• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Jarak Rotor Dan Variasi Bentuk Mata Pisau Pada Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Jarak Rotor Dan Variasi Bentuk Mata Pisau Pada Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU

PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

SILINDER TUNGGAL

SKRIPSI

OLEH

ADELLA GINTING 100308044

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU

PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

SILINDER TUNGGAL

SKRIPSI Oleh :

ADELLA GINTING

100308044/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Nazif Ichwan, STP, M.Si

(3)

ABSTRAK

ADELLA GINTING: Uji Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.

Pengupasan kulit kopi masih terdapat sebagian biji kopi pecah dan buah kopi tidak terkupas. Mutu kopi dipengaruhi oleh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, persentase buah tidak terkupas, persentase biji kopi pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit keluar di pengeluaran biji. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu jarak rotor (0,8, 1,0, 1,2 dan 1,4 cm) dan variasi bentuk mata pisau (linear, lengkung, segitiga dan setengah lingkaran).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rotor memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter. Variasi bentuk mata pisau memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji kopi di pengeluaran kulit. Interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua perlakuan kecuali persentase kulit di pengeluaran biji dan persentase biji di pengeluaran kulit. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan dengan jarak 1,0 cm dengan bentuk mata pisau setengah lingkaran yang menghasilkan kapasitas efektif alat sebesar 170,787 Kg/jam, persentase buah kopi tidak terkupas sebesar 8,3%, persentase biji kopi pecah 2,8%, persentase biji di pengeluaran kulit 9,8% dan persentase kulit di pengeluaran biji 8,3%.

Kata kunci: kopi, pengupasan, jarak rotor, mata pisau

ABSTRACT

ADELLA GINTING: Test of Rotor Gap and Varian of Blade Shape on Mechanical Coffee Pulper Equipment Singular Cylinder, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.

Pulping of coffee there were still crushed coffee beans and unpeeled coffee. Quality of coffee affected by rotor gap and blade variation. This research was held to test the rotor gap and blade variation of parameters measured were on the effective capacity of the equipment, unpeeled beans percentage, crushed beans percentage, percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. This research using factorial completely randomized design with two factors which were rotor gap (0,8, 1,0, 1,2, 1,4 cm) and variant of blade (linear, curve, triangle and half of circle).

The result showed that the rotor gap had significantly affected all parameters. Variant of blade had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output. The interaction of the two factors had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. The best result was the combination at 1,0 cm gap with half of circle blade which resulted effective capacity in amount of 170,787 kg/hour, unpeeled beans percentage was 8,3%, crushed beans percentage was 2,8%, percentage beans in wet skin output was 9,8%, percentage wet skin in beans output was 8,3%.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Adella Ginting dilahirkan di Berastagi pada tanggal 4 September 1992 dari

ayah Rasmi Ginting dan ibu Alm. Jenda Mehuli Br Barus. Penulis merupakan

anak keempat dari empat bersaudara.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi dan tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian Saringan

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program

Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian USU.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik

Pengolahan Karet (PPK) di PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Ribbed

Smoke Sheet (RRS) Kebun Bandar Betsy, Kec. Bandar Huluan, Kab.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul ”Uji Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas

Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal” yang merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan

kepada Bapak Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak memberikan masukan, saran dan kritikan berharga bagi penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, juga kepada kedua orang

tua dan Andrias Ginting yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada

penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Everedy

Ginting dan Andal Adios Ginting yang telah bersedia membantu biaya penulis

selama perkuliahan berlangsung hingga selesai serta teman-teman yang membantu

penulis selama penelitian.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2014

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Peranan Mekanisasi Pertanian... 12

Komponen Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis ... 13

Motor bakar ... 13

Mekanisme Pembuatan Alat ... 18

Kapasitas Kerja Alat Dan Mesin Pertanian ... 18

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 19

Model Rancangan Penelitian... 20

Komponen Alat ... 21

Persiapan Penelitian ... 22

Prosedur Penelitian ... 23

Parameter Penelitian ... 24

Kapasitas efektif alat ... 24

(7)

Persentase biji kopi pecah ... 24

Persentase biji keluar di pengeluaran kulit ... 24

Persentase kulit buah keluar di pengeluaran biji ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 26

Kapasitas Efektif Alat ... 32

Pengaruh jarak rotor dan stator ... 32

Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 35

Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 36

Persentase Buah Tidak Terkupas ... 39

Pengaruh jarak rotor dan stator ... 39

Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 41

Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 44

Persentase Biji Kopi Pecah ... 46

Pengaruh jarak rotor dan stator ... 46

Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 48

Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 49

Persentase Biji Keluar di Pengeluaran Kulit ... 51

Persentase Kulit Keluar di Pengeluaran Biji ... 52

Pengaruh jarak rotor dan stator ... 52

Pengaruh variasi bentuk mata pisau ... 53

Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56

Saran ... 57

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Pengaruh jarak rotor dan stator terhadap parameter yang diamati ... 27

2. Pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati ... 28

3. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efetif alat ... 33

4. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas

efektif Alat ... 35

5. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau

terhadap kapasitas efektif alat ... 37

6. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase buah tidak terkupas ... 39

7. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap

persentase buah tidak terkupas ... 41

8. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah tidak terkupas ... 44

9. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase biji kopi pecah ... 46

10. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap

persentase biji kopi pecah ... 48

11. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap biji kopi pecah ... 50

12. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase kulit keluar di pengeluaran biji ... 52

13. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Mata pisau bentuk linear ... 30

2. Mata pisau bentuk lengkung ... 31

3. Mata pisau bentuk segitiga ... 31

4. Mata pisau bentuk setengah lingkaran ... 32

5. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat ... 34

6. Hubungan variasi bentuk mata pisau dengan kapasitas efektif alat ... 36

7. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat ... 38

8. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase buah tidak terkupas ... 40

9. Hubungan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah yang tidak terkupas ... 43

10. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah yang tidak terkupas ... 45

11. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase biji kopi pecah ... 47

12. Hubungan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase biji kopi Pecah ... 49

13. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap persentase biji kopi pecah ... 51

14. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase kulit di pengeluaran biji ... 53

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart penelitian ... 60

2. Data pengamatan kapasitas efektif alat (kg/jam) ... 61

3. Data pengamatan persentase buah tidak terkupas (%) ... 62

4. Data pengamatanpersentase biji kopi pecah (%) ... 63

5. Data pengamatan persentase biji kopi di pengeluaran kulit (%) ... 64

6. Data pengamatan persentase kulit kopi di pengeluaran biji (%) ... 65

7. Data analisis ekonomi ... 66

8. Gambar alat pengupas kulit kopi mekanis ... 74

9. Gambar teknik alat ... 76

(11)

ABSTRAK

ADELLA GINTING: Uji Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis Silinder Tunggal, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.

