• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penentuan Ketidakpastian Pengukuran (Measurement Uncertainty) Pada Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Beberapa Metode Analisis Kimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Penentuan Ketidakpastian Pengukuran (Measurement Uncertainty) Pada Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Beberapa Metode Analisis Kimia"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENENTUAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

(MEASUREMENT UNCERTAINTY) PADA MINYAK

SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN BEBERAPA

METODEANALISIS KIMIA

SKRIPSI

ILMAN PANGKAL DOLOK HARAHAP

090802011

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI PENENTUAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

(MEASUREMENT UNCERTAINTY) PADA MINYAK

SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN BEBERAPA

METODE ANALISIS KIMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

ILMAN PANGKAL DOLOK HARAHAP

090802011

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Studi Penentuan Ketidakpastian Pengukuran (Measurement Uncertainty) Pada Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Beberapa Metode Aalisis Kimia

Kategori : Skripsi

Nama : Ilman Pangkal Dolok Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 090802011

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Januari 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc Drs. Chairuddin, M.Sc.

NIP. 195504051983031002 NIP. 195912311987011001

Diketahui/Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

STUDI PENENTUAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

(MEASUREMENT UNCERTAINTY) PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN BEBERAPA

METODE ANALISIS KIMIA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2014

(5)

PENGHARGAAN

Bissmillahirramanirrahim,

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, taufik, serta hidayah-Nya semata saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Serta shalawat dan salam saya hadiahkan pada Rasullulah, Muhammad SAW sosok yang sangat saya idolakan semoga kelak mendapat safaat beliau, Amin.

(6)

STUDI PENENTUAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN (MEASUREMENT UNCERTAINTY) PADA MINYAK

SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN BEBERAPA METODE ANALISIS KIMIA

ABSTRAK

Telah dilakukan studi penentuan ketidakpastian pengukuran (measurement uncertainty) pada minyak sawit mentah (CPO) dilakukan dengan penentuan asam lemak bebas metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40, dan penentuan kadar ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri. Proses penentuan ketidakpastian pengukuran berdasarkan spesifikasi measurand, identifikasi sumber-sumber ketidakpastian, perhitungan ketidakpastian dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian tipe A(menggunakan analisis statistik sederetan pengamatan) dan tipe B(menggunakan cara-cara lain selain analisis statistik sederetan pengamatan) kemudian mengubahnya menjadi deviasi standar, dan tahap terakhir yaitu perhitungan ketidakpastian standar gabungan dan ketidakpastian terekspansi. Ketidakpastian standar gabungan dihitung dengan menggunakan program komputer MS Exel 2007 berdasarkan pada metode perhitungan ketidakpastian Kragten spreadsheet. Dengan mengalikan ketidakpastian standar gabungan dengan faktor coverage 2, ketidakpastian terekspansi untuk penentuan asam lemak bebas metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40 yang konsentrasinya 0,1612 mol/L dalam larutan sampel adalah ±0,0002 mol/L, sedangkan ketidakpastian terekspansi untuk penentuan kadar ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis yang konsentrasinya 0,131 mg/L dalam larutan sampel adalah ±0,083 mg/L yang dihitung dengan menggunakan faktor coverage 2,14.

(7)

STUDY OF THE USE MEASUREMENT UNCERTAINTY ON CRUDE PALM OIL (CPO) WITH SOME

CHEMICAL ANALYSIS METHOD

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

2.3 Penentuan Ketidakpastian 5

2.3.1 Spesifikasi Measurand 5

(9)

2.6.1 Spektroskopi Ultraviolet dan Tampak (Visible) 13 3.2.1.7 Pembuatan Larutan Standar Fe2+ 10 mg/L 20 3.2.1.8 Pembuatan Larutan Seri Standar Fe2+ 0,2; 0,4;

0,6;

0,8 dan 1,0 mg/L 20

3.2.2 Prosedur Penentuan Fe2+ Dengan Metode

(10)

4.1.1.1.1 Perhitungan Ketidakpastian Tipe A 28 4.1.1.1.2 Perhitungan Ketidakpastian Tipe B 32 4.1.1.1.3 Perhitungan Ketidakpastian Standar

Gabungan 36 4.1.1.1.4 Perhitungan Ketidakpastian

Terekspansi 36 4.1.2 Perhitungan Ketidakpastian Untuk Analisis Penentuan

Asam Lemak Bebas Dengan Metode Titrasi Netralisasi 37 4.1.2.1 Perhitungan Komponen-komponen

Ketidakpastian Standar 37

4.1.2.1.1 Perhitungan Ketidakpastian Tipe A 37 4.1.2.1.2 Perhitungan Ketidakpastian Tipe B 38 4.1.2.1.3 Perhitungan Ketidakpastian Standar

Gabungan 39 4.1.2.1.4 Perhitungan Ketidakpastian

Terekspansi 40

4.2 Pembahasan 40

4.2.1 Perhitungan Ketidakpastian Untuk Analisis Penentuan

Asam Lemak Bebas Dengan Metode Titrasi Netralisasi 40 4.2.1.1 Sumber-sumber Ketidakpastian 40

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 61

5.1 Kesimpulan 61

5.2 Saran 61

Daftar Pustaka 62

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data absorbansi larutan standar Fe2+ 28

Tabel 4.2 Data perhitungan persamaan garis regresi 29

Tabel 4.3 ANAVA untuk uji linearitas 33

Tabel 4.4 Data ketidakpastian untuk elemen-elemen unsur

KHP(C8H5O4K) 44

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan alat spektrofotometri UV-VIS 14 Gambar 4.1 Grafik least square linear untuk analisis Fe2+ dengan metode

spektrofotometri 30 Gambar 4.2 Diagram Ishikawa sederhana untuk penentuan asam lemak bebas 42 Gambar 4.3 Detail diagram Ishikawa untuk penentuan asam lemak bebas 42 Gambar 4.4 Diagram Ishikawa untuk penentuan asam lemak bebas 42 Gambar 4.5 Metode perhitungan ketidakpastian Kragten Spreadsheet untuk

penentuan asam lemak bebas dengan metode titrasi netralisasi 48 Gambar 4.6 Histogram hu bungan ketidakpastian standar gabungan dengan

kontribusi masing-masing komponen pada penentuan asam lemak bebas dengan metode titrasi netralisasi 48 Gambar 4.7 Detail diagram ishikawa untuk analisis larutan Fe2+ dengan metode

spektrofotometri 50 Gambar 4.8 Diagram ishikawa untuk analisis larutan Fe2+ dengan metode

spektrofotometri 51 Gambar 4.9 Metode perhitungan ketidakpastian Krgaten Spreadsheet untuk

analisis larutan Fe2+ dengan metode spektrofotometri 59 Gambar 4.10 Histogram hubungan ketidakpastian standar gabungan dengan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar Fe2+ pada panjang gelombang maksimum maks) 510 nm. 64 Lampiran B. Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan sampel pada

panjang gelombang maksimum maks) 510 nm. 65 Lampiran C. Hasil Perhitungan Ketidakpastian Untuk Analisis Dengan Metode

Titrasi Netralisasi dan Spektrofotometri. 65 Lampiran D. Daftar Ketidakpastian Untuk Analisis Fe2+ Dengan Metode

Spektrofotometri. 65 Lampiran E. Daftar Ketidakpastian Untuk Analisis Fe2+ Dengan Metode

Spektrofotometri. 66 Lampiran F. Daftar Simbol Parameter-Parameter Pada Perhitungan

(14)

STUDI PENENTUAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN (MEASUREMENT UNCERTAINTY) PADA MINYAK

SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN BEBERAPA METODE ANALISIS KIMIA

ABSTRAK

Telah dilakukan studi penentuan ketidakpastian pengukuran (measurement uncertainty) pada minyak sawit mentah (CPO) dilakukan dengan penentuan asam lemak bebas metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40, dan penentuan kadar ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri. Proses penentuan ketidakpastian pengukuran berdasarkan spesifikasi measurand, identifikasi sumber-sumber ketidakpastian, perhitungan ketidakpastian dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian tipe A(menggunakan analisis statistik sederetan pengamatan) dan tipe B(menggunakan cara-cara lain selain analisis statistik sederetan pengamatan) kemudian mengubahnya menjadi deviasi standar, dan tahap terakhir yaitu perhitungan ketidakpastian standar gabungan dan ketidakpastian terekspansi. Ketidakpastian standar gabungan dihitung dengan menggunakan program komputer MS Exel 2007 berdasarkan pada metode perhitungan ketidakpastian Kragten spreadsheet. Dengan mengalikan ketidakpastian standar gabungan dengan faktor coverage 2, ketidakpastian terekspansi untuk penentuan asam lemak bebas metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40 yang konsentrasinya 0,1612 mol/L dalam larutan sampel adalah ±0,0002 mol/L, sedangkan ketidakpastian terekspansi untuk penentuan kadar ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis yang konsentrasinya 0,131 mg/L dalam larutan sampel adalah ±0,083 mg/L yang dihitung dengan menggunakan faktor coverage 2,14.

