UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU
PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS
SILINDER TUNGGAL
SKRIPSI
OLEH
ADELLA GINTING 100308044
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU
PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS
SILINDER TUNGGAL
SKRIPSI Oleh :
ADELLA GINTING
100308044/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Achwil Putra Munir, STP, M.Si Nazif Ichwan, STP, M.Si
ABSTRAK
ADELLA GINTING: Uji Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.
Pengupasan kulit kopi masih terdapat sebagian biji kopi pecah dan buah kopi tidak terkupas. Mutu kopi dipengaruhi oleh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, persentase buah tidak terkupas, persentase biji kopi pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit keluar di pengeluaran biji. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu jarak rotor (0,8, 1,0, 1,2 dan 1,4 cm) dan variasi bentuk mata pisau (linear, lengkung, segitiga dan setengah lingkaran).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rotor memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter. Variasi bentuk mata pisau memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji kopi di pengeluaran kulit. Interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua perlakuan kecuali persentase kulit di pengeluaran biji dan persentase biji di pengeluaran kulit. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan dengan jarak 1,0 cm dengan bentuk mata pisau setengah lingkaran yang menghasilkan kapasitas efektif alat sebesar 170,787 Kg/jam, persentase buah kopi tidak terkupas sebesar 8,3%, persentase biji kopi pecah 2,8%, persentase biji di pengeluaran kulit 9,8% dan persentase kulit di pengeluaran biji 8,3%.
Kata kunci: kopi, pengupasan, jarak rotor, mata pisau
ABSTRACT
ADELLA GINTING: Test of Rotor Gap and Varian of Blade Shape on Mechanical Coffee Pulper Equipment Singular Cylinder, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.
Pulping of coffee there were still crushed coffee beans and unpeeled coffee. Quality of coffee affected by rotor gap and blade variation. This research was held to test the rotor gap and blade variation of parameters measured were on the effective capacity of the equipment, unpeeled beans percentage, crushed beans percentage, percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. This research using factorial completely randomized design with two factors which were rotor gap (0,8, 1,0, 1,2, 1,4 cm) and variant of blade (linear, curve, triangle and half of circle).
The result showed that the rotor gap had significantly affected all parameters. Variant of blade had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output. The interaction of the two factors had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. The best result was the combination at 1,0 cm gap with half of circle blade which resulted effective capacity in amount of 170,787 kg/hour, unpeeled beans percentage was 8,3%, crushed beans percentage was 2,8%, percentage beans in wet skin output was 9,8%, percentage wet skin in beans output was 8,3%.
RIWAYAT HIDUP
Adella Ginting dilahirkan di Berastagi pada tanggal 4 September 1992 dari
ayah Rasmi Ginting dan ibu Alm. Jenda Mehuli Br Barus. Penulis merupakan
anak keempat dari empat bersaudara.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi dan tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian Saringan
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program
Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian USU.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik
Pengolahan Karet (PPK) di PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Ribbed
Smoke Sheet (RRS) Kebun Bandar Betsy, Kec. Bandar Huluan, Kab.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul ”Uji Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas
Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal” yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
kepada Bapak Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberikan masukan, saran dan kritikan berharga bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, juga kepada kedua orang
tua dan Andrias Ginting yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Everedy
Ginting dan Andal Adios Ginting yang telah bersedia membantu biaya penulis
selama perkuliahan berlangsung hingga selesai serta teman-teman yang membantu
penulis selama penelitian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Mei 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN
Peranan Mekanisasi Pertanian... 12
Komponen Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis ... 13
Motor bakar ... 13
Mekanisme Pembuatan Alat ... 18
Kapasitas Kerja Alat Dan Mesin Pertanian ... 18
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 19
Bahan dan Alat ... 19
Metode Penelitian ... 19
Model Rancangan Penelitian... 20
Komponen Alat ... 21
Persiapan Penelitian ... 22
Prosedur Penelitian ... 23
Parameter Penelitian ... 24
Kapasitas efektif alat ... 24
Persentase biji kopi pecah ... 24
Persentase biji keluar di pengeluaran kulit ... 24
Persentase kulit buah keluar di pengeluaran biji ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 26
Kapasitas Efektif Alat ... 32
Pengaruh jarak rotor dan stator ... 32
Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 35
Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 36
Persentase Buah Tidak Terkupas ... 39
Pengaruh jarak rotor dan stator ... 39
Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 41
Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 44
Persentase Biji Kopi Pecah ... 46
Pengaruh jarak rotor dan stator ... 46
Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 48
Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 49
Persentase Biji Keluar di Pengeluaran Kulit ... 51
Persentase Kulit Keluar di Pengeluaran Biji ... 52
Pengaruh jarak rotor dan stator ... 52
Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 53
Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 55
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56
Saran ... 57
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Pengaruh jarak rotor dan stator terhadap parameter yang diamati ... 27
2. Pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati ... 28
3. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efetif alat ... 33
4. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas
efektif Alat ... 35
5. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau
terhadap kapasitas efektif alat ... 37
6. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase buah tidak terkupas ... 39
7. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap
persentase buah tidak terkupas ... 41
8. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah tidak terkupas ... 44
9. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase biji kopi pecah ... 46
10. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap
persentase biji kopi pecah ... 48
11. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap biji kopi pecah ... 50
12. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase kulit keluar di pengeluaran biji ... 52
13. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Mata pisau bentuk linear ... 30
2. Mata pisau bentuk lengkung ... 31
3. Mata pisau bentuk segitiga ... 31
4. Mata pisau bentuk setengah lingkaran ... 32
5. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat ... 34
6. Hubungan variasi bentuk mata pisau dengan kapasitas efektif alat ... 36
7. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat ... 38
8. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase buah tidak terkupas ... 40
9. Hubungan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah yang tidak terkupas ... 43
10. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah yang tidak terkupas ... 45
11. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase biji kopi pecah ... 47
12. Hubungan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase biji kopi Pecah ... 49
13. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase biji kopi pecah ... 51
14. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase kulit di pengeluaran biji ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Flowchart penelitian ... 60
2. Data pengamatan kapasitas efektif alat (kg/jam) ... 61
3. Data pengamatan persentase buah tidak terkupas (%) ... 62
4. Data pengamatanpersentase biji kopi pecah (%) ... 63
5. Data pengamatan persentase biji kopi di pengeluaran kulit (%) ... 64
6. Data pengamatan persentase kulit kopi di pengeluaran biji (%) ... 65
7. Data analisis ekonomi ... 66
8. Gambar alat pengupas kulit kopi mekanis ... 74
9. Gambar teknik alat ... 76
ABSTRAK
ADELLA GINTING: Uji Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.