Pengupasan kulit kopi masih terdapat sebagian biji kopi pecah dan buah kopi tidak terkupas. Mutu kopi dipengaruhi oleh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, persentase buah tidak terkupas, persentase biji kopi pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit keluar di pengeluaran biji. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu jarak rotor (0,8, 1,0, 1,2 dan 1,4 cm) dan variasi bentuk mata pisau (linear, lengkung, segitiga dan setengah lingkaran).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rotor memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter. Variasi bentuk mata pisau memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter kecuali persentase biji kopi di pengeluaran kulit. Interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua perlakuan kecuali persentase kulit di pengeluaran biji dan persentase biji di pengeluaran kulit. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan dengan jarak 1,0 cm dengan bentuk mata pisau setengah lingkaran yang menghasilkan kapasitas efektif alat sebesar 170,787 Kg/jam, persentase buah kopi tidak terkupas sebesar 8,3%, persentase biji kopi pecah 2,8%, persentase biji di pengeluaran kulit 9,8% dan persentase kulit di pengeluaran biji 8,3%.

Kata kunci: kopi, pengupasan, jarak rotor, mata pisau

ABSTRACT

ADELLA GINTING: Test of Rotor Gap and Varian of Blade Shape on Mechanical Coffee Pulper Equipment Singular Cylinder, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.

Pulping of coffee there were still crushed coffee beans and unpeeled coffee. Quality of coffee affected by rotor gap and blade variation. This research was held to test the rotor gap and blade variation of parameters measured were on the effective capacity of the equipment, unpeeled beans percentage, crushed beans percentage, percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. This research using factorial completely randomized design with two factors which were rotor gap (0,8, 1,0, 1,2, 1,4 cm) and variant of blade (linear, curve, triangle and half of circle).

The result showed that the rotor gap had significantly affected all parameters. Variant of blade had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output. The interaction of the two factors had significantly affected all parameters except percentage beans in wet skin output and percentage wet skin in beans output. The best result was the combination at 1,0 cm gap with half of circle blade which resulted effective capacity in amount of 170,787 kg/hour, unpeeled beans percentage was 8,3%, crushed beans percentage was 2,8%, percentage beans in wet skin output was 9,8%, percentage wet skin in beans output was 8,3%.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan

dunia yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen.

Kopi, meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini

mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Areal

perkebunan kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai lebih dari 1,210 juta

hektar dengan total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96% diantaranya adalah

areal perkebunan kopi rakyat, dengan jumlah petani yang terlibat sebanyak

1.881.694 KK. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai

sebesar 2,11 % per Tahun (Ditjenbun, 2012).

Bagi petani, kopi mempunyai peranan yang sangat penting karena kopi

mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kopi telah menjadi sumber pendapatan

bagi mereka. Tanpa perlu pemeliharaan dan perawatan yang khusus, produksi

kopi yang dihasilkan lumayan untuk menambah penghasilan. Jika pemeliharaan

dan perawatan dilakukan cukup baik maka usaha bertani kopi akan mendapat

keuntungan yang lebih besar.

Salah satu dari proses pengolahan kopi yang memerlukan penerapan

teknologi pascapanen adalah proses pengupasan kulit kopi basah atau daging

buah. Pada perkebunan rakyat Indonesia, pengolahan pengupasan kulit kopi pada

umumnya masih menggunakan alat pengupas kulit kopi manual dan semi

(13)

kopi basah dengan biji kopi sehingga memiliki keterbatasan dalam kapasitas

hasilnya (Simanullang, 2013).

Untuk meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi

prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan

prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian.

Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki

penanganan pascapanen yang baik. Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah

sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan

kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan

terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini

mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang

kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya alam dengan

motor secara langsung mempengaruhi secara langsung perkembangan dari alat

mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Keberhasilan penanganan pascapanen sangat tergantung dari mutu bahan

baku dari kegiatan proses produksi/budidaya, karena itu penanganan proses

produksi di kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara

budidaya yang baik dan benar. Sehingga dapat menjadi jaminan bagi konsumen,

bahwa produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses yang

efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian petani akan

mendapatkan nilai tambah berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar

yang memadai (Ditjenbun, 2012).

Pada umumnya, alat pengupas kulit kopi mekanis (pulper) yang beredar di

(14)

tersebut yaitu masih banyak terdapat biji pecah, buah kopi yang tidak terkelupas

kulitnya, dari corong pengeluaran kulit terikut biji dan dari corong pengularan biji

terikut kulit. Biji pecah merupakan salah satu cacat mutu dari biji kopi.

Pada alat pengupas kulit kopi mekanis (pulper), rotor dan stator

merupakan komponen yang sangat penting. Karena kedua komponen ini yang

menentukan mutu hasil dan kapasitas produksi kopi tersebut. Jarak antara kedua

komponen ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil biji kopi. Apabila

jaraknya terlalu dekat ataupun sempit maka biji kopi yang dihasilkan pecah

(cacat) dan apabila jaraknya terlalu jauh maka buah kopi tidak terkelupas.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya

dimana alat pengupas kulit kopi mekanis (pulper) tersebut hanya menggunakan

satu jenis mata pisau pengupas. Pada penelitian ini, akan dilakukan pengupas kulit

kopi dengan menggunakan variasi bentuk mata pisau yang berbeda-beda yakni

bentuk lengkung, bentuk segitiga dan bentuk setengah lingkaran. Hal ini

dikarenakan diduga adanya pengaruh variasi mata pisau terhadap kapasitas

produksi yang dihasilkan oleh alat pengupas kulit kopi mekanis tersebut. Dan

diharapkan dengan penggunaan mata pisau yang bervariasi dapat meningkatkan

kapasitas produksi pada alat pengupas kulit kopi mekanis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji jarak rotor dan variasi bentuk mata

pisau terhadap kapasitas efektif alat, persentase buah tidak terkupas, persentase

biji kopi pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit

(15)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai alat pengupas kulit kopi mekanis.

3. Bagi masyarakat sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

terutama petani kopi.

Hipotesis Penelitian

Diduga ada pengaruh jarak antara rotor dan stator juga variasi bentuk mata

pisau terhadap kapasitas efektif alat, persentase biji tidak terkelupas, persentase

biji pecah, persentase biji keluar di pengeluaran kulit dan persentase kulit keluar

di pengeluaran biji.

Batasan Masalah

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Kopi

Kopi merupakan suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana

saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang

sangat dingin atau pada daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi

kehidupan tanaman. Mutu kopi yang baik sangat tergantung pada jenis bibit yang

ditanam, keadaan iklim, tinggi tempat dan lain-lain. semua ini dapat

mempengaruhi perkembangan hama dan penyakit pada tanaman tersebut, cuaca

juga sangat berpengaruh terhadap produksi kopi (AAK, 1991).

Perkembangan kopi

Tanaman kopi mulai dikenal di benua Afrika dari Etiopia. Pada mulanya,

tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk dan masih

tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi. Minuman kopi sangat digemari oleh

bangsa Etiopia dan Abessinia karena berkhasiat menyegarkan badan. Oleh karena

itu, ketika mengembara ke wilayah-wilayah lain, buah kopi juga ikut dibawa dan

tersebar, antara lain ke negara-negara Arab, Persia (sekarang Irak) hingga Yaman.

Sejak ditemukannya cara pengolahan buah kopi yang lebih baik, kopi pun menjadi

terkenal hingga tersebar ke berbagai negara di Eropa, Asia, dan Amerika

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman

yang berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi pertama kali dibawa ke pulau Jawa

pada tahun 1696, tetapi pada saat itu dilakukan masih dalam taraf percobaan. Di

(17)

karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi dengan baik. Bibit

kopi Indonesia didatangkan dari Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan

adalah kopi arabika (AAK, 1991).

Botani tanaman kopi

Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk

dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,

bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat

telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,

cabang, dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 1997).

Adapun sistem taksonomi kopi secara lengkap:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (tumbuhan berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp.

(Rahardjo, 2012).

Jenis tanaman kopi

(18)

a. Kopi Arabika

Kopi yang berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm,

panjang buah 1,5 cm.

b. Kopi Canephora (Robusta)

Berdaun besar, panjang daun lebih dari 20 cm x 10 cm bergelombang,

sedangkan panjang buah ±1.2 cm.

c. Kopi Liberika

Daun lebar, besar, mengkilat, buah besar sampai 2/3 cm, tetapi biji kecil

(AAK, 1991).

Pemanenan buah kopi

Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah

masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.

Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika

setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi

kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Tanaman kopi tidak

berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan:

1) Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadap buah masak.

2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.

3) Pemetikan lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena

terlambat pemetikan.

4) Pemetikan racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah

kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.

(19)

Kematangan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan daging buah. Buah

kopi masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung

senyawa gula yang relatif lebih tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging

buah muda sedikit lebih keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena

senyawa gula belum terbentuk secara maksimal. Secara teknis panen buah kopi

masak memiliki keuntungan dibandingkan panen buah kopi muda, antara lain:

1. Mudah diproses karena kulitnya mudah terkelupas.

2. Rendemen hasil (perbandingan berat biji kopi beras per berat buah segar)

lebih tinggi.

3. Biji kopi lebih bernas sehingga ukuran biji lebih besar (tidak pipih).

4. Waktu pengeringan lebih cepat.

5. Warna biji dan cita rasanya lebih baik.

(Budiman, 2012).

Pengolahan kopi

Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering

yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Pengolahan buah kopi

bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji

tersebut sehingga diperoleh kopi beras dengan kadar air tertentu dan siap di

pasarkan.

Kadar air kopi beras optimum adalah 10-13%. Bila kadar air kopi beras

lebih dari 13%, biasanya akan mudah diserang cendawan, sedangkan bila kurang

daro 10% akan mudah pecah. Pengolahan buah kopi hingga diperoleh kopi beras

(20)

tergantung jenisnya. Bobot kopi robusta menurun hingga menjadi 22%, kopi

arabika menjadi 18%, dan kopi liberika sekitar 12% (Najiyati dan Danarti, 2004).

Pengolahan buah kopi selama ini dikenal dua cara yaitu, pengolahan kopi

buah kering (dry process) dan pengolahan buah kopi secara basah (wet process).

Perbedaan kedua cara pengolahan buah kopi tersebut terletak pada adanya

penggunaan air yang diperlukan untuk pengupasan kulit buah kopi maupun

pencucian biji kopi (Rahardjo, 2012).

Pengupasan kulit kopi

Pengupasan kulit buah kopi basah (pulping) merupakan salah satu tahapan

proses pengolahan kopi yang membedakan antara pengolahan kopi secara basah

dan kering. Pada pengolahan basah, buah kopi yang sudah mencapai tingkat

kematangan yang optimal antara lain ditandai oleh kulit buah yang berwarna

merah seragam dan segar harus segera dikupas dan dipisahkan dari bagian biji

kopi berkulit cangkang.

Kulit buah basah dipisahkan dari komponen biji kopi berkulit cangkang

karena adanya gaya gesek dan pengguntingan yang berlangsung didalam celah

diantara permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan plat atau pisau

yang diam (stator). Rotor memiliki permukaan yang bertonjolan atau

bergelembung (buble plate) yang dibuat dari bahan logam lunak jenis tembaga

(Widyotomo, 2010).

Pulping bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit buahnya sehingga

diperoleh biji kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduknya. Pemisah kulit ini

(21)

mesin pulper, tetapi yang sering digunakan adalah vis pulper dan raung pulper.

Perbedaan kedua alat tersebut adalah vis pulper hanya berfungsi sebagai pengupas

kulit saja, sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci lagi. Sedangkan raung

pulper berfungsi pula sebagai pencuci sehingga kopi yang keluar dari mesin tidak

perlu lagi difermentasi dan dicuci lagi tetapi langsung masuk ke tahap

pengeringan (Najiyati dan Danarti, 1997).

Bagian terpenting dari mesin pulper adalah silinder dan plat pememar.

Melalui kedua bagian tersebut, kulit kopi terjepit dan terkupas. Terkadang buah

kopi yang keluar dari mesin pulper kulitnya belum terkelupas seluruhnya. Oleh

karena itu, kulit buah yang belum terkupas harus dikumpulkan, lalu dimasukkan

ke mesin pulper lagi hingga seluruh kulit terkupas. Ruang antara silinder dan plat

pememar harus dipersempit agar kulit buah kopi berukuran kecil dapat terkupas.

Lubang tidak boleh terlalu sempit dan tidak boleh terlalu longgar. Lubang yang

terlalu sempit akan mengakibatkan banyak biji yang pecah atau kulit tanduknya

terkupas sehingga menghasilkan kopi bermutu rendah. Sebaliknya, lubang yang

terlalu longgar mengakibatkan banyak kulit buah kopi yang tidak terkupas

sehingga harus dimasukkan lagi ke mesin pulper (Najiyati dan Danarti, 2004).

Buah kopi dikupas kulitnya menggunakan mesin pengupas (pulper) yang

digerakkan dengan tenaga manusia maupun mesin. Kulit buah yang masih

tercampur dengan biji dipisahkan sampai diperoleh biji kopi yang bebas dari kulit

buah. Saat pelaksanaan pengupasan kulit buah kopi sering kali dilakukan

pemisahan buah yang terapung di atas air. Biasanya buah kopi yang mengapung

(22)

Umumnya, proses pengupasan kulit buah kopi basah yang digerakkan

dengan sumber tenaga manual ataupun motor bakar. Unit pengupas merupakan

komponen terpenting dari mesin pengupas kulit buah yang terdiri dari silinder

berputar dan plat diam. Mekanisme kerja pengupasan kulit buah kopi serupa

dengan proses pengguntingan, namun karena permukaan buah yang bulat dan

licin, maka pengguntingan hanya terjadi pada komponen kulit buah yang memiliki

sifat lunak (Widyotomo, dkk, 2011).

Penanganan atau pengelolaan lepas panen mempunyai beberapa kegiatan

atau perlakuan yang sangat perlu diperhatikan, misalnya dalam hal pengeringan,

penyortiran, pengolahan hasil (penghilangan kulit atau bagian-bagian yang dapat

merusak mutu, pemisahan hasil yang baik dengan yang kurang baik), penyiapan

hasil agar mudah digunakan atau diperdagangkan, penyimpanan hasil dalam

wadah dan tempat (ruangan) yang memenuhi persyaratan agar tidak rusak

mutunya (Kartasapoetra, 1994).

Kinerja mesin pengupas sangat tergantung pada kemasakan buah,

keseragaman ukuran buah dan celah (gap) antara rotor dan stator. Mesin akan

berfungsi dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup masak karena kulit

dan daging buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya, buah muda relatif

sulit dikupas. Lebar celah diatur sedemikian rupa menyesuaikan dengan ukuran

buah kopi sehingga buah kopi yang ukurannya lebih besar dari lebar celah akan

terkelupas. Buah kopi hasil panen sebaiknya dipisahkan atas dasar ukurannya

sebelum dikupas supaya hasil kupasan lebih bersih dan jumlah biji pecahnya

(23)

Peranan Mekanisasi Pertanian

Ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari penguasaan dan

pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia

dalam bidang pertanian, untuk kesejahteraan manusia. Pengertian pertanian dalam

hal ini adalah pertanian dalam arti yang seluas-luasnya (Sukirno, 1999).

Perlakuan terhadap suatu bahan sehingga berubah seperti yang

dikehendaki, memerlukan suatu dasar pengetahuan operasi sebagai kesatuan

operasi. Penetapan langsung pada hasil-hasil pertanian akan memerlukan berbagai

alat-peralatan sebagai sarana dalam operasi masing-masing dan menghasilkan

produk-produk yang dikehendaki. Maka dalam operasinya perlu diketahui pula

berbagai peralatan pengolahan, metode, cara kerja alat-peralatan, perawatan,

pengamanan dan lain sebagainya. Pengenalan alat-peralatan, operasi dan berbagai

metode pengolahan akan sangat membantu dalam memilih, menetapkan cara-cara

pengolahan yang tepat untuk berbagai komoditi yang beraneka ragam

(Heddy, dkk, 1994).

Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu

yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima.

Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang

menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,

tujuan mekanisasi pertanian adalah:

a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.

b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.

(24)

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi dan memungkinkan

pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga)

menjadi tipe pertanian komersil (commersial farming).

e. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi

sifat industri dan dapat mendorong tahap tinggal landas.

Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemulihan alat

mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaanya tidak

tepat hal sebaliknya akan terjadi (Rizaldi, 2006).

Komponen Alat Pengupas Kulit Kopi Mekanis

Motor bakar

Motor bakar adalah mesin atau sumber tenaga yang digunakan untuk

memutar silinder dengan tenaga sebesar 5 HP. Motor bakar bensin 5 PK dapat

digunakan sebagai mesin pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200-300 kg buah

kopi per jam (Budiman, 2012).

Poros putaran

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan

utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Menurut Sularso dan Suga (2004), hal-hal yang perlu diperhatikan didalam

merencanakan sebuah poros adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau

gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik

(25)

Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter

poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak,

harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat

untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika

lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan

ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu,

disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan

disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran

kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan

bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih

rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang

berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida

yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan

terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik

(26)

Puli

Menurut Daryanto (1994), ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan

untuk sabuk penggerak yaitu :

- Pulley datar

Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk

yang bervariasi.

- Pulley mahkota

Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut

sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacam-macam

menurut kegunaannya

- Tipe lain

Pulley ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada

sabuk penggeraknya.

Pemasangan pulley antara lain dapat dilakukan dengan cara:

- Horizontal, pemasangan pulley dapat dilakukan dengan cara mendatar

dimana pasangan pulley terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan pulley dilakukan tegak dimana letak pasangan pulley

adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran

pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

Sabuk-V

V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk Sabuk-V. Bagian sabuk yang sedang

membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian pengaruh

(27)

yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V

dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso dan Suga, 2004).

Pabrik memperkirakan ketahanan sabuk V untuk industri, dapat dipakai

untuk beberapa tahun. Berbeda dengan sabuk V untuk pertanian, yang mungkin

hanya dipakai beberapa jam saja selama setahun, maka sabuk V pertanian harus

lebih mampu menyalurkan data yang lebih besar dibandingkan sabuk V untuk

industri. Sebuah sistem untuk mendesain sabuk V mesin-mesin pertanian

berdasarkan tegangan puncak dan umur kelelahan (Daywin, dkk, 2008).

Baut mur

Baut mur sebagai pengikat dan pemasang yang banyak digunakan adalah

ulir segitiga (dengan putaran pengencangan kekanan). Baut dan mur pemasang

untuk bagian-bagian yang berputar dengan arah jarum jam, dibuat berulir kekiri

sehingga dijamin tidak akan terlepas waktu berputar. Baut dan mur dibuat dari

bermacam-macam bahan seperti baja, kuningan, tembaga zinc, alumunium, dan

berbagai macam-macam diameter dan panjang (Putra, dkk, 2008).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan

awet. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen

mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik

maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat seperti semestinya.

Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi

(28)

Rotor dan stator

Mesin pengupas kulit buah kopi basah (pulper) digunakan untuk

memisahkan atau melepaskan komponen kulit buah dari bagian kopi berkulit

cangkang. Unit pengupas merupakan komponen terpenting dari mesin pengupas

kulit buah kopi yang terdiri dari selinder berputar (rotor) yang memiliki

permukaan bertonjolan dan permukaan plat atau pisau yang diam (stator).

Silinder berputar (rotor) dan permukaan plat atau pisau yang diam terbuat dari

bahan logam lunak jenis tembaga (Widyotomo, 2010).

Pengupasan kulit buah berlangsung di dalam celah antara permukaan

silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang diam (stator). Silinder

mempunyai profil permukaan yang bertonjolan atau sering disebut “buble

plate”dan terbuat dari bahan logam lunak jenis tembaga.

Silinder digerakkan oleh sebuah motor bakar atau motor diesel. Mesin

pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200-300 kg buah kopi per jam digerakkan

dengan motor bakar bensin 5 PK. Alat ini juga bisa dioperasikan secara manual

(tanpa bantuan mesin), namun kapasitasnya turun menjadi 80-100 kg buah kopi

per jam (Budiman, 2012).

Gaya tekan antara biji kopi dengan casing plat dan poros spine semakin

berkurang dengan bertambahnya jarak celah. Berkurangnya gaya tekan akan

berakibat semakin sedikit biji kopi yang dapat terkelupas karena proses

pengupasan gaya tekan yang diberikan harus lebih besar dari kekuatan biji kulit

kopi. Selain itu dengan semakin lebarnya jarak celah, maka gesekan antar biji

(29)

Mekanisme Pembuatan Alat

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani

bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk

pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti

dengan baja tekan atau baja cetak. Bila mana hal ini dapat dilakukan maka dapat

mengurangi biaya pembuatan mesin dalam jumlah yang besar. Mesin akan

semakin ringan, tetapi kekuatan dan keawetannya dipertahankan dan bahkan

sering dapat ditingkatkan. Keberhasilan atau kegagalan suatu alat sering sekali

tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan

untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non

logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan

alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, Lt) per satuan

waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan

produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor.

Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW. Jam, Kg/kW. Jam atau Lt/kW. Jam

(30)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Mei 2014 di

Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah

kopi arabika, rotor, stator, baut, mur, sekrup, mata pisau bentuk linear, mata pisau

bentuk lengkung, mata pisau bentuk segitiga dan mata pisau bentuk setengah

lingkaran.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengupas

kulit kopi mekanis, alat tulis, stopwatch, kalkulator, komputer, timbangan dan

kamera.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan

acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yaitu jarak rotor dan variasi

bentuk mata pisau.

1. Faktor jarak rotor pada alat pengupas kulit kopi mekanis:

J1 = 0,8 cm

J2 = 1,0 cm

J3 = 1,2 cm

J4 = 1,4 cm

2. Faktor variasi bentuk mata pisau pada alat pengupas kulit kopi mekanis:

(31)

M2 = Mata pisau dengan bentuk lengkung

M3 = Mata pisau dengan bentuk segitiga

M4 = Mata pisau dengan bentuk setengah lingkaran

Banyaknya ulangan pada masing-masing perlakuan sebanyak tiga kali

ulangan. Sehingga kombinasi perlakuan (tc) sebanyak 4x4 = 16, maka jumlah

ulangan minimum perlakuan (n) adalah:

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16n- 16 ≥ 15

16n ≥ 31

n ≥ 1,93

n ≈ 2

Pada penelitian ini jumlah ulangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali maka

kombinasi perlakuan ada 16 (enam belas), yaitu:

1. J1M1 5. J2M1 9. J3M1 13. J4M1

2. J1M2 6. J2M2 10. J3M2 14. J4M2

3. J1M3 7. J2M3 11. J3M3 15. J4M3

4. J1M4 8. J2M4 12. J3M4 16. J4M4

Model Rancangan Penelitian

Model rancangan penelitian yang akan digunakan adalah rancangan acak

lengkap (RAL) faktorial

Yijk= µ + αi + βj+ (αβ)ijijk... (1)

(32)

Yijk = Hasil pengamatan dari faktor J pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf

ke-j dan ulangan ke-k.

µ = efek nilai tengah

αi = efek dari faktor J pada taraf ke-i

βj = efek dari faktor M pada taraf ke-j

(αβ)ij = efek interaksi dari faktor J pada taraf ke-i dengan faktor M pada taraf

ke- j

εijk = efek galat dari faktor J pada taraf ke-i dengan faktor M pada taraf ke-j

dengan ulangan ke-k

Komponen Alat

Alat pengupas kulit kopi mekanis ini mempunyai beberapa komponen

penting yaitu :

1. Rangka alat

Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat

lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 65 cm,

tinggi 126 cm, dan lebar 65 cm.

2. Motor bakar

Motor bakar berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak)

dengan daya 5,5 HP.

3. Saluran masukan (hopper)

Saluran masukan berfungsi untuk memasukkan buah kopi yang akan di

kupas ke dalam silinder.

(33)

Saluran keluaran yang berfungsi untuk menyalurkan biji kopi yang sudah

terpisah dari kulit buahnya ke tempat penampungan yang telah disediakan.

5. Saluran kulit kopi

Saluran keluaran yang berfungsi untuk mengeluarkan kulit kopi yang

sudah terpisah dari biji kopi.

6. Rotor

Rotor adalah silinder berputar yang mempunyai permukaan bertonjolan

yang berfungsi untuk mendorong buah kopi menuju stator. Rotor terbuat

dari bahan silinder yang berlapiskan stainless steel dengan ukuran

diameter 18 cm dan panjang 20 cm.

7. Stator

Stator adalah permukaan plat atau pisau yang diam. Komponen alat yang

terbuat dari pipa besi dilapisi dengan stainless stell yang berfungsi

mengupas kulit kopi.

8. Poros putaran

Poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam silinder. Poros

putaran berfungsi untuk memutar silinder yang terhubung dengan motor

bakar menggunakan pulley dan v-belt.

9. Puli pengupas

Puli pengupas merupakan komponen alat yang memutar rotor baik yang

digerakkan oleh motor bakar maupun tenaga manusia.

Persiapan Penelitian

(34)

1. Menyiapkan bahan untuk membuat mata pisau (stator) yaitu pipa besi dan

stainless steel.

2. Melakukan pengukuran terhadap pipa besi dan stainless steel dengan

ukuran yang ditentukan.

3. Memotong pipa besi dan stainless steel yang telah diukur membentuk

stator.

4. Membentuk stainless steel seperti bentuk segitiga, bentuk setengah

lingkaran dan bentuk lengkung sebagai mata pisau.

5. Memasang stainless steel yang sudah dilubangi pada pipa besi yang sudah

membentuk stator.

6. Memasang stator pada rangka alat.

B. Pemasangan mata pisau

1. Memasang mata pisau pada alat.

2. Mengatur jarak antara rotor dan stator.

C. Persiapan bahan

1. Menyiapkan buah kopi yang akan dikupas kulitnya.

2. Membersihkan buah kopi dari kotoran.

3. Menimbang bahan (buah kopi) yang akan dikupas.

4. Bahan siap untuk dikupas.

Prosedur Penelitian

1. Memasang unit pengupas stator sesuai rancangan.

2. Menimbang kopi arabika sebanyak 1 kg.

3. Mengatur jarak celah antara rotor dan stator sesuai dengan ukuran yang

(35)

4. Menghidupkan alat pengupas kulit kopi mekanis.

5. Melakukan pengamatan parameter.

6. Melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Parameter Penelitian

Kapasitas efektif alat (kg/jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi banyaknya buah kopi

yang terkupas (kg) terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengupasan

(jam). Pengukuran kapasitas alat ditentukan dengan:

Kapasitas efektif alat = Berat kopi yang terkelupas (kg)

Waktu pengupasan (jam) ... (2)

Persentase buah tidak terkupas

Kriteria buah kopi yang tidak terkelupas yaitu buah kopi yang masih utuh

beserta kulitnya keluar dari lubang pengeluaran biji.

Pengukuran persentase bahan yang tidak terkelupas dapat ditentukan dengan:

Buah kopi yang tidak terkelupas (%) =Berat kopi yang tidak terkelupas (kg)

Berat kopi awal (kg) x100%

... (3)

Persentase biji kopi pecah

Kriteria biji kopi pecah yaitu biji kopi yang keluar dari pengeluaran biji

tidak utuh ataupun bijinya sudah mengalami kerusakan (retak).

Pengukuran persentase biji kopi yang pecah dapat ditentukan dengan:

Biji kopi yang pecah (%) = Berat kopi yang pecah (kg)

Berat kopi awal (kg) x 100 %...(4)

Persentase biji keluar di pengeluaran kulit buah

(36)

menyebabkan tambahan pekerjaan bagi petani yaitu untuk memisahkan biji

dengan kulit.

Pengukuran persentase biji kopi keluar dari pengeluaran kulit buah dapat

ditentukan dengan:

Biji kopi keluar di pengeluaran kulit (%)=

Biji kopi keluar di pengeluaran kulit (kg)

Berat kopi awal (kg) x 100 %...(5)

Persentase kulit buah keluar di pengeluaran biji

Kulit kopi terkadang terikut keluar pada pengeluaran biji. Hal ini

menyebabkan tambahan bagi para petani yaitu untuk memisahkan kulit dan biji.

Pengukuran persentase kulit kopi keluar di pengeluaran biji dapat

ditentukan dengan:

Kulit kopi keluar di pengaluaran biji (%) =

Berat kulit kopi yang keluar di pengeluaran biji (kg)

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan pengupasan kulit kopi terlebih dahulu dibersihkan

buah kopi dari dedaunan dan tangkai kopi yang terikut sewaktu pemanenan. Di

timbang kopi sebanyak 1 Kg untuk setiap perlakuan yang akan diamati. Kemudian

diatur jarak antara rotor dan stator sesuai dengan jarak yang ditentukan yang akan

diamati.

Pada penelitian sebelumnya, menurut Simanullang (2013) dihasilkan

kapasitas alat sebesar 117,39 kg/jam dengan menggunakan bentuk mata pisau

linear. Pada penelitian ini dihasilkan kapasitas efektif alat tertinggi 170,788

kg/jam dengan jarak rotor dan stator 1,0 cm dan bentuk mata pisau setengah

lingkaran. Perbedaan kapasitas tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu bentuk

mata pisau, jarak antara rotor dan stator, ukuran diameter kopi, kematangan buah

kopi dan operator pengoperasian alat. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyotomo

(2010) yang mengatakan buah kopi yang sudah mencapai tingkat kematangan

yang optimal antara lain ditandai oleh kulit buah yang berwarna merah seragam

dan segar harus segera dikupas. Menurut Budiman (2012) yang mengatakan

bahwa kematangan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan daging buah. Buah kopi

masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir sebaliknya daging buah muda

sedikit lebih keras, tidak berlendir.

Pengaruh Jarak Rotor dan Variasi Bentuk Mata Pisau

Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa jarak rotor dan variasi

bentuk mata pisau berpengaruh terhadap kapasitas efektif alat (kg/jam), buah tidak

(38)

Tabel 1. Pengaruh jarak rotor dan stator terhadap parameter yang diamati

Tabel 1 menunjukkan bahwa jarak rotor dan stator memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diamati. Kapasitas alat tertinggi terdapat pada perlakuan

J2 (jarak 1,0 cm) yaitu 98.848 Kg/jam sedangkan yang terendah terdapat pada

perlakuan J4 (jarak 1,4 cm) yaitu 29,558 Kg/jam. Persentase buah tidak terkupas

tertinggi terdapat pada perlakuan J4 (jarak 1,4 cm) yaitu 16,625 % sedangkan

yang terendah terdapat pada perlakuan J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 6,125 %. Persentase

biji kopi pecah tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (jarak 1,0 cm) yaitu 4,725 %

sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 1,700 %.

Persentase biji keluar di pengeluaran kulit tertinggi terdapat pada perlakuan J3

(jarak 1,2 cm) yaitu 20,925 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan

J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 0,250 %. Persentase kulit keluar di pengeluaran biji

tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (jarak 0,8 cm) yaitu 13,225 % sedangkan

yang terendah terdapat pada perlakuan J4 (jarak 1,4 cm) yaitu 7,725 %. Hal ini

dikarenakan semakin besar jarak antara rotor dan stator maka buah kopi yang

terkelupas akan semakin sedikit sesuai dengan literatur Amelia, dkk (2008) yang

menyatakan bahwa gaya tekan antara biji kopi dengan casing plat dan poros spine

semakin berkurang dengan bertambahnya jarak celah. Berkurangnya gaya tekan

akan berakibat semakin sedikit biji kopi yang dapat terkelupas karena proses

(39)

dari kekuatan biji kulit kopi. Selain itu dengan semakin lebarnya jarak celah,

maka gesekan antar biji kopi akan semakin berkurang.

Tabel 2. Pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati

Tabel 2 menunjukkan bahwa variasi bentuk mata pisau memberikan

pengaruh terhadap kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada perlakuan M4

(mata pisau bentuk setengah lingkaran) yaitu 76,278 Kg/Jam sedangkan yang

terendah terdapat pada perlakuan M2 (mata pisau bentuk lengkung) yaitu 40,540

Kg/Jam. Persentase buah tidak terkupas tertinggi terdapat pada perlakuan M4

(mata pisau bentuk setengah lingkaran) yaitu 13,725 % sedangkan yang terendah

terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear) yaitu 7,450 %. Persentase

biji kopi pecah tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear)

yaitu 5,675 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M2 ( mata pisau

bentuk lengkung) yaitu 1,250 %. Persentase biji keluar di pengeluaran kulit

tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear) yaitu 17,375 %

sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M2 (mata pisau bentuk

lengkung) yaitu 9,425 %. Persentase kulit keluar di pengeluaran biji tertinggi

terdapat pada perlakuan M2 (mata pisau bentuk lengkung) yaitu 12,550 %

sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 (mata pisau bentuk linear)

(40)

Ukuran diameter buah kopi yang tidak terkupas ataupun yang tertinggal di

pengeluaran biji. Pada jarak rotor dan stator 0,8 cm ukuran yang tertinggal

ataupun yang tidak terkupas yaitu 0,8-0,9 cm, jarak 1 cm ukuran kopi yang

tertinggal berdiameter 0,8-1,1 cm, jarak 1,2 cm ukuran buah kopi yang tertinggal

berdiameter 0,8-1,2, jarak 1,4 cm ukuran buah kopi yang tertinggal berdiameter

1-1,4 cm. Sesuai dengan literatur AAK (1991) yang menyatakan ciri-ciri kopi

arabika sebagai berikut kopi arabika merupakan kopi yang berdaun kecil, halus

mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm, panjang buah 1,5 cm.

Biji kopi yang rusak ataupun pecah diakibatkan oleh beberapa hal yaitu

jika jarak rotor dan stator terlalu sempit dan diameter kopi yang lebih besar maka

hasilnya buah kopi yang terkupas akan rusak ataupun pecah. Jika jarak antara

rotor dan stator terlalu besar hal ini menyebabkan biji kopi lebih banyak terikut di

saluran kulit. Oleh karena itu, biji kopi yang terikut di saluran kulit lebih banyak

pecah dibandingkan saluran biji.

Perbedaan waktu pada saat pengupasan kulit kopi disebabkan oleh

beberapa hal yaitu kematangan buah, jarak antara rotor dan stator. Jika buah

terlalu matang maka pengupasan akan cepat tetapi jika buah tidak matang maka

pengupasan cukup lama. Jarak antara rotor dan stator juga sangat berpengaruh,

jika jaraknya sempit misalnya jarak 0,8 cm maka waktu yang dibutuhkan lebih

lama dibandingkan dengan jarak yang lainnya. Ini disebabkan karena jarak terlalu

sempit sehingga kopi dari hopper ke saluran rotor dan stator sedikit demi sedikit.

Tetapi jika jarak antara rotor dan stator terlalu besar maka waktu yang dibutuhkan

juga cukup lama. Ini disebabkan karena banyaknya kopi yang terdorong dari

(41)

pengeluaran biji. Hal ini jugalah yang menyebabkan banyaknya biji yang terdapat

pada saluran kulit.

Perbedaan waktu disebabkan juga karena ukuran diameter kopi yang tidak

seragam. Hal ini merupakan salah satu penyebab perbedaan waktu. Penyebab

perbedaan waktu yang lainnya yaitu sewaktu pengupasan kulit kopi berlangsung,

pada akhir pengupasan masih terdapat beberapa buah kopi yang masih di hopper

ataupun tidak turun kesaluran rotor dan stator karena hal ini waktu pengupasan

yang tercatat tidak seragam.

Variasi perlakuan penelitian dengan menggunakan jarak antara rotor dan

stator serta bentuk mata pisau yang berbeda tersebut bertujuan untuk mengetahui

pengaruh jarak antara rotor dan stator serta variasi bentuk mata pisau pengupas

terhadap parameter penelitian. Pengupasan kulit kopi dilakukan dengan empat

jenis mata pisau yang berbeda yang dilakukan secara bergantian, yaitu:

- Mata pisau pengupas berbentuk linear. Mata pisau ini terbuat dari bahan

stainless steel dengan jarak antara mata pisau 1,0 cm, jarak antara atas dan

bawah mata pisau 1,0 cm dan lebar tiap mata pisau 0,5 cm.

(42)

- Mata pisau pengupas bentuk lengkung. Mata pisau ini terbuat dari bahan

stainless steel dengan jarak antara mata pisau 1,0 cm, jarak antara atas dan

bawah mata pisau 0,5 cm dan lebar tiap mata pisau 1,0 cm.

Gambar 2. Mata pisau bentuk lengkung

- Mata pisau pengupas bentuk segitiga. Mata pisau ini terbuat dari bahan

stainless steel dengan jarak antara mata pisau 1,5 cm, jarak antara atas dan

bawah mata pisau 0,5 cm dan lebar tiap mata pisau 1 cm.

(43)

- Mata pisau pengupas bentuk setengah lingkaran. Mata pisau ini terbuat

dari bahan stainless steel dengan jarak antara mata pisau 0,5 cm, jarak

antara atas dan bawah mata pisau 0,5 cm dan lebar tiap mata pisau 1,5 cm.

Gambar 4. Mata pisau bentuk setengah lingkaran

Sementara untuk jarak ada empat jarak antara rotor dan stator yang berbeda pula

yaitu 0,8 cm, 1 cm, 1,2 cm dan 1,4 cm.

Kapasitas Efektif Alat

Pengaruh jarak rotor dan stator

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama

pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh

dengan membagi berat bahan (buah kopi) yang terkupas pada tiap perlakuan

terhadap waktu yang dibutuhkan selama proses pengoperasian alat. Menurut

Daywin, dkk., (2008) kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai

kemampuan alat atau mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg,

Lt) per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan

(44)

penggerak motor. Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW. Jam, Kg/kW. Jam

atau Lt/kW. Jam.

Tabel analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa jarak

rotor dan stator memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat.

Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan bahwa

pengaruh jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan J2 berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan J3, J1 dan J4 namun perlakuan J1 tidak berbeda nyata terhadap

perlakuan J4. Kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh pada perlakuan J2 (jarak

rotor dan stator 1,0 cm) yaitu sebesar 98,848 Kg/Jam dan yang terendah pada

perlakuan J4 (jarak rotor dan stator 1,4 cm) yaitu sebesar 29,558 Kg/Jam. Hal ini

sesuai dengan literatur Amelia, dkk (2008) yang menyatakan bahwa gaya tekan

antara biji kopi dengan casing plat dan poros spine semakin berkurang dengan

bertambahnya jarak celah. Berkurangnya gaya tekan akan berakibat semakin

sedikit biji kopi yang dapat terkelupas karena proses pengupasan gaya tekan yang

diberikan harus lebih besar dari kekuatan biji kulit kopi.

Jarak

LSR Jarak Rotor dan Stator

(45)

Selain itu dengan semakin lebarnya jarak celah, maka gesekan antar biji kopi akan

semakin berkurang.

Hubungan jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap kapasitas efektif alat

Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan J2 (jarak 1,0 cm) memberikan

hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan J3 (jarak 1,2 cm), perlakuan

J1 (0,8 cm) dan perlakuan J4 (jarak 1,4 cm). Perlakuan J2 mendapatkan kapasitas

efektif alat sebesar 98,848 Kg/Jam, sedangkan perlakuan J3, J1 dan J4

masing-masing adalah 74,708 Kg/Jam, 32,984 Kg/jam dan 29,558 Kg/Jam.

Pada proses pengupasan kulit kopi jarak rotor dan stator merupakan bagian

yang terpenting karena kedua bagian tersebut yang melakukan proses pengupasan

dimana kopi akan tertekan dan terkupas. Terkadang buah kopi yang keluar dari

pengupasan kulitnya belum terkupas seluruhnya. Oleh karena itu, buah yang

belum terkupas harus dikumpulkan terlebih dahulu dan dimasukkan lagi kedalam

alat pengupas hingga seluruh kulit terkupas. Jarak antara rotor dan stator harus

dipersempit agar kulit buah kopi yang berukuran kecil dapat terkupas. Jarak

(46)

antara rotor dan stator tidak boleh terlalu sempit dan terlalu longgar karena jarak

yang terlalu sempit akan mengakibatkan banyak biji pecah sebaliknya jarak yang

terlalu longgar menyebabkan banyak kulit buah kopi yang tidak terkupas

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Pengaruh variasi bentuk mata pisau

Tabel analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa variasi

bentuk mata pisau memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif

alat. Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan bahwa

pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan M4 yakni mata pisau setengah

lingkaran pada taraf 5% menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M3

dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M1 dan M2. Perlakuan M3 berbeda

sangat nyata terhadap perlakuan M1 dan M2. Perlakuan M1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan M2. Sedangkan Pada Taraf 0,01 % menunjukkan bahwa M4

berbeda nyata terhadap perlakuan M3 dan berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan M1 dan M2. Perlakuan M3 berbeda nyata terhadap perlakuan M1 dan

Jarak

LSR

Bentuk Mata Pisau Rataan

(47)

M2 namun perlakuan M1 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M2. Kapasitas

efektif alat tertinggi diperoleh pada perlakuan M4 (mata pisau setengah lingkaran)

yaitu sebesar 76,278 Kg/jam dan kapasitas efektif alat terendah diperoleh pada

perlakuan M2 (mata pisau lengkung) yaitu sebesar 40,541 Kg/Jam.

Hubungan variasi benrtuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat

Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan M4 memberikan hasil yang

lebih baik dibandingkan dengan perlakuan M3, perlakuan M1 dan Perlakuan M2.

Perlakuan M4 (mata pisau setengah lingkaran) mendapatkan kapasitas efektif alat

sebesar 76, 278 Kg/Jam sedangkan perlakuan M3 (mata pisau segitiga), M1(mata

pisau linear) dan M2 (mata pisau lengkung) sebesar 66,040 Kg/Jam, 53,240

Kg/Jam, 40,541 Kg/Jam.

Pengaruh interaksi antara jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau

Daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa interaksi

jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau memberikan

76,278

(48)

pengaruh yang sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Hasil uji least

significant range (LSR) interaksi pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata

pisau terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat terendah yaitu 13,303

Kg/jam diperoleh dari kombinasi perlakuan J1M2 (jarak 0,8 cm dengan mata

pisau bentuk lengkung), sedangkan tertinggi sebesar 170,788 Kg/Jam diperoleh

dari kombinasi perlakuan J2M4 (jarak 1,0 cm dengan mata pisau bentuk setengah

lingkaran). Pada kombinasi perlakuan berikutnya yaitu perlakuan J3M3 (jarak 1,2

cm dengan mata pisau bentuk segitiga) diperoleh 95,256 Kg/Jam dan perlakuan

(49)

dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang sangat nyata untuk hasil pengupasan kulit

kopi terhadap kapasitas efektitif alat.

Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas

efektif alat dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan jarak rotor dan variasi bentuk mata pisau terhadap kapasitas efektif alat

Gambar 7 menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat tertinggi terdapat

pada J2M4 (jarak rotor dan stator 1,0 cm dengan bentuk mata pisau setengah

lingkaran) yaitu sebesar 170,788 kg/jam sedangkan kapasitas efektif alat terendah

terdapat pada J1M2 (jarak rotor dan stator 0,8 cm dengan bantuk mata pisau

lengkung) yaitu sebesar 13,303 kg/jam. Perbedaan kapasitas efektif alat pada

tiap-tiap perlakuan dikarenakan mata pisau dan jarak rotor dan stator yang digunakan

berbeda. Perbedaan ukuran mata pisau dan bentuk mata pisau menyebabkan hasil

yang didapat sewaktu pengupasan juga berbeda. Hal lain yang mempengaruhi

hasil pengupasan yaitu ukuran diameter buah kopi, kematangan buah kopi dan

waktu yang dibutuhkan pada tiap-tiap perlakuan sewaktu pengupasan buah kopi.

170,788

(50)

Persentase Buah Tidak Terkupas

Pengaruh jarak rotor dan stator

Daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa jarak

rotor dan stator memberikan pengaruh nyata terhadap persentase buah yang tidak

terkupas. Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan

bahwa pengaruh jarak rotor dan stator terhadap persentase buah yang tidak

terkupas untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh jarak rotor terhadap persentase buah tidak terkupas.

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel 6 pada taraf 0,05% menunjukkan bahwa setiap perlakuan berbeda

sangat nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Perlakuan J4 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan J3 demikian juga terhadap perlakuan J2 dan J1. Sedangkan

pada taraf 0,01% menunjukkan bahwa perlakuan J4 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan J3, J2 dan J1 namun perlakuan J2 dan J1 tidak berbeda nyata.

Persentase buah tidak terkupas tertinggi terdapat pada perlakuan J4 (jarak 1,4 cm)

yaitu sebesar 16,63 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan J1 (jarak

0,8 cm) yaitu sebesar 6,13 %. Dari hasil diketahui bahwa jarak antara rotor dan

stator sangat berpengaruh terhadap buah yang tidak terkupas, jika jarak antara

(51)

yang tidak terkupas sedangkan jika jaraknya terlalu kecil maka buah kopi yang

tidak terkupas lebih sedikit.

Hubungan jarak rotor dan stator dengan persentase buah yang tidak

terkupas dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan jarak rotor dan stator terhadap persentase buah tidak terkupas

Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin besar jarak rotor dan stator maka

buah kopi yang tidak terkupas semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena

semakin besar jarak rotor dan stator maka semakin banyak buah yang utuh akan

lolos dari pengupasan. Sesuai dengan literatur Najiyati dan Danarti (2004) yang

menyatakan bahwa lubang yang terlalu longgar mengakibatkan banyak kulit buah

kopi yang tidak terkupas sehingga harus dimasukkan lagi ke mesin pulper.

Penyebab buah kopi tidak terkupas dengan baik sewaktu menggunakan

alat pengupas kulit kopi mekanis yaitu jarak antara rotor dan stator terlalu besar

sehingga buah kopi tidak terkupas seutuhnya hanya sebagian dari kulit yang

terkelupas. Hal ini sesuai dengan literatur Budiman (2012) yang menyatakan

bahwa kinerja mesin pengupas sangat bergantung pada kemasakan buah,

(52)

stator. Mesin akan berfungsi dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup

masak karena kulit dan daging buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya,

buah muda relatif sulit sulit dikupas. Lebar celah diatur sedemikian rupa

menyesuaikan dengan ukuran buah kopi sehingga buah kopi yang ukurannya

lebih besar dari lebar celah akan terkelupas.

Pengaruh variasi bentuk mata pisau

Daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa variasi

bentuk mata pisau memberikan pengaruh nyata terhadap persentase buah yang

tidak terkupas. Hasil pengujian dengan least signifikan range (LSR) menunjukkan

bahwa pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah yang tidak

terkupas untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap persentase buah tidak terkupas.

Jarak

LSR

Bentuk Mata Pisau Rataan

Notasi

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan M4 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan M3 namun berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M2 dan perlakuan

M1. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M2 dan M1.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh jarak rotor dan stator terhadap parameter yang diamati
Tabel 2. Pengaruh variasi bentuk mata pisau terhadap parameter yang diamati
Gambar 2. Mata pisau bentuk lengkung
Gambar 4. Mata pisau bentuk setengah lingkaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil file keluaran (stego image) yang dihasilkan oleh aplikasi ini mengalami perubahan yang rendah, hal ini dibuktikan melalui besar rata-rata nilai Signal-to Noise Ratio

Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang program dan kegiatan Propinsi Sumatera Barat pada bidang Perikanan Tangkap yang didanai dengan APBD sebesar Rp.. Kegiatan ini untuk mendampingi

Pembuatan web ini bertujuan untuk melatih dan membantu pengguna untuk membiasakan dirinya dengan pola-pola soal psikotes yang biasa digunakan oleh perusahaan saat

Merumuskan program dan kegiatan baik rutin maupiun anggaran berbasis kinerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi kecamatan serta sumber daya yang ada berpedoman kepada

PENILAIAN YANG TELAH DIISI IDENTITAS (HARI TANGGAL, JAM, NAMA PESERTA, NIM,5. IDENTITAS PENGUJI)

Program key generator berfungsi untuk menghasilkan kunci E, N, D yang akan digunakan pada program enkripsi dan dekripsi. Program enkripsi berfungsi untuk mengubah pesan

Daerah Ibu Kota Jakarta (Jakarta : Departemen P dan K, 1998), hal.. Pengganjaran, pengganjaran dalam pola asuh dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, pemberian hukuman yaitu

Abstrak: Penelitian ini didasari atas pengamatan peneliti terhadap hasil belajar pencak silat, khususnya dalam hal penguasaan jurus tunggal yang masih rendah. Penelitian