• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) DANTWO STAY TWO STRAY(TSTS)DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

AYODHYA DANARI ATRI PRADINI 1113031015

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 14 Bandar Lampung diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaranTeam Assisted Individualization (TAI) danTwo Stay Two Stray(TSTS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi berjumlah 239 dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa. Teknik sampling menggunakancluster random sampling. Data diperoleh melalui melalui tes saat awal pembelajaran (pre test) dan akhie pembelajaran (post test).

Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varians dua jalan dant-test separated varians.Hasil penelitian menunjukkan (1) Fhitung4,439 > Ftabel3,9 terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Assisted IndividualizationdanTwo Stay Two Sraypada mata pelajaran IPS Terpadu. (2) thitung7,613 > ttabel2,0105 Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal baik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization lebih tinggi dibandingkan yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. (3) thitung2,397 > ttabel= 2,056 hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal kurang baik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo Stay Two Sray. (4) Fhitung 40,495> Ftabel3,97 ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP Negeri 14 Bandar Lampung.

(2)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATIONDANTWO STAY TWO STRAYDENGAN

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:

Ayodhya Danari Atri Pradini

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATIONDANTWO STAY TWO STRAYDENGAN

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015 (Skripsi)

Oleh:

Ayodhya Danari Atri Pradini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI DAFTAR TABLE DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I Pendahuluan

A. LatarBelakangMasalah ………... 1

B. IdentifikasiMasalah……….. 10

C. PembatasanMasalah ………... 10

D. RumusanMasalah ………. 11

E. TujuanPenelitian ………... 12

F. KegunaanPenelitian ……….. 12

G. RuangLingkupPenelitian ………... 13

BAB II KajianPustaka, KerangkaPikir, danHipotesis A. TinjauanPustaka ………... 15

1. Belajar ………...…... 15

2. Hasil Belajar………..……….. 16

3. PinsipBelajar……… 18

4. PembelajaranKooperatif ………... 19

a. PengertainPembelajaranKooperatif …………... 19

b. Tujuan PembelajaranKooperatif……...……… 21

(5)

d. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif……… 23

5. Model PembelajaranTeam Assisted Individualization..………. 24

6. Model Pembelejaran Two Stay Two Stray...………... 29

7. KemampuanAwal………..……….……... 36

B. Penelitian yang Relevan ……….…………... 37

C. Kerangka Pikir………..……….. 38

D. Hipotesis ………..………... 42

BAB III Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian ………... 43

B. Populasi dan Sampel ……… 48

1. Populasi ………. 48

2. Sampel……… 48

C. Variabel Penelitian ……….. 49

D. Definisi Konseptual Variabel ……….. 50

E. Definisi Operasional Variabel ………. 51

F. Teknik Pengumpulan Data ……….. 52

G. Uji Persyaratan Instrumen ………... 53

1. Uji Validitas Instrumen …... 54

2. Uji Reabilitas Instrumen ……… 55

3. Taraf Kesukaran ……….……… 56

4. Daya Beda ……….………. 57

H. Uji Persyaratan Analisis Data ……….………. 58

1. Uji Normalitas ……….………... 58

2. Uji Homogenitas ……… 58

I. TeknikAnalisis Data ……….………... 59

1. T-test Dua Sampel Independen...…..………. 59

2. Analisis Varians Dua Jalan...…………..……… 60

(6)

Halaman BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

1. SMP Negeri 14Bandar Lampung ... 64

2. Visi Dan Misi SMP Negeri 14Bandar Lampung... 65

3. Proses Belajar dan Pembelajaran... 65

4. Kondisi Siswa……….. 66

5. Sarana Dan Prasarana ... 66

6. Struktur Organisasi ... 66

7. Kegiatan Ekstrakulikuler………. 66

B. Deskripsi Data ... 67

1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen... 68

2. Data Hasil Post TestKelasEksperimen………... 69

3. Data Hasil Tes Kemampuan Awal kelasKontrol... 71

4. Data Hasil Post TestKelasKontrol………... 72

C. Pengujian Persyaratan Analisi Data ... 74

1. Uji Normalitas ... 74

2. Uji Homogenitas ... 75

D. Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.. 77

E. Pengujian Hipotesis ... 77

F. Pembahasan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

(7)

Gambar Halaman

(8)

Lampiran 1. Silabus

2. RPP Kelas Eksperimen 3. RPP Kelas Kontrol 4. Soal

5. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 6. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol

7. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 8. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol

9. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi

10. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi

11. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah

12. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah

13. Uji Validitas Instrumen 14. Hasil Analisis Validitas Soal 15. Uji Realibilitas Instrumen 16. Taraf Kesukaran Instrumen 17. Daya Beda Instrumen 18. Uji Normalitas Data 19. Uji Homogenitas

20. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran TAI dan TSTS

(9)

TAI dan TSTS dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Baik 23. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran

(10)

Tabel Halaman

1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS Terpadu SiswaKelas VII

SMP Negeri14 Bandar Lampung TP 2014/2015……...…....… 5

2. Langkah- LangkahPembelajaranKooperatif ………...…..…. 24

3. Penelitian yang Relevan………. 37

4. DefinisiKonseptual Variabel...………..… 44

5. Definisi Operasional Variabel...………..…. 52

6. Tingkat BesarnyaReliabilitas... 55

7. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan………..………….…. 61

8. Distribusi Frekuensi TesKemampuanAwal Kelas Eksperimen …... 69

9. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen………. 70

10. Distribusi Frekuensi TesKemampuanAwal Kelas Kontrol...……...… 72

11. Distribusi Frekuensi posttest Kelas Kontrol... 73

12. Uji Normalitas Data...……… 74

13. Rekapitulasi Uji Normalitas...………...…….. 75

14. Hasil Uji Normalitas...………...……… 76

15. Hasil Pengujian Hipotesis 1...…. 78

16. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ...……...……… 80

17. Hasil Pengujian Hipotesis 3...……… 81

18. Hasil Pengujian Hipotesis 4...……… 83

(11)
(12)
(13)
(14)

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat

(siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya ..

(Q.S.Al-Baqarah: 286)

Manisya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya kemenangan melenyapkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan dengan

baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah.

(dr, aidh bin Abdullh Al Qarni)

Keraguan hanya dapat dihilangkan dengan tindakan

(Johann Wolfgang von Goethe)

Like what you do, do what you like

(15)

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau

berikan selama ini

.

Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Kedua Orang Tuaku

Terimakasih Atas Kasih Sayang Tiada Tara yang Diberikan. Telah

Merawat dan Mendidiku Dengan Penuh Kesabaran Agar Menjadi

Manusia yang Bermanfaat. Doa yang Tiada Hentinya yang Selalu

Mengiringi Jalan Kesuksesanku.

Adik-Adik

Terima kasih Selalu Mendoakan dan Memberi Semangat untuk

Kesuksesanku

.

Para Pendidik

Terima kasih Telah Berbagi Ilmu dan Pengalaman untuk Bekal

Menghadapi Kehidupan.

Sahabat sahabatku

Terima kasih Selalu Meberikan Canda dan Tawa Setiap hari.

Seseorang yang Kelak Akan Mendampingi Hidupku

(16)

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 Juni

1993 dengan nama lengkap Ayodhya Danari Atri Pradini.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, Putri

pertama dari pasangan Bapak Agus Thamrin, S.T. dan Ibu

Desma Dewi.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis.

1. Taman Kanak-kanak Tut Wuri Handayani diselesaikan pada tahun 1998

2. SD Kartika Jaya II-5 diselesaikan pada tahun 2005

3. SMP Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008

4. SMA Al Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML). Pada tahun 2014, penulis

mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung

dan Jakarta. Serta pada bulan Juli-September mengikuti Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Kedamaian Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus dan

(17)

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dan Two Stay Two Stray

Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,

bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, selaku

pembahas skripsi penulis dan pembimbing akademik yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat

(18)

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat

dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku pembimbing II syang telah membantu

mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu

dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.

10. Ellyda, S.Pd. M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 14 Bandar Lampung, terima

kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk

menjadikan SMP Negeri 14 Bandar Lampung sebagai tempat penelitian

skripsi ini.

11. Bapak Sumarno, S.Sos., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP

Negeri 14 Bandar Lampung, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan

motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian

dalam skripsi ini.

12. Siswa-Siswi SMP Negri 14 Bandar Lampung, terima kasih atas kerjasama

dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Kedua orang tuaku, Mamaku tercinta Desma Dewi dan Papaku Agus

Thamrin, S.T. terimakasih yang tiada tara telah memberikan cinta dan

dukungan berupa moril maupun materil. Terimakasih atas setiap cinta yang

terpancar serta doa yang tiada hentinya, restu yang selalu mengiringi setiap

(19)

Rabbal A’lamiin.

