• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Deft Dan Pufa Serta Kualitas Hidup Pada Siswa Usia 6-8 Tahun Di Sd Negeri 060889 Dan 060894 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Deft Dan Pufa Serta Kualitas Hidup Pada Siswa Usia 6-8 Tahun Di Sd Negeri 060889 Dan 060894 Medan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN deft DAN pufa SERTA KUALITAS HIDUP

PADA SISWA USIA 6-8 TAHUN DI SD NEGERI

060889 DAN 060894 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

KARSA F RAJAGUKGUK

NIM: 090600055

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Karsa F Rajagukguk

Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan.

ix + 30 halaman

Kerusakan pada gigi atau karies merupakan penyakit yang paling umum

terjadi pada anak-anak. Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan pulpitis,

ulserasi, fistula dan abses yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta

kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi siswa usia 6-8 tahun SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan. Seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 206

orang. Pengumpulan data pengalaman karies gigi susu dilakukan dengan pemeriksaan

klinis menggunakan indeks deft dan akibat karies yang tidak dirawat menggunakan

indeks pufa. Penelitian ini menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ) untuk menilai skor kualitas hidup.

Rata-rata deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan

adalah 3,55±1,43 dan rata-rata pufa adalah sebesar 0,85±0,93. Sebagian besar

responden memiliki kualitas hidup baik terlihat dari hasil penelitian yaitu persentase

responden yang memiliki kualitas hidup baik 62,8%, cukup 30,6% dan buruk 6,6%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka

semakin tinggi juga skor kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan

rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif

terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Oktober 2013

Pembimbing: Tanda tangan

1. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes ...

NIP : 19790625 200312 2 002

2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes ...

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

pada tanggal 11 Oktober 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Gema Nazri Yanti, drg.,M.kes

ANGGOTA : Prof Sondang Pintauli, drg.,Ph.D

Prof Lina Natamiharja, drg.,SKM

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai

disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak . Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg, C.Ort., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, waktu, motivasi

dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan untuk penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen penguji atas keluangan

waktu dan masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Wandania Farahanny selaku penasehat akademik, yang telah banyak

memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Asni Ginting, S.Pd dan Hj. Rahimi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri

060889 dan 060894 yang telah memberikan izin untuk penelitian.

7. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis,

(6)

Rajagukguk, S.Pd dan Karisma Rajagukguk atas segala kasih sayang, doa, bimbingan

serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

8. Terimakasih yang setulusnya kepada dr Erwin Siregar yang telah sangat

banyak memberikan motivasi, bantuan, dukungan, doa serta cinta kasih kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Terimakasih banyak kepada Novalina Sitorus, S.H, Ira Anggraini, SKM

dan Rominta Bakara, Amd atas waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.

10.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat

tersayang terutama Dameria, Ayu, Mercedita, Filya, Femy, Tiwi, Janet, Dina, lulu,

Rachel, Nesya, Aryani, Lia, Yolanda, Vivi yang telah banyak membantu penulis

dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan

skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya atau skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan

masyarakat.

Medan, 11 Oktober 2013

Penulis,

(KARSA F RAJAGUKGUK)

NIM: 090600055

 

 

 

 

 

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...  ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 5

2.1.1 Faktor Etiologi ... 5

2.1.2 Faktor Risiko ... 7

2.2 Indeks deft Klein ... 9

2.3 Indeks pufa ... 10

2.4 Kualitas Hidup ... 12

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup ... 12

2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup ... 12

2.5 Karies dan Kualitas Hidup ... 13

2.6 Psikologis anak usia 6-8 tahun ... 13

2.7 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 16

3.2 Lokasi Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel ... 16

(8)

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 20

4.2 Gambaran pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat.. 21

4.3 Prevalensi Pengalaman Sakit Gigi ... 21

4.4 Kualitas Hidup ... 22

4.5 Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase karakteristik responden siswa SD Negeri 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat

karies yang tidak dirawat ... 20

2. Rata rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada

siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 21

3. Prevalensi pengalaman sakit gigi seminggu terakhir pada siswa usia 6-8

tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 21

4. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi ... ... 22

5. Persentase kategori kualitas hidup responden usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 23

6. Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 5-8 tahun

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor penyebab karies ... 7

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan

2. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

3. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 060889 Medan

4. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 060894 Medan

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Karsa F Rajagukguk

Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan.

ix + 30 halaman

Kerusakan pada gigi atau karies merupakan penyakit yang paling umum

terjadi pada anak-anak. Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan pulpitis,

ulserasi, fistula dan abses yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta

kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi siswa usia 6-8 tahun SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan. Seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 206

orang. Pengumpulan data pengalaman karies gigi susu dilakukan dengan pemeriksaan

klinis menggunakan indeks deft dan akibat karies yang tidak dirawat menggunakan

indeks pufa. Penelitian ini menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ) untuk menilai skor kualitas hidup.

Rata-rata deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan

adalah 3,55±1,43 dan rata-rata pufa adalah sebesar 0,85±0,93. Sebagian besar

responden memiliki kualitas hidup baik terlihat dari hasil penelitian yaitu persentase

responden yang memiliki kualitas hidup baik 62,8%, cukup 30,6% dan buruk 6,6%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka

semakin tinggi juga skor kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan

rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif

terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan rongga mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan

kesejahteraan hidup. Kesehatan gigi atau sekarang sering disebut sebagai kesehatan

mulut adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur serta

jaringan-jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, dan mulut serta

jaringan-jaringan pendukungnya berfungsi secara optimal. Keberadaan penyakit gigi

dan mulut akan dapat mempengaruhi kesehatan umum, walaupun tidak menyebabkan

kematian secara langsung.1

Karies gigi adalah lubang yang terbentuk pada gigi, yang terjadi akibat suatu

proses yang secara bertahap melarutkan enamel (permukaan gigi sebelah luar yang

keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.2 Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, turunnya resistensi pejamu, diet