Pengupasan kulit kopi masih terdapat sebagian biji kopi pecah dan buah kopi tidak terkupas. Mutu kopi dipengaruhi oleh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, persentase buah tidak terkupas, persentase biji kopi pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit keluar di pengeluaran biji. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu jarak rotor (0,8, 1,0, 1,2 dan 1,4 cm) dan variasi bentuk mata pisau (linear, lengkung, segitiga dan setengah lingkaran).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rotor memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter. Variasi bentuk mata pisau memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji kopi di pengeluaran kulit. Interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua perlakuan kecuali persentase kulit di pengeluaran biji dan persentase biji di pengeluaran kulit. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan dengan jarak 1,0 cm dengan bentuk mata pisau setengah lingkaran yang menghasilkan kapasitas efektif alat sebesar 170,787 Kg/jam, persentase buah kopi tidak terkupas sebesar 8,3%, persentase biji kopi pecah 2,8%, persentase biji di pengeluaran kulit 9,8% dan persentase kulit di pengeluaran biji 8,3%.
Kata kunci: kopi, pengupasan, jarak rotor, mata pisau
ABSTRACT
ADELLA GINTING: Test of Rotor Gap and Varian of Blade Shape on Mechanical Coffee Pulper Equipment Singular Cylinder, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.
Pulping of coffee there were still crushed coffee beans and unpeeled coffee. Quality of coffee affected by rotor gap and blade variation. This research was held to test the rotor gap and blade variation of parameters measured were on the effective capacity of the equipment, unpeeled beans percentage, crushed beans percentage, percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. This research using factorial completely randomized design with two factors which were rotor gap (0,8, 1,0, 1,2, 1,4 cm) and variant of blade (linear, curve, triangle and half of circle).
The result showed that the rotor gap had significantly affected all parameters. Variant of blade had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output. The interaction of the two factors had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. The best result was the combination at 1,0 cm gap with half of circle blade which resulted effective capacity in amount of 170,787 kg/hour, unpeeled beans percentage was 8,3%, crushed beans percentage was 2,8%, percentage beans in wet skin output was 9,8%, percentage wet skin in beans output was 8,3%.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan
dunia yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen.
Kopi, meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini
mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Areal
perkebunan kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai lebih dari 1,210 juta
hektar dengan total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96% diantaranya adalah
areal perkebunan kopi rakyat, dengan jumlah petani yang terlibat sebanyak
1.881.694 KK. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai
sebesar 2,11 % per Tahun (Ditjenbun, 2012).
Bagi petani, kopi mempunyai peranan yang sangat penting karena kopi
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kopi telah menjadi sumber pendapatan
bagi mereka. Tanpa perlu pemeliharaan dan perawatan yang khusus, produksi
kopi yang dihasilkan lumayan untuk menambah penghasilan. Jika pemeliharaan
dan perawatan dilakukan cukup baik maka usaha bertani kopi akan mendapat
keuntungan yang lebih besar.
Salah satu dari proses pengolahan kopi yang memerlukan penerapan
teknologi pascapanen adalah proses pengupasan kulit kopi basah atau daging
buah. Pada perkebunan rakyat Indonesia, pengolahan pengupasan kulit kopi pada
umumnya masih menggunakan alat pengupas kulit kopi manual dan semi
kopi basah dengan biji kopi sehingga memiliki keterbatasan dalam kapasitas
hasilnya (Simanullang, 2013).
Untuk meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi
prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan
prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian.
Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki
penanganan pascapanen yang baik. Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah
sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan
kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan
terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini
mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang
kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya alam dengan
motor secara langsung mempengaruhi secara langsung perkembangan dari alat
mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Keberhasilan penanganan pascapanen sangat tergantung dari mutu bahan
baku dari kegiatan proses produksi/budidaya, karena itu penanganan proses
produksi di kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara
budidaya yang baik dan benar. Sehingga dapat menjadi jaminan bagi konsumen,
bahwa produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses yang
efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian petani akan
mendapatkan nilai tambah berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar
yang memadai (Ditjenbun, 2012).
Pada umumnya, alat pengupas kulit kopi mekanis (pulper) yang beredar di
tersebut yaitu masih banyak terdapat biji pecah, buah kopi yang tidak terkelupas
kulitnya, dari corong pengeluaran kulit terikut biji dan dari corong pengularan biji
terikut kulit. Biji pecah merupakan salah satu cacat mutu dari biji kopi.
Pada alat pengupas kulit kopi mekanis (pulper), rotor dan stator
merupakan komponen yang sangat penting. Karena kedua komponen ini yang
menentukan mutu hasil dan kapasitas produksi kopi tersebut. Jarak antara kedua
komponen ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil biji kopi. Apabila
jaraknya terlalu dekat ataupun sempit maka biji kopi yang dihasilkan pecah
(cacat) dan apabila jaraknya terlalu jauh maka buah kopi tidak terkelupas.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya
dimana alat pengupas kulit kopi mekanis (pulper) tersebut hanya menggunakan
satu jenis mata pisau pengupas. Pada penelitian ini, akan dilakukan pengupas kulit
kopi dengan menggunakan variasi bentuk mata pisau yang berbeda-beda yakni
bentuk lengkung, bentuk segitiga dan bentuk setengah lingkaran. Hal ini
dikarenakan diduga adanya pengaruh variasi mata pisau terhadap kapasitas
produksi yang dihasilkan oleh alat pengupas kulit kopi mekanis tersebut. Dan
diharapkan dengan penggunaan mata pisau yang bervariasi dapat meningkatkan
kapasitas produksi pada alat pengupas kulit kopi mekanis.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji jarak rotor dan variasi bentuk mata
pisau terhadap kapasitas efektif alat, persentase buah tidak terkupas, persentase
biji kopi pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai alat pengupas kulit kopi mekanis.
3. Bagi masyarakat sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
terutama petani kopi.
Hipotesis Penelitian
Diduga ada pengaruh jarak antara rotor dan stator juga variasi bentuk mata
pisau terhadap kapasitas efektif alat, persentase biji tidak terkelupas, persentase
biji pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit keluar
di pengeluaran biji.
Batasan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi
Kopi merupakan suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana
saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang
sangat dingin atau pada daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi
kehidupan tanaman. Mutu kopi yang baik sangat tergantung pada jenis bibit yang
ditanam, keadaan iklim, tinggi tempat dan lain-lain. semua ini dapat
mempengaruhi perkembangan hama dan penyakit pada tanaman tersebut, cuaca
juga sangat berpengaruh terhadap produksi kopi (AAK, 1991).
