PENGARUH MODIFIKASI POLA HIDUP DENGAN ATAU
TANPA METFORMIN TERHADAP KADAR C-REAKTIF
PROTEIN PADA PENDERITA OBESITAS
TESIS
Oleh
MUHAMMAD BUDIMAN
NIM: 097101002
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH MODIFIKASI POLA HIDUP DENGAN ATAU
TANPA METFORMIN TERHADAP KADAR C-REAKTIF
PROTEIN PADA PENDERITA OBESITAS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Penyakit Dalam dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu
Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD BUDIMAN
097101002
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH MODIFIKASI POLA HIDUP DENGAN ATAU TANPA METFORMIN TERHADAP KADAR C-REAKTIF PROTEIN PADA PENDERITA OBESITAS
Nama Mahasiswa : Muhammad Budiman Nomor Induk Mahasiswa : 097101002
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Penyakit Dalam
Menyetujui, Komisi Pembimbing
DR. dr. Dharma Lindarto,SpPD-KEMD
Ketua Anggota
dr. Mardianto,SpPD-KEMD
Sekretaris Program Studi Ketua Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam
Dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP Dr. Salli Roseffi Nasution SpPD-KGH NIP. 19680504 199903 1 001 NIP. 19540514 198110 1 002
Tanggal Lulus : 26 Februari 2014
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah penulis nyatakan dengan benar.
Nama : Muhammad Budiman
NIM : 097101002
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Budiman
NIM : 097101002
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:
PENGARUH MODIFIKASI POLA HIDUP DENGAN ATAU
TANPA METFORMIN TERHADAP KADAR C-REAKTIF
PROTEIN PADA PENDERITA OBESITAS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 26 Februari 2014
Yang menyatakan
Telah diuji
Pada Tanggal : 26 Februari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP (K)
Anggota :
1. Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH
2. Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP
3. DR.dr. Juwita Sembiring, SpPD-KGH
ABSTRAK
Obesitas suatu penyakit multifaktorial akibat akumulasi jaringan adiposa yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan sindroma metabolik dan meningkatkan kejadian kardiovaskular. Jaringan adiposa mensekresi adipokin yang menginduksi pembentukan CRP mengakibatkan terjadinya resistensi insulin dan berperan aktif dalam perkembangan plak aterosklerosis. Metformin sebagai antidiabetes mempunyai efek anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan pola hidup medik dan penambahan metformin pada penderita obesitas dapat lebih memperbaiki kadar CRP. Penelitian dilakukan secara uji klinis selama 12 minggu pada 38 penderita obesitas yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dengan intervensi pola hidup medik tanpa metformin (n=19) dan kelompok pola hidup medik dengan metformin (n=19). Setelah 12 minggu intervensi pada kelompok tanpa metformin terdapat perbaikan yang signifikan pada BB (78,01±11,33 vs 75,68±11,02. P= 0,0001), LP (95,47±7,12 vs 90,07±7,63. P=0,001), IMT (32,35±4,13 vs 31,26±4,15. P=0,0001) dan hs-CRP (3,03±2,20 vs 3,22±2,40. P=0,445) sedangkan pada kelompok metformin didapatkan BB (76,07±13,06 vs 72,33±12,97 P=0,0001), LP (93,97±9,70 vs 87,80±9,42 P= 0,0001), IMT (32,49±4,88 vs 30,70±4,72 P=0,0001) dan hs-CRP (3,02±2,25 vs 2,63±1,93 P=0,292). Perbandingan antara kelompok tanpa metformin dengan metformin terdapat perbedaan yang signifikan pada BB dan IMT. Kesimpulan pola hidup medik selama 12 minggu memperbaiki parameter antropometri tertentu dan penambahan metformin tidak memperbaiki secara bermakna kadar CRP pada penderita obesitas.
ABSTRACT
Obesity is a multifactorial disease cuased by accumulation of excessive adipose tissue that can cause metabolic syndrome and increase cardiovascular event. Adipose tissue secretes adipokine that induces the formation of CRP wich results in insulin resistency and actively has a role in developing atherosclerosis plaque. Metformin as an antidiabetic agent has anti inflamtory effect. This study intends to find out whether combination of medical life style and metformin in obesity subjects can improve CRP level. This study was a clinical trial held in 12 weeks on 38 obesity subjects which divided in to two groups. Group was subjects with medical life style without metformin (n:19) and group was subjects with combinationof medical life style and metformin. After 12 weeks of intervention in group without metformin there was significantly improvement in body weight (78,01±11,33 vs 75,68±11,02. P= 0,0001), waist circumference (95,47±7,12 vs 90,07±7,63. P=0,001), body mass index (32,35±4,13 vs 31,26±4,15. P=0,0001) and hs-CRP (3,03±2,20 vs 3,22±2,40. P=0,445) while in group with metformin the body weight was (76,07±13,06 vs 72,33±12,97 P=0,0001), waist circumference (93,97±9,70 vs 87,80±9,42 P= 0,0001), body mass index (32,49±4,88 vs 30,70±4,72 P=0,0001) and hs-CRP (3,02±2,25 vs 2,63±1,93 P=0,292). Comparing the results of 2 groups, there was significant diffrence in body weight and body mass index. As a conclusion implementation of medical life style in 12 weeks improved spesific antropometri parameter and giving metfoormin as complement did not markedly improve the CRP level in obesity subjects.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur yang tidak terhingga senantiasa
penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat
menyadari bahwa tanpa bantuan semua pihak, tesis ini tidak mungkin dapat
penulis selesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tesis ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada:
1. dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGHdan dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K) selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing,
memberikan dorongan dan kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.
2. (Alm)dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH dan dr. Zainal Safri, Sp.PD, Sp.JP sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam serta
dr. Ilhamd, SpPD (Pjs. Sekretaris Program Studi) yang telah dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi dorongan dan
membentuk penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berbudi
luhur serta siap mengabdi dan berbakti pada nusa dan bangsa.
3. Khusus mengenai tesis ini, kepada DR.dr.Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD
dan dr.Mardianto, Sp.PD-KEMD selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama mengadakan
penelitian juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran
membimbing penulis sampai selesainya tesis ini.
4. Alm. Dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH, yang telah bersedia memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam serta bimbingan dan
5. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam
Malik/RSUD dr. Pirngadi/Medan, Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Bachtiar Fanani Lubis,Sp.PD-KHOM, Prof. dr. Habibah Hanum Nasution, Sp.PD-KPsi, Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD-KP, KAI, Sp.MK(K), Prof. dr. OK Moehad Sjah, Sp.PD-KR, Prof. dr. Lukman H. Zain, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. M. Yusuf Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Azmi S Kar, Sp.PD-KHOM, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), dr. Rustam Effendi YS, Sp.PD-KGEH, (Alm) dr. Betthin Marpaung, Sp.PD-KGEH, dr. Mabel Sihombing, Sp.PD-KGEH, dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH, DR. dr. Juwita Sembiring, Sp.PD-KGEH,dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-KP,
dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH,(Alm)dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH, DR. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, dr. Yosia Ginting, Sp.PD-KPTI, dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), dr. EN. Keliat, Sp.PD-KP, dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI,dr. Leonardo Dairy, Sp.PD-KGEH, dr. Pirma Siburian, Sp.PD-KGer, dr. Rustam Effendi YS, Sp.PD-KGEH, dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD-KAI, DR. dr. Blondina Marpaung, Sp.PD-KR, dr. Tambar Kembaren, Sp.PD, dr. Mardianto, Sp.PD-KEMD, dr. Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM, dr. Ilhamd, Sp.PD, dr. Zainal Safri, Sp.PD, Sp.JP, dr. Santi Syafril, Sp.PD-KEMD, SpPD, dr. Ariantho S. Purba, Sp.PD, dr. Franciscus Ginting, Sp.PD, dr. Savita Handayani, Sp.PD, dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD, serta para guru yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan
kesabaran dan perhatian senantiasa membimbing penulis selama mengikuti
pendidikan.
6. Direktur RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi, RSU Tembakau Deli Medan dan RSUD Subullussalam yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas dan sarana Rumah
Sakit kepada penulis dalam menjalani pendidikan.
