GAMBARAN deft DAN pufa SERTA KUALITAS HIDUP
PADA SISWA USIA 6-8 TAHUN DI SD NEGERI
060889 DAN 060894 MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
KARSA F RAJAGUKGUK
NIM: 090600055
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2013
Karsa F Rajagukguk
Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD
Negeri 060889 dan 060894 Medan.
ix + 30 halaman
Kerusakan pada gigi atau karies merupakan penyakit yang paling umum
terjadi pada anak-anak. Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan pulpitis,
ulserasi, fistula dan abses yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta
kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi siswa usia 6-8 tahun SD
Negeri 060889 dan 060894 Medan. Seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 206
orang. Pengumpulan data pengalaman karies gigi susu dilakukan dengan pemeriksaan
klinis menggunakan indeks deft dan akibat karies yang tidak dirawat menggunakan
indeks pufa. Penelitian ini menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ) untuk menilai skor kualitas hidup.
Rata-rata deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan
adalah 3,55±1,43 dan rata-rata pufa adalah sebesar 0,85±0,93. Sebagian besar
responden memiliki kualitas hidup baik terlihat dari hasil penelitian yaitu persentase
responden yang memiliki kualitas hidup baik 62,8%, cukup 30,6% dan buruk 6,6%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka
semakin tinggi juga skor kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan
rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif
terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
Dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 11 Oktober 2013
Pembimbing: Tanda tangan
1. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes ...
NIP : 19790625 200312 2 002
2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
pada tanggal 11 Oktober 2013
TIM PENGUJI
KETUA : Gema Nazri Yanti, drg.,M.kes
ANGGOTA : Prof Sondang Pintauli, drg.,Ph.D
Prof Lina Natamiharja, drg.,SKM
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak . Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg, C.Ort., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, waktu, motivasi
dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan untuk penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen penguji atas keluangan
waktu dan masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Wandania Farahanny selaku penasehat akademik, yang telah banyak
memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Asni Ginting, S.Pd dan Hj. Rahimi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri
060889 dan 060894 yang telah memberikan izin untuk penelitian.
7. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis,
Rajagukguk, S.Pd dan Karisma Rajagukguk atas segala kasih sayang, doa, bimbingan
serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
8. Terimakasih yang setulusnya kepada dr Erwin Siregar yang telah sangat
banyak memberikan motivasi, bantuan, dukungan, doa serta cinta kasih kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Terimakasih banyak kepada Novalina Sitorus, S.H, Ira Anggraini, SKM
dan Rominta Bakara, Amd atas waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.
10.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat
tersayang terutama Dameria, Ayu, Mercedita, Filya, Femy, Tiwi, Janet, Dina, lulu,
Rachel, Nesya, Aryani, Lia, Yolanda, Vivi yang telah banyak membantu penulis
dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.
Medan, 11 Oktober 2013
Penulis,
(KARSA F RAJAGUKGUK)
NIM: 090600055
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 5
2.1.1 Faktor Etiologi ... 5
2.1.2 Faktor Risiko ... 7
2.2 Indeks deft Klein ... 9
2.3 Indeks pufa ... 10
2.4 Kualitas Hidup ... 12
2.4.1 Definisi Kualitas Hidup ... 12
2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup ... 12
2.5 Karies dan Kualitas Hidup ... 13
2.6 Psikologis anak usia 6-8 tahun ... 13
2.7 Kerangka Konsep ... 14
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 16
3.2 Lokasi Penelitian ... 16
3.3 Populasi dan Sampel ... 16
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 18
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 19
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 20
4.2 Gambaran pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat.. 21
4.3 Prevalensi Pengalaman Sakit Gigi ... 21
4.4 Kualitas Hidup ... 22
4.5 Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup ... 23
BAB 5 PEMBAHASAN ... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 26
6.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase karakteristik responden siswa SD Negeri 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat
karies yang tidak dirawat ... 20
2. Rata rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada
siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 21
3. Prevalensi pengalaman sakit gigi seminggu terakhir pada siswa usia 6-8
tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 21
4. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD
Negeri 060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi ... ... 22
5. Persentase kategori kualitas hidup responden usia 6-8 tahun di SD
Negeri 060889 dan 060894 Medan ... 23
6. Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 5-8 tahun
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Faktor penyebab karies ... 7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan
2. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan
3. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 060889 Medan
4. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 060894 Medan
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2013
Karsa F Rajagukguk
Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD
Negeri 060889 dan 060894 Medan.
ix + 30 halaman
Kerusakan pada gigi atau karies merupakan penyakit yang paling umum
terjadi pada anak-anak. Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan pulpitis,
ulserasi, fistula dan abses yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deft dan pufa serta
kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi siswa usia 6-8 tahun SD
Negeri 060889 dan 060894 Medan. Seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 206
orang. Pengumpulan data pengalaman karies gigi susu dilakukan dengan pemeriksaan
klinis menggunakan indeks deft dan akibat karies yang tidak dirawat menggunakan
indeks pufa. Penelitian ini menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ) untuk menilai skor kualitas hidup.
