• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam Ransum terhadap Karkas Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam Ransum terhadap Karkas Ayam Broiler"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bobot potong ayam broiler (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Rataan+SD

1 2 3 4 5 6

P0 1.149,33 1.252,33 1.328,00 1.267,66 1.279,33 1.295,00 1.261,94 tn+60,94 P1 1.373,33 1.241,33 1.344,33 1.171,00 1.354,33 1.192,00 1.279,39 tn +88,87 P2 1.198,33 1.179,66 1.253,66 1.159,66 1.212,33 1.149,33 1.190,66 tn +38,03

Lampiran 2. Analisis sidik ragam bobot potong

SK dB JK KT F Hit F table

Lampiran 3. Bobot karkas ayam broiler (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Rataan+SD

1 2 3 4 5 6

P0 827,66 896,66 966,66 911,33 926,66 953,33 913,72 tn+49,48 P1 1.002,66 898,66 999,00 862,33 999,00 868,66 938,39 tn +68,85 P2 824,33 850,00 883,66 843,00 890,33 883,66 862,50 tn +27,07

Lampiran 4. Analisis sidik ragam bobot karkas

(2)

Lampiran 5. Persentase karkas ayam broiler (%)

Perlakuan Ulangan Rataan+SD

1 2 3 4 5 6

P0 72,16 71,43 72,77 71,90 72,43 73,76 72,41 tn+0,80 P1 72,97 72,41 74,29 73,60 73,83 72,82 73,32 tn +0,70 P2 73,91 72,75 72,03 72,28 70,18 73,81 72,49 tn +1,37

Lampiran 6. Analisis sidik ragam persentase karkas

SK dB JK KT F Hit F table

0,05 0,01 Perlakuan 2 3,043478 1,521739 1,50tn 3,69 6,36 Galat 15 15,133620 1,008908

Total 17 18,177090

Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 7. Rekapitulasi bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas Parameter Perlakuan

P0 P1 P2

Bobot Potong 1261,94 tn 1279,39 tn 1190,66 tn Bobot Karkas 913,72 tn 938,39 tn 862,50 tn Persentase Karkas 72,41 tn 73,32 tn 72,49 tn

(3)

Lampiran 8. Grafik rataan bobot potong (g/ekor)

(4)

Lampiran 10. Grafik rataan persentase karkas (%)

71,80 72,00 72,20 72,40 72,60 72,80 73,00 73,20 73,40

1 2 3

P

er

se

n

tase

K

ar

k

as

(5)

Lampiran 11. Formulasi Ransum Ayam Broiler Starter (%)

Bahan P0 P1 P2

Tepung Jagung 48 48 48

Dedak Padi 5 5 5

Bungkil Kelapa 7 7 7

Tepung Ikan 10 5 0

Tepung Limbah Ikan Gabus 0 5 10

Bungkil Kedelai 26 26 26

Top Mix 1 1 1

Minyak Kelapa 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 21.4327 21.4327 21.8622

EM (Kkal/kg) 2992.8 2980.15 3037.5

SK (%) 3.9832 3.9832 3.9832

(6)

Lampiran 12. Formulasi Ransum Ayam Broiler Finisher (%)

Bahan P0 P1 P2

Tepung Jagung 50 50 50

Dedak Padi 10 10 10

Bungkil Kelapa 7 7 7

Tepung Ikan 10 5 0

Tepung Limbah Ikan Gabus 0 5 10

Bungkil Kedelai 19 19 19

Top Mix 1 1 1

Minyak Kelapa 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 19.0182 19.4477 19.8772

EM (Kkal/kg) 2911.4 2968.75 3026.1

SK (%) 4.3078 4.3078 4.3078

(7)

Lampiran 13. Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi perut) dibersihkan

dari kotoran, plastik dan kayu

Dipanaskan (cooking) pada suhu 60oC selama 15 sampai 20 menit

Ditiriskan

Dioven pada suhu 60oC selama 24 jam

Digrinder (penggilingan)

Tepung limbah ikan gabus pasir

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Triyantini dan H. Setiyanto. 1991. Kondisi Rumah Potong Ayam di pulau jawa. Pros Sem Pengemb Pet Dlm menunjang Ekon. Nas. Purwokerto,. 4 Mei. Fapet Unsoed.: 27-30.

Allen, G.R., 1991. Field Guide To The Freshwater Fishes Of New Guinea Christensen Research Institute, Madang. Papua New Guinea.

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Ketiga. Lembaga Satu

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Loka Penelitian Kambing Potong., 2015. Analisa Sampel. Sei Putih-Galang, Medan.

Bell, D.D., and W.D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg Production. 5 thn Edition. Springer Sciencer and Business Media, Inc., New York.

Blakely, D dan D.H. Bade 1991. Ilmu Perternakan. Edisi ke-4. Penerjemah : Bambang Srigandono. Gagjah Mada University Press, Yogyakarta.

Brake, J., G. B Havenstein. S. E. Schidelet, P. R. Ferket, dan D.V. River. 1993. Relationship of sex, Age and Body Weight to Broiler Carcass Yield and Offal Production. Poult. Sci. 70:680-688.

Boniran, S., 1999. Kualitas Kontrol untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan Ternak. Kumpulan Makanan Quality Management Workshop.

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Gordon, S.H., and Charles, D.R., 2002. Niche and Organic Chicken Products: Their Technology and Scientific Principles. Nottingham University Press, Definitions: III-X, United Kingdom.

Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

(9)

Jull, M.A. 1979. Poultry Nutrition. 5th Edition. Tata McGraw-Hill Publishing.Co. Inc. New Delhi.

Kartadisastra, H.R., 1994. Pengolahan Pakan Ayam.Kosius. Yogyakarta.

