• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis)

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi perut) dibersihkan dari kotoran, plastik dan kayu

Ditiriskan

Dioven pada suhu 60oC selama 24 jam

Digrinder (penggilingan)

Tepung limbah ikan gabus pasir

Tepung siap dijadikan bahan pakan  Lampiran 2. Formulasi ransum ayam Broiler Starter (%)

bahan P0 P1 P2

Tepung jagung 48 48 48

Dedak padi 5 5 5

Bungkil kelapa 7 7 7

Tepung ikan 10 5 0

Tepung limbah ikan gabus pasir 0 5 10

Bungkil kedelai 26 26 26

Top mix 1 1 1

Minyak kelapa 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 21.0032 21.4327 21.8622

EM (kkal/gr) 2992,8 2980.15 3037.5

SK (%) 3.9832 3.9832 3.9832

(2)

 

Lampiran 3. Formulasi ransum ayam Broiler Finisher (%)

Bahan P0 P1 P2

Lampiran 4. Rataan konsumsi ransum ayam broiler (g/ekor/minggu).

Lampiran 5. Rataan pertambahan bobot badan ayam broiler (g/ekor/minggu) Perlakua

n

Ulangan

Rataan ± SD

I II III IV V VI

P0 656.92 684.04 749.52 705.44 692.72 704.32 698.83A ± 30,52 P1 780.56 709.16 752.16 714.20 757.00 686.60 733.28A ± 35,44 P2 659.04 645.68 597.24 641.12 582.52 638.92 627.42B ± 30,27 Total Rataan 698.84 679.63 699.64 686.92 677.41 676.61 686.51

(3)

  Lampiran 6. Rataan konversi ransum ayam broiler

Perlakuan Ulangan Rataan ± SD

I II III IV V VI

Lampiran 7. Analisis ragam PBB selama penelitian

SK dB JK KT F Hit F Tabel

0,05 0,01 Perlakuan 2 34984,57 17492,28 16,91143 3,68 6,36

Galat 15 15515,2 1034,347 Total 17

Lampiran 8. Annova tabel analisis ragam konsumsi selama penelitian

SK dB JK KT F Hit F Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 2 5536,005 2768,002 9,34877 3,68 6,36 Galat 15 4441,23 296,082

Total 17

Lampiran 9. Annova tabel analisis ragam konversi selama penelitian

SK dB JK KT F Hit F Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 2 0,23 0,112881 15,5664 3,68 6,36 Galat 15 0,11 0,007252

Total 17

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Performans ayam broiler

(4)

 

Lampiran 11. Grafik pertambahan bobot badan ayam broiler

(5)

 

Lampiran 13. grafik konversi ransum ayam broiler

   

 

  1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30

P0 P1 P2

2,07

2,03

2,29

(6)

 

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Liviawaty, E., 2005. Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

Anggorodi, H.R., 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.

Anggorodi, H.R, 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Anitha B, Moorthy M, Viswanathan K. 2006. Production performance of broiler fed with crude rise bran oil. Int J Poult Sci 5 (11): 1046-1052.

Appleby, M. C., B. O. Hughes, and H. A. Elson. 1992. Poultry Production Systems. Melksham: Redwood Press Ltd.

Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas Sumatera Utara,Medan.

Hanifah, A., 2010. Taksonomi Ayam. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan. UNS.

Kartadisastra, H. R., 1995. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta. Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak unggas. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Kartikasari, Soeparno LR, Setiyono. 2001. Komposisi kimia dan studi asam lemak daging dada ayam broiler yang mendapat suplementasi

metionin pada pakan berkadar protein rendah. Buletin Peternakan 25(1): 33-39.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd ed. National Academy Press, Washington DC.

Murtidjo, M. A. B. 1990. Petunjuk Meramu Pakan unggas. Kanisius. Yogyakarta. Murtidjo, M. A. B. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius.

Yogyakarta.

Murtidjo, M. A. B. 1997. Mengelola Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.

Ollong AR, Wihandoyo, Erwanto Y. 2012. Penampilan produksi ayam broiler

yang diberi pakan mengandung minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.) pada aras yang berbeda. Buletin Peternakan

(7)

 

Priyatno. 2000. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Rafian, A. 2003. Penampilan Ayam Broiler dan Komposisi Kimia Karkas dengan

Perlakuan Konsumsi Energi pada Awal Fase Starter. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. Rasyaf, M. 1996. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar. Swadaya.

Jakarta.

Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono. 1996. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Scahaible, P. J. 1979. Poultry Feed Nutrition. Wesport, Connecticut, California: The Avi Publishing Inc.

Scott, M.L., M.C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrition of the Chickens. M.L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.

Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V.Yasaguna, Jakarta.

Siregar, A.P., dan M. Sabrani dan Soeprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan kedua. Margie Group. Jakarta.

Sinurat, Arnold P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, N. Bermawie, M. Raharjo dan M. Rizal. 2009. Pemanfatan kunyit dan temulawak sebagaiimbuhan pakan untuk ayam broiler. JITV Vol. 14 No. 2 Th. 2009: 90-96.

Sobri, 2008. Analisis Proksimat Tepung Ikan. Laboratorium Nutrisi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Stevie, P. K., Wardhani, R., Budi, P.J., 2009. Rancangan Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Kapasitas 118,8 Kg/Jam.

Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, s. Prawirokusumo dan S.lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM-Press. Yogyakarta.

Yunilas. 2005. Performans ayam broiler yang diberi berbagai tingkat protein hewani dalam ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan 1 (1): 22-26.

(8)

 

Wahyu, J. 1991. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM-Press. Yogyakarta. Wakhid, A., 2013. Beternak Itik. Agromedia, Jakarta.

Widodo. 2009. Pengaruh Penambahan Mineral Supplement ”Biolife” dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging.

(9)

 

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pelita Baru kec. Binjai Kota. Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus 2015 sampai dengan September 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan Day Old Chick (DOC) sebanyak 90 ekor, bahan penyusun ransum terdiri dari tepung jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil

kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis); top mix, air minum memenuhi kebutuhan air dalam tubuh

yang diberikan secara ad libitum, air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan

transportasi, rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum, formalin 40% dan KMnO4 (Kalium Permanganat) untuk fumigasi

kandang, vitamin dan suplemen tambahan seperti Vitachick, vaksin ND strain Lasota.

Alat

Alat yang digunakan adalah kandang model panggung sebanyak 18 plot, masing-masing dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 100 cm dan tinggi 50 cm

peralatan kandang terdiri dari 18 unit tempat pakan dan 18 unit tempat minum dan timbangan salter digital kapasitas 3000 g untuk menimbang bobot badan ayam dan menimbang ransum, alat penerang dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt

sebanyak 18 buah, termometer sebagai pengukur suhu kandang. Alat pencatat data

(10)

 

seperti buku data, alat tulis dan kalkulator, alat pembersih kandang berupa sapu, ember, sekop dan hand sprayer, alat lain berupa plastik, ember dan pisau.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 5 ekor broiler. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:

P0 = Ransum tanpa tepung limbah ikan gabus pasir.

P1 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5%

P2 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%

Dengan susunan sebagai berikut:

Tabel 5. Pengacakan Perlakuan dan Ulangan

P0U2 P2U3 P1U3 P0U3 P2U6 P1U6 P2U1 P1U2 P0U4 P2U5 P1U5 P0U5 P1U4 P0U1 P2U2 P1U1 P0U6 P2U4

Model matematik percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap non Faktorial

Yij = µ + σi + ∑ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan yang diperoleh dari satuan percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum σi = Efek dari perlakuan ke-i

∑ij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

(11)

 

Peubah Yang Diamati

a. Konsumsi Ransum

Data konsumsi ransum yang akan diperoleh dengan cara penimbangan ransum yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan penimbangan sisa ransum selama satu minggu, dengan perhitungan:

Konsumsi Ransum = Ransum Awal – Ransum Sisa

b. Pertambahan Bobot Badan (g)

Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan setiap minggu yang merupakan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot awal persatuan waktu (g/minggu), dengan perhitungan:

Pertambahan Bobot Badan (PBB) = Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal

c. Konversi Ransum

Data konversi ransum dihitung setiap minggu dengan cara membandingkan jumlah ransum (g) yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (g) setiap minggu, dengan perhitungan:

Konversi Ransum = Konsumsi Ransum (g) PBB (g)

Pelaksanan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung, terdiri dari 18 plot, setiap plot terdapat 5 ekor DOC. Sebelum DOC dimasukkan, kandang dibersihkan dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan rodalon dan

(12)

 

dilakukan selama 1 minggu. Air gula diberikan ke DOC pada saat baru tiba untuk mengurangi stres selama perjalanan.

Pengacakan Day Old Chick (DOC)

Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random)

untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.

Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari tepung jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir

(Butis amboinensis) dan top mix.

Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap

perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya

ketengikan pada ransum.

Pemeliharaan Ayam Broiler

Pada saat DOC datang diberikan air gula sebagai air minum. DOC yang hadir berumur satu hari tersebut, harus dijaga terus kesehatannya dan kenyamanan

DOC pada kondisi kandang dan suhu kandang agar tidak terjadi stress pada DOC dan akhirnya dapat menyebabkan DOC tersebut mati. Ransum yang digunakan

(13)

 

tersebut. Ayam broiler dipelihara dalam kandang perlakuan diberi pemanas dan penerangan (lampu pijar 40 watt). Ransum dan air minum diberikan secara

ad-libitum.

