansi sebesar 0,0001 (p<0,05) yang artinya terdapat perubahan dimensi yang signifikan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Oderinu, dkk pada tahun 2007 dengan menggunakan bahan cetak alginat mendapatkan bahwa tidak terjadi perubahan dimensi hasil cetakan dengan perendaman dalam sodium hipoklorit 1% selama 10 menit, namun perendaman 20 dan 30 menit terlihat perubahan yang signifikan.11 Panza, dkk pada tahun 2006 dalam penelitiannya menyatakan bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit 1 % selama 10 menit dan dalam larutan glutaraldehyde 2% selama 10 dan 15 menit dalam terjadi perubahan dimensi, tetapi pada perendaman 15 menit dalam larutan sodium hipoklorit 1% terjadi perubahan dimensi yang signifikan.10

Pada penelitian ini terdapat perbedaan perubahan dimensi antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman selama 15 menit dengan signifikansi sebesar 0,0001 (p<0,05) yang artinya terdapat perubahan yang signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Panza, dkk pada tahun 2006.10

Pada penelitian ini terlihat terdapat perbedaan perubahan dimensi antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman selama 20 menit dengan signifikansi sebesar 0,0001 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan, ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oderinu,dkk tersebut yang pada perendaman 20 dan 30 menit terlihat perubahan yang signifikan.11

(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Terdapat perbedaan perubahan dimensi yang signifikan pada ukuran diameter hasil cetakan alginat dengan signifikansi sebesar 0,0001 (p<0,05) antara sampel kontrol dengan sampel setelah perendaman dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5 , 10, 15, dan 20 menit dengan persentase perubahan dimensi masing-masing sebesar 0,001%, 0,002%, 0,007%, dan 0,010%.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk penelitian yang lebih lanjut.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nandini V, Venkatesh K, nair K. Alginate impressions: a practical perspective. J Conserve Dent 2008; 11(1): 37-41.

2. Anusavice KJ. Philips: buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Alih bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Ed.10. Jakarta, 2004: EGC, 96-175.

3. Hatrick DC, Eakle WS, Bird WF. Dental materials: clinical appliance for dental assistant and dental hygienists. 2nd Ed. New York: Elsevier, 2003: 179-80.

4. Muzzafar D, Ahsan SH, Afaq A. Dimmensional changes in alginate impression during immersion in a disinfectant solution. JPMA 2011; 61(756).

5. Kohn WG, Harte JA, Malvitz DM, Collins AS, Cleveland JL, Eklund KJ. Guidelines for infection control in dental health care setting-2003. JADA 2004; 135: 33-6.

6. Sumadhi S. Perubahan dimensi hasil cetakan gigi dan mulut. Medan: USU Press, 2010: 71-4.

7. Ferani M, Herda E. Pengaruh pemakaian desinfektan terhadap sifat-sifat bahan cetak. Majalah Ceril 2005; 7. (Abstrak).

8. Rad FH, Tahereh G, Safavi SH. In vitro evaluation of dimensional stability of alginate impressions after disinfections by spray and immersion methods. J Dent Res Dent Clin Dent Prospect 2010; 4(4): 130-5.

9. Ahila SC, Subramaniam E. Effect of disinfection of hydrocolloid impressions on the surface quality of gypsum cast. The Prosthodontics and Dental Implatology (TPDI) 2011; 2(1): 4-5.

10. Panza, Vadenal LH. Evaluation of dimensional stability of impression materials immersed in disinfectant solutions using a metal tray. PUCRS 2006; 21(53): 261-5.

(57)

12. Harsini, Widjijono. Penggunaan herbal di bidang kedokteran gigi. Maj Ked Gi 2008; 15(1): 61-4.

13. Noveriza R, Miftakhurohmah. Efektivitas ekstrak methanol daun salam (Eugenia polyantha) dan daun jeruk purut (Cytrus histrix) sebagai antijamur pada pertumbuhan Fusarium oxysporum. Jurnal Littri 2010; 16(1): 6-11.

14. Sumono A, Agustin WSD. The use of bay leaf (Eugenia polyantha Wight) in dentistry. Dent J (Maj Ked Gi) 2008; 41(3): 147-50.

15. Andini RAK, Djulaeha E, Kuntjoro M. Efektivitas lama perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Journal of Prosthodontics 2010; 1: 8-13.

16. Ferracane JL. Materials in dentistry: principles and applications. 2nd Ed. Maryland: Lippincott Williams and Wilkins, 2001: 174-6.

17. Power JM. Dental materials: properties and manipulation. 9th Ed. Missouri: Mosby Inc, 2008: 172-9.

18. Carmen SS. Basic guide to dental materials. Oxford: Wiley-Blackwell, 2010: 184-6.

19. Nichols PV. An investigation of the dimensional stability of dental alginates. Dissertation. Sydney: Master of Science (Dentistry) the University of Sydney, 2006: 23-30.

20. Sumono A, Wulan A. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri streptococcus sp. Maj Farmasi Indonesia 2009; 20 (3): 112-7.

21. Luma MA. The antibacterial activity of aqueous extract of peppermint and bay leaf against Staphylococcus aureus. J Bagh College Dentistry 2011; 23 (2): 146-150.

22. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope herbal Indonesia suplemen ii. Ed. 1. 2011.

(58)

Lampiran 1. Alur Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Salam 25%

Daun salam segar Dikeringkan dalam lemari pengering (40-50oC)

Dihancurkan hingga menjadi serbuk

1 kg serbuk diekstrak dlm 7.500 ml etanol 96% selama 5 hari, lalu disaring.