karbohidrat untuk pejamu dan faktor waktu untuk dapat terjadinya kavitas. Selain itu,

faktor lain yang mempengaruhi adalah kandungan fluor dalam air minum, perilaku,

dan karakteristik orangtua, serta peran pelayanan kesehatan merupakan faktor penting

terhadap kejadian karies.3,4 Karies merupakan penyakit yang paling umum dan paling sering terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Kebanyakan karies gigi yang terjadi di

negara-negara berkembang tidak dirawat.5 Berdasarkan SKRT-SURKESNAS tahun 2001 (cit. Sriyono) sebanyak 62,4 % penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah

karena sakit gigi, dalam satu tahun berkisar antara 2,50-5,28 hari dengan rata-rata

sekitar 3,86 hari. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan

dengan produktivitas.1

Klein, Palmer dan Knutson pada tahun 1938 memperkenalkan indeks DMF untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Untuk gigi permanen

(14)

susu.3 Indeks ini mudah digunakan, valid dan dapat dipercaya sehingga masih terus dipakai untuk mengukur dan membandingkan prevalensi karies gigi pada berbagai

populasi di seluruh dunia.7 Data karies gigi di seluruh dunia telah dikumpulkan dengan menggunakan indeks DMF selama 70 tahun terakhir. Indeks ini menyediakan informasi tentang kerusakan gigi dan perawatannya tetapi gagal untuk menyediakan

informasi tentang akibat karies gigi yang tidak diobati seperti keterlibatan pulpa dan

abses gigi yang mungkin menjadi masalah yang lebih serius dibandingkan lesi karies.

Hal ini yang mendasari untuk dikembangkannya indeks Pulpitis Ulserasi Fistula

Abses (PUFA/pufa). Indeks pufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk

mengukur keadaan rongga mulut akibat karies gigi susu yang tidak dirawat seperti

keterlibatan pulpa, ulserasi, fistula dan abses.7,11

Karies tinggi dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak; mereka

merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut

serta kronis, gangguan makan dan tidur; bahkan karies yang parah juga dapat

meningkatkan risiko di opname sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat

mempengaruhi proses pembelajaran anak. Anak-anak yang mempunyai kesehatan

mulut buruk, 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak

masuk sekolah dibandingkan mereka yang mempunyai kesehatan mulut baik. Selain

itu, apabila anak menderita kerusakan gigi, anak akan merasa sakit sehingga anak

malas makan dan beraktifitas. Akibatnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak tidak terpenuhi. Gigi susu mudah terserang karies karena struktur

giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan gigi permanen. Apabila gigi geraham

susu tanggal sebelum waktunya akibat karies, kemungkinan pertumbuhan gigi

permanen akan berjejal karena geraham berfungsi menahan ruangan bagian gigi tetap

yang tumbuh. Apabila kondisi gigi permanen berjejal maka sulit dibersihkan dari sisa

makanan sehingga risiko karies gigi akan berlanjut pada gigi permanen.1,2

Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi yang hilang sebagai

akibat gigi rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan

aktivitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi serta dapat

(15)

mempunyai dampak pada tumbuh kembang dan kesejahteraan anak serta secara

signifikan akan berdampak pada kehidupan mereka kelak.8 Di Amerika, penelitian yang dilakukan oleh Filstruf mengenai karies dan kualitas hidup anak didapati

dampak terbesar yang dialami anak adalah nyeri (68%), sedangkan 35% anak tidak

suka dengan gigi mereka.9 Penelitian di Kanada menunjukkan bahwa dampak yang

sering dialami akibat karies gigi anak adalah fungsi pada anak (child’s function).10 Kesehatan gigi penting karena pencernaan makanan dimulai dengan bantuan

gigi. Selain fungsinya untuk makan dan berbicara, gigi juga penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Pemeliharaan kesehatan gigi dan gusi

masyarakat terutama pada anak sekolah sangat penting. Oleh karena itu, salah satu

kebijakannya adalah dengan meningkatkan upaya promotif, preventif, dan kuratif

pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena pada usia tersebut merupakan waktu

untuk tumbuhnya gigi tetap.2,6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran deft

dan pufa serta kualitas hidup menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ). Erupsi gigi permanen dimulai saat anak berumur 6 tahun dan proses karies berlangsung minimal 2 tahun, sehingga untuk menghilangkan bias penyebab karies

gigi permanen tersebut maka penelitian ini dibatasi hanya pada usia 6-8 tahun.

Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yaitu SD Negeri 060889 dan 060894

karena jumlah sampel yang sedikit dan sekolah ini lebih mudah dijangkau oleh

peneliti.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8

tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

(16)

2. Untuk mengetahui rata-rata skor pufa pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

3. Untuk mengetahui kategori kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD

Negeri 060889 dan 060894 Medan.

4. Untuk mengetahui kualitas hidup berdasarkan skor deft dan skor pufa pada

siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, UKGS dan perencanaan

program kesehatan, khususnya program penyuluhan dan pengembangan kesehatan

gigi dan mulut bagi anak-anak SD dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan gigi

dan mulut anak SD.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta

menambah pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya dalam mengetahui

gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada anak SD.

3. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin

dan sementum; disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu kharbohidrat

yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan

keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi

ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.2,3

2.1.1 Faktor Etiologi

Karies gigi disebabkan oleh faktor penyebab primer yang langsung

mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari

saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies

terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan serangkaian

proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada tiga faktor utama yang

memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme,

substrat atau diet ditambah faktor waktu. Faktor ini digambarkan sebagai tiga

lingkaran yang bertumpang tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap

faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan,

mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.3,13,14 1. Faktor host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah

terhadap karies atau faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,

faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan

terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut

terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat

(18)

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan sususan kimia kompleks yang

mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan

organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna,

mengandung banyak fluor dan fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal

enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi

susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena

enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah

mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis

kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu

penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.3,14

2. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Streptococcus mutans dan Laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari

karbohidrat yang dapat diragikan.3,15 3. Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta

bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Karbohidrat merupakan

sumber energi utama untuk pertumbuhan plak di dalam rongga mulut. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat

terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang

dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama

sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa

(19)

4. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan.3

Gambar 1. Faktor penyebab karies3

2.1.2 Faktor Risiko

Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai

faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah: 3,17 1. Pengalaman karies

Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi

terjadinya karies pada gigi permanennya.3 2. Penggunaan fluor

Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan

hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat

meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air

(20)

tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan

fluorosis.

