• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Remaja Putri Dengan Kejadian Anemia Di SMP Negeri 2 Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Remaja Putri Dengan Kejadian Anemia Di SMP Negeri 2 Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH DAMAYANI

101000258

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH DAMAYANI NIM. 101000258

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

karena remaja putri mengalami proses menstruasi dan melakukan diet yang menyebabkan kurangnya asupan gizi.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan dan kejadian anemia pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII, dan IX di SMP Negeri 2 Kotapinang yaitu sebanyak 567 orang.Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih sebanyak 88 orang.Pengumpulan data pengetahuan gizi menggunakan kuesioner. Data pola makan menggunakan food frequency dan food recall24 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi siswi sudah cukup baik dilihat dari 52,3%. Tidak setiap hari siswi mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah dilihat dari frekuensi makan 71,6% yang tidak sering. Kejadian anemia pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang sangat tinggi dilihat dari 71,4% yang anemia.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan perlunya peningkatan informasi pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, vitamin dan mineral sebagai sumber makanan yang dapat mencegah terjadinya anemia, perlu siklus menu sehingga makanan lebih teratur dari segi frekuensi, jenis dan jumlah yang dikonsumsi.

(5)

process ef menstruation and a diet that causes a lack of nutrition.

This research is descriptive survey that aim to know nutrition knowledge, diet, and anemia in SMP Negeri 2 Kotapinang South Labuhan Batu district. The population in this study were students of class seventh, eight, nineth in SMP Negeri 2 Kotapinang many as 567 people. The sample was selected a part of the population of 88 people. Collecting data using the nutrition knowledge questionnaire. Data form the diet using food frequency and 24-hours food recall.

The research resultshowed that nutrition knowledge of students is good enough showed by 52,3%. The students didn’t consume staple food, fishes, vegetable, and fruit everyday showed by consume frequency is 71,6% is seldom. Anemia in student of SMP Negeri 2 Kotapinang is high showed by 71,4% anemia.

Based on the research, results, expected the importance of improving information for student of SMP Negeri 2 Kotapinang about the importance of consume foods the certain mani Fe, vitamin and mineral as source of food which is able to prevent anemia needed menu cycle so that the food more regular by frequency, type and amount side.

(6)

Tempat Lahir : Kotapinang

Tanggal Lahir : 17 Februari 1992

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Supian, S.pd

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Hainiar, S.pd

Suku Bangsa ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

1. SD Negeri 117874 : 1998-2004

(7)

berhenti mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Remaja Putri Dengan Kejadian Anemia Di SMP Negeri 2

Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014”. Shalawat

beriring salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia sempurna yang diciptakan oleh-Nya yang sangat mencintai umatnya dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Uara.

(8)

4. Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D dan Dr. Mhd. Arifin Siregar, M.S Selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II.

5. Prof, Dr. Albiner Siagian, M.Si dan Ernawati Nasution, SKM, M.Kes Selaku Dosen Penguji I dan Penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Dr. Daschar Aulia Selaku Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

8. Bapak Marselinus Karo-Karo, SP.d Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

9. Siswi SMP Negeri 2 khusunya Kelas VII dan Kelas VIII Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan yang telah bersedia menjadi responden dan membantu penulis dalam penelitian ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak terhingga kepada :

(9)

mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.

4. Sahabat-sahabat terbaik saya Aminah Arfah Pulungan SKM, Elinsa Sihotang, SKM, Olivya Glantika, Mira Guslaida Lubis SKM, Romaito Hasibuan SKM, Siti Hardinisah, Susianita Pangaribuan SKM dan Syahraeni Ayu Pasaribu yang selalu ada bersama penulis baik suka maupun duka.

5. Teman Mahasiswa Angkatan 2010 peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Mariana Siregar dan Mustafa Kamal.

6. Teman Mahasiswa Angkatan 2010 dan 2011 khususnya Ratu Afrienny CH SKM, Rovina Winata, Lidya Oktavia, Wahyuni Mardiono, Parno Gultom, dan Sri Hartati atas dukungannya.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Februari 2015

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

2.1.2 Perkembangan Psikologi Remaja ... 10

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja ... 11

2.2 Anemia Remaja ... 12

2.2.1 Klasifikasi Anemia ... 13

2.2.2 Penyebab Anemia... 14

2.2.3 Tanda-Tanda Anemia ... 16

2.2.4 Dampak Anemia Bagi Remaja Putri ... 16

2.2.5 Pencegahan Anemia ... 17

2.3 Pengetahuan Gizi ... 18

2.4 Pola Makan... 20

2.4.1 Pembentukan Pola Konsumsi Pangan ... 22

2.4.2 Pola Makan Dilihat Dari Ragam dan Frekuensi Bahan Makanan yang Dikonsumsi ... 24

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 28

2.6 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2 Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1 Populasi Penelitian ... 30

(11)

3.7 Aspek Pengukuran ... 34

3.8 Teknik Analisis data ... 36

3.8.1 Analisis Univariat... 36

3.8.2 Analisis Bivariat ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ... 37

4.1.2 Data Demografi ... 37

4.8 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Makan ... 44

4.9 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jenis Makanan yang Dikonsumsi ... 44

4.10 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi ... 45

4.11 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan ... 48

4.12 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Anemia ... 48

4.13 Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Anemia ... 49

4.14 Hubungan Jenis Makanan dengan Kejadian Anemia... 50

4.15 Hubungan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi dengan Kejadian Anemia ... 50

4.16 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia ... 52

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan Gizi dan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri ... 54

5.2 Pola Makan Remaja Putri... 55

5.3 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Makan ... 56

5.4 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jenis Makanan yang Dikonsumsi ... 57

5.5 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi ... 58

5.6 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Anemia ... 61

5.7 Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Anemia ... 61

(12)
(13)

Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Hb Menurut Kelompok ... 12 Tabel 2.3 Jumlah Porsi Makan yang Dianjurkan Pada Usia Remaja ... 27 Tabel 4.1 Distribusi Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Berdasarkan

