• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA (+) POSITIF PADA KLIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KENDAL KEREP KECAMATAN BLIMBING MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA (+) POSITIF PADA KLIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KENDAL KEREP KECAMATAN BLIMBING MALANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

KECAMATAN BLIMBING MALANG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

ADITYA SAPUTRA

07060013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA (+) POSITIF PADA KLIEN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KENDAL KEREP KECAMATAN BLIMBING MALANG

SKRIPSI

Disusun Oleh: ADITYA SAPUTRA

07060013

Skripsi ini telah disetujui Tanggal 20 Januari 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sujono, M.Kes Ririn Harini, S.Kep.,Ners NIP. UMM. 131.8770.94 NIP.UMM. 112.0501.0420

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Nurul Aini, M.Kep NIP. UMM. 112.0501.0419

(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawahi ini:

Nama : ADITYA SAPUTRA

NIM : 07060013

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM

Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru BTA (+) Positif Pada Klien Tuberkulosis Di Puskesmas Kendal Kerep Kecamatan Blimbing Malang.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 21 Januari 2012 Yang membuat pernyataan,

ADITYA SAPUTRA NIM. 07060013

(4)

Saya persembahkan skripsi dan gelar Sarjana ini Kepada Ayahanda tercinta :

H. Ahmad Samdaniansyah,

Ibunda tercinta Hj. Ida Herawati Majidi, kakak saya tercinta Herlin Missia Wardina, S.St. Ipar saya Brig. M. Rizady dan keponakanku tersayang

Rissia Qanita Herliza

Saya percaya bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan serta ingatlah yang namanya BAIK dan BURUK

itu tidak

akan pernah tertukar

(5)

bahagia itu ada di hati dan pikiran,

karena hati dan pikiran yang mengolahnya

bukan karena ada siapa, ada apa, dan ada dimana.

Sesungguhnya Bersama Setiap Kesulitan Selalu Ada Kemudahan

(Q. S. Al-Insyirah : 6)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru BTA (+) Positif Pada Klien Tuberkulosis Di Puskesmas Kendal Kerep Kecamatan Blimbing Malang”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang

diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Bersamaan ini perkenakanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Ayahanda H. Ahmad Samdaniansyah, Ibunda Hj. Ida Herawati Majidi dan Kakanda tersayang Herlin Missia Wardina S.St. untuk segala yang telah kalian berikan selama ini, baik itu materi, dukungan, perhatian dan juga do’anya selama saya menempuh perkuliahan di kota Malang ini.

2. Tri Lestari Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 4. Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kom selaku wali kelas

Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2007 kelas A.

5. Prof. Dr. Sujono, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan dengan maksimal saat bimbingan dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

6. Ririn Harini, S.Kep., Ners selaku pembimbing II yang telah memberikan ilmu dan menginspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala dan seluruh Staf Dinas Kesehatan Kota Malang, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di daerah kerja Puskesmas Kendal Kerep.

8. Kepala dan seluruh Staf PUSKESMAS Kendel Kerep, yang telah memberikan data, tempat, arahan dan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian.

9. Dosen-Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan.

10. Teman-teman PSIK Angkatan 2007 yang turut serta membantu dan memberikan dukungan sampai selesainya skripsi ini.

Mohon maaf atas segala kesalahan dan khilaf yang telah saya perbuat. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain dan dapat disempurnakan melalui penelitian dengan tema yang sama. Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa selalu tetap memberikan rahmat dan hidayahnya untuk kita semua saat melangkah untuk menuju masa depan yang cerah di dunia dan akhirat.

Malang, 21 Januari 2012

Penulis

(8)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU BTA (+) POSITIF PADA KLIEN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KENDAL KEREP KECAMATAN BLIMBING MALANG.

Aditya Saputra, Prof. Dr. Sujono, M.Kes, Ririn Harini, S.Kep., Ners.

INTISARI

Latar belakang : Status gizi merupakan faktor yang berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru BTA Positif. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seperti pendapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya (faktor eksternal), usia, kondisi fisik dan infeksi (faktor internal). Penyakit infeksi seperti tuberkulosis dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkenanya penyakit infeksi. Keadaan mal nutrisi akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap kuman tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi status gizi pasien dan mengidentifikasi adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru bakteri tahan asam positif pada klien tuberkulosis.

Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian 20 klien yang datang berobat ke Puskesmas Kendal Kerep Kecamatan Blimbing Malang. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Variabel independen adalah status gizi dan variabel dependen tuberkulosis paru. Analisa data yang digunakan adalah dengan uji Chie Square dan uji koefisien kontingensi C.

Hasil : Hasil dari penelitian ini didapatkan di mana nilai sig <  (0,021 < 0,05) sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis paru dan didapatkan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,528 yang artinya dapat dinyatakan kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang cukup erat karena besar koefisien tersebut lebih dari 0,5.

Kesimpulan : Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru BTA (+) positif. Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam menentukan pemilihan jenis pengobatan seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi, sehingga nantinya akan lebih selektif lagi dalam memilih dan menggunakan sarana pengobatan.

Kata kunci : Status gizi (kurus, normal, gemuk), kejadian penyakit Tuberkulosis Paru BTA (+) Positif.

(9)

THE RELATIONSHIP BETWEEN NUTRIENT STATUS WITH POSITIVE BTA (+)PULMONARY TUBERCULOSIS DISEASES OCCURRENCE AT TUBERCULOSIS CLIENT AT KENDAL KEREP

LOCAL CLINIC OF BLIMBING SUB DISTRICT, MALANG

Aditya Saputra, Prof. Dr. Sujono, M.Kes, Ririn Harini, S.Kep, Ners.

ABSTRACT

Background. Nutrient status is important factor in the positive BTA pulmonary tuberculosis disease. Many factors that influence the nutrients status such as income, education, occupation, culture (external factors), age, physical and infection condition (internal factor). Infectious disease such as tuberculosis able to worsen the nutrient condition, and bad nutrient condition able to facilitate the infectious disease infection. Malnutrition condition will influence the body resistance so susceptible to the tuberculosis. The research aimed at identifying patient nutrient status and identifying the relationship between nutrient status with the pulmonary tuberculosis disease occurrence of positive BTA to the tuberculosis client.

Method. The research used analytical observation research design with cross sectional approach. The samples are 20 clients at the Kendal Kerep local clinic of Blimbing sub district. The sampling technique in the research by using total sampling. The independent variable is nutrient status and pulmonary tuberculosis dependent variable. Data analysis by chi square and contingency coefficient test.

Results. From the research it is got that the significance value < (0.021 <0.05) so Ho is rejected that means there is significant relation between nutrient stats with the tuberculosis occurrence and got contingency coefficient of 0.528 that means it is stated that both variables have significant relation because the coefficient more than 0.5.

Conclusion. There is relationship between nutrient status with the positive BTA pulmonary tuberculosis disease. The research can be used as information addition to determine the treatment type selection along with the era development, science and technology and information, so ion the future will more selective in selecting and using the treatment means.

Keywords: nutrient status (lean, normal, fat), positive BTA (+) pulmonary tuberculosis disease occurrence

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Surat Pernyataan Keaslian Tulisan... iii

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi ... 8

2.1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ... 9

2.1.2 Penilaian Status Gizi ... 11

2.2 Definisi Tuberculosis. ... 15

2.3 Gejala Tuberculosis ... 17

2.4 Patofisiologi ... 17

2.4.1 Tuberculosis Primer ... 17

2.4.2 Tuberculosis Post-Primer ... 19

2.5 Klasifikasi Tuberculosis ... 19

2.6 Faktor predisposisi kejadian tuberkulosis ... 20

2.6.1 Umur ... 20

2.6.2 Jenis kelamin ... 21

(11)