3. Oral Higiene

Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies

dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan

gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral

higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental disertai

dengan pemeriksaan gigi secara teratur.3,18 4. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai

jenis bakteri. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3

tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun

laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan

meningkat pada orang yang mengonsumsi kaarbohidrat dalam jumlah banyak.3 5. Saliva

Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan

sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak

tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan.

Pada individu yang berkurang aliran salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat

secara signifikan.

6. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal

daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali

seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, maka beberapa

bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga

terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.

7. Umur

Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini

meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi

(21)

Anak-anak mempunyai risiko yang paling tinggi ketika mereka baru erupsi sedangkan

orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.

8. Jenis kelamin

Selama masa kanak-kanan dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga

komponen gigi yang hilang M (missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.3

9. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi rendah dan

sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok

sosial ekonomi tinggi. Menurut Thirtankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar

dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan,.

Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki

pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi

perilakunya untuk hidup sehat.3,18

2.2 Indeks deft Klein

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu

golongan/kelompok suatu penyakit gigi tertentu. Indeks dapat digunakan untuk

mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat.

Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar

penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.3 Indeks ini diperkenalkan oleh Klein, Palmer, Knutson pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman

seseorang terhadap karies gigi. Indeks deft (decayed extracted filled tooth) merupakan indeks yang digunakan untuk gigi susu.

Yang termasuk dalam d (decayed) adalah:

a. Semua gigi susu yang mengalami karies.

b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen.

(22)

Yang termasuk dalam e (extracted) adalah:

a. Semua gigi susu yang hilang atau dicabut karena karies.

Yang termasuk dalam f (filling) adalah:

a. Semua gigi dengan tumpatan permanen.

b. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar.

2.3 Indeks pufa

Pufa digunakan untuk menilai keadaan pulpa yang terlibat, ulserasi dari

mukosa akibat fragmen akar, fistula dan abses. Lesi disekeliling karies yang tidak

berhubungan dengan keterlibatan pulpa sebagai akibat karies tidak dicatat. Indeks

pufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur keadaan rongga mulut

akibat karies yang tidak dirawat.11

Pengukuran dilakukan secara visual dan tidak menggunakan alat. Hanya satu

skor mewakili tiap gigi. Apabila terdapat keraguan dalam menentukan tingkat infeksi

odontogenik, maka diberikan skor dasar. Jika gigi susu dan gigi permanen

penggantinya sudah mulai tumbuh dan keduanya sudah infeksi, maka keduanya akan

diukur. Penulisan indeks dengan huruf besar digunakan untuk pengukuran gigi

permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi susu. Kode dan kriteria untuk indeks

pufa adalah sebagai berikut:7,11

a) Keterlibatan pulpa (p) dicatat apabila kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan

atau struktur korona gigi telah hancur akibat proses karies gigi dan hanya akar

atau fragmen akar yang tertinggal.

b) Ulserasi (u) dicatat jika sisi tajam gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar

menyebabkan ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa

bukal.

c) Fistula (f) dicatat jika ada saluran pus yang berhubungan dengan keterlibatan

pulpa.

d) Abses (a) merupakan pembengkakan dan mengandung pus yang berhubungan

(23)

Skor pufa per orang dihitung secara kumulatif sama seperti deft dan mewakili

jumlah gigi yang memenuhi kriteria diagnostik pufa. Indeks pufa dihitung dengan

menjumlah p,u,f,a. Pengalaman pufa untuk suatu populasi diperhitungkan sebagai

suatu rata-rata dan memiliki nilai desimal.

 

(24)

2.4 Kualitas Hidup

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup berhubungan dengan kepuasan kebutuhan manusia untuk

tumbuh, sejahtera, kebebasan dan kenyamanan dalam hubungan dan pekerjaan. WHO

menyarankan agar status kesehatan penduduk diukur dalam tiga hal, yaitu melihat ada

tidaknya kelainan patologis, mengukur fungsi dan penilaian individu atas

kesehatannya. Untuk menggambarkan status kesehatan gigi dan mulut harus

mencakup ada tidaknya penyakit, bagaimana status fungsi fisik (pengunyahan),

fungsi psikis (rasa malu), fungsi sosial (peranan sosial sehari-hari) dan kepuasan

terhadap kesehatannya. Kualitas hidup merupakan suatu pertimbangan penting dalam

perawatan medis. dan mengacu pada kemampuan pasien untuk dapat menikmati

aktivitas kehidupan yang normal.19

2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup

Ada beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup antara

lain:13

1. Oral Health Impact Profile (OHIP)

Slade GD dan Spencer AJ melakukan riset untuk pengembangan dan

pengujian Oral Health Impact Profile (OHIP) yng terdiri atas 49 pertanyaan dan

kemudian diringkas menjadi 14 pertanyaan untuk mengukur persepsi individu

mengenai status kesehatan rongga mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup.

2. Oral Impact on Daily Performance (OIDP)

Guerunpong mengadaptasi OIDP yang terdiri atas 8 item untuk anak usia

11-12 tahun yang bertujuan mengevaluasi dampak kesehatan mulut pada kemampuan

anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk pengukuran dimensi fisik,

psikologis dan sosial.