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
8. Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis
dalam menyusun tesis ini.
9. Teman-teman seangkatanyang telah memberikan dorongan semangat, dr. M. Azhari, dr. Doharjo Manullang, dr. Wirandi Dalimunthe, dr. Riki Muljadi, dr. Bayu Rusfandi Nasution, dr. Sari Harahap, dr. Naomi N Dalimunthe, dr. Herlinayani, dr. Junita, dr. Agustina, dr. Ratna Karmila, dr. Nelila Fitriani Nasution, dr. Elizabeth Sipayung, dr. Katharine. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.
10. Abang, kakak dan adik-adik peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam yang telah banyak membantu penulis selama menjalani
pendidikan ini.
11. Seluruh Perawat/Paramedis diberbagai tempat dimana penulis pernah
bertugas selama pendidikan.
12. Seluruh Pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.
13. Syarifuddin Abdullah, Lely Husna Nasution, Amd, Deny Mahyudi,
SKom, Julita Ramadayanti, Sriwanti, Tika, Tanti, Idriyanti, Ita, Fitri
dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK-USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi penulis dalam
menyelesaikan pendidikan.
Rasa hormat dan terima kasih tidak terhingga penulis persembahkan
kepada kedua orangtua yang sangat penulis cintai dan sayangi, Ayahanda H. Suwarno dan Ibunda Hj. Suminah, atas segala jerih payah, pengorbanan dan dengan kasih sayang yang tulus telah melahirkan, membesarkan, mendidik,
mendoakan tiada henti, memberikan dukungan moril dan materil, serta
akan pernah bisa penulis membalas jasa-jasa ayahanda dan ibunda, semoga Allah
SWT selalu memberikan kesehatan, kebahagian, rahmat dan karunia-Nya.
Demikian juga kepada kedua mertua penulis, Ir.H. Djumadi Gimone dan
Hj. Mawar yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil, bimbingan, semangat dan nasehat agar kuat dalam menjalani pendidikan, penulis
ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan selalu memberikan kesehatan, kebahagian, rahmat dan karunia-Nya
kepada mertua yang sangat penulis cintai dan sayangi.
Kepada istri tercinta, dr. Faradilah Halusia, anak tercinta Muhammad Barik Assyifa dan Muhammad Syafiq Althaf , terima kasih atas kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan dukungan yang telah dan akan senantiasa diberikan.
Semoga apa yang kita capai ini dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan
bagi keluarga kita serta diberkati oleh Allah SWT.
Kepada abang dan kakak, Lahmuddin, Nur Laila S.Pd, Syamsul Bahri, SKM, Zulkifli, Eli Zusniati, Sri Yanti S.Ag yang telah banyak membantu, memberi semangat dan dorongan, ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk
segalanya.
Kepada kakak dan kedua adik ipar dan suami, dr. Desi Kemala Sari dan
dr. M.Syaiful Hadi, SpOG, juga drg. Selvya Sari Dewi dan M. Ridwan, SE, dan Andre Muslim Dubari, ST terimakasih atas segala bantuan, dukungan dan doa yang telah diberikan.
Kepada semua pihak, baik perorangan maupun instansi yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan berperan dalam
menyelesaikan pendidikan ini, penulis ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan dan kekurangan selama menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan,
dukungan, bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan kiranya mendapat
balasan berlipat-ganda dari Allah SWT
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak... i
Abstract... ii
Kata Pengantar... iii
Daftar Isi... vii
Daftar Tabel... ix
Daftar Gambar... x
Daftar Singkatan dan Lambang... xi
Daftar Lampiran... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Hipotesis... 4
1.4 TujuanPenelitian... 4
1.5 Manfaat Penelitian... 1.6 Kerangka Konseptual... 4 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Definisi, epidemiologi dan klasifikasi obesita... 6
2.2 C-Reaktif Protein... 9
2.3 Manajemen Klinik Obesitas... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1 Desain Penelitian... 16
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 16
3.3 Populasi Terjangkau ... 16
3.4 Kriteria yang Diikutkan dalam Penelitian... 16
3.5 Kriteria yang Dikeluarkan dalam Penelitian... 17
3.6 Besar Sampel... 17
3.7 Cara Penelitian... ... 18
3.9 Analisa Data ...
3.10 Ethical Clearance dan Informed Concernt...
3.11 Kerangka Operasional...
23
23
24
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 25
DAFTAR TABEL
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas berdasarkan
IMT...
Kategori Berat Badan Berdasarkan Klasifikasi
Asia-Pasifik...
Rangkuman Beberapa Penelitian Metformin pada Obesitas
Aktifitas Fisik Sehari-hari...
Data Karakteristik Dasar Populasi Penelitian...
Parameter Antropometri, Glukosa Darah dan CRP
sebelum dan Sesudah Intervensi Pola hidup medik dengan
atau Tanpa Metformin selama 12 Minggu...
Parameter Perubahan Antropometri dan CRP antara
Kelompok Metformin dan Kelompok Plasebo...
Korelasi antara Antropometri dengan Kadar CRP...
Efek Samping yang Muncul selama Penelitian...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 5
2.1 Patogenesis Intoleransi Glukosa pada Penderita Obesitas... 9
2.2 Jalur inflamasi pada penderita obesitas... 11
2.3 Peran C-Reaktif Protein dalam Pembentukan Aterosklerosis 11
3.1 Piramida Makanan... 20
3.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Kerangka Operasional Penelitian...
Bagan Alur Penelitian...
Perubahan Tekanan Darah (mean) pada Kedua Kelompok....
Perubahan Berat Badan (mean) pada Kedua Kelompok...
Perubahan Lingkar Pinggang (mean) pada Kedua Kelompok
Perubahan Indeks Massa Tubuh (mean) pada Kedua
Kelompok...
Perubahan C-Reaktif Protein (mean) pada Kedua Kelompok.
24
26
30
31
31
32
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN Nama Pemakaian pertama
kali pada halaman
National Health and Nutrition
Examination Surveys
Very Low Density Lipoprotein
The Diabetes Prevention Program
Diabetes Melitus
Centers for Disease Control
Penyakit Jantung Koroner
BIGuanide and Prevention of Risk
in Obesity
RI Resistensi Insulin 36
TGDT Toleransi Gula Darah Terganggu 36
IDPP
US FDA
Indian Diabetes Prevention
Program
United State Food Drugs
Administration
37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Persetujuan Komisi Etik Penelitian... 50
2 Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian... 51
3 Surat Persetujuan Setelah Penjelasan... 53
4 Kertas Kerja Profil Peserta Penelitian... 54
5 Data Antropometri dan Laboratorium Pre dan Post
Intervensi... 55
6 Analisa Statistik ... 57
ABSTRAK
Obesitas suatu penyakit multifaktorial akibat akumulasi jaringan adiposa yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan sindroma metabolik dan meningkatkan kejadian kardiovaskular. Jaringan adiposa mensekresi adipokin yang menginduksi pembentukan CRP mengakibatkan terjadinya resistensi insulin dan berperan aktif dalam perkembangan plak aterosklerosis. Metformin sebagai antidiabetes mempunyai efek anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan pola hidup medik dan penambahan metformin pada penderita obesitas dapat lebih memperbaiki kadar CRP. Penelitian dilakukan secara uji klinis selama 12 minggu pada 38 penderita obesitas yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dengan intervensi pola hidup medik tanpa metformin (n=19) dan kelompok pola hidup medik dengan metformin (n=19). Setelah 12 minggu intervensi pada kelompok tanpa metformin terdapat perbaikan yang signifikan pada BB (78,01±11,33 vs 75,68±11,02. P= 0,0001), LP (95,47±7,12 vs 90,07±7,63. P=0,001), IMT (32,35±4,13 vs 31,26±4,15. P=0,0001) dan hs-CRP (3,03±2,20 vs 3,22±2,40. P=0,445) sedangkan pada kelompok metformin didapatkan BB (76,07±13,06 vs 72,33±12,97 P=0,0001), LP (93,97±9,70 vs 87,80±9,42 P= 0,0001), IMT (32,49±4,88 vs 30,70±4,72 P=0,0001) dan hs-CRP (3,02±2,25 vs 2,63±1,93 P=0,292). Perbandingan antara kelompok tanpa metformin dengan metformin terdapat perbedaan yang signifikan pada BB dan IMT. Kesimpulan pola hidup medik selama 12 minggu memperbaiki parameter antropometri tertentu dan penambahan metformin tidak memperbaiki secara bermakna kadar CRP pada penderita obesitas.
