• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan politik islam Nik Abdul Aziz Nik Mat Dikelantan Tahun 1990-2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan politik islam Nik Abdul Aziz Nik Mat Dikelantan Tahun 1990-2008"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT

DI KELANTAN TAHUN 1990-2008

OLEH :

AHMAD MAWARDI BIN ABDULLAH

NIM: 107045203901

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI KELANTAN TAHUN 1990-2008

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

AHMAD MAWARDI BIN ABDULLAH NIM: 107045203901

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Khamami Zada, MA. Masyrofah, S.Ag,

M.Si.

NIP: 150 326 892 NIP: 150 318 265

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI KELANTAN TAHUN 1990-2008” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).

Jakarta, 03 Maret 2009 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

Nip: 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Asmawi, M.Ag. (..…....…….………)

NIP: 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (..…....…….………)

NIP: 150 282 403

3. Pembimbing I : Khamami Zada, MA. (..…....……….…………)

NIP: 150 326 892

(4)

NIP: 150 318 265

5. Penguji I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. (..…...…….…………)

NIP: 150 275 509

6. Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag. (..…....…….………)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta: 10 Maret 2009 M 13 Rabiul Awal 1430 H

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan semua yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis. Selawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, yang telah menunjukkan jalan hidayah dan pembuka ilmu pengetahuan dengan agama Islam.

Skripsi yang berjudul "Kebijakan Politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat Di Kelantan Tahun 1990-2008" penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar'iyyah (Ketatanegaraan Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

1. Pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu.

2. Kepada Negara Republik Indonesia yang telah memberikan kami izin tinggal untuk mencari dan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami. 3. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Khamami Zada MA. Dan Masyrofah S.Ag, M.Si. Dosen Pembimbing skripsi penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah ajarkan mendapat balasan dari Allah SWT.

6. Asmawi, M.Ag. dan Sri Hidayati, M.Ag. Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, dan kepada seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum.

7. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FUF, UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Umum Islam Imam Jama. 8. Kepada pihak Perpustakaan Awan Negeri Terengganu yang memberi peluang

untuk penulis membuat penelitian dan kajian.

(8)

anakanda dapat menyelesaikan pengajian. Jasa kalian tetap dalam ingatan tidak ada dapat dipersembahkan sebagai balasan melaikan hanya sebuah kejayaan. 10.Terima kasih dan salam sayang kepada abang dan kakak, kak Long Mek, Abang

Rie, Kak Yah, Abang Mie, Kak Nah, Kak Z, Kak Zie. saudara-saudaraku yang lain, Abang Zam, Abang Mi, Abang Zid, Amri, Atiq, Amin, Akram. Dan seluruh anak saudara dan saudara-mara penulis yang selalu memberi dorongan dan membantu penulis sehingga tetap exist di Ibu Kota Jakarta ini.

11.Warga Kudqi yang telah memberikan tempat belajar terutama Dato Tuan Guru Haji Harun Taib, Rektor Ust. Mahmood Sulaiman, Ust Soud Said, Ust. Nik Mohd Nor, YB. Ust. Mohd Nor Hamzah, Ust. Rizki Ilyas, Ustadzah Zaitun, Ust. Kamaruzaman, Ust. Sya’ri Zulkarnain, Ust. Asmadi, Ust. Khalil, Ust. Syukri dan seluruh Ustad dan Ustadzah juga pelajar Kudqi yang tidak dapat penulis sebutkan disini.

12.Anual Bakhri Haron Setiausaha Politik Menteri Besar Kelantan.

13.My friends, Mustafa, Harun, Amir, Faizal, Baha, Ust Hadi, Ahmad Baihakki Al-Nadawi, Khairi, Hajar, Masithah, Wahida, Yunus, Fakhri, Sufian K.B, Fawwas, Ayah Su. Semoga kita Istiqqamah dalam perjuagan Islam.

(9)

15.Yang terakhir terima kasih kepada sahabat-sahabat ex-KUDQI, APID, KIDU yang tinggal di kosan-kosan, ASPA dan ASPI UIN Syarif Hidayatullah “semoga kita tetap dalam satu Perjuangan” dan juga semua teman-teman Malaysia yang berada di UIN Jakarta.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik dari semua yang telah mereka berikan dan lakukan untuk penulis khususnya kepada semua pihak pada umumnya. Penulis menyampaikan harapan yang begitu besar agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan pembaca sekalian. Dan semoga Allah menjadikan penulisan skripsi ini sebagai suatu amalan yang baik di sisi-Nya.

Jakarta: 25 Februari 2009 M 01 Rabiul Awal 1430 H

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu ... 8

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penelitian ... 14

BAB II KEBIJAKAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM A. Pengertian Politik Islam ... 15

B. Hubungan Agama dan Politik dalam Islam ... 23

C. Kebijakan Politik dalam Islam ……… 31

(11)

B...K

eadaan Sosial, Ekonomi dan Politik ... 41

C...R iwayat Hidup, Pendidikan dan Karir Politik Nik Abdul Aziz Nik Mat ... 51

BAB IV KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT: ISLAMISASI DI NEGARA BAGIAN KELANTAN A. Bidang Politik dan Hukum ... 58

B. Bidang Ekonomi ... 61

C. Bidang Sosial dan Budaya ... 67

D. Bidang Pendidikan ... 71

E. Respon Masyarakat Kelantan dan Pemerintah Malaysia ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran-saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah suatu agama yang sempurna, yang telah diturunkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya, yang mana Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sedemikian rupa. Islam adalah suatu sistem kehidupan yang lengkap dan sempurna. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Quran:

!

"#$ & '

() * 

, - / 0

Artinya: “Pada hari ini, Aku telah menyempurnakan kepadamu agamamu dan Aku telah mencukupkan nikmat-Ku atasmu, dan Aku telah meridai islam

itu sebagai agamamu…(Q.S: al-Maidah/5: 3)

(13)

mungkin ketentuan-ketentuan hukum Islam seperti hudud, amar’ ma’ruf dan

nahyi munkar, jihad fi sabilllah, menegakkan keadilan dan menolong orang yang

teraniaya dapat dilaksanakan dengan baik, tanpa adanya negara atau pemerintah Islam.1

Dalam kalangan umat Islam terdapat berbagai pendapat antara agama dan negara di antaranya ialah; pertama, Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap dengan peraturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam hal ini manusia harus dapat melaksanakan ketatanegaraan Islam yang telah diatur oleh Nabi Muhammad SAW, dan tidak perlu mengikuti kiblat Barat karena Islam telah mengatur sebegitu detail akan sebuah konsep negara dan politik bernegara. Kedua, Islam adalah sebagai agama, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah politik dan ketatanegaraan. Menurut kelompok ini, agama adalah masalah rohani dan tidak semestinya dibawa ke masalah negara. Menurut pendapat ini, tidak ada tugas untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara. Ketiga, Islam adalah suatu agama yang serba lengkap yang di dalamnya juga mengatur sistem kenegaraan yang lengkap pula. Namun, tidak sependapat pula bila Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah politik dan ketatanegaraan. Menurut mereka Islam merupakan ajaran totalitas tapi dalam bentuk petunjuk yang pokok-pokok saja.2

1

Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995) cet. I, h, IX

2

(14)

Dari perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena kurangnya penjelasan yang tegas dari al-Qur’an dan as-Sunah Rasulullah SAW walaupun Nabi SAW dianggap sebagai peletak dasar pembangunan negara yaitu di Madinah, namun dalam praktiknya tidak memberikan suatu format yang baku tentang negara. Demikian juga apa yang telah dipraktikkan oleh para sahabat setelah Nabi SAW wafat, khususnya Khulafa al-Rasyidin dalam hal ketata-negaraan, hingga kini masih terdapat perdebatan dalam mempersepsikan apakah metode suksesi dan sejarah khalifah yang didirikan pasca Nabi SAW merupakan ajaran agama atau urusan duniawi. Selain itu juga sebab terjadinya perbedaan pendapat tersebut dipengaruhi oleh zaman dan lingkungan politik yang berbeda.3 Sehingga banyak penafsiran negara yang selalu berubah terus sepanjang zaman.