3. The Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)

Locker menggunakan indeks ECOHIS untuk mengukur penyakit, kecacatan,

keterbatasan fungsional dan kerugian sosial yang saling berhubungan tetapi dapat

(25)

4. The Child Perceptions Questionnaire (CPQ)

Foster menggunakan indeks ini untuk mengukur sejauh mana dampak

kesehatan mulut terhadap kualitas hidup pada anak-anak. Indeks ini dikategorikan

atas 4 kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional

dan sosial.12,20,21

2.5 Karies dan Kualitas Hidup

Karies gigi dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak; mereka

merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut

serta kronis, gangguan makan dan tidur; bahkan karies yang parah juga dapat

meningkatkan risiko di opname sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat

mempengaruhi proses pembelajaran anak. Anak-anak yang mempunyai kesehatan

mulut buruk, 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak

masuk sekolah dibandingkan mereka yang mempunyai kesehatan mulut baik. Selain

itu, anak yang menderita sakit gigi akan merasa sakit sehingga anak malas makan dan

beraktifitas.1,2

Pada individu yang mempunyai gigi hilang karena penyakit karies akan

mengalami penurunan kualitas hidup karena mereka tidak hanya membatasi diri

dalam memilih makanan disebabkan karena masalah pengunyahan, tetapi juga akan

merasa malu sehingga membatasi interaksi sosial dan komunikasi. Oleh karena itu,

perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap penyakit karies gigi agar gigi bisa

dipertahankan dan dapat berfungsi optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.1

2.6 Psikologis Anak Usia 6-8 Tahun

Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun

yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.

Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai

tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan dan interaksi

(26)

dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam

kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman

Kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (playgroup) dan anak masa sebelumnya (masa bayi). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi

kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh

berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis,

antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatnya dan didengarnya,

seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.24

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan

motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Perkembangan sosial pada anak

usia 8 tahun sudah mulai ditandai dengan kemampuannya bersosialisasi tidak hanya

dengan keluarga tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. Menginjak usia sekolah

dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat

diterima dalam masyarakat. Anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol

ekspresi emosinya. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap

perkembangan usia sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu dan kegembiraan

(rasa senang, nikmat atau bahagia). Selain itu, pada usia 8 tahun anak juga sudah

(27)

2.7 Kerangka konsep

1. Skor deft 2. Skor pufa

Kualitas hidup

1. Gejala oral

- Sakit gigi

- Luka dimulut

- Bau mulut

- Kesulitan mengunyah makanan

2. Keterbatasan fungsi

- Tidak masuk sekolah karena sakit gigi

- Kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah

- Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah

- Malas berbicara di sekolah

3. Emosional/Perasaan

- Malu

- Mudah marah saat sedang sakit gigi

- Tidak percaya diri

- Takut sakit gigi

4. Dimensi sosial

- Malas senyum atau tertawa

- Tidak ingin berbicara

- Dijauhi oleh teman

(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 060889 dan 060894 yang terletak di

Jalan Rebab Pasar II, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar usia 6-8 tahun SD

Negeri 060889 dan 060894. Kriteria eksklusinya adalah anak yang gigi molar

pertama permanen telah mengalami pulpitis dan tidak kooperatif. Seluruh populasi

dijadikan sampel yang berjumlah 206 orang.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional a) Jenis kelamin terdiri atas perempuan dan laki-laki.

b) Umur anak adalah usia terakhir responden.

c) Skor deft adalah penjumlahan dari karies pada gigi susu, dengan kriteria :

1. d (decayed) : gigi susu yang karies. Yang termasuk kategori d adalah: a. Gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal.

b. Gigi susu dengan satu karies atau lebih dan tidak dapat ditambal.

c. Gigi susu dengan tambalan dan terdapat lesi karies.

d. Gigi susu dengan tambalan sementara.

2. e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut.

(29)

Skor deft adalah jumlah d+e+f. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu

kategori saja, yaitu d,e atau f. def rata-rata adalah jumlah seluruh def dibagi dengan

jumlah orang yang diperiksa.

d) Skor pufa adalah penjumlahan dari akibat karies yang tidak dirawat pada

gigi susu, dengan kriteria :

1. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau

struktur korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.

2. Ulserasi (u) : ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa

bukal karena sisi tajam gigi.

3. Fistula (f) : saluran pus/nanah.

4. Abses (a) : pembengkakan dan mengandung pus/nanah.

Skor pufa dihitung dengan menjumlahkan p+u+f+a.

e) Kualitas hidup : kepuasan kebutuhan manusia untuk tumbuh, sejahtera,

kebebasan dan kenyamanan dalam hubungan dan pekerjaan. Skor kualitas hidup

diukur dengan menggunakan indeks CPQ yang dibagi dalam 4 kategori yaitu gejala

oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan dimensi sosial. Cara

pengukuran ini menggunakan 37 pertanyaan yang diringkas menjadi 16 pertanyaan

dengan masing-masing 4 pertanyaan mewakili satu kategori. Indeks ini dimodifikasi

menjadi 16 pertanyaan sesuai dengan ketentuan dari ISF-16 yang dilakukan oleh

Torres et al .

1. Gejala oral :

a. Sakit gigi

b. Luka di mulut

c. Bau mulut

d. Kesulitan mengunyah makanan

2. Keterbatasan fungsional :

a. Tidak masuk sekolah karena sakit gigi

b. Kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah

c. Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah

(30)

3. Emosional/Perasaan :

a. Malu

b. Mudah marah saat sedang sakit gigi

c. Tidak percaya diri

d. Takut saat sakit gigi

4. Dimensi sosial :

a. Malas senyum atau tertawa

b. Tidak ingin berbicara kepada teman-teman

c. Dijauhi oleh teman

d. Malas bermain bersama teman-teman

Cara pengukuran ini digunakan karena lebih sederhana dengan 16 item yang

diukur dari frekuensinya. Frekuensi adalah tingkat keseringan yang dialami penderita

terhadap suatu penyakit dalam seminggu terakhir.

a. Hampir setiap hari : skor 3

b. Sekali-sekali : skor 2

c. Tidak pernah : skor 1

Total skor yang diperoleh bervariasi antara 16-48 dengan skor tertinggi adalah

48. Jumlah skor diperoleh dengan menambahkan skor dari masing-masing pertanyaan

selanjutnya dikategorikan atas:

a. Baik : skor jawaban siswa <60% dari total skor yaitu <29

b. Cukup : apabila skor jawaban siswa 60% -80% dari total skor yaitu 29-38

c. Buruk : apabila skor jawaban siswa > 80% dari total skor yaitu >38

3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Pengambilan data anak dilakukan di sekolah pada ruang yang telah

disediakan pihak sekolah.

