STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) DANTWO STAY TWO STRAY(TSTS)DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh
AYODHYA DANARI ATRI PRADINI 1113031015
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 14 Bandar Lampung diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaranTeam Assisted Individualization (TAI) danTwo Stay Two Stray(TSTS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi berjumlah 239 dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa. Teknik sampling menggunakancluster random sampling. Data diperoleh melalui melalui tes saat awal pembelajaran (pre test) dan akhie pembelajaran (post test).
Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varians dua jalan dant-test separated varians.Hasil penelitian menunjukkan (1) Fhitung4,439 > Ftabel3,9 terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Assisted IndividualizationdanTwo Stay Two Sraypada mata pelajaran IPS Terpadu. (2) thitung7,613 > ttabel2,0105 Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal baik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization lebih tinggi dibandingkan yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. (3) thitung2,397 > ttabel= 2,056 hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal kurang baik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo Stay Two Sray. (4) Fhitung 40,495> Ftabel3,97 ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP Negeri 14 Bandar Lampung.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATIONDANTWO STAY TWO STRAYDENGAN
MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh:
Ayodhya Danari Atri Pradini
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATIONDANTWO STAY TWO STRAYDENGAN
MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015 (Skripsi)
Oleh:
Ayodhya Danari Atri Pradini
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI DAFTAR TABLE DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I Pendahuluan
A. LatarBelakangMasalah ………... 1
B. IdentifikasiMasalah……….. 10
C. PembatasanMasalah ………... 10
D. RumusanMasalah ………. 11
E. TujuanPenelitian ………... 12
F. KegunaanPenelitian ……….. 12
G. RuangLingkupPenelitian ………... 13
BAB II KajianPustaka, KerangkaPikir, danHipotesis A. TinjauanPustaka ………... 15
1. Belajar ………...…... 15
2. Hasil Belajar………..……….. 16
3. PinsipBelajar……… 18
4. PembelajaranKooperatif ………... 19
a. PengertainPembelajaranKooperatif …………... 19
b. Tujuan PembelajaranKooperatif……...……… 21
d. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif……… 23
5. Model PembelajaranTeam Assisted Individualization..………. 24
6. Model Pembelejaran Two Stay Two Stray...………... 29
7. KemampuanAwal………..……….……... 36
B. Penelitian yang Relevan ……….…………... 37
C. Kerangka Pikir………..……….. 38
D. Hipotesis ………..………... 42
BAB III Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian ………... 43
B. Populasi dan Sampel ……… 48
1. Populasi ………. 48
2. Sampel……… 48
C. Variabel Penelitian ……….. 49
D. Definisi Konseptual Variabel ……….. 50
E. Definisi Operasional Variabel ………. 51
F. Teknik Pengumpulan Data ……….. 52
G. Uji Persyaratan Instrumen ………... 53
1. Uji Validitas Instrumen …... 54
2. Uji Reabilitas Instrumen ……… 55
3. Taraf Kesukaran ……….……… 56
4. Daya Beda ……….………. 57
H. Uji Persyaratan Analisis Data ……….………. 58
1. Uji Normalitas ……….………... 58
2. Uji Homogenitas ……… 58
I. TeknikAnalisis Data ……….………... 59
1. T-test Dua Sampel Independen...…..………. 59
2. Analisis Varians Dua Jalan...…………..……… 60
Halaman BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64
1. SMP Negeri 14Bandar Lampung ... 64
2. Visi Dan Misi SMP Negeri 14Bandar Lampung... 65
3. Proses Belajar dan Pembelajaran... 65
4. Kondisi Siswa……….. 66
5. Sarana Dan Prasarana ... 66
6. Struktur Organisasi ... 66
7. Kegiatan Ekstrakulikuler………. 66
B. Deskripsi Data ... 67
1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen... 68
2. Data Hasil Post TestKelasEksperimen………... 69
3. Data Hasil Tes Kemampuan Awal kelasKontrol... 71
4. Data Hasil Post TestKelasKontrol………... 72
C. Pengujian Persyaratan Analisi Data ... 74
1. Uji Normalitas ... 74
2. Uji Homogenitas ... 75
D. Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.. 77
E. Pengujian Hipotesis ... 77
F. Pembahasan ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
Gambar Halaman
Lampiran 1. Silabus
2. RPP Kelas Eksperimen 3. RPP Kelas Kontrol 4. Soal
5. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 6. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol
7. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 8. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol
9. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi
10. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi
11. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah
12. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah
13. Uji Validitas Instrumen 14. Hasil Analisis Validitas Soal 15. Uji Realibilitas Instrumen 16. Taraf Kesukaran Instrumen 17. Daya Beda Instrumen 18. Uji Normalitas Data 19. Uji Homogenitas
20. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran TAI dan TSTS
TAI dan TSTS dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Baik 23. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran
Tabel Halaman
1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS Terpadu SiswaKelas VII
SMP Negeri14 Bandar Lampung TP 2014/2015……...…....… 5
2. Langkah- LangkahPembelajaranKooperatif ………...…..…. 24
3. Penelitian yang Relevan………. 37
4. DefinisiKonseptual Variabel...………..… 44
5. Definisi Operasional Variabel...………..…. 52
6. Tingkat BesarnyaReliabilitas... 55
7. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan………..………….…. 61
8. Distribusi Frekuensi TesKemampuanAwal Kelas Eksperimen …... 69
9. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen………. 70
10. Distribusi Frekuensi TesKemampuanAwal Kelas Kontrol...……...… 72
11. Distribusi Frekuensi posttest Kelas Kontrol... 73
12. Uji Normalitas Data...……… 74
13. Rekapitulasi Uji Normalitas...………...…….. 75
14. Hasil Uji Normalitas...………...……… 76
15. Hasil Pengujian Hipotesis 1...…. 78
16. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ...……...……… 80
17. Hasil Pengujian Hipotesis 3...……… 81
18. Hasil Pengujian Hipotesis 4...……… 83
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat
(siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya ..
(Q.S.Al-Baqarah: 286)
Manisya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya kemenangan melenyapkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan dengan
baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah.
(dr, aidh bin Abdullh Al Qarni)
Keraguan hanya dapat dihilangkan dengan tindakan
(Johann Wolfgang von Goethe)
Like what you do, do what you like
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT
atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau
berikan selama ini
.Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk
Kedua Orang Tuaku
Terimakasih Atas Kasih Sayang Tiada Tara yang Diberikan. Telah
Merawat dan Mendidiku Dengan Penuh Kesabaran Agar Menjadi
Manusia yang Bermanfaat. Doa yang Tiada Hentinya yang Selalu
Mengiringi Jalan Kesuksesanku.
Adik-Adik
Terima kasih Selalu Mendoakan dan Memberi Semangat untuk
Kesuksesanku
.Para Pendidik
Terima kasih Telah Berbagi Ilmu dan Pengalaman untuk Bekal
Menghadapi Kehidupan.
Sahabat sahabatku
Terima kasih Selalu Meberikan Canda dan Tawa Setiap hari.
Seseorang yang Kelak Akan Mendampingi Hidupku
Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 Juni
1993 dengan nama lengkap Ayodhya Danari Atri Pradini.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, Putri
pertama dari pasangan Bapak Agus Thamrin, S.T. dan Ibu
Desma Dewi.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis.
1. Taman Kanak-kanak Tut Wuri Handayani diselesaikan pada tahun 1998
2. SD Kartika Jaya II-5 diselesaikan pada tahun 2005
3. SMP Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008
4. SMA Al Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML). Pada tahun 2014, penulis
mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung
dan Jakarta. Serta pada bulan Juli-September mengikuti Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Kedamaian Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus dan
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dan Two Stay Two Stray
Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,
bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, selaku
pembahas skripsi penulis dan pembimbing akademik yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat
waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat
dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku pembimbing II syang telah membantu
mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu
dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.
10. Ellyda, S.Pd. M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 14 Bandar Lampung, terima
kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk
menjadikan SMP Negeri 14 Bandar Lampung sebagai tempat penelitian
skripsi ini.
11. Bapak Sumarno, S.Sos., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP
Negeri 14 Bandar Lampung, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan
motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian
dalam skripsi ini.