14. Adik-adik ku Nikita Putri Mahardika, Hafiz Zavier Fagesa, dan Diomi

Syarafana Faika. Terimakasih atas canda tawa yang kalian berikan kepadaku

ketika aku lelah dan mulai putus asa. Terima kasih buat dukungan dan

motivasi sepanjang umur ini.

15. Fakih Riskyanto seseorang yang selalu membantu dan memberi semangat

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

16. Teman-teman terbaikku Taufik Priandaru, Yayuk Sulan Utami, Lisa Mellesa,

Fitri Maretta, Taufik Priandaru, Iqbal Tawakal, Dinna Puspitasari, Rika Tri

Ananda dan Muhammad Iqbal Saberi. Terima kasih untuk kebersamaannya

selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan dalam

penyusunan skripsi ini.

17. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama

ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita

kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.

18. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua

bantuan dan motivasinya.

19. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan

informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

20. Sahabat KKN PPL yang tak akan pernah terlupa Amel, Bang Zen, Mba As,

(20)

Agung Kab. Tanggamus serta keluarga besar SMA Negeri 2 Kotaagung.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada

penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, 5 Oktober 2015 Penulis,

(21)

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan

globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang

dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif

pada suatu negara.Orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar

informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi.Persaingan yang terjadi pada era

globalisasi ini menumbuhkan kompetisi antarbangsa, sehingga menuntut

adanya perkembangan kualitas sumber daya manusia.Pendidikan adalah salah

satu hal penting dalam hal pengembangan sumber daya manusia.Bagi

Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem

pendidikan.

Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upayameningkatkan

taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggaldengan bangsa lain.

Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampumenjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan kualitaspendidikan, serta relevansi dan

efisiensi manajemen pendidikan untukmenghadapi tantangan sesuai dengan

tuntutan perubahan kehidupan lokal,nasional, global sehingga diperlukan

(22)

berkesinambungan.Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu

perlu adanya peran aktif dari semua pihakdiantaranya adalah pemerintah,

orang tua siswa, guru dan lain-lain.

Pendidikan berfungsi meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik,

mental maupun spiritual. Mutu pendidikan haruslah ditingkatkan dengan cara

memperbaiki pembelajaran menjadi agar siswa lebih aktif dan mencapai hasil

belajar yang baik, yang kemudian bekal ilmu tersebut dapat dipergunakan

untuk mengembangkan potensi yang telah dimilikinya.

Upaya meningkatkan pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan

perkembangan zaman, banyak yang dapat dilakukan untuk mencapai

pendidikan berkualitas di sekolah salah satunya yaitu dengan penerapan

model pembelajaran. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan kualitas

pendidikan di Indonesia diarahkan pada pengembangan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, berilmu, akan

menjadi lebih baik agar mampu bersaing seiring perkembangan zaman.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,

sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema

kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani

maupun potensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin

penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia

(23)

dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Di era perkembangan zaman yang semakin maju seperti saat ini, salah satu

disiplin ilmu yang sangat perlu dikembangkan dalam pendidikan dalam

pendidikan pendidikan adalah IPS Terpadu. Ilmu pengetahui sosial

merupakan suatu disiplin ilmu yang mengajarkan kepada siswa agar lebih

peka dalam mengenal dan memiliki kepedulian terhadap fenomena-fenomena

sosial yang ada. Menurut (Soemantri, 2001 : 103), “Pendidikan IPS adalah

penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis

ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis

untuk tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.

Tujuan pendidikan IPS menurut (Isjoni, 2007 ; 50-51) dapat dikelompokkan

menjadi empat kategori sebagai berikut:

1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu

membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.

2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir (thinking skills).

3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang

diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).

4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam

masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).

Pelajaran yang ada di ilmu pengetahuan sosial cenderung hanya tekstual dan

menggunakan metode yang kadang membosankan sehingga untuk merubah

anggapan bahwa pelajaran IPS dan dalam pembelajarannya membosankan

(24)

pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa

akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya

merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Keterlibatan guru

hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Guru sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki peranan yang sangat

penting dalam mengelola dan mengajar secara efektif agar tercapai tujuan

yang telah ditetapkan.Sistem pendidikan saat ini menuntut siswa untuk

bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang

diajarkan. Sehingga guru dituntut tidak hanya sekedar menerangkan hal-hal

yang terdapat dalam buku, namun mendorong, memberi inspirasi,

membimbing siswa serta dapat memberikan motivasi agar siswa lebih

semangat dalam usaha mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan hasil penelitian penahuluan dan wawancara terhadap guru IPS

Terpadu di SMP Negeri 14Bandar Lampung kelas VII diketahui bahwa proses

pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh guru tidak hanya

menggunakan metode ceramah atau metode langsung, terkadang guru

mrnggunakan metode kooperatif walaupun penerapannya masih kurang baik.