Mahfudz, L.D., 2009. Ampas tahu tingkatkan produksi broiler. http://www. Poulty indonesia.com.modules.

Maynard, L. A. dan J. K. Loosli., 1969. Animal Nutrition. 6th Ed., Mc Graw Hill Book Company, New Delhi.

Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Murtidjo, B.A. 1992. Pedoman Berternak Ayam Broiler. Kanisius. Jakarta.

Murtidjo. B., 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

NRC. (ed.), 1994. Nutrient reguirements of poultry. 9th. National Acedemy of Science. Yogyakarta.

Presdi, H., 2001. Pengaruh Pemberian Tepung Bulu Ayam Dalam Ransum Terhadap Persentase Karkas Ayam Buras Umur 16 Minggu. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rasyaf, M., 1990. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1992. Beternak Ayam pedaging. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Press. Padang.

Sembiring, P., 1993. Penuntun Praktikum Produksi Ternak Unggas, Jurusan Peternakan FP USU. Medan.

Sinurat, Arnold P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, N. Bermawie, M. Raharjo dan M. Rizal. 2009. Pemanfatan kunyit dan temulawak

sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. JITV Vol. 14 No. 2 Th. 2009: 90-96.

(10)

Siregar, A.P., 1980. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Merdie Group, Jakarta.

Siregar, A.P., 1983. Pengaruh Pemberian Sludge Terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Buras Fase Grower, Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nomensen, Medan.

Siregar, S. B., 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. 1994. Tehnik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Merdie Group, Jakarta.

Siregar, Z., 2009. Pemanfaatan Hasil Samping Perkebunan dengan Penambahan Mineral dan Hidrolisat Bulu Ayam. Universitas Sumatera Utara, Medan.

SNI., 1996. Persyaratan Mutu Tepung Ikan. Dewan Standar Nasional Indonesia.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Tekhnologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Srigandono, B., 1998. Beternak Itik Pedaging. Trubus Agriwidya, Ungaran.

Stevie, P. K., Wardhani, R., Budi, P.J., 2009. Rancangan Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Kapasitas 118,8 Kg/Jam. http//www. Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan.

Tillman, A. D.,H. Hartadi, S.Reksohadiprojo, S.Prawirokusumo, S.Lepdosoekojo. 1986. Ilmu Ternak Dasar. Fakultas Peternakan, UGM-Press, Yogyakarta.

Vidiana, T. S., Hesti, T.W., Hakim, A. D., Hasnudi., Hutasoit, L. 2014. Utilizing The Waste of Gabus Pasir (Butis amboinensis) in Effort to Producing Economically Valuable Feed for Ducks. Faculty of Agriculture in North Sumatra University, medan.

Wahyu, J., 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

(11)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Binjai. Penelitian ini berlangsung

selama 5 minggu dimulai dari bulan Agustus 2015 sampai dengan September

2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu ayam broiler umur 1 hari Day Old Chicken

(DOC) sebanyak 90 ekor,bahan penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi,

bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir

(Butis amboinensis); top mix, air minum memenuhi kebutuhan air dalam tubuh

yang diberikan secara ad libitum, air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan

transportasi, rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan

minum, formalin 40% dan KMnO4 (Kalium Permanganate) untuk fumigasi

kandang, vitamin dan suplemen tambahan seperti Vitachick, vaksin ND strain

Lasota.

Alat

Alat yang digunakan adalah kandang model panggung sebanyak 18 plot,

masing-masing dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 72 cm dan tinggi 100 cm

peralatan kandang terdiri dari 18 unit tempat pakan dan 18 unit tempat minum dan

timbangan salter digital kapasitas 3000 g untuk menimbang bobot badan ayam

(12)

sebanyak 18 buah, termometer sebagai pengukur suhu kandang. Alat pencatat data

seperti buku data, alat tulis dan kalkulator, alat pembersih kandang berupa sapu,

ember, sekop dan hand sprayer, alat lain berupa plastik, ember dan pisau.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan dimana setiap ulangan terdiri atas

5 ekor ayam broiler. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:

P0 = Kontrol (Ransum dengan tepung ikan komersil)

P1 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 50%

P2 = Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 100%

Dengan susunan sebagai berikut:

P0U2 P2U3 P1U3 P0U3 P2U6 P1U6

P2U1 P1U2 P0U4 P2U5 P1U5 P0U5

P1U4 P0U1 P2U2 P1U1 P0U6 P2U4

Pengacakan Perlakuan dan Ulangan

Model matematik percobaan yang digunakan adalah rancangan acak

lengkap (RAL)

∑ij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

(13)

Parameter Penelitian

1. Bobot potong (g)

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot

ayam setelah dipuasakan selama 12 jam.

2. Bobot karkas (g)

Merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah dipisahkan

kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, bulu, darah, serta isi

rongga bagian dalam kecuali ginjal dan paru-paru. Karkas dipotong dengan

diambil 3 ekor di setiap plot.

3. Persentase karkas (%)

Persentase karkas adalah perbandingan bobot karkas dengan bobot potong

dikalikan 100%

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung, terdiri dari 18 plot,

setiap plot terdapat 5 ekor DOC. Sebelum DOC dimasukkan, kandang dibersihkan

dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan rodalon dan

fumigasi menggunakan formalin 40% dan KMnO4. Kandang harus dilengkapi

dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat kandang

dilakukan selama 1 minggu. Air gula diberikan ke DOC pada saat baru tiba untuk

(14)

Pengacakan Day Old Chicken (DOC)

Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan,

terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot badan

awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random)

untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing

plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.

Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Pendahuluan penelitian dengan menggunakan tiga metode, dimana di

antara tiga metode yang dianalisis, bahan pakan yang terbaik adalah metode

pengukusan. Pembuatan tepung diawali dengan membersihkan limbah ikan gabus

pasir dengan air, kemudian ditiriskan, lalu ikan dikukus selama 15 menit ± 60ºC,

lalu dipress limbah tersebut dan diovenkan dengan suhu 60ºC selama 8 jam.

Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari jagung, dedak padi,

bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir

(Butis amboinensis) dan top mix.

Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai

komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap

perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara

manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya

(15)
(16)

Pemeliharaan Ayam Broiler

Semua perlakuan terdiri atas 18 kandang, masing-masing plot berisi 5 ekor

ayam broiler, setiap plot/kandang diberi pemanas dan penerangan

(lampu pijar 40 watt). Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum.

Pengambilan Data

Data diambil setelah ayam mencapai umur pemotongan karkas yaitu umur

5 (lima) minggu. Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur

parameter bobot potong, bobot karkas, persentase karkas.

Analisis Data

Data dianalisis dengan sidik ragam guna mengetahui pengaruh perlakuan

terhadap parameter penelitian antara lain bobot potong, bobot karkas,persentase

karkas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Sidik Ragam dan

besaran F-tabel diperoleh dari Tabel F dengan derajat bebas yang sesuai dengan

taraf nyata yang diinginkan. Bila nilai F-hitung > F-tabel pada taraf α = 0,05

dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut berbeda nyata. Apabila F-hitung lebih

besar dari F-tabel pada taraf α = 0,01 dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut

berbeda sangat nyata. Apabila F-hitung lebih kecil dari F-tabel, H0 diterima.

Berarti pengaruh perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Jika semua data telah

(17)

Pengamatan karkas

Pemotongan karkas dilakukan di tempat yang bersih, cukup air yang

berasal dari sumber air berkualitas baik dan khusus, cara pemotongan mengikuti

persyaratan agama Islam, pengeluaran darah (bleeding) harus tuntas sehingga

ayam benar-benar mati, sebelum pencabutan bulu ayam diseduh (scalding)

dengan temperatur 520-600 C selama 3-5 menit, setelah dilakukan pencabutan bulu

kemudian karkas ayam dicuci dengan air yang mengalir atau didinginkan

(chilling) dengan temperatur 00-50 C (Dewan Standarisasi Nasional-DSN). Setelah

penyembelihan tubuh ayam broiler dipotong, dimana kepala, kaki, serta

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong

Bobot potong di peroleh dengan cara penimbangan bobot akhir ayam

broiler setelah di puasakan selama 12 jam dengan pemberian air minum secara

adlibitum dan perlu diperhatikan karena bobot potong berpengaruh terhadap

kualitas karkas ayam broiler. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat

data bobot potong pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot potong ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Rataan+SD

penelitian adalah tidak berbeda nyata anatar perlakuan (P0,P1,P2). Bobot potong

tertinggi tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (ransum dengan 50% tepung ikan

komersil dan 50% tepung ikan gabus pasir ) sebesar 1.279,39 g sedangkan bobot

potong terendah pada perlakuan P2 (ransum dengan 100% tepung ikan gabus

pasir) sebesar 1.190,66 g.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir

terhadap bobot potong, maka dilakukan analisis sidik ragam seperti yang tertera

pada Lampiran 2. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian

tepung limbah ikan gabus dalam ransum tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap

bobot potong. Rataan bobot potong ayam broiler yang diperoleh antar perlakuan

(19)

nyata terhadap bobot potong ayam broiler antar perlakuan dipengaruhi oleh

kandungan nutrisi ransum yang hampir sama pada tiap perlakuan. Dimana,

kebutuhan nutrisi yang terpenuhi untuk ayam broiler berupa protein yang sudah

mencukupi untuk ternak tersebut. Protein yang terkandung dalam P0 (tepung ikan

komersil) dapat dilihat dalam hasil Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak

(2015) berjumlah 45,7%, sedangkan protein yang terkandung dalam P2

(100% tepung limbah ikan gabus pasir) dapat dilihat dalam hasil Laboratorium

Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak (2015) berjumlah 53,59%. Hal ini menunjukkan

bahwa ransum perlakuan P1 dan P2 mempunyai kandungan nutrisi yang sama

baiknya dengan ransum perlakuan P0 sehingga bobot potong tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata.

Apabila dilihat secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bobot

potong yang masih dibawah standard, dimana menurut Murtidjo (1992), bahwa

bobot potong untuk ayam broiler umur 5 minggu sebesar 1,56 kg. Keadaan ini

disebabkan oleh beberapa faktor selam penelitian, antara lain konsumsi ransum,

kesehatan dan suhu lingkungan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh

Rasyaf (1992), mengatakan bahwa pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi

oleh konsumsi ransum, kesehatan, suhu lingkungan dan jenis kelamin.

Bobot Karkas

Bobot karkas merupakan bobot tubuh ayam yang telah disembelih setelah

dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut

dan organ dalam kecuali ginjal dan paru-paru (Murtidjo, 1992). Dari hasil

(20)

Tabel 6. Rataan bobot karkas ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)

Berdasarkan tabel diatas rataan bobot karkas tertinggi yang diperoleh dari

hasil penelitian terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 938,39 g dan terendah

pada perlakuan P2 sebesar 862,50 g. Ukuran bobot karkas P0, P1, P2 yang

diperoleh dari hasil penelitian masuk dalam kriteria bobot karkas ukuran kecil.

Hal ini sesuai pernyataan Sembiring (1993), yang menyatakan bahwa ukuran

karkas ditentukan berdasarkan bobot, bobot individual ditentukan oleh bobot

karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya adalah : ukuran kecil 0,8 kg-1,0 kg,

ukuran sedang 1,0 kg-1,2 kg, ukuran besar 1,2 kg-1,5 kg.

Pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir dalam ransum tidak

berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas. Penelitian ini memberikan hasil

bahwa ayam broiler yang memiliki bobot potong terendah memiliki bobot karkas

yang rendah juga. Bisa dilihat pada perlakuan P2, rataan bobot potong P2 lebih

rendah dibandingkan rataan bobot potong P0 dan P1, hal ini dikarenakan P2

memiliki bobot potong yang rendah yang dapat mempengaruhi bobot karkas. Hal

ini dapat diasumsikan karena setiap perlakuan mengandung konsumsi pakan yang

sama sehingga pakan setiap perlakuan memberikan respon yang sama kualitasnya

terhadap bobot karkas. Hal ini sesuai sengan pernyataan Soeparno (2005), yang

menyatakan produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup, peningkatan

(21)

Pemberian ransum yang berenergi tinggi dengan imbangan yang baik

antara protein, vitamin dan mineral akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Nataamidjaya et al., (1995) yang

menyatakan bahwa produksi karkas sangat erat kaitanya dengan bobot badan,

dimana pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun

ransum. Adapun bahan-bahan penyusun ransum dilakukan satu kali seminggu,

sehingga ketengikan pakan tersebut dapat dihindari.

Persentase Karkas

Persentase karkas diperoleh dari bobot karkas dibagi dengan bobot potong

dikali 100 persen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat rataan

persentase karkas pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Rataan+SD

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa rataan persentase karkas tertinggi

terdapat pada perlakuan kontrol yaitu P1 sebesar 73,32%, sedangkan persentase

terkecil pada P0 sebesar 72,41%. Penelitian ini memberikan hasil bahwa ayam

broiler yang memiliki bobot karkas besar tidak selamanya memiliki persentase

karkas yang besar juga. Bisa dilihat pada perlakuan P0, rataan bobot karkas P0

lebih tinggi dibandingkan rataan bobot karkas P2 tetapi jika dilihat rataan

persentase karkas, perlakuan P2 lebih tinggi dibandingkan P0. Hal ini dipengaruhi

oleh persentase karkas terbesar tidak dihasilkan dari bobot karkas yang terbesar

(22)

tersebut mendeposisikan protein berbeda-beda. Hal ini sesuai yang dikemukakan

oleh Maynard dan Loosli (1969), bahwa meningkatkan kandungan protein dalam

karkas dan meningkatnya deposisi protein yang merupakan indikasi dari proses

pemanfaatan protein pakan. Deposisi protein yang bernilai positif, berarti ternak

tersebut memanfaatkan protein yang tinggal di tubuh untuk meningkatkan bobot

badan dan pemberian pakan dengan kadar protein tinggi diharapkan dapat

meningkatkan jumlah protein yang terdeposisi di dalam tubuh.

Pemberian tepung limbah ikan gabus dalam ransum tidak berbeda nyata

(P>0,05) terhadap persentase. Hal ini disebabkan bobot potong dan bobot karkas

sangat mempengaruhi besar kecilnya persentase karkas. Pendapat ini juga

didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Soeparno (2005), bahwa semakin

bertambahnya bobot potong maka produksi karkas semakin meningkat.

Persentase karkas hasil penelitian ini berkisar antara 72,49 – 73,32%. Hasil

ini sejalan dengan pendapat Jull (1979), bahwa persentase karkas ayam broiler

bervariasi antara 66 – 76% dari bobot hidup. Berdasarkan hasil penelitian

Mahfudz (2009), Persentase karkas bagian tubuh ayam broiler berkisar 65-75%

dari bobot hidupnya. Hal ini disebabkan oleh hasil bobot badan akhir yang

diperoleh selaras dengan bobot karkas, sehingga persentase karkas ayam broiler

yang dicapai relatif sama. Komponen karkas yang relatif sama dan sebanding

dengan pertambahan bobot badan akan menghasilkan persentase karkas yang

tidak berbeda. Persentase karkas ditentukan oleh besarnya bagian tubuh yang

(23)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi penelitian terhadap bobot potong, bobot karkas dan

persentase karkas dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Rekapitulasi bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas selama penelitian

Parameter Perlakuan

P0 P1 P2

Bobot Potong 1261,94 tn 1279,39 tn 1190,66 tn

Bobot Karkas 913,72 tn 938,39 tn 862,50 tn

Persentase Karkas 72,41 tn 73,32 tn 72,49 tn

Keterangan: tn = tidak nyata

Dari hasil data rekapitulasi hasil penelitian diatas, ketiga perlakuan yaitu

P0 (tepung ikan komersil), perlakuan P1 (tepung limbah ikan gabus pasir 50%),

dan perlakuan P2 (tepung limbah ikan gabus pasir 100%) menghasilkan bobot

(24)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat menggantikan

tepung ikan komersil sebagai campuran didalam pembuatan ransum hingga

batas ketentuan maksimal pemberian tepung ikan terhadap karkas ayam broiler.

Saran

Tepung limbah ikan gabus pasir dapat diberikan sebanyak 100% dalam

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang

sangat baik untuk ternak khususnya ayam broiler. Secara umum tepung ikan

memiliki kandungan protein yang tinggi antara 50-70%. Kandungan protein

tepung ikan memang relatif tinggi, protein hewani tersebut disusun oleh

asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam-asam amino Lisin dan

Methionin. Disamping itu, juga mengandung mineral Calsium dan Phospor serta

vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 (Murtidjo, 2001).

Tepung ikan dapat juga digunakan sebagai kalsium. Kandungan protein

tepung ikan sangat dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan dalam proses

pembuatannya. Pemanasan yang berlebih akan membuat tepung ikan menjadi

berwarna cokelat dan kadar proteinnya cenderung menurun atau bisa menjadi

rusak (Boniran, 1999).