Rata-rata deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan
adalah 3,55±1,43 dan rata-rata pufa adalah sebesar 0,85±0,93. Sebagian besar
responden memiliki kualitas hidup baik terlihat dari hasil penelitian yaitu persentase
responden yang memiliki kualitas hidup baik 62,8%, cukup 30,6% dan buruk 6,6%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka
semakin tinggi juga skor kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan
rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif
terhadap kualitas hidup anak dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan
kesejahteraan hidup. Kesehatan gigi atau sekarang sering disebut sebagai kesehatan
mulut adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur serta
jaringan-jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, dan mulut serta
jaringan-jaringan pendukungnya berfungsi secara optimal. Keberadaan penyakit gigi
dan mulut akan dapat mempengaruhi kesehatan umum, walaupun tidak menyebabkan
kematian secara langsung.1
Karies gigi adalah lubang yang terbentuk pada gigi, yang terjadi akibat suatu
proses yang secara bertahap melarutkan enamel (permukaan gigi sebelah luar yang
keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.2 Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, turunnya resistensi pejamu, diet
karbohidrat untuk pejamu dan faktor waktu untuk dapat terjadinya kavitas. Selain itu,
faktor lain yang mempengaruhi adalah kandungan fluor dalam air minum, perilaku,
dan karakteristik orangtua, serta peran pelayanan kesehatan merupakan faktor penting
terhadap kejadian karies.3,4 Karies merupakan penyakit yang paling umum dan paling sering terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Kebanyakan karies gigi yang terjadi di
negara-negara berkembang tidak dirawat.5 Berdasarkan SKRT-SURKESNAS tahun 2001 (cit. Sriyono) sebanyak 62,4 % penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah
karena sakit gigi, dalam satu tahun berkisar antara 2,50-5,28 hari dengan rata-rata
sekitar 3,86 hari. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan
dengan produktivitas.1
Klein, Palmer dan Knutson pada tahun 1938 memperkenalkan indeks DMF untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Untuk gigi permanen
susu.3 Indeks ini mudah digunakan, valid dan dapat dipercaya sehingga masih terus dipakai untuk mengukur dan membandingkan prevalensi karies gigi pada berbagai
populasi di seluruh dunia.7 Data karies gigi di seluruh dunia telah dikumpulkan dengan menggunakan indeks DMF selama 70 tahun terakhir. Indeks ini menyediakan informasi tentang kerusakan gigi dan perawatannya tetapi gagal untuk menyediakan
informasi tentang akibat karies gigi yang tidak diobati seperti keterlibatan pulpa dan
abses gigi yang mungkin menjadi masalah yang lebih serius dibandingkan lesi karies.
Hal ini yang mendasari untuk dikembangkannya indeks Pulpitis Ulserasi Fistula
Abses (PUFA/pufa). Indeks pufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk
mengukur keadaan rongga mulut akibat karies gigi susu yang tidak dirawat seperti
keterlibatan pulpa, ulserasi, fistula dan abses.7,11
Karies tinggi dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak; mereka
merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut
serta kronis, gangguan makan dan tidur; bahkan karies yang parah juga dapat
meningkatkan risiko di opname sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat
mempengaruhi proses pembelajaran anak. Anak-anak yang mempunyai kesehatan
mulut buruk, 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak
masuk sekolah dibandingkan mereka yang mempunyai kesehatan mulut baik. Selain
itu, apabila anak menderita kerusakan gigi, anak akan merasa sakit sehingga anak
malas makan dan beraktifitas. Akibatnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak tidak terpenuhi. Gigi susu mudah terserang karies karena struktur
giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan gigi permanen. Apabila gigi geraham
susu tanggal sebelum waktunya akibat karies, kemungkinan pertumbuhan gigi
permanen akan berjejal karena geraham berfungsi menahan ruangan bagian gigi tetap
yang tumbuh. Apabila kondisi gigi permanen berjejal maka sulit dibersihkan dari sisa
makanan sehingga risiko karies gigi akan berlanjut pada gigi permanen.1,2
Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi yang hilang sebagai
akibat gigi rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan
aktivitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi serta dapat
mempunyai dampak pada tumbuh kembang dan kesejahteraan anak serta secara
signifikan akan berdampak pada kehidupan mereka kelak.8 Di Amerika, penelitian yang dilakukan oleh Filstruf mengenai karies dan kualitas hidup anak didapati
dampak terbesar yang dialami anak adalah nyeri (68%), sedangkan 35% anak tidak
suka dengan gigi mereka.9 Penelitian di Kanada menunjukkan bahwa dampak yang
sering dialami akibat karies gigi anak adalah fungsi pada anak (child’s function).10 Kesehatan gigi penting karena pencernaan makanan dimulai dengan bantuan
gigi. Selain fungsinya untuk makan dan berbicara, gigi juga penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Pemeliharaan kesehatan gigi dan gusi
masyarakat terutama pada anak sekolah sangat penting. Oleh karena itu, salah satu
kebijakannya adalah dengan meningkatkan upaya promotif, preventif, dan kuratif
pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena pada usia tersebut merupakan waktu
untuk tumbuhnya gigi tetap.2,6
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran deft
dan pufa serta kualitas hidup menggunakan indeks Child Perceptions Questionnaire (CPQ). Erupsi gigi permanen dimulai saat anak berumur 6 tahun dan proses karies berlangsung minimal 2 tahun, sehingga untuk menghilangkan bias penyebab karies
gigi permanen tersebut maka penelitian ini dibatasi hanya pada usia 6-8 tahun.
Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yaitu SD Negeri 060889 dan 060894
karena jumlah sampel yang sedikit dan sekolah ini lebih mudah dijangkau oleh
peneliti.
1.2Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8
tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:
2. Untuk mengetahui rata-rata skor pufa pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.
3. Untuk mengetahui kategori kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD
Negeri 060889 dan 060894 Medan.
4. Untuk mengetahui kualitas hidup berdasarkan skor deft dan skor pufa pada
siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, UKGS dan perencanaan
program kesehatan, khususnya program penyuluhan dan pengembangan kesehatan
gigi dan mulut bagi anak-anak SD dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan gigi
dan mulut anak SD.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta
menambah pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya dalam mengetahui
gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada anak SD.
3. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum; disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu kharbohidrat
yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan
keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi
ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.2,3
2.1.1 Faktor Etiologi
Karies gigi disebabkan oleh faktor penyebab primer yang langsung
mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari
saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies
terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan serangkaian
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada tiga faktor utama yang
memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme,
substrat atau diet ditambah faktor waktu. Faktor ini digambarkan sebagai tiga
lingkaran yang bertumpang tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap
faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.3,13,14 1. Faktor host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies atau faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,
faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut
terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan sususan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan
organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna,
mengandung banyak fluor dan fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal
enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi
susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena
enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis
kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu
penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.3,14
2. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Streptococcus mutans dan Laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari
karbohidrat yang dapat diragikan.3,15 3. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Karbohidrat merupakan
sumber energi utama untuk pertumbuhan plak di dalam rongga mulut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang
dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama
sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa
4. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.3
Gambar 1. Faktor penyebab karies3
2.1.2 Faktor Risiko
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai
faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah: 3,17 1. Pengalaman karies
Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi
terjadinya karies pada gigi permanennya.3 2. Penggunaan fluor
Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan
hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat
meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air
tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan
fluorosis.
3. Oral Higiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies
dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan
gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral
higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental disertai
dengan pemeriksaan gigi secara teratur.3,18 4. Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai
jenis bakteri. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3
tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun
laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan
meningkat pada orang yang mengonsumsi kaarbohidrat dalam jumlah banyak.3 5. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan
sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak
tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan.
Pada individu yang berkurang aliran salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat
secara signifikan.
6. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal
daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali
seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, maka beberapa
bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga
terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.
7. Umur
Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini
meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi
Anak-anak mempunyai risiko yang paling tinggi ketika mereka baru erupsi sedangkan
orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.
8. Jenis kelamin
Selama masa kanak-kanan dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang M (missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.3
9. Sosial ekonomi
Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi. Menurut Thirtankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar
dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan,.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.3,18
2.2 Indeks deft Klein
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok suatu penyakit gigi tertentu. Indeks dapat digunakan untuk
mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat.
Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar
penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.3 Indeks ini diperkenalkan oleh Klein, Palmer, Knutson pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman
seseorang terhadap karies gigi. Indeks deft (decayed extracted filled tooth) merupakan indeks yang digunakan untuk gigi susu.
Yang termasuk dalam d (decayed) adalah:
a. Semua gigi susu yang mengalami karies.
b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen.
Yang termasuk dalam e (extracted) adalah:
a. Semua gigi susu yang hilang atau dicabut karena karies.
Yang termasuk dalam f (filling) adalah:
a. Semua gigi dengan tumpatan permanen.
b. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar.
2.3 Indeks pufa
Pufa digunakan untuk menilai keadaan pulpa yang terlibat, ulserasi dari
mukosa akibat fragmen akar, fistula dan abses. Lesi disekeliling karies yang tidak
berhubungan dengan keterlibatan pulpa sebagai akibat karies tidak dicatat. Indeks
pufa adalah sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur keadaan rongga mulut
akibat karies yang tidak dirawat.11
Pengukuran dilakukan secara visual dan tidak menggunakan alat. Hanya satu
skor mewakili tiap gigi. Apabila terdapat keraguan dalam menentukan tingkat infeksi
odontogenik, maka diberikan skor dasar. Jika gigi susu dan gigi permanen
penggantinya sudah mulai tumbuh dan keduanya sudah infeksi, maka keduanya akan
diukur. Penulisan indeks dengan huruf besar digunakan untuk pengukuran gigi
permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi susu. Kode dan kriteria untuk indeks
pufa adalah sebagai berikut:7,11
a) Keterlibatan pulpa (p) dicatat apabila kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan
atau struktur korona gigi telah hancur akibat proses karies gigi dan hanya akar
atau fragmen akar yang tertinggal.
b) Ulserasi (u) dicatat jika sisi tajam gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar
menyebabkan ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa
bukal.
c) Fistula (f) dicatat jika ada saluran pus yang berhubungan dengan keterlibatan
pulpa.
d) Abses (a) merupakan pembengkakan dan mengandung pus yang berhubungan
Skor pufa per orang dihitung secara kumulatif sama seperti deft dan mewakili
jumlah gigi yang memenuhi kriteria diagnostik pufa. Indeks pufa dihitung dengan
menjumlah p,u,f,a. Pengalaman pufa untuk suatu populasi diperhitungkan sebagai
suatu rata-rata dan memiliki nilai desimal.
2.4 Kualitas Hidup
2.4.1 Definisi Kualitas Hidup
Kualitas hidup berhubungan dengan kepuasan kebutuhan manusia untuk
tumbuh, sejahtera, kebebasan dan kenyamanan dalam hubungan dan pekerjaan. WHO
menyarankan agar status kesehatan penduduk diukur dalam tiga hal, yaitu melihat ada
tidaknya kelainan patologis, mengukur fungsi dan penilaian individu atas
kesehatannya. Untuk menggambarkan status kesehatan gigi dan mulut harus
mencakup ada tidaknya penyakit, bagaimana status fungsi fisik (pengunyahan),
fungsi psikis (rasa malu), fungsi sosial (peranan sosial sehari-hari) dan kepuasan
terhadap kesehatannya. Kualitas hidup merupakan suatu pertimbangan penting dalam
perawatan medis. dan mengacu pada kemampuan pasien untuk dapat menikmati
aktivitas kehidupan yang normal.19
2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup
Ada beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup antara
lain:13
1. Oral Health Impact Profile (OHIP)
Slade GD dan Spencer AJ melakukan riset untuk pengembangan dan
pengujian Oral Health Impact Profile (OHIP) yng terdiri atas 49 pertanyaan dan
kemudian diringkas menjadi 14 pertanyaan untuk mengukur persepsi individu
mengenai status kesehatan rongga mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup.