ABSTRACT
Obesity is a multifactorial disease cuased by accumulation of excessive adipose tissue that can cause metabolic syndrome and increase cardiovascular event. Adipose tissue secretes adipokine that induces the formation of CRP wich results in insulin resistency and actively has a role in developing atherosclerosis plaque. Metformin as an antidiabetic agent has anti inflamtory effect. This study intends to find out whether combination of medical life style and metformin in obesity subjects can improve CRP level. This study was a clinical trial held in 12 weeks on 38 obesity subjects which divided in to two groups. Group was subjects with medical life style without metformin (n:19) and group was subjects with combinationof medical life style and metformin. After 12 weeks of intervention in group without metformin there was significantly improvement in body weight (78,01±11,33 vs 75,68±11,02. P= 0,0001), waist circumference (95,47±7,12 vs 90,07±7,63. P=0,001), body mass index (32,35±4,13 vs 31,26±4,15. P=0,0001) and hs-CRP (3,03±2,20 vs 3,22±2,40. P=0,445) while in group with metformin the body weight was (76,07±13,06 vs 72,33±12,97 P=0,0001), waist circumference (93,97±9,70 vs 87,80±9,42 P= 0,0001), body mass index (32,49±4,88 vs 30,70±4,72 P=0,0001) and hs-CRP (3,02±2,25 vs 2,63±1,93 P=0,292). Comparing the results of 2 groups, there was significant diffrence in body weight and body mass index. As a conclusion implementation of medical life style in 12 weeks improved spesific antropometri parameter and giving metfoormin as complement did not markedly improve the CRP level in obesity subjects.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Obesitas merupakan kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik dan
faktor genetik sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Obesitas
didefenisikan sebagai kelebihan berat badan yang mengganggu kesehatan dan
merupakan masalah yang serius di masyarakat. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, prevalensi obesitas dari beberapa negara bervariasi secara dramatis dan diduga diatas 1,7 miliar yang overweight
dan 310 juta penderita obesitas.1 Menurut data lain dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun 2006 dinyatakan bahwa 72 juta orang dewasa di Amerika mempunyai IMT > 30 kg/m2 dan prevalensi
penderita obesitas menetap dalam beberapa tahun terakhir, dengan prevalensi
31,1 % pada pria dan 33,2 % pada wanita.
Insiden obesitas di negara-negara berkembang juga semakin
meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia
hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita kelaparan. Di
Indonesia sendiri, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang baku
mengenai obesitas, data yang ada saat ini ternyata menunjukkan terjadinya
penambahan jumlah penduduk dengan obesitas, khususnya pada kota besar.
Hal ini diwakili dengan hasil penelitian di Depok pada tahun 2003 yang
mendapatkan 44 % orang dengan berat badan lebih dan obesitas, dan angka ini
ternyata meningkat tajam apabila dibandingkan dengan angka yang diperoleh
pada tahun 1992 di Jakarta pusat sebesar 17,1 %.
2
Penelitian akhir-akhir ini pada bidang obesitas dititik beratkan pada
peranan jaringan adiposa sebagai organ endokrin yang mensekresi sejumlah
sitokin. Sitokin tersebut dikenal sebagai adipokin yang berperan pada berbagai
komplikasi metabolik dan vaskuler pada obesitas yang juga menginduksi
produksi C-reaktif protein (CRP). Dimana jaringan adiposa menghasilkan
25% dari IL-6 sistemik. Dengan meningkatnya masa jaringan adiposa visceral,
maka akan terjadi peningkatan sekresi sejumlah produk seperti asam lemak
bebas (ALB), TNF-α, IL-6, resistin, dan leptin serta CRP, sedangkan
adiponektin terjadi penurunan. Dimana peningkatan jaringan adiposa ini akan
mengakibatkan peningkatan sekresi IL-6 kondisi ini mengakibatkan inflamasi
sistemik ringan yang merangsang sintesa CRP di hati. Dengan demikian
penurunan berat badan dapat mengurangi jaringan adiposa sehingga sekresi
sitokin pro inflamasi berkurang induksi produksi CRP juga berkurang maka
resistensi insulin dan resiko penyakit kardiovaskuler jadi menurun.
CRP adalah suatu faktor pro inflamasi yang diproduksi di hati
terutama di hepatosit sebagai respon dari infeksi dan inflamasi yang
sintetisnya diatur oleh IL-6, IL-1 dan TNF-α. CRP mempunyai fungsi utama
merangsang sintesis tissue factor dan mengaktifasi komplemen dalam proses agregasi. Studi invitro menunjukan bahwa agregat CRP akan mengikat LDL
dan VLDL, pengaktifan komplemen dan inisiasi koagulasi.
6,7,8
Bukti terbaru menunjukan bahwa hs-CRP (high sensistive-C reactive
protein) memainkan peranan utama dalam proses fisiologis yang berhubungan
dengan sindroma metabolik.Tingginya kadar hs-CRP telah terbukti menjadi
prediktor independen resiko kardiovaskular untuk semua derajat keparahan
sindroma metabolik, juga berkorelasi dengan obesitas abdominal pada pria
dengan dislipidemia aterogenik sebuah karakteristik klinis yang penting pada
sindroma metabolik.Woman’s Health Study mendapatkan hs-CRP yang tinggi berkorelasi dengan resisitensi insulin pada wanita non diabetes hal ini
memberikan bukti tambahan hubungan antara peradangan dengan resiko
diabetes melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.
6
The Diabetes Prevention Program (DPP) telah membuktikan bahwa modifikasi pola hidup melalui kegiatan fisik sedang dan perubahan pola
makan akan menurunkan berat badan 5-7 % dan juga menurunkan 58 % resiko
menjadi diabetes.
9
6
Menurunkan berat badan, merubah pola makan dan gerak
badan yang efektif ternyata juga dapat menurunkan resiko penyakit
kuat bahwa dengan adanya penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan
darah, serum trigliserida, total kolesterol, LDL maupun kadar glukosa darah
pada individu berat badan lebih atau obesitas tanpa diabetes melitus.
Faktanya modifikasi pola hidup merupakan terapi awal yang dilakukan
pada pasien obesitas. Nurses Health Study dan the HealthProfessionals' Study
melaporkan bahwa dengan peningkatan aktivitas fisik sedang (moderate) disamping masukan diet yang standar selama 12 minggu atau lebih pada
populasi beresiko diabetes akan menurunkan resiko sebesar 26 hingga 38 %.
3
Metformin merupakan salah satu obat golongan biguanide yang secara luas digunakan pada diabetes melitus tipe 2, yang juga mempunyai efek
menurunkan berat badan. Pada pasien DM metformin mempunyai efek
menekan produksi glukosa dihati dan insulin sensitizer yang membuat
terjadinya penurunan berat badan atau membuat berat badan stabil. Selain itu
metformin juga secara luas digunakan pada pasien Polycystic Ovarium
Syndrome (PCOS) tanpa diabetes yang juga mempunyai efek menurunkan berat badan. Metformin sendiri juga sudah beberapa kali diteliti sebagai
bagian dari terapi pasien berat badan lebih dan obesitas tanpa diabetes,
walaupun dinyatakan masih terdapat kekurangan data yang mendukung
penggunaannya tersebut.
8
Oleh karena beberapa latar belakang tersebutlah kami mencoba
meneliti pengaruh modifikasi pola hidup dengan atau tanpa metformin
terhadap perubahan kadar CRP pada penderita obesitas.
11
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian diatas, dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12
minggu pada penderita obesitas akan menyebabkan perbaikan kadar
CRP?