Pengambilan Data

Pengambilan data setiap hari untuk konsumsi ransum dengan menimbang ransum yang tersisa atau terbuang tetapi perhitungan dilakukan sekali seminggu

dan penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu, demikian juga dengan konversi ransum diambil datanya pada setiap minggu.

Analisis Data

Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan analisis ragam (Annova). Apabila diantara perlakuan terdapat pengaruh nyata maka akan dilanjutkan

dengan menggunakan Uji Lanjut Duncan.

(14)

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dimakan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan agar ternak dapat hidup, meningkatkan pertumbuhan bobot badan ternak dan berproduksi. Pengambilan data konsumsi ransum ayam

broiler dilakukan setiap minggunya, data konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum sisa yang dilakukan setelah seminggu. Data

hasil pengamatan terhadap rataan konsumsi ransum ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konsumsi ransum ayam broiler (g/ekor/minggu).

Perlakuan Ulangan Rataan ± SD

I II III IV V VI

P0 495.50 522.54 541.18 512.00 524.18 547.18 523.76A ± 18,91

P1 524.34 516.54 531.24 544.00 520.82 501.90 523.14A ± 14,16

P2 516.56 494.92 464.80 472.50 484.12 484.60 486.25B ± 18,17

Total 1536.4 1534 1537.22 1528.5 1529.1 1533.64 1533.147

Rataan 512.13 511.33 512.41 509.50 509.71 511.21 511.05

Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.01)

Tabel 6. menunjukkan bahwa rataan konsumsi ayam broiler selama

penelitian sebesar 511.05 g/ekor/minggu. Dimana rataan tertinggi terdapat pda perlakuan P0 sebesar 523.76 dan terendah terdapat pada perlakuan P2 sebesar 486.25.

Uji Lanjut Duncan menunjukkan bahwasanya pemberian tepung limbah ikan gabus pasir pada perlakuan P2 berbeda nyata dengan konsumsi ransum pada

(15)

 

ayam broiler pada pemeliharaan sangat berbeda – beda. Pada berbagai fase pemeliharaan ayam broiler membutuhkan pakan dengan kandungan air, protein,

vitamin, mineral, lemak, dan serat kasar yang mencukupi. Begitu juga dengan jumlah pakan yang diperlukan ayam broiler tergantung tingkat umur ayam broiler.

Perbedaan konsumsi ransum pada ayam, umumnya ditentukan oleh

palatabilitas dari ransum tersebut. Ransum dengan palatabilitas yang tinggi akan dikonsumsi lebih banyak dan sebaliknya Scahaible, (1979). Selanjutnya dijelaskan

oleh Appleby et al (1992), bahwa yang menentukan palatabilitas ransum diantaranya adalah bau dan kualitas rasa dari ransum tersebut.

Sehubungan yang dikemukakan Scott et al (1982) bahwa jumlah ransum

yang dikonsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas ransum. Semakin ransum palatabel maka semakin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi. Serta

palatabilitas ransum dapat mempengaruhhi kuantitas dan kualitas ransum yang dikonsumsi dan digunakan tubuh Wahyu, (1991).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan ayam broiler dalam penelitian ini diperoleh dari

hasil penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal penimbangan. Perhitungan bobot badan dilakukan seminggu sekali. Data hasil

(16)

 

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan ayam broiler (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Rataan ± SD

I II III IV V VI

P0 656.92 684.04 749.52 705.44 692.72 704.32 698.83A ± 30,52 P1 780.56 709.16 752.16 714.20 757.00 686.60 733.28A ± 35,44 P2 659.04 645.68 597.24 641.12 582.52 638.92 627.42B ± 30,27 Total 2096.52 2038.88 2098.92 2060.76 2032.24 2029.84 2059.53 Rataan 698.84 679.63 699.64 686.92 677.41 676.61 686.51

Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.01)

Tabel 7. menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian sebesar 686.51 g/ekor/minggu. Dimana rataan tertinggi terdapat

pda perlakuan P1 sebesar 733.28 dan terendah terdapat pada perlakuan P2 sebesar 627.42. Hal ini dikarenakan perlakuan P2 diberikan tepung limbah ikan gabus pasir sebesar 10%. Sehingga pemberian limbah tepung ikan 10% kurang efisien

karena ayam tidak dapat mencerna dengan baik. Pemakaian tepung ikan dalam ransum ayam ras, oleh para ahli makanan unggas Negara barat selalu dibatasi di

bawah 10% (Rasyaf, 1990).