Umur Pada Tahun 2014 ... 38 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Kejadian Anemia

di SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 38

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi di SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 39

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan Pada Siswi SMP Negeri 2

Kotapinang Tahun 2014 ... 39

Tabel 4.5 Distribusi Jenis Bahan Makanan Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 40

Tabel 4.6 Distribusi Jenis Makanan yang Dikonsumsi Pada Siswi

SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 41

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Makanan Pokok yang Dikonsumsi

Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 42

Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi Oleh

Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 42

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Sayuran yang Dikonsumsi Oleh Siswi

SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 43

Tabel 4.10 Distribusi Jumlah Buah yang Dikonsumsi Oleh Siswi

SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.11 Distribusi Pola Makan Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang

(14)

yang Dikonsumsi Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang

Tahun 2014... 45

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan Pokok yang Dikonsumsi Oleh Siswi

SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 46

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP

Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 46

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Sayuran yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang

Tahun 2014... 47

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Buah yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang

Tahun 2014... 48

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan

Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 48

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Frekuensi Makan dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Jenis Makanan dengan Kejadian Anemia

Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 ... 50

Tabel 4.22 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Makanan Pokok yang Di Konsumsi dengan Kejadian Anemia Pada Siswi

(15)

Tabel 4.24 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Sayuran dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang

Tahun 2014... 52

Tabel 4.25 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Buah dengan

Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang

Tahun 2014... 52

Tabel 4.26 Tabulasi Silang Pola Makan dengan Kejadian Anemia

(16)

Lampiran II Data Pengambilan Darah Menggunakan Metode Sahli Lampiran III Master Data

Lampiran IV Print Out Data SPSS

Lampiran V Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Lampiran VI Surat Izin Permohonan Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Lampiran VII Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan

(17)

karena remaja putri mengalami proses menstruasi dan melakukan diet yang menyebabkan kurangnya asupan gizi.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan dan kejadian anemia pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII, dan IX di SMP Negeri 2 Kotapinang yaitu sebanyak 567 orang.Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih sebanyak 88 orang.Pengumpulan data pengetahuan gizi menggunakan kuesioner. Data pola makan menggunakan food frequency dan food recall24 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi siswi sudah cukup baik dilihat dari 52,3%. Tidak setiap hari siswi mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah dilihat dari frekuensi makan 71,6% yang tidak sering. Kejadian anemia pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang sangat tinggi dilihat dari 71,4% yang anemia.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan perlunya peningkatan informasi pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, vitamin dan mineral sebagai sumber makanan yang dapat mencegah terjadinya anemia, perlu siklus menu sehingga makanan lebih teratur dari segi frekuensi, jenis dan jumlah yang dikonsumsi.

(18)

process ef menstruation and a diet that causes a lack of nutrition.

This research is descriptive survey that aim to know nutrition knowledge, diet, and anemia in SMP Negeri 2 Kotapinang South Labuhan Batu district. The population in this study were students of class seventh, eight, nineth in SMP Negeri 2 Kotapinang many as 567 people. The sample was selected a part of the population of 88 people. Collecting data using the nutrition knowledge questionnaire. Data form the diet using food frequency and 24-hours food recall.

The research resultshowed that nutrition knowledge of students is good enough showed by 52,3%. The students didn’t consume staple food, fishes, vegetable, and fruit everyday showed by consume frequency is 71,6% is seldom. Anemia in student of SMP Negeri 2 Kotapinang is high showed by 71,4% anemia.

Based on the research, results, expected the importance of improving information for student of SMP Negeri 2 Kotapinang about the importance of consume foods the certain mani Fe, vitamin and mineral as source of food which is able to prevent anemia needed menu cycle so that the food more regular by frequency, type and amount side.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh, yang dapat mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Gizi sangat di perlukan oleh setiap individu mulai dari janin, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Manifestasi gizi yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dapat dilihat dari ukuran status gizi.Status gizi baik merupakan perwujudan dan terpenuhinya konsumsi pangan sesuai dengan anjuran kecukupan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral).Akhir-akhir ini masalah gizi makro mulai bergeser pada masalah gizi mikro, yaitu karena kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral.Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VI 1998 disebutkan bahwa masalah gizi mikro terjadi disebabkan karena distribusi sayuran terhadap konsumsi zat gizi, khususnya vitamin dan mineral ternyata sangat rendah (WNPG, 1998).

(20)

sangat tinggi prevalensinya dibandingkan dengan masalah gizi lainnya. Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan.Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di wilayah tropik.

Anemia merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang terus menjadi perhatian pemerintah. Data terbaru dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa sekitar 21,7% penduduk Indonesia menderita anemia, dan 31,7% wanita hamil mengalami anemia.

Di Indonesia, kasus anemia gizi sangat umum dan mudah dijumpai pada semua kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia zat besi ini banyak diderita oleh wanita hamil, laki-laki dewasa, pekerja penghasilan rendah, balita dan anak sekolah, anemia gizi besi dapat mengurangi kemampuan belajar, sehingga dapat menurunkan prestasi di sekolah.Dalam kondisi anemia, tubuh mudah terkena infeksi.Keadaan ini tentunya dapat menghambat perkembangan kualitas sumber daya manusia (Depkes, 1995).Diantara berbagai jenis anemia, anemia pada remaja merupakan masalah anemia yang terbesar terjadi dikalangan masyarakat.

(21)

putri sering mengalami proses menstruasi sehingga menyebabkan kadar darah didalam tubuh berkurang. Selain itu pada remaja putri sering melakukan diet pada makanan yang menyebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima oleh tubuh.

Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Hal ini pernah ditunjukkan Depkes (2005) dimana penderita anemia pada remaja putri berjumlah 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu hamil 40,1% dan anak balita 47,0%. Tidak jauh berbeda dengan pernyataan WHO Regional Office SEARO yang menyatakan bahwa 25-40% remaja putri menjadi penderita anemia defisiensi zat besi tingkat ringan sampai berat di Asia Tenggara (Kusin, 2002). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (1995) prevalensi anemia remaja putri di Indonesia adalah 57,1% (Sunarko 2002).

Di Indonesia menurut data Depkes RI (2006), prevalensi anemia pada remaja putri yaitu 28%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisensi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5% (Isniati, 2007)

(22)

fisik anemia terlihat sebagian besar subjek memperlihatkan gejala anemia tetapi pada pemeriksaan Hb dan hapusan darah hanya 5% yang mengalami anemia. Berdasarkan analisa chi-square tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan gizi dengan anemia dan tidak didapatkan hubungan signifikan antara pola makan dengan kejadian anemia defisiensi besi

Berdasarkan hasil dari survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Desember 2013 di SMP Negeri 2 Kotapinang diketahui bahwa terdapat 35 orang dari 40 siswi kelas 1 dan kelas 2 yang beresiko menderita anemia. Hasil ini diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan siswi tersebut yang berkaitan dengan tanda-tanda anemia yaitu sering kelelahan, pusing, kelopak mata pucat, wajah pucat, dan daya tahan tubuh menurun. Selain itu, dari 35 orang yang beresiko menderita anemia, kebanyakan memiliki pola makan dan pengetahuan gizi yang buruk, bahkan 1 diantara dari 35 orang siswi tersebut melakukan diet yang sangat ketat dan tidak sehat, hal ini diperoleh juga dari hasil wawancara langsung terhadap siswi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi dan pola makan siswi-siswi tersebut. 1.2Rumusan Masalah

(23)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubunganpengetahuan gizi, dan pola makan pada remaja putri dengan kejadian anemia di SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi siswi yang menderita anemia gizi besi di SMP Negeri 2 Kotapinang.

2. Mengetahui pengetahuan gizi siswi SMP Negeri 2 Kotapinang.

3. Mengetahui frekuensi, jenis dan jumlah makan siswi SMP Negeri 2 Kotapinang.

4. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan 5. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia 6. Mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah SMP Negeri 2 Kotapinang, sebagai bahan masukan untuk pembelajaran dan pemahaman tentang anemia yang sering terjadi pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang.

2. Memberikan informasi kepada pelajar putri tentang masalah anemia gizi besi dan akibat yang ditimbulkannya, sehingga para pelajar putri dapat mencegah dirinya agar tidak terkena anemia defisiensi besi.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri

Remaja atau adolescence berasal dari Bahasa Latin yang artinya “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Selama masa remaja, seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat dibandingkan periode lainnya setelah kelahiran, masa remaja mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% masa tulang tubuh telah dicapai pada periode ini, oleh sebab itu kebutuhan gizi meningkat melebihi kebutuhan pada masa kanak-kanak (Krummel & Kris-Etherton, 1996). Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa.

Kategori periode usia remaja dari berbagai referensi berbeda-beda, namun WHO menetapkan remaja berusia antara 10-19 tahun. Pembagian kelompok remaja tersebut adalah remaja awal usia 10-14 tahun atau 13-15 tahun, remaja menengah 14 atau 15-17 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.

(25)

usia remaja. Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait dengan diet pada usia dewasa.

Pada wanita, puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan sebelum mengalami menstruasi. Maksimal tinggi badan wanita diperoleh paling awal pada usia 16 tahun, atau paling akhir 23 tahun. Beberapa tahun setelah selesai pertumbuhan tinggi badan, tulang pinggul masih tumbuh sedangkan puncak masa tulang akan tercapai hingga usia 25 tahun. Proses optimalisasi pertumbuhan ini penting untuk mengurangi resiko gangguan ketika proses melahirkan (ADB/SCN, 2001).

2.1.1 Gizi Remaja

Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan transisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka di masa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja putri agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja putri akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik (Dedeh dkk, 2010).

(26)

lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah, umumnya mereka mulai menekuni berbagai kegiatan seperti olahraga, hobi, kursus, semua ini tentu akan menguras energi yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan asupan zat gizi seimbang.

Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak daripada orang dewasa, begitu juga vitamin dan mineral.Seorang remaja putri membutuhkan 2000/kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1, B2 dan B3 penting untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi, asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan vitamin A untuk pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C, dan E penting untuk menjaga jaringan-jaringan baru supaya berfungsi optimal. Dan yang amat penting adalah zat besi terutama untuk perempuan dibutuhkan dalam metabolisme pembentukan sel-sel darah merah.

Remaja membutuhkan energi dan nutrisi untuk melakukan deposisi jaringan.Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang terjadi kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun pertama kehidupannya.Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat erat.Kebutuhan nutrisi remaja dapat dikenal dari perubahan tubuhnya, dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutrisinya (Soetjiningsih, 2004).

(27)

energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari (Dedeh dkk, 2010).

Semantara itu kecukupan energi yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metabolisme tubuh menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 remaja perempuan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 2000 kkal/hari, sedangkan usia 13-15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2125 kkal/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 2100 kkal/hari, sedangkan usia 13-15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2475 kkal/hari. (Permenkes, 2013),

Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan aktifitas otot, Fungsi metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh, dan menyimpan lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan cidera.

