• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35 minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35 minggu"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulasi Ransum

Bahan P0 P1 P2

Tepung Jagung 45 45 45

Tepung Ikan 10 5 0

Bungkil Kedelai 7 7 7

Dedak 18 18 18

Bungkil Inti Sawit 14 14 14

Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir 0 5 10

Batu Kapur 3 3 3

M. Nabati 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 15,87 16,15 16,39

EM (Kkal/g) 3311,80 3223,2 3397,7

Serat Kasar (%) 5,73 5,71 5,58

Lemak Kasar (%) 5,88 5,60 5,49

Ca(%) 2,04 1,94 1,85

(2)

Lampiran 2. Skema Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala‚ isi perut dan tulang ikan)

Dipanaskan (cooking) pada suhu 95-100oC selama 15 sampai 20 menit

dioven pada suhu 60-75oC selama 24 jam

Digrinder (digiling)

Tepung limbah ikan gabus pasir

(3)

Lampiran 3. Analisis ragam Indeks Telur

SK dB JK KT F hit F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 2 84.35 42.17 1.24411tn 3.68 6.36

Galat 15 508.54 33.90

Total 17 592.90

Lampiran 4. Analisis ragam Hauhg Unit

SK dB JK KT F hit F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 2 3,33221 1,66611 2,37747* 3.68 6.36

Galat 15 10,5118 0,70079

Total 17 13,844

Lampiran 5. Analisis ragam Tebal Kerabang

SK dB JK KT F hit F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 2 0,000293 0,000147 0,783122tn 3.68 6.36

Galat 15 0,002810 0,000187

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aimyaya.,2008. Cara Membuat Telur Asin.Aimyaya. com. 15 April 2009.

Anggorodi, 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Indonesia University Prees, Jakarta.

Bharoto, Kun D. 2001. Cara Beternak Itik. CV Aneka Ilmu. Semarang.

Buckle K.A., Fleet G.H., Edwards R.A., Wooton M., 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Dinsa Kesehatan Sleman., 2001. Materi Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman, Sleman.

Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 5th

Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ed. The Ray Ewing Company. Pasadena, California.

IP2TP Jakarta, 2000. Laporan Hasil Kegiatan Gelar Teknologi Penerapan Sistem Usahatani Itik Petelur dl DKI Jakarta.

Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktek).eBookPangan.com. diakses pada tanggal 15 September 2013.

Leeson, S. and J. D. Summers. 2000. Feeding systems for poultry. In M. M. Theodorou. and J. France (ed). Feeding Systems and Feed Evaluation Models.CABI Publishing, New York.

Margono,T.,Suryati,D.,Hartinah,S.,2000. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembagunan PDII-LIPI, Jakarta.

Mauldin, J. M. 2002. Maintaining hatching egg quality. In D. D. Bell and D. Weaver (ed). Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th Ed. Springer Science and Bussines Media Inc, New York.

Meitha., 2008. Telur Makanan Belimpah Gizi. http//mietha. Wordpress.com. 15 april 2009.

Mountney, G. J. 1976. Poultry Products Technology. 2ndEd. #vi Publishing Company. INC. Westport.

Neisheim, M. N., R.E. Austic and L.E. Card. 1977. Poultry Production. 12th

Rasyaf. 1993. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta

(5)

Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. Jhon Wiley & Sons.lnc. New York.

Rukmiasih. 1994. Pengaruh tingkat protein pakan terhadap produksi dan kualitas telur itik lokal yang dipelihara secara intensif. Media Peternakan. 17(1) : 1-11.

Sarwono, B. 1995. Pengawetan & Pemanfaatan Telur. Cetakan keempat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik. Pelatihan proyek pengembangan agribisnis peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni 2000.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gajah Mada University Press Yogyakarta

Stadellman, W.S. and O.J. Cotterill. 1995. Quality Identification of Shell Egg in: Egg Science and Techonology. W. J. Stadellman and O.J Cotterill ed. Avi. Publishing Co.Inc. Wesport, Connecticut.