Uji Lanjut Duncan menunjukkan bahwasanya pemberian tepung limbah ikan gabus pasir berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan

yaitu dengan perlakuan P1. Hal ini dikarenakan kandungan nutrisi ransum sama baiknya, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan

yaitu kandungan nutrisi yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rafian (2003), menyatakan bahwa ternak yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan zat-zat makanan yang sama akan memperlihatkan pertambahan bobot badan yang

hampir sama pula.

Jika ransum kekurangan zat-zat makanan, maka penyerapan zat-zat

(17)

 

ayam Siregar et al (1982). Widodo (2009) mengatakan kualitas berkaitan dengan konsumsi pakan dimana, apabila konsumsi pakan terganggu akan mengganggu

pertumbuhan. Serta Yunilas (2005) mengemukakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh kadar protein kasar dan kelengkapan asam amino dalam ransum sesuai dengan kebutuhan dan jumlah ransum yang dikonsumsi. Nutrisi

dan manajemen yang baik akan menentukan performans ayam broiler. Leeson dan Summers (2005) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi

oleh konsumsi ransum.

Konversi Ransum

Konversi ransum adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan)

dalam waktu yang sama. Konversi ransum adalah indikator teknis yang menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan ransum, semakin rendah angka

konversi ransum berarti semakin efisien. Data hasil pengamatan konversi ransum itik peking dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan konversi ransum ayam broiler

Perlakuan Ulangan Rataan ± SD

I II III IV V VI

P0 2.13 2.02 2.03 2.11 1.97 2.16 2.07B ± 0,07 P1 1.97 2.06 1.99 2.19 1.98 2.00 2.03B ± 0,08 P2 2.16 2.33 2.36 2.21 2.42 2.24 2.29A ±0,10 Total 6.26 6.40 6.37 6.51 6.38 6.40 6.39 Rataan 2.09 2.13 2.12 2.17 2.13 2.13 2.13

(18)

 

Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan konversi ransum ayam broiler selama penelitian sebesar 2.13 g/ekor/minggu. Dimana rataan tertinggi terdapat pda

perlakuan P2 sebesar 2.29 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 sebesar 2.03. Hal ini dikarenakan konsumsi ransum pada perlakuan P1 lebih sedikit dan pertambahan bobot badannya lebih besar, sehingga angka konversinya lebih baik.

Uji Lanjut Duncan menunjukkan bahwasannya pemberian tepung limbah ikan gabus pasir berpengaruh sangat nyata terhadap konversi ransum. Hal ini

dikarenakan kandungan nutrisi ransum sama baiknya, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi konversi ransum yaitu jumlah konsumsi ransum yang rendah dibagi dengan pertambahan bobot badan yang tinggi akan menghasilkan konversi

ransum yang baik, semakin kecil angka konversi ransum semakin baik konversinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Kartasudjana dan Suprijatna

(2006) menyatakan bahwa angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.

Kartikasari et al (2001) menyatakan bahwa konversi ransum mempunyai arti dan nilai ekonomis yang menentukan bagi kepentingan usaha karena

merupakan perbandingan antara ransum yang dihabiskan dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Semakin kecil angka konversi yang dihasilkan berarti semakin baik. Konversi ransum perlu diperhatikan karena erat hubungannya

dengan biaya produksi karena dengan bertambah besarnya konversi ransum berarti biaya produksi pada setiap satuan bobot badan akan bertambah besar.

(19)

 

rendah apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang diperoleh Ollong et al

(2012) yang menggunakan minyak buah merah pada broiler dengan kisaran

konversi 2,46-3,04. Demikian pula dengan hasil penelitian Anitha et al (2006) dengan konversi ransum berkisar antara 2,32-2,45 yang memanfaatkan crude rice

born oil hingga 5% dalam pakan.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Tabel 9. Rekapitulasi Data Performans ayam broiler

Perlakuan Konsumsi (g/ekor/hr) Pbb (g/ekor/hr) Konversi P0

523.76A ± 18,91

698.83A ± 30,52 2.07B ± 0,07 P1

523.14A ± 14,16

733.28A ± 35,44 2.03B ± 0,08 P2

486.25B ± 18,17

627.42B ± 30,27 2.29A ±0,10 Ket : Notasi yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata

Berdasarkan hasil rekapitulasi pada Tabel 9. Diperoleh bahwa

Pemberian ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5 % (P1) memberikan hasil yang baik terhadap performans ayam broiler.

(20)

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian Tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dalam ransum memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P>0,01) terhadap performans (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum)

ayam broiler dan pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis)

pada level 5% dapat mengimbangi tepung ikan komersil.