2.6.3 Imunisasi BCG ... 21

2.7 Pengobatan Tuberkulosis ... 21

2.8 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Pengobatan ... 23

2.9 Pencegahan Tuberkulosis ... 27

2.10 Jenis Dan Dosis OAT ... 29

2.11 Prinsip Pengobatan ... 29

2.12 Paduan OAT di Indonesia ... 30

2.13 Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut ... 31

2.14 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ... 33

2.15 Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis ... 39

2.16 Perjalanan Alamiah TBC Yang Tidak Diobati ... 40

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ... 41

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 42

3.3 Hipotesis penelitian ... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 44

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 44

4.2.1 Populasi ... 44

4.2.2 Sampel ... 45

4.2.3 Teknik Sampling ... 45

4.3 Variabel Penelitian ... 45

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

4.5 Instrumen Penelitian ... 46

4.6 Definisi Operasional ... 49

4.7 Analisis Data ... 49

4.8 Prosedur Penelitian ... 49

4.9 Pengelolaan dan Pengolahan Data ... 50

4.10 Etika Penelitian ... 50

4.11 Keterbatasan ... 52

(12)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian ... 53

5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 53

5.1.2 Data Umum ... 53

1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

2. Karakteristik Berdasarkan Usia ... 54

3. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 55

4. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 55

5.1.3 Data Khusus ... 56

1. Status Gizi ... 56

2. Kejadian Tuberkulosis Paru ... 57

3. Hubungan antara Status Gizi Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru ... 58

4. Uji Chi-Square ... 59

5. Uji Koefisien Kontingensi C ... 60

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Jenis Kelamin ... 61

6.2 Usia ... 61

6.3 Pendidikan ... 62

6.4 Pekerjaan ... 62

6.5 Status Gizi ... 63

6.6 Kejadian Tuberkulosis Paru ... 65

6.7 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru ... 66

6.8 Implikasi Keperawatan ... 68

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 69

7.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Penilaian IMT Indonesia ... 14

Tabel 2.2 Efek samping ringan pada OAT ... 37

Tabel 2.3 Efek samping berat pada OAT ... 37

Tabel 4.6 Definisi Operasional ... 34

Tabel 5.1 Data Hasil Penelitian Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin ... 38

Tabel 5.2 Data Hasil Penelitian Berdasarkan Karakteristik Umur ... 38

Tabel 5.3 Data Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 5.5 Data Berdasarkan Status Gizi ... 40

Tabel 5.6 Data Hasil Penelitian Tuberkulosis Paru ... 41

Tabel 5.7 Tabulasi Silang antara Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosis Paru... 42

Tabel 5.8 Hasil Analisis Chi Square ... 43

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Mycobacterium tuberculosis. ... 15 Gambar 4.6 Gambar Timbangan Berat Badan dan Pengukur Tinggi Badan .... 33 Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi ... 41 Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian

Tuberkulosis Paru ... 42

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden ... 57

Lampiran 2 Lembar Persetujuan ... 58

Lampiran 3 Data Status Gizi Responden ... 59

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... 60

Lampiran 5 Perhitungan Analisis Statistika Dengan SPSS ... 62

(16)

1 Jakarta : Rineka Cipta.

Almatsier, Sunita. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

B.K. Mandal, E.G.L. Wilkins dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga. Chofton J. Horne Norman, Miller Fred. 2002. Tuberkulisis Klinis. Jakarta : Widya

Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Djaeni S., Achmad. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat : 222. Hiswani. 2004. Tuberkulosis Klinis Edisi 2. Jakarta : Widya Medika.

Idris, Fahmi. 2004. Manajemen Public Mix Penanggulangan Tuberkulosis Strategi DOTS. Jakarta.

Indriani, D. Adiningsih Sri. 2007. Hubungan Life Style Anak Jalanan Terhadap Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Pudjiadi, Solikin. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta.

Siswono. 2004. Pengobatan TB Paru Masih Menjadi Masalah. Jakarta : (http://www.Gizi.net.pdf). (Online) diakses April 2011.

Surabaya. (http//digilib.litbang.depkes.go.id) (Online) diakses 8 Mei 2011.

Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismail. 1995. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.

Supariasa IDN, Fajar Ibnu, Bakri Bchyar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

(17)

1

1.1 Latar Belakang

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi yang diindikasikan dengan berat badan dan tinggi badan . Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000:1). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seperti faktor external dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: Pendapatan

(Santoso, 1999), Pendidikan (Suliha, 2001), Pekerjaan (Markum, 1991), Budaya (Soetjiningsih, 1998), Faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain : usia (Nursalam, 2001), kondisi fisik (Suhardjo, dkk, 1986), dan Infeksi (Suhardjo, dkk, 1986).

(18)

abad ketika banyak terdapat penemuan ilmiah termasuk konsep penyakit tuberkulosis.

Penemuan bakteri Tuberkulosis oleh Robert Koch merupakan puncak kemajuan dari penyakit ini di abad ke-19. Penemuan tersebut dilaporkan di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882 dan dipublikasikan di majalah Berliner Klinische Wochenchrift pada hari senin, 10 april 1882. Berbagai cara sudah dilakukan oleh para ahli untuk mengobati penyakit awal abad ini, yang kemudian diikuti dengan berbagai teknik lainnya.

