ANALISIS WACANA RUBRIK “MEDIA DAN KITA”
MAJALAH
UMMI
EDISI JULI-OKTOBER 2009
Skripsi
”Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)”
Oleh: Astri Putriyani NIM 103051028444
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS WACANA RUBRIK “MEDIA DAN KITA”
MAJALAH
UMMI
EDISI JULI-OKTOBER 2009
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syarat Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Astri Putriyani NIM 103051028444
Di bawah bimbingan
Drs. Jumroni.M,si NIP 196305151992031006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS WACANA RUBRIK “MEDIA DAN KITA” MAJALAH UMMI EDISI JULI-OKTOBER 2009 telah diujikan dalam
sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada 15 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 15 Maret 2010
Sidang Munaqosyah
Ketua, Sekretaris,
Drs. Jumroni.M.Si Dra. Umi Musyarrofah, M.A
NIP 196305151992031006 NIP 1971081619970302002
Penguji
Penguji I, Penguji II,
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2010
Penulis,
Abstrak
Media, sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Bagi anak – anak, tentu saja akibatnya semakin parah jika proses pertumbuhan pemikiran anak itu hanya diisi hal – hal yang berbau televisi, Padahal, ada jutaan anak di negeri ini yang sadar atau tidak sadar telah dititipkan orang tuanya kepada televisi. Dalam skripsi ini penulis akan menganalisa wacana anak dan media pada rubrik media dan kita majalah Ummi edisi Juli-Oktober 2009
Dalam rubrik Media dan Kita ditulis dengan bahasa apa adanya dan peristiwa yang faktual, Nina M Armando sendiri alami, menjadikan rubrik media dan kita tersebut reasonable dan sesuai dengan peristiwa atau kondisi kebanyakan para keluarga. Dalam skripsi ini penulis akan membahas yang sudah dirumuskan pada perumusan masalah bagaimanakah pesan-pesan yang disampaikan pada pembaca dalam rubrik media dan kita?
Memang dari segi orang tua yang memiliki berbagai macam kesibukan, membebaskan anak terutama balita untuk menonton televisi sungguh meringankan. Anak jadi punya kesibukan sendiri, tidak rewel dan tidak keluyuran di luar rumah. Padahal, dampak negatifnya sangat besar bagi perkembangan anak/balita tersebut. Memperhatikan berbagai dampak negatif televisi tersebut harusnya para orang tua pintar-pintar memilih dan mensajikan mana yang sesuai untuk anak kita berdasarkan pertimbangan usia dan minatnya. Bukan berdasar selera kita. Mentang-mentang kita suka baca lalu anak disuruh membaca terus. Atau sebaliknya, karena kita suka nonton televisi maka anak kita cekoki dengan tayangan televisi secara terus menerus.
Dalam menulis skripsi penulis menganalisis wacana dalam rubrik media dan kita yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan metode dari Teun Van Dijk. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Struktur Makro, Superstuktur, Stuktur Mikro
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang pantas untuk memulai pengantar ini selain puji serta
syurkur Penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat dan
kekuatan, sehingga Penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Meskipun,
banyak kendala-kendala di tengah jalan yang kadang menjadi beban pikiran dan
penghambat proses. Tetapi semua itu Penulis jadikan sebagai pembelajaran dan
pengalaman yang sangat berharga.
Shalawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada suri tauladan umat
manusia sedunia, yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya,
sahabatnya, dan kita semua para pengikutnya. Yang telah mengorbankan jiwa,
raga, bahkan harta dan bendanya untuk memperjuangkan Islam, sehingga kita
dapat meneruskan ajarannya dan hidup dalam bimbingan warisannya, yaitu:
al-qur’an dan hadist.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang
Penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu dukungan materil, maupun non
materil. Sebab itu, sudah sepantasnya Penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada beliau semua atas bantuannya. Terutama kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat,
beserta para pembantu Rektor. Walaupun saya kurang mengenal dengan
akrab satu sama lain, namum hal itu tidak mengurangi rasa hormat dan
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud
Jalal, MA, selaku Pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, selaku
Pudek III.
4. Bapak Drs. Jumroni, MA. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
5. Ibu Umi Musyarrafah, MA, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada
Penulis.
6. Untuk semua Dosen (yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu) yang
dengan kesabaran dan kesungguhannya telah mengajar dan mendidik
Penulis selama proses belajar di kampus. Terutama untuk dosen
pembimbing Penulis, Bapak Drs. Jumroni, MA yang dengan sabar
membimbing Penulis dari awal sampai selesainya skripsi ini.
7. Kepada para pejabat Pusat Pengkajian Komunikasi Massa (PPKM) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Gun-Gun Heriyanto M.Sc, Prof. Andi
Faisal Bakti P.hd, Ibu DR. Umaimah Wahid, Ibu Armawati Arbi M.Sc,
Bapak Budi M.Sc, dan lainnya, yang telah memberikan banyak ilmu
8. Kepada semua kru majalah Ummi, terutama kakak Zirlyfera Jamil selaku
Pimpinan Redaksi majalah Ummi, yang sudah bersedia untuk Penulis
wawancarai, saya ucapkan terima kasih atas bantuan kalian semua. Karena
tanpa bantuan kalian semua, skripsi ini tidak akan mungkin bisa
diselesaikan.
9. Untuk Ibunda tercinta, Ibu Yati Suriyati yang kasih dan sayangnya tidak
pernah berkurang kepada Penulis dan ingin melihat anaknya menjadi
sarjana, terima kasih atas dukungan kepercayaan, pengorbanannya, serta
doanya selama ini. Semoga engkau tetap berada dalam ridha Allah SWT
dan dipanjangkan umurnya untuk selalu taat beribadah kepada-Nya.
10.Tak lupa kepada suamiku, Anak-anakku, Ibu mertua, dan
saudara-saudaraku di rumah, Dodiana Kusuma, Azka Rameyza Alya Kusuma,
Azzam Izzuhu Zain kusuma, Icih Sukaesih, Ua Nuna, Bi Emi, Mang Dadi,
Mang Iman, Mang Ghoienk, Vindut, Mimin, yang selalu memberikan
semangat dan doa. Semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah
SWT dengan balasan yang setimpal.
11.Sahabat-sahabatku KPI, Zakaria, Romadon, Jarwo, Aswin (JK), dan tim
hore, Ika Roti, Fatimah, Kiki, yang selalu menolong saat penulis berada
dalam kesulitan, semoga persahabatan kita tidak hanya di bawah atap
kampus ini. Dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
12.Kepada temanku yang lainnya, Muin, Manto, D-blenk, kawan-kawan PMI,
Khususnya Amin, Hamdi, Pacun, Sae, BPI, khususnya Barok, Dinay, dan
kawan-kawanya MD, terutama Maya, Kesos, Terutama Syakur, dan
kawan-kawan yang Penulis tidak bisa sebutkan satu per satu. Terima kasih
juga kepada Mas Irwan yang telah berusaha membantu Penulis untuk
dapat wawancara kepada Ustad Shabri Lubis, Sukses untuk kalian semua.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.
Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa,
semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran
studi Penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari
Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata
atau penulisan dalam skirpi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali
kekurang dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang
konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk
menyempurnakannya. Wassalam.
Jakarta, 11 Maret 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK………..……… i
KATA PENGANTAR………..……….…..… ii
DAFTAR ISI………..………. ..… vi
DAFTAR TABEL………..……….… viii
BAB 1 PENDAHULUAN………..…… 1
A. Latar Belakang Masalah………...……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 8
C. Tujuan Penelitian………... 9
D. Manfaat Penelitian……… 9
E. Metode Penelitian………. 10
F. Sistematika Penulisan……… 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS………... 16
A. Anak-Anak dan Berita………... 16
B. Media dan Berita……….. 20
C. Anak-Anak dan Media………. 28
D. Analisis Wacana Moel Teun Van Dijk………...…………. 33
1. Teks………... 33
2. Kognisi Sosial………..…. 34
3. Konteks Sosial………..… 35
BAB III PROFIL MAJALAH UMMI………..…… 37
A. Gambaran Umum Majalah Ummi………. 37
C. Struktur Redaksi Majalah Ummi………..…..40
D. Rubrikasi Majalah Ummi………..…..…41
E. Rubrik Media dan Kita………42
BAB IV ANALISIS WACANA ANAK DAN MEDIA PADA RUBRIK MEDIA DAN KITA MAJALAH UMMI EDISI JANUARI- APRIL 2009………...49
A. Temuan Data………..……..49
1. Kerangka Data Analisis Teks………49
2. Kerangka Data Kognisi Sosial………...62
3. Kerangka Data Konteks Sosial………...62
B. Analisis Data………...62
1. Anak dan Media dilihat melalui Analisis Teks…..………63
2. Anak dan Media dilihat dalam Kognisi Sosial……..……65
3. Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial……....….66
BAB V PENUTUP……….…71
A. Kesimpulan……….………….71
B. Saran-Saran………..71
DAFTAR PUSTAKA………73
DAFTAR TABEL
1. Skema penelitian dan metode kerangka Van Dijk………11
2. Perbedaan Media Cetak, Elektronik Dan On Line………22
3. Perbedaan Surat Kabar, Tabloid, Majalah Dan Bulettin………...23
4. Struktur teks……….……..34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media telah terbukti mempunyai peran yang sangat besar sebagai penyebar
informasi, sebagai agen sosialisasi. Terlebih dalam kebebasan, pasca jatuhnya
Soeharto. Dari segi pemberitaan dan jumlahnya media massa lebih mempunyai
gerak yang lebih luas. Dari segi jumlah, tercatat 934 penerbitan dan di tahun 2000
pemerintah telah mengeluarkan surat Izin Usaha Penerbitan Pers sekitar
1800-20001.Jumlah media elektronik pun bertambah, kita bisa dengan mudah memilih
tontonan, ada RRI, RCTI, SCTV, TPI, Antv, ditambah TV local yang
diperkirakan mencapai 20-an. Jumlah jurnalis pun bertambah. Dengan jumlah
yang ada sekarang ini, media sangatlah bisa untuk menjadi agen sosialisasi dalam
segala bidang.
Media, sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau
gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan
sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik antara lain karena media
juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas ide atau gagasan dan
bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakan
dalam konteks kehidupan yang lebih empiris2.
Dengan kemampuan media untuk membentuk opini publik apakah realitas
yang ada sekarang ini merupakan realitas yang dibentuk oleh media atau memang
realitas yang sebenarnya ada? Dan berdasarkan peran yang dimilikinya kita juga
1
Pers Indonesia,”Kompas, 9 Februari 2000, hal.4.
bisa melihat bahwa media tidaklah berdiri sendiri ada kepentingan dan institusi di belakang media Ia bukanlah benda mati melainkan media massa dalam hal ini
media cetak dengan teks yang ada dipengaruhi oleh banyak hal.
Diantara faktor–faktor yang mempengaruhi media yaitu redaksi Wartawan
dan kepentingan pemilik modal Bisa dikatakan isi dari media tergantung pada
siapa yang ada di belakangnya Karena media juga tidak sekedar menyajikan teks,
bukan sebagai Kontrol sosial, penyebar informasi, tetapi Juga harus bersaing
dengan media lainnya, ada profit oriented yang diperjuangkan oleh media.
Demikian juga dengan kehadiran televisi benar–benar layak
diperhitungkan kini dia menjadi Terhormat bagi semua keluarga, tidak peduli
miskin atau kaya. Si kotak ajaib ini selalu di taruh pada tempat utama atau terbaik
untuk sebuah keluarga. Hampir tidak ada yang menaruh barang ini di kamar
mandi, gudang, atau tempat yang tidak penting lainya kecuali sudah rusak atau
sudah tidak terpakai lagi.
Semua anggota keluarga akan duduk mengelilinginya tanpa sadar,
memperhatikan apa yang dikatakan dan apa yang muncul dari si kotak ajaib ini.
Artinya, pesawat TV mampu menjadi pusat perhatian. Tanpa kenal lelah dia akan
terus memperkenalkan program–programnya kepada semua orang tanpa pilih
kasih, ia tidak pernah berontak bisa dihidupkan kapan saja, dimatikan kapan saja,
seolah dia adalah barang penurut seratus persen. Memang seratus persen mati
hidupnya barang ini berada di bawah kendali kita, semudah menekan tombol
Namun perangainya yang penurut itu, tanpa kita sadari, dapat berubah
menjadi makhluk yang buas yang sangat sulit dijinakkan. Bahayanya lagi,
korbanya tidak menyadari kalau dirinya sudah berada di bawah pengaruhnya
sehingga akhirnya dia yang mengontrol pemilik dan penontonnya.
Televisi kian menancapkan pengaruhnya secara langsung atau tidak
langsung tidak dapat dihindari lagi kini kita hidup di era media televisi yang tidak
bisa dipisahkan dari bagian hidup kita. Pengaruh langsung yang kelihatan,
misalnya ada banyak orang terlambat masuk kantor, terlambat bangun pagi,
hilangnya jam–jam produktif 3
Pengaruh tidak langsung yang pelan tapi pasti adalah perubahan persepsi,
nilai–nilai hidup bahkan karakter pun lambat laun bisa berubah, Marilah kita jeli
mengamati nilai–nilai individu kita yang mulai bergeser dari apa yang dulu kita
miliki. Padahal sudah tak terhitung pula jam–jam yang harus kita habiskan untuk
menemani, mendengarkan ajakan,buaian si kotak ajaib tersebut
Keinginan–keinginan luhur yang sejak kecil kita miliki pun secara lembut,
tanpa kita sadari, telah tergantikan dengan apa yang setiap hari kita lihat pada
pesawat televisi Pesawat tersebut menawarkan kemewahan, kebahagiaan yang
identik dengan banyaknya uang, pergaulan yang bebas, hilangnya sopan santun
anak terhadap orangtua, budaya pemberontak sampai anggapan bahwa pekerjaan
bukan lagi anugrah tetapi beban berat, Akibatnya cita–cita ingin kaya dengan
cepat, mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah, termasuk tidak mau
3
berpikir panjang, sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan
kita.