Ikan Gabus Pasir

Ikan gabus pasir (Butis amboinensis) merupakan ikan predator

(pemangsa), ikan ini mencari makanan sebagian besar pada malam hari dengan

pola samar untuk membantu ikan tersebut berbaur dengan lingkungan untuk

mendapatkan mangsa. Ikan ini juga dapat meringankan dan menggelapkan

pewarnaan tubuh, memiliki kebiasaan menyelaraskan diri dengan permukaan

padat baik horizontal, vertikal atau terbalik dan sering berenang di posisi terbalik.

(26)

telah tercatat 300 kilometer ke arah hulu dari muara sungai ikan gabus pasir

ditemukan di atas lumpur berpasir (Allen, 1991).

Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut;

Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis

amoinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih datar, lebar

badan 5-5, 5 kali lebih pendek dari panjang standard, 6-7 kali lebih pendek dari

panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala

bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan depan tidak

membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).

Tabel 1. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

Jenis Nutrisi Kandungan

Sumber: Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2015).

Tabel 2. Kandungan nutrisi tepung ikan komersial

Nutrisi Kandungan

Limbah ikan gabus pasir terdiri atas kepala, isi perut. Limbah ikan gabus

pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing, dioven

dan digrinder menjadi tepung ikan. Tepung ikan mengadung protein yang tinggi

dan dapat meingkatkan produksi dan nilai gizi telur dan daging

(27)

Kandungan nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir yang terbaik adalah

dengan metode pengukusan. Nilai nutrisi dengan metode pengukusan dapat dilihat

pada Tabel 2. Hasil ini sudah sesuai dengan standar SNI (1996) nilai nutrisi

tepung ikan gabus pasir dengan metode pengukusan termasuk kriteria kualitas

sedang (Vidiana et al., 2014). Menurut SNI (1996) sedang standar persyaratan

mutu tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen

yaitu Air 10 %, lemak 8 %, protein 65%, abu 20 %, serat kasar 1,5 % sedangkan

standar persyaratan mutu tepung ikan yang berkualitas rendah yaitu air 12 %,

lemak 12%, protein 45%, abu 30 % dan serat kasar 3%.

Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara

bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi

terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam broiler unggul ini

merupakan final stock yang didatangkan dari luar negeri. Secara umum, ayam

broiler memiliki faktor keturunan atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya

bertubuh besar, memiliki pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur

tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk protein

(daging dan telur) tinggi (Gordon dan Charles 2002).

Ayam broiler merupakan strain ayam hibrida modern yang berjenis

kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakan oleh perusaahaan pembibitan

khusus (Gordon dan Charles 2002). Menurut Bell dan Weaver (2002), banyak

jenis strain ayam broiler yang beredar di pasaran yang pada umumnya perbedaan

(28)

Tabel 3. Performans Broiler

Nutrisi merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi

komposisi karkas, terutama terhadap proporsi kadar lemak, konsentrasi energi dan

rasio energi terhadap protein pakan, bahan alternatif serta proporsi kandungan gizi

pakan dapat merubah komposisi karkas. Respon ternak terhadap manipulasi

nutrisi yang diberikan juga menentukan hasil akhir komposisi karkas

(Soeparno, 1994).

Penyusunan ransum ayam broiler memerlukan informasi mengenai

kandungan nutrisi dari bahan-bahan penyusun sehingga dapat mencukupi

kebutuhan nutrisi dalam jumlah dan persentase yang diinginkan (Amrullah, 2004).

Nutrisi tersebut adalah energi, protein, serat kasar, kalsium (Ca) dan fosfor (P).

Sumber energi utama yang terdapat ransum ayam broiler adalah karbohidrat dan

(29)

Tabel 4. Kebutuhan nutrien pakan ayam broiler

Energi metabolisme yang diperlukan ayam broiler berbeda-beda , sesuai

tingkat umurnya, jenis kelamin dan cuaca. Semakin tua ayam membutuhkan

energi metabolisme lebih tinggi (Fadilah, 2004). Menurut Wahyu (1992), energi

yang dikonsumsi oleh ayam broier umumnya digunakan untuk pertumbuhan

jaringan tubuh, produksi, menyelenggarakan aktivitas fisik dan mempertahankan

temperatur tubuh yang normal. Fadilah (2004), menyatakan bahwa kebutuhan

energi untuk ayam broiler periode starter 2.900-3.200 kkal/kg ransum pada tingkat

protein 21-23%, sedangkan periode finisher 2.900-3.200 kkal/kg ransum pada

tingkat protein 19-21%. Kebutuhan protein untuk ayam broiler yang sedang

bertumbuh relatif lebih tinggi karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan

yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan pertumbuhan bulu (Wahyu,

1992). Rasyaf (1992), menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis

berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting

pada pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan. Rasyaf (1990),

menyatakan bahwa penggunaan serat kasar dalam ransum ayam broiler adalah

sebesar 5%.

Menurut Wahyu (1992), persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh

(30)

kompleks. Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrisi lain yang keluar

bersama feses. Anggorodi (1990), menambahkan bahwa kesanggupan ternak

dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki

oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari mikroorganisme yang terdapat dalam

alat pencernaan. Ayam broiler tidak dapat memanfaatkan serat kasar sebagai

sumber energi. Serat kasar ini masih dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh unggas

yang berperan sebagi bulky, yaitu untuk memperlancar pengeluaran feses

(Rizal, 2006). Rasyaf (1990) menambahkan, serat kasar yang berlebihan akan

mengurangi efisiensi penggunaan nutrien-nutrien lainnya, sebaliknya apabila serat

kasar yang terkandung dalam ransum terlalu rendah, maka hal ini juga membuat

ransum tidak dapat dicerna dengan baik.