Siswa masih mengalami kesulitan dalam bekerja sama dengan kelompoknya

karena guru membagi kelompok dengan sembarangan. Seperti membagi

kelompok dengan urutan tempat duduk, siswa memilih sendiri kelompoknya

bahkan melalui urutan absen ataupun acak.Dengan demikian pembagian

kelompok tersebut tidaklah tepat, bisa saja dalam suatu kelompok terdapat

(25)

bahkan siswa perempuan saja.Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

belum dapat ditingkatkan.

Setelah melakukan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa

kelas VIISMP Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang

terdiri dari enam kelas diketahui bahwa dari setiap kelas terdapat siswa yang

hasil belajarnya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil

belajar siswa pada enam kelas tersebut adalahsebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Bandar Lampung TP. 2014/2015

No. Kelas Nilai <73 Nilai≥ 73 Jumlah

Siswa

1. VII a 17 23 40

2. VII b 24 15 39

3. VII c 19 21 40

4. VII d 23 17 40

5. VII f 25 15 40

6. VII g 27 13 40

Jumlah Siswa 135 104 239

Persentasi (%) 56,48 43,51 100

Sumber:Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 14 BandarLampung

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh

siswa SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada ujian mid semester masih belum

optimal. Hal ini dikarenakan hanya 104 siswa (43,5%) dari 239 siswa yang

mendapat nilai≥73, dan 135 siswa (56,48%) memperoleh nilai <73. Apabila

(26)

keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong baik (Djamarah

dan Zain,2006:106).

Berhasil atau tidaknya pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa

bergantung pada bagaimana proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan.Dalam pendidikan, proses pembelajaran merupakan faktor yang

cukup penting. Proses pembelajaran yang baik akan memperoleh hasil yang

baik pula.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran.Di SMP Negeri 14

Bandar Lampung terdapat standar KKM khususnya mata pelajaran IPS

Terpadu yaitu 73.Apabila siswa belum mencapai kriteria nilai yang

diharapkan, maka siswa tersebut harus mengikuti remedial.Hasil belajar

merupakan hal sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar. Bagi

seorang guru, hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi bagi

keberhasilan belajar siswa. Seorang guru dapat dikatakan berhasil apabila

lebih dari separuh jumlah siswa (65%) telah mencapai standar ketuntasan

yang telah ditetapkan.Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan sarana

informasi yang berguna untuk mengukur tingkat kemampuan atau

keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif

maupun perubahan yang bersifat negatif.Hal ini senada dengan pendapat

Djamarah dan Zain (2006: 128) yang mengatakan bahwa “Siswa dinyatakan

berhasil dalam belajarnya apabila siswa tersebut menguasai bahan pelajaran

(27)

Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar adalah kurangnya variasi

model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru cendrung masih

menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini membuat siswa

kurang berminat, kurang memperhatikan dan kurang berpartisipasi dalam

kegiatan pembelajaran IPS Terpadu akibatnya kurang maksimal dalam

pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas

VII SMP Negeri 14 Bandar Lampung.Perubahan dalam proses pembelajaran

untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan dan menyenangkan harus

mulai diterapkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses

pembelajaran tersebut adalah dengan memilih model pembelajaran yang

tepat.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang

menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan

saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah (Muslim

Ibrahim, 2000: 3). Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat

bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama.

Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan

kelompok, siswa harus merasakan mereka akan mencapai tujuan, maka siswa

lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota

kelompok bersifat kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya. Dalam

pembelajaran kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu

interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa

(28)

Guru lebih berperan sebagai fasilitator di dalam pembelajaran kooperatif,

menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber

sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur

permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa

merasa senang, tidak jenuh. Perubahan ini menimbulkan tantangan baru

dalam proses pembelajaran yang dapat menyemangati serta memberikan

motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif beragam jenisnya, sehingga lebih

memudahkan guru dalam memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok

bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan

kondisi internal peserta didik seperti minat mereka dalam menerima

pelajaran. Salah satumodel pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan

yaituTeam Assisted Individualization(TAI) danTwo Stay Two Stray(TSTS).

Menurut Suyitno(dalam Widyantini:2006) Model pembelajaran kooperatif

tipeteam assisted individualization(TAI) adalah model pembelajaran yang

membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara

berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang

membutuhkan bantuan. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI menerapkan

bimbingan antar teman sebagai titik berat dalam pelaksanaan pembelajaran.