WHO (World Health Organization) memperkirakan terdapat sekitar 1700 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis, dari jumlah tersebut ada 4 juta penderita baru dengan BTA (Bakteri Tahan Asam) positif ditambah lagi 4 juta penderita baru dengan BTA negatif. Jumlah seluruh penderita tuberkulosis didunia sekitar 20 juta orang dengan angka kematian sebanyak 3 juta orang tiap tahunnya yang mana merupakan 25 % dari kematian yang dapat dicegah apabila tuberkulosis dapat ditanggulangi dengan baik (Triana, 2002).

(19)

Program penanggulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shoortcoursemotherapy) belum dapat menjangkau seluruh

puskesmas. Demikian juga rumah sakit pemerintah, swasta, dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Cakupan penderita Tuberkulosis dengan strategi DOTS baru mencapai sekitar 10%. Penatalaksanaan penderita dan sistem pencatatan pelaporan belum seragam disemua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap dimasa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman tuberkulosis terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis) (Departemen Kesehatan Indonesia, 2006).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa Tuberkulosis paru merupakan penyebab kematian urutan ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua golongan usia dan urutan pertama digolongan penyakit infeksi. Tahun 1979-1982 telah dilakukan survei prevalensi di 15 provinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru tuberkulosis paru muncul. Sedangkan kematian Tuberkulosis Paru di Indonesia diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit Tuberkulosis Paru menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif dan kebanyakan berasal dari kelompok status gizi rendah (Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan, 2005).

(20)

Kejadian ini termasuk lebih banyak penderita Tuberkulosis Paru BTA (+) Positif dibandingkan dengan daerah lain kota Malang. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada kejadian Tuberkulosis Paru khususnya di wilayah Puskesmas Kendal Kerep yang harus diupayakan pengobatanannya, pencegahannya dan pemberantasannya.

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ lainnya. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif, biasanya terjadi perjalanan penyakit yang kronis dan berakhir dengan kematian. Orang yang hidup dengan kondisi bergizi buruk lebih mudah terserang Tuberkulosis, TBC berkembang menjadi penyakit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi: pendapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya. Faktor internal meliputi usia, kondisi fisik, dan infeksi (Suhardjo, dkk, 1986).

Dengan penilaian status gizi secara langsung dengan cara atropometri yang digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Secara umum atropometri artinya ukuran tubuh manusia. Di tinjau dari sudut pandang gizi, maka atropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

(21)

satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Laporan FAO/WHO/UNU Tahun1985 menyebabkan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.

Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT = (m) Badan Tinggi x (m) Badan Tinggi (kg) Badan Berat

Dengan kategori ambang batas IMT untuk Indonesia (Sumber: Depkes, 1994. Pedoman praktis pemantauan status gizi orang dewasa, Jakarta. hlm. 4).

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas yang telah dijelaskan maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru BTA (+) positif pada klien tuberkulosis di puskesmas Kendal Kerep Kabupaten Malang”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru BTA (+) positif pada klien Tuberkulosis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik status gizi penderita tuberkulosis.

2. Mengidentifikasi adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru BTA (+) positif pada klien tuberkulosis.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Perawat

(23)

b. Bagi Masyarakat

Dengan diketahuinya status gizi dengan kejadian Tuberkulosis pada penderita TB Paru, masyarakat dapat mengetahui pentingnya status gizi dan asupan gizi yang mereka konsumsi sehari-sehari.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dibidang kepustakaan khususnya dalam bidang kesehatan.

d. Bagi Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan Perihal Kegiatan Advokasi Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis ... Pendapat Informan

Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam

Sebelum menggunakan obat ini, beritahu dokter jika Anda memiliki: Riwayat depresi Pernah berupaya atau memiliki pikiran ingin bunuh diri Gangguan pernapasan

Kesimpulan dari penelitian ini diantaranya adalah kelembagaan PHBM di KPH Bandung Utara sudah cukup efektif dalam mencapai tujuannya, PHBM berkontribusi positif terhadap

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada anak umur 2-3 tahun di Kabupaten Seluma Propinsi

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa dengan mengimplementasi metode demonstrasi dapat meningkatkan kemandirian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan model pembelajaran cooperative script dengan paired storytelling terhadap hasil belajar peserta didik pada

Amati sampel secara berurutan dari kiri ke kanan, rasakan masing – masing sampel.Setelah mencicipi semua sampel, anda boleh mengulang sesering yang anda perlukan..