(28)

Tabel 2.1 Kecukupan Gizi Rata-Rata Bagi Remaja Usia 10-18 Tahun Per Orang Per Hari

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi

2.1.2 Perkembangan Psikologi Remaja

Ciri-ciri psikologi Remaja putri menurut Asrinah dkk (2011), yaitu:

(29)

khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya

2. Kemampuan diri untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self obyektivication) ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor

(sense of humor)termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal ini dapat dilakukan tanpa, merumuskan dan mengucapkannya dalam kata-kata orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan obyek-obyek lain di dunia.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah :

1. Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang gizi

(30)

2.2 Anemia Remaja

Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Kadar hemoglobin normal pada remaja perempuan adalah 12 gr/dl (Proverewati& Misaroh, 2009). Batas normal kadar hemoglobin menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Batas normal Kadar Hb Menurut Kelompok

Sumber : WHO, 2001

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan mempunyai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan, kesehatan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Gangguan fungsional anemia defisiensi zat besi berbeda-beda berdasarkan tahapan siklus kehidupan manusia, yaitu sejak kehamilan, bayi dan anak prasekolah, anak usia sekolah, dan usia dewasa (Ramakhrisnan, 2001). Pada orang dewasa, anemia menyebabkan gangguan fungsi imun, mental, fisik, dan termoregulasi (Beard,2001), sedangkan Benoist (INACG,2004) menyebabkan konsekuensi utama anemia adalah gangguan kognitif dan pertumbuhan fisik pada anak, dan menurunnya produktivitas kerja pada orang dewasa. WHO (2004) menambahkan bahwa anemia menjadi penyebab resiko kematian yang tinggi pada kehamilan dan bayi.

(31)

Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, bahkan dampaknya dinilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kejadian anemia adalah :

1. Sekitar 20% kematian ibu hamil dan bayi baru lahir diakibatkan oleh anemia. Kebanyakan studi menunjukkan kematian tersebut lebih banyak disebabkan anemia tingkat rendah, sedang daripada anemia berat. Resiko kematian ibu dan bayi akan berkurang sebesar 25% dan 28% untuk setiap kenaikan 100 g hemoglobin diantara 5-12 g/dl.

2. Anemia pada wanita hamil mengakibatkan berat bayi lahir rendah dan rawan untuk meninggal saat perinatal.

3. Defenisi zat besi, baik anemia maupun non-anemia akan menurunkan produktivitas kerja pada orang dewasa.

4. Pada anak sekolah menyebabkan keterbatasan perkembangan kognitif sehingga prestasi sekolah menurun.

Studi oleh Halterman et al. (2001) pada 5398 anak usia 6-16 tahun di AS menunjukkan bahwa mereka yang mengalami defisit zat besi (anemia dan non-anemia) memiliki nilai matematika lebih rendah daripada anak yang normal. Anak yang mengalami defisit zat besi mempunyai resiko 2,3-2,4 kali untuk memperoleh nilai matematika dibawah rata-rata dibandingkan anak normal. 2.2.1 Klasifikasi Anemia

(32)

1. Makrositik

Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah.Ada dua jenis anemia makrositik yaitu anemia megaloblastik dan non-megaloblastik.Kekurangan vitamin B12, asam folat, atau gangguan sintesis DNA merupakan penyebab anemia megaloblastik, sedangkan anemia non-megaloblastik disebabkan oleh eritropoiesis yang di percepat dan peningkatan luas permukaan membran.

2. Mikrositik

Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia mikrositik.Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin, dan heme, serta gangguan metabolisme besi lainnya.

3. Normositik

Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah.Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati.

2.2.2 Penyebab Anemia

(33)

transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (Almatsier, 2009)

Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan, daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi (Sediaoetama, 2003). Selain itu penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).Di Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya (Proverewati & Asfuah).

Penyebab Anemia menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah :

1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.

(34)

4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg/hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria. 2.2.3 Tanda-Tanda Anemia

Menurut Proverewati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :

1. Lesu, lemah, letih,lelah dan lunglai (5L)

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

Menurut Aulia (2012) tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah 1. Mudah lelah

2. Kulit pucat 3. Sering gemetar 4. 5L

5. Sering pusing dan mata berkunang-kunang

6. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, serta

7. Anemia yang parah ( kurang dari 6 gr/dl darah) dapat menyebabkan nyeri. 2.2.4 Dampak Anemia Bagi Remaja Putri

(35)

Menurut Sedioetama (2003), dampak anemia bagi remaja putri adalah : 1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal 3. Menurunkan kemampuan fisik

4. Mengakibatkan muka pucat. 2.2.5 Pencegahan Anemia

Menurut Almatsier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia adalah : 1. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi

a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe)

b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).

(36)

sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita. Anjuran minum yaitu minumlah satu tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid 3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :

kecacingan, malaria, dan penyakit TBC. 2.3 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dengan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana hidup sehat. (Notoatmodjo, 2003).

(37)

kecerdasan dan produktivitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah.Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya.(Soekirman, 2000).

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sahingga menimbulkan efek yang membahayakan.

Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin, sehingga apabila seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku makannya. Karena pengetahuan tentang gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang akan dikonsumsi setiap hari.

(38)

pendapatan, masalah kependudukan, sistem pertanian, sosial ekonomi dan budaya juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau pengertian tentang gizi.

Suatu hal yang menunjukkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu:

1. Status gizi baik sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika apabila makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan lebih optimal, pemeliharaan dan energi

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi keseimbangan gizi.

2.4 Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu.Dari pola konsumsi pangan terlihat bahwa disemua propinsi Indonesia sebagian besar penduduknya mengonsumsi beras.Namun demikian polanya tidak merata, dimana sebagian besar wilayah, beras dikonsumsi sebagai bahan pokok utama, sedangkan diwilayah lain, beras dikonsumsi bersama-sama dengan bahan pangan sumber karbohidrat lainnya, seperti ubi kayu, jagung, sagu, dan ubi jalar.

(39)

Menurut Margaret Mead dalam (Almatsier, 2001) mengemukakan bahwa pola pangan (food patern)adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosial budaya yang dialaminya. Pola konsumsi pangan merupakan kegiatan sosial budaya yang mempunyai pengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana pangan tersebut dimakan atau lebih dikenal dengan kebiasaan makan.

Pola konsumsi atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia oleh kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan pangan meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap berdasarkan nilai-nilai “afektif” yang berasal dari lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi. Sedangkan kepercayaan orang yang berkaitan dengan nilai-nilai ”kognitif”, selanjutnya pemilihan makanan berdasarkan sikap dan kepercayaan merupakan proses “psikomotor”.