2) Apakah penambahan metformin disamping modifikasi pola hidup (diet
dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada penderita obesitas akan
1.3 Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dari penelitian ini
sebagai berikut :
1) Modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada
penderita obesitas dapat memperbaiki kadar CRP.
2) Penambahan metformin dalam modifikasi pola hidup (diet dan latihan
jasmani) selama 12 minggu atau lebih pada penderita obesitas dapat
meningkatkan perbaikan kadar CRP.
1.4 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui apakah dengan modifikasi pola hidup (diet dan
latihan jasmani) pada penderita obesitas selama 12 minggu akan
mendapatkan perbaikan kadar CRP.
2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbaikan kadar CRP, apabila
ditambahkannya terapi metformin didalam modifikasi pola hidup (diet
dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada penderita obesitas.
3) Untuk melihat apakah terdapat perbedaan kadar CRP pada kelompok
obesitas yang mendapatkan tambahan terapi metformin pada
modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) dibandingkan dengan
kelompok kontrol tanpa menggunakan metformin.
1.5 Manfaat Penelitian
1) Untuk mengetahui besarnya peranan modifikasi pola hidup dan
penurunan CRP dengan atau tanpa metformin dalam pencegahan
diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular pada penderita obesitas.
2) Ikut mendidik penderita obesitas untuk melakukan perubahan
modifikasi pola hidup menjadi lebih baik.
3) Menurunkan biaya perawatan kesehatan dengan mencegah terjadinya
1.6Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 Kerangka konseptual penelitian
Minggu 0 Adiposit mengeluarkan adipokin: CRP, dll
Minggu 0
Modifikasi pola hidup + Metformin
Modifikasi pola hidup + Plasebo
Minggu 12 Minggu 12
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1Definisi, Epidemiologi dan Klasifikasi Obesitas
Obesitas merupakan suatu kelainan komplek pengaturan nafsu makan
dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik
spesifik.3 Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan
penyakit ini. Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak
yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, prevalensi obesitas dari beberapa negara bervariasi secara dramatis dan diduga
diatas 1,7 miliar yang overweight dan 310 juta penderita obesitas.
3
1
Menurut
data lain dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES)
tahun 2006 dinyatakan bahwa 72 juta orang dewasa di Amerika mempunyai
IMT > 30 kg/m2 dan prevalensi penderita obesitas menetap dalam beberapa
tahun terakhir, dengan prevalensi 31,1 % pada pria dan 33,2 % pada wanita.
Insiden obesitas di negara-negara berkembang juga semakin
meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia
hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita kelaparan. Di
Indonesia sendiri, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang baku
mengenai obesitas, data yang ada saat ini ternyata menunjukkan terjadinya
penambahan jumlah penduduk dengan obesitas, khususnya pada kota besar.
Hal ini diwakili dengan hasil penelitian di Depok pada tahun 2003 yang
mendapatkan 44 % orang dengan berat badan lebih dan obesitas, dan angka ini
ternyata meningkat tajam apabila dibandingkan dengan angka yang diperoleh
pada tahun 1992 di Jakarta pusat sebesar 17,1 %.
2
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai
pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa.
IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis
untuk mengukur tingkat populasi berat lebih dan obesitas pada orang dewasa.
Pengukuran ini merupakan langkah awal dalam menentukan derajat
adipositas, dan dikatakan berkorelasi kuat dengan jumlah massa lemak
tubuh.
3
12,13
Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT atau indeks Quetelet
yaitu berat badan dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2).
Karena IMT menggunakan tinggi badan, maka pengukurannya harus
dilakukan dengan teliti.
Klasifikasi IMT yang direkomendasikan untuk digunakan adalah
klasifikasi yang diadopsi dari the National Institute of Health (NIH) dan
World Health Organization (WHO), yang tertera pada tabel 1 dibawah ini. Definisi berat badan lebih dan obesitas sangat tergantung dengan ras.
Klasifikasi NIH dan WHO sering digunakan untuk ras kulit putih, hispanik
dan ras kulit hitam. Untuk ras Asia , dikatakan berat badan lebih apabila IMT
antara 23 hingga 29,9 kg/m
3
2
dan obesitas apabila IMT > 30 kg/m2.13,14
Tabel 2.1 Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT 13
Kategori IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18,5
Kisaran normal 18,5-24,9
Berat badan lebih > 25
Pra-Obesitas 25,0-29,9
Obesitas Tingkat I 30,0-34,9
Obesitas Tingkat II 35,0-39,9
Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah menggunakan klasifikasi dan kriteria
obesitas sendiri seperti yang terdapat didalam tabel dibawah ini.
Satu hal yang perlu dicatat pada semua kriteria tersebut adalah bahwa
obesitas (obesitas abdominal ) merupakan salah satu parameter yang penting
dalam menegakkan diagnosis sindroma metabolik. Bahkan pada kriteria sindroma
metabolik dari IDF, obesitas abdominal merupakan parameter yang mutlak
diperlukan.
15
10
Tabel 2.2 Kategori berat badan berdasarkan klasifikasi Asia-Pasifik 15
Resiko Komorbiditas
Klasifikasi IMT
(kg/m2
Lingkar
)
Perut
< 90 cm (lakilaki)
< 80 cm (wanita)
≥ 90 cm (laki-laki)
≥ 80 cm (wanita)
Berat badan kurang < 18,5 Rendah (resiko
meningkat pada
klinis lain
Sedang
Kisaran normal 18,5-22,5 Sedang Meningkat
Berat badan lebih ≥ 23,0
Beresiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat
Obesitas I 25,0-29,9 Moderat Berat
Gambar 2.1 Patogenesis intoleransi glukosa pada penderita obesitas, dikutip dari Bray 2004
Selanjutnya untuk memahami mekanisme terjadinya obesitas lebih lanjut
perlu pemahaman yang lebih. Tidak sekedar hanya semata-mata ketidak
seimbangan antara energi asupan dan energi pengeluaran, namun juga proses yang
mendasarinya. Telah diketahui bahwa regulasi energi pada tubuh manusia
diperankan oleh otak melalui sistem saraf yang mempengaruhi kerja hormon dan
sinyal yang terkait pada asupan nutrisi.
Hipotalamus merupakan pusat regulasi metabolisme energi. Selain
pengaturan secara hormonal, hipotalamus dapat pula mengenali jenis makanan.
Seperti yang ditemukan pada penelitian yaitu long chain fatty acid-CoA berperan dalam integrasi metabolisme karbohidrat dan lemak, yang terkait dengan
melacortin circuit.
16
17
2.2C-Rekatif Protein (CRP)
pasien yang menderita Pneumonia pneumococcus yang akan membentuk
presipitasi dengan C - Polisakarida dari dinding sel Pneumococcus. Karena reaksi
antara protein dan polisakarida menyebabkan presipitasi maka protein ini diberi
nama C-Reactive Protein.10,15
CRP adalah sebuah reaktan fase akut yang diproduksi di hepatosit hati
dengan induksi sitokin IL-6 yang dapat meningkat kadarnya dalam serum sampai
1000 kali lipat selama cedera dan infeksi. Kadar CRP meningkat pada individu
obesitas yang memiliki jaringan adiposa yang banyak.
7
Bukti terbaru menunjukkan bahwa hs-CRP berperan utama dalam proses
fisiologis pada sindroma metabolik. Tingginya kadar hs-CRP telah terbukti
menjadi prediktor independen resiko kardiovaskular untuk semua derajat
keparahan sindroma metabolik, juga berkorelasi dengan obesitas abdominal pada
pria dengan dislipidemia aterogenik sebuah karakteristik klinis yang penting pada
sindroma metabolik.Woman’s Health Study menyatakan hs-CRP yang tinggi
berkorelasi dengan resisitensi insulin pada wanita non diabetes hal ini
memberikan bukti tambahan hubungan antara peradangan dengan resiko diabetes
melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.
Pada ateroskleoris dan obesitas dimana terjadi inflamasi kronis dan
kerusakan jaringan yang terjadi hanya sedikit (small injury), tidak mengakibatkan
peningkatan kadar CRP yang sangat tinggi, melainkan berada dalam rentang kadar
yang rendah (< 10 mg/L) sehingga dikembangkan suatu pemeriksaan yang disebut
hs-CRP (high sensitivity - C Reactive protein).