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta

Suharno, B. dan K. Amri. 1995. Beternak Itik Secara Intensif. Penerbit Penebar Swadaya

Susilorini, E; Sawitri, ME; Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tillman, D.A., Hartadi H., Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Wahyu, J., 1994. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University .Press, Yogyakarta. _________., 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wakhid, A., 2013. Beternak Itik. Agromedia, Jakarta.

Wikipedia Indonesia b, 2011. Haugh Unit

Winarti, E dan Triyantini., 2005. Peluang Telur Infertil Pada Usaha Penetasan Telur Itik Sebagai Telur Konsumsi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Hal 768-771.

(6)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pasar 13, Desa Lama, Dusun 7, Kecamatan Hamparan Perak. Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu dimulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu itik lokal sebanyak 72 ekor, bahan penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, bungkil inti sawit, tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis), top mix, air minum memenuhi kebutuhan air dalam tubuh yang

diberikan secara ad libitum, rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum, vitamin dan suplemen tambahan.

Alat

(7)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 4 ekor itik petelur. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:

P0 P

= Kontrol yaitu ransum dengan 10% tepung ikan komersil. 1

sebanyak 5% + tepung ikan komersil 5%

= Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir metode pengukusan

P2

sebanyak 10%

= Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir metode pengukusan

Dengan susunan sebagai berikut:

P0U2 P2U3 P1U3 P0U3 P2U6 P1U6 P2U1 P1U2 P0U4 P2U5 P1U5 P0U5 P1U4 P0U1 P2U2 P1U1 P0U6 P2U4

Pengacakan Perlakuan dan Ulangan

Model matematik percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap non Faktorial

(8)

Peubah Yang Diamati

a. Yolk Index atau indeks kuning telur (YI)

Data yolk index atau indeks kuning telur akan diperoleh dengan cara telur dipecah, kemudian diukur tinggi kuning telur dan diameter kuning telur dan dimasukkan ke dalam rumus:

YI = Tinggi kuning telur Diameter kuning telur

x 100%

b. Haugh Unit (HU)

Data haugh unit diperoleh dengan cara telur dipecah, kemudian diukur tinggi putih telur yang kental disekitar kuning telur dan dimasukkan ke dalam rumus:

HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7W0,37

Keterangan : H = tinggi putih telur kental )

W = berat telur saat pengamatan c. Tebal Kerabang

Tebal kerabang diukur dengan memecahkan telur dan memisahkan putih, kuning serta selaput telur, mengukur ketebalan mengunakan micro meter (mm)

Keterangan:

TK = tebal kerabang

(9)

Pelaksanan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung, terdiri dari 18 plot, setiap plot terdapat 4 ekor itik. Kandang harus dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan.

Pengacakan Itik Petelur

Sebelum itik dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan, dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 4 ekor.

Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

(10)

Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil inti sawit, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dan top mix.

Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ransum. Pemeliharaan Itik Petelur

Itik petelur dipelihara dalam kandang perlakuan. Ransum diberikan sesuai kebutuhan itik petelur dan air minum diberikan secara ad-libitum.

Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali, dengan 1 kali pengambilan telur sebanyak 36 butir. Data yang diamati yaitu yolk indeks, haugh unit, tebal kerabang dan berat telur.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam dan besaran F-tabel diperoleh dari tabel F dengan derajat bebas yang sesuai dengan taraf nyata yang diinginkan. Bila nilai F-hitung > F-tabel pada taraf α = 0,05 dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut berbeda nyata. Apabila hitung lebih besar dari F-tabel pada taraf α = 0,01 dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut berbeda sangat

(11)
(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Kuning Telur (Yolk Indeks)

Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Indeks kuning telur dapat dihitung dengan perbandingan tinggi dan diameter rata-rata kuning telur (Mountney, 1976). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rataan indeks kuning telur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan indeks kuning telur itik lokal

Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3 4 5 6

P0 0.42 0.43 0.45 0.43 0.43 0.43 0.43 P1 0.42 0.44 0.43 0.44 0.43 0.46 0.44 P2 0.45 0.43 0.44 0.46 0.44 0.44 0.44

Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa rataan indeks telur itik lokal selama penelitian untuk perlakuan P0, P1 dan P2 adalah 0.43, 0.44 dan 0.44. Dari hasil rataan nilai indeks telur dilihat bahwa perlakuan P2 memiliki rataan tertinggi yaitu 0.44, kemudian P1 sebesar 0.44 dan P0

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai indeks kuning telur yang dihasilkan adalah 0,43-0,44. Buckle et al. (1987), menyatakan bahwa telur segar mempunyai indeks kuning telur berkisar antara 0,33 sampai 0,51. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi tepung ikan komersil dengan tepung ikan

(13)

gabus pasir pada pakan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap indeks kuning telur itik lokal. Hal ini disebabkan karena kandungan protein pakan dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata yaitu P0 15,87; P1 16,15 dan P2

Selain protein yang terdapat pada pakan kandungan lemak juga berpengaruh terhadap terbentuknya kuning telur, karena deposit lemak terdapat pada kuning telur yang nantinya dapat memberikan kualitas yang baik terhadap indeks kuning telur. Atik (2010) menjelaskan semakin tinggi kandungan protein dan lemak dalam pakan maka semakin tinggi indeks kuning telur. Salah satu faktor yang mempengaruhi indeks kuning telur adalah kandungan nutrisi pakan.

16,39. Australiananingrum (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan protein dan lemak dalam ransum akan menyebabkan semakin tinggi nilai indeks kuning telur. Perbedaan kandungan protein 15,87–16,39 dan kandungan lemak 5,49-5,88 tidak mempengaruhi nilai indeks kuning telur itik. Protein pakan setiap perlakuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai indeks kuning telur, karena protein yang tersusun dalam zat makanan dalam pembentukan membran vitelin dan khalaza yang berfungsi untuk menjaga kekokohan kuning telur saat proses pembentukan telur. Konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi yolk sedangkan indeks yolk dipengaruhi oleh tinggi yolk (Stadellman dan Cotterill, 1995).

(14)

Haugh Unit

Nilai Haugh Unit ialah nilai yang menunjukan sifat keenceran putih telur dan dapat menentukan tingkatan kualitas dari telur itu. Kekentalan putih telur sangat berpengaruh terhadap tingkat kualitas suatu telur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rataan haugh unit selama penelitian dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan nilai haugh unit telur itik lokal

Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3 4 5 6

P0 90.53 90.56 92.11 92.78 92.12 91.95 91.68 P1 92.00 90.91 91.31 92.54 92.31 92.91 92.00 P2 92.47 92.80 91.18 93.04 93.43 93.31 92.71

Dari data rataan nilai haugh unit pada Tabel 5 memperlihatkan rataan haugh unit hasil penelitian untuk perlakuan P0,P1 dan P2 berturut-turut adalah 91.68, 92.00 dan 92.71 dengan rataan haugh unit tertinggi pada perlakuan P2 sebesar 92.71 dan rataan nilai haugh unit terendah pada perlakuan P0

Menurut Mietha (2008), mutu telur juga bisa diukur dengan Haugh unit, yaitu pengukuran tinggi putih telur kental dan berat telur. Telur segar mempunyai haugh unit yaitu 100, telur yang baik 72 dan telur yang rusak kurang dari 50. Ini

(15)

kulitas B dengan nilai 33-60, kualitas A dengan nilai 60-72, dan kualitas AA dengan nilai 72-100. Berdasarkan rataan data Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai rataan haugh unit telur yaitu 91.68 sampai dengan 92.71. Telur yang dihasilkan selama penelitian ini tergolong kualitas AA.

Tidak berbedanya nilai haugh unit untuk semua perlakuan dapat juga disebabkan kandungan nutrisi dalam ransum perlakuan yang hampir sama. Menurut Ewing (1966), tebal tipisnya putih telur pada saat ditelurkan dipengaruhi macam ransum yang dikonsumsi. Faktor lain yaitu disebabkan karena pengamatan dilakukan pada saat yang sama untuk semua perlakuan yaitu kurang dari 24 jam setelah dihasilkan. Selain itu umur itik yang digunakan sebagai sumber telur pada penelitian ini relatif sama.