Saran

Disarankan pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis)

pada ransum ayam broiler tidak melebihi 10%.

(21)

 

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan

rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28-45 hari dengan berat badan 1,2 – 1,9 kg/ekor

(Priyatno, 2000). Taksonomi broiler adalah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Aves, Subkelas : Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus, Spesies : Gallus domestica (Hanifah, 2010).

Kebutuhan Nutrisi Broiler

Untuk keperluan hidup dan produksi, ayam membutuhkan sejumlah unsur

nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf,1997).

Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh

cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800 – 3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985).

Jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat

ternak itu dipelihara. Ayam membutuhkan sejumlah unsur nutrisi untuk keperluan hidup dan produksi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan

berkualitas ( Kartadisastra, 1995).

(22)

 

Kebutuhan nutrisi broiler pada fase yang berbeda tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan nutrisi broiler

No Fase

Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut; Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis amoinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih datar, lebar

badan 5-5, 5 kali lebih pendek dari panjang standard, 6-7 kali lebih pendek dari panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala

bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan depan tidak membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).

Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

Jenis Nutrisi Kandungan

Gross Energi (K.cal/g) 3,4902a

Kadar air (%) 4,71b

Sumber: aLaboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2014)

bLaboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak (2014).

Limbah ikan gabus pasir terdiri atas kepala, isi perut. Limbah ikan gabus pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing, dioven

(23)

 

dan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur dan daging (Stevie et al., 2009).

Tepung Ikan

Keberadaan nutrient dan kontrol kualitas tepung ikan sangat rendah, itu dibuktikan variansi nutrient sangat tinggi dimasyarakat yaitu protein kasar

30-50%, cemaran mikroorganisme yang sangat tinggi dan cara pengolahan tidak ada ektrasi lemak, kadar lemak mencapai 9-12%. Kadar lemak tinggi disisi lain dapat

membantu penyusunan ransum didaerah tropik, namun ada kerugian yaitu cepat tengik atau mudah mengalami oksidasi asam lemak (Sobri, 2008).

Sebagian besar dari pakan untuk industri pakan ternak umumnya adalah

bahan-bahan mudah terakridasi terutama yang banyak mengandung lemak misalnya tepung ikan yang belum diekstraksi kandungan lemak, hal ini mudah

tengik dan mudah ditumbuhi jamur (Sobri, 2008). Tabel 3. Komposisi nutrisi tepung ikan

Nutrisi Kandungan

Gross Energi (K.cal/g) 2,2130a

Protein kasar (%) 45,7b

Lemak kasar (%) 6,49b

Serat kasar (%) 3c

Abu (%) 5,20b

Sumber: aLaboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2014),

bLaboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak (2014) dan cSNI (1997).

Bahwa bahan baku pakan yang dapat mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan harus memiliki kriteria utama antara lain kandungan protein

yang tinggi sekitar 30-60%, ketersediaan ikan yang akan dijadikan tepung ikan melimpah dan harga tepung ikan alternatif murah dibandingkan tepung ikan

(24)

  Performans Broiler

Konsumsi Ransum

Menurut Wahyu (1985) bahwa konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam ransum tersebut. Secara biologis ayam mengkonsumsi ransum untuk proses hidupnya. Kebutuhan energi untuk

fungsi – fungsi tubuh dan memperlancar reaksi – reaksi sintesis asam amino dari tubuh. Hal ini menunjukan bahwa ternak ayam dalam mengkonsumsi ransumnya

diperlukan untuk kebutuhan ternak tersebut. Lebih lanjut dinyatakan oleh Tillman et al (1989) bahwa memberikan ransum pada ayam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan penggemukan. Bahan yang berserat kasar

tinggi dan zat anti nutrisi merupakan komponen kimia yang besar pengaruhnya terhadap pencernaan.

Murtidjo (1990) menyatakan bahwa bila ayam diberi ransum dengan kadar protein rendah dan energi tinggi maka ayam akan mengkonsumsi ransum dalam jumlah yang sedikit. Sebaliknya bila ransum yang dikonsumsi ransum dalam

jumlah yang sedikit. Sebaliknya bila ransum yang dikonsumsi mengandung protein tinggi dan energi rendah, maka ayam akan mengkonsumsi ransum yang

lebih banyak. Namun biasanya ransum yang memiliki protein tinggi juga akan memiliki energi tinggi.