9
Gambar 2.2 Jalur inflamasi pada penderita obesitas, dikutip dari Vincent,2006
Hs-CRP dapat digunakan untuk mendeteksi inflamasi pada proses
aterosklerosis karena dapat mengukur kadar CRP dalam kuantitas yang sangat
kecil dan diukur dengan metode yang sangat sensitif.11
Pada tahun 2003, American Heart Association dan Centers for Disease Control (AHA / CDC) merekomendasikan bahwa hs-CRP dapat digunakan sebagai suatu marker untuk menilai resiko kejadian kardiovaskular dan
merupakan prediktor independen yang kuat untuk penyakit kardiovaskular dan
berperan aktif dalam perkembangan plak aterosklerosis. Dalam rekomendasi
tersebut, nilai cut off hs-CRP > 3 mg/L dianggap sebagai resiko tinggi untuk
terjadinya PJK.
Kondisi-kondisi yang sering menyebabkan peningkatan kadar hs-CRP
antara lain infeksi, baik oleh karena bakteri maupun virus, trauma, pembedahan,
luka bakar, infark jaringan, penyakit autoimun dan penyakit keganasan dengan
kadar CRP bervariasi diatas 10 mg/L. Nilai CRP stabil untuk jangka waktu yang
lama, tidak dipengaruhi oleh intake makanan, usia, jenis kelamin dan tidak ada
variasi sirkadian. Pada individu sehat tanpa inflamasi, kadar CRP < 1 mg/L
dengan median 0.8 mg/L. Bilamana terdapat stimulus yang bersifat akut, dapat
terjadi peningkatan hingga 10.000 kali dari nilai normalnya. Untuk penyebab
infeksi bakteri, penyakit auto immun dan keganasan, nilai CRP dapat mencapai
lebih dari 100 mg/L. Dalam waktu yang relatif singkat ( 6 – 8 jam ) setelah
terjadinya reaksi radang akut / kerusakan jaringan, sintesis dan sekresi dari CRP
meningkat dengan tajam, mempunyai waktu paruh 19 jam, dan hanya dalam
waktu 24- 48 jam telah mencapai nilai puncaknya.
13
Kadar CRP akan kembali ke
kadar asalnya dalam waktu 2 minggu setelah proses inflamasi atau infeksi hilang.
Oleh karena keuntungan itu, CRP sangat berguna untuk menegakkan diagnostik
inflamasi dan penyakit infeksi. hs - CRP merupakan pemeriksaan yang dapat
mengukur konsentrasi CRP yang sangat sedikit sehingga bersifat lebih sensitif
dengan range pengukuran antara 0,3 – 300 mg/L. Baik untuk memeriksa adanya
suatu inflamasi kronis derajat rendah (low level inflammation). Pemeriksaan
hs-CRP yang sangat sensitif ini dapat digunakan untuk memperkirakan risiko PJK
dimana proses aterosklerosis sebagai penyebab utama PJK terjadi proses inflamasi
AHA / CDC 12
- hs-CRP < 1,0 mg/L risiko terkena PJK rendah (Low risk)
membagi nilai cut off hs-CRP berdasarkan resiko
terjadinya PJK yaitu :
- hs-CRP 1,0 - 3,0 mg/L risiko terkena PJK sedang (intermediate risk) - hs-CRP > 3,0 mg/L (< 10 mg/L) risiko terkena PJK tinggi (high risk)
Penelitian tentang hs-CRP, DPP study tahun 2005 pada kelompok pria
dengan TGT yang mendapat metformin terjadi penurunan kadar hs-CRP sebesar
7% sedangkan kelompok kontrol terjadi kenaikan kadar hs-CRP 5%. Selvin dkk
pada tahun 2007 menyimpulkan bahwa penurunan berat badan merupakan strategi
non farmakologis yang efektif untuk menurunkan kadar CRP. Penelitian di
Indonesia Djoko Hardiman tahun 2008 di Semarang, penelitian dilakukan pada
populasi prediabetes dimana pada kelompok dengan metformin terjadi penurunan
kadar hs-CRP, PAI-1, VCAM dan fibrinogen dan pada kelompok kontrol terjadi
peningkatan semua marker inflamasi tersebut.
2.3Manajemen Klinik Obesitas
Pemahaman tentang hubungan antara obesitas dan sindroma metabolik
serta peranan otak dalam pengaturan energi , merupakan titik tolak yang penting
dalam manjemen klinik penderita obesitas. Pendekatan manajemen modifikasi
pola hidup merupakan dasar tidak hanya pada obesitas tapi juga pada sindroma
metabolik. Penurunan berat badan 10-25 % sudah memberikan perbaikan profil
metabolik. Penanganan yang terintegrasi dalam manajemen berat badan mencakup
diet, aktivitas fisik dan yang terpenting adalah perubahan perilaku.
Modifikasi pola hidupmedis merupakan terapi awal yang dilakukan pada
pasien obesitas. Nurses Health Study dan the Health Professionals' Study
melaporkan bahwa dengan peningkatan aktivitas fisik sedang (moderate)
disamping masukan diet yang standar, selama 12 minggu atau lebih pada populasi
beresiko diabetes akan menurunkan resiko sebesar 26 hingga 38 % .
10
Obat-obatan dapat diberikan sebagai bagian manajemen berat badan. Dua
obat yang digunakan dalam manajemen berat badan yang paling sering
dibicarakan dalam dua tahun terakhir adalah sibutramine dan orlistrat.
8
8
obat ini dikatakan disamping dapat menurunkan berat badan, juga mempunyai
efek positif dalam perbaikan profil metabolik.
Satu penelitian lain BIGuanide and Prevention of Risk in Obesitasity
(BIGPRO) juga mendapatkan hasil terjadinya perbaikan profil lipid dan IMT
setelah diberikan metformin dengan dosis 2 x 850 mg dibandingkan dengan
kelompok kontrol pada mereka dengan resiko kardiometabolik.
8
18
Dalam satu
referensi dirangkumkan hasil beberapa studi penggunaan metformin pada
penderita berat badan lebih dan obesitas seperti yang terdapat pada tabel berikut :
Kesemua penelitian penggunaan metformin pada populasi obesitas yang
termasuk pada tabel diatas menggunakan IMT > 30 kg/m2 dan menggunakan
klasifikasi obesitas menurut WHO.20 Terdapat juga satu penelitian yang dilakukan
di China yang menggunakan metformin pada populasi obesitas dan hipertensi
dengan IMT ≥ 25 kg/m2, dengan suatu kesimpulan adanya perbaikan antropometri
dan profil kadar glukosa puasanya. 21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan secara uji klinis dengan metode desain paralel dengan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol secara independen.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.
• Penelitian akan dimulai pada bulan Februari 2011 hingga bulan
Mei 2011, atau hingga subjek penelitian ini tercukupi.
• Penelitian dilaksanakan diseluruh poliklinik rawat jalan di
RSUP Haji Adam Malik, RS Tembakau Deli dan RS Haji
dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK USU.
• Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah dilaksanakan oleh
Laboratorium Prodia cabang Medan.
3.3 Populasi Terjangkau.
Pasien obesitas yang berumur ≥18 tahun baik pria maupun wanita yang
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di RSUP Haji Adam Malik Medan, RS
Tembakau Deli dan RS Haji.
3.4 Kriteria yang Diikutkan dalam Penelitian.
• Subjek dengan usia antara ≥18 tahun baik pria waupun wanita.
• Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut
concent) untuk menjalani pemeriksaan fisik/antropometri, laboratorium serta bersedia menjalani pengaturan diet dan latihan
jasmani sedang (moderate) dari awal hingga akhir penelitian yang disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK USU.
• Subjek dengan IMT ≥ 25 kg/m2 dan atau lingkar pinggang (LP) ≥ 80 cm untuk wanita dan ≥ 90 cm untuk pria.
3.5 Kriteria yang Dikeluarkan dalam Penelitian
• Pasien dengan obesitas sekunder
• Pasien dengan riwayat, anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
sesuai untuk Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS).