Ransum Ayam Broiler

Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh

ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai

kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang

digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang

digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan tehnik penyusunan

ransum (Rasyaf, 2004).

Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan mineral. Selain itu, air juga sangat penting untuk mengatur temperatur

tubuh. Bila ayam hanya diberi air dan tidak diberi makan dapat hidup lebih lama.

(31)

fisiologis dan sangat menurunkan kecepatan pertumbuhan ayam broiler (Wahyu,

1997).

Energi yang umum digunakan dalam pakan unggas adalah energi

metabolisme. Tinggi rendahnya energi metabolisme dalam pakan ternak unggas

akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi pakan. Pakan yang

energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila

energi pakan rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi

kebutuhannya (Murtidjo, 1992).

Bobot Potong Ayam Broiler

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot

ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Pemuasaan mempunyai tujuan agar

saluran pencernaan relatif sudah kosong sehingga pada saat proses pemotongan,

karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran saluran pencernaan ayam broiler

(Srigandono, 1998). Bobot potong perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari

ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik

(Blakely dan Bade, 1991).

Karkas Ayam Broiler

Karkas merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah

dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, tanpa isi

rongga bagian dalam sel darah dan bulu (Rasyaf, 1992).

Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan

antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan pakan

(32)

listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan termasuk enzim

pengempuk daging, hormon, antibiotik, lemak intramuskular atau marbling,

metode penyimpanan serta macam otot daging (Abubakar et al., 1991).

Soeparno (2005), menyatakan produksi karkas erat hubungannya dengan bobot

hidup, peningkatan bobot hidup akan di ikuti dengan peningkatan bobot karkas.

Hasil dari komponen tubuh broiler berubah dengan meningkatnya umur dan bobot

badan (Brake et al., 1993).

Untuk ayam broiler rata-rata berat karkasnya antara 65-75%

(Murtidjo, 1987) dan menurut Siregar (1980) adalah 60-75% dan hasil penelitian

Simanjuntak (1997), bobot karkas yang diperoleh adalah sebesar 868,50 atau

sekitar 63,13%. Ukuran karkas ditentukan berdasarkan bobot, dimana bobot

individual ditentukan oleh bobot karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya

adalah : ukuran kecil 0,8 kg-1,0 kg, ukuran sedang 1,0 kg-1,2 kg, ukuran besar 1,2

kg-1,5 kg (Sembiring, 1993).

Karkas yang baik berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan

kulit ataupun dagingnya. Sedangkan untuk karkas yang tidak baik mempunyai

daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan

kurus. Pada dasarnya mutu dan konversi karkas dipengaruhi oleh galur murni,

jenis kelamin, umur, bobot dan kualitas maupun kuantitas makanan yang

diberikan (Siregar, 1983).

Persentase Karkas Ayam Broiler

Menurut Murtidjo (1987), menyatakan bahwa persentase karkas

merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi

(33)

hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat. Hal ini ditegaskan juga

oleh Presdi (2001), menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan

menghasilkan persentase karkas yang tinggi.

Ayam broiler sudah dapat dipotong dan dikonsumsi pada umur 30 hari.

Pada umur tersebut rata-rata berat badan pada umumnya mencapai 0,72 kg, pada

umur 35 hari mencapai 1,3 kg, pada umur 42 hari beratnya 1,75 kg, pada umur 49

hari beratnya 2,1 kg dan pada umur 56 hari beratnya dapat mencapai 2,5 kg.Bobot

karkas normal adalah 60-75 % dari berat tubuh. Sedangkan persentase karkas

adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100 %

(Siregar, 1994). Menurut Soeparno (2005), bobot karkas meningkat seiring

dengan meningkatnya bobot hidup, tetapi persentase non karkas seperti kulit,

darah, usus halus dan hati menurun.

Meningkatnya kandungan protein dalam karkas dan meningkatnya

deposisi protein yang merupakan indikasi dari proses pemanfaatan protein pakan.

Deposisi protein yang bernilai positif, berarti ternak tersebut memanfaatkan

protein yang tinggal di tubuh untuk meningkatkan bobot badan dan pemberian

pakan dengan kadar protein tinggi diharapkan dapat meningkatkan jumlah protein

yang terdeposisi di dalam tubuh (Maynard dan Loosli, 1969).

Menurut Kartadisastra (1994), bahwa persentase karkas dapat diperoleh

dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot kosong atau tubuh ternak

setelah dipuasakan. Karkas yang baik harus mengandung banyak daging, bagian

yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak begitu tinggi

(34)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang

sangat baik bagi ayam. Tepung ikan juga merupakan sumber kalsium dan fosfor

yang baik.Tepung ikan juga mengandung senyawa-senyawa esensialasam amino,

lisin dan metionin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam broiler.

Tepung ikan sebagai sumber protein sampai saat ini masih sulit digantikan

kedudukannya oleh bahan baku lain. Keberadaan tepung ikan di pasar yang cukup

mahal mendorong peneliti untuk berusaha menekan biaya ransum dengan

mengadakan berbagai penelitian agar dapat menyusun ransum bernilai gizi tinggi

dan diharapkan dapat menggantikan tepung ikan dengan harga relatif murah dan

mengefisiensi pakan.