Begitu berpengaruhnya pola makan terhadap hidup, maka untuk membuat hidup sehat pola makan juga harus sehat.Pola makan yang sehat adalah pola makan yang mengandung gizi seimbang.Pola makan gizi seimbang ini harus dijadikan dasar untuk menciptakan kehidupan yang sehat.

(40)

Pola gaya hidup modern membuat remaja cenderung lebih menyukai makan diluar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering mempraktekkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik.Remaja sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannyakarena takut kegemukan.Kebiasaan remaja rata-rata tidak lebih dari tiga kali sehari dan disebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan sebagai makanan.

Survei yang dilakukan Hunlock (1997) menunjukkan bahwa remaja suka sekali jajan makanan ringan. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis. Sedangkan jenis sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin A dan vitamin C jarang dikonsumsi, sehingga dalam diet mereka rendah akan zat besi, Vitamin A dan Vitamin C.

2.4.1 Pembentukan Pola Konsumsi Pangan

(41)

bahan makanan sudah terpenuhi dan zat-zat gizi yang diperlukannya sudah tersedia dalam makanan yang menjadi menunya.

Pada usia remaja harus dibiasakan menyukai makanan yang beraneka ragam. Remaja perlu diperkenalkan variasi, baik jenis maupun rasa makanan.Misalnya untuk karbohidrat tidak hanya pada sepiring nasi, tetapi juga terdapat pada semangkuk mie, setangkup roti, sepiring irisan kentang goreng dan lain-lain, kemudian dibiasakan untuk menyukai berbagai macam sayur dan buah.Jika memungkinkan bawa bekal makan siang dari rumah, selain dapat menghemat bekal dari rumah bisa terjamin kesehatan dan keamanannya.(Dedeh dkk, 2010).

Remaja sebaiknya tahu atau memahami makanan yang dikonsumsi.Banyak remaja menyenangi makanan berkalori tinggi yang kurang mengandung vitamin dan mineral, sehingga membuat badan lebih gemuk.Remja sulit mengubah kebiasaan makannya kecuali melihat ada keuntungannya.Mereka harus melihat hubungan antara kondisi yang diinginkan dengan makanan yang harus dimakan sebelum mengambil keputusan.

(42)

2.4.2 Pola Makan Dilihat Dari Ragam dan Frekuensi Bahan Makanan yang Dikonsumsi

- Ragam (Jenis)

Bahan makanan yang dikonsumsi oleh siswa sangat beragam, membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang universal.Artinya, setiap manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

1. Makanan Pokok

(43)

2. Lauk Pauk

Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan sumber protein yang berasal dari hewan. Yang termasuk dalam bahan lauk hewani antara lain :daging sapi, kambing, ayam, telur, jerohan, keju, bebek, menthok, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati adalah lauk berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya, antara lain : tempe, tahu, kacang-kacangan, lauk nabati merupakan sumber protein. 1 potong ikan atau 2 potong tempe dan sejenisnya setara dengan ≥ 50 gram lauk pauk yang harus kita konsumsi dalam sehari (Persagi,1991). 3. Sayuran

Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan, antara lain daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan sumber mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan, yang termasuk sayur-sayuran antara lain, kol, wortel, kentang, loncang, buncis, sawi hijau dan lain-lain. Standar porsi sayur yang harus dikonsumsi dalam sehari ialah 1 mangkok sayur dengan isi sayur daun hijau setara dengan ≥ 200 gram

(Persagi, 1991) 4. Buah-buahan

(44)

“pencuci mulut”. Yang termasuk buah antara lain mangga, jeruk, apel,

pisang, semangka dan lain-lain. 1 potong buah segar setara dengan ≥ 150 gram buah yang harus kita konsumsi dalam sehari (Persagi,1991). - frekuensi

Penilaian frekuensi penggunaan bahan makanan mengunakan food frekuensi yang memutar daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan bahan makanan tersebut dalam periode tertentu yaitu :

1. Sering : Bila konsumsi bahan makanan > 1 kali perhari, yang artinya bahan makanan dikonsumsi setiap kali makan.

2. Tidak sering : Bila konsumsi bahan makanan ≤ 1 kali perhari yang artinya bahan makanan dikonsumsi 1 sampai 3 kali seminggu, 4 sampai 5 kali seminggu, 1 sampai 2 kali perbulan, 1 sampai 2 kali per tahun, bahkan tidak pernah (Suhardjo, 1989).

(45)

hari, dalam TGS setiap hari minum air putih paling sedikit 2 liter atau 8 gelas (Dedeh, dkk, 2010).

Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih. Prinsip lain Gizi Seimbang adalah kesesuaian atau keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia dan sesuai dengan keadaan kesehatan. Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yang disajikan pada tabel2.3 berikut: Tabel 2.3 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan Pada Usia Remaja

Makan Pagi Makan Siang Makan Malam

06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB 20.00 WIB Nasi 1 porsi 100 gram

beras

Nasi 2 porsi 200 gram beras

Nasi 1 porsi 100 gram beras Telur 1 butir 50 gram Daging 1 porsi 50 gram Daging 1 porsi 50 gram

Susu sapi 200 gram Tempe 1 porsi 50 gram Tahu 1 porsi 100 gram Sayur 1 porsi 100 gram Sayur 1 porsi 100 gram Buah 1 porsi 75 gram Buah 1 porsi 100 gram

Susu skim 1 porsi 100 gram

(46)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Adahubungan antara pengetahuan gizi responden dengan pola makan remaja putri meliputi frekuensi, jenis dan jumlah makan responden.

2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia.