• Subjek yang pernah atau sedang menderita gangguan hati dan
ginjal.
• Subjek pernah didiagnosa atau sedang menderita diabetes melitus,
hipertensi, penyakit kardiovaskular atau stroke.
• Subjek sedang menjalani terapi hormonal.
• Subjek dalam keadaan hamil atau sedang menyusui
• Subjek ditemukan tanda-tanda/gejala inflamasi/infeksi kronis.
• Nilai hs-CRP 10 mg/L
• Subjek perokok.
3.6 Besar Sampel
Untuk memperkirakan besar sampel dipergunakan rumus sampel tunggal
- X1- X2
Maka dari perhitungan diperoleh : N
= Selisih minimal yang dianggap bermakna = 0.4
Untuk antisipasi sejumlah sampel yang drop-out (DO) selama intervensi dan pengamatan digunakan rumus:
= 11.035 = 12 sampel.
Maka dari perhitungan rumus diperoleh jumlah sampel minimal = 15 sampel
3.7 Cara Penelitian
Terhadap semua pasien yang termasuk dalam penelitian diminta
memberikan persetujuan tertulis (informed concent), dan dilakukan pemeriksaan dan intervensi/perlakuan sebagai berikut :
a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data : umur, jenis kelamin,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat pemakaian obat serta pemeriksaan
laboratorium sebelumnya.
b. Dilakukan pengukuran Tinggi Badan (TB) dalam satuan centimeter (cm)
dengan alat microtop, Berat Badan (BB) dalam satuan Kilogram (kg)
diukur dengan alat timbangan Camry digital serta dilakukan penilaian
Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam satuan kg/m2
c. Dilakukan pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer Nova ,
dimana sebelumnya pasien diistirahatkan selama 5 menit. Pengukuran
dilakukan sebanyak dua kali dan diambil reratanya . .
d. Dilakukan pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dengan posisi tegak tanpa
alas kaki dengan jarak kedua tungkai 25-30 cm. Pengukuran dilakukan
melingkar secara horizontal dari titik tengah antara puncak krista illiaca
dan tepi bawah kosta terakhir pada axillaris media di baca dari depan yang
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat meteran biasa. Hasil
e. Setelah dipuasakan selama 10-12 jam pasien kemudian dilakukan
pengambilan sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan hs-CRP, kadar
gula darah puasa dan 2 jam post prandial, serta pemeriksaan profil lipid
(total kolesterol, Trigliserida, LDL kolesterol, HDL kolesterol) oleh
Laboratorium Prodia Cabang Medan.
f. Kemudian pada semua subjek penelitian dilakukan metode randomisasi
kelompok perlakuan yang hanya mendapatkan perlakuan modifikasi pola
hidup dengan perubahan pola makan dan latihan jasmani sedang
(moderate) dengan atau tanpa metformin secara sampling acak sederhana
(simple random sampling) dengan sejumlah amplop tertutup tidak tembus pandang serta diberikan nomor ganjil dan genap pada gulungan kertas
didalamnya.
g. Metode modifikasi pola hidup terdiri dari perencanaan makan dengan diet
standar dan latihan jasmani sedang (moderate) dirincikan sebagai berikut :
1) Perencanaan Makan dengan diet standar : perencanaan makan
harus disesuaikan dengan kebiasaan masing- masing individu.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur
dan kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi dipakai IMT dan
rumus Broca. Jumlah kalori ditentukan dari jumlah kalori basal
yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal ditambahkan atau
dikurangi beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti : jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll. Pada jenis kelamin
perempuan digunakan kalori basal 25 kal/kgBB dan pada laki-laki
30 kal/kgBB.
2) Kebutuhan kalori ditambah sesuai aktivitas fisik atau pekerjaan.
Penambahan dilakukan 20 % pada aktivitas ringan, 30 % pada
aktivitas sedang dan hingga 50 % sesuai tingkatan pada aktivitas
berat .
22,23
Karena yang termasuk subjek penelitian ini adalah penderita
obesitas. Kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-30 % sesuai
tingkat obesitas.
22,23
3) Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20 %, siang 30 % dan
sore hari 25 %, serta 2-3 porsi makanan ringan 10-15 %. Pada
semua subjek penelitian ini diwajibkan melakukan perencanaan
makan tersebut paling sedikit 12 minggu. Sebagai pilihan makanan
dapat dijelaskan melalui piramid makanan sebagai berikut: 22
Gambar 3.1 Piramida makanan dikutip dari Markus dkk, 2005
4) Aktifitas fisik sedang (moderate) : kegiatan jasmani sehari-hari
secara teratur 3- 5 kali seminggu selama kurang-lebih 30-60 menit
dengan target nadi 60-75 % dari jumlah nadi maksimal tubuh dan
kegiatan sehari-hari harus tetap dilakukan.8,22
h. Pemberian intervensi farmakologis dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok I
menggunakan Metformin dengan dosis : 3 x 500 mg selama 12 minggu,
sedangkan kelompok kedua menggunakan plasebo dengan bentuk dan
ukuran yang sama dengan metformin yang digunakan.
Pada semua subjek
penelitian diharuskan untuk melakukan latihan jasmani tersebut
paling sedikit selama 12 minggu. Dibawah pada tabel 3.1 diberikan
Tabel 3.1 Aktivitas fisik sehari-hari 22
Kurangi aktivitas
Hindari aktivitas sedenter
Misalnya menonton televisi,
menggunakan internet, main game, dll
Persering aktivitas
Mengikuti olahraga rekreasi dan
beraktivitas fisik tinggi waktu liburan.
Misalnya jalan cepat, golf, olah otot,
bersepeda dan sepak bola.
Aktivitas harian
Kebiasaan berpola hidupsehat.
Misalnya : berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, menemui rekan
kerja secara langsung dan tidak
menggunakan telepon dan jalan dari
tempat parkir.
i. Setelah menjalani intervensi modifikasi pola hidup dengan atau tanpa
metformin selama 12 minggu, dilakukan penilaian kembali parameter
atropometri berupa IMT, Lingkar Pinggang (LP), tekanan darah serta
pemeriksaan laboratorium berupa : Kadar CRP, kadar gula darah puasa
dan 2 jam post prandial, serta pemeriksaan profil lipid ( total kolesterol,
Trigliserida, LDL kolesterol, HDL kolesterol ) oleh Laboratorium Prodia
Cabang Medan.
j. Dilakukan analisa parameter hasil ukur penelitian sebelum dan sesudah
intervensi dengan metode statistik yang sesuai.
3.8 Definisi Operasional
1. Subjek penelitian: pasien obesitas yang menjalani pemeriksaan kesehatan
secara teratur dipoliklinik rumah sakit di kota Medan dan sudah
2. Obesitas : diukur menggunakan indek massa tubuh (IMT) dan dimasukan
dalam kategori obesitas menurut klasifikasi Asia Pasifik (IMT ≥ 25 kg/m2
3. Obesitas sekunder: obesitas yang disebabkan oleh adanya penyakit/kelainan
endokrin (sindroma Cushing, Pseudoparatiroidisme dll) dan defek genetik. )
dan atau menggunakan parameter Lingkar Pinggang (LP) dengan ukuran >
90 cm untuk pria atau > 80 cm untuk wanita yang menggunakan alat
meteran biasa.
4. Modifikasi pola hidup: Latihan jasmani selama 30-60 menit, 3-5 kali dalam
seminggu dengan target nadi 60-75 % dari jumlah nadi maksimal
disamping aktifitas sehari-hari yang harus tetap dilakukan dan perubahan
pola makan selama 12 minggu atau lebih.
5. Penambahan Metformin dalam intervensi :
Pemberian intervensi farmakologis dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok I
menggunakan Metformin dengan dosis : 3 x 500 mg selama 12 minggu,
sedangkan kelompok kedua menggunakan plasebo dengan bentuk, ukuran
dan warna yang sama dengan metformin yang digunakan.
6. Tekanan darah : tekanan darah rata-rata yang diambil dari hasil dua kali
pemeriksaan yang hasilnya dinyatakan dalam satuan mmHg dengan
menggunakan Sphygmomanometer air raksa merek Nova.