2. Anak dipanggil dan dipersilakan duduk dibangku yang telah disediakan.  Posisi pemeriksa dan subjek saling berhadapan.

3. Peneliti mengisi data tentang umur siswa yang diperoleh dari data sekunder

(31)

4. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan dengan menggunakan kaca mulut

datar dan sonde tajam. Pemeriksaan dilakukan untuk mengukur skor deft dan skor pufa.

5. Peneliti mewawancarai siswa untuk mendapatkan hasil kuesioner CPQ.

Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data dilakukan

dengan melakukan uji statistik univariat untuk mengetahui rata-rata skor deft, pufa

dan kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun yang menjadi sampel penelitian.

(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Persentase responden usia 6 tahun yaitu 35,4% diikuti responden usia 7 dan 8

tahun yaitu 30,1% dan 34,5%. Hasil penelitian menunjukkan, responden perempuan

lebih banyak 56,8% daripada laki-laki 43,2%. Responden yang memiliki karies gigi

ssebesar 96,11% dan yang tidak memiliki karies gigi sebesar 3,89%. Responden yang

memiliki pufa sebesar 56,31% dan yang tidak memiliki pufa 43,69% (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase karakteristik responden siswa di SD 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat (n=206)

Karakteristik Jumlah Persentase

Usia (tahun)

6

7

8

Jenis kelamin

Perempuan

Pengalaman karies

Karies

Akibat karies yang tidak dirawat

(33)

4.2 Gambaran pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat Rata-rata skor pengalaman karies gigi susu adalah 3,55±1,43 dan rata-rata

skor akibat karies yang tidak dirawat adalah 0,85±0,93 (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)

Pengalaman karies gigi susu ±SD

decayed (d)

Akibat karies yang tidak dirawat

pulpitis (p)

4.3 Prevalensi pengalaman sakit gigi pada anak usia 6-8 tahun

Tabel 3 menunjukkan sebanyak 88,35% anak pernah mengalami sakit gigi

sedangkan 11,65% anak tidak pernah mengalami sakit gigi (Tabel 3).

Tabel 3. Prevalensi pengalaman sakit gigi seminggu terakhir pada siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)

Pengalaman sakit gigi n %

Pernah 182 88,35

(34)

4.4 Kualitas hidup

Pada dimensi gejala oral, yang hampir setiap hari dialami siswa adalah sakit

gigi yaitu 18,1% dan pada dimensi keterbatasan fungsional adalah malas berbicara di

sekolah 8,2%. Pada dimensi emosional yang hampir setiap hari dialami adalah takut

sakit gigi yaitu 31,9% dan pada dimensi sosial adalah malas senyum 11,5%. Dari

keempat dimensi, yang paling sering dialami adalah dimensi emosional (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi (n=182)

Dimensi

Sulit mengunyah makanan

11

Sulit belajar di sekolah

Terganggu mengerjakan PR

Malas berbicara di sekolah

(35)

Sosial

Malas senyum atau tertawa

Tidak ingin berbicara

Dijauhi teman

Malas bermain dengan teman

93

Persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik adalah 62,8%, cukup sebesar 30,6% dan buruk sebesar 6,6% (Tabel 5).

Tabel 5. Kategori kualitas hidup pada responden usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=182)

Kategori kualitas hidup n %

4.5 Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup

Tabel 6 menunjukkan semakin meningkat skor deft dan skor pufa maka skor

kualitas hidup juga meningkat. Hal ini terlihat pada skor deft 1, rata-rata kualitas

hidupnya adalah 24,44±2,60 dan pada skor deft 5, rata-rata kualitas hidupnya menjadi

28,95±7,04. Pada skor pufa 0, rata-rata kualitas hidupnya adalah 26,81±6,10 dan pada

skor pufa 3, rata-rata kualitas hidupnya menjadi 30,37±4,31. Hal ini menunjukkan

(36)

Tabel 6. Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=182)

Skor Kualitas hidup

±SD

Skor deft

1

2

3

4

5

24,44±2,60

24,45±4,44

25,08±5,01

27,77±5,34

28,95±7,04

Skor pufa

0

1

2

3

26,81±6,10

26,87±5,50

28,44±7,41

(37)

BAB 5

PEMBAHASAN

Rata-rata deft pada siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894

Medan adalah 3,55±1,43. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rika pada responden SD Bayangkhari Medan yaitu

5,67.22 Hal ini dapat disebabkan karena tingkat sosial ekonomi orangtua siswa di sekolah swasta lebih tinggi sehingga konsumsi siswa terhadap jajanan lebih tinggi

pada sekolah swasta daripada sekolah negeri. Rata-rata pufa pada responden adalah

0,85±0,93. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Siuwandy pada responden SD Cenderamata Medan yaitu 2,31.23 Hal

ini disebabkan karena penelitian pada SD Cenderamata dilakukan pada seluruh siswa

SD dari kelas I-IV, sedangkan penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas I-III

yang berumur 6-8 tahun.