Tebal Kerabang

Tebal kerabang telur memcerminkan kekuatan dari telur. Tebal kerabang diukur dengan memecahkan telur dan memisahkan putih, kuning serta selaput telur, mengukur ketebalan mengunakan micro meter (mm). Rataan tebal kerabang telur dari berbagai perlakuan pemberian tepung ikan komersil dan tepung ikan gabus pasir dalam ransum dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan tebal kerabang telur itik lokal

Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3 4 5 6

P0 0,42 0,45 0,42 0,46 0,44 0,45 0,44 P1 0,43 0,44 0,45 0,42 0,44 0,44 0,44 P2 0,44 0,45 0,45 0,46 0,43 0,45 0,45

(16)

perbedaan pada rataan tebal kerabang dari hasil penelitian tetapi secara uji statistik menunjukan tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini berarti penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir sampai taraf 10% dalam ransum dapat mensubtitusi penggunaan tepung ikan komersil.

Menurut Romanoff dan Romanoff (1963), bahwa tebal kerabang secara normal berkisar antara 0,3-0,5mm, sehingga tebal kerabang yang diperoleh dari hasil penelitian ini masih termasuk katagori normal. Tabel 8 menunjukkan bahwa tebal kerabang yang dihasilkan antara 0,44 – 0,45mm.

(17)

Rekapitulasi Data

Rekapitulasi hasil penelitian dari pemenfaatan tepung limbah ikan gabus pasir dalam ransum terhadap kualitas itik petelur lokal umur dapat dilihat pada tabel 7. tabel 7. Rekapitulasi data

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Indeks Kuning

(Yolk Indeks) 0.43 0.44

tn

0.44

tn tn

Haugh Unit 91.68tn 92.00tn 92.71

Tebal Kerabang

tn

0,44tn 0,44tn 0,45tn

Keterangan: tn = tidak nyata

(18)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan untuk mensubtitusi tepung ikan komersil sebagai campuran di dalam pembuatan ransum dan juga memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap indeks telur (yolk indeks), haugh unit dan tebal kerabang.

Saran

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Telur Itik

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna, termasuk diantaranya telur ayam ras dan telur itik. Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu : kulit telur atau cangkang (± 11 % dari berat total telur), putih telur (± 57 % dari berat total telur), dan kuning telur (± 32 % dari berat total telur).

Telur mempunyai struktur yang sangat khusus dan mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi. Komponen pokok dari telur adalah kulit telur, albumin dan kuning telur (Buckle et al, 1987). Putih telur terdapat diantara kulit telur. Banyaknya putih telur sekitar 60% dari jumlah seluruh telur. Bagian putih telur sering disebut albumin, berasal dari kata albus yang artinya putih. Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi telur, pada bagian inilah terdapat embrio dan tempat tumbuh embrio hewan khususnya pada telur yang dibuahi. Kuning telur memiliki komposisi yang lengkap dibandingkan putih telur. Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, karbohidrat, mineral, lemak, dan vitamin (Sarwono, 1995).

Telur dari berbagai jenis unggas memiliki fungsi yang sama, yaitu

(20)

mengandung komponen utama yang terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Koswara, 2009).

Tabel 1. Komposisi nutrisi telur.

Komposisi Telur ayam Telur bebek (Itik)

Kalori (Kal) 162,00 189,00

Secara umum, kualitas telur yang baik dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik sebagai berikut: bentuk telur oval dengan salah satu ujung tumpul dan ujung lainnya runcing, warna kulit telur hijau kebiruan. Warna ini lebih disukai konsumen terutama di Indonesia bila dibandingkan dengan telur berkulit putih. Berat telur berkisar antara 60-70 g dan keadaan kulit telur masih utuh dan halus (Suhartono dan Amri, 1995).