12. Siswa-Siswi SMP Negri 14 Bandar Lampung, terima kasih atas kerjasama
dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
13. Kedua orang tuaku, Mamaku tercinta Desma Dewi dan Papaku Agus
Thamrin, S.T. terimakasih yang tiada tara telah memberikan cinta dan
dukungan berupa moril maupun materil. Terimakasih atas setiap cinta yang
terpancar serta doa yang tiada hentinya, restu yang selalu mengiringi setiap
Rabbal A’lamiin.
14. Adik-adik ku Nikita Putri Mahardika, Hafiz Zavier Fagesa, dan Diomi
Syarafana Faika. Terimakasih atas canda tawa yang kalian berikan kepadaku
ketika aku lelah dan mulai putus asa. Terima kasih buat dukungan dan
motivasi sepanjang umur ini.
15. Fakih Riskyanto seseorang yang selalu membantu dan memberi semangat
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
16. Teman-teman terbaikku Taufik Priandaru, Yayuk Sulan Utami, Lisa Mellesa,
Fitri Maretta, Taufik Priandaru, Iqbal Tawakal, Dinna Puspitasari, Rika Tri
Ananda dan Muhammad Iqbal Saberi. Terima kasih untuk kebersamaannya
selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan dalam
penyusunan skripsi ini.
17. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama
ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita
kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.
18. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua
bantuan dan motivasinya.
19. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan
informasi dalam penyelesaian skripsi ini.
20. Sahabat KKN PPL yang tak akan pernah terlupa Amel, Bang Zen, Mba As,
Agung Kab. Tanggamus serta keluarga besar SMA Negeri 2 Kotaagung.
21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada
penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Aamiin.
Bandar Lampung, 5 Oktober 2015 Penulis,
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan
globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang
dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif
pada suatu negara.Orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi.Persaingan yang terjadi pada era
globalisasi ini menumbuhkan kompetisi antarbangsa, sehingga menuntut
adanya perkembangan kualitas sumber daya manusia.Pendidikan adalah salah
satu hal penting dalam hal pengembangan sumber daya manusia.Bagi
Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem
pendidikan.
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upayameningkatkan
taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggaldengan bangsa lain.
Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampumenjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan kualitaspendidikan, serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untukmenghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal,nasional, global sehingga diperlukan
berkesinambungan.Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu
perlu adanya peran aktif dari semua pihakdiantaranya adalah pemerintah,
orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Pendidikan berfungsi meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik,
mental maupun spiritual. Mutu pendidikan haruslah ditingkatkan dengan cara
memperbaiki pembelajaran menjadi agar siswa lebih aktif dan mencapai hasil
belajar yang baik, yang kemudian bekal ilmu tersebut dapat dipergunakan
untuk mengembangkan potensi yang telah dimilikinya.
Upaya meningkatkan pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan
perkembangan zaman, banyak yang dapat dilakukan untuk mencapai
pendidikan berkualitas di sekolah salah satunya yaitu dengan penerapan
model pembelajaran. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan kualitas
pendidikan di Indonesia diarahkan pada pengembangan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, berilmu, akan
menjadi lebih baik agar mampu bersaing seiring perkembangan zaman.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema
kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani
maupun potensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin
penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia
dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Di era perkembangan zaman yang semakin maju seperti saat ini, salah satu
disiplin ilmu yang sangat perlu dikembangkan dalam pendidikan dalam
pendidikan pendidikan adalah IPS Terpadu. Ilmu pengetahui sosial
merupakan suatu disiplin ilmu yang mengajarkan kepada siswa agar lebih
peka dalam mengenal dan memiliki kepedulian terhadap fenomena-fenomena
sosial yang ada. Menurut (Soemantri, 2001 : 103), “Pendidikan IPS adalah
penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis
ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.
Tujuan pendidikan IPS menurut (Isjoni, 2007 ; 50-51) dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori sebagai berikut:
1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu
membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.
2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir (thinking skills).
3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang
diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).
4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam
masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).
Pelajaran yang ada di ilmu pengetahuan sosial cenderung hanya tekstual dan
menggunakan metode yang kadang membosankan sehingga untuk merubah
anggapan bahwa pelajaran IPS dan dalam pembelajarannya membosankan
pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa
akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya
merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Keterlibatan guru
hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Guru sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengelola dan mengajar secara efektif agar tercapai tujuan
yang telah ditetapkan.Sistem pendidikan saat ini menuntut siswa untuk
bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang
diajarkan. Sehingga guru dituntut tidak hanya sekedar menerangkan hal-hal
yang terdapat dalam buku, namun mendorong, memberi inspirasi,
membimbing siswa serta dapat memberikan motivasi agar siswa lebih
semangat dalam usaha mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian penahuluan dan wawancara terhadap guru IPS
Terpadu di SMP Negeri 14Bandar Lampung kelas VII diketahui bahwa proses
pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh guru tidak hanya
menggunakan metode ceramah atau metode langsung, terkadang guru
mrnggunakan metode kooperatif walaupun penerapannya masih kurang baik.
Siswa masih mengalami kesulitan dalam bekerja sama dengan kelompoknya
karena guru membagi kelompok dengan sembarangan. Seperti membagi
kelompok dengan urutan tempat duduk, siswa memilih sendiri kelompoknya
bahkan melalui urutan absen ataupun acak.Dengan demikian pembagian
kelompok tersebut tidaklah tepat, bisa saja dalam suatu kelompok terdapat
bahkan siswa perempuan saja.Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
belum dapat ditingkatkan.
Setelah melakukan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa
kelas VIISMP Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang
terdiri dari enam kelas diketahui bahwa dari setiap kelas terdapat siswa yang
hasil belajarnya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil
belajar siswa pada enam kelas tersebut adalahsebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Bandar Lampung TP. 2014/2015
No. Kelas Nilai <73 Nilai≥ 73 Jumlah
Siswa
1. VII a 17 23 40
2. VII b 24 15 39
3. VII c 19 21 40
4. VII d 23 17 40
5. VII f 25 15 40
6. VII g 27 13 40
Jumlah Siswa 135 104 239
Persentasi (%) 56,48 43,51 100
Sumber:Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 14 BandarLampung
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh
siswa SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada ujian mid semester masih belum
optimal. Hal ini dikarenakan hanya 104 siswa (43,5%) dari 239 siswa yang
mendapat nilai≥73, dan 135 siswa (56,48%) memperoleh nilai <73. Apabila
keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong baik (Djamarah
dan Zain,2006:106).
Berhasil atau tidaknya pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa
bergantung pada bagaimana proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan.Dalam pendidikan, proses pembelajaran merupakan faktor yang
cukup penting. Proses pembelajaran yang baik akan memperoleh hasil yang
baik pula.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi
dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran.Di SMP Negeri 14
Bandar Lampung terdapat standar KKM khususnya mata pelajaran IPS
Terpadu yaitu 73.Apabila siswa belum mencapai kriteria nilai yang
diharapkan, maka siswa tersebut harus mengikuti remedial.Hasil belajar
merupakan hal sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar. Bagi
seorang guru, hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi bagi
keberhasilan belajar siswa. Seorang guru dapat dikatakan berhasil apabila
lebih dari separuh jumlah siswa (65%) telah mencapai standar ketuntasan
yang telah ditetapkan.Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan sarana
informasi yang berguna untuk mengukur tingkat kemampuan atau
keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif
maupun perubahan yang bersifat negatif.Hal ini senada dengan pendapat
Djamarah dan Zain (2006: 128) yang mengatakan bahwa “Siswa dinyatakan
berhasil dalam belajarnya apabila siswa tersebut menguasai bahan pelajaran
Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar adalah kurangnya variasi
model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru cendrung masih
menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini membuat siswa
kurang berminat, kurang memperhatikan dan kurang berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran IPS Terpadu akibatnya kurang maksimal dalam
pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas
VII SMP Negeri 14 Bandar Lampung.Perubahan dalam proses pembelajaran
untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan dan menyenangkan harus
mulai diterapkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses
pembelajaran tersebut adalah dengan memilih model pembelajaran yang
tepat.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang
menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan
saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah (Muslim
Ibrahim, 2000: 3). Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat
bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama.
Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan
kelompok, siswa harus merasakan mereka akan mencapai tujuan, maka siswa
lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota
kelompok bersifat kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya. Dalam
pembelajaran kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu
interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa
Guru lebih berperan sebagai fasilitator di dalam pembelajaran kooperatif,
menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber
sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur
permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa
merasa senang, tidak jenuh. Perubahan ini menimbulkan tantangan baru
dalam proses pembelajaran yang dapat menyemangati serta memberikan
motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif beragam jenisnya, sehingga lebih
memudahkan guru dalam memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok
bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan
kondisi internal peserta didik seperti minat mereka dalam menerima
pelajaran. Salah satumodel pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan
yaituTeam Assisted Individualization(TAI) danTwo Stay Two Stray(TSTS).
Menurut Suyitno(dalam Widyantini:2006) Model pembelajaran kooperatif
tipeteam assisted individualization(TAI) adalah model pembelajaran yang
membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara
berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI menerapkan
bimbingan antar teman sebagai titik berat dalam pelaksanaan pembelajaran.
Siswa yang pandai bertanggung jawab atas siswa yang lemah sehingga
meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok yang kecil. Dalam model
ketrampilannya, sedang siswa yang lemah dapat terbantu dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray.
“Dua tinggal dua tamu” dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala
Bernomor (Numbered Heads). Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray siswa digolongkan pada kelompok-kelompok yang beranggotakan 4
orang dengan bentuk kelompok heterogen. Sedangkan yang dimaksud dengan
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah suatu model
pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa untuk mengerjakan tugas
atau memecahkan masalah tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran (Lie
2008 : 61)
Setiap individu mempuyai kemampuan belajar yang tidak sama. Kemampuan
awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Kemampuan awal(entry behavior)ini
menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan
disampaikan
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa diperlukan model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran
di kelas. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul:”Studi Perbandingan Hasil
Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
(TSTS)dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional
(ceramah, tanya jawab, diskusi).
2. Hasil belajar IPS Terpadu siswa SMP Negeri 14 Bandar Lampung masih
di bawah KKM.
3. Siswa kurang memperhatikan pelajaran.
4. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
5. Kurangnya antusias siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan, terlihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern individu siswa.Model
pembelajaran dengan berbagai tipe yang merupakan faktor ekstern dan
kemampuan awal, motivasi, minat belajar sebagai faktor intern.Penelitian ini
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan memperhatikan
kemampuan awal siswa.
D. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Assisted
IndividualizationdanTwo Stay Two Straypada mata pelajaran IPS
Terpadu pada siswa kelas VII SMPN 14 Bandar Lampung?
2. Apakah hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VII yang memiliki
kemampuan awal baik dan pembelajarannya menggunakan model
pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih tinggi dibandingkan
dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo
Stay Two Straydi SMPN 14 Bandar Lampung?
3. Apakah hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VIII yang memiliki
kemampuan awal kurang baik dan pembelajarannya menggunakan model
pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih rendah dibandingkan
dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo
Stay Two Stray?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII di SMPN
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Assisted
IndividualizationdanTwo Stay Two Straypada mata pelajaran IPS Terpadu
pada siswa kelas VII SMPN 14 Bandar Lampung
2. Mengetahui hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VII yang memiliki
kemampuan awal baik dan pembelajarannya menggunakan model
pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih tinggi dibandingkan
dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo Stay
Two Straydi SMPN 14 Bandar Lampung
2. Mengetahui hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VIII yang memiliki
kemampuan awal kurang baik dan pembelajarannya menggunakan model
pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih rendah dibandingkan
dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo
Stay Two Stray
3. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII di SMPN
14 Bandar Lampung
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang
menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada
mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran khususnya pada
mata pelajaran IPS Terpadu.
b. Bagi guru, sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki kualitas sebagai
guru yang profesional dalam upaya peningkatan mutu dan hasil belajar
IPS Terpadu siswa..
c. Bagi siswa, sebagai nuansa baru tentang model pembelajaran dan
memudahkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu
untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dan optimal.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Objek penelitian
Ruang lingkup objek penelitian adalah model pembelajaran Team
Assisted Individualization (X1), model pembelajaran Two Stay Two
Stray (X2), dan hasil belajar IPS Terpadu (Y).