Repolitisasi Islam cenderung diartikan sebagai fenomena maraknya kehidupan politik Islam. Indikator utama yang digunakan sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang berbasis massa komunitas Islam, maka muncul pendapat lain yang mendefinisikannya sebagai munculnya kembali kekuatan politik Islam.4 Hubungan Islam dan politik adalah subyek yang sangat menarik, sepanjang masa akan menjadi persoalan yang bersifat recurrent. Artinya, masalah ini akan selalu

3

M. Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet. I, h. x

4

(15)

muncul, sebab pada dasarnya Islam, umat Islam atau kawasan Islam, tak akan pernah bisa dipisahkan dari persoalan-persoalan politik.5

Dunia kini menyaksikan kebangkitan di kalangan umat Islam yang berusaha untuk menegakkan kembali identitas mereka sendiri. Kebangkitan semangat keislaman tersebar luas di seluruh dunia, khususnya di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam. Umat Islam berkeinginan untuk mencirikan cara hidup mereka berdasarkan syari’at Islam. Kesadaran ini telah menimbulkan keinginan untuk mengetahui cara lebih mendalam tentang sistem pemerintahan Islam serta sistem undang-undang Islam yang seharusnya diterapkan oleh Negara-negara Muslim modern saat ini.

Di Malaysia misalnya, gerakan-gerakan kearah upaya penerapan syari’at Islam sudah lama menjadi agenda masyarakat Islam atau sebagian umat Islam yang sedar betapa pentingnya hukum Islam dan peraturan Allah SWT untuk menyelesaikan masalah sosial yang berlaku kini.6 Salah satunya partai politik yang concern dalam hal ini adalah Partai Islam se-Malaysia (PAS), yaitu suatu partai politik yang berasaskan idiologi Islam yang bersifat syumul, merealisasikan dalam praktek fikih siyasah untuk membawa perubahan dan gerakan reformis dengan tujuan menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh.7 PAS

5

Bahtiar Effendy, Disartikulasi Pemikiran Politik Islam?, Kata Pengantar dalam buku Gagalnya Islam Politik terjemahan dari karangan Olivier Roy: The Failure of Political Islam,

(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), cet. I, h. v

6

Dato’ Haji Husain Awang, Tazkirah Pilihanraya, Islam: Tuntutan dan kewajipan,

(16)

merupakan partai oposisi yang ada di semua Negara bagian Malaysia, partai ini menguasai negeri Kelantan, Kedah dan Perak dalam pemilu 2008. Sedangkan dalam pemilu tahun 1999, PAS hanya menguasai negeri Kelantan dan Terengganu, keberhasilan PAS dalam memformulasikan hukum Islam terjadi ketika menguasai kedua negeri ini, yaitu dengan terbentuknya Enakmen Jenayah Syari’ah II 1993 di Kelantan dan Enakmen Jenayah Syari’ah (Hudud dan Qishas) 2002 di Terengganu.8

Di negara-negara yang menganut sistem demokrasi bahwa partai politik yang menang dalam pemilu akan menguasai pemerintahan dan biasanya pemimpin partai tersebut diangkat menjadi kepala pemerintahan baik itu Presiden maupun Perdana Menteri dan termasuk kepala-kepala pemerintahan di Negara-negara bagian atau daerah.Di Malaysia misalnya, Partai Persatuan Orang Melayu (UMNO) yang selama ini memenangkan pemilu merupakan partai penguasa dalam pemerintahan sehingga Perdana Menteri Malaysia dipilih dan diangkat dari UMNO. Akan tetapi, terdapat di beberapa negara bagian yang tidak dikuasai oleh UMNO melainkan dikuasai oleh PAS yaitu Negara bagian Kelantan, Kedah dan Perak dalam pemilu 2008, kepala daerah (Menteri Besar) di tiga Negara bagian ini adalah pemimpin-pemimpin PAS.

Selain itu, adanya penguasaan oleh satu partai di suatu Negara atau Negara Bagian (Daerah) tentunya akan sangat mempengaruhi corak kehidupan

7

Haji Abdul Hadi Awang, Selamatkan Demokrasi Keadilan, (Selangor: Partai Islam se-Malaysia, 2007), h. 27-28

8

(17)

perpolitikan dan jalannya pemerintahan yang ada. Ideologi partai penguasa biasanya akan sedikit banyak mempengaruhi jalannya pemerintahan terutama dalam pembuatan kebijakan-kebijakan baik di Badan Legislatif atau Parlemen maupun Eksekutif.

Di Kelantan misalnya, Negara Bagian ini dikuasai oleh PAS dan kepala pemerintahannya pun adalah seorang tokoh PAS yaitu Nik Abdul Aziz Nik Mat. Dia adalah seorang tokoh pemikir Islam dan kini beliau menjabat sebagai

Mursyidul Am9 Parti Islam Se-Malaysia (PAS) sekaligus Menteri Besar

(Gubernur) Negara Bagian Kelantan Malaysia, dia merupakan seorang tokoh Ulama di Malaysia yang pernah menimba ilmu di Universitas Doebond India, Kursus Tafsir dan Hadist di Lahore Pakistan dan Universitas Al-Azhar Mesir.10 Dia telah memimpin PAS semenjak menang menjadi calon Parlemen dari Negara Bagian Kelantan Hilir pada tahun 1967, kemudian dia dilantik menjabat sebagai Ketua Dewan Ulama’ PAS Pusat beserta Pesuruhjaya PAS Negara Bagian Kelantan pada tahun 1978 dan menjadi Menteri Besar dari tahun 1990 hingga sekarang.11Artinya, dia mempunyai kekuasan dan wewenang dalam menjalankan pemerintahan, dia juga memiliki peluang dan kesempatan untuk menerapkan kebijakan-kebijakan atau pemikiran-pemikirannya tentang politik Islam di

9

Penasihat Parti Islam Se-Malaysia (PAS)

10

Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Abdul Aziz Nik Mat Seorang Ulama’ Serta Ahli Politik Malaysia Di Abad Ke 20, (Selangor: Sulfa Human Resoucer & Development), cet. I, h. 16

11Ibid.,

(18)

Kelantan. Oleh karena itu, bagaimanakah usaha-usaha dia dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, baik dalam perpolitikan di Kelantan yang berpengaruh terhadap pembentukan undang-undang maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakan politiknya.

Untuk mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan Nik Abdul Aziz Nik Mat di Kelantan, maka perlu dilakukan penelitian dengan lebih lanjut, sehingga terdorong untuk menganalisa lebih dalam melalui penelitian skripsi dengan judul “KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI KELANTAN TAHUN 1990-2008”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi dan hanya memfokuskan bahasan pada kebijakan-kebijakan politik yang diambil oleh Nik Abdul Aziz Nik Mat sebagai Menteri Besar (Gubernur) Kelantan khususnya dalam bidang politik dan hukum, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan pada tahun 1990-2008. Kemudian penulis akan melihat bagaimana pengaruh politik hukum Islam dalam kebijakan-kebijakan tersebut. 2. Perumusan Masalah

(19)

a. Bagaimanakah kebijakan-kebijakan politik Islam yang diambil oleh Nik Abdul Aziz Nik Mat di Negara Bagian Kelantan?

b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik Nik Abdul Aziz Nik Mat terhadap peraturan perundang-undangan di Kelantan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:

1. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan politik Islam yang diambil oleh Nik Abdul Aziz di Negara Bagian Kelantan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik Nik Abdul Aziz Nik Mat terhadap peraturan perundang-undangan di Kelantan.

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Hukum Islam.

2. Secara akademis untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap berbagai persoalan yang terkait dengan politik Islam.

3. Memberi pengetahuan dan infomasi tentang penerapan politik Islam di Negara Bagian Kelantan Malaysia.

4. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah keilmuan khususnya di bidang ketatanegaraan Islam di Malaysia.