(21)

putihnya meluber dan tipis, d) analisis kimia adalah penilaian yang dimaksud untuk mengetahui kandungan gizi telur, e) analisis mikrobiologi, yaitu penilaian untuk mengetahui pencemaran bakteri pada telur, f) uji fungsional yaitu penilaian terhadap proses kimia atau emulsi kuning telur (Suharno dan Amri,1995).

Haugh unit (HU) adalah ukuran dari kualitas protein telur berdasarkan

ketinggian putih telur (albumin). Tes diperkenalkan oleh Raymond Haugh pada tahun 1937 dan merupakan ukuran penting kualitas telur dalam industri berikut langkah langkah lain seperti ketebalan shell dan kekuatan. Telur ditimbang, kemudian dipecahkan ke permukaan datar dan mikrometer yang digunakan untuk menentukan tinggi dari tebal albumin (putih telur) yang segar mengelilingi kuning telur. Semakin tinggi angka HU, semakin baik kualitas telur (segar, telur kualitas yang lebih tinggi memiliki kulit putih tebal). Meskipun pengukuran menentukan kandungan protein dan kesegaran telur, tidak mngukur nutrisi penting lainnya seperti vitamin dan mineral dalam telur (Wikipedia Indonesia, 2011).

Variabel yang mempengaruhi nilai HU adalah tinggi putih telur dan berat telur. Terdapat korelasi positif antara nilai HU dan tinggi putih telur, yaitu semakin tinggi putih telur maka nilai HU semakin meningkat (Stadellman, 1995). Mutu telur juga bisa diukur dengan HU, yaitu pengukuran tinggi putih telur kental dan berat telur. Telur yang segar mempunyai HU yaitu 100, telur yang baik yaitu 72 dan telur yang rusak kurang dari 50 (Mietha, 2008).

(22)

bertambahnya umur unggas (Zeidler, 2002). Tebal tipisnya putih telur pada saat ditelurkan dipengaruhi macam ransum yang dikonsumsi (Ewing, 1966).

Kualitas telur berdasarkan nilai Haugh unit digolongkan menjadi tiga yaitu kulitas B dengan nilai 33-60, kualitas A dengan nilai 60-72, dan kualitas AA dengan nilai 72-100 (Neisheim, 1977).

Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Indeks kuning telur dapat dihitung dengan perbandingan tinggi dan diameter rata-rata kuning telur (Mountney, 1976). Bentuk yolk dinyatakan dengan perbandingan antara antara tinggi dan lebar yolk yang dinyatakan dengan indeks yolk. Buckle et al. (1987), bahwa telur segar mempunyai indeks yolk berkisar antara 0,33 sampai 0,51. Indeks yolk yang baik berkisar antara 0,42 sampai 0,40. kemampuan yolk untuk tetap utuh selama pemecahan telur menunjukkan fungsi kekuatan selaput vitelina, telur segar memiliki variasi nilai indeks kuning telur yang relatif kecil (Mountney, 1976).

(23)

lebih 50% dari berat kering telur adalah protein. Penurunan berat telur dapat disebabkan difisiensi asam amino dan asam linoleat. Berat telur rata-rata itik Tegal adalah 70-75 gram/butir dan itik Mojopura 60-65 gram/butir (Bharoto, 2001), sedangkan berat rata-rata telur itik Mojosari adalah 64.5 gram (IP2TP Jakarta, 2000).

Tebal kerabang telur memcerminkan kekuatan dari telur. Menurut Romanoff dan Romanoff (1963), bahwa tebal kerabang secara normal berkisar antara 0,3-0,5mm. Kerabang telur sebagaian besar terdiri dari kalsium karbonat, sehingga Ca merupakan pembentuk kerabang telur. Berat kerabang telur sekitar 0.5 % dari bobot telur. Semakin meningkat umur, maka semakin rendah kualitas kerabang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kemampuan untuk menyerap Ca, sehingga berkurangnya persediaan Ca dan pengaruh genetik (Wahyu, 1992).