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 14 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Bandar LampungTahun
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar adalah Key term , “Istilah kunci” yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak akan ada pendidikan. Sebagai
suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan.
Perubahan dan kemampuan utnuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah
karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada
makhluk – makhluk lainnya, yaitu sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
Dalam Al-Qur’an surah Mujadalah : 11 “Niscaya Allah akan meninggikan
beberapa derajat kepada orang –orang beriman dan berilmu”. Hal di
atas didukung pula oleh pendapat – pendapat para ahli lainnya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunagannya (Slameto, 2010: 2). Belajar adalah kegiatan yang
peyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang di alaminya. Skinner, seperti yang di kutip Barlow
(1985) dalam bukunya educational psychology: the teaching-Learning
process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau
peyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar adalah suatu
kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan
(Djamarah, 2006: 15).
Menurut Gagne (2000) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses
yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara
mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu angka atau indek yang menentukan berhasil atau
tidaknya seseorang siswa dalam proses pembelajaran. Angka dari hasil tes
yang dilakukan dalam pembelajaran tapi juga merupakan gambaran
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri (Lina
dalam Slameto, 2010: 8).
Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan:
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar.”
Pendapat Syaiful Sagala (2003: 38) mengatakan bahwa agar peserta didik
dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti
dikemukakan berikut ini:
1. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini dapat ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test),
2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory),
3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya (Differential Aptitude Test),
4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test), 5. Dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh
proses belajar yang dicerminkan dalam bentuk angka atau skor yang
diperoleh setelah mengikuti tes. Hasil belajar memiliki arti penting karena
dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses
3. Prinsip-prinsip belajar
Slameto (2010: 27-28) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai
berikut:
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belahjar dengan efektif;
4. Belajar perlua ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar
1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; 3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.
c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yng cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Keempat prinsip belajar tersebut sangatlah penting untuk dipahami agar
proses belajar menjadi maksimal. Belajar adalah suatu proses yang
kontinyu. Dimana proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan
afektif, dan psikomotor dan dengan tahap demi tahap sesuai
perkembangannya yang tercermin dalam hasil belajar siswa. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2006:10).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku dari dalam diri siswa dan secara kontinyu yaitu
dari tahapan ke tahapan selanjutnya sesuai perkembangannya.
4.Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme
dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara
individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan
merevisinya bila perlu.
Kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai
tujuan bersama. Falsafah yang mendasari model pembelajaran
kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo socius, yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup.
siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dan
memahami materi, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar
semua mencapai hasil belajar yang tinggi.
Slavin (Solihatin, 2008: 4) menyatakan bahwa Cooperative Learning
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekarja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang. Dengan struktur anggota
kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan dalam
kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas belajar
kelompok, baik secara individual maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru
tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa
untuk mengemukakan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan
komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dengan siswa,
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar
siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan
keterampilan sosial. Penelitian juga menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif
tarhadap siswa yang rendah hasil belajarnya (Arends, 2001: 315).
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit dipahami. Tujuan penting dalam pembelajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekarja sama dan kolaborasi (Rusmpn, 2012: 211). Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja.
Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan
tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
mengembangkan komunikasi antara kelompok, sedangkan peranan
tugas dilakukan dengan memberi tugas antar anggota kelompok
selama kegiatan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
1. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan
kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
3. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial
dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan
muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang
cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut (Rusmpn, 2012: 207) karakteristik atau ciri-ciri
pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran secara tim,
2. Didasarkan pada manajemen koopertif,
3. Kemauan untuk bekerja sama,
Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu:
1. Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok.
2. Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
3. Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya, 2006: 242).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran penting. Tujuan tersebut yaitu peningkatan hasil
belajar akademik. Di samping model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik,
model pembelajaran kooperatif juga lebih efektif untuk
mengembangkan kompetensi siswa pada aspek sosial.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut pendapat Ibrahim (2000 : 10) langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b) Menyajikan informasi.
c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
e) Evaluasi.
f) Memberikan penghargaan.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang lebih rinci dapat dilihat
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TAHAP TINDAKAN GURU
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan
pembelajaran dan menekankan
pentingnya topik yang akan dipelajari Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaiman caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien.
