BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia merupakan program pemerintah dalam memajukan bangsa
dalam berbagai bidang, baik itu dari sektor pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang, pembangunan di
Indonesia ditujukan untuk mensejahterakan rakyat indonesia.
Dalam menjalankan program tersebut pemerintah tidak dapat berjalan sendiri tanpa
dukungan dari rakyat yang ada di dalam suatu negara. Utuk itu kerjasama antara rakyat dan
pemerintah menjadi salah satu hal yang sangat penting, hal ini ditujukan agar pembangunan
dalam berbagai bidang tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginan rakyat dan negara
Indonesia.
Selain dukungan moril dari rakyat, pemerintah dalam rangka melaksanakan program
pembangunan tersebut juga membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk itu pemerintah perlu
menghimpun dana yang berasal dari rakyat, dalam hal ini pemerintah menunjuk Direkorat
Jendral Pajak (DJP) untuk menghimpun dana yang dibutuhkan tersebut dalam bentuk
penerimaan pajak.
sekaligus tugas yang berat bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk dapat menghimpun dana
bagi penerimaan negara tersebut.
Dalam pelaksanaanya ada beberapa kategori penerimaan pajak yang digunakan dalam
pemungutan pajak, salah satunya adalah dengan cara memungut Pajak Bumi dan Bangunan,
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau
bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994.
Namun demikian dengan semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan tidak
stabilnya pendapatan yang diperoleh wajib pajak, ketidak mampuan mengantisipasi
perkembangan global akan mengakibatkan kesulitan yang serius. Hal ini akan berpengaruh
langsung terhadap kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya salah satunya terkait dengan
kewajiban perpajakan dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Sesuai dengan sifatnya bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak obyektif sehingga
dalam pengenaan pajaknya yang dilihat didasarkan kepada keadaan obyeknya dan tidak
dipengaruhi oleh subyek pajaknya. Meskipun demikian, jika wajib pajak badan ataupun wajib
pajak orang pribadi tidak mempunyai kemampuan disisi keuangannya maka wajib pajak tersebut
dapat menggunakan haknya dengan mengajukan pengurangan pajak sesuai dengan Pasal 19
Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 tentang pemberian pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan.
persyaratan-persyaratan lain yang mendukung untuk kemudian diteliti kembali oleh pihak-pihak
yang terkait dalam rangka permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menulis Laporan Kuliah Kerja Praktek
dengan judul
”Prosedur Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Cicadas”.
1.2
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini untuk mengetahui dan mempelajari
bagaimana prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan terutang di KPP Pratama Bandung
Cicadas secara langsung.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Untuk mengetahui dasar hukum yang melandasi prosedur pengurangan Pajak Bumi
dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas.
2. Untuk mengetahui prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas.
3. Untuk mengetahui dalam kondisi apakah wajib pajak dapat mengajukan pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan.
1.3
Kegunaan Kerja Praktek
Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil Kerja Praktek ini adalah :
a. Bagi Mahasiswa
2. Sebagai suatu pembelajaran diri dalam bidang perpajakan, khsusnya dalam hal
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Bagi Lembaga
1. Sebagai suatu media untuk mempromosikan dan memberikan gambaran tentang
prosedur pengurangan pajak bumi dan bangunan.
2. Sebagai salah satu media mendeskripsikan pelayanan pajak, khususnya dalam
prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
c. Bagi Pembaca
1.
Sebagai salah satu media untuk menjelaskan prosedur pengurangan pajak
bumi dan bangunan sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku,
2. Dapat memberikan pengetahuan dan dapat menjadi referensi khususnya bagi
pihak yang mengkaji topik-topik informasi perpajakan terutama mengenai
prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Untuk mengetahui dalam kondisi apakah wajib pajak dapat mengajukan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
1.4
Metode Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan ini, Penulis berusaha memperoleh data sesuai dengan hal-hal
yang akan dibahas, untuk itu metode yang digunakan adalah
full block release
, yaitu metode
yang menyelenggarakan kerja praktek dalam waktu satu periode.