2. Oral Impact on Daily Performance (OIDP)
Guerunpong mengadaptasi OIDP yang terdiri atas 8 item untuk anak usia
11-12 tahun yang bertujuan mengevaluasi dampak kesehatan mulut pada kemampuan
anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk pengukuran dimensi fisik,
psikologis dan sosial.
3. The Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)
Locker menggunakan indeks ECOHIS untuk mengukur penyakit, kecacatan,
keterbatasan fungsional dan kerugian sosial yang saling berhubungan tetapi dapat
4. The Child Perceptions Questionnaire (CPQ)
Foster menggunakan indeks ini untuk mengukur sejauh mana dampak
kesehatan mulut terhadap kualitas hidup pada anak-anak. Indeks ini dikategorikan
atas 4 kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional
dan sosial.12,20,21
2.5 Karies dan Kualitas Hidup
Karies gigi dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak; mereka
merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut
serta kronis, gangguan makan dan tidur; bahkan karies yang parah juga dapat
meningkatkan risiko di opname sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat
mempengaruhi proses pembelajaran anak. Anak-anak yang mempunyai kesehatan
mulut buruk, 12 kali lebih banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak
masuk sekolah dibandingkan mereka yang mempunyai kesehatan mulut baik. Selain
itu, anak yang menderita sakit gigi akan merasa sakit sehingga anak malas makan dan
beraktifitas.1,2
Pada individu yang mempunyai gigi hilang karena penyakit karies akan
mengalami penurunan kualitas hidup karena mereka tidak hanya membatasi diri
dalam memilih makanan disebabkan karena masalah pengunyahan, tetapi juga akan
merasa malu sehingga membatasi interaksi sosial dan komunikasi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap penyakit karies gigi agar gigi bisa
dipertahankan dan dapat berfungsi optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup.1
2.6 Psikologis Anak Usia 6-8 Tahun
Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun
yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai
tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan dan interaksi
dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam
kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman
Kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (playgroup) dan anak masa sebelumnya (masa bayi). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani
suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh
berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis,
antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatnya dan didengarnya,
seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.24
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan
motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Perkembangan sosial pada anak
usia 8 tahun sudah mulai ditandai dengan kemampuannya bersosialisasi tidak hanya
dengan keluarga tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. Menginjak usia sekolah
dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat
diterima dalam masyarakat. Anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol
ekspresi emosinya. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap
perkembangan usia sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu dan kegembiraan
(rasa senang, nikmat atau bahagia). Selain itu, pada usia 8 tahun anak juga sudah
2.7 Kerangka konsep
1. Skor deft 2. Skor pufa
Kualitas hidup
1. Gejala oral
- Sakit gigi
- Luka dimulut
- Bau mulut
- Kesulitan mengunyah makanan
2. Keterbatasan fungsi
- Tidak masuk sekolah karena sakit gigi
- Kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah
- Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah
- Malas berbicara di sekolah
3. Emosional/Perasaan
- Malu
- Mudah marah saat sedang sakit gigi
- Tidak percaya diri
- Takut sakit gigi
4. Dimensi sosial
- Malas senyum atau tertawa
- Tidak ingin berbicara
- Dijauhi oleh teman
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 060889 dan 060894 yang terletak di
Jalan Rebab Pasar II, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar usia 6-8 tahun SD
Negeri 060889 dan 060894. Kriteria eksklusinya adalah anak yang gigi molar
pertama permanen telah mengalami pulpitis dan tidak kooperatif. Seluruh populasi
dijadikan sampel yang berjumlah 206 orang.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional a) Jenis kelamin terdiri atas perempuan dan laki-laki.
b) Umur anak adalah usia terakhir responden.
c) Skor deft adalah penjumlahan dari karies pada gigi susu, dengan kriteria :
1. d (decayed) : gigi susu yang karies. Yang termasuk kategori d adalah: a. Gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal.
b. Gigi susu dengan satu karies atau lebih dan tidak dapat ditambal.
c. Gigi susu dengan tambalan dan terdapat lesi karies.
d. Gigi susu dengan tambalan sementara.
2. e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut.
Skor deft adalah jumlah d+e+f. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu
kategori saja, yaitu d,e atau f. def rata-rata adalah jumlah seluruh def dibagi dengan
jumlah orang yang diperiksa.
d) Skor pufa adalah penjumlahan dari akibat karies yang tidak dirawat pada
gigi susu, dengan kriteria :
1. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau
struktur korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.
2. Ulserasi (u) : ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa
bukal karena sisi tajam gigi.
3. Fistula (f) : saluran pus/nanah.
4. Abses (a) : pembengkakan dan mengandung pus/nanah.
Skor pufa dihitung dengan menjumlahkan p+u+f+a.
e) Kualitas hidup : kepuasan kebutuhan manusia untuk tumbuh, sejahtera,
kebebasan dan kenyamanan dalam hubungan dan pekerjaan. Skor kualitas hidup
diukur dengan menggunakan indeks CPQ yang dibagi dalam 4 kategori yaitu gejala
oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan dimensi sosial. Cara
pengukuran ini menggunakan 37 pertanyaan yang diringkas menjadi 16 pertanyaan
dengan masing-masing 4 pertanyaan mewakili satu kategori. Indeks ini dimodifikasi
menjadi 16 pertanyaan sesuai dengan ketentuan dari ISF-16 yang dilakukan oleh
Torres et al .