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu

(20)

umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa buku maupun skripsi, di antaranya:

Penelitian yang ditulis oleh Sofian Arshad yang berjudul “Hak Non

Muslim di Negara Bagian Kelantan” tahun 2006.12 Penelitian ini di antaranya

membandingkan hak non muslim di sebuah Negara Islam dengan hak non muslim di Kelantan dan menjelaskan kebijakan pemerintah Negera Bagian Kelantan dalam menangani hak non muslim di Negera Bagian Kelantan.

Penelitian Mohammad Adnin Bin Yahya, “Konsep Negara Islam Di

Malaysia (Menurut UMNO dan PAS)”, tahun 2006.13 Penelitian ini membahas

mengenai penerapan nilai-nilai Islam yang ada di Malaysia mulai dari sudut pandang yang berkuasa (UMNO) maupun dari pihak (PAS).

Penelitian yang ditulis oleh Rio Tamara yang berjudul “Strategi Partai

Politik Islam dalam Upaya Penerapan Hukum Islam di Indonesia” tahun 2004.14

Rio Tamara coba menjelaskan hubungan agama dan politik dalam Islam menurut partai-partai politik yang ada di Indonesia.

12

Sofian Arshad, “Hak Non Muslim di Negara Bagian Kelantan”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)

13

Mohammad Adnin Bin Yahya, “Konsep Negara Islam Di Malaysia (Menurut UMNO dan PAS)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)

14

(21)

Penelitian Ahmad Akhyari Ismail yang berjudul “Upaya dan Tantangan

Pelaksanaan Syariat Islam di Malaysia” tahun 2006.15 Isi penelitian ini

menjelas-kan tentang pelaksanaan syariat Islam di Malaysia. Malaysia adalah Negara yang mayoritas penduduknya Muslim dan agama Islam adalah agama resmi Negara, akan tetapi dalam pelaksanaan hukum Islam tidak diterapkan secara menyeluruh sehingga hal ini menyebabkan banyak Negara Bagian ingin menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Dalam pembahasannya, skripsi ini lebih menfokuskan pada upaya Negara bagian Kelantan yang ingin menerapkan syariat Islam. Yaitu upaya bagaimana hukum pidana Islam dapat diterapkan dan dijalankan.

Selain skripsi di atas, sejumlah penelitian dengan bahasan tentang tokoh Nik Abdul Aziz Nik Mat telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik topik tersebut maupun yang bersinggungan secara umum dengan bahasan penelitian. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut:

Buku pertama, “Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Aziz Nik Mat Seorang

Ulama’ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad ke 20” karya Jamal Mohd Lokman.16

Buku ini membahas tentang sejarah kelahiran, kehidupan sebagai pendidik, ulama dan ahli politik serta perjuangan politik Nik Abdul Aziz Nik Mat.

15

Ahmad Akhyari Ismail, “Upaya dan Tantangan Pelaksanaan Syariat Islam di Malaysia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)

16

(22)

Buku kedua, “Model Kerajaan Islam Membangun Bersama Islam” karya Harun Taib.17 Buku ini di antaranya membicarakan konsep-konsep kepimpinan dalam Parti Islam Se-Malaysia (PAS) khusus di Negara Bagian Kelantan, akhlak dan disiplin dalam Harakah Islamiyyah, model-model kerajaan Islami, ulama-ulama dan tokoh-tokoh politik Malaysia.

Buku ketiga, “Islam dan Demokrasi”, karya Haji Abdul Hadi Awang.18 Dalam buku ini di tulis beberapa bab tentang “politik dan agama, pemisahan politik dan agama, serta prinsip-prinsip dan konsep politik dalam Islam”. Intinya buku ini membahas tentang bagaimana hubungan politik dalam Islam di sebuah negara.

Dari beberapa kajian (review) terdahulu di atas, khususnya tentang Kelantan dan politik Islam sebagaimana telah disebutkan di atas, penulis belum menemukan tulisan yang membahas atau mengkaji kebijakan politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat di negeri Kelantan secara khusus. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Sofian Arshad dan Ahmad Akhyari Ismail pembahasannya hanya seputar hak non Muslim di Kelantan dan tantangan pelaksanaan syariat Islam di Malaysia. Penelian pertama tidak menyentuh kebijakan politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat, demikian juga dengan penelitian kedua walaupun fokus kajiannya di Kelantan tetapi hanya menjelaskan seputar upaya penerapan hukum pidana

17

Harun Taib, Model Kerajaan Islam: Membangun Bersama Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Ulama’ PAS Pusat, 2000), cet. I

18

(23)

Islam saja. Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu tentang kebijakan politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat di negeri Kelantan dalam dalam bidang perundang-undangan (hukum), bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan

(Library Recearch) dan penelitian lapangan (Field Research). Penelitian

kepustakaan yaitu penelitian yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai literatur, karena memang pada dasarnya sumber data yang hendak digali lebih terfokus pada studi pustaka. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif di sini dimaksudkan dengan membuat deskripsi secara sistematis dengan melihat dan menganalisis data-data secara kualitatif.

Sedangkan penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung objek yang akan diteliti guna mendapatkan data-data. Langkah yang digunakan dalam penelitian lapangan ini melalui teknik wawancara.

2. Obyek Penelitian

(24)

hukum Islam di Negara Bagian Kelantan Malaysia yaitu kebijakan dalam bidang politik dan hukum, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi wawancara dan dokumenter dari bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta mempunyai relevansi dengan obyek penelitian. Data yang diperoleh dapat dibedakan menjadi data primer dan sekunder.

Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah hasil wawancara dengan Juru Bicara Politik Menteri Besar (Gubernur) Kelantan. Sedangkan sumber data sekunder adalah “Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Abdul Aziz Nik Mat” dan buku-buku, literatur-literatur, wabsite yang berkaitan dengan obyek penelitian. Kemudian data tertier berupa kamus, jurnal dan artikel. 4. Teknik Analisis Data

(25)

5. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudahkan dan memperoleh gambaran yang utuh serta menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika membahasan sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian (review) studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Membahas tentang kebijakan politik dalam perspektif Islam, menguraikan pengertian politik Islam, hubungan agama dengan politik dalam Islam dan kebijakan politik Islam.

Bab III Membahas negara bagian Kelantan dan biografi Nik Abdul Aziz Nik Mat, yang secara rinci mengurai tentang keadaan sosial, ekonomi dan politik negara bagian Kelantan dan riwayat hidup Nik Abdul Aziz Nik Mat serta karir politiknya dalam kerajaan dan PAS.

(26)

diambil dalam rangka menerapkan hukum-hukum Islam, baik dalam bidang politik dan hukum, bidang ekonomi, pendidikan, sosial maupun budaya, serta respon masyarakat Kelantan dan pemerintah Malaysia. BAB V Merupakan penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan

(27)

BAB II

KEBIJAKAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM

Seperti yang telah penulis sebutkan pada Bab Pendahuluan, bahwa ajaran Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik dalam hal hubungan antara manusia dan penciptanya maupun mengatur hubungan antara manusia dengan sesama makhluk lainnya. Oleh karena itu, dalam hal hubungan antara sesama manusia, Islam tidak terlepas dari wacana kehidupan politik, seperti kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dapat juga dikatakan bahwa Islam mengatur tentang konsep pemerintahan dan negara sebagai sarana untuk mengimplementasikan ajarannya.

A. Pengertian Politik Islam

Sebagai sebuah agama yang memiliki salah satu fungsi mengatur kehidupan manusia, Islam memiliki norma-norma yang khusus dan jelas tentang bagaimana manusia menjalin hubungan dengan manusia yang lain mengenai kehidupan manusia di dunia dan akhirat.19 Termasuk salah satunya mengatur kehidupan bernegara (fiqh siyasah) yang tidak boleh dikesampingkan.20 Pembahasan mengenai kehidupan bernegara ini secara umum disebut dengan istilah politik Islam.