Ampas diberi etanol 96% hingga sari menjadi 10.000ml, disaring, lalu dienap tuang selama 2 hari.

Hasil ekstraksi diuapkan dgn rotary evaporator lalu dikeringkan dengan alat penangas.

Ekstrak kental diencerkan dengan aquadest

(59)

Lampiran 2. Alur penelitian

Pencetakan dengan bahan cetak alginat

Hasil Cetak

Hasil cetakan segera diisi dengan

dental stone.

Hasil cetakan dengan perendaman dalam larutan ekstrak daun salam sebagai bahan penghambat bakteri.

Pengisian hasil cetakan dengan dental stone

Model die stone Model die stone

Pengukuran pada dasar die stone

Analisis data hasil

(60)

Lampiran 3. Rincian Biaya Penelitian

1. Etanol 96% Rp 299.000,00

2. Corong kaca Rp 40.000,00

3. Kertas perkamen Rp 6.000,00

4. Kertas saring Rp 10.000,00

5. Administrasi pembuatan ekstrak (sewa lab) Rp 250.000,00

6. Alginat Rp 160.000,00

7. Spuit Rp 10.000,00

8. Dental stone Rp 30.000,00

9. Tempat merendam sampel Rp 21.500,00

10. Tempat menyimpan sampel Rp 16.500,00

11. Aquadest Rp 35.000,00

12. HVS,tinta printer,kertas jilid,dll Rp 300.000,00

13. Biaya tak terduga Rp 117.800,00

+

(61)

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Skor Kontrol Mean .0010 .00180

95% Confidence Interval for

Mean

Std. Deviation .00568

Minimum .00

Maximum .01

Range .02

Interquartile Range .00

Skewness .091 .687

Kurtosis 1.498 1.334

5 menit Mean -.0060 .00163

95% Confidence Interval for

Mean

Std. Deviation .00516

Minimum .00

Maximum .00

Range .01

Interquartile Range .01

(62)

Kurtosis -2.277 1.334

10 menit Mean -.0250 .00401

95% Confidence Interval for

Mean

Std. Deviation .01269

Minimum -.05

Maximum .00

Range .04

Interquartile Range .02

Skewness -.815 .687

Kurtosis .254 1.334

15 menit Mean -.0850 .01956

95% Confidence Interval for

Mean

Std. Deviation .06187

Minimum -.20

Maximum -.02

Range .18

Interquartile Range .11

Skewness -1.036 .687

Kurtosis -.397 1.334

20 menit Mean -.0960 .01507

(63)

Mean Upper Bound -.0619

5% Trimmed Mean -.0922

Median -.0850

Variance .002

Std. Deviation .04766

Minimum -.20

Maximum -.06

Range .14

Interquartile Range .06

Skewness -1.535 .687

(64)

NPar Tests

a. Kruskal Wallis Test

(65)

Test Statisticsb

Skor

Mann-Whitney U 21.000

Wilcoxon W 76.000

Z -2.464

Asymp. Sig. (2-tailed) .014

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .029a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

NPar Tests

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 56.000

Z -3.809

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

(66)

NPar Tests

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 55.000

Z -3.866

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

(67)

Test Statisticsb

Skor

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 55.000

Z -3.880

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

NPar Tests

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 61.000

Z -3.466

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

(68)

NPar Tests

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 55.000

Z -3.848

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

(69)

Test Statisticsb

Skor

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 55.000

Z -3.862

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

NPar Tests

Mann-Whitney U 9.500

Wilcoxon W 64.500

Z -3.094

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a

a. Not corrected for ties.

(70)

NPar Tests

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 55.000

Z -3.813

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

(71)

Test Statisticsb

Skor

Mann-Whitney U 34.500

Wilcoxon W 89.500

Z -1.189

Asymp. Sig. (2-tailed) .235

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .247a

a. Not corrected for ties.

(72)

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Kontrol .370 10 .000 .752 10 .004

5 menit .381 10 .000 .640 10 .000

10 menit .253 10 .069 .903 10 .238

15 menit .296 10 .013 .838 10 .042

20 menit .267 10 .042 .775 10 .007

a. Lilliefors Significance Correction

(73)
(74)

Grafik Distribusi pada Kelompok Perendaman 10 Menit

Grafik Distribusi pada Kelompok Perendaman 15 Menit

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 2. Komposisi Bubuk Alginat dan Fungsinya17
Gambar 1. Daun salam (Eugenia polyantha Wight)
Gambar 2.  Master die kuningan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Melalui Seleksi Terbuka Lingkup Pemerintah Provinsi

Normative Social Influence: Pengaruh sosial yang didasari pada keinginan untuk disukai atau diterima oleh orang lain. Informational Social Influence : Pengaruh

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah seberapa besar persentase ibu rumah tangga yang sudah melakukan pengelolaan sampah

informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum,

Identifikasi dari analisis biplot pada data ekspor komoditi utama pada subsektor hasil industri ke negara tujuan utama menunjukkan bahwa komoditi minyak kelapa sawit dan pakaian

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa teknologi, yang sebenarnya memadai dari segi sarana prasarana, kurang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di SMA N 2

Dalam Elit lokal dengan birokrasi pemerintahan identitas etnis akan menjadi hal yan krusial dan perlu diperhatikan sehingga membaca konflik pemekaran Maluku Utara

Ini terbukti dengan adanya peningkatan dari indikator keaktifan siswa yang dapat dicapai pada siklus 2 sebesar 30,26masuk dalam kategori aktif.Penerapan model Blended