1. Metode Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pencarian dan pengumpulan data
yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung mengenai
prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Cicadas.
2. Metode Wawancara
Merupakan proses penelitian yang dilakukan penulis dengan cara mewawancarai
pihak-pihak yang berkopeten di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung
Cicadas khususnya bagian Pelaksana Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding,
dalam wawancara tersebut penulis mengunakan daftar pertanyaan yang disampaikan
secara langsung.
3. Studi pustaka
(Library Research)
Metode yang dilakukan dengan cara mencatat, mengumpulkan, dan mempelajari
literatur yang ada di perpustakaan, dalam pengumpulan data tersebut penulis
mengumpulkan data yang berasal dari peraturan perundang-undangan perpajakan,
buku-buku pepajakan, maupun sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan tema
penulisan.
1.5
Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Bandung Cicadas, yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta No. 781 Bandung.
Tabel 1.1 Pelaksanaan Kerja Praktek
No
Keterangan
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1
Pengenalan
lingkungan
2
Pemahaman SOP
KPP Pratama
Bandung Cicadas
3
Pengenalan Tugas
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak,
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, serta
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. KMK tersebut memutuskan bahwa
KPP Bandung Cibeunying yang semula wilayahnya meliputi wilayah Cibeunying dan wilayah
Ujungberung dipecah menjadi dua KPP, yaitu KPP Bandung Cibeunying sebagai KPP lama
meliputi wilayah Cibeunying, dan KPP Bandung Cicadas sebagai KPP baru meliputi wilayah
Ujungberung ditambah wilayah kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Kemudian berdasarkan KEP-122/PJ/2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan
Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Pajak Banten, Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jawa Barat II sejak tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas mulai
menerapkan sistem administrasi modern dan berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Cicadas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No 55/PMK.01/2007 wilayah kerja Kantor
1. Kecamatan Cicadas
2. Kecamatan Arcamanik
3. Kecamatan Cibiru
4. Kecamatan Ujungberung
5. Kecamatan Rancasari
6. Kecamatan Margacinta
Kedudukan KPP Bandung Cicadas adalah sebagai unsur pelaksana Direktorat Jenderal
Pajak di bidang pelayanan pajak. Keberadaan KPP Bandung Cicadas berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Barat I. Secara organisatoris, KPP Bandung Cicadas dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang
dibantu oleh Kepala Seksi,
Account Representatif
(AR), Fungsional Pemeriksa, Fungsional
Penilai PBB dan para Staf Pelaksana.
Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah:
a) Visi
Visi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Cicadas seperti juga Kantor Pelayanan
Pajak manapun yang ada di Indonesia adalah “Menjadi model pelayanan masyarakat yang
menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan
dibanggakan masyarakat”.
b) Misi
1. Politik
2. Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi
perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
3. Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan
dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
4. Ekonomi
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa
dengan kebijakan yang
minimising distortion
(peminimalisiran penyimpangan).
2.2 Stuktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Struktur organisasi merupakan salah satu hal yang penting untuk mengetahui dan
memberikan batasan wewenang setiap bagian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
bagian dari suatu organisasi. Sehingga masing-masing bagian memiliki wewenang dan tanggung
jawab yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang dijalankan agar tujuan dan sasaran
dapat tercapai melalui efisiensi dan efektivitas kerja.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/2004 dan No.
132/KMK.01/2006, struktur orgasisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas terdiri
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama,
b. Sub Bagian Umum;
c. Seksi Ekstensifikasi;
d. Seksi Pengolah Data dan Informasi;
e. Seksi Pelayanan;
f.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV;
g. Seksi Pemeriksaan;
h. Seksi Penagihan; dan
i.
Kelompok Jabatan Fungsional
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS
KEPALA KANTOR Subbagian Umum Seksi Ekstensifi kasi Seksi Pengolah Data dan Informasi Seksi Pengawasan dan
Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pajak,
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan, dan meningkatkan produktivitas pegawai pajak.