19

Abdul Hadi Awang, Sistem Pemerintahan Negara Islam, (Pulau Pinang: Dewan Muslimat, 1995), cet. I, h. 4

20

(28)

Secara bahasa kata politik Islam terdiri dari dua kata yaitu politik dan

Islam. Istilah politik di dalam literatur ketatanegaraan Islam dikenal dengan istilah

siyâsah yang berarti cerdik atau bijaksana.21 Siyâsah berasal dari kata

sâsa-yasûsu-siyâsatan, yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Dalam kamus

al-Muhîth dikatakan: sustu al-ra’iyyata siyâsatan: amartuhâ wa nahaituhâ (saya

mengatur rakyat dengan mengunakan politik: Saya memerintah dan melarangnya).22 Mengenai penjelasan kata siyâsah ini dapat ditemukan dalam

buku Fiqh Siyasah karangan Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, disebutkan bahwa di kalangan para ahli fiqih siyasah terdapat tiga pendapat mengenai asal kata siyâsah, yaitu:23

Pertama, sebagaimana dianut al-Maqrizi,kata siyâsah berasal dari bahasa

Mongol yakni dari kata yasah yang mendapat imbuhan huruf sin berbaris kasrah diawalnya sehingga dibaca siyâsah. Pendapat tersebut didasarkan kepada sebuah kitab undang-undang milik Jenghis Khan yang berjudul ilyasa yang berisi panduan pengelolaan negara dan berbagai bentuk hukuman berat bagi pelaku tindak pidana tertentu. Sepeninggal Jenghis Khan kitab undang-undang tersebut diwariskan secara turun temurun kepada anak-anaknya yang secara bergantian memimpin kerajaan Mughal di India Persia, seperti umat Muslim generasi

21

Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005), cet. I, h. 111

22

Muhammad bin Ya’qub al-Fairuz Abadi, al-Qâmûs al-Muhîth, (Bairut: Dâr al-Fikir, 1995), h. 496

23

(29)

pertama mewarisi al-Quran dari Nabi Muhammad SAW. Setelah raja-raja India memeluk Islam isi kitab ilyasa itu kemudian dimodifikasi dengan memuat hal-hal yang bersumber dari ajaran Islam, semisal penyerahan otoritas ibadah dan kasus-kasus hukum yang bertalian dengan syari’at Islam kepada qadhi al-qudhat (hakim agung).

Kedua, sebagaimana dianut Ibn Taghi Birdi, siyâsah berasal dari

campuran tiga bahasa, yakni Bahasa Persia, Turki dan Mongol. Partikel si dalam Bahasa Persia berarti 30. sedangkan yasa merupakan kosakata Bahasa Turki dan Mongol yang berarti larangan, dan karena itu, ia dapat juga dimaknai sebagai hukum dan aturan.

Ketiga, semisal dianut Ibnu Manzhur menyatakan, siyâsah berasal dari

Bahasa Arab, yakni bentuk mashdar dari tashrifan kata sâsa-yasûsu-siyâsatan,24

yang semula berarti mengatur, memelihara, atau melatih binatang, khususnya kuda. Sejalan dengan makna yang disebut terakhir ini, seseorang yang profesinya sebagai pemelihara kuda, dalam Bahasa Arab disebut sa’is. Kata sa’is yang berarti memelihara kuda ini sekarang telah masuk kedalam kosa kata Bahasa Inggeris yang ditulis menjadi syce. Dalam literatur Yahudi juga ada penggunaan istilah yang agak mirip dengan makna awal dari kata sasa itu yakni istilah sus,

yang berarti kuda.

Politik atau siyâsah mempunyai makna mengatur urusan umat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Politik dilaksanakan baik oleh negara (pemerintah)

24

(30)

maupun umat (rakyat), negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis, sedangkan umat atau rakyat mengoreksi (muhasabah) pemerintah dalam melakukan tugasnya.25

Dalam Bahasa Inggris politik berasal dari kata politic yang menunjukan sifat pribadi atau perbuatan. Dalam bahasa Latin dikenal dengan politicus, dan dalam bahasa Yunani disebut dengan politicos yang berarti berhubungan dengan rakyat. Ketika politik diserap ke dalam bahasa Indonesia, terdapat tiga arti yang berbeda, yaitu: (1) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagai macamnya); (2) tipu muslihat atau kelicikan; dan (3) nama sebuah disiplin ilmu pengetahuan. 26

Secara istilah politik pertama kali dikenal melalui buku karya Plato yang berjudul Politeia atau dikenal juga dengan Republic. Kemudian setelah itu ada juga karya dari Aristoteles dengan judul serupa. Di dalam isi kedua buku terdapat kecenderungan menghubungkan politik dengan negara (pemerintahan).27

Miriam Budiarjo menjelaskan bahwa pengertian politik: “pada umumnya adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.”28 Sedang menurut Deliar Noer, politik adalah “segala aktivitas

25

Abdul Qadim Zallum, Afkaru Siyasiyah, edisi Indonesia: Pemikiran Politik Islam, diterjemahkan oleh Abu Faiz, cet. II, (Bangil: Al-Izzah, 2004), h. 11

26

Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran,

(Jakarta: LSIK dan PT Grafindo Persada, 1994), h. 34

27

(31)

atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan, yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat”.29

Pendapat Miriam Budiarjo membatasi politik hanya sebatas menangani masalah-masalah umum oleh negara atas nama dan bentuk masyarakat. Lain halnya dengan Deliar Noer, politik tidak hanya sebatas kepada pengambilan keputusan dan kebijakan umum, namun mencakup berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pergeseran politik, dari satu rezim ke rezim lain.

Meskipun terdapat banyak pandangan mengenai definisi politik, namun secara garis besar akan didapatkan dua kecenderungan terhadap pendefinisian politik, yaitu: Pertama, pandangan yang mengaitkan politik dengan negara.

Kedua, pandangan yang mengaitkan politik dengan kekuasaan, otoritas atau

konflik.30

Kemudian kata Islam secara bahasa berasal dari kata salama yang berarti tunduk atau berserah diri pada Allah SWT, atau menerima semua peraturan Tuhan sebagai petunjuk bagi kehidupan seseorang, taat sepenuh hati, akan keadaan noda dan cela.31 Menurut Hassan al-Banna seperti yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Islam adalah sesuatu yang syumul (menyeluruh), mencakup semua aspek kehidupan dengan syariat dan pengarahannya. Islam menata

28

Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 1998), h. 8

29

Deliar Noer, Pengantar Ke Pemikiran Politik, (Jakarta: Rajawali Press, 1983), h. 6

30

Ibid.

31

(32)

kehidupan manusia sejak dia dilahirkan sampai meninggal dunia. Bahkan sebelum ia dilahirkan dan sesudah meninggal dunia.32 Islam menyangkut agama dan dunia, akidah dan syari’ah, ibadah dan muamalah, dakwah dan negara serta akhlak dan kekuatan.33

Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan politik Islam yaitu adalah politik yang didasarkan atas syari’at yang berasal dari al-Quran dan as- Sunnah.34 Dalam hubungannya dengan politik Islam, Yusuf Qardhawi menyebut dengan istilah al-siyâsah al-syar’iyah.35 Sebab, makna al-syar’iyah dalam konteks ini adalah yang menjadi pangkal tolak dan sumber bagi al-siyâsah

(politik) dan menjadikan sebagai tujuan bagi al-siyâsah. Pengertian ini berkaitan dengan pandangan ulama’ dahulu yang mengartikan politik pada dua makna,

pertama, makna umum, yaitu menangani urusan manusia dan masalah kehidupan

dunia berdasarkan syariat agama. Oleh karena itu, mereka mengenal istilah

khalîfah, yang berarti perwakilan dari Rasulullah SAW., untuk menjaga agama

dan mengatur dunia. Kedua, makna khusus, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa pemimpin, hukum dan ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan-nya untuk

32

Yusuf Qaradhawi, Fiqih Negara: Ijtihad Baru Seputar Sistem Demokrasi Multi Partai dan Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan Partisipasi dalam Pemerintahan Sekuler,

Penterjemah, Syafril Halim, (Jakarta: Rabbani Press, 1997), h. 18

33

Yusuf Qaradhawi, al-Din wa al-Siyâsah, diterjemahkan oleh Khairul Amru Harahap,

Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), cet. I, h. 18

34

Adeng Muchtar Ghazali, Perjalanan Politik Umat Islam dalam Lintasan Sejarah,

(Bandung: Pustaka Setia, 2004), cet. I, h. 26

35

(33)

mencegah kerusakan yang akan terjadi membasmi kerusakan yang sudah terjadi, atau memecahkan masalah khusus.36

Di kalangan teoritis politik Islam, ilmu siyâsah syar’iyah disebut juga dengan ilmu fiqh siyasah yaitu ilmu yang membahas tentang tatacara pengaturan masalah ketatanegaraan Islam semisal (bagaimana mengadakan) perundang-undangan dan berbagai peraturan (lainnya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, kendatipun mengenai penataan semua persoalan itu tidak ada dalil khusus yang mengaturnya.37

Secara garis besar penulis memahami bahwa politik Islam adalah kegiatan politik atau segala hal yang berkaitan dengan cara memimpin, memenuhi hak-hak dan amanah rakyat atau pengaturan urusan rakyat yang diwarnai atau dinaskan pada ajaran Islam yang berlaku untuk seluruh warga masyarakat dalam suatu negara, serta memiliki bentuk pemerintahan yang Islami. Konsep politik Islam adalah dengan memahami kaidah syara’ berdasarkan prinsip-prinsipnya, pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan realitas yang ada.