(15)

STUDY OF THE USE MEASUREMENT UNCERTAINTY ON CRUDE PALM OIL (CPO) WITH SOME

CHEMICAL ANALYSIS METHOD

ABSTRACT

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Analisis kuantitatif merupakan penentuan berapa zat tertentu ada di dalam suatu

sampel. Zat yang ditentukan, sering ditunjukkan sebagai zat yang diinginkan atau

analit, dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar sampel yang dianalisis. Dalam

analisis kimia kuantitatif, banyak sekali dilakukan analisis dengan menggunakan

metode analisis kimia. (Underwood, A. L.1980). Hasil analisis yang diperoleh

diharapkan dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya pemeriksaan kualitas

air minum, analisis forensik bagian tubuh dalam beberapa kasus kriminal, dan

penentuan kualitas suatu produk industri yang akan diekspor ke luar negeri. Oleh

karena itu, penting untuk mengetahui kualitas dari hasil-hasil pengukuran dengan

mengutamakan jaminan kualitas (quality assurance) terhadap pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium yang bersangkutan. Ini

dimaksudkan sebagai aturan bahwa suatu laboratorium tersebut mampu dan

memiliki data dengan kualitas yang diperlukan. Analisis kimia sangat

menekankan ketelitian dan keakuratan hasil-hasil analisis yang diperoleh dengan

menggunakan metode-metode standar. Untuk itu, penting untuk menyatakan

kualitas hasil-hasil pengukuran yang diperoleh sehingga dapat dilihat

kesesuaiannya dengan cara mencantumkan tingkat kepercayaan pengukuran.

Salah satu pengukuran yang bermanfaat diantaranya adalah ketidakpastian

pengukuran (measurement uncertainty).

Ketidakpastian pengukuran mulai dipublikasikan pada tahun 1993 oleh

(17)

(International Organization on Legal Metrology)dalam “Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement” (GUM) yang menulis tentang peraturan umum dalam menghitung da mengekspresikan ketidakpastian pengukuran dalam

laporan-laporan analisis akan menjadi hal biasa di masa yang akan datang.

(Ellison et al. 1999)

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk menghitung ketidakpastian

pengukuran pada minyak sawit mentah (CPO) dengan menggunakan

metode-metode analisis dengan titrasi netralisasi dan spektrofotometri UV-VIS.

1.2Permasalahan

1. Berapa besar interval ketidakpastian dari hasil analisis dengan penentuan

asam lemak bebas berdasarkan AOCS Ca5a-40.

2. Berapa besar interval ketidakpastian dari hasil analisis penentuan kadar

ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS.

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :

1. Analisis dilakukan dengan penentuan asam lemak bebas metode titrasi

netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40.

2. Analisis dilakukan dengan penentuan kadar ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis.

3. Sampel yang digunakan adalah minyak sawit mentah (CPO).

(18)

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan nilai ketidakpastian pada hasil analisis asam lemak

bebas dengan metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40.

2. Untuk menentukan nilai ketidakpastian pada analisis kadar ion besi Fe2+ dengan metode spektrofotometri UV-VIS.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menentukan

Ketidakpastian setiap hasil-hasil minyak sawit mentah (CPO) di laboratorium.

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium. Sampel yang digunakan

adalah minyak sawit mentah dari salah satu pabrik di daerah Belawan. Pada

penentuan % FFA dengan metode titrimetri netralisasi, dimana minyak sawit

mentah ditambahkan alkohol netral dan indikator phenolftalein, kemudian dititrasi

dengan NaOH sampai diperoleh perubahan warna menjadi merah lembayung.

Pada penentuan konsentrasi Fe2+ dengan metode spektroskopi UV-VIS.

1.7Lokasi Penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ketidakpastian

Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian

ketidak pastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas

dan ketepatan hasilnya masih diragukan. Berdasarkan “International Vocabulary Of Basic and General Terms in Metrology”, pengukuran didefinisikan sebagai sederetan operasi yang mempunyai objek untuk ditentukan nilai kuantitasnya.

(Choi et al. 2002)

Parameter yang diuji terdiri dari distribusi statistik hasil-hasil beberapa

pengukuran yang ditentukan sebagai deviasi standar. Dapat juga berupa

komponen-komponen lain, yang termasuk juga sebagai deviasi standar, namun

yang dihitung berupa distribusi eluang berdasarkan percobaan ataupun informasi

lainnya.

Dalam proses analisis kimia, measurand dapat berupa konsentrasi suatu

analit. Tetapi di dalam analisis kimia juga digunakan untuk menentukan

pengukuran kuantitas, meliputi warna, pH, dan lain-lain. Oleh karena itu

digunakanlah istilah umum yaitu measurand.

Ketidakpastian pengukuran berbeda dengan kesalahan. Kesalahan dapat

diartikan sebagai perbedaan antara hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dengan

nilai measurand yang sebenarnya dan dapat juga sebagai acuan untuk suatu hasil pengukuran. Sebaliknya, ketidakpastian yang berupa jangkauan nilai, tidak dapat

(20)

2.2 Metode Validasi

Dalam praktiknya, metode validasi yaitu kesesuaian metode pengujian analisis

yang dilakukan. Studi ini menghasilkan data pada kinerja keseluruhan dan

pengaruh faktor-faktor individu yang diterapkan untuk estimasi ketidakpastian.

Metode validasi bergantung pada penentuan parameter kinerja metode

keseluruhan. Studi validasi untuk analisa kuantitatif, biasanya metode analisis ini

menentukan beberapa atau semua parameter berikut : akurasi, bias, linearitas,

batas deteksi, dan spsifikasi.

2.3 Penentuan Ketidakpastian

Estimasi ketidakpastian memiliki prinsip yang sederhana. Tahap-tahap

yang perlu dilakukan untuk menentukan ketidakpastian pengukuran adalah

sebagai berikut:

1. Spesifikasi measurand

2. Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian

3. Perhitungan komponen-komponen ketidakpastian

4. Perhitungan ketidakpastian standar gabungan

2.3.1 Spesifikasi measurand

Pada tahap ini semua pernyataan yang sedang diukur dan rumus kuantitatif yang

menghubungkan measurand dengan parameter-parameter (kuantitatif measurand, konstan, kalibrasi standart dan sebagainya) harus ditulis dengan jelas. Dalam

menentukan measurand, perlu diketahui juga apakah tahap sampling yang dilakukan sesuai dengan standard operating procedure (SOP) atau dengan

(21)

2.3.2 Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian

Kita harus memfokuskan pada suatu sumber ketidakpastian yang paling utama

untuk digunakan dalam penentuan ketidakpastian pengukuran. Sumber-sumber

yang mungkin dapat mengakibatkan timbulnya ketidakpastian pengukuran adalah

sampling, transfortasi, penyimpanan dan penanganan sampel, pembuatan sampel,

kondisi lingkungan dan pengukuran, orang yang melakukan uji, variasi dalam

prosedur uji, instrumentasi, standar kalibrasi atau bahan-bahan pembanding,

perangkat lunak, dan metode-metode pengukuran karena efek-efek

sistematik.(ILAC-G17,2002) .

2.3.2.1. Sampling

Dimana pengambilan sampel merupakan prosedur yang paling penting untuk

suatu analisa. Namun, bila pengambilan sampel secara acak ini merupakan

komponen ketidakpastian yang mempengaruhi nilai hasil akhir.

2.3.2.2. Penyimpanan dan penanganan sampel

Bila sampel yang diuji disimpan untuk waktu yang lama sebelum analisis, kondisi

penyimpanan dapat mempengaruhi hasil. Lama penyimpanan serta kondisi selama

penyimpanan ini dapat dianggap sebagai sumber ketidakpastian

2.3.2.3. Instrumentasi

Instrumentasi juga dapat termasuk sebagai sumber ketidakpastian, misalnya batas

akurasi untuk kesetimbangan analitis, pengotrol suhu yang dapat mempertahankan

(22)

2.3.2.4. Kemurnian Reagen

Walaupun molaritas larutan volumetrik tidak akan diketahui sebenarnya bahkan

jika larutan induk telah diuji, hal ini harus tetap dilakukan prosedur pengujian

ketidakpastian. Misalnya, zat organik, apabila tidak diketahui kemurniannya

mungkin di dalam zat organik tersebut masih terdapat garam-garam anorganik

yang merupakan sumber dari ketidakpastian.