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur

Sistem peternakan itik yang berbeda menyebabkan perbedaan kualitas telur yang dihasilkan. Pada sistem peternakan intensif, itik dikandangkan dengan segala kebutuhannya dipenuhi dan dilayani oleh peternak (Rasyaf, 1993). Pemberian pakan yang terprogram ditambah dengan pemberian vitamin dan suplemen akan sangat berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan. Pada sistem pemeliharaan terkurung basah, saat itik dilepas di area kandang maka itik akan mencari makanannya sendiri yang ada di dalam kolam atau yang dibawa aliran sungai. Sumber pakan diperoleh dari lingkungan sawah dan sungai berupa serangga, keong, katak kecil dan sebagainya (Susilorini dkk., 2008). Perbedaan sistem peternakan itik, tentunya akan menghasilkan kualitas telur yang berbeda.

(24)

ditandai dengan membesarnya kantong udara, pengenceran putih telur dan lemahnya selaput kuning telur sehingga kuning telur memipih dan pecah, kuning telur menjadi bercampur dengan putih telur (Winarti dan Triyantini, 2005).

Semakin tinggi kandungan protein dan lemak dalam ransum maka semakin tinggi indeks yolk. Protein pakan setiap perlakuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai indeks kuning telur, karena protein yang tersusun dalam zat makanan dalam pembentukan membran vitelin dan khalaza yang berfungsi untuk menjaga kekokohan kuning telur saat proses pembentukan telur (Australiananingrum, 2005).

Konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi yolk sedangkan indeks yolk dipengaruhi oleh tinggi yolk (Stadellman dan Cotterill, 1995). semakin tinggi kandungan protein dan lemak dalam pakan maka semakin tinggi indeks kuning telur. Salah satu faktor yang mempengaruhi indeks kuning telur adalah kandungan nutrisi pakan (Atik,2010).

(25)

Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut; Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis amoinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih datar, lebar badan

5-5,5 kali lebih pendek dari panjang standart, 6-7 kali lebih pendek dari panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan depan tidak membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).

Ikan gabus pasir banyak terdapat didaerah Sumatera Utara khususnya Medan Belawan yang berada di Jalan Gabion, Kec. Medan Belawan bertempat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) KUD (Koperasi Unit Desa). Jarak tempuh antara kota Medan dengan kota Belawan ±25 km dari kota Medan. Daging ikan gabus dimanfaatkan menjadi bakso dan siomay oleh masyarakat dan juga ikan ini dikirim ke negara Malaysia untuk dijadikan bahan makanan olahan di negara tersebut. Sedangkan kepala ikan gabus beserta isi perutnya merupakan limbah ikan, limbah ikan tersebut dalam satu hari berjumlah 80 kg sampai dengan 100 kg dan dalam seminggu bisa mencapai 600-700kg limbah ikan gabus.

Tabel 3. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

Jenis Nutrisi Kandungan

Gross Energi (K.cal/g) 3,6341a

Kadar air (%) 7,17

(26)

Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur

Bahan makanan pada dasarnya mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (Tillman et al.. 1991).Berdasarkan unsur yang dikandung oleh bahan makanan yang perlu disediakan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan ternak.

Pada prinsipnya makanan itik tidak berbeda dengan makanan ayam. Perbedaan terletak pada kadar protein dalam ransum yang relatif lebih tinggi. Disamping itu penyediaan air lebih banyak diperhatikan. Itik yang dipelihara secara intensif atau dikurung, kebutuhan air biasanya disediakan dalam kolam-kolam kecil yang ditempatkan dekat bak makanan (Wahyu, 2004).

Tabel 2. Kebutuhan gizi itik petelur berbagai umur

Gizi Stater

(27)
(28)

PENDAHULUAN

`

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu produk peternakan yang berasal dari ternak unggas. Selain itu telur adalah salah satu sumber protein hewani yang banyak yang disukai masyarakat. Telur mempunyai nilai gizi yang tinggi. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral terdapat jumlah yang cukup dari telur.

Kualitas telur dapat diketahui dengan dua cara yaitu kualitas interior dan kualitas eksterior dari telur itu sendiri. Kualitas interior adalah kondisi dari kuning telur dan putih telur. Semakin tebal ukuran yolk dan albumen yang kental, maka grade telur akan semakin tinggi. Grading berdasarkan kualitas eksterior dilakukan

dengan melihat kondisi cangkang telur, yaitu adanya keretakan, kebersihan permukaan cangkang dan bentuk telur.

Sumber pakan ternak yang sebenarnya bisa diperoleh dengan memanfaatkan limbah pertanian maupun hewan, karena limbah tersebut semakin meningkat dan dibiarkan begitu saja. Hal ini selain dapat membuat pemborosan sumber daya yang ada dan dapat mencemari lingkungan yang disebabkan limbah pertanian dan hewan.

(29)

dalam satu hari berjumlah 80 kg sampai dengan 100 kg dan dalam seminggu bisa mencapai 600-700kg limbah ikan gabus.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) sebagai subtitusi dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35 minggu”.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap kualitas telur itik

lokal pada umur 35 minggu. Hipotesis Penelitian

Pemanfaatan tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat mensubstitusi tepung ikan dalam ransum terhadap kualitas telur pada itik lokal umur 35 minggu.

Kegunaan Penelitian

(30)

ABSTRAK

NOVIKA SARI, 2015: “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35

Minggu”, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak dari bulan Maret sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dalam ransum terhadap haugh unit, indeks kuning telur, dan tebal kerabang telur. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor itik petelur. Perlakuan terdiri dari P0 (ransum tanpa tepung limbah ikan gabus pasir); P1 (ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5%); P2

Hasil penelitian menunjukan nilai Haug Unit secara berturut turut untuk perlakuan P

(ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%).

0, P1 dan P2 sebesar 91,68; 92,00 dan 92,71. Indeks kuning telur secara berturut turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar 0,43; 0,44 dan 0,44. Tebal Kerabang secara berturut turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2

Kata kunci: Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir, Kualitas Telur

(31)

ABSTRACT

NOVIKA SARI, 2015: “ Utilization of Gabus Pasir (Butis amboinensis)Waste Meal In Ration Against Egg Quality of Laying Duck 35th

This research was conducted at Desa Lama Kecamatam Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang from Mart to June 2015. This study aimed to determine the effect of Gabus Pasir waste meal in the ration on haugh unit, yolk index and

thickness egg shell. The design used in this research is completely randomized design

(CRD) with three treatments and 6 replications, each replication consisted of 4

laying ducks. Treatmen consists of P

Week of Age”, guided by

ARMYN HAKIM DAULAY and R. EDHY MIRWANDHONO.

0 (feed without Gabus Pasir waste meal); P1

(feed with Gabus Pasir waste meal as much as 5%); P2

The results showed the average of values haugh unit such as 91,68; 92,00

and 92,71, respectivly. Yolk index such as 0,43; 0,44 dan 0,44, respectivly. Thickness

egg shell such as 0,44; 0,44 and 0,45, respectivly. The results showed that the

treatment was not significant effect on haugh unit, yolk index and thickness egg shell.

The conclusion that Gabus Pasir waste meal can be used in ration to the level of

10%.

(Gabus Pasir waste meal as

much as 10%).

(32)

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

(Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN

DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR

ITIK LOKAL UMUR 35 MINGGU

SKRIPSI

Oleh :

NOVIKA SARI 110306029

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(33)

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

(Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN

DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR

ITIK LOKAL UMUR 35 MINGGU

Oleh :

NOVIKA SARI 110306029 PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

Judul Penelitian : Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35 minggu

Nama : Novika Sari

NIM : 110306029

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si. Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(35)

ABSTRAK

NOVIKA SARI, 2015: “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Umur 35

Minggu”, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak dari bulan Maret sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dalam ransum terhadap haugh unit, indeks kuning telur, dan tebal kerabang telur. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor itik petelur. Perlakuan terdiri dari P0 (ransum tanpa tepung limbah ikan gabus pasir); P1 (ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5%); P2

Hasil penelitian menunjukan nilai Haug Unit secara berturut turut untuk perlakuan P

(ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%).