Untuk kondisi lingkungan yang terlalu dingin yang suhunya lebih rendah

dari suhu tubuh maka ayam broiler akan mengkonsumsi ransum lebih banyak untuk menjaga panas tubuhnya. Sebaliknya bila suhu lingkungan terlalu tinggi

(25)

 

Pertumbuhan broiler yang cepat ada kalanya didukung oleh konsumsi ransum yang lebih banyak pula. Masalah konsumsi ransum memang harus

disadari bahwa broiler ini senang makan. Bila ransum yang diberikan tidak terbatas atau ad libitum, broiler akan makan sepuasnya hingga kenyang. Setiap bibit ayam sudah ditentukan konversi ransum, sampai batas tertentu hingga

kemampuan prima ayam akan muncul (Rasyaf, 1997).

Pertambahan Bobot Badan

Wahyu (1985) mengemukakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bangsa, tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolisme, kandungan protein dan suhu lingkungan.

Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1990) adalah pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan – jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung,

otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak). Selanjutnya dinyatakan bahwa pertumbuhan pada umunya terjadi perlahan – lahan lagi dan akhirnya berhenti sama sekali. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu

kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.

Kecepatan pertumbuhan ayam berbeda – beda dan mempunyai waktu

tertentu dalam menaikkan bobot badan, sehingga perlu diketahui pada umur berapa pertambahan bobot badan ayam menurun (Tillman et al, 1989).

Menurut Murtidjo (1992) bahwa pedoman konsumsi dan pertumbuhan

broiler dapat dilihat pada konsumsi ransum dan pertumbuhan broiler. Siregar dan Sabrani (1970) menyatkan bahwa serat kasar yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi penggunaan nutrien lain, sebaliknya apabila serat kasar ransum terlalu

(26)

 

yang menyatakan bahwa serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama ekskreta.

Kartadisastra (1995), menyatakan bahwa bobot badan ayam (tergantung strainnya) akan menentukan jumlah konsumsi ransumnya.semakin besar bobot badan ayam, semakin banyak jumlah konsumsi ransumnya. Disamping strain,

jenis dan tipe ayam juga menentukan.

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan pembagian antara konsumsi ransum pada minggu itu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu pula. Bila rasio itu kecil berarti pertambahan bobot badan ternak memuaskan atau

ayamnya makan tidak banyak. Konversi inilah yang sebaiknya digunakan sebagai pegangan produksi, karena sekaligus melibatkan bobot badan dan konsumsi

ransum (Rasyaf, 1990).

Semakin baik mutu ransum semakin kecil pula angka konversi ransumnya, baik tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbangnya zat – zat gizi pada

ransum itu dengan yang diperlukan oleh tubuh ayam. Ransum yang kekurangan salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ayam memakan ransumnya secara

(27)

 

Menurut Rasyaf (1996), faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah:

a. Kesehatan ternak. Jika ternaknya lebih sehat maka jumlah ransum yang dikonsumsi untuk dirubah menjadi daging akan lebih banyak.

b. Mutu ransum. Semakin baik mutu ransum, makasemakin kecil angka

konversinya. Mutu ransum ditentukan oleh rusak tidaknya bahan ransum yang digunakan untuk ransum sehingga menentukan keseimbangan ransum.

c. Tata cara pemberian ransum. Ransum tidak saja diletakkan ditempat pakan akan tetapi lebih penting adalah menjaga bagaimana agar ransum itu masuk ke dalam perut ternak dengan selamat dan tercerna sempurna sehingga

menghasilkan daging dengan mutu yang baik.

Murtidjo (1992) menyatakan bahwa pedoman konversi ransum broiler

umur 1-6 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pedoman konversi ransum broiler strain Abror Acress-CP 707 umur 1-6 minggu.

Umur (minggu) Konversi ransum

1 0,926 2 1,410 3 1,535 4 1,705 5 1,855 6 2,060

Sumber: Murtidjo (1992)

(28)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan jumlah penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun dan dimana diikuti dengan kesadaran arti penting tentang peningkatan nilai gizi dalam kehidupan terutama sumber protein hewani. Dalam pemenuhan

protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah dan peternak telah berupaya mendayagunakan sebagian besar komoditi ternak yang

dikembangkan diantaranya adalah ayam pedaging (broiler).