Perkembangan kopi
Tanaman kopi mulai dikenal di benua Afrika dari Etiopia. Pada mulanya,
tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk dan masih
tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi. Minuman kopi sangat digemari oleh
bangsa Etiopia dan Abessinia karena berkhasiat menyegarkan badan. Oleh karena
itu, ketika mengembara ke wilayah-wilayah lain, buah kopi juga ikut dibawa dan
tersebar, antara lain ke negara-negara Arab, Persia (sekarang Irak) hingga Yaman.
Sejak ditemukannya cara pengolahan buah kopi yang lebih baik, kopi pun menjadi
terkenal hingga tersebar ke berbagai negara di Eropa, Asia, dan Amerika
(Najiyati dan Danarti, 2004).
Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman
yang berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi pertama kali dibawa ke pulau Jawa
pada tahun 1696, tetapi pada saat itu dilakukan masih dalam taraf percobaan. Di
karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi dengan baik. Bibit
kopi Indonesia didatangkan dari Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan
adalah kopi arabika (AAK, 1991).
Botani tanaman kopi
Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat
telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang, dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 1997).
Adapun sistem taksonomi kopi secara lengkap:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (tumbuhan berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
(Rahardjo, 2012).
Jenis tanaman kopi
a. Kopi Arabika
Kopi yang berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm,
panjang buah 1,5 cm.
b. Kopi Canephora (Robusta)
Berdaun besar, panjang daun lebih dari 20 cm x 10 cm bergelombang,
sedangkan panjang buah ±1.2 cm.
c. Kopi Liberika
Daun lebar, besar, mengkilat, buah besar sampai 2/3 cm, tetapi biji kecil
(AAK, 1991).
Pemanenan buah kopi
Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah
masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.
Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika
setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi
kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Tanaman kopi tidak
berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan:
1) Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Pemetikan lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena
terlambat pemetikan.
4) Pemetikan racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah
kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Kematangan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan daging buah. Buah
kopi masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung
senyawa gula yang relatif lebih tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging
buah muda sedikit lebih keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena
senyawa gula belum terbentuk secara maksimal. Secara teknis panen buah kopi
masak memiliki keuntungan dibandingkan panen buah kopi muda, antara lain:
1. Mudah diproses karena kulitnya mudah terkelupas.
2. Rendemen hasil (perbandingan berat biji kopi beras per berat buah segar)
lebih tinggi.
3. Biji kopi lebih bernas sehingga ukuran biji lebih besar (tidak pipih).
4. Waktu pengeringan lebih cepat.
5. Warna biji dan cita rasanya lebih baik.
(Budiman, 2012).
Pengolahan kopi
Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering
yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Pengolahan buah kopi
bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji
tersebut sehingga diperoleh kopi beras dengan kadar air tertentu dan siap di
pasarkan.
Kadar air kopi beras optimum adalah 10-13%. Bila kadar air kopi beras
lebih dari 13%, biasanya akan mudah diserang cendawan, sedangkan bila kurang
daro 10% akan mudah pecah. Pengolahan buah kopi hingga diperoleh kopi beras
tergantung jenisnya. Bobot kopi robusta menurun hingga menjadi 22%, kopi
arabika menjadi 18%, dan kopi liberika sekitar 12% (Najiyati dan Danarti, 2004).
Pengolahan buah kopi selama ini dikenal dua cara yaitu, pengolahan kopi
buah kering (dry process) dan pengolahan buah kopi secara basah (wet process).
Perbedaan kedua cara pengolahan buah kopi tersebut terletak pada adanya
penggunaan air yang diperlukan untuk pengupasan kulit buah kopi maupun
pencucian biji kopi (Rahardjo, 2012).
Pengupasan kulit kopi
Pengupasan kulit buah kopi basah (pulping) merupakan salah satu tahapan
proses pengolahan kopi yang membedakan antara pengolahan kopi secara basah
dan kering. Pada pengolahan basah, buah kopi yang sudah mencapai tingkat
kematangan yang optimal antara lain ditandai oleh kulit buah yang berwarna
merah seragam dan segar harus segera dikupas dan dipisahkan dari bagian biji
kopi berkulit cangkang.
Kulit buah basah dipisahkan dari komponen biji kopi berkulit cangkang
karena adanya gaya gesek dan pengguntingan yang berlangsung didalam celah
diantara permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan plat atau pisau
yang diam (stator). Rotor memiliki permukaan yang bertonjolan atau
bergelembung (buble plate) yang dibuat dari bahan logam lunak jenis tembaga
(Widyotomo, 2010).
Pulping bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit buahnya sehingga
diperoleh biji kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduknya. Pemisah kulit ini
mesin pulper, tetapi yang sering digunakan adalah vis pulper dan raung pulper.
Perbedaan kedua alat tersebut adalah vis pulper hanya berfungsi sebagai pengupas
kulit saja, sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci lagi. Sedangkan raung
pulper berfungsi pula sebagai pencuci sehingga kopi yang keluar dari mesin tidak
perlu lagi difermentasi dan dicuci lagi tetapi langsung masuk ke tahap
pengeringan (Najiyati dan Danarti, 1997).
Bagian terpenting dari mesin pulper adalah silinder dan plat pememar.
Melalui kedua bagian tersebut, kulit kopi terjepit dan terkupas. Terkadang buah
kopi yang keluar dari mesin pulper kulitnya belum terkelupas seluruhnya. Oleh
karena itu, kulit buah yang belum terkupas harus dikumpulkan, lalu dimasukkan
ke mesin pulper lagi hingga seluruh kulit terkupas. Ruang antara silinder dan plat
pememar harus dipersempit agar kulit buah kopi berukuran kecil dapat terkupas.
Lubang tidak boleh terlalu sempit dan tidak boleh terlalu longgar. Lubang yang
terlalu sempit akan mengakibatkan banyak biji yang pecah atau kulit tanduknya
terkupas sehingga menghasilkan kopi bermutu rendah. Sebaliknya, lubang yang
terlalu longgar mengakibatkan banyak kulit buah kopi yang tidak terkupas
sehingga harus dimasukkan lagi ke mesin pulper (Najiyati dan Danarti, 2004).
Buah kopi dikupas kulitnya menggunakan mesin pengupas (pulper) yang
digerakkan dengan tenaga manusia maupun mesin. Kulit buah yang masih
tercampur dengan biji dipisahkan sampai diperoleh biji kopi yang bebas dari kulit
buah. Saat pelaksanaan pengupasan kulit buah kopi sering kali dilakukan
pemisahan buah yang terapung di atas air. Biasanya buah kopi yang mengapung
Umumnya, proses pengupasan kulit buah kopi basah yang digerakkan
dengan sumber tenaga manual ataupun motor bakar. Unit pengupas merupakan
komponen terpenting dari mesin pengupas kulit buah yang terdiri dari silinder
berputar dan plat diam. Mekanisme kerja pengupasan kulit buah kopi serupa
dengan proses pengguntingan, namun karena permukaan buah yang bulat dan
licin, maka pengguntingan hanya terjadi pada komponen kulit buah yang memiliki
sifat lunak (Widyotomo, dkk, 2011).