Pada dimensi gejala oral, terlihat bahwa persentase yang paling sering dialami

oleh responden adalah sakit gigi, bibir, rahang atau mulut yaitu sebesar 18,1%. Pada

dimensi keterbatasan fungsional, terlihat bahwa persentase yang paling sering dialami

oleh responden adalah malas berbicara di sekolah yaitu 8,2%. Pada dimensi

emosional, persentase yang sering dialami oleh responden adalah rasa takut sakit gigi

yaitu 31,9%. Hal ini sesuai dengan perkembangan emosional anak yaitu pada tahap

perkembangan usia sekolah dasar, emosi yang secara umum sering dialami adalah

rasa takut.24 Pada dimensi sosial persentase yang paling sering dialami oleh responden adalah malas tersenyum atau tertawa yaitu 11,5%. Hal ini mungkin

disebabkan rasa sakit pada gigi akibat karies yang tidak dirawat yang dialami oleh

sebagian besar responden walaupun hanya sekali-sekali. Dimensi yang paling sering

dialami dan menimbulkan gangguan adalah dimensi emosional. Anak usia 6-8 tahun

(38)

sudah mulai memahami tentang dirinya sendiri. Pada usia ini anak baru bisa

memahami sifat atau kondisi mengenai dirinya dan juga sudah mampu menilai diri

sendiri yang ditunjukkan dalam bentuk emosi. Emosi-emosi yang secara umum

dialami pada tahap perkembangan usia ini adalah marah, takut, cemburu, rasa ingin

tahu dan rasa senang atau bahagia. Emosi merupakan faktor yang dominan yang

mempengaruhi tingkah laku anak. Anak-anak seringkali tidak mampu menahan

emosi, cenderung emosi anak akan nampak dan bahkan berlebihan.24 Hal ini mungkin yang menyebabkan dimensi emosional paling sering dialami dan menimbulkan

gangguan pada anak.

Sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik. Hal ini terlihat dari

hasil penelitian bahwa persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik

adalah 62,8%, cukup sebesar 30,6% dan buruk sebesar 6,6%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup

juga semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk

merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Rata-rata skor deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894

Medan yaitu 3,55±1,43. Rata-rata decayed 2,62±1,42, extracted 0,78±0,91 dan filling

0,15±0,40.

2. Rata-rata skor pufa siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894

Medan yaitu 0,85±0,93. Rata-rata pulpitis 0,60±0,81, ulserasi 0,12±0,34, fistula

0,05±0,27 dan abses 0,08±0,29.

3. Persentase responden yang memiliki kualitas hidup kategori baik adalah

62,8%, kategori cukup 30,6% dan kategori buruk 6,6%.

4. Rata-rata skor kualitas hidup pada skor deft 1 yaitu 24,44±2,60, skor deft

2 yaitu 24,45±4,44, skor deft 3 yaitu 25,08±5,01, skor deft 4 yaitu 27,77±5,34 dan

skor deft 5 yaitu 28,95±7,04. Demikian juga halnya dengan rata-rata skor kualitas

hidup pada skor pufa 0 yaitu 26,81±6,10 skor pufa 1 yaitu 26,87±5,50, skor pufa 2

yaitu 28,44±7,41 dan skor pufa 3 yaitu 30,37±4,31. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup juga semakin

tinggi.

6.2 Saran

1. Diharapkan guru dapat melakukan pembinaan kesehatan kepada siswa

khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin agar siswa

(40)

2. Diharapkan sekolah dapat bekerjasama dengan dokter gigi untuk

melakukan UKGS dan memberikan pelayanan serta mengontrol kesehatan gigi anak

guna mencegah peningkatan skor karies pada siswa.

3. Diharapkan peran orangtua dalam memperhatikan kesehatan rongga mulut

anaknya sehingga dapat mencegah terjadinya karies yang lebih parah, karena apabila

(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan

kualitas hidup. <http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1251_pp1003006.pdf>

(April 20.2013).

2. Anwar FD. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian

karies gigi pada siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di wilayah kerja Puskesmas

Pemancungan Padang Selatan tahun 2011. <http://repository.unand.ac.id/1797 6 /

> (April 24. 2013).

3. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan

pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-15.

4. Soeyoso UM, Muntaha A, Malaka T, Zaman C. Prevalensi dan faktor risiko

karies gigi murid sekolah dasar kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang

tahun 2009. Jurnal Kesehatan Bina Husada 2010; 6: 12-20.

5. Benzian H, Monse B, Weltzien H, Hobdell M, Mulder J, Helderman WP.

Untreated severe dental decay: a neglected determinant of low body mass

index in 12 year old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11:558.

6. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J

2005; 38: 130-4.

7. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over

the last decade. RSBO 2012; 9: 316-21.

8. Sheiham A. Oral health, General Health and Quality of Life. Bulletin of the

World Health Organization 2005; 83: 641-720.

9. Filstrup SL, Briskie D, Fonseca M, Lawrence L, Wandera A, Inglehart MR.

Early childhood caries and quality of life: child and parent perspectives.

Pediatr Dent 2003; 25: 431–440.

10.Tinanoff N, Reisine S. Update on Early Childhood Caries since the Surgeon

(42)

11.Monse B, Weltzien H, Benzian H, Holmgren C, Helderman WP. PUFA - an

index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent

Oral Epidemiol 2010; 38:77-82.

12.Harris R, Nicoll AD, Adair PM, Pine CM. Risk factors for dental caries in

young children: a systematic review of the literature. Community Dental

Health 2004; 21: 71-85.

13.Piovesan C, Batista A, Ferreira FV, Ardenghi TM. Oral health-related quality

of life in children: Conceptual issues. Review odonto cienc 2009; 24: 81-85.

14.Jenny J. Preventing dental disease in children. AJPH 2004; 64:1147-55.

15.Sumwinata M, Faruk S. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya.

Jakarta: EGC, 1992: 1-3.

16.Alvarez JO, Navia JM. Nutritional status, tooth eruption, and dental caries: a

review. <http:ajcn.nutrition.org> (Mei 1.2013).

17.Andriany P, Joelimar FA, Djoharnas H. Perbedaan pola kurva keparahan

karies gigi susu dan gigi tetap serta faktor yang berperan pada anak dengan

status gizi kurang dan gizi baik. Indonesian Dentistry 2008; 15: 247-53.