Bahan-bahan makanan yang biasa dipergunakan dalam ransum unggas di Indonesia adalah: (1) jagung kuning; (2) dedak halus; (3) bungkil kelapa; (4)

bungkil kacang tanah; (5) bungkil kacang kedelai; (6) tepung ikan; (7) bahan-bahan makanan berupa butir - butiran atau kacang - kacangan dan hasil ikutan

pabrik hasil pertanian lainnya, dan daun - daunan sebangsa leguminosa (Wahyu, 1992). Protein merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan anak broiler. Kebutuhan protein masa awal untuk anak ayam broiler

di daerah tropis sebesar 23%, sedangkan untuk masa akhir sebesar 20-21%

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi pada usaha produksi ayam

broiler adalah tidak efisiennya dalam memanfaatkan pakan (Sinurat et al., 2009), sehingga biaya produksi pakan menjadi tinggi. Tepung ikan komersial bisa mencapai harga Rp 7500-8000/kg di pasar, oleh karena itu perlu diupayakan cara

untuk menggantikan tepung ikan agar biaya produksi pakan tidak tinggi dan mudah didapat serta efisiensi tepung ikan gabus pasir diharapkan dapat

berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas ayam broiler juga terhadap konsumsi ransum ayam broiler.

(29)

 

Salah satu bahan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber protein dalam ransum dan memberikan peluang yang baik adalah tepung limbah

ikan gabus pasir yang berasal dari kepala ikan dan isi perut yang tidak dimanfaatkan di tempat pelelangan ikan atau di gudang ikan. Limbah ikan gabus pasir dapat diolah menjadi tepung untuk menjadi pakan ternak yang bernilai

ekonomis.

Limbah ikan merupakan limbah yang sudah tidak digunakan lagi atau

yang akan dibuang seperti kepala, isi perut dan sisik ikan. Banyak sekali limbah ikan tersebut tersimpan atau di buang di tempat pelelangan ikan atau di gudang ikan. Limbah perikanan merupakan sisa buangan dari usaha perikanan yang

mengalami proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil utama atau hasil samping.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Performans Broiler.

Tujuan Penelitian

Mengukur kemampuan tepung limbah ikan gabus pasir

(Butis amboinensis) sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler.

Hipotesis Penelitian

(30)

 

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,

(31)

 

ABSTRAK

WARI NIRWANA PELAWI, 2016. “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus

Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler”. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan NURZAINAH GINTING.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler. Penelitian ini dilakukan di Jln Pelita Baru, Binjai pada bulan Agustus – September 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri atas P0 (tepung ikan komersil), P1 (5% tepung limbah ikan gabus pasir), P2 (10% tepung limbah ikan gabus pasir).

Hasil penelitian menunjukan rataan konsumsi ransum (g) secara berturut- turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar ; (523,76, 523,14 dan 486,25). Pertambahan Bobot Badan (g) ; (698,83, 733,28 dan 627,42). Konversi Ransum (%) ; (2,07, 2,03 dan 2,29). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum sangat nyata (P>0,01).

Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat digunakan dalam ransum untuk menggantikan tepung

ikan komersil sampai level 5% dalam ransum.

Kata kunci : Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir, Peformans, Ayam Broiler.

(32)

 

ABSTRACT

WARI NIRWANA PELAWI, 2016. “The Utilization of Waste of Gabus Pasir

Meal (Butis amboinensis) Instead of Fish Meal in Broiler Chickens Rations on

Peformans”. Supervised by SAYED UMAR and NURZAINAH GINTING.

The research aimed to determine the utilization of gabus pasir meal on consumption rations, body weight and conversion rations broiler chickens. The research was conducted in Jl. Pelita, Binjai, from Agustus until September 2015. The design was used completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 6 replications each replications consist of 5 weaning day old chicken (DOC). Treatments were consisted of P0 (fish meal comercil); P1 (5% waste of gabus pasir meal); P2 (10% waste of gabus pasir meal).

The result showed the average consumption rations (g/head) for the treatments of P0, P1 and P2 were (523,76, 523,14 and 486,25, respectively). Average body weight (g/head) weight (698,83, 733,28 and 627,42, respectively). Average conversion rations (%) (2,07, 2,03 and 2,29, respectively). Statistic analysis showed that consumption rations, body weight and conversion rations were very significant (P>0,01).

The conclusion of this research that gabus pasir meal can be used to 5% level of fish meal in the ration.

(33)

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

(

Butis amboinensis

) SEBAGAI SUBSITUSI TEPUNG IKAN

DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS

AYAM BROILER

PROPOSAL

Oleh :

WARI NIRWANA PELAWI 110306023

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

 

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

(

Butis amboinensis

) SEBAGAI SUBSITUSI TEPUNG IKAN

DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS

AYAM BROILER

PROPOSAL

Oleh :

WARI NIRWANA PELAWI 110306023

PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syara tuntuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

 

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler

Nama : Wari Nirwana Pelawi NIM : 110306023

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program StudiPeternakan

(36)

 

ABSTRAK

WARI NIRWANA PELAWI, 2016. “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler”. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan NURZAINAH GINTING.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler. Penelitian ini dilakukan di Jln Pelita Baru, Binjai pada bulan Agustus – September 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri atas P0 (tepung ikan komersil), P1 (5% tepung limbah ikan gabus pasir), P2 (10% tepung limbah ikan gabus pasir).