Penanganan atau pengelolaan lepas panen mempunyai beberapa kegiatan
atau perlakuan yang sangat perlu diperhatikan, misalnya dalam hal pengeringan,
penyortiran, pengolahan hasil (penghilangan kulit atau bagian-bagian yang dapat
merusak mutu, pemisahan hasil yang baik dengan yang kurang baik), penyiapan
hasil agar mudah digunakan atau diperdagangkan, penyimpanan hasil dalam
wadah dan tempat (ruangan) yang memenuhi persyaratan agar tidak rusak
mutunya (Kartasapoetra, 1994).
Kinerja mesin pengupas sangat tergantung pada kemasakan buah,
keseragaman ukuran buah dan celah (gap) antara rotor dan stator. Mesin akan
berfungsi dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup masak karena kulit
dan daging buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya, buah muda relatif
sulit dikupas. Lebar celah diatur sedemikian rupa menyesuaikan dengan ukuran
buah kopi sehingga buah kopi yang ukurannya lebih besar dari lebar celah akan
terkelupas. Buah kopi hasil panen sebaiknya dipisahkan atas dasar ukurannya
sebelum dikupas supaya hasil kupasan lebih bersih dan jumlah biji pecahnya
Peranan Mekanisasi Pertanian
Ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari penguasaan dan
pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia
dalam bidang pertanian, untuk kesejahteraan manusia. Pengertian pertanian dalam
hal ini adalah pertanian dalam arti yang seluas-luasnya (Sukirno, 1999).
Perlakuan terhadap suatu bahan sehingga berubah seperti yang
dikehendaki, memerlukan suatu dasar pengetahuan operasi sebagai kesatuan
operasi. Penetapan langsung pada hasil-hasil pertanian akan memerlukan berbagai
alat-peralatan sebagai sarana dalam operasi masing-masing dan menghasilkan
produk-produk yang dikehendaki. Maka dalam operasinya perlu diketahui pula
berbagai peralatan pengolahan, metode, cara kerja alat-peralatan, perawatan,
pengamanan dan lain sebagainya. Pengenalan alat-peralatan, operasi dan berbagai
metode pengolahan akan sangat membantu dalam memilih, menetapkan cara-cara
pengolahan yang tepat untuk berbagai komoditi yang beraneka ragam
(Heddy, dkk, 1994).
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu
yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima.
Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,
tujuan mekanisasi pertanian adalah:
a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi dan memungkinkan
pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga)
menjadi tipe pertanian komersil (commersial farming).
e. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi
sifat industri dan dapat mendorong tahap tinggal landas.
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemulihan alat
mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaanya tidak
tepat hal sebaliknya akan terjadi (Rizaldi, 2006).
Komponen Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis
Motor bakar
Motor bakar adalah mesin atau sumber tenaga yang digunakan untuk
memutar silinder dengan tenaga sebesar 5 HP. Motor bakar bensin 5 PK dapat
digunakan sebagai mesin pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200-300 kg buah
kopi per jam (Budiman, 2012).
Poros putaran
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Menurut Sularso dan Suga (2004), hal-hal yang perlu diperhatikan didalam
merencanakan sebuah poros adalah:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak,
harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat
untuk menahan beban-beban di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu,
disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran
kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang
berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida
yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan
terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
Puli
Menurut Daryanto (1994), ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan
untuk sabuk penggerak yaitu :
- Pulley datar
Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk
yang bervariasi.
- Pulley mahkota
Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut
sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacam-macam
menurut kegunaannya
- Tipe lain
Pulley ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada
sabuk penggeraknya.
Pemasangan pulley antara lain dapat dilakukan dengan cara:
- Horizontal, pemasangan pulley dapat dilakukan dengan cara mendatar
dimana pasangan pulley terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan pulley dilakukan tegak dimana letak pasangan pulley
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran
pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
Sabuk-V
V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk Sabuk-V. Bagian sabuk yang sedang
membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian pengaruh
yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V
dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso dan Suga, 2004).
Pabrik memperkirakan ketahanan sabuk V untuk industri, dapat dipakai
untuk beberapa tahun. Berbeda dengan sabuk V untuk pertanian, yang mungkin
hanya dipakai beberapa jam saja selama setahun, maka sabuk V pertanian harus
lebih mampu menyalurkan data yang lebih besar dibandingkan sabuk V untuk
industri. Sebuah sistem untuk mendesain sabuk V mesin-mesin pertanian
berdasarkan tegangan puncak dan umur kelelahan (Daywin, dkk, 2008).
Baut mur
Baut mur sebagai pengikat dan pemasang yang banyak digunakan adalah
ulir segitiga (dengan putaran pengencangan kekanan). Baut dan mur pemasang
untuk bagian-bagian yang berputar dengan arah jarum jam, dibuat berulir kekiri
sehingga dijamin tidak akan terlepas waktu berputar. Baut dan mur dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti baja, kuningan, tembaga zinc, alumunium, dan
berbagai macam-macam diameter dan panjang (Putra, dkk, 2008).
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
awet. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik
maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat seperti semestinya.
Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi
Rotor dan stator
Mesin pengupas kulit buah kopi basah (pulper) digunakan untuk
memisahkan atau melepaskan komponen kulit buah dari bagian kopi berkulit
cangkang. Unit pengupas merupakan komponen terpenting dari mesin pengupas
kulit buah kopi yang terdiri dari selinder berputar (rotor) yang memiliki
permukaan bertonjolan dan permukaan plat atau pisau yang diam (stator).
Silinder berputar (rotor) dan permukaan plat atau pisau yang diam terbuat dari
bahan logam lunak jenis tembaga (Widyotomo, 2010).
Pengupasan kulit buah berlangsung di dalam celah antara permukaan
silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang diam (stator). Silinder
mempunyai profil permukaan yang bertonjolan atau sering disebut “buble
plate”dan terbuat dari bahan logam lunak jenis tembaga.
Silinder digerakkan oleh sebuah motor bakar atau motor diesel. Mesin
pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200-300 kg buah kopi per jam digerakkan
dengan motor bakar bensin 5 PK. Alat ini juga bisa dioperasikan secara manual
(tanpa bantuan mesin), namun kapasitasnya turun menjadi 80-100 kg buah kopi
per jam (Budiman, 2012).
Gaya tekan antara biji kopi dengan casing plat dan poros spine semakin
berkurang dengan bertambahnya jarak celah. Berkurangnya gaya tekan akan
berakibat semakin sedikit biji kopi yang dapat terkelupas karena proses
pengupasan gaya tekan yang diberikan harus lebih besar dari kekuatan biji kulit
kopi. Selain itu dengan semakin lebarnya jarak celah, maka gesekan antar biji
Mekanisme Pembuatan Alat
Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani
bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk
pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi
peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti
dengan baja tekan atau baja cetak. Bila mana hal ini dapat dilakukan maka dapat
mengurangi biaya pembuatan mesin dalam jumlah yang besar. Mesin akan
semakin ringan, tetapi kekuatan dan keawetannya dipertahankan dan bahkan
sering dapat ditingkatkan. Keberhasilan atau kegagalan suatu alat sering sekali
tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan
untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non
logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan
alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, Lt) per satuan
waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan
produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor.
Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW. Jam, Kg/kW. Jam atau Lt/kW. Jam
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Mei 2014 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah
kopi arabika, rotor, stator, baut, mur, sekrup, mata pisau bentuk linear, mata pisau
bentuk lengkung, mata pisau bentuk segitiga dan mata pisau bentuk setengah
lingkaran.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengupas
kulit kopi mekanis, alat tulis, stopwatch, kalkulator, komputer, timbangan dan
kamera.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan
acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yaitu jarak rotor dan variasi
bentuk mata pisau.
1. Faktor jarak rotor pada alat pengupas kulit kopi mekanis:
J1 = 0,8 cm
J2 = 1,0 cm
J3 = 1,2 cm
J4 = 1,4 cm
2. Faktor variasi bentuk mata pisau pada alat pengupas kulit kopi mekanis:
M2 = Mata pisau dengan bentuk lengkung
M3 = Mata pisau dengan bentuk segitiga
M4 = Mata pisau dengan bentuk setengah lingkaran
Banyaknya ulangan pada masing-masing perlakuan sebanyak tiga kali
ulangan. Sehingga kombinasi perlakuan (tc) sebanyak 4x4 = 16, maka jumlah
ulangan minimum perlakuan (n) adalah:
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16n- 16 ≥ 15
16n ≥ 31
n ≥ 1,93
n ≈ 2
Pada penelitian ini jumlah ulangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali maka
kombinasi perlakuan ada 16 (enam belas), yaitu:
1. J1M1 5. J2M1 9. J3M1 13. J4M1
2. J1M2 6. J2M2 10. J3M2 14. J4M2
3. J1M3 7. J2M3 11. J3M3 15. J4M3
4. J1M4 8. J2M4 12. J3M4 16. J4M4
Model Rancangan Penelitian
Model rancangan penelitian yang akan digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) faktorial
Yijk= µ + αi + βj+ (αβ)ij +εijk... (1)
Yijk = Hasil pengamatan dari faktor J pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf
ke-j dan ulangan ke-k.
µ = efek nilai tengah
αi = efek dari faktor J pada taraf ke-i
βj = efek dari faktor M pada taraf ke-j
(αβ)ij = efek interaksi dari faktor J pada taraf ke-i dengan faktor M pada taraf
ke- j
εijk = efek galat dari faktor J pada taraf ke-i dengan faktor M pada taraf ke-j
dengan ulangan ke-k
Komponen Alat
Alat pengupas kulit kopi mekanis ini mempunyai beberapa komponen
penting yaitu :
1. Rangka alat
Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat
lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 65 cm,
tinggi 126 cm, dan lebar 65 cm.
2. Motor bakar
Motor bakar berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak)
dengan daya 5,5 HP.
3. Saluran masukan (hopper)
Saluran masukan berfungsi untuk memasukkan buah kopi yang akan di
kupas ke dalam silinder.
Saluran keluaran yang berfungsi untuk menyalurkan biji kopi yang sudah
terpisah dari kulit buahnya ke tempat penampungan yang telah disediakan.
5. Saluran kulit kopi
Saluran keluaran yang berfungsi untuk mengeluarkan kulit kopi yang
sudah terpisah dari biji kopi.
6. Rotor
Rotor adalah silinder berputar yang mempunyai permukaan bertonjolan
yang berfungsi untuk mendorong buah kopi menuju stator. Rotor terbuat
dari bahan silinder yang berlapiskan stainless steel dengan ukuran
diameter 18 cm dan panjang 20 cm.
7. Stator
Stator adalah permukaan plat atau pisau yang diam. Komponen alat yang
terbuat dari pipa besi dilapisi dengan stainless stell yang berfungsi
mengupas kulit kopi.
8. Poros putaran
Poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam silinder. Poros
putaran berfungsi untuk memutar silinder yang terhubung dengan motor
bakar menggunakan pulley dan v-belt.
9. Puli pengupas
Puli pengupas merupakan komponen alat yang memutar rotor baik yang
digerakkan oleh motor bakar maupun tenaga manusia.
Persiapan Penelitian
1. Menyiapkan bahan untuk membuat mata pisau (stator) yaitu pipa besi dan
stainless steel.
2. Melakukan pengukuran terhadap pipa besi dan stainless steel dengan
ukuran yang ditentukan.
3. Memotong pipa besi dan stainless steel yang telah diukur membentuk
stator.
4. Membentuk stainless steel seperti bentuk segitiga, bentuk setengah
lingkaran dan bentuk lengkung sebagai mata pisau.
5. Memasang stainless steel yang sudah dilubangi pada pipa besi yang sudah
membentuk stator.
6. Memasang stator pada rangka alat.
B. Pemasangan mata pisau
1. Memasang mata pisau pada alat.
2. Mengatur jarak antara rotor dan stator.
C. Persiapan bahan
1. Menyiapkan buah kopi yang akan dikupas kulitnya.
2. Membersihkan buah kopi dari kotoran.
3. Menimbang bahan (buah kopi) yang akan dikupas.
4. Bahan siap untuk dikupas.
Prosedur Penelitian
1. Memasang unit pengupas stator sesuai rancangan.
2. Menimbang kopi arabika sebanyak 1 kg.
3. Mengatur jarak celah antara rotor dan stator sesuai dengan ukuran yang
4. Menghidupkan alat pengupas kulit kopi mekanis.
5. Melakukan pengamatan parameter.
6. Melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat (kg/jam)
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi banyaknya buah kopi
yang terkupas (kg) terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengupasan
(jam). Pengukuran kapasitas alat ditentukan dengan:
Kapasitas efektif alat = Berat kopi yang terkelupas (kg)
Waktu pengupasan (jam) ... (2)
Persentase buah tidak terkupas
Kriteria buah kopi yang tidak terkelupas yaitu buah kopi yang masih utuh
beserta kulitnya keluar dari lubang pengeluaran biji.
Pengukuran persentase bahan yang tidak terkelupas dapat ditentukan dengan:
Buah kopi yang tidak terkelupas (%) =Berat kopi yang tidak terkelupas (kg)
Berat kopi awal (kg) x100%
... (3)
Persentase biji kopi pecah
Kriteria biji kopi pecah yaitu biji kopi yang keluar dari pengeluaran biji
tidak utuh ataupun bijinya sudah mengalami kerusakan (retak).
Pengukuran persentase biji kopi yang pecah dapat ditentukan dengan:
Biji kopi yang pecah (%) = Berat kopi yang pecah (kg)
Berat kopi awal (kg) x 100 %...(4)
Persentase biji keluar di pengeluaran kulit buah
menyebabkan tambahan pekerjaan bagi petani yaitu untuk memisahkan biji
dengan kulit.
Pengukuran persentase biji kopi keluar dari pengeluaran kulit buah dapat
ditentukan dengan:
Biji kopi keluar di pengeluaran kulit (%)=
Biji kopi keluar di pengeluaran kulit (kg)
Berat kopi awal (kg) x 100 %...(5)
Persentase kulit buah keluar di pengeluaran biji
Kulit kopi terkadang terikut keluar pada pengeluaran biji. Hal ini
menyebabkan tambahan bagi para petani yaitu untuk memisahkan kulit dan biji.
Pengukuran persentase kulit kopi keluar di pengeluaran biji dapat
ditentukan dengan:
Kulit kopi keluar di pengaluaran biji (%) =
Berat kulit kopi yang keluar di pengeluaran biji (kg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan pengupasan kulit kopi terlebih dahulu dibersihkan
buah kopi dari dedaunan dan tangkai kopi yang terikut sewaktu pemanenan. Di
timbang kopi sebanyak 1 Kg untuk setiap perlakuan yang akan diamati. Kemudian
diatur jarak antara rotor dan stator sesuai dengan jarak yang ditentukan yang akan
diamati.
Pada penelitian sebelumnya, menurut Simanullang (2013) dihasilkan
kapasitas alat sebesar 117,39 kg/jam dengan menggunakan bentuk mata pisau
linear. Pada penelitian ini dihasilkan kapasitas efektif alat tertinggi 170,788
kg/jam dengan jarak rotor dan stator 1,0 cm dan bentuk mata pisau setengah
lingkaran. Perbedaan kapasitas tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu bentuk
mata pisau, jarak antara rotor dan stator, ukuran diameter kopi, kematangan buah
kopi dan operator pengoperasian alat. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyotomo
(2010) yang mengatakan buah kopi yang sudah mencapai tingkat kematangan
yang optimal antara lain ditandai oleh kulit buah yang berwarna merah seragam
dan segar harus segera dikupas. Menurut Budiman (2012) yang mengatakan
bahwa kematangan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan daging buah. Buah kopi
masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir sebaliknya daging buah muda
sedikit lebih keras, tidak berlendir.
Pengaruh Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa jarak rotor dan variasi
bentuk mata pisau berpengaruh terhadap kapasitas efektif alat (kg/jam), buah tidak
Tabel 1. Pengaruh jarak rotor dan stator terhadap parameter yang diamati
Tabel 1 menunjukkan bahwa jarak rotor dan stator memberikan pengaruh
terhadap parameter yang diamati. Kapasitas alat tertinggi terdapat pada perlakuan
J2 (jarak 1,0 cm) yaitu 98.848 Kg/jam sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan J4 (jarak 1,4 cm) yaitu 29,558 Kg/jam. Persentase buah tidak terkupas
tertinggi terdapat pada perlakuan J4 (jarak 1,4 cm) yaitu 16,625 % sedangkan
yang terendah terdapat pada perlakuan J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 6,125 %. Persentase
biji kopi pecah tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (jarak 1,0 cm) yaitu 4,725 %
sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 1,700 %.
Persentase biji keluar di pengeluaran kulit tertinggi terdapat pada perlakuan J3
(jarak 1,2 cm) yaitu 20,925 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan
J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 0,250 %. Persentase kulit keluar di pengeluaran biji
tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 13,225 % sedangkan
yang terendah terdapat pada perlakuan J4 (jarak 1,4 cm) yaitu 7,725 %. Hal ini
dikarenakan semakin besar jarak antara rotor dan stator maka buah kopi yang
terkelupas akan semakin sedikit sesuai dengan literatur Amelia, dkk (2008) yang
menyatakan bahwa gaya tekan antara biji kopi dengan casing plat dan poros spine
semakin berkurang dengan bertambahnya jarak celah. Berkurangnya gaya tekan
akan berakibat semakin sedikit biji kopi yang dapat terkelupas karena proses
dari kekuatan biji kulit kopi. Selain itu dengan semakin lebarnya jarak celah,
maka gesekan antar biji kopi akan semakin berkurang.
Tabel 2. Pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati
Tabel 2 menunjukkan bahwa variasi bentuk mata pisau memberikan
pengaruh terhadap kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada perlakuan M4
(mata pisau bentuk setengah lingkaran) yaitu 76,278 Kg/Jam sedangkan yang
terendah terdapat pada perlakuan M2 (mata pisau bentuk lengkung) yaitu 40,540
Kg/Jam. Persentase buah tidak terkupas tertinggi terdapat pada perlakuan M4
(mata pisau bentuk setengah lingkaran) yaitu 13,725 % sedangkan yang terendah
terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear) yaitu 7,450 %. Persentase
biji kopi pecah tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear)
yaitu 5,675 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M2 ( mata pisau
bentuk lengkung) yaitu 1,250 %. Persentase biji keluar di pengeluaran kulit
tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear) yaitu 17,375 %
sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M2 (mata pisau bentuk
lengkung) yaitu 9,425 %. Persentase kulit keluar di pengeluaran biji tertinggi
terdapat pada perlakuan M2 (mata pisau bentuk lengkung) yaitu 12,550 %
sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear)
Ukuran diameter buah kopi yang tidak terkupas ataupun yang tertinggal di
pengeluaran biji. Pada jarak rotor dan stator 0,8 cm ukuran yang tertinggal
ataupun yang tidak terkupas yaitu 0,8-0,9 cm, jarak 1 cm ukuran kopi yang
tertinggal berdiameter 0,8-1,1 cm, jarak 1,2 cm ukuran buah kopi yang tertinggal
berdiameter 0,8-1,2, jarak 1,4 cm ukuran buah kopi yang tertinggal berdiameter
1-1,4 cm. Sesuai dengan literatur AAK (1991) yang menyatakan ciri-ciri kopi
arabika sebagai berikut kopi arabika merupakan kopi yang berdaun kecil, halus
mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm, panjang buah 1,5 cm.
Biji kopi yang rusak ataupun pecah diakibatkan oleh beberapa hal yaitu
jika jarak rotor dan stator terlalu sempit dan diameter kopi yang lebih besar maka
hasilnya buah kopi yang terkupas akan rusak ataupun pecah. Jika jarak antara
rotor dan stator terlalu besar hal ini menyebabkan biji kopi lebih banyak terikut di
saluran kulit. Oleh karena itu, biji kopi yang terikut di saluran kulit lebih banyak
pecah dibandingkan saluran biji.
Perbedaan waktu pada saat pengupasan kulit kopi disebabkan oleh
beberapa hal yaitu kematangan buah, jarak antara rotor dan stator. Jika buah
terlalu matang maka pengupasan akan cepat tetapi jika buah tidak matang maka
pengupasan cukup lama. Jarak antara rotor dan stator juga sangat berpengaruh,
jika jaraknya sempit misalnya jarak 0,8 cm maka waktu yang dibutuhkan lebih
lama dibandingkan dengan jarak yang lainnya. Ini disebabkan karena jarak terlalu
sempit sehingga kopi dari hopper ke saluran rotor dan stator sedikit demi sedikit.
Tetapi jika jarak antara rotor dan stator terlalu besar maka waktu yang dibutuhkan
juga cukup lama. Ini disebabkan karena banyaknya kopi yang terdorong dari
pengeluaran biji. Hal ini jugalah yang menyebabkan banyaknya biji yang terdapat
pada saluran kulit.
Perbedaan waktu disebabkan juga karena ukuran diameter kopi yang tidak
seragam. Hal ini merupakan salah satu penyebab perbedaan waktu. Penyebab
perbedaan waktu yang lainnya yaitu sewaktu pengupasan kulit kopi berlangsung,
pada akhir pengupasan masih terdapat beberapa buah kopi yang masih di hopper
ataupun tidak turun kesaluran rotor dan stator karena hal ini waktu pengupasan
yang tercatat tidak seragam.
Variasi perlakuan penelitian dengan menggunakan jarak antara rotor dan
stator serta bentuk mata pisau yang berbeda tersebut bertujuan untuk mengetahui
pengaruh jarak antara rotor dan stator serta variasi bentuk mata pisau pengupas
terhadap parameter penelitian. Pengupasan kulit kopi dilakukan dengan empat
jenis mata pisau yang berbeda yang dilakukan secara bergantian, yaitu:
- Mata pisau pengupas berbentuk linear. Mata pisau ini terbuat dari bahan
stainless steel dengan jarak antara mata pisau 1,0 cm, jarak antara atas dan
bawah mata pisau 1,0 cm dan lebar tiap mata pisau 0,5 cm.
- Mata pisau pengupas bentuk lengkung. Mata pisau ini terbuat dari bahan
stainless steel dengan jarak antara mata pisau 1,0 cm, jarak antara atas dan
bawah mata pisau 0,5 cm dan lebar tiap mata pisau 1,0 cm.
Gambar 2. Mata pisau bentuk lengkung
- Mata pisau pengupas bentuk segitiga. Mata pisau ini terbuat dari bahan
stainless steel dengan jarak antara mata pisau 1,5 cm, jarak antara atas dan
bawah mata pisau 0,5 cm dan lebar tiap mata pisau 1 cm.
- Mata pisau pengupas bentuk setengah lingkaran. Mata pisau ini terbuat
dari bahan stainless steel dengan jarak antara mata pisau 0,5 cm, jarak
antara atas dan bawah mata pisau 0,5 cm dan lebar tiap mata pisau 1,5 cm.
Gambar 4. Mata pisau bentuk setengah lingkaran
Sementara untuk jarak ada empat jarak antara rotor dan stator yang berbeda pula
yaitu 0,8 cm, 1 cm, 1,2 cm dan 1,4 cm.
Kapasitas Efektif Alat
Pengaruh jarak rotor dan stator
Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama
pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh
dengan membagi berat bahan (buah kopi) yang terkupas pada tiap perlakuan
terhadap waktu yang dibutuhkan selama proses pengoperasian alat. Menurut
Daywin, dkk., (2008) kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai
kemampuan alat atau mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg,
Lt) per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan
penggerak motor. Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW. Jam, Kg/kW. Jam
atau Lt/kW. Jam.
Tabel analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa jarak
rotor dan stator memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat.
Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan bahwa
pengaruh jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan J2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan J3, J1 dan J4 namun perlakuan J1 tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan J4. Kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh pada perlakuan J2 (jarak
rotor dan stator 1,0 cm) yaitu sebesar 98,848 Kg/Jam dan yang terendah pada
perlakuan J4 (jarak rotor dan stator 1,4 cm) yaitu sebesar 29,558 Kg/Jam. Hal ini
sesuai dengan literatur Amelia, dkk (2008) yang menyatakan bahwa gaya tekan
antara biji kopi dengan casing plat dan poros spine semakin berkurang dengan
bertambahnya jarak celah. Berkurangnya gaya tekan akan berakibat semakin
sedikit biji kopi yang dapat terkelupas karena proses pengupasan gaya tekan yang
diberikan harus lebih besar dari kekuatan biji kulit kopi.
Jarak
LSR Jarak Rotor dan Stator
Selain itu dengan semakin lebarnya jarak celah, maka gesekan antar biji kopi akan
semakin berkurang.
Hubungan jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat
Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan J2 (jarak 1,0 cm) memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan J3 (jarak 1,2 cm), perlakuan
J1 (0,8 cm) dan perlakuan J4 (jarak 1,4 cm). Perlakuan J2 mendapatkan kapasitas
efektif alat sebesar 98,848 Kg/Jam, sedangkan perlakuan J3, J1 dan J4
masing-masing adalah 74,708 Kg/Jam, 32,984 Kg/jam dan 29,558 Kg/Jam.
Pada proses pengupasan kulit kopi jarak rotor dan stator merupakan bagian
yang terpenting karena kedua bagian tersebut yang melakukan proses pengupasan
dimana kopi akan tertekan dan terkupas. Terkadang buah kopi yang keluar dari
pengupasan kulitnya belum terkupas seluruhnya. Oleh karena itu, buah yang
belum terkupas harus dikumpulkan terlebih dahulu dan dimasukkan lagi kedalam
alat pengupas hingga seluruh kulit terkupas. Jarak antara rotor dan stator harus
dipersempit agar kulit buah kopi yang berukuran kecil dapat terkupas. Jarak
antara rotor dan stator tidak boleh terlalu sempit dan terlalu longgar karena jarak
yang terlalu sempit akan mengakibatkan banyak biji pecah sebaliknya jarak yang
terlalu longgar menyebabkan banyak kulit buah kopi yang tidak terkupas
(Najiyati dan Danarti, 2004).
Pengaruh variasi bentuk mata pisau
Tabel analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa variasi
bentuk mata pisau memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif
alat. Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan bahwa
pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan M4 yakni mata pisau setengah
lingkaran pada taraf 5% menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3
dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M1 dan M2. Perlakuan M3 berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan M1 dan M2. Perlakuan M1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan M2. Sedangkan Pada Taraf 0,01 % menunjukkan bahwa M4
berbeda nyata terhadap perlakuan M3 dan berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan M1 dan M2. Perlakuan M3 berbeda nyata terhadap perlakuan M1 dan
Jarak
LSR
Bentuk Mata Pisau Rataan
M2 namun perlakuan M1 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M2. Kapasitas
efektif alat tertinggi diperoleh pada perlakuan M4 (mata pisau setengah lingkaran)
yaitu sebesar 76,278 Kg/jam dan kapasitas efektif alat terendah diperoleh pada
perlakuan M2 (mata pisau lengkung) yaitu sebesar 40,541 Kg/Jam.
Hubungan variasi benrtuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat
Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan M4 memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan M3, perlakuan M1 dan Perlakuan M2.
Perlakuan M4 (mata pisau setengah lingkaran) mendapatkan kapasitas efektif alat
sebesar 76, 278 Kg/Jam sedangkan perlakuan M3 (mata pisau segitiga), M1(mata
pisau linear) dan M2 (mata pisau lengkung) sebesar 66,040 Kg/Jam, 53,240
Kg/Jam, 40,541 Kg/Jam.
Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau
Daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa interaksi
jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau memberikan
76,278
pengaruh yang sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Hasil uji least
significant range (LSR) interaksi pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata
pisau terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat terendah yaitu 13,303
Kg/jam diperoleh dari kombinasi perlakuan J1M2 (jarak 0,8 cm dengan mata
pisau bentuk lengkung), sedangkan tertinggi sebesar 170,788 Kg/Jam diperoleh
dari kombinasi perlakuan J2M4 (jarak 1,0 cm dengan mata pisau bentuk setengah
lingkaran). Pada kombinasi perlakuan berikutnya yaitu perlakuan J3M3 (jarak 1,2
cm dengan mata pisau bentuk segitiga) diperoleh 95,256 Kg/Jam dan perlakuan
dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang sangat nyata untuk hasil pengupasan kulit
kopi terhadap kapasitas efektitif alat.
Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas
efektif alat dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat
Gambar 7 menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat tertinggi terdapat
pada J2M4 (jarak rotor dan stator 1,0 cm dengan bentuk mata pisau setengah
lingkaran) yaitu sebesar 170,788 kg/jam sedangkan kapasitas efektif alat terendah
terdapat pada J1M2 (jarak rotor dan stator 0,8 cm dengan bantuk mata pisau
lengkung) yaitu sebesar 13,303 kg/jam. Perbedaan kapasitas efektif alat pada
tiap-tiap perlakuan dikarenakan mata pisau dan jarak rotor dan stator yang digunakan
berbeda. Perbedaan ukuran mata pisau dan bentuk mata pisau menyebabkan hasil
yang didapat sewaktu pengupasan juga berbeda. Hal lain yang mempengaruhi
hasil pengupasan yaitu ukuran diameter buah kopi, kematangan buah kopi dan
waktu yang dibutuhkan pada tiap-tiap perlakuan sewaktu pengupasan buah kopi.
170,788
Persentase Buah Tidak Terkupas
Pengaruh jarak rotor dan stator
Daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa jarak
rotor dan stator memberikan pengaruh nyata terhadap persentase buah yang tidak
terkupas. Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan
bahwa pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase buah yang tidak
terkupas untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor terhadap persentase buah tidak terkupas.
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Tabel 6 pada taraf 0,05% menunjukkan bahwa setiap perlakuan berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Perlakuan J4 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan J3 demikian juga terhadap perlakuan J2 dan J1. Sedangkan
pada taraf 0,01% menunjukkan bahwa perlakuan J4 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan J3, J2 dan J1 namun perlakuan J2 dan J1 tidak berbeda nyata.
Persentase buah tidak terkupas tertinggi terdapat pada perlakuan J4 (jarak 1,4 cm)
yaitu sebesar 16,63 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan J1 (jarak
0,8 cm) yaitu sebesar 6,13 %. Dari hasil diketahui bahwa jarak antara rotor dan
stator sangat berpengaruh terhadap buah yang tidak terkupas, jika jarak antara
yang tidak terkupas sedangkan jika jaraknya terlalu kecil maka buah kopi yang
tidak terkupas lebih sedikit.
Hubungan jarak rotor dan stator dengan persentase buah yang tidak
terkupas dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase buah tidak terkupas
Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin besar jarak rotor dan stator maka
buah kopi yang tidak terkupas semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
semakin besar jarak rotor dan stator maka semakin banyak buah yang utuh akan
lolos dari pengupasan. Sesuai dengan literatur Najiyati dan Danarti (2004) yang
menyatakan bahwa lubang yang terlalu longgar mengakibatkan banyak kulit buah
kopi yang tidak terkupas sehingga harus dimasukkan lagi ke mesin pulper.
Penyebab buah kopi tidak terkupas dengan baik sewaktu menggunakan
alat pengupas kulit kopi mekanis yaitu jarak antara rotor dan stator terlalu besar
sehingga buah kopi tidak terkupas seutuhnya hanya sebagian dari kulit yang
terkelupas. Hal ini sesuai dengan literatur Budiman (2012) yang menyatakan
bahwa kinerja mesin pengupas sangat bergantung pada kemasakan buah,
stator. Mesin akan berfungsi dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup
masak karena kulit dan daging buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya,
buah muda relatif sulit sulit dikupas. Lebar celah diatur sedemikian rupa
menyesuaikan dengan ukuran buah kopi sehingga buah kopi yang ukurannya
lebih besar dari lebar celah akan terkelupas.
Pengaruh variasi bentuk mata pisau
Daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa variasi
bentuk mata pisau memberikan pengaruh nyata terhadap persentase buah yang
tidak terkupas. Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan
bahwa pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah yang tidak
terkupas untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah tidak terkupas.
Jarak
LSR
Bentuk Mata Pisau Rataan
Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan M4 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan M3 namun berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M2 dan perlakuan
M1. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M2 dan M1.