2.3.2.5. Kondisi Pengukuran

Misalnya, pada suhu gelas ukur yang kita gunakan tidak sesuai dengan suhu yang

sudah dikalibrasi. Demikian pula, kelembaban mungkin penting dimana apabila

bahan sangat sensitif, maka ini dapat mempengaruhi nilai ketidakpastian.

2.3.2.6. Efek Sampel

Misalnya dari sampel yang berbentuk kompleks, dimana sampel ini akan

mempengaruhi respon dari instrument yang disebabkan oleh unsur-unsur yang

terdapat pada sampel tersebut.

2.3.2.7. Efek Komputasi

Pada efek ini yang dibahas adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh kalibrasi,

misalnya pada saat menggunakan kalibrasi garis lurus pada saat respon

(23)

2.3.2.8. Pengujian Larutan Blanko

Pada suatu analisis sangat penting untuk menguji larutan blanko, yaitu untuk

menghindari ketidakpastian pada sampel. Hal ini sangat penting dalam analisa

yang dilakukan berulang-ulang.

2.3.2.9. Efek dari operator

Pada efek ini yang dapat menyebabkan nilai ketidakpastian itu adalah salah satu

kemungkinan seorang operator itu salah pada saat membaca meter atau skala

konsisten tinggi atau rendah.

2.3.2.10. Efek acak

Efek acak mempunyai kontribusi yang besar pada penentuan ketidakpastian.

Catatan ini harus dimasukkan dalam daftar sebagai hal yang biasa.

Untuk memudahkan analisis semua sumber-sumber ketidakpastian tersebut, dapat

digunakan gambar diagram Ishikawa yang menjelaskan hubungan sumber-sumber

ketidakpastian dengan parameter-parameter measurand. (Ellison et al. 1999)

2.3.3 Perhitungan Komponen-Komponen Ketidakpastian

Ada 2 cara yang digunakan untuk menghitung komponen-komponen

ketidakpastian, yaitu:

1. Menghitung sumber-sumber ketidakpastian yang muncul dan kemudian

(24)

2. Setelah penentuan secara langsung nilai gabungannya kemudian

mengubahnya menjadi ketidakpastian hasil dari beberapa atau

sumber-sumber tersebut dengan menggunakan data perlakuan metode.

Ada dua tipe perhitungan ketidakpastian, yaitu:

1. Perhitungan ketidakpastian melalui analisis statistik beberapa seri

pengamatan yang diistilahkan dengan perhitungan (ketidakpastian) tipe A.

2. Perhitungan ketidakpastian dengan menggunakan cara-cara lain selain

analisis statistik beberapa seri pengamatan yang diistilahkan dengan

perhitungan (ketidakpastian) tipe B.(Taylor,B.N and Kuyat,C.E.,1994)

2.3.4 Perhitungan Ketidakpastian Standar Gabungan

2.3.4.1 Ketidakpastian Standar

Ketidakpastian standar merupakan ketidakpastian tiap-tiap komponen yang

merupakan nilai dari hasil ketidakpastian suatu pengukuran yang berupa perkiraan

deviasi standar yang sama dengan variasi akar kuadrat yang positif.

Hasil dari perhitungan tipe A, yang biasanya berupa rata-rata deviasi

standar dapat digunakan langsung untuk mencari ketidakpastian standar

gabungan. Sebaliknya, hasil dari perhitungan tipe B harus diubah terlebih dahulu

menjadi ketidakpastian standar dengan menggunakan distribusi peluang.

(Vetter,T.M.,2001). Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menghitung

ketidakpastian standar untuk model distribusi peluang, yaitu distribusi normal,

distribusi seragam atau segiempat, dan distribusi segitiga dapat dilihat dari

lampiran.

2.3.4.2Ketidakpastian Standar Gabungan

(25)

menggabungkan ketidakpastian-ketidakpastian individual dengan menggunakan

metode “akar penjumlahan kuadrat” biasa, ataupun metode-metode lain yang

sederajat yang telah diterbitkan dan dipublikasikan.

(Taylor,B.N and Kuyat,C.E.,1994)

Hubungan antara ketidakpastian standar gabungan uc (y) dari nilai y

dengan ketidakpastian dari parameter-parameter bebas x1 , x2 , …, xn adalah:

, , … , ∑ , ∑ , ,

(2.1)

Dimana y(x1, x2, …, xn) adalah fungsi beberapa x1, x2, …, xn, ci

merupakan koefisien sensitifitas yang dihitung sebagai , diferensial parsial dari y terhadap xi , dan melambangkan ketidakpastian dalam y yang muncul karena

ketidakpastian dalam xi.

Jika variabel-variabel tersebut tidak bebas, hubungannya menjadi sangat

rumit, yaitu:

, … ∑ , ∑, , ,

(2.2)

Dimana u(xi,xk) merupakan kovarians antara xi dan xk, ci dan ck merupakan

koefisien sensitivitas. Kovarians dihubungkan dengan koefisien penghubung rik

yaitu u(xi,xk)= u(xi) u(xk) rikdimana -1 ≤ rik ≤ 1.

Rumus-rumus penggabungan ketidakpastian tersebut dapat dibuat menjadi lebih

sederhana dengan menggunakan dua aturan penggabungan ketidakpastian standar,

yaitu:

1. Aturan Pertama

Jika rumus hanya mengandung operasi pengurangan atau penjumlahan,

(26)

⋯ (2.3)

2. Aturan Kedua

Jika rumus mengandung operasi perkalian atau pembagian, contohnya

y=(p x q x r…) atau y= p/(q x r x …), maka ketidakpastian gabungan uc(y)

adalah:

(2.4)

(Ellison et al. 1999)

2.3.4.3 Ketidakpastian Terekspansi

Ketidakpastian terekspansi merupakan suatu nilai dari kuantitas yang

menunjukkan interval di sekitar hasil suatu pengukuran yang diharapkan bias

memberikan fraksi distribusi yang besar dari nilai-nilai yang terdapat dalam

measurand. (ISO.Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement,1999)

Ketidakpastian terekspansi pengukuran U, dihasilkan melalui perkalian ketidakpastian standar uc(y) dengan fakor coverage k,

U= k x uc (y) (2.5)

Jika distribusi normal (Gaussian) dapat digunakan pada penentuan measurand dan ketidakpastian standar mempunyai reliabilitas yang sesuai, maka digunakan faktor

coverage k = 2 dengan peluang coverage sekitar 95%. (EAL. Expression of the Uncertainty of Measurement in Calibration,1999)

Jika keadaan normalitas dan reliabilitas tersebut tidak terpenuhi, maka

(27)

kebebasannya, atau yang dikenal dengan derajat kebebasan efektif Veff dari uc(y),

yang ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(2.6)

Dimana vi merupakan derajat kebebasan dari u(xi), dan

∑ (2.7)

Nilai Veff dapat digunakan untuk menentukan factor coverage efektif, kp, dengan

menggunakan table distribusi-t sesuai dengan tingkat kepercayaan yang

diinginkan. (Taylor,B.N and Kuyat,C.E.,1994)

2.4 Penulisan Ketidakpastian Pengukuran

Jika suatu penentuan ketidakpastian untuk hasil tunggal hendak dilakukan, dimana

hasil dari ketidakpastian tersebut harus dipublikasikan, adapun bentuk

penyampaiannya adalah:

([hasil] ± [ketidakpastian]) (satuan)

Jika sejumlah hasil disampaikan secara bersamaan, ketidakpastian yang

disampaikan adalah ketidakpastian yang dapat digunakan untuk semua hasil yang

dilaporkan. Nilai hasil ketidakpastian pengukuran harus ditulis dengan dua bentuk

yang nyata. Nilai numerik hasil pengukuran biasanya dibulatkan sampai bentuk

yang nyata yang paling kecil dari nilai ketidakpastian terekspansi. (EAL.