1. Gejala oral :
a. Sakit gigi
b. Luka di mulut
c. Bau mulut
d. Kesulitan mengunyah makanan
2. Keterbatasan fungsional :
a. Tidak masuk sekolah karena sakit gigi
b. Kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah
c. Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah
3. Emosional/Perasaan :
a. Malu
b. Mudah marah saat sedang sakit gigi
c. Tidak percaya diri
d. Takut saat sakit gigi
4. Dimensi sosial :
a. Malas senyum atau tertawa
b. Tidak ingin berbicara kepada teman-teman
c. Dijauhi oleh teman
d. Malas bermain bersama teman-teman
Cara pengukuran ini digunakan karena lebih sederhana dengan 16 item yang
diukur dari frekuensinya. Frekuensi adalah tingkat keseringan yang dialami penderita
terhadap suatu penyakit dalam seminggu terakhir.
a. Hampir setiap hari : skor 3
b. Sekali-sekali : skor 2
c. Tidak pernah : skor 1
Total skor yang diperoleh bervariasi antara 16-48 dengan skor tertinggi adalah
48. Jumlah skor diperoleh dengan menambahkan skor dari masing-masing pertanyaan
selanjutnya dikategorikan atas:
a. Baik : skor jawaban siswa <60% dari total skor yaitu <29
b. Cukup : apabila skor jawaban siswa 60% -80% dari total skor yaitu 29-38
c. Buruk : apabila skor jawaban siswa > 80% dari total skor yaitu >38
3.5 Metode Pengumpulan Data
1. Pengambilan data anak dilakukan di sekolah pada ruang yang telah
disediakan pihak sekolah.
2. Anak dipanggil dan dipersilakan duduk dibangku yang telah disediakan. Posisi pemeriksa dan subjek saling berhadapan.
3. Peneliti mengisi data tentang umur siswa yang diperoleh dari data sekunder
4. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan dengan menggunakan kaca mulut
datar dan sonde tajam. Pemeriksaan dilakukan untuk mengukur skor deft dan skor pufa.
5. Peneliti mewawancarai siswa untuk mendapatkan hasil kuesioner CPQ.
Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data dilakukan
dengan melakukan uji statistik univariat untuk mengetahui rata-rata skor deft, pufa
dan kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun yang menjadi sampel penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Persentase responden usia 6 tahun yaitu 35,4% diikuti responden usia 7 dan 8
tahun yaitu 30,1% dan 34,5%. Hasil penelitian menunjukkan, responden perempuan
lebih banyak 56,8% daripada laki-laki 43,2%. Responden yang memiliki karies gigi
ssebesar 96,11% dan yang tidak memiliki karies gigi sebesar 3,89%. Responden yang
memiliki pufa sebesar 56,31% dan yang tidak memiliki pufa 43,69% (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase karakteristik responden siswa di SD 060889 dan 060894 Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat (n=206)
Karakteristik Jumlah Persentase
Usia (tahun)
6
7
8
Jenis kelamin
Perempuan
Pengalaman karies
Karies
Akibat karies yang tidak dirawat
4.2 Gambaran pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat Rata-rata skor pengalaman karies gigi susu adalah 3,55±1,43 dan rata-rata
skor akibat karies yang tidak dirawat adalah 0,85±0,93 (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata pengalaman karies dan akibat karies yang tidak dirawat pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)
Pengalaman karies gigi susu ±SD
decayed (d)
Akibat karies yang tidak dirawat
pulpitis (p)
4.3 Prevalensi pengalaman sakit gigi pada anak usia 6-8 tahun
Tabel 3 menunjukkan sebanyak 88,35% anak pernah mengalami sakit gigi
sedangkan 11,65% anak tidak pernah mengalami sakit gigi (Tabel 3).
Tabel 3. Prevalensi pengalaman sakit gigi seminggu terakhir pada siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=206)
Pengalaman sakit gigi n %
Pernah 182 88,35
4.4 Kualitas hidup
Pada dimensi gejala oral, yang hampir setiap hari dialami siswa adalah sakit
gigi yaitu 18,1% dan pada dimensi keterbatasan fungsional adalah malas berbicara di
sekolah 8,2%. Pada dimensi emosional yang hampir setiap hari dialami adalah takut
sakit gigi yaitu 31,9% dan pada dimensi sosial adalah malas senyum 11,5%. Dari
keempat dimensi, yang paling sering dialami adalah dimensi emosional (Tabel 4).
Tabel 4. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 yang pernah mengalami sakit gigi (n=182)
Dimensi
Sulit mengunyah makanan
11
Sulit belajar di sekolah
Terganggu mengerjakan PR
Malas berbicara di sekolah
Sosial
Malas senyum atau tertawa
Tidak ingin berbicara
Dijauhi teman
Malas bermain dengan teman
93
Persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik adalah 62,8%, cukup sebesar 30,6% dan buruk sebesar 6,6% (Tabel 5).
Tabel 5. Kategori kualitas hidup pada responden usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=182)
Kategori kualitas hidup n %
4.5 Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup
Tabel 6 menunjukkan semakin meningkat skor deft dan skor pufa maka skor
kualitas hidup juga meningkat. Hal ini terlihat pada skor deft 1, rata-rata kualitas
hidupnya adalah 24,44±2,60 dan pada skor deft 5, rata-rata kualitas hidupnya menjadi
28,95±7,04. Pada skor pufa 0, rata-rata kualitas hidupnya adalah 26,81±6,10 dan pada
skor pufa 3, rata-rata kualitas hidupnya menjadi 30,37±4,31. Hal ini menunjukkan
Tabel 6. Gambaran deft dan pufa serta kualitas hidup pada siswa usia 6-8 tahun di SD Negeri 060889 dan 060894 Medan (n=182)
Skor Kualitas hidup
±SD
Skor deft
1
2
3
4
5
24,44±2,60
24,45±4,44
25,08±5,01
27,77±5,34
28,95±7,04
Skor pufa
0
1
2
3
26,81±6,10
26,87±5,50
28,44±7,41
BAB 5
PEMBAHASAN
Rata-rata deft pada siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894
Medan adalah 3,55±1,43. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rika pada responden SD Bayangkhari Medan yaitu
5,67.22 Hal ini dapat disebabkan karena tingkat sosial ekonomi orangtua siswa di sekolah swasta lebih tinggi sehingga konsumsi siswa terhadap jajanan lebih tinggi
pada sekolah swasta daripada sekolah negeri. Rata-rata pufa pada responden adalah
0,85±0,93. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siuwandy pada responden SD Cenderamata Medan yaitu 2,31.23 Hal
ini disebabkan karena penelitian pada SD Cenderamata dilakukan pada seluruh siswa
SD dari kelas I-IV, sedangkan penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas I-III
yang berumur 6-8 tahun.