3. Ada hubungan antara pola makan meliputi frekuensi, jenis dan jumlah makan responden dengan kejadian anemia.

Anemia - Anemia - Tidak

anemia Pola Makan Remaja Putri

SMP Negeri 2 Kotapinang - Jumlah

- Jenis - Frekuensi Pengetahuan Gizi

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan rancangan penelitian sekat silang (cross sectional), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan pola makan pada remaja putri dengan kejadian anemia di SMP Negeri 2 Kotapinang, Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 yang terletak di Desa Blok Songo (IX) Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan Lokasi ini diambil dengan alasan : 1. Merupakan sekolah yang terletak di salah satu desa yang terdapat di

Kotapinang yaitu desa Blok Songo (IX) dengan rata-rata pelajar yang memiliki pola makan yang kurang baik.

2. Dari survei awal yang dilakukan, terdapat 35 dari 40 orang siswi kelas VII dan kelas VIII yang beresiko menderita anemia yang dilihat dari tanda-tanda awal.

3.2.2 Waktu Penelitian

(48)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti didalam penelitian.Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang berada ditempat pada saat penelitian dilakukan yaitu seluruhsiswa kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 567 orang (sumber: SMP Negeri 2 Kotapinang). 3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil dari seluruh objek yang diteliti untuk mewakili satu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan uji hipotesis satu populasi dengan menggunakan rumus (Lameshow, 1997:54) dan diperoleh sampel sebanyak :

diketahui :

n = Besar sampel

N = Jumlah Populasi (567 orang)

Z = Nilai Z pada derajat kemaknaan ( 95%=1,96)

p = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi (50%=0,5) d = Derajat ketepatan yang digunakan (90% atau 0,1)

=

Z

2x N x (1P)

d² N−1 + Z x (1−P)

=

1,96

2 x567 x 0,5 (1 0,5)

0,1 2 567−1 + 1,96.0,5 x (1−0,5)

= 88,50

88

(49)

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Untuk mendapatkan sampel sebanyak 88 orang, cara yang dilakukan untuk mengambil sampel adalah dengan sengaja terhadap remaja putri kelas VII dan VIII yang berjumlah sebanyak 293 orang dengan melihat beberapa kriteria yang ada pada remaja putri tersebut, seperti pengambilan darah untuk pengukuran Hb. Kriteria dalam pengambilan darah pada remaja putri tersebut, melihat dari fisik remaja putri tersebut meliputi konjungtiva, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan. Siswa dalam keadaan tidak sakit dan dalam keadaan tidak sedang menstruasi

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner, meliputi tentang pengetahuan gizi pada remaja putri, dan pola makan pada remaja putri menggunakan metode wanwancara dibantu dengan menggunakan formulir Food Frequency Quesioner (FFQ) untuk mengetahui (jenis dan frekuensi makan) dan formulir Food Recall 24 jam untuk mengetahui (jumlah makanan). Sedangkan, cara memperoleh data mengenai pemeriksaan hemoglobin (Hb) terhadap 88 orang sampel dengan menggunakan metode

(50)

1. Alat

a. Pipet Hb b. Alat Sahli c. Pipet pastur d. Pengaduk 2. Reagen

a. HCl 0,1 N b. Aquadest 3. Prosedur kerja

a. Masukkan HCl 0,1 n ke dalam tabung Sahli sampai angka 2

b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan alkohol atau desinfektan lain (betadin), kemudian tusuk dengan lancet c. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung

pipet, kemudian teteskan darah sampai tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/tisu.

d. Masukkan pipet yang berisi darah kedalam tabung Hb, sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tutup pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah dengan cara menghisap HCl 0,1 N dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali. e. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit.

(51)

samadengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar Hb pada skala tabung.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder meliputi data demografi SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

3.6 Defenisi Operasional

1 Anemia pada remaja putri adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah ramaja putri yang lebih rendah daripada nilai normal yaitu <12 gr/dl.

2 Pengetahuan Gizi adalah pengetahuan remaja putri mengenai makanan yang mengandung gizi, dan sumber-sumber zat gizi yang berasal dari makanan.

3 Pola makan adalah kebiasaan makan remaja putri berkaitan dengan frekuensi, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.

4 Frekuensi adalah keseringan makan remaja putri pada macam bahan makanan yang dilihat dalam hari, minggu, bulan

5 Jumlah adalah kuantitas makanan meliputi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah yang dikonsumsi oleh remaja putri dalam sehari

(52)

3.7 Aspek Pengukuran 1 Pengetahuan

Pengetahuan gizi remaja diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi (Arikunto, 2006) :

- Baik, bila responden mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan.

- Cukup, bila responden mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.

- Kurang, bila responden mampu menjawab dengan benar 45%-55% dari seluruh pertanyaan.

2 Pola Makan

Kebiasaan makan responden yang mencakup frekuensi, jenis, dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi, data diperoleh menggunakan kuesioner. Pola makan dapat dikelompokkan menjadi:

1) Jumlah makan dapat dikategorikan menjadi (PERSAGI, 1991) : a. Makanan pokok

- Baik : ≥ 350 gram - Tidak baik : < 350 gram b. Lauk pauk

(53)

c. Sayuran

- Baik : ≥ 200 gram - Tidak baik : < 200 gram d. Buah

- Baik : ≥ 150 gram - Tidak baik : < 150 gram 2) Jenis makanan dapat dikategorikan menjadi :

- Baik : Bila bahan makanan yang dikonsumsi ≥ 4 jenis perhari yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral

- Tidak baik : Bila bahan makanan yang dikonsumsi < 4 jenis perhari yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral

3) Frekuensi makan dapat dikategorikan menjadi (Suhardjo, 1989)

- Sering : Bila makan setiap hari >3x/hari dengan minimal 3 jenis setiap hari

- Tidak sering : Bila makan setiap hari 1-2x/hari dengan minimal 3 jenis setiap hari

(54)

- Baik : Jika total skor > 75% atau 5 – 6 - Cukup : Jika total skor 40%-75% atau 3 – 5 - Kurang : Jika total skor <40% atau < 3 3 Anemia