Karena tingginya harga tepung ikan komersial tersebut, maka dicari salah

satu upaya untuk menggantikan keberadaan tepung ikan komersil adalah dengan

menggunakan bahan pakan berasal dari limbah pertanian, perikanan dan industri

(Anggorodi, 1990). Salah satu limbah perikanan yang berpotensi untuk digunakan

sebagai bahan pakan adalah limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) karena

ketersediaannya melimpah dan penggunaannya tidak bersaing dengan keperluan

manusia. Limbah ikan gabus terdiri dari kepala ikan dan isi perut yang tidak

dimanfaatkan di tempat pelelangan ikan atau gudang ikan. Limbah ikan gabus

pasir dapat diolah menjadi tepung untuk menjadi pakan ternak yang bernilai

(35)

Ikan gabus pasir banyak dijumpai didaerah Sumatera Utara khususnya

Medan Belawan yang berada di Jalan Gabion, Kec. Medan Belawan bertempat

TPI (Tempat Pelelangan Ikan) KUD (Koperasi Unit Desa). Jarak tempuh antara

kota medan dengan kota Belawan + 25 km dari kota Medan. Daging ikan gabus

dimanfaatkan menjadi bakso dan siomay oleh masyarakat dan juga ikan ini

dikirim ke negara Malaysia untuk dijadikan bahan makanan olahan di negara

tersebut. Sedangkan kepala ikan gabus beserta isi perutnya atau limbahnya akan

disimpan sampai beberapa hari dalam tempat penyimpanan ikan. Produksi dari

limbah ikan tersebut dalam satu hari berjumlah 500 kg sampai dengan 1 ton dan

dalam seminggu bisa mencapai 7-8 ton limbah ikan gabus pasir, ini mengartikan

bahwa limbah perikanan yang dihasilkan TPI Belawan begitu besar dan bisa

dimanfaatkan limbahnya berupa kepala, isi perut. Limbah olahan ikan gabus pasir

bisa menjadi komoditi yang bisa dimanfaatkan jadi pakan pengganti tepung ikan

dipasar, karena mengandung protein yang sangat tinggi.

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi pada usaha produksi ayam

broiler adalah tidak efisiennya dalam memanfaatkan pakan (Sinurat et al ., 2009),

sehingga biaya produksi pakan menjadi tinggi. Tepung ikan komersial bisa

mencapai harga Rp 7500-8000/kg di pasar, oleh karena itu perlu diupayakan cara

untuk menggantikan tepung ikan agar biaya produksi pakan tidak tinggi dan

mudah didapat serta efisiensi tepung ikan gabus pasir diharapkan dapat

berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas dan persentase karkas ayam

(36)

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh

pemberian tepung limbah ikan gabus pasir dalam ransum terhadap karkas (bobot

potong, bobot karkas dan persentase karkas) ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir

(Butis amboinensis) dalam ransum terhadap terhadap bobot potong, bobot karkas,

persentase karkas ayam broiler.

Hipotesis Penelitian

Tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) dapat menggantikan

tepung ikan komersial dan berpengaruh positif terhadap karkas (bobot potong,

bobot karkas, persentase karkas) ayam broiler.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,

peternak ayam broiler dan masyarakat tentang pemanfaatan tepung limbah ikan

gabus pasir (Butis amboinensis) dalam ransum terhadap karkas ayam broiler, juga

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan

(37)

ABSTRAK

ROSNIKAH MANULLANG, 2015. “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus

Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Karkas Ayam Broiler”, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan NURZAINAH GINTING.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam broiler. Penelitian ini dilakukan di Jln Pelita Baru, Binjai pada bulan Agustus – September 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri atas P0 (tepung ikan komersil), P1 (50% tepung limbah ikan gabus pasir), P2 (100% tepung limbah ikan gabus pasir).

Hasil penelitian menunjukan Rataan bobot potong (g) secara berturut- turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar ; (1261,94, 1279,39 dan 1190,66). Bobot karkas (g) ; (913,72, 938,39 dan 862,50). Persentase karkas (%) ; (72,41, 73,32 dan 72,49). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan dalam ransum untuk menggantikan tepung ikan komersil pada level 100% dalam ransum.

(38)

ABSTRACT

ROSNIKAH MANULLANG, 2015. The Utilization of Gabus Pasir Waste Meal

(Butis amboinensis) as Substitution of Comercial Fish Meal in Broiler Chickens

Rations on Carcass. Supervised by TRI HESTI WAHYUNI and

NURZAINAH GINTING.

The research aimed to determine the utilization of gabus pasir waste meal on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of broiler chickens. The research was conducted in Jl. Pelita, Binjai, from Agustus until September 2015. The design was used completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 6 replications each replications consist of 5 weaning day old

chicken (DOC). Treatments were consisted of P0 (fish meal comercil); P1 (50 % waste of gabus pasir meal); P2 (100 % waste of gabus pasir meal).

The result showed the average slaughter weight (g/head) for the treatments of P0, P1 and P2 were (1261,94; 1279,39 and 1190,66, respectively). Average carcass (g/head) weight (913,71; 938,39 and 862,50, respectively). Average carcass percentage (%) (72,41; 73,32 and 73,81, respectively). Test statistic the results showed that the indicate on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage were not significant (P>0,05). The conclusion of this research that of waste of gabus pasir meal can be used up to 100% level of fish meal in broiler chickens ration.

(39)

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

(Butis amboinensis) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG

IKAN DALAM RANSUM TERHADAP

KARKAS AYAM BROILER

SKRIPSI

Oleh :

ROSNIKAH MANULLANG 110306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

(Butis amboinensis) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG

IKAN DALAM RANSUM TERHADAP

KARKAS AYAM BROILER

SKRIPSI

Oleh :

ROSNIKAH MANULLANG 110306025/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam

Ransum terhadap Karkas Ayam Broiler Nama : Rosnikah Manullang

NIM : 110306025

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program StudiPeternakan

(42)

ABSTRAK

ROSNIKAH MANULLANG, 2015. “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus

Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Karkas Ayam Broiler”, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan NURZAINAH GINTING.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah ikan gabus pasir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam broiler. Penelitian ini dilakukan di Jln Pelita Baru, Binjai pada bulan Agustus – September 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri atas P0 (tepung ikan komersil), P1 (50% tepung limbah ikan gabus pasir), P2 (100% tepung limbah ikan gabus pasir).