7. Parameter Antropometri : meliputi berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan lingkar perut (LP).
8. Kadar hs-CRP : merupakan hasil pemeriksaan sampel darah vena pasien
yang menggambarkan kadar hs-CRP dalam plasma dengan satuan
miligram/liter (mg/L) dengan kadar normal ≤ 10 mg/L.Sampel darah untuk
pemeriksaan hs-CRP diambil 2 kali diawal dan diakhir penelitian, diperiksa
menggunakan alat Immulite dengan tekhnik Chemiluminescent.
3.9 Analisa Data
• Untuk menampilkan data-data epidemiologi subjek penelitian
• Untuk menilai perbedaan/kesamaan parameter antropometri, kadar
CRP pada penderita obesitas dengan intervensi modifikasi pola
hidup dengan atau tanpa metformin sebelum intervensi digunakan
uji T-tidak berpasangan.
• Untuk menilai tingkat perbedaan parameter antropometri, kadar
CRP sebelum dan sesudah intervensi modifikasi pola hidup
digunakan uji T-berpasangan.
• Untuk menilai tingkat perbedaan parameter antropometri, kadar
CRP sebelum dan sesudah penambahan terapi metformin
digunakan ujiT- berpasangan.
• Untuk menilai tingkat perbedaan parameter antropometri, kadar
CRP diakhir penelitian antara kelompok dengan modifikasi pola
hidup yang mendapatkan metformin dan yang tidak mendapatkan
metformin digunakan uji T-tidak berpasangan.
• Korelasi pearson untuk menilai korelasi parameter antropometri
dengan kadar CRP.
• Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan program SPSS
Version-19 dengan batas kemaknaan p <0,05
3.10 Ethical clearance dan informed concernt
Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh
Prof.Dr.Sutomo Kasiman,SpPD,SpJP(K) pada tanggal 27 Januari 2011 dengan
nomor surat 24/KOMET/FK USU/2011.
Informed concern diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang
bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai
3.11 Kerangka Operasional
Gambar 3.2 Kerangka operasional penelitian
Pasien Obesitas
Pengukuran Antropometri, Kadar CRP minggu 0
Pengukuran Antropometri, Kadar CRP minggu 12
Pengukuran Antropometri, Kadar CRP minggu 12 Kelompok I
Modifikasi Pola Hidup + Metformin
Kelompok II Modifikasi Pola Hidup +
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Dasar Populasi Penelitian
Selama periode seleksi dan intervensi penelitian ini berlangsung dari
tanggal 01 Februari 2011 hingga 01 Mei 2011, diperoleh sebanyak 45 sampel
penelitian. Setelah dilakukan pemeriksaan penyaring yang meliputi : darah rutin,
urine rutin, ureum, kreatinin, kadar glukosa darah puasa dan dua jam post
prandial, profil lipid serta hsCRP terdapat 2 sampel yang dikeluarkan dari alur
penelitian karena mempunyai kadar hsCRP > 10 mg/L dan 1 sampel menderita
DM. Dari 43 sampel yang lolos kriteria inklusi dan ekslusi, sampel tersebut dibagi
kedalam dua kelompok secara acak sederhana. Kelompok pertama mendapatkan
intervensi pola hidup medik ditambah metformin 3 x 500 mg selama 12 minggu
dan kelompok kedua mendapatkan intervensi pola hidup medik ditambahkan
plasebo 3 x 1 kapsul seperti yang tertera dalam bagan dibawah ini.
Dari 43 sampel yang dapat mengikuti penelitian ini pada awalnya, terdapat
5 sampel yang tidak dapat menyelesaikan penelitian ini hingga 12 minggu. Dari 5
sampel tersebut, 3 sampel pada kelompok yang menggunakan metformin, dimana
prosedur penelitian dengan benar, 1 sampel mengalami mual dan muntah hebat
yang dialami pada minggu pertama menggunakan metformin.
Gambar 4.1Bagan alur penelitian
45 Sampel penelitian
Pemeriksaan Penyaring
43 Sampel penelitian Pemeriksaan Hs-CRP
Drop Out : 3 Sampel
Alasan :
2 Sampel mengundurkan diri 1 Sampel mual dan muntah hebat
Drop Out : 2 Sampel
Alasan :
1 Sampel mual dan muntah hebat. 1 Sampel infeksi sal.kemih
1 Sampel dikeluarkan Hs-CRP >10 mg/L dan
1 mendertita DM
Metformin 22 Sampel
Plasebo 21 Sampel
19 Sampel 19 Sampel
Randomisasi
Analisa Hasil
12 Minggu
Modifikasi pola hidup
Sedangkan 2 sampel yang tidak dapat meneruskan penelitian pada
kelompok yang menggunakan plasebo terdiri dari 1 sampel yang mempunyai
keluhan mual dan muntah hebat, 1 sampel mengundurkan diri karena menderita
infeksi saluran kemih.
Hingga akhir penelitian pada minggu ke 12 didapatkan 38 sampel yang
menyelesaikan penelitian hingga selesai. Dari keseluruhan parameter karateristik
dasar yang diperoleh dari 38 sampel penelitian tersebut hanya data dasar kadar
gula darah puasa yang mempunyai sebaran data yang tidak terdistribusi normal.
Tabel 4.1 Data karakteristik dasar populasi penelitian
Parameter Kelompok
Berat Badan (kg) 76,07 ± 13,06 78,10 ±11,33 0,612
Tinggi Badan (cm) 153,31 ± 6,6 155,68±7,43 0,300
IMT, kg/m2 32,49± 4,88 32,35± 4,13 0,921
Lingkar Pinggang (cm) 93,97± 9,70 95,47± 7,12 0,590
Tekanan Darah (mmHg)
Keterangan :Kelompok Metformin : Pola hidup medik + metformin 3 x 500 mg selama 12 minggu, Kelompok plasebo : Pola hidup medik + plasebo 3 x 1 selama 12 minggu, IMT : Indeks Massa Tubuh, Hb : Haemoglobin, KGD : Kadar Glukosa Darah, KGD 2 JPP : Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial,.hs-CRP: High sensitive C-reactive Protein, (*): signifikan
Kesemua data karakteristik tersebut tertera pada table 4.1 diatas. Pada
takanan darah serta KGD 2 jam PP pada kedua kelompok yang mendapatkan
metformin dan plasebo sebelum mendapatkan intervensi pola hidup medik dan
pemberian metformin. Begitu juga dengan CRP juga tidak terlihat perbedaan yang
bermakna secara statistik pada kedua kelompok sebelum dilakukan intervensi.
4.2 Perbandingan Parameter Antropometri, Kadar Glukosa Darah, dan CRP Sebelum dan Sesudah Intervensi
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa pada kelompok plasebo dan metformin pada
parameter antropometri yaitu berat badan, lingkar pinggang dan IMT setelah
intervensi selama 12 minggu semuanya bermakna secara statistik. Pada kadar gula
darah puasa pada kelompok metformin setelah intervensi selama 12 minggu
terjadi perbedaan secara signifikan. Namun kadar hs-CRP pada kelompok
metformin terjadi penurunan namun tidak signifikan.
Perubahan pola hidup medik selama 12 minggu jelas terlihat menimbulkan
perbaikan pada ukuran antropometri. Dengan penambahan metformin dalam pola
hidup medik pada penelitian ini ternyata secara statistik memberikan hasil yang
berbeda bermakna dibandingkan tanpa penambahan metformin pada berat badan
dan IMT.