Pada dimensi gejala oral, terlihat bahwa persentase yang paling sering dialami
oleh responden adalah sakit gigi, bibir, rahang atau mulut yaitu sebesar 18,1%. Pada
dimensi keterbatasan fungsional, terlihat bahwa persentase yang paling sering dialami
oleh responden adalah malas berbicara di sekolah yaitu 8,2%. Pada dimensi
emosional, persentase yang sering dialami oleh responden adalah rasa takut sakit gigi
yaitu 31,9%. Hal ini sesuai dengan perkembangan emosional anak yaitu pada tahap
perkembangan usia sekolah dasar, emosi yang secara umum sering dialami adalah
rasa takut.24 Pada dimensi sosial persentase yang paling sering dialami oleh responden adalah malas tersenyum atau tertawa yaitu 11,5%. Hal ini mungkin
disebabkan rasa sakit pada gigi akibat karies yang tidak dirawat yang dialami oleh
sebagian besar responden walaupun hanya sekali-sekali. Dimensi yang paling sering
dialami dan menimbulkan gangguan adalah dimensi emosional. Anak usia 6-8 tahun
sudah mulai memahami tentang dirinya sendiri. Pada usia ini anak baru bisa
memahami sifat atau kondisi mengenai dirinya dan juga sudah mampu menilai diri
sendiri yang ditunjukkan dalam bentuk emosi. Emosi-emosi yang secara umum
dialami pada tahap perkembangan usia ini adalah marah, takut, cemburu, rasa ingin
tahu dan rasa senang atau bahagia. Emosi merupakan faktor yang dominan yang
mempengaruhi tingkah laku anak. Anak-anak seringkali tidak mampu menahan
emosi, cenderung emosi anak akan nampak dan bahkan berlebihan.24 Hal ini mungkin yang menyebabkan dimensi emosional paling sering dialami dan menimbulkan
gangguan pada anak.
Sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik. Hal ini terlihat dari
hasil penelitian bahwa persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik
adalah 62,8%, cukup sebesar 30,6% dan buruk sebesar 6,6%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup
juga semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk
merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Rata-rata skor deft siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894
Medan yaitu 3,55±1,43. Rata-rata decayed 2,62±1,42, extracted 0,78±0,91 dan filling
0,15±0,40.
2. Rata-rata skor pufa siswa usia 6-8 tahun SD Negeri 060889 dan 060894
Medan yaitu 0,85±0,93. Rata-rata pulpitis 0,60±0,81, ulserasi 0,12±0,34, fistula
0,05±0,27 dan abses 0,08±0,29.
3. Persentase responden yang memiliki kualitas hidup kategori baik adalah
62,8%, kategori cukup 30,6% dan kategori buruk 6,6%.
4. Rata-rata skor kualitas hidup pada skor deft 1 yaitu 24,44±2,60, skor deft
2 yaitu 24,45±4,44, skor deft 3 yaitu 25,08±5,01, skor deft 4 yaitu 27,77±5,34 dan
skor deft 5 yaitu 28,95±7,04. Demikian juga halnya dengan rata-rata skor kualitas
hidup pada skor pufa 0 yaitu 26,81±6,10 skor pufa 1 yaitu 26,87±5,50, skor pufa 2
yaitu 28,44±7,41 dan skor pufa 3 yaitu 30,37±4,31. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi skor deft dan skor pufa maka skor kualitas hidup juga semakin
tinggi.
6.2 Saran
1. Diharapkan guru dapat melakukan pembinaan kesehatan kepada siswa
khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin agar siswa
2. Diharapkan sekolah dapat bekerjasama dengan dokter gigi untuk
melakukan UKGS dan memberikan pelayanan serta mengontrol kesehatan gigi anak
guna mencegah peningkatan skor karies pada siswa.
3. Diharapkan peran orangtua dalam memperhatikan kesehatan rongga mulut
anaknya sehingga dapat mencegah terjadinya karies yang lebih parah, karena apabila
DAFTAR PUSTAKA
1. Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan
kualitas hidup. <http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1251_pp1003006.pdf>
(April 20.2013).
2. Anwar FD. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian
karies gigi pada siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di wilayah kerja Puskesmas
Pemancungan Padang Selatan tahun 2011. <http://repository.unand.ac.id/1797 6 /
> (April 24. 2013).
3. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-15.
4. Soeyoso UM, Muntaha A, Malaka T, Zaman C. Prevalensi dan faktor risiko
karies gigi murid sekolah dasar kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang
tahun 2009. Jurnal Kesehatan Bina Husada 2010; 6: 12-20.
5. Benzian H, Monse B, Weltzien H, Hobdell M, Mulder J, Helderman WP.
Untreated severe dental decay: a neglected determinant of low body mass
index in 12 year old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11:558.
6. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J
2005; 38: 130-4.
7. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over
the last decade. RSBO 2012; 9: 316-21.
8. Sheiham A. Oral health, General Health and Quality of Life. Bulletin of the
World Health Organization 2005; 83: 641-720.
9. Filstrup SL, Briskie D, Fonseca M, Lawrence L, Wandera A, Inglehart MR.
Early childhood caries and quality of life: child and parent perspectives.
Pediatr Dent 2003; 25: 431–440.
10.Tinanoff N, Reisine S. Update on Early Childhood Caries since the Surgeon
11.Monse B, Weltzien H, Benzian H, Holmgren C, Helderman WP. PUFA - an
index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent
Oral Epidemiol 2010; 38:77-82.