2.3 Uraian Tugas
Tugas, wewenang dan tanggung jawab merupakan fungsi dari setiap bagian di dalam
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Ciacadas yang dapat membedakan antara satu bagian dengan
bagian yang lain. Berikut adalah tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan penyuluhan (pembinaan terhadap karyawan yang ada di dalam
wewenang kekuasaannya);
b. Melakukan peningkatan pelayanan;
c. Melakukan pengawasan (pemeriksaan dan penagihan), termasuk mengawasi
jalannya kegiatan operasional perpajakan, yaitu:
- Pajak Penghasilan (PPh);
- Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM);
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banguanan (BPHTB);
- Pajak Tidak Langsung Lainnya.
d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi dan membuat kegiatan operasional
2. Sub Bagian Umum
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan urusan kepegawaian;
b. Melakukan urusan keuangan;
c. Melakukan urusan tata usaha; dan
d. Melakukan urusan rumah tangga (kantor).
3. Seksi Ekstensifikasi
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melaksanakan dan menatausahakan pengamatan potensi perpajakan;
b. Melaksanakan pendataan objek dan subjek pajak;
c. Melaksanakan penilaian objek pajak; dan
d. Melaksanakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan mengolah data;
b. Menyajikan informasi perpajakan;
c. Merekam dokumen perpajakan;
d. Melaksanakan urusan tata usaha penerimaan perpajakan;
e. Melaksanakan pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB;
f.
Melaksanakan dukungan teknis komputer;
h. Menyimpan laporan kerja.
5. Seksi Pelayanan
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak dengan melakukan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan;
b. Melaksanakan pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan;
c. Menerima dan mengolah surat pemberitahuan dan surat lainnya;
d. Melakukan penyuluhan perpajakan;
e. Melaksanakan peregistrasian wajib pajak; dan
f.
Kerjasama perpajakan.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib pajak, melalui
pemanfaatan dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem
Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP);
b. Melaksanakan pembimbingan atau himbauan kepada wajib pajak;
c. Melaksanakan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak;
d. Merekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi;
e. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan prosedur keberatan;
f.
Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku;
g. Membantu wajib pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi masalah
perpajakan;
i.
Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada wajib pajak;
j.
Menganalisis kinerja wajib pajak; dan
k. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan wajib pajak
7. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pemeriksaan;
b. Melaksanakan pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan;
c. Melaksanakan penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah Pelaksanaan
Pemeriksaan Pajak); dan
d. Administrasi perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melaksanakan dan menatausahakan penagihan aktif
b. Melaksanakan penagihan piutang pajak;
c. Penundaan angsuran tunggakan pajak;
d. Usulan penghapusan piutang pajak; dan
e. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Terdiri dari :
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.
b. Pejabat Fungsional Penilai
Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.
2.4 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Tujuan umum dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah memeberikan
pelayanan publik dengan baik kepada wajib pajak dengan memenuhi semua kebutuhan wajib
pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
prosedur dan tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas, juga
apek-aspek kegiatan yang tidak dapat dilupakan adalah:
1. Pelayanan terhadap wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui
prosedur yang mudah dan sistematis.
2. Melakukan operasional perpajakan di bidang pengolahan data informasi, tata usaha
perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan, dan konsultasi, serta pemeriksaan
kepada wajib pajak.
3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak pertambahan
mengolah data, maupun keterangan lain dalam rangka pengawasan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
4. Melakukan kegiatan penatausahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penuisan dan
perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan laporan pembayaran
masa PPh, PPN, PBB, BPHTB dan PTLL.
5. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
1.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada bagian Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cicadas, sedangkan bidang pekerjaannya yaitu mencatat dan menulis surat-surat
pelayanan yang masuk dari wajib pajak dalam mengajukan baik itu mutasi,
pembetulan, maupun daftar baru objek pajak untuk diteliti oleh pejabat fungsional
Seksi Ekstensifikasi.
Adapun ruang lingkup pelaksanaan Ekstensifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menerima dan memperoleh
penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PKP);
b. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) bagi pengusaha tertentu yang mempunyai
lokasi usaha di sentra perdagangan;
c. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) berdasarkan data yang belum terdaftar
sebagai Wajib Pajak (WP) atau Pengusaha Kena Pajak (PKP);
d. Penetapan Jumlah Angsuran PPh Pasal 25 atau PPn yang harus disetor
dalam jumlah tahun berjalan; dan
e. Penentuan jumlah PPn yang terutang dalam tahun berjalan yang
Selain dari ruang lingkup pelaksanaan Ekstensifikasi di atas, Seksi
Ekstensifikasi juga melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian keberatan atau
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh pejabat fungsional
penilai Pajak Bumi dan Bangunan.
3.1.1 Pengertian Prosedur
Suatu prosedur sangat diperlukan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan lancar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, prosedur menguraikan dan
menyebabkan tahap-tahap yang harus dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam
perusahaan atau organisasi.
Menurut Mulyadi pengertian prosedur dalam bukunya “Sistem Akuntansi”
“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klarikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang”
(2001: 5)
Sedangkan menurut Azhar Susanto dalam bukunya “Konsep Pengembangan
berbasis Komputer”
“Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan menurut
urutan waktu dan cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.”
Jadi menurut kutipan-kutipan tersebut bahwa penegertian prosedur adalah
serangkaian tugas yang saling berhubungan menurut urutan waktu dan cara tertentu
untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam mencapai yang diharapkan.
Manfaat-manfaat prosedur :
1. Dapat mengatahui urutan-urutan kegiatan yang harus dilaksanakan;
2. Adanya pedoman kerja yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh
anggota-anggota organisasi;
3. Membantu efesiensi, efektivitas dan produktivitas dari suatu unit
organisasi;
4. Mencegah terjadinya penyimpangan yang terjadi, baik dari para atasan
maupun bawahan; dan
5. Setiap satuan kerja dalam organisasi mengetahui dengan jelas fungsi dan
tujuan yang hendak dicapai.
3.1.2 Pengertian Pengurangan
Pengertian pengurangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaadalah
”Proses, cara, perbuatan mengurangi atau mengurangkan”
3.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan
Sesuai dengan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 Tahun 1994
Bab I Pasal 1 No. 1 dan 2, menyatakan bahwa:
1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya;
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
Maka dapat disimpulkan menurut undang-undang tersebut Pajak Bumi dan
Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi atau tanah dan atau bangunan. Keadaan
subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
3.1.3.1 Objek Pajak
Dijelaskan pada Pasal 2 ayat 1 UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 menjelaskan
bahwa:
“Yang menjadi Objek Pajak adalah bumi dan/atau bangunan.”
Jadi menurut undang-undang tersebut Objek Pajak Bumi dan Bangunan
adalah bumi dan/atau bangunan. Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan)
dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, sedangkan bangunan konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Yang termasuk
dalam pengertian bangunan adalah :
1. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
2. Jalan TOL;
3. Kolam renang;
4. Pagar mewah;
5. Tempat olah raga;
6. Galangan kapal, dermaga;
8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
3.1.3.2 Subjek Pajak
Sesuai dengan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 Tahun
1994 Bab III Pasal 4 ayat 1, menyatakan bahwa:
“Yang menjadi Subjek Pajak adalah orang atau badan yang secara
nyata mempunyai satu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat
atas bumi dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat
atas bangunan”
Berdasarkan uraian undang-undang tersebut maka selanjutnya orang atau
badan tersebut dapat dikenakan kewajiban membayar pajak yang disebut sebagai
Wajib Pajak.
2.1 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Teknis pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan oleh penulis pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah mengerjakan langsung pencatatan
berkas oleh petugas fungsional Seksi Pelayanan, dan petugas fungsional Seksi lainnya
untuk kemudian dicatat dalam buku agenda yang sebelumnya diberikan dulu
pengarahan serta penjelasan oleh pejabat fungsional Seksi Ekstensifikasi tentang apa
yang harus dikerjakan. Adapun kegiatan yang penulis kerjakan adalah:
1. Membantu pejabat fungsional Seksi Ekstensifikasi dalam mempersiapkan
berkas-berkas pajak yang akan diteliti oleh petugas fungsional Seksi
2. Melihat dan mencatat prosedur penelitian yang dilakukan oleh pejabat
fungsional Penilai Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka penyelesaian
keberatan atau pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
2.2 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu pemberian keringanan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang atas objek Pajak Bumi dan
Bangunan yang dapat diberikan kepada wajib pajak orang pribadi atau badan
dikarenakan kondisi tertentu yang terjadi pada objek maupun subjek pajak.
Bagan Arus (Flow Chart) :
Bagan Arus II
3.3.1 Dasar Hukum Prosedur Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada
KPP Pratama Bandung Cicadas
Prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas tidak terlepas dari dasar hukum
yang melandasi prosedur tersebut. Dasar hukum yang melandasi prosedur tersebut
antara lain:
1. Pasal 19 UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 12 Tahun 1994
(1) Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang terutang:
a. Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan
b. Dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang
luar baiasa.
(2) Ketentuan mengenai pengurangan pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur oleh Menteri Keuangan.
2. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli
1999 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
3. KEP Dirjen Pajak Nomor KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang
Tatacara Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
3.3.2 Prosedur Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada KPP Pratama
Bandung Cicadas
Dalam pelaksanaan pengajuan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ada
beberapa pihak yang secara langsung terkait, antara lain:
1. Account Representative.
2. Kepala Seksi Pengawasan.
3. Kepala Kantor.
4. Pelaksana Seksi Pelayanan.
5. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
6. Pelaksana Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding.
7. Penelaah Keberatan.
8. Kepala Seksi Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding.
9. Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding.
10. Kepala Kantor Wilayah.
Adapun prosedur kerja yang dilaksanakan dalam pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah sebagai
berikut:
1. Wajib Pajak mengajukan permohonan atas Pengurangan PBB ke Kantor
Pelayanan Pajak
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerbitkan Bukti Penerimaan
Surat (BPS) dan meneruskan permohonan kepada Pelaksana Seksi
Pelayanan.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam Permohonan Wajib Pajak dan
meneruskan kepada AR.
4. AR meneliti pemenuhan persyaratan formal permohonan Wajib Pajak.
5. Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan formal, dibuatkan
konsep Surat Penolakan Permohonan bahwa permohonan tersebut tidak
dapat diproses.
6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi memberikan persetujuan atas
konsep Surat Penolakan Permohonan. Dalam hal Kepala Seksi tidak
menyetujui konsep Surat Penolakan Permohonan, AR memperbaiki
dokumen tersebut.
7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan atas konsep Surat
Penolakan Permohonan. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep
Surat Penolakan Permohonan, AR memperbaiki dokumen tersebut.
8. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan produk hukum berupa
Surat Penolakan Permohonan.
9. Produk hukum ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
11. Dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan formal, AR
menyiapkan Surat Pengantar dan mengirimkan ke Kanwil melalui Subag
Umum.
12. Pelaksana Bidang PKB menerima Berkas Permohonan, membuat registrasi
dan meneruskan kepada Kepala Bidang.
13. Kepala Bidang meneliti dan membuat penugasan kepada Kepala Seksi
PKB.
14. Kepala Seksi PKB meneliti dan membuat penugasan kepada Penelaah
Keberatan.
15. Penelaah Keberatan membuat konsep Uraian Penelitian (berita acara
pemeriksaan sederhana).
16. Kepala Seksi PKB meneliti dan memberikan persetujuan serta meneruskan
kepada Kepala Bidang PKB. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui
Penelaah memperbaiki konsep tersebut.
17. Kepala Bidang PKB meneliti dan memberikan persetujuan serta
meneruskan kepada Kepala Kanwil. Dalam hal Kepala Bidang tidak
menyetujui, Penelaah memperbaiki konsep tersebut.
18. Kepala Kanwil meneliti dan memberikan persetujuan serta menandatangani
SK. Dalam hal Kepala Bidang tidak menyetujui, Penelaah memperbaiki
konsep tersebut.
19. Wajib Pajak menerima Surat Keputusan (SK) melalui Bagian Umum.
20. Proses selesai.
Karena pelaksanaan yang membutuhkan waktu yang lama maka standar waktu
untuk penyelesaian adalah selama 2 (dua) bulan, dengan maksimal 3 (tiga) bulan
Setelah semuanya selasai maka dokumen yang dihasilkannya berupa:
1. Surat Keputusan Pengurangan; atau
2. Surat Penolakan Permohonan
Selain pihak yang terkait secara langsung dalam penelitian pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan, Seksi Ektensifikasi juga berperan dalam rangka menilai dan
meneliti atas obyek Pajak Bumi dan Bangunan yang perlu dilakukan Pemeriksaan
Sederhana Kantor/Lapangan. Uraian kerja tersebut dilakuakn oleh pejabat fungsional
penilai Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka penyelesaian keberatan atau
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, prosedur kerja yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Atas permintaan Kepala Kanwil DJP, menugaskan Pejabat Fungsional
Penilai PBB untuk melaksanakan Penelitian atas obyek PBB yang perlu
dilakukan Pemeriksaan Sederhana Kantor/Lapangan;
2. Menyiapkan bahan-bahan serta kelengkapan administrasi untuk pelaksanaan
Penelitian, selanjutnya melaksanakan tugas pengumpulan data obyek dan
subyek PBB di lapangan, melakukan analisis sesuai dengan petunjuk teknis
pendataan dan penilaian obyek dan subyek PBB serta membuat Uraian
Penelitian Keberatan dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak;
3. Meneliti Uraian Penelitian Keberatan, untuk selanjutnya menugaskan
Kasubbag Umum untuk mengirimkan kepada Kepala Kanwil DJP.
3.3.3 Wajib Pajak yang dapat mengajukan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan
Tidak semua wajib pajak orang pribadi atau badan mendapatkan atau dapat
Wajib pajak orang pribadi atau badan yang mendapatkan atau dapat
mengajukan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan hanyalah dikarenakan kondisi
tertentu objek Pajak Bumi dan Bangunan yang ada hubungannya dengan subjek Pajak
Bumi dan Bangunan dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, seperti yang
dijelaskan pada Keputusan Menteri Keuangan No. 362/KMK 04/1999, yaitu:
1. Lahan pertanian/pekebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas
yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh wajib pajak;
2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan
oleh wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya
meningkat disebabkan karena adanya pembangunan atau perkembangan
lingkunngan;
3. Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan
oleh wajib pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari
pensiun, sehingga kewajiban Pajak Bumi dan Bangunannya sulit dipenuhi;
4. Objek Pajak Bumi dan Bandunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban Pajak Bumi dan
Bangunannya sulit dipenuhi;
5. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak
badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang
tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan; Pemberian
pengurangan dapat diberikan setinggi-tingginya 75% (tujuh puluh lima
persen)dan ditetapkan berdasarkan kondisi/penghasilan wajib pajak.;
6. Wajib pajak orang pribadi dalam hal objek Pajak Bumi dan Bangunan terkena
bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus dan
wabah penyakit, dan hama tanaman. Untuk kondisi wajib pajak ini dapat
diberikan pengurangan sampai dengan 100% (seratus persen); dan
7. Wajib pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela
kemerdekaan termasuk janda/dudanya. Pemberian pengurangan ditetapkan 75%
(tujuh puluh lima persen), akan tetapi bagi janda/dudanya yang telah
menikah lagi diberikan setinggi-tingginya 75% (tujuh puluh lima persen)dan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis dapat mencoba
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar hukum pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Bandung Cicadas diatur berdasarkan :
a. Pasal 19 UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 12 Tahun 1994,
b. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli 1999 tentang
Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan,
c. KEP Dirjen Pajak Nomor KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tatacara
Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Prosedur pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Bandung Cicadas, sesuai dengan Standard Operating Procedures dalam
pelaksanaannya diawali dengan permohonan tertulis yang diajukan oleh wajib pajak disertai
dengan persyaratan-persyaratan formal (SPPT/SKP PBB) yang dikirim ke Kantor Pelayanan
Pajak untuk kemudian diteliti oleh pihak-pihak yang berwenang dalam pelaksanaan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Apabila diperlukan pemeriksaan sederhana
kantor/lapangan, maka Kepala Kanwil DJP menugaskan pejabat fungsional penilai PBB untuk
melaksanakan penelitian atas objek pajak yang perlu diteliti.