Walaupun pada akhir penelitian kadar hs-CRP antara kedua kelompok,
tidak memberikan perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok
Tabel 4.2 Parameter antropometri, glukosa darah dan CRP sebelum dan sesudah intervensi pola hidup medik dengan atau tanpa metformin selama 12 minggu
Parameter P
Minggu 0 Minggu 12 ∆ 0-12 P Minggu 0 Minggu 12 ∆ 0-12P
Berat Badan (Kg) 78,10 ± 11,33 75,68 ± 11,02 -2,4 0,0001* 76,07 ± 13,06 72,33 ± 12,97 -3,7 0,0001* 0,007*
Lingkar Pinggang (cm) 95,47 ± 7,12 90,07 ± 7,63 -5,4 0,001* 93,97 ± 9,70 87,80 ± 9,42 -6,2 0,0001* 0,154
IMT (Kg/m2) 32,35 ± 4,13 31,26 ± 4,15 -1,1 0,0001* 32,49 ± 4,88 30,70 ± 4,72 -1,8 0,0001* 0,012*
KGD Puasa (mg/dl) 89,73 ± 13,02 89,94 ± 10,70 0,2 0,937 80,10 ± 8,53 89,73 ± 21,35 9,6 0,029* 0,059
KGD 2 Jam PP (mg/dl) 117,15 ± 27,21 105,68 ± 20,81 -11,5 0,009* 105,78 ± 28,40 110,78 ± 39,07 5 0,5 0,053
Hs-CRP (mg/dl) 3,03 ± 2,20 3,22 ± 2,40 0,2 0,445 3,02 ± 2,25 2,63 ± 1,93 -0,4 0,292 0,191 Plasebo
(n = 19)
Metformin
(n = 19)
Keterangan: IMT: indeks masa tubuh, KGD: kadar gula darah, hs-CRP: high
4.3 Perbandingan Data Tekanan Darah, Parameter Antropometri dan Kadar CRP Sebelum dan Sesudah Intervensi
Pada grafik 1-5 dibawah ini tergambar perbedaan parameter tekanan darah
dan parameter antropometri serta kadar CRP sebelum dan sesudah intervensi pola
hidup medik dan metformin selama 12 minggu.
TD Sistol M TD Diastol M
TD Sistol P TD Diastol P
0 20 40 60 80 100 120 140
Minggu 0
Minggu 12 125,78
112,36* 79,73
67,89* 127,89
114,21* 79,21
71,57*
69
Grafik 4.3 Perubahan Berat Badan ( mean ) pada kedua kelompok Keterangan: (*) signifikan
Grafik 4.4 Perubahan Lingkar Pinggang ( mean ) pada kedua kelompok.
Keterangan: (*) signifikan
0,007
29,5
Grafik 4.5 Perubahan Indeks Massa Tubuh (mean) pada kedua kelompok Keterangan: (*) signifikan
Grafik 4.6 Perubahan CRP (mean) pada kedua kelompok.
0,012
Setelah intervensi pola hidup sehat selama 12 minggu didapat perbaikan
tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar -13,42 dan -8,84 mmHg setelah
melakukan intervensi pola hidup medik dan penambahan metformin selama 12
minggu serta sangat bermakna secara uji statistik (tekanan darah sistol dan diastol
p: 0,0001 dan p: 0,007 pada kelopok metformin). Begitu juga pada kelompok
intervensi pola hidup medik dengan plasebo didapati perbaikan tekanan darah
sistolik dan diastolik -13,63 dan -7,64 (TD sistol p:0,0001 dan TD diastol p:
0,0001) yang semuanya bermakna secara statistik.
Pada parameter antropometri terdapat penurunan berat badan, lingkar
pinggang dan indek massa tubuh sebesar 5,1%, 6,8% dan 5,7% setelah melakukan
intervensi pola hidup medik dan penambahan metformin 3 x 500 mg selama 12
minggu dan ini sangat bermakna secara statistik (p: 0,0001, 0,0001 dan 0,0001)
Kelompok yang hanya melakukan pola hidup medik dan mendapatkan
plasebo selama 12 minggu (Tabel 4.2) didapatkan penurunan berat badan 3,3%,
penurunan lingkar pinggang sebesar 5,7% dan indeks massa tubuh didapat
penurunan 3,4% dimana semuanya bermakna secara statistik.
Dengan penambahan metformin selama 12 minggu ternyata memperbaiki
penurunan kadar hs-CRP sebesar 14,83% sementara pada kelompok tanpa
metformin terjadi kenaikan hsCRP 5,9% setelah intervensi.
4.4 Gambaran Kekuatan Hubungan antara Berat Badan, Lingkar Pinggang dan IMT dengan Kadar CRP pada Akhir Penelitian
Pada tabel 4.4 menunjukkan kekuatan hubungan antara penurunan berat
badan, lingkar pinggang dan IMT dengan penurunan kadar hs-CRP setelah
Tabel 4.4 Korelasi antara antropometri dengan kadar CRP
Parameter Mean ± SD r P.value
Berat badan (Kg)
Lingkar pinggang ( cm)
IMT (kg/m2)
3,73± 1,65
6,17±1,37
1,79±1,03
0,58
0,04
0,148
0,812
0,857
0,546
Dari tabel diatas di jelaskan bahwa tidak terdapat hubungan korelasi antara
penurunan parameter antropometri dengan kadar CRP pada akhir penelitian
setelah intervensi pola hidup medik dengan penambahan metformin.
4.5 Gambaran Efek Samping yang Terjadi Selama Penelitian
Penggunaan metformin dengan dosis 3 x 500 mg disamping pola hidup
medik yang dilakukan pada penelitian ini hanya mendapatkan efek samping pada
4 sampel (23,52 %), dimana dua pasien mengeluhkan berupa mual-mual yang
ringan dan dapat ditolerir oleh pasien. Sebagian besar efek samping saluran cerna
tersebut dialami pada minggu pertama penggunaan metformin. Gangguan saluran
cerna ini dapat dikurangi dengan peningkatan dosis secara bertahap pada sampel
yang mengalami efek samping.. Terdapat juga 1 sampel (5,88 %) dalam kelompok
ini dengan efek samping konstipasi. Tidak dijumpai adanya efek samping lain
Tabel 4.5 Efek samping yang muncul selama penelitian
Efek Samping Metformin (%) Plasebo (%)
Mual-mual yang ringan (2)11,76 (1) 5,88
Mual dan muntah hebat (1)5,88 (1) 5,88
Konstipasi. (1)5,88 -
Satu dari 4 sampel pada kelompok metformin mendapatkan efek samping
tersebut akhirnya tidak bersedia melanjutkan penelitian dikarenakan mempunyai
keluhan mual dan muntah yang berlanjut dan hebat.
Sedangkan pada kelompok yang menggunakan plasebo, terdapat 1 sampel
(5,88 %) yang mempunyai keluhan efek samping berupa mual-mual yang bersifat
ringan. Hanya terdapat 1 sampel (5,88 %) yang mempunyai keluhan mual dan
muntah yang berat sehingga berhenti dari penelitian pada minggu pertama. Tidak
BAB V PEMBAHASAN
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak yang berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan
juga menjadi masalah kosmetik yang menakutkan. Keadaan obesitas ini
khususnya obesitas sentral meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler dan DM
tipe 2.
Obesitas sentral merupakan tampilan terjadinya resistensi insulin (RI)
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (disglikemia), berupa
peningkatan kadar glukosa darah puasa terganggu (GDPT), toleransi gula darah
terganggu (TGDT) maupun diabetes melitus (DM). Kadar asam lemak bebas
(ALB) yang tinggi merupakan produksi jaringan lemak (adipose tissue) pada kondisi obesitas yang diduga berperan terhadap terjadinya RI. Tingginya ALB
didalam plasma akan membuat ALB masuk kedalam otot dan menghambat
asupan glukosa diotot. ALB juga masuk kedalam sel hati dan memacu terjadinya
proses glukoneogenesis dalam sel hati. Kedua mekanisme yang terjadi pada
obesitas inilah yang juga mendasari terjadi RI pada obesitas sehingga
menyebabkan terjadinya disglikemia dan dislipidemia berupa peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar HDL.
3
Pengukuran lemak tubuh secara langsung sangat sulit dilakukan, sehingga
banyak survey epidemiologi dan promosi kesehatan di masyarakat biasanya
menggunakan ukuran IMT sebagai indikator dalam menentukan berat badan lebih
dan obesitas secara menyeluruh. Disamping itu dilakukan juga pengukuran
lingkar pinggang (LP) untuk menilai akumulasi lemak abdominal sekaligus juga
sebagai indikator obesitas sentral.
25,26