Bagi anak–anak, tentu saja akibatnya semakin parah jika proses
pertumbuhan pemikiran anak itu hanya diisi hal–hal yang berbau televisi,
Padahal, ada jutaan anak di negeri ini yang sadar atau tidak sadar telah dititipkan
orang tuanya kepada televisi, yang dianggap sebagai pengganti suster. Dengan
sadar misalnya, saat ibu sibuk di dapur atau saat mencuci pakaian, anaknya
supaya tidak rewel didudukkan di depan pesawat televisi yang sedang dihidupkan.
“Kubunuh kau…” “Potong lehernya…” “Bang Joni, i’..u’..i’..u’..” Itulah beberapa kalimat yang sering diucapkan oleh Lia murid TK berusia 4 tahun.
Di waktu yang lain, tiba-tiba ia terjatuh berpura-pura pingsan, atau berjalan dengan berjingkat sambil berkata “Selamat pagi Pak Taka…” seperti tokoh Sasha pada acara televisi “OB” yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta.
Demikianlah beberapa perkataan dan perilaku yang ditirukan oleh
anak-anak dari media, yaitu televisi. Mungkin hal tersebut masih dapat dikatakan
beruntung karena apa yang ditirukan tidak sampai melukai orang lain secara fisik
dan mental, bahkan cenderung terlihat lucu bagi orang dewasa didekatnya.
Tetapi bagaimana jika anak menyaksikan tayangan yang penuh dengan
adegan kekerasaan, kemudian menirukannya, misalnya: anak menirukan adegan
pada acara televisi smack down atau Power Ranger, ia memukul temannya, loncat dari ketinggian dan menindih temannya, hingga teman kesakitan atau dirinya
Mengapa anak-anak mudah sekali menirukan adegan-adegan yang
ditayangkan oleh Televisi?
Seperti kita ketahui bahwa anak-anak senang sekali menonton TV. Mereka
tidak segan-segan untuk duduk di depan kotak ajaib tersebut selama berjam-jam.
Dalam sebuah penelitian, anak-anak usia pra sekolah menunjukkan minat yang
lebih besar pada TV ketimbang usia sekolah. Hal ini dikarenakan anak balita
cenderung terbatas teman bermainnya dan lebih banyak tinggal dirumah.
Namun hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan karakter anak jika
tidak terkontrol karena mereka jika melihat sesuatu langsung dimasukkan dan
percaya tanpa dipilih-pilih. Mereka akan lebih mudah merekam hal-hal yang
menyenangkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini terjadi karena mereka
tidak punya pengalaman, dan dalam benak mereka belum ada program penyaring.
Anak-anak mampu membedakan kenyataan dan fantasi pada usia sembilan
tahun. Sehingga anak-anak dibawah usia 9 tahun membutuhkan dampingan orang
tua untuk mengetahui manakah hal-hal yang nyata dan yang hanya sekedar
fantasi.
Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak. Oleh karena itu, jika
tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan
meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar
atau salah, anak mungkin tidak tahu. Di sinilah tugas ayah dan bunda untuk selalu
Bandura, seorang tokoh Psikologi, sikap, tabiat dan tingkah laku individu itu
dipelajari dan ditiru dari interaksinya dengan orang lain.4
Bandura mengatakan individu meneruskan ataupun mengubah sikap dan
tabiatnya karena adanya faktor-faktor pengukuh yang mempengaruhi perilakunya.
Menurut Teori Bandura, ada dua jenis faktor penguat. Yang pertama adalah
faktor-faktor di luar diri individu, yaitu kejadian yang dialaminya secara langsung
akibat perilakunya. Salah satu contoh faktor pengukuh adalah pujian dan celaan
yang diterima setelah melakukan sesuatu perbuatan. Faktor penguat kedua adalah
faktor-faktor yang berasal dari individu itu sendiri, konsep diri dan harga diri yang
akan mempengaruhi sikap, tabiat dan perilaku nya5.
Dari orang-orang di sekeliling, individu akan belajar role-playing atau bermain peran. Setiap hari, seseorang bermain peran, karena dia selalu
membayangkan dirinya berpikir, berbuat dan berasa seperti orang lain. Individu
itu membayangkan apa yang akan dilakukan dan apa yang akan dikatakan oleh
orang lain tentang dirinya. Dia juga membayangkan apabila dia sendiri yang
berada dalam keadaan mereka, apa yang akan dilakukannya ataupun apa yang
akan dikatakan. Hal ini menjadikan orang lain menjadi sumber sikap, tabiat dan
tingkah laku individu.
Dengan kata lain individu akan meniru kesan dari sikap, tabiat dan tingkah
laku yang ditangkap dari model, melakukan role-model atau model peranan. Individu itu mempelajari dan mengamalkan suatu sikap, tabiat dan tingkah laku
4
Mahayoni dan Hendrik Lim, MBA, Anak Vs Media: Kuasailah Media Sebelum Anak Anda Dikuasainya, h. 4.
5
dengan memerhatikan sikap, tabiat dan tingkah laku orang lain di sekelilingnya.
Orang yang ditiru disebut model.
Pada umumnya role-model anak-anak adalah orang tua, karena orang tua merupakan figur terdekat anak dan dianggap memiliki frekuensi berinteraksi
dengan anak yang cukup sering. Namun ketika anak lebih sering berinteraksi
dengan media televisi, maka ia akan lebih banyak mempelajari banyak hal dari
televisi. Untuk mempelajarinya ia melakukan modelling (meniru) terhadap berbagai hal yang ia saksikan di media tersebut. Karena keterbatasan kemampuan
kognitif, dan pengetahuan yang dimiliki, maka anak-anak langsung saja
menirukan hal-hal yang ia saksikan.
Perbuatan meniru-niru orang lain mempunyai kebaikan. Apabila tabiat
yang kita tiru adalah tabiat-tabiat positif seperti bersedekah, belajar ilmu-ilmu
baru dan rajin bekerja. Sikap ini mempunyai keburukan apabila individu itu
meniru-niru perbuatan yang tidak ada kebaikan, tentunya akan memberikan
kerugian bagi diri sendiri.