Data anemia diperoleh melalui hasil pemeriksaan kadar Hb pada remaja putri yang dilakukan oleh petugas puskesmas Kotapinang. Anemia dapat dikelompokkan menjadi (WHO, 2001) :

- Anemia : Bila kadar Hb <12 g/dl - Tidak anemia : Bila kadar Hb ≥12 g/dl 3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 3.8.1 Analisis Univariat(Analisis Deskriptif)

Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

3.8.2 Analisisi Bivariat

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Pertama Negeri Dua Kotapinang merupakan sekolah yang terletak di Desa Blok Songo Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara.Secara geografis, sekolah ini memiliki luas 2 ha/m2, dengan panjang 200 meter dan lebar 100 meter. SMP Negeri Dua Kotapinang memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Fild No. 74 SON

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jalan Kota Pinang – Rantau Prapat c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Fild No. 74 SON

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Blok IX 4.1.2 Data Demografi

(56)

Tabel 4.1 Distribusi Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Berdasarkan Umur Pada Tahun 2014

Umur (Tahun) n Persentase (%)

11-12 39 44,3

13-14 49 55,7

Jumlah 88 100,0

Sumber : Profil SMP Negeri 2 Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2014

4.2 Kejadian Anemia

Penelitian yang dilakukan terhadap 88 siswi di SMP Negeri 2 Kotapinang tahun 2014, diperoleh distribusi proporsi prevalens anemia pada siswi SMP Negeri 2 Kotapinang tahun 2014 adalah 73,9%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia di SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Kejadian Anemia n Persentase (%)

Anemia 65 73,9

Tidak Anemia 23 26,1

Jumlah 88 100,0

4.3. Pengetahuan Gizi

(57)

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi di SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Pengetahuan Gizi n Persentase (%)

Baik 32 36,4

Cukup 46 52,3

Kurang 10 11,4

Jumlah 88 100,0

4.4 Frekuensi Makan

Frekuensi pangan siswi diperoleh dengan menggunakan formulir food frequency, hasil penelitian yang dilakukan terhadap 88 siswi SMP Negeri 2 Kotapinang tahun 2014 dapat diketahui bahwa distribusi proporsi berdasarkan frekuensi makan siswi yang sering sebesar 28,4%, dan yang tidak sering sebesar 71,6%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Frekuensi Makan n Persentase (%)

Sering 25 28,4

Tidak Sering 63 71,6

Jumlah 88 100,0

4.5 Jenis Makanan

(58)

Tabel 4.5 Distribusi Jenis Bahan Makanan yag Dikonsumsi Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jenis

(59)

teri, tahu/tempe, dan telur), pangan sayuran (kangkung, bayam, wartel) dan buah (jeruk).

Jenis makanan dikategorikan menjadi kategori baik dan tidak baik, hasil pengkategorian seperti terlihat pada Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa siswi yang mengkonsumsi jenis makanan dengan baik yaitu ≥ 4 jenis perhari

sebesar36,4%, dan yang tidak baik < 4 jenis per hari sebesar 63,6%. Makanan yang baik jenisnya adalah makanan yang beragam dengan 4 jenis bahan makanan per hari.Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Jenis Makanan yang Dikonsumsi Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jenis Makanan n Persentase (%)

Baik 32 36,4

Tidak Baik 56 63,6

Jumlah 88 100,0

4.6 Jumlah Makanan

Jumlah pangan siswi diperoleh dengan menggunakan formulir food recall

24 jam, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 1. Makanan Pokok

(60)

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Makanan Pokok yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jumlah makanan

Penelitian yang dilakukan terhadap 88 siswi di SMP Negeri 2 Kota pinang tahun 2014 dapat dilihat bahwa distribusi jumlah lauk pauk baik (≥ 50 gram)sebesar 39,8%, dan tidak baik (< 50 gram)sebesar 60,2%. 1 potong ikan atau 2 potong tempedan sejenisnya setara dengan ≥ 50 gram lauk

pauk yang harus kita konsumsi dalam sehari.Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jumlah Lauk

Penelitian yang dilakukan terhadap 88 siswi di SMP Negeri 2 Kota pinang tahun 2014 dapat dilihat bahwa distribusi jumlah sayuran baik (≥ 200 gram)sebesar 36,4%, dan tidak baik (< 200 gram)sebesar 63,6%. Standar porsi sayur yang harus dikonsumsi dalam sehari ialah 1 mangkok sayur dengan isi sayur daun hijau setara dengan ≥ 200 gram. Data selengkapnya

(61)

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Sayuran yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jumlah Sayuran n Persentase (%)

Baik 32 36,4

Tidak baik 56 63,6

Jumlah 88 100,0

4. Buah

Penelitian yang dilakukan terhadap 88 siswi di SMP Negeri 2 Kota pinang tahun 2014 dapat dilihat bahwa distribusi jumlah buah-buahan baik (≥ 150 gram) sebesar 14,8%, dan tidak baik (< 150 gram)sebesar 85,2%. 1 potong buah segar setara dengan ≥ 150 gram buah yang harus kita konsumsi

dalam sehari. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10berikut : Tabel 4.10 Distribusi Jumlah Buah yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP

Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jumlah Buah n Persentase (%)

Baik 13 14,8

Tidak baik 75 85,2

Jumlah 88 100

4.7 Pola Makan

(62)

Tabel 4.11 Distribusi Pola Makan Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun

4.8 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Makan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang siswi SMP yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat 25,0% dengan frekuensi makan sering, sedangkan dari 46 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi cukup terdapat 28,3% dengan frekuensi makan sering, dan dari 10 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi kurang terdapat 40,0% dengan frekuensi makan sering. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan, dengan nilai p = 0,656. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.12berikut :

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Makan Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

(63)

gizi cukup terdapat 37,0% dengan yang mengkonsumsi makanan dengan baik, dan dari 10 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi kurang terdapat 50,0% yang mengkonsumsi makanan dengan baik.Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan jenis makanan yang dikonsumsi, dengan nilai p=0,557. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut :

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jenis Makanan yang Dikonsumsi Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Pengetahuan

4.10 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi

1. Hubungan Pengetahuan dengan Jumlah Makanan Pokok yang Dikonsumsi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang siswi SMP yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat 31,2% yang jumlah makanan pokok baik(≥ 350 gram), sedangkan dari 46 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi cukup terdapat 26,1% yang jumlah makanan pokok baik (≥ 350 gram), dan dari 10 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi kurang terdapat 40,0% yang jumlah makanan pokok baik (≥ 350 gram). Hasil uji chi-square

(64)

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan

2. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang siswi SMP yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik terdapat 37,5% yang jumlah lauk pauk baik (≥ 50 gram), sedangkan dari 46 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi cukup terdapat 41,3% yang jumlah lauk paukbaik (≥ 50 gram), dan dari 10 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi kurang terdapat 40,0% yang jumlah lauk pauk baik (≥ 50 gram). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan jumlah lauk pauk yang dikonsumsi, dengan nilaip = 0,944. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.15berikut :

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun

(65)

gram), dan dari 46 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi cukup terdapat 45,7% yang jumlah sayuran baik (≥ 200 gram), dan dari 10 orang siswi dengan tingkat pengetahuan kurang terdapat 40,0% yang jumlah sayuran baik (≥ 200 gram). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan jumlak sayuran yang dikonsumsi, dengan nilai p= 0,097. Untuk lebih jelas lihat Tabel 4.16berikut :

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Sayuran yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 Pengetahuan

(66)

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Buah yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 Pengetahuan

4.11 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang siswi SMP yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik tidak ada(0,0%)yang memiliki pola makan yang baik, dari 46 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi cukup terdapat 2,2% yang memiliki pola makan yang baik, dan dari 10 orang siswi dengan tingkat pengetahuan gizi kurang terdapat 10,0% yang memiliki pola makan yang baik. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan pola makan, dengan nilai p = 0,388. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.18berikut :

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Pengetahua 4.12 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Anemia

(67)

pengetahuan gizi kurang terdapat 60,0% yang mengalami anemia. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia, dengan nilai p=0,567. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.19sebagai berikut:

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Pengetahuan

4.13 Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Anemia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 orang siswi SMP dengan frekuensi makan sering terdapat 40,0% yang terkena anemia, dan dari 63 orang dengan frekuensi makan tidak sering terdapat 87,3% yang terkena anemia. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan kejadian anemia, dengan nilai p< 0,001.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut :

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Frekuensi Makan dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

(68)

4.14 Hubungan Jenis Makanan dengan Kejadian Anemia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang siswi SMP dengan konsumsi jenis makanan dengan kategori baik terdapat 37,5% yang terkena anemia, dan dari 53 orang dengan konsumsi jenis makanan dengan kategori tidak baik terdapat 94,6% yang terkena anemia. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian anemia, dengan nilai p< 0,001.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut :

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Jenis Makanan dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Jenis

4.15 Hubungan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi dengan Kejadian Anemia

1. Hubungan Jumlah MakananPokok yang Dikonsumsi dengan Kejadian Anemia

(69)

Tabel 4.22 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Makanan Pokok yang Di

2. Hubungan Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi dengan Kejadian Anemia Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 orang siswi SMP yang mengkonsumsi lauk pauk baik (≥ 50 gram) terdapat 48,6% yang terkena anemia, dan dari 53 orang yang mengkonsumsi lauk pauktidak baik (<50 gram) terdapat 90,6% yang terkena anemia. Hasil uji chi-square menunjukkanbahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi lauk pauk dengan kejadian anemia, dengan nilai p< 0,001. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.23berikut : Tabel 4.23 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Lauk Pauk dengan Kejadian

Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 Lauk

(70)

hubungan yang bermakna antara konsumsi sayuran dengan kejadian anemia, dengan nilai p< 0,001.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut : Tabel 4.24 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Sayuran dengan Kejadian

Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014 Sayuran

4. Hubungan Jumlah Buah yang Dikonsumsi Dengan Kejadian Anemia Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang siswi SMP yang mengkonsumsi buah-buahanbaik (≥ 150 gram) terdapat 23,1% yang terkena anemia, dan dari 75 orang yang mengkonsumsi buah-buahantidak baik (< 150 gram) terdapat 82,7% yang terkena anemia. Hasil uji chi-square

menunjukkanbahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi buah dengan kejadian anemia, dengan nilai p< 0,001.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.25berikut :

Tabel 4.25 Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Buah dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014

Buah

4.16 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia

Gambar

Tabel 2.2 Batas normal Kadar Hb Menurut Kelompok
Tabel 2.3 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan Pada Usia Remaja
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia di SMP Negeri 2 Kotapinang Tahun 2014
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja putri dengan tingkat kecukupan gizi (energi, protein dan besi) pada

Ada hubungan tingkat konsumsi zat besi dan pola menstruasi (lama menstruasi dan siklus menstruasi) dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Kristen

skripsi dengan judul : “ HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN POLA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP KRISTEN 1 SURAKARTA ” , sebagai

Tingkat kecukupan asupan zat besi akhir remaja putri pada kelompok intervensi setelah diberikan pendidikan gizi dengan media buku cerita mengalami sedikit peningkatan

Menurut anda, manakah yang termasuk bahan makanan sumber zat

Remaja putri di MTs Ma’Arif Nyatnyono yang mempunyai pola makan dalam kategori baik tetapi mengalami anemia karena konsumsi gizi yang tidak tepat.. Terjadinya defisiensi

Variabel independen adalah status gizi remaja putri, sedangkan asupan protein, zat besi, vitamin C, vitamin B12 dan folat merupakan variabel perancu karena merupakan

SIKAP MENGENAI ANEMIA No Keterangan Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju 1 Remaja perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi 2 Tidak perlu makan sayur sayuran