Imam Syafi’i menegaskan “tidak ada politik melainkan menepati hukum syara’.” Kemudian Ibnu ‘Uqail menyatakan “politik itu adalah tindakan politik yang memang menghasilkan (membawa) kepada maslahat (kebaikan) dan menjauhkan dari keburukan atau menimbulkan bahaya kerusakan boleh

36Ibid,

h. 25

37

(34)

diserahkan kepada manusia walaupun tidak pernah dinyatakan oleh Rasulullah SAW dan nas al-Qur’an.”38

Perlu diketahui bahwa sistem kehidupan masyarakat Islam telah melahirkan upaya politik yang disebut politik Islam. Maka berbagai kebijakan yang terlaksana dalam linkungan umat Islam secara khusus, itu merupakan upaya untuk menjelmakan nilai-nilai Islam tanpa beranjak sedikit pun dari prinsip-prinsip Islam.39 Politik Islam bersumber dari ajaran Tuhan yang tertuang dalam agama dan juga berdasarkan suara rakyat yang diperoleh dari hasil musyawarah. Sebagai gambaran yang tegas menurut Prof. Gibb, bahwa firman Tuhan dan sabda Nabi digabungkan menjadi satu dengan suara rakyat, adalah merupakan kekuasaan yang tertinggi dalam Negara Islam.40

Abdul Muin Salim memberikan contoh terhadap pengertian politik Islam sebagai berikut:

“…sebagai contoh adalah berbagai kebijakan yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mengelolakan masyarakat Madinah”. Normanya terdapat pada Piagam Madinah. Yang sangat popular itu; di dalamnya dijelaskan bahwa para pelakunya, bukan hanya umat Islam, melainkan juga seluruh komunitas Madinah. Karena itulah bahwa politik Islam dapat ditegakkan dalam bentuk formal Negara Islam.41

Kesimpulan dari pendefinisian di atas mengenai Politik Islam adalah

38

Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi, h. 50 dapat dilihat juga pada Yusuf Qaradhawi, al-Din wa al-Siyâsah, h. 38

39

Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi. h. 17

40

Pernyataan Prof. Gibb tersebut dikutip oleh Ahmad Zainal Abidin di dalam bukunya yang berjudul “Konsepsi Politik dan Ideologi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 84

41

(35)

bahwa politik adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepemerintahan dalam berbagai aspeknya, khususnya dalam hal kekuasaan, yaitu bagaimana meraih kekuasaan tersebut, juga bagaimana metode dalam menjalankan kekuasaannya, dan tentunya lain dari pada itu yang berkaitan dengan pemerintah. Akan tetapi satu hal yang harus dan lazim bagi diperhatikan, bahwa dalam hal politik yang satu ini, bukanlah selayaknya politik yang kita tahu pada umumnya. Akan tetapi politik ini adalah yang berlandaskan kepada dasar-dasar yang dianut dalam Islam dalam hal ini adalah Syari’at, sehingga dalam mengimplementasikannya, politik ini terbatasi oleh Syari’at, sehingga tidak dapat sebebas-bebasnya dalam berpolitik seperti halnya dalam kancah perpolitikan yang universal.42

B. Hubungan Agama dan Politik dalam Islam

Banyak tokoh-tokoh pemikir Islam yang merumuskan perumusan mengenai hubungan agama dan Negara, meskipun pemikiran mereka ada yang ideal dan ada pula yang bersifat konstekstual dalam menanggapi situasi politik pada masanya masing-masing. Pada umumnya mereka semua menyepakati bahwa keberadaan sebuah negara merupakan suatu keharusan. Karena agar dapat merealisasikan prinsip dan ajaran Islam tentang kehidupan bermasyarakat. Namun mengenai sejauh mana hubungan dan peran agama dalam sistem ketatanegaraan yang dimaksudkan, mereka berbeda pendapat.

42

(36)

Munawir Sjadzali menyebutkan bahwa hingga sampai sekarang terdapat tiga paradigma (aliran) yang berkembang mengenai hubungan agama dan negara yaitu:Pertama, agama dan negara merupakan satu kesatuan (integrated). Aliran pertama ini berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam pengertian Barat, yakni sebuah agama yang semata-mata mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Namun sebaliknya, Islam merupakan agama yang sempurna yang lengkap, karena tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, melainkan mengatur segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara. Para penganut aliran ini pada umumnya berpendirian bahwa:43 Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan atau politik; oleh karenanya dalam bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem ketatanegaraan Barat. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan empat Khulafa

al-Rasyidin. Tokoh-tokoh utama dari aliran ini antara lain, Syekh Hassan al-Banna,

Sayyid Quthb, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan Maulana al-Maududi.44

Kedua, agama dan negara merupakan dua hal yang terpisah (secularistic).

Aliran kedua ini berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan ketatanegaraan. Menurut aliran ini,

43

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press,1993), Edisi Kelima, h. 1

(37)

Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang rasul biasa seperti halnya rasul-rasul sebelumnya, dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan yang mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan Nabi SAW tidak pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu Negara. Tokoh-tokoh terkemuka aliran ini antara lain Ali Abd al-Raziq dan Thaha Husein.

Ketiga, agama dan negara berhubungan secara timbal balik (symbiotic).

Aliran ketiga ini berpendapat bahwa baik agama maupun negara, keduanya saling membutuhkan. Karena dengan adanya negara, maka sebuah agama dapat berkembang dengan baik, sebaliknya agama dapat menjadi kehidupan bernegara menjadi lebih bermoral. Aliran ini menolak anggapan tentang Islam adalah agama yang serba lengkap. Di samping itu juga menolak anggapan tentang Islam adalah ajaran agama murni yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan tidak ada kaitannya dalam urusan negara.45 Di antara Tokoh-tokoh dari aliran ini yang cukup menonjol adalah Mohammad Husein Haikal, terkenal buku Hayatu

Muhammad dan Fi Manzil al-Wahyi.