0, P1 dan P2 sebesar 91,68; 92,00 dan 92,71. Indeks kuning telur secara berturut turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar 0,43; 0,44 dan 0,44. Tebal Kerabang secara berturut turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2

Kata kunci: Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir, Kualitas Telur

(36)

ABSTRACT

NOVIKA SARI, 2015: “ Utilization of Gabus Pasir (Butis amboinensis)Waste Meal In Ration Against Egg Quality of Laying Duck 35th

This research was conducted at Desa Lama Kecamatam Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang from Mart to June 2015. This study aimed to determine the effect of Gabus Pasir waste meal in the ration on haugh unit, yolk index and

thickness egg shell. The design used in this research is completely randomized design

(CRD) with three treatments and 6 replications, each replication consisted of 4

laying ducks. Treatmen consists of P

Week of Age”, guided by

ARMYN HAKIM DAULAY and R. EDHY MIRWANDHONO.

0 (feed without Gabus Pasir waste meal); P1

(feed with Gabus Pasir waste meal as much as 5%); P2

The results showed the average of values haugh unit such as 91,68; 92,00

and 92,71, respectivly. Yolk index such as 0,43; 0,44 dan 0,44, respectivly. Thickness

egg shell such as 0,44; 0,44 and 0,45, respectivly. The results showed that the

treatment was not significant effect on haugh unit, yolk index and thickness egg shell.

The conclusion that Gabus Pasir waste meal can be used in ration to the level of

10%.

(Gabus Pasir waste meal as

much as 10%).

(37)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir sebagai subtitusi Tepung Ikan dalam ransum terhadap Kualitas Telur Itik Lokal umur 35 minggu’’. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua Orang Tua yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta memberikan dorongan berupa materil dan spirituil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Armyn Hakim Daulay selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak R. Edhy Mirwandhono selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

(38)

DAFTAR ISI

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur ... 8

Ikan Gabus Pasir (ButisAmboinensis) ... 9

Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur ... 10

Kebutuhan Air Minum ... 11

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

(39)

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1. Komposisi Nutrisi Telur ... 4

2. Komposisi Nutrisi Tepung Ikan Gabus Pasir ... 10

3. Kebutuhan Gizi Itik Petelur Berbagai Umur ... 11

4. Rataan Indeks Kuning Telur Itik Lokal ... 18

5. Rataan Nilai Haugh Unit Telur Itik Lokal ... 20

6. Rataan Tebal Kerabang Telur Itik Lokal ... 21

(40)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Formulasi Ransum Itik Petelur ... 29

2. Pembuatann Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir ... 30

3. Analisis Ragam Indeks Telur ... 31

4. Analisis Ragam Hauhg Unit ... 31

Gambar

Tabel 4. Rataan indeks kuning telur itik lokal
Tabel 5. Rataan nilai haugh unit telur itik lokal
Tabel 6. Rataan tebal kerabang telur itik lokal
tabel 7. Rekapitulasi data
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nilai buku (book value) juga dikatakan sebagai salah satu penilaian saham selain nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value)beberapa nilai yang

· Ayo, sebutkan falsafah Moh Limo Sunan Ampel! · Ayo, ceritakan kisah keteladanan Sunan Drajat! · Ayo, ceritakan kisah keteladanan Sunan Bonang!.. 1) Wali Allah adalah orang

[r]

Penelitian yang dilakukan oleh Khamlub (2013) berpendapat bahwa selain ketiga faktor antara lain faktor resolusi konflik di tempat kerja, hubungan dengan rekan kerja, dan

Intisel Prodaktifakom.Untuk memperoleh gambaran yang jelas sebagai bahan penulisan ilmiah selain penulis membaca dan mempelajari bukubuku yang relevan dengan tema penulisan,penulis

Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang ditandatangani oleh pemuka

Aplikasi ini berisi tentang penggambaran secara umum tes toefl, tata cara mengerjakan tes, keterangan dari ketiga jenis tes, soal-soal tes yaitu tes listening, tes structure, dan

Oleh karena itu penulis membuat sebuah program permainan dengan mengambil kasus tentang game puzzle yang berbasis 2 dimensi dengan hanya menampilkan dua buah game puzzle gambar