12.Harris R, Nicoll AD, Adair PM, Pine CM. Risk factors for dental caries in
young children: a systematic review of the literature. Community Dental
Health 2004; 21: 71-85.
13.Piovesan C, Batista A, Ferreira FV, Ardenghi TM. Oral health-related quality
of life in children: Conceptual issues. Review odonto cienc 2009; 24: 81-85.
14.Jenny J. Preventing dental disease in children. AJPH 2004; 64:1147-55.
15.Sumwinata M, Faruk S. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya.
Jakarta: EGC, 1992: 1-3.
16.Alvarez JO, Navia JM. Nutritional status, tooth eruption, and dental caries: a
review. <http:ajcn.nutrition.org> (Mei 1.2013).
17.Andriany P, Joelimar FA, Djoharnas H. Perbedaan pola kurva keparahan
karies gigi susu dan gigi tetap serta faktor yang berperan pada anak dengan
status gizi kurang dan gizi baik. Indonesian Dentistry 2008; 15: 247-53.
18.Hooley M, Skouteris H, Boganin C, Satur J, Kilpatrick N. Body mass index
and dental caries in children and adolescents: a systematic review of literature
published 2004-2011. Systematic review 2012; 1:57.
19.Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas
hidup. <http:library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20Situmorang.pdf>
(Mei 25.2013).
20.Torres CS, Paiva SM, Vale MP, Pordeus IA et al. Psychometric properties of
the Brazilian version of the child perceptions questionnaire (CPQ)–short
forms. Health and quality of life outcomes 2009; 7:43.
21.Agou S. Oral health related quality of life outcomes of orthodontics in
children. Disertasi. Toronto: University Toronto, 2009.
22.Mayasari R. Pengalaman karies gigi pada anak-anak SD Negeri 060901
(Proyek Inpres 91/91) dan Swasta Bhayangkari I Medan <http://repository.usu
23.Bu’ulolo CS. Pengaruh pufa terhadap kualitas hidup pada anak-anak berusia
6-12 tahun di SD Swasta Cinderamata Medan tahun 2013. http://repository.un
pri.ac.id ( September 9.2013).
24.Ernawulan S. Perkembangan anak usia dini (0-8 tahun). http://perk_anak.pdf.
Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat
GAMBARAN deft DAN pufa SERTA KUALITAS HIDUP PADA SISWA USIA 6-8 TAHUN DI SD NEGERI 060889 DAN 060894 MEDAN
No.Kartu
Nama :
1. Jenis kelamin : a. Laki- laki 1
b. Perempuan
2. Usia : 2
3. Pemeriksaan rongga mulut
Tabel indeks gigi susu
Keterangan :
1. d (decayed) : a. Gigi susu dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal. b. Gigi susu dengan satu karies atau lebih dan tidak dapat ditambal.
c. Gigi susu dengan tambalan dan terdapat lesi karies.
d. Gigi susu dengan tambalan sementara.
2. e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut karena karies.
3. f (filling) : gigi sudah ditambal dengan baik karena karies
Tabel indeks pufa
Skor p
1. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan atau struktur
korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.
2. Ulserasi (u) : ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal
karena sisi tajam dari gigi.
3. Fistula (f) : saluran pus/nanah.
4. Abses (a) : pembengkakan dan mengandung pus/nanah.
Pengukuran Kualitas Hidup Dengan CPQ
12. Apakah adik pernah mengalami sakit gigi? a. Ya
b. Tidak
Jika jawaban ya, lanjutkan dengan pertanyaan dibawah ini :
No Pertanyaan
Frekuensi/minggu
Apakah adik sering sakit gigi? 14. Pernahkah adik mengalami
luka di mulut?
15. Apakah adik sering merasa bau mulut?
16. Pernahkah adik kesulitan mengunyah makanan?
17. Keterbatasan fungsional
Apakah adik pernah tidak masuk sekolah karena sakit gigi atau karena sedang berobat gigi?
18. Pernahkah adik kesulitan memperhatikan pelajaran di sekolah karena sakit gigi?
19. Saat sakit gigi, apakah adik terganggu mengerjakan pekerjaan rumah?
20. Apakah adik malas berbicara di sekolah saat sakit gigi?
21. Emosional
Apakah adik malu karena sakit gigi?
22. Saat sedang sakit gigi, apakah adik menjadi lebih mudah
marah?
23. Saat sakit gigi, apakah adik merasa tidak percaya diri terhadap teman-teman yang lain?
24. Apakah adik merasa takut sakit gigi?
25. Dimensi Sosial
Saat sakit gigi, apakah adik malas senyum atau tertawa bersama teman-teman?
26. Apakah adik pernah tidak ingin berbicara kepada teman-teman yang lain karena sakit gigi? 27. Saat sakit gigi, apakah adik
pernah dijauhi teman-teman? 28. Apakah adik malas bermain
dengan teman-teman saat sedang sakit gigi?