Uraian di atas adalah gambaran umum media dan kita khususnya
anak-anak. Seperti kita ketahui, paska orde baru proses pengurusan SIUPP dipermudah,
sehingga banyak orang tertarik untuk menerbitkan media, pilihan media dalam hal
ini media cetak menjadi lebih beragam. Keberagaman inipun ada pada media
Islam
Media Islam muncul dengan format yang berbeda. Kemunculan media
massa Islam ini tentu merupakan hal yang menggembirakan, umat Islam lebih
dimudahkan. Khususnya majalah bagi keluarga Islam, untuk lebih santun, tidak
membawa budaya konsumtif dan mampu menjadi media yang peka tehadap
persoalan-persoalan keluarga khususnya anak-anak. Lantas bagaimana majalah
Islam Ummi menggambarkan media dan kita
Atas dasar inilah penulis melakukan penelitian pada majalah Ummi sekaligus sebagai judul skripsi: Analisis Wacana Rubrik Media dan Kita Edisi
Juli- Oktoberl 2009
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dalam penelitian teks, peneliti membatasi penelitian hanya pada teks yang
ada pada rubrik Media dan Kita majalah Ummi Edisi Juli- Oktoberl 2009 Penelitan ini dilakukan pada majalah Ummi, adapun alasan penulis mengambil majalah Ummi sebagai penelitian, karena pertama, majalah ini seringkali menyajikan sesuatu baik itu artikel maupun berita secara panjang lebar
dan mendalam, majalah seperti halnya media cetak lainnya pesan-pesan yang
disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari, serta memiliki daya persuasi yang
lebih tinggi. Majalah-majalah khusus banyak bertahan karena analisanya yang
panjang lebar dan artikelnya yang bisa menjadi rujukan. Bisa dikatakan majalah
berperan besar dalam menafsirkan berita dan membahas suatu masalah. Kedua,
karena rubrik Media dan Kita merupakan salah satu rubrik yang disenangi
pembaca
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana teks dan wacana yang
disampaikan kepada pembaca dalam rubrik Media dan Kita majalah Ummi Edisi Juli- Oktober 2009
C Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah: untuk menganalisis wacana dalam rubrik media dan kita
yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan metode dari Teun Van
Dijk
D. Manfaat Penelitian
1. Dalam tataran akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi keilmuan bagi pengembangan ilmu komunikasi yang terspesifikasi
dalam komunikasi massa dan pengembangan bagi ilmu dakwah, dalam hal ini
dakwah bil qalam. Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai
referensi dalam penelitian selanjutnya tentang media dan kita.
2. Dalam tataran praktis penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi
atau pesan, hendaknya bisa mempertanggung jawabkan teks atau pesan yang
disampaikan kepada khalayak
E. Metodelogi Penelitian
Metodelogi penelitian yang dugunakan pada penelitian ini adalah analisis
wacana (discourse analysis). Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kuantitatif yang lebih menekankan pada “apa” (what). Melalui analisis wacana, tidak hanya mengetahui isi pesan teks, tetapi bagaimana juga pesan itu
disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora apa yang disampaikan. Analisis
wacana, lebih melihat kepada bagaimana isi pesan yang akan diteliti.6
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan
kepada analisis atau teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik
produksi yang juga harus diamati, harus dilihat juga bagaimana suatu teks
diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa
semacam itu.
Model dari analisis Van Dijk terdiri dari tiga bagian yang saling terkait,
yaitu:
1. Teks dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu
2. Kognisi sosial, pada level ini dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari wartawan
3. Konteks, pada level ini mempelajari wacana yang berkembang dalam
masyarakat akan suatu masalah.
Kalau digambarkan, maka skema penelitian dan metode yang bisa
dilakukan dalam kerangka Van Dijk sebagai berikut pada tabel 1.
Tabel 1
Skema Penelitian dan Metode Kerangka Van Dijk
STRUKTUR METODE
Teks
Menganalisa bagaimana strategi wacana
yang dipakai untuk menggambargan
seseorang atau pristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang
dipakai untuk menyingkirkan atau
memarjinalkan suatu kelompok,
gagasan, atau pristiwa tertentu
Critical Linguistics
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi
wartawan dalam memahami seseorang
atau pristiwa tertentu yang akan ditulis
Wawancara mendalam
Konteks Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang
berkembang dalam masyarakat, proses
produksi dan reproduksi seseorang atau
pristiwa digambarkan
Ada beberapa peneliti sebelum penulis yang telah menggunakan analisis
wacana model Van Dijk dalam penelitiannya diantaranya
1. Analisis wacana Taboid fikri pada kolom ufuk (edisi maret 2003) Skripsi Kamaluddin (9951017371). Peneliti menganalisis pesan dakwah dan teknik
penulisan rubrik ufuk edisi maret 2003, sebanyak empat edisi. Teknik
penulisan yang dianaisis meliputi tema tulisan, struktur tulisan, koherensi,
pilihan kata dan gaya penuisan, elemen kognisi sosial dan konteks sosial
tidak dianalisis pada penelitian ini.
2. Analisis wacana pesan dakwah pada lirik lagu pada album religi “lahir
kembali” peneliti menganalisis pesan dakwah yang ada pada album religi
”lahir kembali” Skripsi Diana Syauqiyah, peneliti menganalisis teks-teks lagu, menganalisis elemen kognisi sosial, dalam hal ini mewawancarau Ust.
Jefry sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Dalam analisis konteks sosial,
menganalisa bagaimana menganalisa wacana yang berkembang dalam
masyarakat dalam penggambaran seseorang atau pristiwa tertentu
dihubungkan dengan teks dalam lirik-lirik lagu album “lahir kembali”
wacana yang diambil sebagai data, adalah apa yang ditemukan dalam teks
yang berkaitan dengan gejala kehidupan sosial dan beberapa gejala
psikologi.
3. Majalah sebagai media dakwah (Analisis Wacana Jendela Keluarga kolom
stilistik, sintaksis, dan retoris. Elemen Kognisi Sosial dan elemen konteks
sosial tidak dianalisis.
Adapun rubrik Media dan Kita yang akan penulis analisis adalah majalah
Ummi Edisi Juli-Oktober 2009:
1. Edisi Juli 2009 : Orang tua Elektronik Saat Liburan
2. Edisi Agustus 2009 : Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme
3. Edisi September 2009 : Anak-anak Pasar Potensial TV
4. Edisi Oktober 2009 : Berbahayakah Sulap dan Hipnotis di Layar
Kaca kita
1. Subjek: Penelitian dan Objek penelitian serta sumber data
Subjek penelitian ini adalah rubrik Media dan Kita majalah Ummi edisi Januari-April 2009. sedangkan objek penelitiannya adalah teks yang terdapat pada
media dan kita.
Sumber data adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang
objek penelitian. Dalam penelitian ini sumber data dapat diperoleh dari para
pengirim redaksi ke majalah Ummi. 2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung
tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan teknik wawancara terpimpin,
yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan,
dengan menggunakan alat panduan wawancara. Pada penelitian ini penulis
mewawancarai Ibu Zirlyfera Jamil selaku pemimpin redaksi majalah Ummi. b. Observasi
Observasi adalah berupa kegiatan mengenai yang berhubungan dengan
pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset7. Penelitian mengobservasi
teks-teks media dan kita majalah Ummi edisi Januari-April 2009. dalam observasi, peneliti mengumpulkan berbagai macam bentuk data yang ada pada media dan
kita majalah Ummi edisi Juli- Oktober 2009, dan referensi dari perpustakaan. Kemudian penulis menganalisis teks-teks rubrik media dan kita dengan
menggunakan analisis wacana.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dipakai oleh penulis adalah majalah Ummi edisi Juli-Oktober 2009
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis wacana. Wacana
adalah suatu bahasan yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat
atau klausa dengan koherensi atau kohesi tinggi yang berkesinambungan yang
mempunyai awal dan akhir yang nyata yang disampaikan secara lisan atau
tertulis.8 Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan
konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. sementara analisis
wacan yang digunakan sebagai metode dalam penelitian ini adalah model Van
7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), Cet. Ke- 92 8
Dijk. Alas an penulis menggunakan analisis wacana model Van Dijk adalah
karena penelitian atas wacana model Van Dijk tidak hanya menganalisis teks
semata, tetapi juga menganalisis proses produksi teks, sehingga kita bisa
mengetahui kenapa teks bisa semacam itu.
E Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah
BAB I Pendahuluan. Membahas latar belakang masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis membahas Anak-Anak dan Berita, Media dan
Berita, Anak-Anak dan Media, Analisis Wacana Moel Teun Van
Dijk
BAB III Profil Majalah Ummi, bab ini akan mengetengahkan mengenai
Gambaran Umum Majalah Ummi, Visi Misi Majalah Ummi, Rubrik Media dan Kita
BAB IV Analisis Data, bab ini mengetengahkan atau menganalisis
bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh Majalah Ummi
BAB V Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap pembahasan
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Anak-Anak dan Berita
Pengertian Anak Tinjauan secara Kronologis dan Psikologis. Anak adalah
makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk
dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan
segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai
taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak
adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang
berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang
sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah
sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang
dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan
contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran,
perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala
keterbatasan. Haditono (dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak
merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat
bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan
keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting
Sedangkan Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang
dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri,
yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang
berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.9
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak merupakan
mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi
perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri
yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang
berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak).
Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
Sedangkan berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu
yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut
ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita merupakan tugas
profesi wartawan. Banyak kota besar memiliki surat kabar pagi dan petang.
Stasiun televisi biasanya memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang
waktu
Anak-anak belajar tentang lingkungannya dari berbagai sumber berita,
mereka belajar dari orang tua, guru, teman dan media. Informasi dari televisi,
radio atau internet,semua yang disampaikannya adalah berita yang dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang positif, tetapi akan menjadi masalah
jika yang ditayangkan media tersebut adalah berita atau topik yang dapat
9
mengganggu psikologi anak. Berita tentang bencana alam, penculikan anak,
pembunuhan massal, teroris, kekerasan di sekolah atau kehidupan sex orang
dewasa akan membuat anak melihat dunia ini sebagai sesuatu yang
membingungkan, mengancam dan tempat yang tidak aman.
Anak-anak melihat berita Berbeda dengan film atau program
entertainment, berita adalah suatu tayangan yang nyata. Tetapi berdasarkan usia
atau tingkat kedewasaannya anak mungkin belum cukup mengerti perbedaan yang
jelas antara kenyataan dan fantasi bagi beberapa anak, berita yang bombastis dan
sensasional akan dicerna dan ditransformasikan kedalam sesuatu yang mungkin
terjadi kepada mereka. Anak yang melihat tayangan penculikan atau pemboman,
mungkin akan khawatir, Apakah nanti saya juga akan diculik? Berita bencana
alam atau berita pembunuhan akan dapat merasuk ke dalam diri dan pikiran
anak10.
Berita juga dapat mengenalkan sindrom dunia nyata yang memberikan
gambaran tidak lengkap kepada anak tentang dunia dan masyarakat yang
sebenarnya. Kuncinya adalah jelaskan yang sebenarnya sebatas yang dapat anda
jelasakan. Untuk beberapa hal, seperti bencana alam, tidak perlu membatasi.
Orang tua harus tetap memberi keleluasaan bagi anak untuk mengutarakan
ketakutannya. Dorong anak anda untuk membicarakan secara terbuka ketakutan
mereka. Anak yang lebih tua kurang bisa menerima penjelasan yang hanya
10
permukaan. Dalam diri mereka telah tumbuh sikap skeptis pada berita, bagaimana
berita tersebut diproduksi dan dijual telah menutup sedikit kekhawatiran merek
terhadap isi berita itu sendiri. Jika anak yang lebih tua terganggu dengan sebuah
berita, bantu mereka untuk mengatasi ketakutannya. Kesediaan orang dewasa
untuk mendengarkan akan memberikan kekuatan bagi mereka.
Ada beberapa Tips Memilih berita untuk anak: Perhatikan bahwa berita
tersebut tidak memuat gambar yang mengganggu. Pilih program televisi, surat
kabar, atau majalah yang diperuntukkan bagi anak, karena biasanya tidak
sensasional, tidak mengganggu emosi anak, dan memberikan informasi bagi anak.
Diskusikan beberapa berita tersebut.
Bantu anak untuk memikirkan berita-berita tersebut. Beberapa pertanyaan
yang dapat diajukan oleh orang tua: Bagaimana pendapatmu tentang kejadian ini?
Bagaimana menurutmu ini bisa terjadi? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
mendorong topik pembicaraan selain berita tersebut. Tempatkan berita pada
konteks yang tepat. Perlihatkan bahwa tidak semua acara perlu ditonton dan
jelaskan bagaimana satu kejadian (berita) dikaitkan dengan kejadian lain,
sehingga membantu anak merasa nyaman dengan apa yang mereka lihat dan
dengar.
Perluas diskusi dari masalah berita yang mengganggu ke pembicaraan
yang lebih luas. Gunakan berita bencana alam untuk membicarakan bantuan
kemanusiaan, kerjasama dan kemampuan manusia untuk mengatasi akibat dari
yang mereka lihat. Antisipasi perlu dilakukan saat menemani anak dengan
menghindari tayangan yang tidak tepat untuk umur dan perkembangan anak.Jika
anda merasa tidak nyaman dengan isi berita atau tidak tepat dengan umur anak,
matikan TV atau radio anda11.
B. Media dan Berita
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar Media merupakan bentuk jamak medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. AECT (1979) mengartikan media
sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi. Sedangkan
Olson (1974) mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan,
merekam, membagi dan mendistribusikan symbol dengan melalui rangsangan
indra tertentu, disertai penstrukturan informasi.
Perkembangan media telah menimbulkan dua kali dari empat kali revolusi
dunia pendidikan (Ashby, 1972). Perkembangan media ini baik berupa buku,
siaran radio dan televisi berpotensi untuk tumbuh dan berkembangnya masyarakat
belajar.12
Akan tetapi sejak maraknya perkembangan media baik di mancanegara
maupun di Indonesia banyak terjadi pro dan kontra berkenaan dengan materi yang
diekspose oleh media. Berbagai penelitian yang diselenggarakan di Amerika
11
Nataliani, “Pendidikan Media Dari Waktu ke Waktu”
12
Serikat menunjukkan hasil-hasil yang perlu menjadi perhatian kita bersama.
Sehingga perlu dicermati dan dikaji ulang mengenai dampak kehadiran media
disekitar kita terutama dalam lingkungan keluarga sebagai basis pertama
pendidikan anak-anak kita.
Penegertian media dalam proses pemebelajaran cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menagkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media
yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media
komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan
masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi
pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi.
Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran
dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan
penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi
media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media
dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu
peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual
melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar
dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah
contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media
melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan
sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia.
Media dan Berita merupakan sistem komunikasi yang memiliki
kemampuan untuk menyebarkan pesan ke berbagai tempat, sehingga media dan
berita sering dimanfaatkan banyak pihak dalam menggali informasi
perkembangan yang terjadi di dunia. Media bisa dikatakan sebagai alat untuk
menyebarluaskan berita
Jenis jenis Media yaitu Media Elektronik : Televisi, Radio
Media Cetak : Surat Kabar / Harian, Tabloid ,
Majalah, Buletin
Tabel 2
PerbedaanMedia Cetak, Elektronik dan On Line
Media Cetak Media Elektronik Media On Line
Paparan lebih lengkap
Segmentasi dewasa Segala usia Dewasa, intelektual
Tabel 3
PerbedaanSurat Kabar, Tabloid, Majalah dan Bulettin
Perbedaan Surat Kabar Tabloid Majalah Buletin
Waktu Terbit Setiap hari
relative umum
Setiap minggu/ bergantung kebijakan perusahaan
Relatif terbatas/ Tertentu
Bentuk dan Ukuran Lembaran kertas
buram dengan
Sifat Sajian Formal, Kaku Variatif & Kreatif, bergantung Segmentasi
Variasi Warna Minim Warna Lebih banyak
warna
Harga Relatif Murah Harga sedang,
Definisi Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang
benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.jadi media
lebih kepada alat untuk menyampaikan berita.
News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak
pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau
majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.
Banyak pemikir komunikasi yang mendefinisikan tentang berita,
diantaranya:
1. Menurut W.J.S. Purwadarminta: berita adalah laporan tentang satu
kejadian yang terbaru.
2. Menurut Dean M. Lyle Spencer: Berita adalah suatu kenyataan atau
ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari
pembaca.
3. Menurut Willard C. Bleyer: Berita adalah sesuatu yang termasa (baru)
yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu
ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar.
4. Menurut William S Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara
benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan
baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang
memuat berita tersebut.
5. Menurut Eric C. Hepwood: Berita adalah laporan pertama dari
kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum.
6. Menurut Dja’far H Assegaf: Berita adalah laporan tentang fakta atau
ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian
luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena
ia mencakup segi–segi human interest seperti humor, emosi dan
ketegangan.
7. Menurut J.B. Wahyudi: Berita adalah laporan tentang peristiwa atau
pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak,
masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik.
8. Menurut Amak Syarifuddin: Berita adalah suatu laporan kejadian yang
ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media
massa.13
Dari pengertian-penertian diatas, menimbulkan pendapat bahwa tidak
semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai berita.
Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita. Yang disebut berita adalah
laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak
akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan
Contohnya Tulisan Non Fiksi di media massa bukanlah berita, tetapi
tulisan ilmiah yang mengandung opini penulisnya baik tersurat maupun tersirat.
Tulisan Fiksi pada dasarnya bertujuan untuk menghibur. Namun dalam
perkembangannya, tulisan fiksi ini bisa menjadi alternative kritik sosial atau
mengungkapkan argumentasi penulisnya. Bahkan, fiksi juga menjadi alternatif
mengungkap kata yang tidak mungkin di sampaikan melalui berita. Contohnya
adalah tulisan Seno Gumira Adjidarma yang menulis cerpen “Maria dan Telinga” yang mengungkap fakta kekerasan pemerintahan Soeharto dalam konflik
Timor-Timur.
Faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita. Tujuh di
antaranya adalah:
Jenis-jenis Berita
1. Sifat kejadian
2. Masalah yang dicakup
3. Lingkup pemberitaan
4. Sifat pemberitaan
Unsur-unsur Berita
Secara umum, unsur-unsur berita yang selalu ada pada sebuah berita
adalah:
1. Headline, biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa
yang akan diberitakan
2. Deadline, ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat
kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
tempat kejadian dan inisial media.
3. Lead, lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita,
yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan
4. Body, atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body
merupakan perkembangan berita.
Unsur Utama Sebuah Berita:
H: How (Bagaimana). Jika satu saja elemen 5W+1H tidak ada dalam sebuah tulisan jurnalistik, Maka berita tersebut belum lah lengkap dan layak disebut
sebagai berita.
1. What : Pokok masalah dalam sebuah peristiwa. Apa kejadian yang sedang terjadi, apa peristiwa yang sedang berlangsung.
2. Who : Subyek berita (manusia) dalam sebuah peristiwa. Siapa pelaku dalam peristiwa tersebut. Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Keterangan pelaku ini, selain mencantumkan nama, juga status, umur,
ataupun jabatannya bila perlu. Terkantung pada jenis peristiwanya.
3. Where : Dimana peristiwa itu terjadi. Tempat ini harus dijelaskan dengan detil.
4. When : Kapan terjadinya peristiwa itu, mulai kapan hingga kapannya. Tanggal bulan dan tahun yang lengkap. Jika perlu lengkapi dengan detil
jam.
5. Why : Mengapa bisa terjadi, dan kemudian dianggap penting? Penjelasan ‘Why’ ini dapat kita uraikan dengan jelas, latar belakang
terjadinya suatu peristiwa. Apa maksud, tujuan, motif dan sebagainya.
Berita muncul dalam benak manusia untuk disebarkan kepada manusia lain
untuk mewujudkan komunikasi sosial. Berita yang muncul dalam benak manusia
itu bukan suatu peristiwa, tapi lebih merupakan sesuatu yang diserap setelah
peristiwa itu terjadi. Berita tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah
upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa
Joseph Klapper dalam William L. Rivers, melihat adanya kemampuan
“rekayasa kesadaran”dan ini dinyatakan sebagai kekuatan terpenting media, yang
bisa dimanfaatkan untuk tujuan apapun. Rekayasa kesadaran, sudah ada sejak
lama, namun media-lah yang memungkinkan hal ini dilaksanakan secara cepat
dan besar-besaran
C. Anak-Anak dan Media
Perkembangan media massa mulai dari cetak sampai elektronik, memiliki
kekuatan tersendiri antara satu sama lainnya. Di antara media tersebut, media
massa elektroniklah yang paling berpengaruh, media massa tersebut bernama
televisi. Televisi merupakan media massa elektronik yang memiliki kekuatan
audio visual sekaligus. Sampai saat ini televisi masih menjadi sarana pelengkap
ruang tamu yang menjadi pusat perhatian, terutama di saat jam istirahat.
Televisi yang lahir lebih muda daripada media massa sebelumnya,
memang memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya.
Dalam khazanah ilmu komunikasi, karena keunggulannya ini kemudian Marshall
McLuhan meramalkan bahwa media elektronik (baca: televisi) akan mematikan
telah hadir dengan meraup keuntungan dari iklan terbesar dibandingkan dengan
media massa lainnya. Karena skup siarannya yang lebih luas dan kekuatan
audio-visual yang dimiliki televisi tidak dimiliki media cetak.14
Dilihat dari fungsi, televisi merupakan media massa elektronik yang
memiliki beberapa fungsi sangat signifikan dalam mensinergikan sumberdaya
masyarakat yang ada. Dalam konteks Indonesia – yang merupakan negara
kepulauan - terutama untuk mempererat persatuan dan kesatuan negara kita
(integritas bangsa).15 Fungsi tersebut adalah: transformasi informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaint), dan mempengaruhi (to influence).
Selama ini banyak sekali pandangan stereotip yang menganggap bahwa
televisi sebagai media yang destruktif dalam kultur masyarakat. Program acara
yang ditampilkan seringkali menjadi teror orang tua terhadap anak yang
mengkonsumsi acara tersebut. Karena selama ini program televisi banyak sekali
menayangkan acara yang kurang bermanfaat, murahan, dan adegan-adegan
sembrono, seperti: kekerasan, seks, sadisme, dan semacamnya. Sejumlah pakar
pendidikan menganggap TV merupakan wahana komunikasi yang counter productive bagi produktivitas nasional dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).16
14
Andrik Purwasito,“Komunikasi Multikultural,”(Surakarta: Muhammadiyah University Press,2003), Cet ke-1, hal. 264.
15
Prof. Onong Uchajana Effendy, MA, “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,” hal. 93-94.
16
Kini penyesatan banyak dilakukan lewat media massa dengan cara
mencampuradukkan antara hiburan dengan kebudayaan, pendidikan, pengarahan,
pikiran, dan semacamnya. Penyesatan ini dapat menimbulkan kegoncangan
kepribadian seseorang, terutama anak yang sedang menuju proses pendewasaan.
Saat ini, sudah waktunya para pengemban dakwah segera menyadari bahaya
media terhadap akidah dan akhlak kaum muslimin. Mereka harus segera
menghentikan dan menumpasnya.
Berdasarkan peringkat, golongan yang paling mudah menjadi sasaran
kekerasan pemberitaan media adalah anak-anak. Pandangan yang keliru jika kita
menilai anak-anak bukan sebagai “objek” yang mudah menjadi sasaran media.
Menurut penelitian secara umum, anak-anak adalah suatu publik yang
“sempurna”, di samping “publik peniru”.17
Menurut penelitian yang telah dilakukan terhadap anak-anak yang biasa
menonton televisi diketahui bahwa anak-anak itu tidak konsentrasi pada seluruh
cerita yang ada di layar, tetapi mereka lebih memusatkan perhatiannya terhadap
pernak-pernik yang digunakan sang actor dan semua benda yang mereka lihat.
Tidak dapat dipungkiri sangat besar arti media dalam hal penyebarluasan
terjadinya kasus perlakuan salah terhadap anak dan kasus kejahatan pada anak
lainnya. Namun, kemasan pemberitaan media kadang masih lebih mencari sisi
sensasi dan pada beberapa kasus kerap kurang berpihak pada kepentingan terbaik
bagi anak, baik anak sebagai korban atau pelaku.
17
Dengan kata lain, sampai sekarang arti media telah eksis untuk
melaporkan berita tentang anak yang telah menjadi korban, sementara peran
media yang ditujukan bagi anak yang belum menjadi korban melalui usaha yang
promotif dan preventif belum terlihat jelas. Padahal, besarnya kelompok anak
yang disebut terakhir ini meliputi hampir 90 persen dari seluruh populasi anak.
Dengan demikian, media harus memainkan peran kunci dalam upaya
pencegahan perlakuan salah terhadap anak. Sebagai kekuatan besar yang
berkemampuan membentuk opini masyarakat, media seyogianya bisa membuat
program dan pelaporan yang lebih bertanggung jawab dengan artian tidak
menonjolkan sisi sensasionalnya, tetapi bersifat mendidik untuk upaya promotif
dan preventif. Langkah penting lainnya dari media adalah media harus dapat
menggambarkan dan menjelaskan kepada publik bahwa pengasuhan dan
perawatan anak yang baik merupakan pekerjaan yang sangat bernilai dan sangat
penting di dalam masyarakat kita. 18
Relasi antara anak dan media serta kedudukan mereka dalam masyarakat
memang sering membuat kita cemas, bahkan merasa gemas. Itulah salah satu
gambaran yang disampaikan sebagai bentuk diskusi kritis dalam seminar yang
bertajuk “Anak, Media, dan Masyarakat”. Budi Irawanto, seorang pengamat
media dan film yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar tersebut bahkan
18 Dr Indra Sugiarno SpA Ketua Satgas Perlindungan dan Kesejahteraan
menggarisbawahi bahwa media massa, apa pun bentuknya, kemudian seakan-akan
tampil menjadi monster bagi anak-anak19.
Hal ini terjadi karena absennya pendampingan kritis dan aktif dari orang
tua. Kecenderungan anak-anak sekarang yang nampak berbicara, bertindak, dan
bersikap layaknya orang dewasa tentu harus diwaspadai. Kedewasan berlebihan
yang melebihi perkembangan psikologis normal layaknya anak sebayanya
memang patut disadari.
Pengaruh media, terutama televisi, pada masa sekarang mau tidak mau
harus diakui dapat berpengaruh besar pada gaya hidup dan pemikiran orang.
“Kini, orang menganggap media sebagai etalase hidup.” Lanjut Budi Irawanto.
Orang tua, dalam hal ini, perlu segera menyadarinya dan menjadi filter aktif
pengaruh teknologi pada anak-anak.
“Kapiltalisme bisnis media memang tidak bisa dicegah, tapi harus ada
dialog antara anak dan orang tua.” Tambah Budi Wahyuni, aktivis perempuan
yang juga menjadi pembicara pada hari itu. Tentunya media tidak serta merta
menjadi momok yang mencemaskan, karena dibalik itu semua media dapat
mengambil peran penting dalam pertumbuhan wacana sosial. Namun demikian,
pertanyaan besar muncul berkenaan dengan kemampuan orang tua atau figur
dewasa lainnya agar tanggap dan responsif. “Kemiskinan tampaknya menjadi
problem20
19
Budi Irawanto, Seminar “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009
20
Maka dari itu, komitmen dan keseriusan menjadi kunci pokoknya. Hal ini
secara hukum berkaitan erat dengan penyelenggaraan perlindungan anak, seperti
terantum dalam UU Perlindungan Anak pasal 20. “Anak-anak kita harus menjadi
pusat pertimbangan kebijakan kita, terutama orang tua. Hal ini penting terutama
dalam ranah domestik.” Tegas Magdalena Sitorus menekankan bahwa kita harus
menjamin perlindungan anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya21.
Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan Elga Andriana, seorang
penyelenggara pendidikan, mengungkapkan keprihatinannya karena tidak ada
pendidikan yang bersifat berkelanjutan. Kedudukan anak dalam masyarakat
terutama relasinya dengan dunia pendidikan harus didorong untuk lebih
kooperatif, bukan sekedar kompetisi saja. Pada intinya, peran aktif kita penting
agar tidak ada istilah tawar menawar demi kepentingan terbaik bagi anak-anak
sehingga kita tidak perlu cemas, apalagi gemas.
D. Analisis Wacana Moel Teun Van Dijk
1 Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Kalau digambarkan maka stuktur teks
adalah sebagai berikut:22
21
Magdalena Sitorus, Wakil Ketua II KPAI , “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009
22
Tabel 4
Struktur teks
Struktur Makro
Makna globa dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang di
angkat dari sudut teks
Superstuktur
Kerangka suatu teks, seperti bagaimana pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan
Stuktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya
yang dipakai oleh suatu teks
2. Kognisi Sosial
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam hal ini menggunakan analisis
yang disebut kognisi sosial, kesadaran mental wartawan yang membentuk teks
tersebut. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak
mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa atau lebih
tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam
3. Konteks Sosial
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana
adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk
meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana
wacana tentang susuatu di produksi dan di kontruksi dalam masyarakat23
Berikut penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam struktur teks
wacana Van Dijk 24
Tabel 5
Elemen-elemen dalam struktur teks wacana Van Dijk
Struktur
Superstruktur Bagaimana bagian dan
urutan media dan kita
membuat eksplisit satu
sisi dan mengurangi detil
sisi lain
Stuktur Mikro Sintaksis
Bagaimana kalimat
(bentuk, susunan yang
dipilih)
Bentuk kalimat,
Koherensi, Kata ganti
Stuktur Mikro Stilistik
Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks
media dan kita
Leksikon
Stuktur Mikro Retoris
Bagaimana dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, Metafora,
BAB III
PROFIL MAJALAH UMMI
A. Gambaran Umum Majalah Ummi
Banyak sekali majalah wanita yang membidik kaum ibu muslimah di tanah
air, tapi yang bertahan cukup lama dan bisa menunjukkan eksistensinya sebagai
'market leader' di bidangnya hingga hari ini adalah Majalah Ummi. Dengan
menampilkan topik-topik yang hangat dan aktual, majalah Ummi senantiasa setia
mengunjungi pembacanya setiap bulannya. Banyak tips praktis yang bisa kita
dapatkan terutama bagi para wanita dengan segala macam permasalahannya.
Kelahiran majalah Ummi pada mulanya digagas oleh Dadi Kusradi
(Pemimpin Umum), dan Dwi Septiawati (Pemimpin Redaksi). Dadi dan Septi
adalah pasangan suami-istri yang konsen pada dakwah. Mereka melihat ada
kekosongan di segmen remaja Islam. Akhirnya berinisiatif untuk menerbitkan
majalah di segmen remaja Islam. Dwi Septiawati alumnus Universitas Negeri
Jakarta jurusan bahasa Arab dan Dadi dari fakultas Ekonomi Universits Krisna
Dwi¬payana Jakarta.
Pada dasarnya tidak lepas dari belum adanya bacaan alternatif majalah
Islam pada tahun 1989. waktu itu hanya ada majalah Amanah. Kebetulan waktu
itu , pengajian di kampus mulai marak. Dan dengan landasan pemikiran satu
alternative bacaan pada muslimah terbitlah Majalah Ummi pada bulan April 1989
dengan no SIUPP 558/SK/Menpen/SIUPP/1998 Tanggal 25 September 1998.
Selain itu tentu saja untuk mengambil peluang pasar dimana pada waktu itu sudah
sebagai majalah Islam dengan formulanya yang ringan, tidak profokatif hadir
sebagai salah satu alternative bacaan yang cukup diminati.25
Majalah, seperti media massa lainnya, mampu menyebarkan informasi
dengan luas. Namun, sedikit berbeda dengan media lain, biasanya sebagian besar
majalah terfokus pada masalah atau segmen tertentu. Segmen majalah Ummi adalah perempuan dewasa, mahasiswi, dan ibu rumah tangga.
Salah satu majalah perempuan Islam yang banyak dibaca saat ini adalah
majalah UMMI. Media yang dibidani oleh beberapa mahasiwa UI pada tahun 1989 sekarang terbit dengan tiras 85.000 eksemplar. Dari angket yang dilakukan
UMMI pada bulan Maret tahun 2000, 95,6 % pembacanya adalah perempuan dengan tingkat pendidikan PT (52,7 %), SMU (39,9%) dan sebagian besar
berstatus belum menikah (73,3 %).
Apa kekuatan UMMI ? Menurut Dwi Septiawati - Pemimpin Redaksi UMMI- sejak awal UMMI concern pada pemberdayaan perempuan. Menurutnya, perempuan merupakan separo lebih dari jumlah populasi penduduk Indonesia dan
pengaruh mereka sangat kuat dalam membentuk sebuah masyarakat yang baik.
Untuk itu UMMI mengemban tugas sebagai media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya karakter perempuan shalihah (mar'atus sholihat), isteri yang taat
dan mulia (zaujah muthi'ah wa karimah) dan ibu pendidik (ummu madrosah).
Identitas Perempuan Islami adalah motto yang menjadi brand image UMMI.
Yang menarik, media yang pada awalnya dibidani kaum adam ini sekarang
sepenuhnya dikelola perempuan. Menurut Septi, semua ini bukan semata-mata
perjuangan gender tapi lebih pada memberi kesempatan dan ruang yang lebih luas
kepada perempuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya untuk kemashalatan
keluarga dan umatnya. Karenanya UMMI merancang jam kerja dan aturan sedemikian rupa agar mereka cukup punya waktu untuk menjalani peran-peran
femininnya sebagai isteri dan ibu di rumahnya, termasuk menjadi ibu masyarakat
dan bangsa.
Nama Ummi dipilih dengan alasan karena nama Islam dan bisa langsung diidentifikasi sebagai nama muslimah. Identitas wanita islami adalah slogan
majalah Ummi, karena majalah Ummi menawarkan nilai-nilai Islam. Untuk iklan, Ummi mempunyai kebijakan tersendiri. Majalah Ummi hanya menampilkan iklan yang syar’I harus menutup aurat, dan produk yang diiklankan tidak haram dan
syubhat.
B. Visi dan Misi Majalah Ummi
1. Menjadikan perempuan sebagai mar’atushalihah, ketika perempuan
sebagai seorang pribadi, maka dia pribadi yang shalihah, yang berdaya
guna.
2. Jauziah mautiah wal karimah, kalau perempuan itu adalah seorang istri,
maka dia istri yang mulia, ketaatan yang mulia bukan ketaatan karena
takut
3. Ketika dia seorang ibu, dia adalah ibu yang madrasah
C. Struktur Redaksi Majalah Ummi
Dewan redaksi majalah Ummi mengalami beberapa pergantian. Adapun dewan redaksi yang sekarang ada dalam majalah Ummi adalah
Pemimpin Umum : Dwi Septiawati
Pemimpin Redaksi : Zirlyfera jamil
Sekretaris Redaksi : Meilis Sawitri
Redaktur : Rosita, Rahmi Rizal
Kontributo : Herlini Amran, MA., Heru Susetyo, SH., Tate
Qomarudin, Lc., Sinta Santi, Lc., Sri Rahmawati,
Psi, Ira Puspadewi, dr. Dewi Inong Irana, SpKK.,
Ahmad Kusyairi Suhail, MA., Ust. Musyaffa, Lc.,
DR.Ir. Sugiyono, M.AppSc., Asmawati, S.Sos.,
Ahmad Gozali, Nina M Armando, Vieny M.A,