Berkenaan dengan aliran pertama yang berpendapat bahwa agama dan negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga mendirikan sebuah negara Islam dengan menerapkan syari’ah adalah merupakan suatu keharusan. Upaya-upaya untuk menerapkan syari’ah Islam dan mendirikan negara Islam terus bergilir dari dulu hingga sekarang baik itu yang bersifat negara Islam lokal (nation state) maupun yang bersifat mendunia yaitu Khilafah

45Ibid,

(38)

Islamiyah. Selain tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas, termasuk tokoh aliran ini juga adalah Taqiyuddin an-Nabhani pendirikan sebuah partai politik Islam Internasional yaitu Hizbut Tahrir, yang bertujuan untuk melangsungkan kehidupan Islam dan mengembang dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Ini berarti mengajak kaum Muslim untuk kembali hidup secara Islami di Darul Islam

dan di dalam masyarakat Islam. seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pusat perhatiannya adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu

Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan

dibai’at oleh kaum Muslim untuk didengar dan ditaati, dan agar menjalankan pemerintahannya berdasarkan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.46

Upaya-upaya penerapan syari’ah dan pembentukan negara Islam tidak hanya terjadi di negara-negara Muslim Timur Tengah saja, akan tetapi telah menjalar hampir ke seluruh negara-negara Muslim di seluruh dunia termasuk di Asia Tenggara. Di Malaysia misalnya ada partai politik yang berjuang untuk menerapkan syari’ah Islam secara kafah yaitu Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Pemikiran partai ini banyak dipengaruhi oleh tafsir radikal ajaran-ajaran Maulana Maududi dari Pakistan dan Sayyid Qutb dari Mesir dengan menggunakan metode dakwah perjuangan al-Ikhwan al-Muslimin47 di Mesir yang didirikan oleh Syeikh Hasan al-Banna yang bertujuan mendirikan negara Islam di Mesir.48

46

Hizbut Tahrir Indonesia, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir,

(39)

PAS adalah partai politik yang berasaskan Islam yang berpemahaman bahwa agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Ia juga merupakan partai oposisi yang berjuang untuk menegakkan Islam ke dalam kehidupan masyarakat Malaysia. Dengan basis perdesaan dan dukungan kaum ulama konservatif, PAS yang menganggap dirinya partai politik dan gerakan Islam telah berpartisipasi dalam pemilu sejak pemilu pertama Malaysia tahun 1955, ketika secara resmi menjadi partai politik. PAS secara konsisten terus mendukung dan memperjuang-kan negara Islam dan tatanan sosial yang menerapmemperjuang-kan hukum syariat.49

Sebagai partai politik yang berasaskan Islam, PAS memiliki dua tujuan utama, yaitu: pertama, memperjuangkan terwujudnya sebuah tatanan masya- rakat dan pemerintahan yang terlaksana di dalamnya nilai-nilai hidup Islam dan hukum-hukumnya menuju keridhaan Allah SWT. Kedua, mempertahankan kesucian Islam serta kemerdekaan dan kedaulatan negara.50 Intinya adalah PAS berusaha untuk memperjuangkan dan mendirikan negara Islam.51

47

John L. Posito dan John O. Voll, Islam and Democracy, edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, demokrasi di Negara-negara Muslim: Problem dan Prospek,

(Bandung: Mizan, 1999), cet. I, h. 180

48

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, h. 146

49

Khamami Zada dan Arief R. Arofah, Diskursus Politik Islam, (Jakarta; Lembaga Studi Islam, 2004), Cet. Ke- I, h. 123

50

Dalam Pasal 7 Anggaran Dasar PAS dinyatakan bahwa: “Adapun hukum yang tertinggi sekali dalam pegangan PAS ialah KITABULLAH dan SUNAH RASUL serta Ijma Ulama dan Qias yang terang dan nyata”. Lihat Perlembagaan PAS (pindaan 2001) yang diterbitkan Pejabatan Agung PAS, Markaz Tarbiyah PAS Pusat Selangor Darul Ehsan.

51

(40)

Partai ini sering diberi ciri konservatif, tradisionalis, populis, dan sovinistis. PAS selalu menyatakan dirinya sebagai pendukung yang sesungguhnya dari prinsip-prinsip Melayu dan Islam. Ia menyerang UMNO karena tidak mau memberikan dukungan penuh kepada Islam dan mengkritik berbagai kebijakan pemerintah. PAS menyerukan berdirinya negara Islam di mana setiap orang Melayu dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan negara. PAS sangat jelas mengukapkan cita-citanya untuk menerapkan Islamisasi masyarakat (dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan sosial).52

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa menurut aliran pertama Rasulullah SAW tidak hanya sebatas seorang Nabi atau Rasul biasa seperti halnya rasul-rasul sebelumnya, akan tetapi Rasulullah SAW juga seorang negarawan yang telah berhasil dan mencontohkan kepada umatnya mengenai pemerintahan atau Negara yaitu Negara Madinah. Negara Madinah merupakan sebuah wujud kegiatan politik Nabi Muhammad SAW di samping untuk memudahkan Nabi SAW untuk menyebarkan ajaran Islam, salah satu tujuan lainnya adalah untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakat Muslim.

Di dalam sejarah kehidupan politik manusia, Islam telah menyumbangkan sesuatu yang sangat besar yang tidak ternilai harganya, yaitu suatu “model negara” yang tidak ada contohnya baik sebelum maupun sesudahnya. Negara

52

(41)

model itu dinamakan “Negara Islam” (Daulah Islamiyyah).53 Negara Islam merupakan model di dalam berbagai sifat dan berbagai bentuk negara di dunia, adalah merupakan “modal” bagi umat Islam untuk menyumbangkan segala kepandaian dan kesanggupan mereka dalam dunia politik. Baik secara teoritis maupun praktis.

Mengenai wacana Negara Madinah, banyak para pakar yang memiliki perbedaan dalam menanggapi hal tersebut. Salah satunya mengatakan bahwa istilah negara tidak disebut di dalam al-Quran, dan Nabi Muhammad SAW tidak memberikan contoh yang konkrit tentang keberadaan sebuah negara yang harus ditegakkan oleh Islam. Pendapat lain mengatakan bahwa secara tidak langsung, Nabi Muhammad SAW telah meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Madinah.54 Karena kehidupan Nabi Muhammad SAW di Madinah telah memenuhi syarat sebuah negara, yaitu adanya rakyat, wilayah, serta konstitusi.

Meskipun kedudukan Nabi SAW sebagai pemimpin negara bukan merupakan bagian “tugas” dari kenabiannya, namun kedudukan tersebut dapat dianggap sebagai salah satu sarana untuk melaksanakan tugas kenabiannya. Karena keberadaan negara merupakan salah satu unsur pokok untuk dapat

53

Ahmad Zainal Abidin, konsepsi Politik dan Ideologi Islam, h. 71

54

(42)

merialisasikan ajaran Islam dalam kehidupan peribadi maupun kehidupan bermasyarakat.

Aktivitas-aktivitas Nabi Muhammad SAW di Madinah tidak hanya sebatas menjalankan tugasnya sebagai Nabi dan Rasul, yaitu untuk menerima dan menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Allah SWT dan untuk disampaikan kepada manusia. Namun lebih dari itu. Nabi Muhammad SAW juga telah memberikan contoh teladan di dalam aktivitas keduniawian. Yaitu dengan jalan membangun kebutuhan material dan spiritual masyarakat yang terdiri dari beberapa etnis, penganut agama dan keyakinan yang berbeda-beda di bawah kepemimpinannya. Berdasarkan analisa di atas maka dapat diyakini bahwa Nabi SAW merupakan pemimpin yang sukses dalam menerapkan prinsip kese-imbangan antara kemaslahatan dunia dan kemaslahatan akhirat bagi umatnya.55

Di dalam menjalankan aktivitas bernegara. Nabi Muhammad SAW telah dapat menerapkan prinsip musyawarah, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip persamaan bagi semua lapisan sosial, prinsip keadilah, kesejahteraan sosial, prinsip persatuan dan persaudaraan, prinsip amar ma’ruf dan nahi mungkar, prinsip ketaqwaan, prinsip menghormati orang lain dan prinsip-prinsip dasar kehidupan bernegara lainnya.

Meskipun terdapat perbedaan mengenai wacana negara Madinah, namun pada akhirnya sejarah pulalah yang dapat membuktikan bahwa setelah wafatnya

55

(43)

Nabi Muhammad SAW, para sahabat yang menjadi pemimpin Islam banyak yang mengembangkan konsep bernegara ajaran Nabi Muhammad SAW. Dan ini merupakan karakteristik terdiri dari Islam, yang mampu bersanding dengan berbagai peradaban dan kebudayaan.

C. Kebijakan Politik dalam Islam

Kebijakan politik adalah sistem konsep resmi yang menjadi landasan perilaku politik negara.56 Kebijakan politik juga ada kaitannya dengan sebuah sistem yang saling kait mengkait antara beberapa bagian, sampai bagian yang terkecil, bila suatu atau sub bagian tergangu maka bagian lain juga ikut merasa keterganguan. Jadi kebijakan politik tidak terlepas dari suatu sistem kesatuan yang kuat mengkait satu sama lain, bagian atau anak cabang dari suatu sistem tersebut, menjadi induk dari rangkaian selanjutnya. Begitulah selanjutnya sampai pada bagian terkecil, sehingga rusaknya salah satu bagian tersebut akan meng-gangu kestabilan sistem itu sendiri secara keseluruhan. Pemerintah Indonesia adalah suatu contoh sistem, sedangkan cabangnya adalah sistem kebijakan politik daerah, kemudian seterusnya sampai pemerintahan kelurahan dan desa.57

Dalam politik Islam, pokok-pokok yang menjadi prinsip penting dalam kebijakan bernegara adalah pemimpin dan pemerintah yang menjamin

56

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 131

57

(44)

dilaksanakan hukum Allah SWT yang adil dan sesuai dengan fitrah manusia, yaitu adanya beberapa perkara yang menjadi prinsip dasar negara Islam. Perkara tersebut diantaranya, hanya hukum Allah SWT yang ditegakkan, syura, keadilan, kebenaran (al-haq), kebebasan dan persamaan.58

Menurut Abdul Hadi Awang, politik Islam tidak menyentuh hal prinsip dan hukum-hukum yang qath’i. Politik Islam melibatkan cara pelaksanaan hukum supaya lebih cermat, bijaksana dan adil, serta menhadapi hal-hal baru yang muncul dalam masyarakat. Ia memerlukan penterjemahan pelaksanaan hukum Allah SWT yang memberi kebahgiaan di dunia dan akhirat. Di antara contohnya tidak menjatuhkan hukuman hudud kepada pencuri dikarenakan keadaan ekonomi, apabila diberi upah tidak sesuai, negara dalam keadaan menghadapi ancaman musuh, ditukar kepada hukuman ta’azir melalui ijtihad.59

Sebuah negara harus memiliki pemimpin yang bertanggung jawab terhadap negaranya. Imam al-Mawardi menyebutkan bahwa ada sepuluh kewajiban pemimpin terhadap Negara antara lain:

1. Melindungi keutuhan agama sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya yang

establish, dan ijma’ generasi salaf. Jika muncul pembuat bid’ah atau orang

sesat yang membuat syubhat tentang agama, ia harus menjelaskan hujjah kepadanya, menerangkan yang benar kepadanya dan menindaknya sesuai

58

Abdul Hadi Awang, Sistem Pemerintahan Negara Islam. h. 78

59Ibid,

(45)

dengan hukum yang berlaku, agar agama tetap terlindungi dari segala penyimpangan dan ummat terlindung dari usaha penyesatan.

2. Menerapkan hukum kepada dua pihak yang berperkara, dan menghentikan permusuhan di antara dua pihak yang berselisih, agar keadilan menyebar secara merata, kemudian orang-orang tiranik tidak sewenang-wenang, dan orang teraniaya tidak merasa lemah.

3. Melindungi wilayah negara dan tempat-tempat suci, agar manusia bebas bekerja, dan berpergian kemanapun dengan aman dari ganguan terhadap jiwa dan harta.

4. Menegakkan supremasi hukum (hudud) untuk melindungi larangan-larangan Allah SWT dari upaya pelanggaran terhadapnya, dan melindungi hak-hak hamba-Nya dari upaya pelanggaran dan perusakan terhadapnya.

5. Melindungi daerah-daerah perbatasan dengan benteng yang kokoh, dan kekuatan tangguh hingga musuh tidak mampu mendapatkan celah untuk menerobos masuk guna merusak kehormatan, atau menumpahkan darah orang muslim, atau orang yang berdamai dengan orang muslim (ahlu dzimmahi).

6. Memerangi orang yang menentang Islam setelah sebelumnya ia didakwahi hingga masuk Islam, atau masuk dalam perlindungan kaum muslimin (ahlu

dzimmah), agar hak Allah SWT terealisir yaitu kemenangan-Nya atas seluruh

(46)

7. Mangambil fai (harta yang didapatkan kaum muslimin tanpa pertempuran) dan sedekah sesuai dengan yang diwajibkan Syari’at secara tekstual atau ijtihad tanpa rasa takut dan paksa.

8. Menentukan gaji, dan apa saja yang diperlukan dalam Baitul Mal (kas negara) tanpa berlebih-lebihan, kemudian mengeluarkannya tepat pada waktunya; tidak mempercepat atau menunda pengeluarannya.

9. Mengangkat orang terlatih untuk menjalankan tugas-tugas, dan orang-orang yang jujur untuk mengurusi masalah keuangan, agar tugas-tugas ini dikerjakan oleh orang yang ahli, dan keuangan dipegang oleh orang-orang yang jujur.

10.Terjun langsung dalam segala persoalan, dan menginspeksi keadaan, agar ia sendiri yang memimpin ummat dan melindungi agama, tugas-tugas tersebut, tidak boleh ia delegasikan kepada orang lain dengan alasan sibuk istirahat atau ibadah. Jika tugas-tugas tersebut ia limpahkan kepada orang lain, sungguh ia berkhianat kepada ummat, dan menipu penasihat.60 Allah SWT berfirman

Artinya: “Hai Daud, sesungguh Kami menjadikan kamu sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa

60

(47)

nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT”.

(Q.S: Shaad/38: 26)

Pada ayat di atas, Allah SWT tidak hanya memerintahkan pelimpahan tugas, namun lebih dari itu Dia memerintahkan penanganan langsung. Ia tidak mempunyai alasan untuk mengikuti hawa nafsu. Jika hal itu ia lakukan, maka ia masuk katagori orang tersesat. Inilah kendati pelimpahan tugas dibenarkan berdasarkan hukum agama dan tugas pemimpin, ia termasuk hak politik setiap pemimpin.61

Dapat disimpulkan bahwa, politik Islam (siyasah syar’iyyah) sebagai kebijakan penguasa atau pemerintah dalam menjaga ketertiban masyarakat, baik di tetapkan atau tidak ditetapkan oleh syari’ah, merupakan suatu yang sah secara sejarah dan sesuai dengan tujuan syari’ah. Kebijakan tersebut diakui dalam semua sistem pemerintahan modern. Permasalahannya adalah bahwa kebijakan tersebut harus ditetapkan berdasarkan undang-undang dan berjalan sesuai dengan konstitusi negara. Hal itu untuk mencegah kerusakan yang lain dari sikap penguasa atau pemerintah yang mengeluarkan kebijakan atas pertimbangan sendiri tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat yang sesungguhnya. Kerusakan tersebut dalam bahasa sekarang adalah dalam bentuk dictatorship,

korupsi, kolusi dan nepotisme.62

61

Ibid.

62

(48)

Kebijakan yang pernah diambil oleh pemerintah Islam di zaman klasik dapat dicontoh untuk praktik pemerintahan pada zaman sekarang, selama kebijakan itu sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang, tidak bertentangan dengan syari’ah secara keseluruhan, dan merupakan upaya untuk menegakkan syri’ah itu sendiri di zaman sekarang. Politik Islam adalah bagian dari konstitusionalisme Islam yang diatur oleh undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ia adalah bagian dari sistem pemerintahan Islam yang memegang amanah khalifah Allah SWT di bumi dalam rangka menjalankan syari’ah, menegakkan keadilan, menghapus kezaliman, dan menjadikan masyarakat tertib, aman, adil, dan makmur.

Kebijakan politik yang dapat diambil atau dibuat oleh pemimpin Negara dalam melaksanakan tugas kepemerintahannya dapat meliputi berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan sosial dan budaya. Politik ekonomi bertujuan untuk mengatur dan menyelesaikan berbagai permasalahan hidup manusia dalam bidang ekonomi. Politik ekonomi Islam adalah penerapan berbagai kebijakan yang dilaksanakan oleh negara (khalifah Islamiyah) untuk menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan pokok (primer) setiap individu masyarakat secara keseluruhan, disertai jaminan yang memungkinkan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (sekunder dan tersier) sesuai dengan kemampuan mereka.63 Politik ekonomi Islam lebih menekankan

63

(49)

pada pemenuhan kebutuhan masyarakat secara individual, bukan secara kolektif. Maka dari itu, politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sebuah negara semata, tetapi juga menjamin setiap orang untuk menikmati peningkatan taraf hidup tersebut.