Siswa yang pandai bertanggung jawab atas siswa yang lemah sehingga

meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok yang kecil. Dalam model

(29)

ketrampilannya, sedang siswa yang lemah dapat terbantu dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray.

“Dua tinggal dua tamu” dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala

Bernomor (Numbered Heads). Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray siswa digolongkan pada kelompok-kelompok yang beranggotakan 4

orang dengan bentuk kelompok heterogen. Sedangkan yang dimaksud dengan

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah suatu model

pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa untuk mengerjakan tugas

atau memecahkan masalah tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran (Lie

2008 : 61)

Setiap individu mempuyai kemampuan belajar yang tidak sama. Kemampuan

awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum proses

pembelajaran berlangsung. Kemampuan awal(entry behavior)ini

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan

disampaikan

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa diperlukan model pembelajaran

yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran

di kelas. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul:”Studi Perbandingan Hasil

Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

(30)

(TSTS)dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional

(ceramah, tanya jawab, diskusi).

2. Hasil belajar IPS Terpadu siswa SMP Negeri 14 Bandar Lampung masih

di bawah KKM.

3. Siswa kurang memperhatikan pelajaran.

4. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak

dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

5. Kurangnya antusias siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan, terlihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern individu siswa.Model

pembelajaran dengan berbagai tipe yang merupakan faktor ekstern dan

kemampuan awal, motivasi, minat belajar sebagai faktor intern.Penelitian ini

(31)

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan memperhatikan

kemampuan awal siswa.

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Assisted

IndividualizationdanTwo Stay Two Straypada mata pelajaran IPS

Terpadu pada siswa kelas VII SMPN 14 Bandar Lampung?

2. Apakah hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VII yang memiliki

kemampuan awal baik dan pembelajarannya menggunakan model

pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih tinggi dibandingkan

dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo

Stay Two Straydi SMPN 14 Bandar Lampung?

3. Apakah hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VIII yang memiliki

kemampuan awal kurang baik dan pembelajarannya menggunakan model

pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih rendah dibandingkan

dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo

Stay Two Stray?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII di SMPN

(32)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Assisted

IndividualizationdanTwo Stay Two Straypada mata pelajaran IPS Terpadu

pada siswa kelas VII SMPN 14 Bandar Lampung

2. Mengetahui hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VII yang memiliki

kemampuan awal baik dan pembelajarannya menggunakan model

pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih tinggi dibandingkan

dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo Stay

Two Straydi SMPN 14 Bandar Lampung

2. Mengetahui hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VIII yang memiliki

kemampuan awal kurang baik dan pembelajarannya menggunakan model

pembelajaranTeam Assisted Individualizationlebih rendah dibandingkan

dengan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo

Stay Two Stray

3. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII di SMPN

14 Bandar Lampung

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(33)

a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang

menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada

mata pelajaran IPS Terpadu.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan

yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran khususnya pada

mata pelajaran IPS Terpadu.

b. Bagi guru, sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki kualitas sebagai

guru yang profesional dalam upaya peningkatan mutu dan hasil belajar

IPS Terpadu siswa..

c. Bagi siswa, sebagai nuansa baru tentang model pembelajaran dan

memudahkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu

untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dan optimal.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Objek penelitian

Ruang lingkup objek penelitian adalah model pembelajaran Team

Assisted Individualization (X1), model pembelajaran Two Stay Two

Stray (X2), dan hasil belajar IPS Terpadu (Y).

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 14 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

(34)

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Bandar LampungTahun

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar adalah Key term , “Istilah kunci” yang paling vital dalam setiap

usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak akan ada pendidikan. Sebagai

suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam

berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan.

Perubahan dan kemampuan utnuk berubah merupakan batasan dan makna

yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah

karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada

makhluk – makhluk lainnya, yaitu sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.

Dalam Al-Qur’an surah Mujadalah : 11 “Niscaya Allah akan meninggikan

beberapa derajat kepada orang –orang beriman dan berilmu”. Hal di

atas didukung pula oleh pendapat – pendapat para ahli lainnya.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkunagannya (Slameto, 2010: 2). Belajar adalah kegiatan yang

(36)

peyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil

atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada

proses belajar yang di alaminya. Skinner, seperti yang di kutip Barlow

(1985) dalam bukunya educational psychology: the teaching-Learning

process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau

peyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks sebagai tindakan, maka

belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya

atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar adalah suatu

kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan

(Djamarah, 2006: 15).