Expression of the Uncertainty of Measurement in Calibration,1999)

(28)

Untuk menyederhanakan perhitungan ketidakpastian pengukuran dapat digunakan

perangkat lunak (software). Dimana cara ini memberikan keuntungan dalam metode penurunan angka, dan hanya memerlukan pemahaman dalam

menggunakan rumus unuk menurunkan hasil akhir. (Ellison et al. 1999)

2.6Metode Analisis Kimia

2.6.1 Spektroskopi Ultraviolet dan Tampak (Visible)

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer

digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang

benar-benar terseleksi dapat cahaya seperti prisma.

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu

wolfram, lampu hidrogen atau deuterium digunakan untuk sumber pada daerah

UV. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak

bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang

stabil dapat digunakan transformator. Monokromator digunakan untuk

memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma

ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari

hasil penguraian ini dapat digunakan celah.

Pada pengukuran daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat

digunakan, tetapi untuk pengukuran daerah UV kita harus menggunakan sel

kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya, tebal

kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat

digunakan. Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap

(29)

Gambar 2.1 : Bagan alat spektrofotometri UV-VIS

(www.google.com.spektrofotometri.valdisreinaldo)

Secara umum untuk mempelajari secara kuantitatif berkas radiasi yang

dikenakan cuplikan, maka caranya adalah dengan membandingkan intensitas sinar

mula-mula (Io) dengan sinar yang dilewatkan dari cuplikan (It). Ada tiga kemungkinan fenomena yang terjadi yaitu:

1. Io = It, artinya tidak ada sinar yang diserap atau semua ditransmisikan (dilewatkan).

2. It = 0, artinya semua sinar diserap.

3. It > Io, artinya sebagian sinar diserap dan sebagian lagi dilewatkan.

Kejadian 1 dan 2 tidak memberikan informasi, tetapi kejadian 3 akan

memberikan informasi sebagai dasar analisa baik kualitatif maupun kuantitatif.

Besarnya penurunan intensitas sinar (∆I = It – Io) tergantung jenis pengabsorpsi (dasar analisa kualitatif) dan tergantung dengan konsentrasi penyerap (dasar

analisa kuantitatif).

Metode spektrofotometri memerlukan dibuatnya suatu kurva standar

(disebut juga kurva referensi atau kalibrasi) untuk konstituen yang akan

ditentukan. Kuantitas-kuantitas yang sesuai dari konstituen itu diambil dan diolah

dengan cara yang sama seperti larutan contoh untuk pengembangan warna dan

pengukuran transmisi (ataupun absorbansi) pada panjang gelombang yang

optimal. Absorbansi (log I0/It) dialurkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh suatu alur garis lurus jika hukum Beer dipatuhi. Kurva itu kemudian digunakan

(30)

2.6.2 Titrasi Asidi-Alkali

Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan

dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan

tetap, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat

yang akan ditetapkan. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tepat itu,

disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume

larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.

Titrasi asam-basa merupakan cara yang cepat dan mudah untuk

menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan

asam dan basa organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi

sebagian senyawa itu, terutama senyawa organik tidak larut dalam air, karena itu

senyawa organik itu dapat ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dalam pelaru

non-air.

Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat (misalnya

HCl), sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat

(misalnya NaOH). Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan peruahan

warna indikator asam-basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan (misalnya

potensiometer, spektrofotometer, dan konduktometer). (Khopkar, S.M.,2008)

Titrasi asam-basa dapat dianggap sebagai interaksi pasangan asam-basa

berpasangan menurut teori Bronsted-Lowry, yaitu:

Asam1 + Basa2 = Basa1 + Asam2

Bila titrasi dilakukan dalam pelarut air, maka perpindahan proton selalu

dinyatakan melalui molekul air. Akibatnya, persamaan umum untuk titrasi

asam-basa dalam pelarut air ditulis sebagai persamaan reaksi antara ion hidronium dan

ion hidroksida, yakni lawan reaksi autoprotolisis air:

(31)

Selama proses titrasi pH larutan berubah perlahan-lahan, tetapi di daerah

titik kesetaraan perubahan pH sangat besar. Untuk titrasi asam-basa biasanya

dibuat larutan-larutan asam atau basa dengan sekitar konsentrasi yang diinginkan

dan kemudian distandarisasi salah satu dari larutan dengan suatu standar primer.

Larutan yang dengan demikian telah distandarisasikan dapat dipakai sebagai suatu

larutan standar skunder untuk memperoleh normalitas larutan yang lainnya. Untuk

pekerjaan yang sangat teliti, sepatutnya kedua asam dan basa distandarisasikan

sendiri-sendiri terhadap standar primer. Satu dari standar primer yang secara luas

dipergunakan untuk larutan-larutan basa ialah senyawa kalium hydrogen ftalat,

(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

‐ Gelas Beaker 250 mL PYREX

‐ Gelas Erlenmeyer 250 mL PYREX

‐ Neraca Analitis Presisi ±0,001 g Mettler PM 400

‐ Gelas ukur 50 mL PYREX

‐ Gelas ukur 10 mL PYREX

‐ Buret 10 mL PYREX

‐ Labu Takar 1000 mL PYREX

‐ Labu Takar 100 mL PYREX

‐ Labu Takar 50 mL PYREX

‐ Spatula ‐ Pipet Tetes ‐ Karet Penghisap

‐ Pipet Volume 5 mL PYREX

‐ Pipet skala 5 mL PYREX

‐ Botol Reagen Coklat ‐ Cawan porselen

‐ Tanur Thermo Scientific

‐ Kuvet

‐ Statif dan Klem ‐ Botol Aquades

‐ Spektrofotometer Agilent Carry 40

(33)

3.1.2 Bahan

‐ Crude Palm Oil ‐ Aquadest

‐ Asam Asetat Glasial p.a. (E. Merck)

‐ HCl(p) p.a. (E. Merck)

‐ Hidroksilamin p.a. (E. Merck)

‐ 1,10-Fenantrolin p.a. (E. Merck)

‐ Fe(NH4OH)2S04 p.a (E. Merck)

‐ ZnO p.a. (E. Merk)

‐ Natrium Asetat p.a. (E. Merck)

(34)

3.2. Prosedur Penelitian 3.2.1 Penyediaan Reagent

a. Pembuatan Larutan Hidroksilamin 10 %

Sebanyak 10,00 gram NH2OH.HCl dilarutkan dengan aquades dan diencerkan dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda kemudian dihomogenkan.

b. Pembuatan Larutan Buffer Amonium Asetat

Sebanyak 25,00 gram CH3COONH4 dilarutkan dengan 15 mL aquades dan ditambahkan 70 mL CH3COOH glacial, kemudian diencerkan di dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan

c. Pembuatan Larutan 1,10-Fenantrolin

Sebanyak 0,10 gram 1,10-fenantrolin monohidrat dilarutkan dalam 100 mL

akuades yang telah ditambahkan 2 tetes HCl(p)

d. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Sebanyak 4,00 gram NaOH dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan

akeadest dalam labu ukur 1 L sampai garis tanda kemudian dihomogenkan.

(35)

e. Pembuatan Larutan Induk Fe2+ 1000 mg/L dari Kristal Fe(NH4OH)2SO4

Dilarutkan sebanyak 3,9640 gram Kristal Fe(NH4OH)2SO4 dengan sedikit akuadest lalu dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 1 L. Selanjutnya

diencerkan dengan akuadet hingga tanda tera dan dihomogenkan.

f. Pembuatan Larutan Standar Fe2+ 100 mg/L

Sebanyak 10 mL larutan induk Fe2+ 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan

dihomogenkan.

g. Pembuatan Larutan Standar Fe2+ 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Fe2+ 100 mg/L dimaasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan

dihomogenkan.

h. Pembuatan Larutan seri standar Fe2+ 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 mL larutan standar 10 mg/L dimasukkan

masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuadest

(36)

3.2.2. Prosedur Penentuan Fe2+ dengan Metode Spektrofotometri

3.2.2.1Penentuan konsentrasi Fe2+ pada larutan standar

Sebanyak 50 mL larutan seri standar 0,2 mg/L ion Fe2+, dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambah 1 mL HCl(p), ditambah 3 mL Hidroksilamin-HCl 5%,

kemudian diuapkan hingga volume awal, lalu didinginkan. Setelah

didinginkan ditambahkan Kristal CH3CCOONa sambil diaduk hingga pH=3, ditambah 10 mL buffer asetat, ditambah 2 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1 %,

kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan aquadest

sampai garis tanda, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit, lalu

diukur absorbansinya pada λ = 510 nm. Dilakukan perlakuan yang sama untuk

0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L dan blanko.