18.Hooley M, Skouteris H, Boganin C, Satur J, Kilpatrick N. Body mass index

and dental caries in children and adolescents: a systematic review of literature

published 2004-2011. Systematic review 2012; 1:57.

19.Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas

hidup. <http:library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20Situmorang.pdf>

(Mei 25.2013).

20.Torres CS, Paiva SM, Vale MP, Pordeus IA et al. Psychometric properties of

the Brazilian version of the child perceptions questionnaire (CPQ)–short

forms. Health and quality of life outcomes 2009; 7:43.

21.Agou S. Oral health related quality of life outcomes of orthodontics in

children. Disertasi. Toronto: University Toronto, 2009.

22.Mayasari R. Pengalaman karies gigi pada anak-anak SD Negeri 060901

(Proyek Inpres 91/91) dan Swasta Bhayangkari I Medan <http://repository.usu

(43)

23.Bu’ulolo CS. Pengaruh pufa terhadap kualitas hidup pada anak-anak berusia

6-12 tahun di SD Swasta Cinderamata Medan tahun 2013. http://repository.un

pri.ac.id ( September 9.2013).

24.Ernawulan S. Perkembangan anak usia dini (0-8 tahun). http://perk_anak.pdf.

(44)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

GAMBARAN deft DAN pufa SERTA KUALITAS HIDUP PADA SISWA USIA 6-8 TAHUN DI SD NEGERI 060889 DAN 060894 MEDAN

    No.Kartu

Nama :

1. Jenis kelamin : a. Laki- laki 1

b. Perempuan

2. Usia : 2

3. Pemeriksaan rongga mulut

       

Tabel indeks gigi susu

(45)

Keterangan :

1. d (decayed) : a. Gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal. b. Gigi susu dengan satu karies atau lebih dan tidak dapat ditambal.

c. Gigi susu dengan tambalan dan terdapat lesi karies.

d. Gigi susu dengan tambalan sementara.

2. e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut karena karies.

3. f (filling) : gigi sudah ditambal dengan baik karena karies

Tabel indeks pufa

Skor p

1. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau struktur

korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.

2. Ulserasi (u) : ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal

karena sisi tajam dari gigi.

3. Fistula (f) : saluran pus/nanah.

4. Abses (a) : pembengkakan dan mengandung pus/nanah.

(46)

Pengukuran Kualitas Hidup Dengan CPQ

12. Apakah adik pernah mengalami sakit gigi? a. Ya

b. Tidak

Jika jawaban ya, lanjutkan dengan pertanyaan dibawah ini :

No Pertanyaan

Frekuensi/minggu

Apakah adik sering sakit gigi? 14. Pernahkah adik mengalami

luka di mulut?

15. Apakah adik sering merasa bau mulut?

16. Pernahkah adik kesulitan mengunyah makanan?

17. Keterbatasan fungsional

Apakah adik pernah tidak masuk sekolah karena sakit gigi atau karena sedang berobat gigi?

18. Pernahkah adik kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah karena sakit gigi?

19. Saat sakit gigi, apakah adik terganggu mengerjakan pekerjaan rumah?

20. Apakah adik malas berbicara di sekolah saat sakit gigi?

21. Emosional

Apakah adik malu karena sakit gigi?

22. Saat sedang sakit gigi, apakah adik menjadi lebih mudah

(47)

marah?

23. Saat sakit gigi, apakah adik merasa tidak percaya diri terhadap teman-teman yang lain?

24. Apakah adik merasa takut sakit gigi?

25. Dimensi Sosial

Saat sakit gigi, apakah adik malas senyum atau tertawa bersama teman-teman?

26. Apakah adik pernah tidak ingin berbicara kepada teman-teman yang lain karena sakit gigi? 27. Saat sakit gigi, apakah adik

pernah dijauhi teman-teman? 28. Apakah adik malas bermain

dengan teman-teman saat sedang sakit gigi?

29. Skor CPQ =

30. Kategori CPQ

(48)

FREQUENCIES VARIABLES=usia /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

usia

N Valid 206

Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 6.00 73 35.4 35.4 35.4

7.00 62 30.1 30.1 65.5

8.00 71 34.5 34.5 100.0

Total 206 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=JK /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

jenis kelamin

N Valid 206

(49)

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 89 43.2 43.2 43.2

perempuan 117 56.8 56.8 100.0

Total 206 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=d e f deft /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

d e f deft

N Valid 206 206 206 206

Missing 0 0 0 0

Mean 2.6214 .7864 .1505 3.5583

Std. Deviation 1.42190 .91758 .40925 1.43612

FREQUENCIES VARIABLES=p u fis a pufa /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

(50)

Statistics

p u fis a pufa

N Valid 206 206 206 206 206

Missing 0 0 0 0 0

Mean .6068 .1214 .0583 .0825 .8544

Std. Deviation .81195 .34192 .27320 .29298 .93086

FREQUENCIES VARIABLES=PSG /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

pengalaman sakit gigi

N Valid 206

Missing 0

pengalaman sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pernah 182 88.3 88.3 88.3

tidak pernah 24 11.7 11.7 100.0

(51)

FREQUENCIES VARIABLES=s l b k a sb pr mb /ORDER=ANALYSIS.