Sistem ekonomi Islam berupaya menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan pokok (primer) setiap warga negara (baik Muslim mau pun non-Muslim) secara menyeluruh. Barang-barang berupa pangan (makanan pokok), sandang (pakaian) dan papan (perumahan) adalah kebutuhan pokok (primer) manusia yang harus dipenuhi. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari kebutuhan tersebut. Keamanan, kesehatan dan pendidikan juga merupakan tiga kebutuhan penting dan harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.64

Menyangkut keamanan, tidak mungkin setiap orang dapat menjalankan seluruh aktivitisnya terutama aktivitas yang wajib seperti ibadat wajib, bekerja, bermuamalat secara islami, termasuk menjalankan aktivitas pemerintahan sesuai dengan ketentuan Islam tanpa adanya keamanan yang menjamin pelaksanaannya. Jadi, jelas harus ada jaminan keamanan bagi setiap warga negara. Kemudian dalam hal kesehatan, tidak mungkin setiap manusia dapat menjalani berbagai aktivitas sehari-harian tanpa adanya kesehatan yang cukup untuk melaksanakannya. Artinya, kesehatan juga termasuk kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap manusia.

64Ibid,

(50)

Demikian juga dengan pendidikan. Tidak mungkin manusia mampu mencapai kesejahteraan dan kebahgiaan di dunia, apalagi di akhirat, kecuali dia memiliki ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mencapainya. Ilmu pengetahuan diperoleh melalui pendidikan.65

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di setiap Negara, baik Negara maju maupun Negara berkembang. Kedua-nya sering dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah, yang satu sama lain tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik di suatu negara membawa dampak besar kepada karakteristik pendidikan di negara tersebut. Ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan dan politik di setiap negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal perkembangan peradaban manusia dan menjadi perhatian para ilmuan.66

65Ibid,

h. 287

66

(51)

BAB III

RIWAYAT HIDUP DAN KARIR POLITIK

NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI NEGARA BAGIAN KELANTAN

Malaysia merupakan suatu negara yang luas wilayahnya sekitar 336.700 KM² terdiri dari semenanjung Malaysia, Sabah dan Serawak yang dipisahkan oleh laut Cina Selatan yang luasnya 1.036 KM². Semenanjung Malaysia meliputi wilayah seluas 134.680 KM², berbatasan dengan negara Thailand di Utara dan Singapura di Selatan. Sementara Sabah dan Serawak luasnya sekitar 202.020 KM² yang berbatasan dengan wilayah Kalimantan (Indonesia).67

Negara Malaysia terbagi menjadi 14 Negara Bagian yaitu: Wilayah Persekutuan (Kuala Lumpur), Melaka, Negeri sembilan, Selangor, Perak, Pulau pinang, Kedah, Perlis, kelantan, Terengganu, Pahang, Johor, Sabah dan Serawak. Semenanjung Malaysia terbagi kepada dua wilayah yaitu Pantai Barat yang terdiri dari negeri Johor, Kedah, Melaka, Negeri Sembilan, Perak, Perlis, Pulau Pinang dan Selangor, dan Pantai Timur yang terdiri dari negeri Kelantan, Pahang dan Terengganu.68

Letak Malaysia hampir berada di garis Khatulistiwa antara 1˚dan 7˚ Lintang Utara serta 100˚ dan 119˚ Bujur Timur. Iklim Malaysia dipengaruhi oleh laut dan

67

Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990), h. xi

68 Perangkaan Penting Malaysia

(52)

perubahan sistem angin yang bertiup dari Lautan Hindi dan Laut Cina Selatan. Biasanya iklim ini terbagi menjadi dua musim yaitu musim monsun barat-daya dan monsun timur-laut. Suhu sehari-hari di seluruh Malaysia rata-rata antara 70F sampai 90F. Kelembapannya dapat dikatakan tinggi.69

A. Keadaan Geografis Negara Bagian Kelantan

Kelantan Darul Naim atau lazim disebut dengan Kelantan merupakan sebuah negara bagian di antara 14 buah negara bagian lainnya di Malaysia yang kaya dengan hasil bumi. Luas wilayahnya kurang lebih 14,922 KM², terletak di Timur Laut Semenanjung Malaysia, berhadapan dengan Laut China Selatan dan berbatasan dengan Thailand. Kelantan merupakan sebuah negara bagian agraria (pertanian) yang mempunyai banyak lahan tanaman padi dan perkampungan nelayan.

Negara bagian ini terdiri dari 10 jajahan (kabupaten) yaitu, Kota Bharu, Pasir Mas, Tumpat, Pasir Puteh, Bachok, Kuala Krai, Machang, Tanah Merah, Jeli dan Gua Musang. Bandar utama di Kelantan termasuk Kota Bharu (ibu negeri), Pasir Puteh, Pasir Mas, Kuala Krai, Jeli, Rantau Panjang dan Pangkalan Chepa.70 Pada kabupaten inilah terdapat daerah-daerah atau kampung-kampung

sebagai unit terkecil dari sebuah provinsi atau negeri.

69

Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia, Ibid, h. xii

70

(53)

Negeri Kelantan menikmati iklim tropis yang baik, di mana hampir setiap tahun hujan turun dengan berselang-seling berdasarkan bulan-bulan tertentu pada setiap tahun. Biasanya hujan yang lebat akan berlangsung selama beberapa hari atau beberapa bulan yaitu pada bulan November, Desember dan Januari. Suhu setiap hari di perkirakan dari 21° C hingga 32° C.71

B. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Politik

Berdasarkan sensus tahun 2005, jumlah penduduk Kelantan berjumlah 1.373.173 jiwa, yang terdiri dari Gua Musang (80.167), Kuala Krai (97.836), Jeli (38.185), Tanah Merah (108.228), Pasir Mas (172.692), Machang (82.653), Pasir Puteh (111.001), Kota Bharu (425.294), Bachok (116.128), Tumpat (140.989). Bangsa Melayu merupakan penduduk mayoritas di Kelantan (95%), sementara sebagian yang lain terdiri dari keturunan China (3,8%), keturunan India (0,3%), dan lain-lain (0,9%). Komposisi penganut agama di Kelantan adalah Islam (95%), Buddha (4,4%), Kristen (0,2%), Hindu (0,2%), dan penganut agama lainnya (0,2%).72

Dari segi budaya, masyarakat Kelantan kuat berpegang teguh kepada agama, mempunyai sikap lemah lembut, ramah, suka menolong, giat bekerja, tegas dan kuat. Sehingga, masyarakat Kelantan dikenali sebagai rakyat yang suka

71

http://www.kelantan.gov.my/index.php?q=ringkas diakses pada tanggal 12 Januari 2009

pukul 20.00 WIB

72

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan full day school dalam membentuk sikap kedisiplinan serta mengembangkan minat dan bakat

Free Trade atau perdagangan bebas dapat didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar

Ampunilah kami atas kesalahan yang sudah kami lakukan dan sebelumnya, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami nyatakan.. Engkau-lah Tuhan yang

Rumah tangga menurut akses sanitasi layak di Sulawesi Selatan sebesar 64,1% dan masih dibawah target renstra tahun 2012 sebesar 69,0%. Tingginya angka kejadian

Upaya untuk meningkatkan kesadaran dari para dosen untuk selalu menepati waktu perkuliahan, dapat dilakukan fihak FPTK dengan memberikan perhatian baik itu dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah persepsi individu dari program Goal Setting memediasi pengaruh kepribadian Conscientiousness terhadap

Namun adakalanya keretakan rumah tangga belum sampai taraf yang serius sehingga masih dapat didamaikan, bahkan ada yang semula sudah menghendaki perceraian dan telah

Penulis telah berusaha membuat Laporan Karya Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi sebagai manusia biasa penulis menyadari adanya kekurang sempurnaan dalam pe- nulisan. Akhir