3.2.2.2Penentuan konsentrasi Fe2+ pada sampel

Sebanyak 50 mL minyak sawit mentah (CPO), dimasukkan ke dalam cawan

porselen, ditambahkan 4,00 gram ZnO, selanjutnya dibakar sampai api pada saat

pembakaran padam. Setelah dibakar, diabukan di dalam tanur pada suhu 600 oC selama 2 jam. Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, ditambah 1 mL HCl(p), ditambah 3 mL Hidroksilamin-HCl 5%, ditambah 10 mL buffer asetat, ditambah 2

mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1 %, diencerkan dengan aquadest sampai garis

tanda, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit, lalu diukur

absorbansinya pada λ = 510 nm.

Konsentrasi larutan FeSO4 diperoleh dengan menggunakan rumus :

(37)

CFe2+ = Konsentrasi ion Fe2+ dalam larutan sampel [mg/L]

L = Faktor pengenceren

3.2.3 Prosedur Penentuan Asam Lemak Bebas dengan Metode Titrasi Netralisasi.

Penentuan Asam lemak bebas meliputi tahap-tahap berikut :

Sebanyak 7,05 gram minyak sawit mentah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,

ditambahkan 50 mL alkohol netral, ditambah 3 tetes indikator phenolftalein,

selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk merah lembayung.

Konsentrasi NaOH diperoleh dengan menggunakan rumus:

. .

. . (2.9) Dimana :

CNaOH = Konsentrasi larutan NaOH [mol.1-1] FKHP = Berat molekul KHP [g.mol-1] MKHP = Berat KHP [g]

PKHP = Kemurnian KHP

VT = Volume rata-rata larutan NaOH [mL]

3.3. Prosedur Penentuan Ketidakpastian

3.3.1 Spesifikasi measurand

Spesifikasi measurand adalah penjelasan tentang prosedur pengukuran yang terdiri dari langkah-langkah pengukuran dan persamaan matematika yang

digunakan untuk menentukan measurand. Dalam hal ini, measurand adalah konsentrasi Fe2+.

(38)

Sumber-sumber ketidakpastian dapat diidentifikasi dari paremeter-parameter yang

terdapat pada persamaan matematika yang digunakan untuk menentukan

meaasurand, dimana semua parameter-parameter tersebut juga mempunyai

sumber-sumber ketidakpastian masing-masing.

3.3.3 Perhitungan Ketidakpastian

Karena hanya sedikit data perlakuan metode yang tersedia, perhitungan

ketidakpastian dilakukan dengan cara menghitung komponen-komponen

ketidakpastian secara terpisah. Berikut ini adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh komponen-komponen ketidakpastian individual :

a. Perhitungan ketidakpastian tipe A : diperoleh dari repeatability eksperimen dan dihitung sebagai deviasi standar dari nilai yang diukur.

b. Perhitungan ketidakpastian tipe B, yang terdiri dari :

i) Perhitungan berdasarkan hasil-hasil atau data-data lain, seperti

toleransi peralatan gelas, kemurnian zat, drift dan pembulatan

angka neraca analitik, drift dan pembulatan angka absorbansi pada

spektrofotometer.

ii) Melalui prinsip-prinsip teoritis, seperti pengaruh suhu terhadap

volume yang dapat mempengaruhi hasil.

3.3.4 Perhitungan Ketidakpastian Gabungan

3.3.4.1 Ketidakpastian standar

Semua kontribusi ketidakpastian diubah menjadi ketidakpastian standar, yaitu

sebagai deviasi standar. Berikut ini adalah cara pengubahan kontribusi

ketidakpastian menjadi ketidakpastian standar, yaitu:

i) Jika ketidakpastian berasal dari perhitungan ketidakpastian tipe A,

ketidakpastian standarnya adalah deviasi standar mean yang

(39)

ii) Jika ketidakpastian berasal dari perhitungan ketidakpastian tipe B,

maka digunakan tiga distribusi peluang untuk mengubahnya menjadi

ketidakpastian standar, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika batas-batas ± a diberikan dengan tingkat kepercayaannya, maka untuk menghitung deviasi standar, nilai a dibagi dengan titik persentasi distribusi normal yang sesuai untuk tingkat kepercayaan tersebut.

2. Jika batas-batas ± a diberikan tanpa tingkat kepercayaan dan cukup beralasan untuk menganggap batas-batas marginnya lebih disukai, maka

digunakan distribusi seragam dengan deviasi standar √ .

3. Jika batas-batas ± a diberikan tanpa tingkat kepercayaan, tetapi cukup beralasan untuk menganggap batas-batas marginnya tidak disukai,

melainkan titik tengahnya, maka digunakan distribusi segitiga, dengan

deviasi standar.

3.3.4.2 Ketidakpastian standar gabungan

Untuk menghitung ketidakpastian standar gabungan yaitu dihitung dengan

menggunakan metode perhitungan ketidakpastian Kragten spreadsheet dengan menggunakan software program MS Excel 2007 (Microsoft Inc.)

3.3.4.3Ketidakpastian terekspansi

Untuk menghitung ketidakpastian terekspansi yaitu dihitung dengan berdasarkan

persamaan (2.5) dimana faktor coverage-nya diperoleh dengan menggunakan table distribusi-t pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat bebas aktif(Veff)

diperoleh dari persamaan (2.6).

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Analisa Besi (Fe2+) dengan Metode Spektroskopi UV-Vis

(40)

Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

Ditambahkan 1 mL HCl(p)

Ditambahkan 3 mL hidroksilamin-HCl 5 %

Diuapkan hingga ½ volume awal

Didinginkan

Ditambahkan Kristal CH3COONa sambil diaduk hingga berada pada kisaran pH 3

Ditambahkan 10 mL buffer asetat

Ditambahkan 2 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1 %

Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 50 ml

Diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda

Dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit

Diukur %T nya pada λ = 510 nm

Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar

0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L dan blanko

Hasil

(41)

3.4.1.2 Penentuan Fe2+ pada Minyak Sawit Mentah (CPO)

3.4.2. Penentuan Asam Lemak Bebas (AOCS Ca5a-40)

Ditimbang 7,05 gram

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 50 mL alkohol netral

Ditambahkan 3 tetes indikator penolftalein

(42)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian penentuan nilai ketidakpastian dengan menggunakan

metode analisis kimia, yaitu analisis dilakukan dengan penentuan asam lemak

bebas metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40, analisis dilakukan

dengan penentuan kadar ion besi Fe2+ dengan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis.

4.1.1 Perhitungan Ketidakpastian untuk Analisis Fe2+ dengan Metode Spektrofotometri

4.1.1.1Perhitungan komponen – komponen ketidakpastian standar

4.1.1.1.1 Perhitungan ketidakpastian tipe A

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar logam Fe2+ dilakukan dengan membuat

larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4;

0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan alat

spektrofotometri UV-VIS. Data absorbansi untuk larutan standar Fe2+ dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1. Data absorbansi larutan standar Fe2+

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi

0,0 0,0003

0,2 0,0570

0,4 0,1170

0,6 0,1720

0,8 0,2250

1,0 0,2790

(43)

Hasil pengukuran absorbansi kemudian diplotkan terhadap konsentrasi sehingga

diperoleh kurva kalibrasi larutan standar logam Fe2+ pada gambar 4.1 berikut.

y = 0,2789x + 0,558

Gambar 4.1.Grafik Least Square Linear untuk Analisis Fe2+ dengan Metode

Spektrofotometri

Perhitungan persamaan garis regresi

Untuk menentukan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi dapat ditentukan

dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :

Tabel 4.2. Tabel data perhitungan persamaan garis regresi

(44)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis :

Y = ax + b (4.1) dimana :

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut :

Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi (a) kepersamaan berikut :

Y = aX + b (4.3) b =Y - aX

b = 0,19525 – (0,2789)(0,5) b = 0,19525 – 0,13945 b = 0,0558

Sehingga diperoleh harga intersep (b) = 0,0558 Maka pesamaan garis regresi yang diperoleh adalah :

Y = 0,2789X + 0,0558 (4.4)

Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai

(45)

r =



Koefisien korelasi untuk logam Besi Fe2+ adalah:

r =

Dengan menggunakan persamaan 4.4, dapat dihitung konsentrasi larutan sampel

(X0) yang diukur absorbansinya (Y0), yaitu :

Ketidakpastian u(x0,y) pada nilai x0 karena variasi dalam yi

Ketidakpastian konsentrasi Fe2+ dalam larutan sampel (X0) karena pengaruh

variasi absorbansi larutan kalibrasi dapat ditentukan dengan mensubstitusikan

nilai pada tabel 3.1. kedalam persamaan :

(4.6)

Karena dari Sx/y = dan diperoleh

(46)

Ketidakpastian (x0, xi) pada nilai x0 karena variasi dalam xi

Persamaan yang digunakan untuk menentukan ketidakpastian konsentrasi Fe2+ dalam larutan sampel yang diukur absorbansinya karena pengaruh variasi

konsentrasi larutan standar kalibrasi adalah sebagai berikut :

Hubungan Linear antara xi dan yi

Untuk menguji hubungan linear antara xi dan yi digunakan uji F dengan

persamaan yang digunakan untuk memperoleh nilai Fhitungsebagai berikut : F = MSLOF / MSPE

Tahap – tahap perhitungan nilai Fhitungadalah sebagai berikut :

Perhitungan penjumlahan kuadrat total (SST), dikoreksi untuk mean

Perhitungan penjumlahan kuadrat karena kesalahan murni (SSPE)

Perhitungan penjumlahan kuadrat karena regresi (SSREG)

Perhitungan penjumlahan kuadrat karena tidak linear (SSLOF) SSLOF = SST – SSREG - SSPE

Dalam hal ini, hipotesis nol adalah terdapat hubungan linear antara xi dan yi. Dan

(47)

Tabel 4.3. Tabel ANAVA untuk uji Linearitas

Rincian perhitungan ketidakpastiant ipe B yang berasal dari kontribusi konstan

nilai x dan y karena nilai–nilai ini diperoleh dari sederetan pengenceran larutan stok dan pengukuran absorbansi dengan menggunakan peralatan

spektrofotometer, adalah sebagai berikut :

Ketidakpastian standar konsentrasi ion Fe2+ dalam larutan stok

Ketidakpastian standar massa Kristal Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O [u(mkristal)]

Mkristal = mkristal_rep + mkristal_drifth + mkristal_read

Ketidakpastian standar labu takar 100 mL [u(V100)]

V100 = V100_rep + V100_cal + V100_temp

(48)

Ketidakpastian standar konsentrasi ion Fe2+ dalam larutan stok

Ketidakpastian standar konsentrasi ion Fe2+ dalam larutan standar kerja

Ketidakpastian standar volume pipet volume 5 ml [u(V5)]

V5 = V5_rep + V5_cal + V5_temp V5_temp = V5_cal x x ∆t

Ketidakpastian standar volume pipet volume 500 ml [u(V500)]

V500 = V500_rep + V500_cal + V500_temp V500_temp = V500_cal x x ∆t

(49)

Ketidakpastian standar konsentrasi ion Fe2+ dalam larutan standar kalibrasi

Ketidakpastian standar volume larutan standar kerja yang diambil untuk membuat larutan standar kalibrasi [u(Vi_st)]

Vi_st = Vi_st_rep + Vi_st_cal + Vi_st_temp

Vi_st_temp = Vi_st_cal x x ∆t

Ketidakpastian volume labu takar 50 mL [u(Vi_50)]

Vi_50 = Vi_50_rep + Vi_50_cal + Vi_50_temp Vi_50_temp = Vi_50_cal x x ∆t

(50)

Ketidakpastian standar pengukuran absorbansi

Ketidakpastian standar pengukuran absorbansi larutan standar kalibrasi [u(Ai)]

Ai = Ai_rep + Ai_drifth+ Ai-round)

Ketidakpastian standar pengukuran absorbansi larutan sampel [u(Asampel)]

Asampel = Asampel_rep + Asampel_drifth+ Asampel-round)

Ketidakpastian standar faktor pengenceran

Ketidakpastian volume labu takar 50 mL [(V50)]

V50 = V50_rep + V50_cal + V50_temp V50_temp = V50_cal x x ∆t

Ketidakpastian volume larutan sampel yang diambil untuk analisis spektrofotometri [u(V40)]

(51)

Ketidakpastian standar faktor pengenceran [u(L)]

4.1.1.1.3 Perhitungan ketidakpastian standar gabungan

Persamaan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi Fe2+ dalam larutan sampel adalah sebagai berikut :

x L x Sx0

Jika persamaan tersebut diadaptasikan dengan persamaan (2.4), maka

perhitungan ketidakpastian konsentrasi Fe2+ dalam larutan sampel adalah sebagai berikut :

4.1.1.1.4 Perhitungan ketidakpastian terekspansi

U(C

Fe(II)

) = k

p

x u

c

(C

Fe2+

)

(52)

4.1.2 Perhitungan ketidakpastian untuk analisis penentuan asam lemak bebas dengan metode titrasi netralisasi

4.1.2.1Perhitungan komponen – komponen ketidakpastian standar

4.1.2.1.1 Perhitungan ketidakpastian tipe A

Ketidakpastian tipe A berasal dari pengolahan statistik data perlakuan metode

yang dihasilkan yaitu berupa repeatability hasil pengukuran. Repeatability hasil pengukuran dihitung dengan menggunakan persamaan deviasi standar berikut :

Berdasarkan perlakuan metode, pada lampiran 1 dilakukan dua kali

penentuan konsentrasi, yaitu konsentrasi larutan standar dan konsentrasi larutan

sampel. Oleh karena itu, standar deviasi masing-masing konsentrasi tersebut

digabung dengan menggunakan persamaan deviasi standar mean gabungan

berikut :

Karena deviasi standar ini bervariasi terhadap tingkat konsentrasi analit,

maka digunakan persamaan deviasi standar relatif berikut untuk menentukan

repeatability pengukurannya, yaitu :

4.1.2.1.2 Perhitungan ketidakpastian tipe B

Dalam hal ini, ketidakpastian tipe B berasal dari ketidakpastian yang muncul

(53)

dalam perlakuan metode. Rincian persamaan-persamaan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Ketidakpastian standar massa KHP [u(mKHP)]

Ketidakpastian standar kemurnian massa KHP [u(PKHP)]

Ketidakpastian standar berat molekul KHP [u(FKHP)]

(54)

4.1.2.1.3 Perhitungan ketidakpastian standar gabungan

Persamaan untuk menghitung konsentrasi larutan NaOH adalah sebagai berikut :

Jika persamaan tersebut diadaptasikan dengan perhitungan ketidakpastian

gabungan aturan 2, persamaan (2.4), maka perhitungan ketidakpastian konsentrasi

larutan NaOH adalah sebagai berikut :

4.1.2.1.4 Perhitungan ketidakpastian terekspansi

U(CNaOH) = kp x (CNaOH)

(55)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Penentuan ketidakpastian analisis dilakukan dengan penentuan asam

lemak bebas metode titrasi netralisasi berdasarkan AOCS Ca5a-40 4.2.1.1 Sumber-sumber ketidakpastian

Analisis sumber-sumber ketidakpastian akan lebih mudah dipahami dengan cara

menggambarkan diagram Ishikawa, seperti yang tampak pada gambar 4.2 - 4.4.

Tahap pertama untuk menggambarkan diagram Ishikawa adalah dengan

menggambarkan empat parameter yang terdapat pada persamaan 2.9 sebagai

cabang utama (tampak pada gambar 4.2). Kemudian ketidakpastian

masing-masing parameter tersebut ditambahkan ke dalam diagram, seperti yang terlihat

pada gambar 4.3. Komponen ketidakpastian repeatability yang terdapat pada parameter massa dari titrimetri standar KHP dan volume titrasi dari NaOH.

4.2.1.2Perhitungan ketidakpastian standar

4.2.1.2.1 Perhitungan ketidakpastian tipe A

Repeatability hasil pengukuran (rep)

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh deviasi standar relatif (RSD) sebesar

0,1 %. Nilai repeatability ini sudah termasuk nilai repeatability untuk seluruh sumber – sumber ketidakpastian, yaitu massa KHP, standar kemurnian massa

KHP, standar berat molekul, standar volume NaOH yang digunakan dalam titrasi.

(56)

P(KHP) m(KHP)

Gambar 4.2 : Diagram Ishikawa sederhana untuk penentuan asam lemak bebas

P(KHP) m(KHP)

Gambar 4.3 : Detail diagram Ishikawa untuk penentuan asam lemak bebas

P(KHP) m(KHP)

(57)

4.2.1.2.2 Perhitungan ketidakpastian tipe B

Ketidakpastian massa KHP

1. Repeatability

Log dari kualiti kontrol menunjukkan ketidakpastian standar dari 0,05 mg

beratnya sama pengecekan sampai menjadi 100 gram. Harga ini untuk

repeatability ditentukan oleh sepuluh pengukuran dari tare dan berat gross diikuti oleh perhitungan yang berbeda dari masing – masing pasangan pengukuran

tersebut dan evaluasi dari standar deviasinya berbeda. Kontribusi dari

repeatability ini hanya dilakukan penjumlahan satu kali karena standar deviasinya berbeda secara langsung yang ditentukan dari eksperimen yang diberikan.

2. Calibration / Linearity

Keterangan kalibrasi dari keseimbangan kuota sekitar ± 0,15 mg untuk linearitas

nilai ini memberikan perbedaan yang maksimum antara berat sebenarnya pada

data dan pembacaan skala. Pembuat keseimbangan merekomendasikan evaluasi

yang tidak pasti untuk menggunakan distribusi segiempat untuk mengubahnya

menjadi kontribusi linier menjadi standar yang tidak tentu. Keseimbangan

kontribusi linier menurut gambar 4.4. Kontribusi ini telah dihitung dua kali yang

pertama untuk tare dan yang satu lagi untuk berat gross.

Kombinasi dari dua kontribusi ini memberikan standar yang tidak pasti

(58)

P(KHP)

Penyediannya memberikan informasi yang tidak lebih jauh menghubungkan

ketidakpastian dalam daftar itulah sebabnya ketidakpastian ini memiliki distribusi

segiempat.

F(KHP)

Dari tabel IUPAC(International Union Of Pure and Applied Chemistry) yang terakhir berat atom dan data yang tidak pasti untuk elemen – elemen unsur dari

KHP(C8H5O4K) adalah

Tabel 4.4 Data ketidakpastian untuk elemen-elemen unsur KHP(C8H5O4K)

Unsur Berat Atom Ketidakpastian Ketidakpastian

Standar

C 12,0107 ± 0,0008 0,00046

H 1,00794 ± 0,00007 0,000040

O 15,9994 ± 0,0003 0,00017

K 39,0983 ± 0,0001 0,000058

(Ellison et al. 1999)

Untuk masing – masing elemen, standar tidakpasti ditemukan dengan cara

mengolah kuota IUPAC yang tidak pasti sebagai bentuk ikatan dari distribusi

segiempat. Penyesuaian standar yang tidak pasti diperoleh dengan cara membagi

nilai tersebut dengan akar

Kontribusi dari elemen yang terpisah memberikan formula berat yang

(59)

Tabel 4.5 Data ketidakpastian untuk KHP(C8H5O4K)

Perhitungan Hasil Ketidakpastian

Standar

C8 8 x 12,0107 96,0856 0,0037

H5 5 x 1,00794 5,0397 0,00020

O4 4 x 15,9994 63,9976 0,00068

K 1 x 39,0983 39,0983 0,000058

(Ellison et al. 1999) Ketidakpastian dari masing – masing nilai ini dihitung dengan melipat

gandakan standar tidak pasti dari tabel sebelumnya dari jumlah atom tersebut. Hal

itu memberikan berat formula untuk KHP. Karena pernyataan ini merupakan jumlah dari nilai yang bebas, standar tidak pasti u(FKHP) adalah akar kuadrat dari

jumlah kuadrat dari kontribusinya masing – masing.

V(T)

1. Repeatability dari volume yang digunakan

Kegunaan dari piston buret, tidak seperti tabung volumetrik, yang umumnya

tidak meliputi penggunaan secara lengkap dalam jumlahnya. Bila diperkirakan

variabel dari penggunaan volum tersebut akan dibutuhkan untuk sejumlah sasaran

akhir diantara penggunaannya. Untuk buret yang digunakan, beberapanya disusun

dengan menggunakan volume yang terbatas yang harus diperiksa dan dicatat;

sebagai contoh 0-10, 10-20, 5-15 dan seterusnya. Persamaannya harus diselidiki

secara repeatability dari perbedaan volume yang digunakan, seperti 5, 10, 15 mL dan seterusnya. Contohnya repeatability dari data yang sebelumnya menggunakan 19 mL yang disimpan, diberikan sampel standar deviasi dari 0,004 mL,

menggunakan pengukuran secara langsung sebagai standar yang tidak pasti.

(60)

Keterbatasan akurasi dari voilume yang digunakan ditunjukkan oleh

pembuatannya seperti yang digambarkan. Untuk 20 mL piston buret jumlah ini

khususnya sekitar 0,03 mL. Dianggap distribusi segitiga memberikan standar

tidak pasti dari 0,03 / akar 6 = 0,012 mL.

3. Temperature

Ketidakpastian dikarenakan kekurangan kontrol temperatur yang dikalkulasi

dengan cara yang sama seperti contoh yang sebelumnya, tetapi pada saat ini akan

diambil variasi temperatur yang mungkin dari 3oC (dengan keakuratan 95 %). Kemudian menggunakan koefisien dari perluasan volume untuk air yaitu 2.1.10-4 o

C-1.

4. Repeatability dari titik yang diperoleh

Repeatability dari titik akhir yang diperoleh diperiksa secara teliti selama metode yang sebenarnya. Kemudian memberikan kondisi standar tidak pasti sebesar 0,004

mL yang merupakan data yang cocok.

5. Penyimpangan dari titik akhir yang diperoleh

Titrasi ini ditunjukkan menurut lapisan Argon untuk meniadaakan beberapa

penyimpangan karena absorpsi dari CO2 dalam larutan titrasi. Pendekatan ini mengikuti petunjuk, yang lebih baik mencegah beberapa penyimpangan yang

terdiri dari kebenaran untuk senyawa tersebut. Tidak ada petunjuk lain dimana

titik akhir ditentukan dari bentuk kurva pH yang tidak cocok dengan titik

ekuivalen karena asam kuat dititrasi dengan basa kuat. Oleh karena itu, hal ini

(61)

pasti dapat diabaikan. VT ditemukan menjadi 18,64 mL dan dipakai untuk

mencampurkan 4 sisa dari kontribusi ketidakpastian u(VT) dari volume VT.

4.2.1.2.3 Perhitungan dari kombinasi standar ketidakpastian

Nilai dari parameter pada persamaan diatas, standar ketidakpastiannya dan standar

ketidakpastian relatipnya digabungkan di dalam lampirannnnn A2.1. Karena

kombinasi ketidakpastian dengan masing – masing komponen dari persamaan

yang beragam seperti diatas.

Lembaran yang menyebar standar yang digunakan untuk

menyederhanakan perhitungan diatas dari kombinasi standar tidak pasti. Secara

luas diperkenalkan ke dalam metode yang diberikan dalam lampiran E. Lembaran

yang menyebar diisi ke dalam nilai yang diperkirakan yang ditunjukkan ke dalam

nilai yang ditunjukkan ke dalam tabel.

Pada akhirnya lembaran yang menyebar tadi menguji kontribusi relatip

dari parameter yang berbeda. Bagian dari masing – masing kontribusi dapat

dengan mudah dilihat dengan menggunakan tampilan histogram dari standar

ketidakpastian relatip.

Kontribusi dari ketidakpastian pada volume titrasi VT menjadi lebih jauh.

Prosedur berat dan pemurnian dari titrasi standar menunjukkan urutan yang sama

dari jarak untuk standar ketidakpastian relatipnya, dimana ketidakpastian dalam

berat formula hampir mendekati dari jarak yang lebih kecil dari sebelumnya.

Perluasan ketidakpastuan u(CNaOH) diperoleh dengan mengalikan kombinasi

(62)

Gambar 4.5 : Metode perhitungan ketidakpastian Kragten Spreadsheet untuk

penentuan asam lemak bebas dengan metode titrasi netralisasi.

Gambar 4.6 : Histogram hubungan ketidakpastian standar gabungan dengan

kontribusi masing – masing komponen pada penentuan asam lemak

bebas dengan metode titrasi netralisasi.

Nilai parameter yang dibrikan dalam baris kedua dari C2-F2. Standar ketidakpastiannya

dimasukkan ke dalam baris dibawahnya(C3-F3). Nilai dari spreadsheet dari C2-F2 di

dalam kolom kedua dari B5-B8. C5 menunjukkan nilai dari mKHP dari C2 ditambahkan

(63)

4.2.2 Penentuan ketidakpastian dalam analisis Fe2+ dengan metode spektrofotometri

4.2.2.1 Sumber-sumber ketidakpastian

Sumber-sumber ketidakpastian yang terdapat pada analisis Fe2+ dengan metode spektrofotometri adalah:

a. Variasi random dalam pengukuran y, yang mempengaruhi respons larutan standar kalibrasi yi dan respon larutan yang diukur y0.

b. Variasi random yang berasal dari kesalahan dalam memperoleh nilai

larutan standar kalibrasi xi.

c. Hubungan linier antara xidan yi.

d. Nilai-nilai xi dan yi yang mengandung ketidakpastian konstan, yang

muncul karena nilai x dihasilkan daari sederetan pengenceran larutan stok, dan juga karena nilai y diperoleh dari pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer.

Keempat sumber-sumber ketidakpastian diatas akan lebih jelas dilihat

(64)

Kurva kalibrasi Asampel Mkristal Pkristal v5 Vi_st

Rep drift rep drift cal cal

tare temp temp rep drift

round round rep rep Ai rep Ci_st round

cal cal cal drift

temp temp temp

rep rep rep Linearitas round

V100 V500 Vi_50

cal rep CFe(II) V50 cal rep

temp V50 L

temp

(65)

Kurva kalibrasi Asampel Mkristal Pkristal v5 Vi_st

Rep drift rep drift cal cal

tare temp temp rep drift

round round rep rep Ai drift Ci_st round

cal cal cal

temp temp temp

V100 V500 Vi_50 Linearitas round

mkristal cal rep CFe(II) V5 V50 cal rep

Vi_st temp V40 L

V100 cal V500

Vi_50 Ai

Asampel V50 V40 Rep

Gambar 4.8 : Diagram Ishikawa untuk Analisis Larutan Fe2+ dengan Metode

(66)

4.2.2.2Perhitungan ketidakpastian standar 4.2.2.2.1 Perhitungan ketidakpastian tipe A

Repeatability (rep)

Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai Sx0 0,0039 mg/L. Nilai ini merupakan

nilai ketidakpastian dalam pengukuran y, yang mempengaruhi respon larutan standar kalibrasi yi dan respon larutan yang diukur y0 yang dilambangkan dengan u(x0, yi).

Nilai ketidakpastian yang berasal dari kesalahan dalam memperoleh nilai

larutan standar kalibrasi xi dilambangkan dengan u(x0,xi), biasanya sangat kecil

dibandingkan dengan ketidakpastian u(x0,yi) sehingga diabaikan.

Dari hasil pengolahan data pada tabel 3.3, tampak bahwa Fhitung lebih kecil

daripada Ftabel, sehingga hipotesis nol diterima dan gterdapat hubungan antara y

dan x. Hal ini berarti ketidakpastian karena hubungan linear x dan y tidak cukup besar untuk mempengaruhi ketidakpastian standar gabungan sehingga diabaikan.

Oleh karena komponen ketidakpastian u(x0,xi) dan hubungan linearitas

antara x dan y diabaikan, maka hanya kontribusi ketidakpastian Sx0 yang

digunakan dalam perhitungan ketidakpastian standar gabungan, dan nilai ini sudah

termasuk nilai komponen ketidakpastian repeatability untuk semua sumber ketidakpastian pada analis dengan metode spektrofotometri.

4.2.2.2.2 Perhitungan ketidakpastian tipe B

Nilai-nilai x dan y mengandung ketidakpastian konstan yang dikarenakan xi

dihasilkan dari sederetan pengenceran larutan stok dan juga karena yi dihasilkan

(67)

Ketidakpastian standar kemurnia kristal Fe(NH4)3(S04)2.6H2O [u(Pkristal)]

Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai u(Pkristal) 0,0058 gram. Nilai ini

diperoleh dari nilai kemurnian kristal yang diberikan oleh supplier, yaitu 100% ±

1%, yang diasumsikan sebagai distribusi seragam karena tidak ada informasi

mengenai tingkat kepercayaan yang diberikan.

Ketidakpastian standar massa kristal [u(mkristal)]

Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai u(mkristal) 0,00017 gram. Dimana

perkalian dua pada persamaan ketidakpastian standar gabungan

komponen-komponennya, dikarenakan penimbangan dilakukan dengan cara mengurangkan

massa kristal dan wadah (gross) dengan massa sisa sedikit kristal dan wadah (tare), yang mana keduannya mempunyai komponen-komponen ketidakpastian yang sama, yaitu drift dan pembulatan angka (round) pada neraca, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.12. Kareena tidak dilakukan penelitian khusus untuk

menentukan nilai ketidakpastian drift, nilai ini diperoleh dari katalog supplier

neraca yang digunakan. Sedangkan ketidakpastian round adalah setengah digit

terakhir yang mampu dibaca oleh neraca.

Ketidakpastian standar labu takar 100 mL [u(V100)]

Dari hasil pengolahan data, diperoleh u(V100) 0,13 mL. Nilai ini diperoleh dari

penggabungan dua komponen ketidakpastian labu takar 100 mL, yaitu

ketidakpastian kalibrasi dan perbedaan suhu kalibrasi dengan suhu laboratorium.

Nilai ktidakpastian kalibrasi diperoleh dari nilai yang tertera pada peralatan labu

takar 100 mL, yaitu (100 ± 0,08) mL. Karena tidak ada informasi lain tentang

tingkat kepercayaan, dan karena asumsi supplier mengkalibrasi peralatan ini

dengan ketelitian yang tinggi, maka ketidakpastian ini diasumsikan sebagai

(68)

mengalikan perbedaan suhu kalibrasi dengan siuhu laboratorium, yang bervariasi

±10oC (suhu kalibrasi adalah 20oC), dengan koefisien ekspansi volume air. Karena variasi ini tidak diamati secara khusus, maka diasumsikan sebagai

distribusi seragam.

Ketidakpastian standar labu takar 500 mL [u(V500)]

Dari hasil pengolahan data, diperoleh u(V500) 0,61 mL. Nilai ini diperoleh dari

penggabungan ketidakpastian kalibrasi dan perbedaan suhu kalibrasi dengan suhu

laboratorium. Nilai ketidakpastian kalibrasi diperoleh dari nilai toleransi yang

tertera pada peralatan labu takar 500 mL, yaitu (500 ± 0,15), yang dikalibrasi pada

suhu 20oC, yang diasumsikan sebagai distribusi segitiga. Sedangkan komponen ketidakpastian suhu diperoleh dengan mengalihkan perbedaan suhu kalibrasi

dengan suhu laboratorium dengan koefisien ekspansi volume air.

Ketidakpastian standar pipet volume 5 M [u(V5)]

Dari hasil pengolahan data, diperoleh u(V5) 0,0073 mL. Nilai ini diperoleh dari

penggabungan ketidakpastian kalibrasi dan perbedaan suhu kalibrasi dengan suhu

laboratorium. Nilai ketidakpastian kalibrasi diperoleh dari nilai toleransi yang

tertera pada peralatan pipet volume 5 mL, yaitu (5 ± 0,001)mL, yang dikalibrasi

pada suhu 20oC. Sedangkan komponen ketidakpastian suhu diperoleh dengan mengalikan perbedaan suhu kalibrasi dengan suhu laboratorium dengan koefisien

Gambar

Gambar 2.1 : Bagan alat spektrofotometri UV-VIS
Tabel 4.1. Data absorbansi larutan standar Fe2+
Tabel 4.2. Tabel data perhitungan persamaan garis regresi
Tabel 4.3. Tabel ANAVA untuk uji Linearitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan analisa penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak CPO (crude palm oil) di PTPN IV Unit Usaha Adolina Perbaungan dengan menggunakan metode titrasi

RBDPO ( Refined Bleached Deodorized Palm Oil) merupakan produk yang dihasilkan setelah melewati proses netralisasi dimana pada tahap ini terjadi penurunan asam lemak bebas

kadar asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak sawit mentah (crude palm

Semakin rendah kadar ALB CPO dan semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan untuk pasca netralisasi, maka kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit pasca netralisasi

Jumlah massa bioadsorben dari enceng gondok, berpengaruh terhadap berkurangnya kadar Asam Lemak Bebas (FFA), Bilangan Peroksida dan Absorbansi Warna yang terdapat dalam

Telah dilakukan penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air pada minyak CPO dari Storage Tank PTP.Nusantara IV PKS Dolok Ilir.Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Telah dilakukan penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air pada minyak CPO dari Storage Tank PTP.Nusantara IV PKS Dolok Ilir.Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Semakin rendah kadar ALB CPO dan semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan untuk pasca netralisasi, maka kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit pasca netralisasi