Hasil penelitian menunjukan Rataan bobot potong (g) secara berturut- turut untuk perlakuan P0, P1 dan P2 sebesar ; (1261,94, 1279,39 dan 1190,66). Bobot karkas (g) ; (913,72, 938,39 dan 862,50). Persentase karkas (%) ; (72,41, 73,32 dan 72,49). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan dalam ransum untuk menggantikan tepung ikan komersil pada level 100% dalam ransum.

(43)

ABSTRACT

ROSNIKAH MANULLANG, 2015. The Utilization of Gabus Pasir Waste Meal

(Butis amboinensis) as Substitution of Comercial Fish Meal in Broiler Chickens

Rations on Carcass. Supervised by TRI HESTI WAHYUNI and

NURZAINAH GINTING.

The research aimed to determine the utilization of gabus pasir waste meal on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of broiler chickens. The research was conducted in Jl. Pelita, Binjai, from Agustus until September 2015. The design was used completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 6 replications each replications consist of 5 weaning day old

chicken (DOC). Treatments were consisted of P0 (fish meal comercil); P1 (50 % waste of gabus pasir meal); P2 (100 % waste of gabus pasir meal).

The result showed the average slaughter weight (g/head) for the treatments of P0, P1 and P2 were (1261,94; 1279,39 and 1190,66, respectively). Average carcass (g/head) weight (913,71; 938,39 and 862,50, respectively). Average carcass percentage (%) (72,41; 73,32 and 73,81, respectively). Test statistic the results showed that the indicate on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage were not significant (P>0,05). The conclusion of this research that of waste of gabus pasir meal can be used up to 100% level of fish meal in broiler chickens ration.

(44)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Silagalaga pada tanggal 16 Mei 1993 dari ayah

Timbang Manullang dan ibu Delima Siregar. Penulis merupakan anak kedua dari

tujuh bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Doloksanggul, Kabupaten

Humbang Hasundutan dan pada tahun 2011 masuk ke Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SMPTN (seleksi masuk perguruan tinggi

negeri) pilihan kedua program studi peternakan. Selama mengikuti perkuliahan

penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kampus seperti menjadi anggota

ikatan mahasiswa peternakan (IMAPET) dan ikatan mahasiswa kristen peternakan

(IMAKRIP).

Penulis juga telah melakukan praktik kerja lapangan (PKL) pada tanggal 12

Juli - 12 Agustus 2014 di Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak

(45)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)

Sebagai Pengganti Tepung Ikan dalam Ransum terhadap Karkas Ayam Broiler’’.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua atas doa, didikan, dukungan serta pengorbanan baik itu moral maupun

materil yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Ir. Tri Hesti Wahyuni selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir.

Nurzainah Ginting selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia

memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas

akademika di Program Studi Peternakan serta rekan-rekan mahasiswa yang telah

banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap,

(46)

DAFTAR ISI

Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)... 4

Ayam Broiler... ... 6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong ... 19

Bobot Karkas ... 20

Persentase Karkas... 22

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(48)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Komposisi nutrisi tepung ikan gabus pasir ... 5

2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan komersil ... 5

3. Performans broiler... 7

4. Kebutuhan nutrisi pakan ayam broiler ... 8

5. Rataan bobot potong ayam broiler (g/ekor/minggu) ... 19

6. Rataan bobot karkas ayam broiler (g/ekor/minggu) ... 21

7. Rataan persentase karkas ayam broiler (g/ekor/minggu) ... 22

(49)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bobot potong (g/ekor) ... 29

2. Analisis sidik ragam bobot potong... 29

3. Bobot karkas ... 29

4. Analisis sidik ragam bobot karkas ... 29

5. Persentase karkas (g/ekor) ... 30

6. Analisis sidik ragam persentase karkas ... 30

7. Rekapitulasi bobot potong, bobot karkas,persentase karkas ... 30

8. Grafik rataan bobot potong (g/ekor) ... 31

9. Grafik rataan bobot karkas (g/ekor) ... 31

10.Grafik rataan persentase karkas ... 32

11.Formulasi ransum ayam broiler stater ... 33

12.Formulasi ransum ayam broiler finisher ... 34

Gambar

Tabel 5. Rataan bobot potong ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)
Tabel 6. Rataan bobot karkas ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor)
Tabel 7. Rataan persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor) Ulangan
Tabel 8. Rekapitulasi bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas selama penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Intisel Prodaktifakom.Untuk memperoleh gambaran yang jelas sebagai bahan penulisan ilmiah selain penulis membaca dan mempelajari bukubuku yang relevan dengan tema penulisan,penulis

Dalam perkembangannya untuk menuju kondisi yang lebih baik dan sebagai perusahaan yang sedang berkembang, maka perlu diadakannya suatu sistem informasi akuntansi khususnya di

Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang ditandatangani oleh pemuka

Aplikasi ini berisi tentang penggambaran secara umum tes toefl, tata cara mengerjakan tes, keterangan dari ketiga jenis tes, soal-soal tes yaitu tes listening, tes structure, dan

Kepala Seksi Kerjasama dan Inovasi/Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dan Pemanfaatan Data meneliti kutipan akta dan membubuhkan

Sarana belajar atau yang disebut juga dengan sekolah sangat penting untuk dicari tentang informasi sekolah tersebut, karena sekolah merupakan elemen penting untuk meningkatkan

Pas foto berwarna ukuran 4X6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dengan warna latar belakang biru bagi yang memiliki tahun kelahiran genap dan warna latar belakang merah bagi

Oleh karena itu penulis membuat sebuah program permainan dengan mengambil kasus tentang game puzzle yang berbasis 2 dimensi dengan hanya menampilkan dua buah game puzzle gambar