3. Wajib pajak yang dapat mengajukan atau mendapatkan haknya dalam pengurangan Pajak Bumi
4.2 Saran
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis dari pelaksanaan kuliah kerja praktek ini,
penulis dapat memberikan saran-saran yang bersifat membangun sebagai akhir dari penulisan laporan
kuliah kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya diperlukan pembaharuan secara berkala mengenai peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan perpajakan, karena peraturan yang berkaitan dengan perpajakan dapat dikatakan fleksibel
sesuai dengan keadaan ekonomi baik itu nasional maupun global.
2. Perlunya pengawasan dalam penerapan prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
sehingga dalam pelaksanaannya setiap bagian yang terkait memiliki tugas dan wewenangnya
masing-masing, dan tidak keluar dari jalur yang sudah ditetapkan.
3. Perlunya sosialisasi yang lebih tepat sasaran, agar pelaksanaan peraturan perpajakan khususnya
dalam hal pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang
PROSEDUR PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN PADA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Dalam menempuh mata kuliah Kerja Praktek
Jenjang Studi Strata 1
Program Studi Manajemen Informatika
Oleh:
DEFRI M. SALEH 10506055
DEVI ALVIANTO 10506077
ANGGA M. RIDLA 10506061
JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR LAMPIRAN... v
DAFTAR TABEL... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Peraktek ... 3
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 3
1.4 Metode Kerja Praktek ... 4
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek... 5
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah singkat KPP Pratama Bandung Cicadas ... 7
2.2 Struktur Organisasi ... 9
2.3 Uraian Tugas ... 11
2.4 Aktivitas KPP Pratama Bandung Cicadas ... 15
BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ... 17
3.1.1 Pengertian Prosedur ... 18
ii
3.1.3 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan... 19
3.1.3.1 Objek Pajak ... 20
3.1.3.2 Subjek Pajak... 21
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 21
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek... 22
3.3.1 Dasar Hukum Prosedur Pengurangan PBB Pada KPP Pratama Bandung Cicadas... 23
3.3.2 Prosedur Pengurangan PBB Pada KPP Pratama Bandung Cicadas ... 24
3.3.3 Wajib Pajak yang dapat mengajukan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan... 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan... 30
4.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA... 32
31
DAFTAR PUSTAKA
Ely Suhayati, dkk. 2008. Modul Perpajakan Lanjutan. Unikom. Bandung
KUP. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas. 2007. Bandung
Pajak Bumi dan Bangunan. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas. 2007. Bandung
Ony Widilestariningtyas,dkk. 2008. Modul Pengantar Perpajakan. Unikom. Bandung
Waluyo, dkk. 2003. Perpajakan Indonesia. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
http://www.bppk.depkeu.go.id
http://kanwilpajakbali.com
http://pusatbahasa.diknas.go.id