Hasil penelitian menunjukan rataan konsumsi ransum (g) secara berturut- turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar ; (523,76, 523,14 dan 486,25). Pertambahan Bobot Badan (g) ; (698,83, 733,28 dan 627,42). Konversi Ransum (%) ; (2,07, 2,03 dan 2,29). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum sangat nyata (P>0,01).

Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat digunakan dalam ransum untuk menggantikan tepung

ikan komersil sampai level 5% dalam ransum.

Kata kunci : Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir, Peformans, Ayam Broiler.

(37)

 

ABSTRACT

WARI NIRWANA PELAWI, 2016. “The Utilization of Waste of Gabus Pasir Meal (Butis amboinensis) Instead of Fish Meal in Broiler Chickens Rations on

Peformans”. Supervised by SAYED UMAR and NURZAINAH GINTING.

The research aimed to determine the utilization of gabus pasir meal on consumption rations, body weight and conversion rations broiler chickens. The research was conducted in Jl. Pelita, Binjai, from Agustus until September 2015. The design was used completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 6 replications each replications consist of 5 weaning day old chicken (DOC). Treatments were consisted of P0 (fish meal comercil); P1 (5% waste of gabus pasir meal); P2 (10% waste of gabus pasir meal).

The result showed the average consumption rations (g/head) for the treatments of P0, P1 and P2 were (523,76, 523,14 and 486,25, respectively). Average body weight (g/head) weight (698,83, 733,28 and 627,42, respectively). Average conversion rations (%) (2,07, 2,03 and 2,29, respectively). Statistic analysis showed that consumption rations, body weight and conversion rations were very significant (P>0,01).

The conclusion of this research that gabus pasir meal can be used to 5% level of fish meal in the ration.

(38)

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Binjai pada tanggal 27 Juli 1993 dari ayah Tekun Sembiring dan ibu Melati Br Ginting. Penulis merupakan anak kedua dari

lima bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Binjai, Binjai Kota dan pada tahun 2011 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui

jalur SMPTN (seleksi masuk perguruan tinggi negeri) pilihan kedua program studi peternakan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai

organisasi kampus seperti menjadi anggota ikatan mahasiswa peternakan (IMAPET), ikatan mahasiswa karo (IMKA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Basket Fakultas Pertanian.

Penulis juga telah melakukan praktik kerja lapangan (PKL) pada tanggal 12 Juli - 12 Agustus 2014 di PPKS.

       . 

(39)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Proposal ini berjudul “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir

(Butis amboinensis) Sebagai Subsitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan proposal ini sehingga dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan kedepan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikan dan berharap semoga

proposal ini dapat bermanfaat.  

(40)

 

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler... ... 3

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler... ... 3

Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) ... 4

Tepung Ikan ... 5

Performans Broiler Konsumsi Ransum ... 6

Pertambahan Bobot Badan ... 7

Konversi Ransum ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat Penelitian ... 10

Bahan ... 10

Alat ... 10

(41)

 

Konsumsi Ransum... ... 12

Pertambahan Bobot Badan... ... 12

Konversi Ransum... ... 12

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang dan Peralatan.... ... 12

Pengacakan Day Old Chick (DOC)... ... 13

Pembutan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) ... 13

Penyusunan Ransum... ... 14

Pemeliharaan Ayam Broiler ... 14

Pengambilan Data.... ... 15

Analisis Data ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16 LAMPIRAN

(42)

 

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi broiler ... 4

Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir ... 4

Tabel 8. Komposisi nutrisi tepung ikan ... 5

Tabel 4. Pedoman konversi ransum broiler strain ... 9

Gambar

Tabel 5. Pengacakan Perlakuan dan Ulangan
Tabel 6. Rataan konsumsi ransum ayam broiler (g/ekor/minggu).
Tabel 8. Rataan konversi ransum ayam broiler
Tabel 9. Rekapitulasi Data Performans ayam broiler
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam broiler. Rancangan yang

Tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan untuk mensubtitusi tepung ikan komersil sebagai campuran di dalam pembuatan ransum dan juga memberikan pengaruh yang tidak

RAHMAYANTI BOANGMANALU, 2016: “Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik, Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi perut) dibersihkan dari kotoran, plastik dan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pertimbangan antara penelitian pemeliharaan itik lokal petelur dengan menggunakan ransum tepung limbah ikan gabus

ANALISA USAHA PEMENFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSITUSIa.

Judul Penelitian : Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir ( Butis amboinensis ) Sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu.. Nama :