Menurut Gagne (2000) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses

yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun

pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara

mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu angka atau indek yang menentukan berhasil atau

tidaknya seseorang siswa dalam proses pembelajaran. Angka dari hasil tes

(37)

yang dilakukan dalam pembelajaran tapi juga merupakan gambaran

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri (Lina

dalam Slameto, 2010: 8).

Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan:

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.”

Pendapat Syaiful Sagala (2003: 38) mengatakan bahwa agar peserta didik

dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti

dikemukakan berikut ini:

1. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini dapat ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test),

2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory),

3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya (Differential Aptitude Test),

4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test), 5. Dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh

proses belajar yang dicerminkan dalam bentuk angka atau skor yang

diperoleh setelah mengikuti tes. Hasil belajar memiliki arti penting karena

dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses

(38)

3. Prinsip-prinsip belajar

Slameto (2010: 27-28) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai

berikut:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belahjar dengan efektif;

4. Belajar perlua ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; 3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu

dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yng cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Keempat prinsip belajar tersebut sangatlah penting untuk dipahami agar

proses belajar menjadi maksimal. Belajar adalah suatu proses yang

kontinyu. Dimana proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan

(39)

afektif, dan psikomotor dan dengan tahap demi tahap sesuai

perkembangannya yang tercermin dalam hasil belajar siswa. Hasil belajar

berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2006:10).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku dari dalam diri siswa dan secara kontinyu yaitu

dari tahapan ke tahapan selanjutnya sesuai perkembangannya.

4.Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme

dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara

individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang

kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan

merevisinya bila perlu.

Kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai

tujuan bersama. Falsafah yang mendasari model pembelajaran

kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo socius, yang

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama

merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup.

(40)

siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dan

memahami materi, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar

semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

Slavin (Solihatin, 2008: 4) menyatakan bahwa Cooperative Learning

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekarja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari empat sampai enam orang. Dengan struktur anggota

kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan dalam

kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas belajar

kelompok, baik secara individual maupun kelompok.

Model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai

fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru

tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus

membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam

menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa

untuk mengemukakan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan

komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dengan siswa,

(41)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar

siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan

keterampilan sosial. Penelitian juga menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif

tarhadap siswa yang rendah hasil belajarnya (Arends, 2001: 315).

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit dipahami. Tujuan penting dalam pembelajaran

kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan

bekarja sama dan kolaborasi (Rusmpn, 2012: 211). Dalam

pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja.

Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan

khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan

kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan

tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan

mengembangkan komunikasi antara kelompok, sedangkan peranan

tugas dilakukan dengan memberi tugas antar anggota kelompok

selama kegiatan.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

(42)

1. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan

kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

3. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan

kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial

dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan

muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang

cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

c. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Rusmpn, 2012: 207) karakteristik atau ciri-ciri

pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran secara tim,

2. Didasarkan pada manajemen koopertif,

3. Kemauan untuk bekerja sama,

(43)

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu:

1. Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok.

2. Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

3. Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya, 2006: 242).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

tujuan pembelajaran penting. Tujuan tersebut yaitu peningkatan hasil

belajar akademik. Di samping model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik,

model pembelajaran kooperatif juga lebih efektif untuk

mengembangkan kompetensi siswa pada aspek sosial.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut pendapat Ibrahim (2000 : 10) langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b) Menyajikan informasi.

c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

e) Evaluasi.

f) Memberikan penghargaan.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang lebih rinci dapat dilihat

(44)

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TAHAP TINDAKAN GURU

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan

pembelajaran dan menekankan

pentingnya topik yang akan dipelajari Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaiman caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien.

Tahap 4 Membimbing kelompok bekarja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya.

Tahap 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Rusmpn, 2012: 211)

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI)

Model pembelajaran kooperatif di dalamnya terdapat banyak variasi

pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI). Dalam pembelajaran TAI, siswa dapat

mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya. Peran guru di sini

hanya sebagai fasilitator dan penertiban terhadap jalannya pembelajaran.

Model pembelajaran ini juga sering disebut dengan Team Accelerated

(45)

Model pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan bentuk

pembelajaran kooperatif dimana siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran ini, siswa

belajar dengan bantuan lembar diskusi secara berkelompok, berdiskusi

untuk menemukan dan memahami konsep-konsep. Sesama anggota

kelompok berbagi tanggung jawab. Setiap individu dalam kelompok

tersebut diberi satu evaluasi (kuis). Kemudian, hasil belajar kelompok

dibandingkan dengan kelompok lain untuk memperoleh penghargaan dari

guru.