Tahap 4 Membimbing kelompok bekarja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya.
Tahap 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Rusmpn, 2012: 211)
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI)
Model pembelajaran kooperatif di dalamnya terdapat banyak variasi
pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI). Dalam pembelajaran TAI, siswa dapat
mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya. Peran guru di sini
hanya sebagai fasilitator dan penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Model pembelajaran ini juga sering disebut dengan Team Accelerated
Model pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan bentuk
pembelajaran kooperatif dimana siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran ini, siswa
belajar dengan bantuan lembar diskusi secara berkelompok, berdiskusi
untuk menemukan dan memahami konsep-konsep. Sesama anggota
kelompok berbagi tanggung jawab. Setiap individu dalam kelompok
tersebut diberi satu evaluasi (kuis). Kemudian, hasil belajar kelompok
dibandingkan dengan kelompok lain untuk memperoleh penghargaan dari
guru.
Menurut Lie (2005: 43) kelompok heterogen disukai oleh para guru yang
telah menerapkan model pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization karena beberapa alasan, yaitu:
a. Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung.
b. Kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender.
c. Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga sampai empat anak.
Ibrahim (2000: 8) berpendapat bahwa, pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat mengembangkan
serta mengasah kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang
pelajaran. Dengan demikian, konsep dari model pembelajaran ini adalah
penerapan bimbingan antar teman.
Team Asisted Individualization (TAI) menurut Widdiharto (2006: 19)
merupakan model pembelajaran yang dibuat oleh Slavin dengan alasan:
a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program
pengajaran individual.
b. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif
c. TAI disusun utuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,
misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif Team Asisted Individualization (TAI)
diterapkan dengan alasan dapat mengembangkan kecakapan siswa dan
membantu siswa dalam kesulitan belajar secara individual. Dengan
demikian, terjadi kegiatan yang saling menguntungkan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen,
yaitu:
a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
b. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah
(Suyitno, 2004: 8)
Tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh
kelompok siswa dan memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi tersebut.
b. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mendapatkan skor awal.
c. Guru memberikan materi secara singkat kepada siswa.
d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan nilai ulangan harian siswa, tiap-tiap kelompok terdiri dari
4-5 siswa.
e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa lembar kerja
yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan
bantuan secara individual bagi yang siswa yang memerlukan. Sebelum
bertanya kepada guru, siswa terlebih dahulu bertanya kepada anggota
kelompoknya.
f. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh
g. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.
h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang
berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.
i. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan
pada proses belajar dalam kelompok. Model pembelajaran ini
mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:
a. Belajar bersama dengan teman
b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
c. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
e. Belajar dalam kelompok kecil
f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri
h. Siswa aktif
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki sisi kelebihan dan
kelemahan. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu:
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
a. Meningkatkan hasil belajar
c. Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi
d. Program ini akan sangat membantu siswa yang lemah. Dengan
pengajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan
dan pengalamannya sendiri dalam mempelajari suatu bahan ajar,
sehingga pemahaman siswa terhadap materi tersebut semakin
terasah, bukan semata-mata hafalan yang didapatkannya dari
guru.
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
a.Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI)
b. Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik
bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan sebagian
mengganggu antar peserta didik lain.
c.Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai.
6. Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)
Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan
karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan
Tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya
jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang
dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada
kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang
bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak
apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah
tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada
siswa.
Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Pembelajaran kooperatif two stay two stray adalah teknik
pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk
memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada
siswa. Teknik belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Spencer Kagan
(1992) dan biasa digunakan bersama dengan teknik NHT (teknik kepala
bernomor). Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lain.
Seperti yang telah dijelaksan diatas Struktur TSTS yaitu salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan
karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan
pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah,
kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu .
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
(dalam Lie, 2002: 60-61) adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Adapun untuk dapat mempermudah memahami langkah – langkah di atas
Gambar 1. Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Keterangan:
Siswa B dan C bertugas mencari informasi artikel yang tidak dibahas
oleh kelompoknya dan berbagi hasil diskusi dengan kelompok yang
dikunjungi. Siswa A dan D bertugas memberikan informasi mengenai
artikel yang telah dibahas oleh kelompoknya kepada tamu yang
berkunjung.
Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi
kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk
kelompok secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa
untuk berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, A.
(2008) membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu
kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide
muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah
memonitor. Kekurangan kelompok berempat adalah membutuhkan lebih
menyulitkan proses pengambilan suara, kurang kesempatan untuk
kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif two stay two stray tidak
berbeda dengan pembelajaran kooperatif tipe lainnya. Siswa mendapat
nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk tes kemudian masing-masing mengerjakan tes
sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat
diperoleh dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok
atau diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok dari
“sumbangan” setiap anggota. Nilai kelompok juga dapat diperoleh dari
sumbangan poin di atas nilai rata-rata mereka, hal ini untuk menjaga rasa
keadilan dan mengurangi perasaan negative (merasa dirugikan) oleh
siswa yang lemah.
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan (Lie,
2005: 60-61) sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan Kelompok
dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Pembelajaran kooperatif model TSTS ini akan memenuhi tujuannya
dengan baik apabila setiap langkah – langkah dan tahapan – tahapan
diatas dapat dilakukan bersama – sama baik guru, siswa, maupun
kelompok dengan menaati peraturan dari langkah – langkah diatas.
Karena pembelajaran TSTS adalah model pembelajaran yang berbasis
pada kelompok sebagai pemeran utama kegiatan dan guru sebagai
fasilitaor.
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan
menurut dalam (Lie, 2005:60-61 )kelebihan dari model TSTS adalah
1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna 3. Lebih berorientasi pada keaktifan.
4. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya 5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
6. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. 7. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga)
4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka
sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan
membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari
segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis
kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan
perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu
kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua
orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok
kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen
memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung
sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa
7 Kemampuan Awal
Kemampuan awal (prior knowledge) merupakan hasil balajar yang didapat
sebelum mengikuti pelajaran. Kemampuan awal ini menggambarkan
kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang akan
disampaikan oleh guru.
Menurut Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006: 128), “Kemampuan awal
siswa ditentukan dengan memberikan tes awal”. Kemampuan awal ini
sangat penting bagi pengajar sebelum memulai kegiatan pembelajaran agar
dapat mengetahui sejauh mana siswa mengetahui materi yang akan
disampaikan. Dengan demikian, guru dapat memberikan takaran pelajaran
dengan tepat, dalam arti pokok bahasan yang disajikan tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah.
Prior knowledge dapat diukur dengan tes, interview, atau cara-cara lain
yang sederhana seperti pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
kepada siswa secara acak. Dengan cara tersebut, guru mendorong siswa
untuk mengubah pola pikir siswa dari informasi yang pernah
didapatkannya menjadi proses belajar yang penuh makna dan memulai
untuk mengkaitkan berbagai jenis peristiwa tersebut, dan bukan lagi
sekedar mengingat-ingat kejadian yang ada secara terpisah. Berdasarkan
uraian tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan awal merupakan
kerangka dimana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari
makna serta menghubungkan informasi tentang apa yang sedang dipelajari
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan
dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang dijadikan
pembanding atau acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Penelitian yang Relevan
No Penulis Judul Skripsi Kesimpulan
1 Abdul
Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Dan Tipe Stad (Student Teams Achievment Division) Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam
Terdapat perbedaan antara kemampuan awal (pretes) siswa kelas eksperimen A (45,72) dengan siswa kelas eksperimen B (42,78) pada pokok bahasan lingkaran di kelas VIII SMP Muhammadiyah 16 Medan (t hit < t tab yaitu 1,227 < 2,00) Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (83,59) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (74,56) pada pokok bahasan lingkaran di kelas
VIII SMP Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam (thitung > ttabel yaitu 4,460 > 2,00) dengan besarnya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap hasil belajar matematika siswa sebesar 12,1% dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. kooperatif TPS dan TSTS pada Siswa kelas X SMA Darel Hikmah Pekanbaru