29. Skor CPQ =
30. Kategori CPQ
FREQUENCIES VARIABLES=usia /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
usia
N Valid 206
Missing 0
usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 6.00 73 35.4 35.4 35.4
7.00 62 30.1 30.1 65.5
8.00 71 34.5 34.5 100.0
Total 206 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=JK /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
jenis kelamin
N Valid 206
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 89 43.2 43.2 43.2
perempuan 117 56.8 56.8 100.0
Total 206 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=d e f deft /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
d e f deft
N Valid 206 206 206 206
Missing 0 0 0 0
Mean 2.6214 .7864 .1505 3.5583
Std. Deviation 1.42190 .91758 .40925 1.43612
FREQUENCIES VARIABLES=p u fis a pufa /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
p u fis a pufa
N Valid 206 206 206 206 206
Missing 0 0 0 0 0
Mean .6068 .1214 .0583 .0825 .8544
Std. Deviation .81195 .34192 .27320 .29298 .93086
FREQUENCIES VARIABLES=PSG /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
pengalaman sakit gigi
N Valid 206
Missing 0
pengalaman sakit gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid pernah 182 88.3 88.3 88.3
tidak pernah 24 11.7 11.7 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=s l b k a sb pr mb /ORDER=ANALYSIS.
mulut bau mulut
sulit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 11 6.0 6.0 6.0
sekali-sekali 138 75.8 75.8 81.9
hampir setiap hari 33 18.1 18.1 100.0
Total 182 100.0 100.0
luka di mulut
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 65 35.7 35.7 35.7
sekali-sekali 109 59.9 59.9 95.6
hampir setiap hari 8 4.4 4.4 100.0
bau mulut
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 46 25.3 25.3 25.3
sekali-sekali 109 59.9 59.9 85.2
hampir setiap hari 27 14.8 14.8 100.0
Total 182 100.0 100.0
sulit mengunyah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 48 26.4 26.4 26.4
sekali-sekali 113 62.1 62.1 88.5
hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0
Total 182 100.0 100.0
absen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 88 48.4 48.4 48.4
sekali-sekali 89 48.9 48.9 97.3
absen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 88 48.4 48.4 48.4
sekali-sekali 89 48.9 48.9 97.3
hampir setiap hari 5 2.7 2.7 100.0
Total 182 100.0 100.0
sulit belajar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 89 48.9 48.9 48.9
sekali-sekali 88 48.4 48.4 97.3
hampir setiap hari 5 2.7 2.7 100.0
Total 182 100.0 100.0
terganggu mengerjakan pr
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 80 44.0 44.0 44.0
sekali-sekali 94 51.6 51.6 95.6
hampir setiap hari 8 4.4 4.4 100.0
Malas berbicara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 1 .5 .5 .5
tidak pernah 80 44.0 44.0 44.5
sekali-sekali 86 47.3 47.3 91.8
hampir setiap hari 15 8.2 8.2 100.0
Total 182 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=m mm tp t ms tb d mbdt /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
malu marah tidak percaya diri takut sakit gigi malas senyum tidak ber
N Valid 182 182 182 182 182
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
malu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 61 33.5 33.5 33.5
sekali-sekali 71 39.0 39.0 72.5
hampir setiap hari 50 27.5 27.5 100.0
marah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 76 41.8 41.8 41.8
sekali-sekali 92 50.5 50.5 92.3
hampir setiap hari 14 7.7 7.7 100.0
Total 182 100.0 100.0
tidak percaya diri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 73 40.1 40.1 40.1
sekali-sekali 88 48.4 48.4 88.5
hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0
Total 182 100.0 100.0
takut sakit gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 53 29.1 29.1 29.1
sekali-sekali 71 39.0 39.0 68.1
takut sakit gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 53 29.1 29.1 29.1
sekali-sekali 71 39.0 39.0 68.1
hampir setiap hari 58 31.9 31.9 100.0
Total 182 100.0 100.0
malas senyum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 93 51.1 51.1 51.1
sekali-sekali 68 37.4 37.4 88.5
hampir setiap hari 21 11.5 11.5 100.0
Total 182 100.0 100.0
tidak berbicara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 94 51.6 51.6 51.6
sekali-sekali 72 39.6 39.6 91.2
hampir setiap hari 16 8.8 8.8 100.0
dijauhi teman
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 115 63.2 63.2 63.2
sekali-sekali 61 33.5 33.5 96.7
hampir setiap hari 6 3.3 3.3 100.0
Total 182 100.0 100.0
malas bermain
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak pernah 100 54.9 54.9 54.9
sekali-sekali 65 35.7 35.7 90.7
hampir setiap hari 17 9.3 9.3 100.0
Total 182 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=kh /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
KH
N Valid 182
KH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 114 62.6 62.6 62.6
cukup 56 30.8 30.8 93.4
buruk 12 6.6 6.6 100.0
Total 182 100.0 100.0
DATASET ACTIVATE DataSet0. DATASET CLOSE DataSet2. NEW FILE. FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
[DataSet3]
Frequencies
Statistics
A B
N Valid 9 9
Missing 0 0
Mean 1.0000 24.4444
Std. Deviation .00000 2.60342
Frequencies
Statistics
c d
N Valid 24 24
Missing 0 0
Mean 2.0000 24.4583
Std. Deviation .00000 4.44267
FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet2]
Statistics
A B
N Valid 23 23
Missing 0 0
Mean 3.0000 25.0870
Std. Deviation .00000 5.01736
Frequencies
Statistics
e f
N Valid 61 61
Missing 0 0
Mean 4.0000 27.7705
Std. Deviation .00000 5.34912
FREQUENCIES VARIABLES=A B /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet2]
Statistics
A B
N Valid 65 65
Missing 0 0
Mean 5.0000 28.9538
FREQUENCIES VARIABLES=p1 cp1 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet4]
Statistics
p1 cp1
N Valid 69 69
Missing 0 0
Mean .0000 26.8116
Std. Deviation .00000 6.10274
FREQUENCIES VARIABLES=p2 cp2 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet5]
Statistics
p2 cp2
N Valid 70 70
Missing 0 0
Mean 1.0000 26.8714
Frequencies
[DataSet6]
Statistics
p3 cp3
N Valid 27 27
Missing 0 0
Mean 2.0000 28.4444
Std. Deviation .00000 7.41274
NEW FILE. DATASET ACTIVATE DataSet7. DATASET CLOSE DataSet6. FREQUENCIES VARIABLES=p4 cp4 /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet7]
Statistics
p4 cp4
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 3.0000 30.3750
Std. Deviation .00000 4.31856