mulut bau mulut

sulit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 11 6.0 6.0 6.0

sekali-sekali 138 75.8 75.8 81.9

hampir setiap hari 33 18.1 18.1 100.0

Total 182 100.0 100.0

luka di mulut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 65 35.7 35.7 35.7

sekali-sekali 109 59.9 59.9 95.6

hampir setiap hari 8 4.4 4.4 100.0

(52)

bau mulut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 46 25.3 25.3 25.3

sekali-sekali 109 59.9 59.9 85.2

hampir setiap hari 27 14.8 14.8 100.0

Total 182 100.0 100.0

sulit mengunyah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 48 26.4 26.4 26.4

sekali-sekali 113 62.1 62.1 88.5

hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0

Total 182 100.0 100.0

absen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 88 48.4 48.4 48.4

sekali-sekali 89 48.9 48.9 97.3

(53)

absen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 88 48.4 48.4 48.4

sekali-sekali 89 48.9 48.9 97.3

hampir setiap hari 5 2.7 2.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

sulit belajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 89 48.9 48.9 48.9

sekali-sekali 88 48.4 48.4 97.3

hampir setiap hari 5 2.7 2.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

terganggu mengerjakan pr

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 80 44.0 44.0 44.0

sekali-sekali 94 51.6 51.6 95.6

hampir setiap hari 8 4.4 4.4 100.0

(54)

Malas berbicara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 1 .5 .5 .5

tidak pernah 80 44.0 44.0 44.5

sekali-sekali 86 47.3 47.3 91.8

hampir setiap hari 15 8.2 8.2 100.0

Total 182 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=m mm tp t ms tb d mbdt /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

malu marah tidak percaya diri takut sakit gigi malas senyum tidak ber

N Valid 182 182 182 182 182

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

malu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 61 33.5 33.5 33.5

sekali-sekali 71 39.0 39.0 72.5

hampir setiap hari 50 27.5 27.5 100.0

(55)

marah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 76 41.8 41.8 41.8

sekali-sekali 92 50.5 50.5 92.3

hampir setiap hari 14 7.7 7.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

tidak percaya diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 73 40.1 40.1 40.1

sekali-sekali 88 48.4 48.4 88.5

hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0

Total 182 100.0 100.0

takut sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 53 29.1 29.1 29.1

sekali-sekali 71 39.0 39.0 68.1

(56)

takut sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 53 29.1 29.1 29.1

sekali-sekali 71 39.0 39.0 68.1

hampir setiap hari 58 31.9 31.9 100.0

Total 182 100.0 100.0

malas senyum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 93 51.1 51.1 51.1

sekali-sekali 68 37.4 37.4 88.5

hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0

Total 182 100.0 100.0

tidak berbicara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 94 51.6 51.6 51.6

sekali-sekali 72 39.6 39.6 91.2

hampir setiap hari 16 8.8 8.8 100.0

(57)

dijauhi teman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 115 63.2 63.2 63.2

sekali-sekali 61 33.5 33.5 96.7

hampir setiap hari 6 3.3 3.3 100.0

Total 182 100.0 100.0

malas bermain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 100 54.9 54.9 54.9

sekali-sekali 65 35.7 35.7 90.7

hampir setiap hari 17 9.3 9.3 100.0

Total 182 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=kh /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

KH

N Valid 182

(58)

KH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 114 62.6 62.6 62.6

cukup 56 30.8 30.8 93.4

buruk 12 6.6 6.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

DATASET ACTIVATE DataSet0. DATASET CLOSE DataSet2. NEW FILE. FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN

/ORDER=ANALYSIS.

[DataSet3]

Frequencies

Statistics

A B

N Valid 9 9

Missing 0 0

Mean 1.0000 24.4444

Std. Deviation .00000 2.60342

Frequencies

(59)

Statistics

c d

N Valid 24 24

Missing 0 0

Mean 2.0000 24.4583

Std. Deviation .00000 4.44267

FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet2]

Statistics

A B

N Valid 23 23

Missing 0 0

Mean 3.0000 25.0870

Std. Deviation .00000 5.01736

Frequencies

(60)

Statistics

e f

N Valid 61 61

Missing 0 0

Mean 4.0000 27.7705

Std. Deviation .00000 5.34912

FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet2]

Statistics

A B

N Valid 65 65

Missing 0 0

Mean 5.0000 28.9538

(61)

FREQUENCIES VARIABLES=p1 cp1 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet4]

Statistics

p1 cp1

N Valid 69 69

Missing 0 0

Mean .0000 26.8116

Std. Deviation .00000 6.10274

FREQUENCIES VARIABLES=p2 cp2 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet5]

Statistics

p2 cp2

N Valid 70 70

Missing 0 0

Mean 1.0000 26.8714

(62)

Frequencies

[DataSet6]

Statistics

p3 cp3

N Valid 27 27

Missing 0 0

Mean 2.0000 28.4444

Std. Deviation .00000 7.41274

NEW FILE. DATASET ACTIVATE DataSet7. DATASET CLOSE DataSet6. FREQUENCIES VARIABLES=p4 cp4 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet7]

Statistics

p4 cp4

N Valid 16 16

Missing 0 0

Mean 3.0000 30.3750

Std. Deviation .00000 4.31856

Gambar

Gambar 2. (a dan b) keterlibatan pulpa (p); (c dan d) ulserasi (u);  (e dan f) fistula (f); (g dan h) abses dento-alveolar (a).11
Tabel 1.  Persentase karakteristik responden siswa di SD 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat (n=206)
Tabel 2. Rata-rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada  siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)
Tabel 4.  Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi (n=182)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gokhale tahun 2010 di Nellore India, yang meneliti hubungan antara karies dan indeks massa tubuh pada 100 sampel anak-anak menemukan bahwa

beresiko memiliki indeks massa tubuh kurus dibandingkan anak dengan karies tanpa

Hubungan keparahan karies gigi dengan konsumsi zat gizi dan status gizi anak Sekolah Dasar di Kecamatan Lhoknga.. Kabupaten

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hanya karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan skor pufa, deft dengan

u: Ulserasi dicatat ketika bagian yang tajam dari gigi dengan karies mencapai pulpa atau fragmen akar yang telah menyebabkan ulser traumatikus pada jaringan lunak di

Semua gigi yang telah hilang atau harus dicabut karena karies dimasukkan dalam. kategori

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya hubungan dan korelasi antara karies yang tidak dirawat menggunakan indeks PUFA/pufa dengan massa tubuh

HUBUNGAN SKOR pufa, deft DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN SELAYANG.. LEMBAR