Menurut Lie (2005: 43) kelompok heterogen disukai oleh para guru yang

telah menerapkan model pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization karena beberapa alasan, yaitu:

a. Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung.

b. Kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender.

c. Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga sampai empat anak.

Ibrahim (2000: 8) berpendapat bahwa, pembelajaran kooperatif Team

Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada siswa kelompok

atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas-tugas akademik. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat mengembangkan

serta mengasah kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang

(46)

pelajaran. Dengan demikian, konsep dari model pembelajaran ini adalah

penerapan bimbingan antar teman.

Team Asisted Individualization (TAI) menurut Widdiharto (2006: 19)

merupakan model pembelajaran yang dibuat oleh Slavin dengan alasan:

a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program

pengajaran individual.

b. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif

c. TAI disusun utuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,

misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa

model pembelajaran kooperatif Team Asisted Individualization (TAI)

diterapkan dengan alasan dapat mengembangkan kecakapan siswa dan

membantu siswa dalam kesulitan belajar secara individual. Dengan

demikian, terjadi kegiatan yang saling menguntungkan antara siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen,

yaitu:

a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

b. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

(47)

e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah

(Suyitno, 2004: 8)

Tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh

kelompok siswa dan memberi tugas kepada siswa untuk

mempelajari materi tersebut.

b. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai

harian siswa agar guru mendapatkan skor awal.

c. Guru memberikan materi secara singkat kepada siswa.

d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis

berdasarkan nilai ulangan harian siswa, tiap-tiap kelompok terdiri dari

4-5 siswa.

e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa lembar kerja

yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan

bantuan secara individual bagi yang siswa yang memerlukan. Sebelum

bertanya kepada guru, siswa terlebih dahulu bertanya kepada anggota

kelompoknya.

f. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan

mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh

(48)

g. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.

h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang

berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.

i. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang

ditentukan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan

pada proses belajar dalam kelompok. Model pembelajaran ini

mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:

a. Belajar bersama dengan teman

b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman

c. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

e. Belajar dalam kelompok kecil

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri

h. Siswa aktif

Setiap model pembelajaran tentunya memiliki sisi kelebihan dan

kelemahan. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini

memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu:

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

a. Meningkatkan hasil belajar

(49)

c. Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi

d. Program ini akan sangat membantu siswa yang lemah. Dengan

pengajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan

dan pengalamannya sendiri dalam mempelajari suatu bahan ajar,

sehingga pemahaman siswa terhadap materi tersebut semakin

terasah, bukan semata-mata hafalan yang didapatkannya dari

guru.

2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

a.Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI)

b. Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik

bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan sebagian

mengganggu antar peserta didik lain.

c.Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)

Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok

membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan

karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan

(50)

Tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya

jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang

dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada

kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang

bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak

apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah

tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada

siswa.

Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh

Spencer Kagan. Pembelajaran kooperatif two stay two stray adalah teknik

pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk

memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada

siswa. Teknik belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992) dan biasa digunakan bersama dengan teknik NHT (teknik kepala

bernomor). Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu

memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lain.

Seperti yang telah dijelaksan diatas Struktur TSTS yaitu salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok

membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan

karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan

(51)

pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah,

kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.

Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu .

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray

(dalam Lie, 2002: 60-61) adalah sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Adapun untuk dapat mempermudah memahami langkah – langkah di atas

(52)

Gambar 1. Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Keterangan:

Siswa B dan C bertugas mencari informasi artikel yang tidak dibahas

oleh kelompoknya dan berbagi hasil diskusi dengan kelompok yang

dikunjungi. Siswa A dan D bertugas memberikan informasi mengenai

artikel yang telah dibahas oleh kelompoknya kepada tamu yang

berkunjung.

Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi

kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk

kelompok secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa

untuk berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, A.

(2008) membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu

kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide

muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah

memonitor. Kekurangan kelompok berempat adalah membutuhkan lebih

(53)

menyulitkan proses pengambilan suara, kurang kesempatan untuk

kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif two stay two stray tidak

berbeda dengan pembelajaran kooperatif tipe lainnya. Siswa mendapat

nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa saling membantu dalam

mempersiapkan diri untuk tes kemudian masing-masing mengerjakan tes

sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat

diperoleh dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok

atau diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok dari

“sumbangan” setiap anggota. Nilai kelompok juga dapat diperoleh dari

sumbangan poin di atas nilai rata-rata mereka, hal ini untuk menjaga rasa

keadilan dan mengurangi perasaan negative (merasa dirugikan) oleh

siswa yang lemah.

Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan (Lie,

2005: 60-61) sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

2. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok

(54)

dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan

temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

Pembelajaran kooperatif model TSTS ini akan memenuhi tujuannya

dengan baik apabila setiap langkah – langkah dan tahapan – tahapan

diatas dapat dilakukan bersama – sama baik guru, siswa, maupun

kelompok dengan menaati peraturan dari langkah – langkah diatas.

Karena pembelajaran TSTS adalah model pembelajaran yang berbasis

pada kelompok sebagai pemeran utama kegiatan dan guru sebagai

fasilitaor.

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan

menurut dalam (Lie, 2005:60-61 )kelebihan dari model TSTS adalah

(55)

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna 3. Lebih berorientasi pada keaktifan.

4. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya 5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

6. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. 7. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:

1. Membutuhkan waktu yang lama

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan

tenaga)

4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka

sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan

membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari

segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis

kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan

perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu

kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua

orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok

kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen

memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung

sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu

orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa

(56)

7 Kemampuan Awal

Kemampuan awal (prior knowledge) merupakan hasil balajar yang didapat

sebelum mengikuti pelajaran. Kemampuan awal ini menggambarkan

kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang akan

disampaikan oleh guru.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006: 128), “Kemampuan awal

siswa ditentukan dengan memberikan tes awal”. Kemampuan awal ini

sangat penting bagi pengajar sebelum memulai kegiatan pembelajaran agar

dapat mengetahui sejauh mana siswa mengetahui materi yang akan

disampaikan. Dengan demikian, guru dapat memberikan takaran pelajaran

dengan tepat, dalam arti pokok bahasan yang disajikan tidak terlalu sukar

dan tidak terlalu mudah.

Prior knowledge dapat diukur dengan tes, interview, atau cara-cara lain

yang sederhana seperti pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru

kepada siswa secara acak. Dengan cara tersebut, guru mendorong siswa

untuk mengubah pola pikir siswa dari informasi yang pernah

didapatkannya menjadi proses belajar yang penuh makna dan memulai

untuk mengkaitkan berbagai jenis peristiwa tersebut, dan bukan lagi

sekedar mengingat-ingat kejadian yang ada secara terpisah. Berdasarkan

uraian tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan awal merupakan

kerangka dimana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari

makna serta menghubungkan informasi tentang apa yang sedang dipelajari

(57)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan

dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang dijadikan

pembanding atau acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Skripsi Kesimpulan

1 Abdul

Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Dan Tipe Stad (Student Teams Achievment Division) Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelas VIII SMP

Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam

Terdapat perbedaan antara kemampuan awal (pretes) siswa kelas eksperimen A (45,72) dengan siswa kelas eksperimen B (42,78) pada pokok bahasan lingkaran di kelas VIII SMP Muhammadiyah 16 Medan (t hit < t tab yaitu 1,227 < 2,00) Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (83,59) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (74,56) pada pokok bahasan lingkaran di kelas

VIII SMP Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam (thitung > ttabel yaitu 4,460 > 2,00) dengan besarnya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap hasil belajar matematika siswa sebesar 12,1% dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. kooperatif TPS dan TSTS pada Siswa kelas X SMA Darel Hikmah Pekanbaru

Gambar

Tabel 1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS terpadu Siswa Kelas
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1. Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran Two Stay Two
Tabel 3. Penelitian yang Relevan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya prestasi belajar siswa pada kelas IV. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata

 Menjelaskan cairan tubuh  Menjelaskan struktur tubuh manusia  Menjelaskan jaringan dasar tubuh manusia  Menyebutkan anatomi permukaan tubuh manusia Pengantar anatomi

Termoregulasi adalah proses fisioogos yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

pipa di dalamnya, fluida tersebut mengalir melalui cincin yang berbentuk silinder pipa, maupun silinder dalam dan silinder luar.Karena kedua aliran fluida melintas

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan metode CAMEL antara Bank BCA dan Bank Mandiri periode tahun 2004 hingga tahun 2007 maka dapat diambil kesimpulan

Hal ini disebabkan daging pada fase prerigor ini hampir 50% protein-protein daging yang larut dalam larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari