DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fuady, Munir.
HukumBisnisDalamTeoridanPraktikBukuKeempat
,
Citra
AdityaBakti, Bandung, 2003.
Hadjon,
PhilipusM.
PengantarHukumAdministrasiIndonesia
,GajahMada
UniversityPress,Yogyakarta, 2011.
Hermansyah,
HukumPerbankanNasionalIndonesia
,
EdisiRevisi
KencanaPrenada
MediaGroup,Jakarta, 2009
H.A, Salim, H.S.
Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak
, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010
Ibrahim,
Johannes.
MengupasTuntasKreditKomersialDalamPerjanjianKreditBank(
PerspektifHukumdanEkonomi)
,MandarMaju,Bandung,2004.
Kasmir.
Bank&LembagaKeuanganLainnya,EdisiKeenam
,PTRajaGrafindo
Persada,Jakarta, 2014.
______.
ManajemenPerbankan
,PT.RajaGrafindoPerkasa,Jakarta,2007.
Muhammad, Abdulkadir.
Hukum dan Penelitian
, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004.
Marzuki,
PeterMahmud.
PenelitianHukum
,KencanaPrenadaMedia,
J a k a r t a ,
2010.
____________________
Pengantar Ilmu Hukum
. Kencana. Jakarta, 2008.
Mertokusumo, Sudikno.
MengenalHukum,
Liberty,Yogyakarta, 2003.
Miru, Ahmadi,
Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak
, RajaGrafindo,
Jakarta, 2010.
Mustafa, Sularsi dkk.
KajianPenyaluran KreditPemilikanRumah (KPR)
TerkaitPrinsip Perlindungan Konsumen
, Jakarta, 2016.
Ristanto, Slamet.
Mudah Meraih Dana KPR (Kredit Pemilikan Rumah),
Pustaka
Gratama, Yogyakarta, 2008.
R.Soeroso,
PengantarIlmuHukum
,SinarGrafika,Jakarta, 2006.
Santoso, Urip.
Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah
, KencanaPrenada
Media, Jakarta, 2010.
Shofie, Yusuf.
Perlindungan Konsumen & Instrumen-Instrumen Hukumnya
, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2009.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif: Suatu
TinjauanSingkat
,RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2009.
Sutarno.
Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank
, Alfabeta, Jakarta, 2003.
SutanRemySjahdeini
Perbankan Islam,
Grafiti,Jakarta, 2007.
Taswan,
Akuntansi Perbankan : Transaksi dalam Valuta Rupiah
, edisi revisi,
Penerbit : UPP AMP YKPN, 2003, Yogyakarta.
Veithzal, Rivai, dkk.
Islamic Financial Management: Teori Konsep, dan Aplikasi
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa
, ed 1 cet 1. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Usman, Rachmadi.
Aspek-AspekHukumPerbankandiIndonesia.
PT.Gramedia
PustakaUtama.Jakarta, 2003.
Zulham,
HukumPerlindunganKonsumen
,KencanaPrenadaMediaGroup,Jakarta,
2013.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan atas perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Haka Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
Jurnal/Makalah/Artikel
Setu Santoso,
Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pengikatan Jual
Beli Hak Atas Tanah Dan Bangunan Objek Jaminan Kredit Pemilikan
Rumah di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Ciputat –
Tangerang,
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang
2008.
Harsono, Boedi dan Sudarianto Wiriodarsono, Konsepsi Pemikiran tentang
UUHT, Makalah Seminar Nasional, Bandung, 27 Mei 1996.
Website
http://
propertybusinessacademy
.com/content/home/home_news/35 diunduh pada
tanggal 26 Januari 2017.
Januari 2017.
2017
Ayo KeBankMemiliki RumahSendiri,”
2017
diakses
tanggal 1 Februari 2017.
Wawancara
Hasil wawancara Dela Ponandar, selaku Assisten Vice President PT. Bank
Mandiri (Persero), Tbk Region Sumatera, 02 Maret 2017.
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
C.
Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit
9.
Pengertian kredit dan perjanjian kredit
Istilahkreditberasaldaribahasalatin“credere”yangkesemuanyaberarti kepercayaan(dalambahasaInggris“faith”dan“trust”.Dapatdikatakandalam
hubunganinibahwakreditur (yang memberikredit,lazimnyaBank)dalam hubunganperkreditan dengan debitur(nasabah,penerima kredit) mempunyai kepercayaan,bahwadebiturdalamwaktudandengansyarat-syaratyang telah disetujuibersama,dapatmengembalikan(membayar kembali)kredityang bersangkutan.Dalammasyarakatumumistilahkreditsudahtidakasing lagidan bahkan dapat dikatakan populer, sehingga dalam bahasa sehari-hari sudah dicampurbaurkan begitusaja deneanistilah hutang.23
Menuurt Taswan, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan untuk pembagian hasil keuntungan.24
Sedangkan menurut Veithzal Riva’i, Kredit merupakan penyerahan barang, jasa atau uang dari satu kreditor atas dasar kepercayaan kepada pihak lain atau debitur dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak25
Kredit menurut Pasal 1 buitr 11 Undang-Undang Perbankan, kredit adalah ” penyediaan
23
RachmadiUsman.Aspek-AspekHukumPerbankandiIndonesia.PT.Gramedia PustakaUtama.Jakarta, 2003, hal 236
24
Taswan, Akuntansi Perbankan : Transaksi dalam Valuta Rupiah, edisi revisi, Penerbit : UPP AMP YKPN, 2003, Yogyakarta, hal 163
25
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Pasal 1 angka 5 PBI Bo. 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk”
a. Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;
b. Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; c. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.”
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi kredit disimpulkan bahwa kredit adalah uang yang diberikan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dimana telah terjadi kesepakatan diantara pihak bank dengan pihak peminjam untuk mengembalikan uang itu dalam jangka waktu tertentu lengkap dengan bunganya.
Perjanjian kredit merupakan suatu persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak yang lain yaitu debitur/ nasabah dan tunduk kepada kaidah-kaidah hukum perdata. Pemberian kredit itu adanya berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditor dan pihak lain yang meminjam dana sebagai debitur dalam jangka waktu tertentu yang telah disetujui dan disepakati bersama, dan akan melunasi utangnya tersebut dengan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.26
Perjanjiankreditadalahperjanjianpokok(prinsipil)yang bersifatriil. Sebagaimana perjanjianperjanjianprinsipiil,maka perjanjianjaminanadalah assessornya. Ada atau berakhirnyaperjanjian jaminan bergantungpadaperjanjian pokok.Artiriilialahbahwaperjanjiankreditditentukanolehpenyerahanuang oleh bank kepadanasabah kreditur.
Pengertian perjanjian kredit, dari berbagai jenis perjanjian yang diatur dalam Bab V sampai dengan XVIII Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan tentangperjanjian kreditbank.Bahkan dalamUndang-Undang Perbankan sendiri yakni Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undangNomor7 tahun 1992 tentangPerbankan tidak mengenalistilah perjanjian kredit,tetapiistilah perjanjian kreditditemukan dalam Instruksi PresidiumKabinetnomor15/EK/10Tanggal3Oktober1996Jo.Surat
EdaranBankNegaraIndonesiaunitINo.2/539/UPK/PembTanggal8Oktober1996 yang menginstruksikan kepada masyarakat perbankan bahwa dalammemberikankreditdalambentukapapun,bank-bankwajibmempergunakanakad perjanjian.
27
Lazimnyaperjanjiankreditmencakuphakdankewajibanmasing-masingpihak, termasuk jangkawaktu sertabunga yangditetapkan bersama. Demikianpula denganmasalahsangsiapabila si debitur ingkarjanjiterhadapperjanjianyang telah dibuat bersama.28
26
Ibid, hal 260 27
Hermansyah,HukumPerbankanNasionalIndonesia, EdisiRevisiKencanaPrenada MediaGroup,Jakarta, 2009, hal.71.
28
Perjanjian kredit merupakan salahsatu aspek yang sangat penting yang menjadi dasar didalam suatu pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani antarpihakbankdan krediturmakatidakadapemberian kredit tersebut.Perjanjiankreditmerupakanikatan antarabanksebagaidebiturdengan pihaklainnasabahpeminjam danasebagaikredituryangisinyamenetukandan mengaturhakdan kewajiban keduabelah pihakyangberhubungandengan pemberian atau pinjaman kreditberdasarkan persetujuan ataukesepakatan dalam jangka waktu tertentuyang telah disetujuiatau disepakatibersamaakanmelunasi utangnya tersebutdengansejumlahbunga,imbalan,ataupembagianhasil keuntungan.
Padakesimpulannyaperjanjiankreditmiripdengan perjanjian pinjamuang makasebagiandikuasai dalamKUHPerdata,sebagianlainnyatundukpada peraturanlainyakniUndang-UndangPerbankan.Jadi Perjanjiankreditdapat dikatakanmemilikiidentitassendiritetapidenganmemahamirumusanpengertian
kredityangdidefinisikan oleh Undang-UndangPerbankansendirimaka disimpulkan dasarperjanjian kreditsebagian tetap masihbisamengacu pada ketentuanKUHPerdatababXIII.
10.
Kredit sebagai usaha perbankan
Dalammenjalankanusahanya sebagailembaga keuangan,kegiatanbank sehari-haritidakakanterlepasdaribidang keuangan. Dalammelaksanakan kegiatannyasetiapbankberbedasepertiantarakegiatanbankumumdengan kegiatan bankperkreditanrakyat.Kegiatan bank umumlebih luas dari bank perkreditan rakyat.Artinyaprodukditawarkan olehbank umumlebih lengkap,halini disebabkan bank umummempunyaikebebasan untuk menentukanjenis produk danjasanya.Sedangkanbankperkreditanrakyatmempunyai keterbatasantertentu,sehingga kegiatannyamenjualprodukdanwilayah operasinyalebihsempitdibandingkan denganbank umum.
Kegiatan-kegiatan perbankan yang ada diIndonesia terutama kegiatan bank umumadalah sebagaiberikut:
b. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit seperti kredit investasi, kreditmodalkerja, kreditperdagangan,kreditkonsumtif dan kreditproduktif.
c. Memberikanjasa-jasa banklainnyaantaralainmenerimasetoran-setoran, melayanipembayaran-pembayaran,transfer, inkaso,kliring,safedeposit box,bankcard,banknotes,bankgaransi,bankdraft,letterofcredit,cekwisatadanjasalainnya.29
11.
Perjanjian kredit sebagai perjanjian baku
Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasaInggris,yaitu
standardcontract.Standarkontrakmerupakanperjanjianyangtelahditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak olehsalahsatupihak,terutamapihakekonomikuatterhadapekonomi lemah.
Munir Fuadymengartikan kontrak baku adalah : “suatukontrakyang dibuathanyaolehsalahsatupihakdalamkontrak tersebut,bahkansering kalitersebutsudahtercetak(boilerplace)dalam bentukformulir-formulirtertentuolehsalahsatu pihak,yang dalamhalini ketika kontrak tersebutditandatanganiumumnya para pihak hanya mengisikandata-data informatif tertentusaja dengansedikitatautanpa perubahan-perubahan dalamklausul-klausulnya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebuttidakmempunyaikesempatan atau hanyasedikit kesempatanuntukmenegosiasiataumengubahklausul-klausulyang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanyakontrak baku sangatberatsebelah.Pihakyang kepadanya disodorkankontrakbaku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan berada hanyapada posisi“takeitorleave it”.Dengandemikian,olehhukum diragukanapakah benar-benaradaelemenkata sepakatyang merupakan syarat sahnyakontrak dalam kontrak tersebut.”30
12.
Asas-Asas atau Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Pemberiankreditolehbankkepadanasabahdebiturtentunyamemiliki 29
Kasmir,ManajemenPerbankan,PT.RajaGrafindoPerkasa,Jakarta,2007,hal.20. 30
asasatauprinsip.Layaknyaperjanjianpadaumumnyamakapmberiankredityang dituangkandalam bentukperjanjianpunwajibmengikutiasasdanprinsipkontrak yang baik. Namun selain asas atau prinsip kontrak yang baik pada umumnya, dalam pemberiankreditjugaterdapatprinsip-prinsipyangharusdiperhatikan sesuai dengan fungsi perbankan dan perkreditan. Pada dasarnya ada dua prinsip utama yang menjadi pedoman dalam pemberian kredit, yaitu;31
a. Prinsip kepercayaan
Dalam hal
inidapatdikatakanbahwapemberiankreditolehbankkepada
nasabahdebiturselaludidasarkan padakepercayaan.Bankmempunyai
kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah
debitursesuaidenganperuntukannya,danterutamasekali bank percaya nasabah
debitur yang bersangkutan mampumelunasiutang kreditbeserta bunga dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Prinsip kehati-hatian
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit
kepadanasabahdebiturharusselalu
berpedomandanmenerapkanprinsip
kehati-hatian.Prinsipiniantaralaindiwujudkandalam bentukpenerapan secara
konsisten berdasarkan itikad baikterhadapsemuapersyaratandan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang
bersangkutan.
Berdasarkanpenjelasan
Pasal8Undang-UndangPerbankan,yangmestidinilaiolehbanksebelummemberikankredit adalah
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang
kemudian dikenal dengan sebutan dengan Prinsip 5 C, yaitu:
3231
Hermansyah, Op.Cit, hal 61. 32
a. Penilaian watak (Character)
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahuikejujuranatauitikadbaik calondebituruntukmelunasiatau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutamadidasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan calon (debitur) atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral, kepribadian, dan perilaku calon debitur dalamkehidupan kesehariannya.
b. Penilaian kemampuan (Capacity)
Bankharusmenelititentangkeahliancalon debiturnya dalambidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usahayangakandibiayainyadikelola
oleh orang-orang yang tepat, sehinggacalondebiturnyadalam jangkawaktutertentumampumelunasi atau mengembalikan pinjamannya. Kalau kemampuan
bisnisnya kecil, tentutidaklayakdiberikankreditdalam skalabesar.Demikianjugajika
trendbisnisnyamenurun,makakreditjuga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebutdipastikan akan semakin membaik.
c. Penilaian modal (Capital)
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruhmengenaimasalaludan yang akan datang, sehingga dapat diketahuikemampuanpermodalancalondebiturdalam menunjang pembiayaan proyeek atau usaha calon debitur yang bersangkutan. Dalam praktek selamainibankjarang sekali memberikankredituntukmembiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai dengan kredit bank. Jadibankfungsinyaadalahhanyamenyediakan tambahan modal, biasanya lebih sedikit dari pokoknya.
d. Penilaian agunan (Collateral)
wajibmenyediakanjaminanberupa agunanyangberkualitastinggidan mudah dicairkan yang nilainya minimalsebesarjumlahkredityang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunantambahandenganmaksudjikacalon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.
e. Penilaian prospek usaha (Condition of Economy)
Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar begeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon debitur yang akan dibiayai bank dapat diketahui.
SelainPrinsip5Ctersebut,dalampemberiankreditkepadanasabahdebitur,bank juga menerapkan prinsip lain, yaitu Prinsip 5 P, yaitu:33
a. Parapihak (party)
Parapihakmerupakantitiksentralyangdiperhatikandalam setiap pemberiankredit.Untukitupihakpemberi kredit harus memperoleh suatu
“kepercayaan”terhadapparapihak,dalam halinidebitur.Bagaimana karakternya, kemampuannya, dan sebagainya.
b. Tujuan (Purpose)
Tujuan dari pemberian kredit juga sangatpentingdiketahuiolehpihak kreditur.Harusdilihatapakahkredit akandigunakanuntukhal-halyang positif yang benar-benardapatmenaikkanincomeperusahaan.Danharus jugadiawasiagarkredittersebut benar-benardiperuntukkanuntuktujuan seperti diperjanjikan dalamperjanjian kredit.
c. Pembayaran (Payment)
Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yangakandiluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, debitur punya sumberpendapatan, dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali
33
kreditnya.
d. Perolehan laba (Profitability)
Unsurperolehanlabaolehdebitur tidakkurangpulapentingnyadalam suatu pemberian kredit. Untuk itu kreditur harus mengantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kredit, cashflow, dan sebagainya.
e. Perlindungan (Protection)
Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaandebitur. Untuk itu perlindungan dari kelompok perusahaan,ataujaminandari holding, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting untuk diperhatikan. Terutamauntuk berjaga-jagasekiranya terjadi hal-hal di luar skenario atau di luar prediksi semula
13.
Bentuk dan isi perjanjian kredit bank
Menurut Undang-undangNo.10Tahun1998tentangPerbankantidak dijumpai
pengertian Perjanjian Kredit, istilah perjanjian kredit ditemukan dalamInstruksi
Presidium Kabinet No. 15/EKA/10/1996 jo Surat Edaran Bank Indonesia Unit 1 no.
2/539/UPK/Pemb/1996 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
2/643/UPK/Pemb/1996 tentang Pedoman Kebijaksanaan di Bidang Perkreditan
diinstruksikan, bahwa dalam pemberian kredit bentuk apapun Bank-bank wajib
mempergunakan akad perjanjian kredit. Didalam
PenjelasanPasal8ayat(2)Undang-undangPerbankan, dinyatakan bahwa Pemberian kredit harus dibuat dalam bentuk
perjanjian tertulis.
bank untuk menetapkannya, namun sekurang-kurangnya harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
34a. Memenuhikeabsahandanpersyaratanhukumyang dapatmelindungi kepentingan bank. b. Memuatjumlah,jangkawaktu,tatacarapembayarankembalikreditserta
persyaratan-persyaratankreditlainnya sebagaimana ditetapkandalam keputusan persetujuan kredit dimaksud.
Ketentuan ini terdapat padapenjelasan Pasal 8 Undang-undang Perbankanyang mewajibkankepadaBankpemberikredituntukmembuat perjanjiansecara tertulis.Keharusanperjanjianperbankanharusberbentuk tulisan telah ditetapkan dalam pokok-pokok ketentuan perkreditan oleh BankIndonesia sebagaimana dimaksuddalamPasal8ayat(2) Undang- undangPerbankan. Dasarhukumlainyang mengharuskanperjanjiankreditharus tertulisadalahinstruksiPresidiumKabinetNo.15/EK/IN/10/1996tanggal 10 Oktober 1966. Dalam instruksi tersebut ditegaskan “Dilarang melakukan pemberian kredit tanpaadanyaperjanjian kredit yangjelas antara Bank dengan Debituratau antara Bank Sentral dan Bank-Bank lainnya. Surat Bank Indonesia yang ditujukan kepada segenap Bank DevisaNo. 03/1093/UPK/KPDtanggal 29 Desember1970, khususnya butir4yang berbunyiuntukpemberiankreditharusdibuatsuratperjanjian kredit.35
Setiap membuat perjanjian kredit apakah perjanjian autentik (dibuat Notaris) atauperjanjiankreditdibawahtangan (dibuatpara pihaksendiri),pada umumnyamempunyaikomposisi sebagai berikut:36
a. Judul
Judulyang digunakandidalampraktekperbankanuntuk membuat perjanjian kredit berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, perjanjianmembuka kredit, perjanjianpinjaman, perjanjian pinjam uang.Judulberfungsisebagainamadariperjanjianyangdibuattersebut, setidaknya kita akan
34
RachmadiUsman,Op.Cit, hal.267 35
Sutarno. Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2003, hal 99 36
mengetahui bahwa akta atau surat itu merupakan perjanjian kredit bank.37 b. Komposisi
Komparisiadalahbagiandarisuatuaktayang digunakanuntukmengawali suatubagiandaripembukaanpembuatanakta yang memuatketerangan mengenaiorang ataupihakyang menghadapuntukmenandatanganiaktaitu. Keteranganmengenaiorang ataupihakyang menghadapberarti mengidentifikasi dari pihak atau orang yang terlibat dan mengikatkan diri dalam aktatersebut.
c. Substantif
Sebuah perjanjian perjanjian kredit bank berisikan klausula-klausulayang merupakan ketentuan dan syarat-syarat pemberian kredit, minimal harus memuatmaksimumkredit, bungadandenda,jangkawaktu kredit,cara pembayaran kredit, agunan kredit,opensbaar clause, dan pilihan hukum.38
14.
Hapusnya perjanjian kredit
Dalam KUHPerdata tidak diatur secara khusus tentang berakhirnya kontrak, tetapi yang diatur dalam Bab IV Buku III BW hanya hapusnya perikatan-perikatan. Walaupun demikian, ketentuan tentang hapusnya kontrak karena perikatan tersebut juga merupakan ketentuan tentang hapusnya kontrak perikatan yang dimaksud dalam Bab IV Buku KUHPerdata tersebut adalah perikatan pada umumnya baik itu lahir dari kontrak maupun yang lahir dar perbuatan melanggar hukum39
Berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata hapusnya perikatan, antara lain:40
a.
Pembayaran
Pembayaran yang dimaksud pada bagian ini berbeda dari istilah pembayaran
yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari karena pembayaran dalam
pengertian sehari-hari harus dilakukan dengan menyerahkan uang sedangkan
37
Sutarno,Op.Cit.,hal.107 38
RachmadiUsman, Loc.Cit
39
Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, RajaGrafindo, Jakarta, 2010, hal 87
40
menyerahkan barang selain uang tidak disebut sebagai pembayaran, tetapi
pada bagian ini yang dimaksud dengan pembayaran adalah segala bentuk
pemenuhan prestasi.
b.
Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh debitur,
debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas uangnya dan jika
kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di
pengadilan. Penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan uang atau
barang di pengadilan, membebaskan debitur dan berlaku baginya sebagai
pembayaran asal penawaran itu dilakukan berdasarkan undang-undang dan
apa yang dititipkan itu merupakan atas tanggungjawab debitur.
c.
Pembaharuan utang
Pembaharuan utang pada dasarnya merupakan pengertian objek atau subjek
kontrak lama dengan objek atau subjek kontrak yang baru.
d.
Perjumpaan utang atau kompensasi
Perjumpaan utang atau kompensasi ini terjadi jika antara dua pihak saling
berutang antara satu dan yang lain sehingga apabila utang tersebut
masing-masing diperhitungkan dan sama nilainya, kedua belah pihak akan bebas dari
utangmya. Perjumpaan utang ini terjadi secara hukum walaupun hal itu tidak
diketahui oleh debitur. Perjumpaan ini hanya dapat terjadi jika utang tersebut
berupa uang atau barang habis karena pemakaian yang sama jenisnya serta
dapat ditetapkan dan jatuh tempo.
Apabila kedudukan kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, utang
tersebut hapus demi hukum. Dengan demikian, percampuran utang tersebut
juga dengan sendirinya menghapuskan tanggungjawab penanggung utang.
Namun sebaliknya, apabila percampuran utang terjadi pada penggung utang,
tidak dengan sendirinya menghapuskan utang pokok. Demikian pula
percampuran terhadap salah seorang dari piutang tanggung menanggung
tersebut tidak dengan sendirinya menghapuskan utang kawan-kawan berutang.
f.
Pembebasan utang
Pembebasan utang bagi kreditur tidak dapat dipersangkakan, tetapi harus
dibuktikan karena jangan sampai utang tersebut sudah cukup lama tidak
ditagih, debitur menyangka bahwa terjadi pembebasan utang. Hanya saja
pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara sukarela oleh kreditur. Maka,
hal itu sudah merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya bahkan
terhadap orang lain yang turut berutang secara tanggung menanggung.
g.
Musnahnya barang yang terutang
Jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek perjanjian musnah, tidak ada
dapaty lagi diperdagangkan, atau hilang, hapuslah perikatannya, kecuali kalau
hal tersebut terjadi karena kesalahan debitur atau debitur telah lalai
menyerahkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
h.
Kebatalan dan pembatalan
tertentu dan sebab yang halal. Jadi kalau kontrak itu objeknya tidak jelas atau
bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum atau kesusilaan,
kontrak tersebut batal demi hukum.
i.
Berlakunya syarat batal
Hapusnya perikatan yang diakibatkan oleh berlakunya syarat batal terjadi jika
kontrak yang dibuat oleh para pihak adalah kontrak dengan syarat batal dan
apabila syarat itu terpenuhi, maka kontrak dengan sendirinya batal, yang
berarti mengakibatkan hapusnya kontrak tersebut. Hal ini berbeda dari kontrak
dengan syarat tangguh, karena apabila syarat terpenuhi pada kontrak dengan
syarat tangguh, maka kontraknya bukan batal melainkan tidak lahir.
j.
Kedaluwarsa
dalam Buku IV bersama-sama dengans oal pembuktian.Menurut Pasal 1967
maka segala tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan maupun yang
bersifat perseorangan , hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu 30
tahun,sedangkan siapa yang menunjukan akan adanya daluwarsa itu tidak usah
mempertunjukkan suatu atas hak, lagi pula tak dapat dimajukan terhadapnya
sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk.
15.
Jaminan dalam perjanjian kredit
Jaminan adalah harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna
menjamin kepastian pelunasan hutang jika dikemudian hari debitur tidak melunasi
hutangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari harta
kekayaan yang menjadi jaminan itu.
41a.
Benda yang berwujud dan benda yang tidak berwujud.
Menurut Pasal 1131 KUHPerdata, benda-benda yang dapat dijadikan
jaminan digolongkan dalam beberapa macam yaitu :
b.
Benda yang sudah ada dan benda yang masih akan ada.
c.
Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi.
d.
Benda yang dipakai langsung habis dan benda yang dipakai tidak langsung
habis.
e.
Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan.
41
Penggolongan tersebut harus dijadikan pedoman dalam menempatkan hukum
jaminan, faktor jaminan merupakan faktor yang sangat penting bagi kreditur untuk
mendapatkan kepastian dilunasinya kredit oleh debitur, adapun jaminan yang ideal
diharapkan oleh kreditur, yakni jaminan yang berdaya guna dapat memberikan
kepastian kepada pemberi kredit agar mudah dijual atau diuangkan guna menutup
dan melunasi kredit debitur. Objek jaminan tetap mempunyai nilai yang tinggi dan
untuk itu ada kalanya status, bahwa objek jaminan tetap memberikan hasil yang
baik.
Subyek dalam perjanjian pengikatan jaminan ialah pihak-pihak yang tersangkut
dalam perjanjian pengikatan jaminan yang mencangkup dua pihak yaitu pihak
kreditur sebagai penerima jaminan dan debitur sebagai pemberi jaminan. Pemberi
jaminan bisa debitur sendiri bisa pihak ketiga (bukan debitur) sebagai pemilik
benda jaminan. Pada dasarnya pihak yang memberi jaminan adalah pihak yang
berwenang menjaminkan barang itu yaitu pemilik barang. Orang atau badan hukum
yang tidak memiliki barang atau benda secara sah menurut hukum tidak berwenang
untuk menjaminkan barang atau benda tersebut. Dengan kata lain yang berhak
menjaminkan atas barang atau benda adalah pemilik barang atau benda tersebut.
16.
Wanprestasi dan Ganti Kerugian Dalam Perjanjian
Apabila siberutang (debitur)tidak melakukanapayangdijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan “waprestasi”. Ia alpa atau “lalai”atau ingkar janji. PerkataanwanprestasiberasaldaribahasaBelanda,yangberartiprestasi
buruk.Wanprestasiseorangdebiturdapatberupa 4 ( empat)macam: a. Tidakmelakukan apayangdisanggupiakan dilakukannya;
c. Melakukanapayangdijanjikannya, tetapiterlambat;
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Tidakdipenuhinyakewajibanolehdebiturdisebabkanoleh dua kemungkinan alasan,yaitu42 a. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak
dipenuhikewajibanmaupunkarenakelalaian;
b. Karenakeadaanmemaksa(overmacht),forcemajeure,jadi diluarkemampuan debitur.
Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi, perludiperhatikanapakahdalam perikatanituditentukantenggangwaktu pelaksaanaanpemenuhanprestasi atautidak.Dalam haktenggangwaktu pelaksanaan pemenuhan prestasi “tidak ditentukan”, perlu memperingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasi. Tetapi dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggaplalaidenganlewatnyatenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. Kreditur dapat menuntut debitur yang telahmelakukanwanprestasi hal-halsebagaiberikut:43
a. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur;
b. Kreditur dapat menuntut prestasidisertaigantirugikepada debitur(Pasal1267 KUHPerdata); c. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin kerugian karena keterlambatan
(HR 1 November 1918);
d. Krediturdapatmenuntut pembatalan perjanjian;
e. Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepadadebitur.
Ganti rugiitu berupa pembayaran uang denda. Seorang debitur yang dituduhlalaidandituntuthukumankepadanya, iadapatmelakukanpembelaan terhadap dirinya dari hukuman yang akan diberikan dengan mengajukan beberapaalasan.Pembelaantersebutadatigamacam,yaitu:44
a. Keadaan Memaksa(Overmachtatau Forcemajeur)
Bahwa debitur tidak dapat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan karena adanya hal-hal 42
R. Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta, Intermasa, 2005, hal 40 43
Salim, H.S. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal 99
44
yang tidak terduga,dimanaiatidakdapatberbuatsesuatu terhadap peristiwa yang terjadi di luar dugaan tersebut. Misalnya, bencanaalamyangmenyebabkan musnahnyaobjekyang diperjanjikan.Seiring dengan perkembangannya,keadaan memaksa itu tidak hanya bersifat mutlak tetapi ada juga yangbersifattidakmutlakyaitu debiturmasih dapat melaksanakan perjanjian tetapi dengan pengorbanan yang sangat besar sehingga tidak sepantasnya pihak kreditur menuntutdebituruntukmelaksanakan perjanjian.Misalnya, setelahdiadakannya suatu perjanjian, keluarsuatuPeraturan Pemerintah yang melarang dikeluarkannya suatu jenis barang yang merupakan objek perjanjian, darisuatudaerah dengan ancaman hukuman berat bagisipelanggarsehingga, krediturtidakdapatmenuntutpemenuhan hak pelaksanaan perjanjian.
b. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai (Exceptio non adimpleticontractus).
Debituryangdituduhtelahlalai dandituntutuntuk membayar ganti rugi, dapat mengajukan di depan Hakim bahwa kreditur sendiri juga telah lalai dalam menepati janjinya. Misalnya, sipembelimenuduh sipenjualterlambat menyerahkan barangnya padahal si pembeli sendiri terlambatmembayaruangmuka.Tentang Exceptionon adimpleti contractus ini tidak. diatur di dalam Undang- undang dan merupakan suatu hukum yurispundensi yaitu hukumyangdiciptakanparahakim. c. Pelepasanhak(rechstvenverking).
Alasan terakhir ini merupakan suatu sikap pihak kreditur yang membuat pihak debitur menyimpulkanbahwa kreditur tidak akan lagi menuntut ganti rugi. Misalnya, si pembeli telah membeli suatu barang dan ia mengetahui adanya suatu cacat tersembunyi atau tidak berkualitas bagus,tetapiiatidak menegursipenjualdantetapmemakai barangtersebutsehinggadari sikapnyatersebutiatelahpuas akan barangtersebutmaka, dalamhalinisudahselayaknya tuntutannya tidakditerima olehhakim.
Hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagidebitur yang lalai ada empatmacam, yaitu: a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengansingkatdinamakan gantirugi; b. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;
c. Peralihan risiko;
d. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepanhakim.
teguran itu dapat dikatakanlalai, diberikan petunjuk olehPasal1238 KUHPerdata berbunyi,“Si berutang adalah lalai, bila ia dengan surat perintah atau dengan sebuahakta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri jika ini menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktuyangditentukan”.
Sebagai kesimpulan dapat ditetapkan, bahwa kreditur dapat memilih antaratuntutan-tuntutan sebagaiberikut:
a. Pemenuhan perjanjian;
b. Pemenuhan perjanjian disertaigantirugi; c. Gantirugisaja;
d. Pembatalan perjanjian; e. Pembatalan disertaigantirugi.
D.
Tinjauan Umum Tentang Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
4.
Pengertian dan Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, diarahkan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta menciptakan
suasana kerukunan hidup keluarga dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam
membentuk lingkungan serta persemaian nilai budaya bangsa dan pembinaan watak
anggota keluarga, di mana pembangunan perumahan dan kawasan permukiman,
baik berupa pembangunan perumahan baru maupun pembangunan perumahan di
pedesaan dan perkotaan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
tempat tinggal, baik dalam jumlah maupun kwalitas dalam lingkungan yang sehat
serta kebutuhan akan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman, damai,
tenteram dan sejahtera.
KreditKepemilikanRumah(KPR)tidakadayangbaku,
perbankankepadaparanasabahperoranganyangakanmembeliataumemperbaiki
rumah.
45Adapula yang mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit
konsumsi yang dikenal dengan “
Housing Loan
” yang diberikan untuk konsumen
yang memerlukan papan, digunakan untuk keperluan pribadi, keluarga atau
rumah tangga dan tidak untuk tujuan komersial serta tidak memiliki
pertambahan nilai barang dan jasa di masyarakat.
46a.
KPR subsidi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa KPR kredit jangka
panjang yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada debiturnya untuk
mendirikan atau memiliki rumah diatas sebuah lahan dengan jaminan sertifikat
kepemilikan atas rumah dan lahan itu sendiri.
Secara umum, ada dua jenis KPR yaitu:
Suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat yang mempunyai
penghasilan menengah kebawah, hal ini guna untuk memenuhi kebutuhan
memiliki rumah atau perbaikan rumah yang telah dimiliki sebelumnya.
Adapun bentuk dari subsidi tersebut telah diatur tersendiri oleh pemerintah,
sehingga tidak semua masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan
fasilitas ini.
b.
KPR non subsidi
Suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat tanpa adanya
campur tangan pemerintah. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank itu sendiri,
sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai
dengan kebijakan bank yang bersangkutan
45
Ayo KeBankMemiliki RumahSendiri,” 46
Kredit perumahan atau yang biasa disebut dengan KPR tergolong ke dalam
kredit konsumtif. Berdasarkan segmentasi pasarnya, secara umum produk
kredit perumahan digolongkan menjadi 3 (tiga) antara lain KPR dan KPA
(Kredit Pemilikan Apartemen) di atas 70m², KPR dan KPA di bawah 70m²,
dan fasilitas KPR untuk kepemilikan ruko atau rukan. Proses pemilikan
tempat tinggal/rumah melalui KPR tentunya berkaitan dengan industri di
bidang property, dan saat ini semakin maraknya industri bidang properti
tidak terlepas dari dukungan pembiayaan dari lembaga perbankan dalam
bentuk kredit property.
5.
Ketentuan dan Persyaratan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Ketentuan umumdan syarat-syaratKPR dibawah inimutlakuntukdipenuhioleh pemohon,karena ituapabila pemohontidak menyetujui salah satu syarat maka Bank Negara Indonesia tidak akan bersedia meneruskanprosespemberianKPR. PersyaratandanketentuanpengambilanKPRdisetiapBank hampir sama, yaitu:
a. Warga Negara Indonesia (WNI);
b. Telah berusia 21 Tahun atau telah menikah dan cakap untuk melakukan tindakan hukum;
c. Pada saat kredit lunas usia PemohonKredit tidak melebihi 65 Tahun;
d. Memiliki penghasilan yang menurut perhitungan Bank dapat menjamin kelangsungan pembayaran Kredit;
e. Tidak memiliki Kredit bermasalah;
f. MemberikanNPWPuntukkreditlebihdariRp100.000.000,-atauSPT Pasal 21 Form AI untuk jumlah Kredit lebih dari Rp 50.000.000,- dan kurang dari Rp. 100.000.000,-
6.
Penyelenggaraan Administrasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Penyelenggaraan administrasi KPR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai berikut : Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ 38 /DPNP tanggal 31 Desember 201047
a. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Organisasi KPR
Dalam rangka originasi KPR oleh unit KPR, bank wajib paling kurang memisahkan pelaksanaan lima proses sebagai berikut :
1) Penawaran KPR
Dalam rangka penawaran KPR, Bank wajib menyediakan dokumen penawaran KPR tersendiri yang merupakan dokumen yang disampaikan kepada nasabah dalam rangka penawaran KPR yang paling kurang mencakup informasi sebagai berikut :
a) Persyaratan calon debitur KPR yang paling kurang mencakup persyaratan kewarganegaraan dan persyaratan penghasilan.
b) Persyaratan KPR yang paling kurang mencakup :
(1) Persyaratan agunan KPR, yaitu :
(a)
Hak Tanggungan (HT) atas Tanah dan Bangunan.(b) Akta Jaminan Fidusia terdiri atas :
(i)
Semua tagihan, hak, wewenang dan klaim uang ganti rugi asuransi yang timbul berdasarkan polis asuransi kerugian dan asuransi jiwa debitur.(ii) Tagihan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
timbul karena terdapatnya pemutusan hak debitur atas tanah sebelum jatuh waktu berakhirnya hak tersebut.(2) Persyaratan minimum uang muka KPR sebagai berikut :
(a)
Paling kurang 20% (dua puluh per seratus) dari nilai harga jual tanah dan bangunan.(b) apabila uang muka KPR kurang dari 20% (dua puluh per seratus) dari nilai
harga jual tanah dan bangunan, maka KPR wajib dijamin oleh lembaga penjamin dengan besarnya penjaminan yang ditetapkan berdasarkan rasio antara jumlah maskimum pemberian KPR oleh Bank dibandingkan dengan nilai agunan.(3) Persyaratan asuransi yang mencakup kewajiban untuk :
(a)
Asuransi jiwa untuk masing-masing debitur KPR dengan nilai pertanggungan yang paling kurang sama dengan nilai KPR yang diberikan bank.(b) Asuransi umum yang paling kurang mencakup proteksi terhadap kebakaran
dengan nilai pertanggungan paling kurang sama dengan hasil penilaian bangunan rumah pada saat pemberian KPR.(c)
Asuransi wajib dilengkapi dengan suatu bankers clause untuk kepentingan bank sebagai originator.(4) Biaya KPR yang akan menjadi beban debitur KPR dan rinciannya.
(5) Penalti yang dikenakan untuk pelunasan KPR yang dipercepat (prepayment penalty)
dan pinalti atas keterlambatan debitur dalam pemenuhan kewajibannya.(6) Kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi debitur untuk bisa melakukan
refinancing KPR.(7) Persyaratan dokumen untuk pengajuan permohonan KPR.
c) Porsi pemberian KPR oleh Bank diatur sebagai berikut :(1) Porsi pemberian KPR oleh Bank paling tinggi sebesar 80% (delapan puluh per
seratus) dari harga jual tanah dan bangunan, sehingga angka rasio antara jumlah maksimum KPR yang bisa diberikan bank terhadap nilai agunan (Loan to Value Ratio) paling tinggi adalah 80% (delapan puluh per seratus).tanah dan bangunan yang terendah antara penilaian bank dan penilaian independent appraisal
Sistem perhitungan angsuran KPR dan metode pembayaran angsuran KPR. Kebijakan bunga KPR dan sistem perhitungan bunga KPR yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
a)
Tingkat bunga KPR.b)
Bunga KPR tetap atau bunga KPR yang bisa disesuaikan.c)
Formula perhitungan bunga KPR.d)
Kondisi yang menyebabkan terjadinya penyesuaian bunga KPR. 2) Analisis Permohonan KPRDalam rangka memelihara konsistensi di dalam melakukan analisis permohonan KPR, bank wajib paling kurang membakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Metode dan formula dalam rangka melakukan penilaian atas kemampuan membayar calon debitur.
b) Metode dan formula dalam rangka melakukan penilaian atas agunan. c) Kriteria independent appraisal dalam rangka melakukan penilaian agunan. d) Format Laporan Analisis Permohonan KPR.
3) Pengambilan Keputusan KPR
Guna pengambilan keputusan KPR, bank wajib menetapkan prosedur baku paling kurang dalam rangka :
a) Menyampaikan keputusan secara tertulis tentang penerimaan atau penolakan permohonan KPR calon debitur termasuk alasan apabila dilakukan penolakan.
b) Mengevaluasi hasil pengambilan keputusan kredit dalam rangka memastikan tidak terdapatnya penyimpangan di dalam proses pengambilan keputusan KPR serta menetapkan kebijakan perbaikan yang diperlukan.
c) Menatausahakan dokumen keputusan kredit dari masing-masing pemohon KPR. d) Pelaksanaan akad kredit
Guna pelaksanaan akad kredit, bank wajib menetapkan prosedur baku paling kurang dalam rangka memastikan :
1) Kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan untuk akad kredit.
3) Perjanjian Kredit paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut :
a)
Perjanjian KPR harus memuat :(1) Pernyataan debitur bahwa agunan yang diserahkan kepada bank tidak
sedang dijaminkan kepada pihak lain.(2) Pernyataan debitur untuk tidak menjaminkan kembali agunan yang telah
diserahkan kepada bank.b)
Perjanjian KPR didukung oleh dokumen yang :(1) Memadai dan masih berlaku.
(2) Dapat dilaksanakan berdasarkan hukum Indonesia.
(3) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.c)
Perjanjian KPR memuat klausula yang menentukan bahwa hubungan antara kreditur dan debitur serta pernyataan jaminan antara kreditur awal dan debitur terkait dinyatakan berakhir, dalam hal terdapat pelunasan penuh atas jumlah yang wajib dibayar oleh debitur berdasarkan perjanjian KPR.d)
Perjanjian KPR memuat mekanisme penagihan angsuran KPR dan kemungkinan penggunaan jasa pihak ketiga untuk melaksanakan penagihan angsuran KPR secara kolektif.e)
Perjanjian KPR memuat sistem perhitungan suku bunga KPR, termasuk kemungkinan perubahan suku bunga KPR dan kondisi yang mendasari terjadinya perubahan suku bunga KPR serta waktu pemberlakukan perubahan suku bunga KPR.f)
Perjanjian KPR memuat persetujuan debitur kepada bank yang memungkinan bankuntuk melakukan penjualan putus dalam rangka sekuritisasi atau kemungkinan untuk melakukan Repo terhadap KPR debitur.
h)
Perjanjian KPR memuat persetujuan debitur kepada bank untuk menggunakan data/informasi terkait debitur dan/atau agunan KPR dalam rangka melakukan sekuritisasi KPR.4) Pencairan kredit
Guna pencairan kredit, bank wajib menetapkan prosedur baku sekurang-kurangnya dalam rangka :
a) Memastikan telah dipenuhinya kewajiban calon debitur KPR yaitu paling kurang sebagai berikut:
(1) Menyerahkan dokumen pendukung permohonan KPR yang sah yang antara lain
terdiri dari sertifikat hak atas tanah, Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atau Akta Jual Beli (AJB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan lampirannya, Sertifikat Hak Tanggungan atas tanah dan bangunan yang telah ditanda tangani oleh calon debitur KPR, dan polis asuransi jiwa dan polis asuransi kerugian atas bangunan.(2) Menanda tangani perjanjian-perjanjian yang terkait dengan pengikatan agunan.
(3) Memberikan kuasa kepada Notaris atau PPAT untuk menyerahkan secara langsung
kepada Bank dokumen-dokumen yang terkait dengan agunan seperti sertifikat hak atas tanah dan bangunan, Sertifikat Hak Tanggungan atas tanah dan bangunan dan/atau Sertifikat Fidusia yang disampaikan oleh penjual tanah dan bangunan.
(4) Membuka rekening pada bank sebagai kreditur asal KPR dan memberikan kuasa
pendebetan rekening tersebut kepada bank dalam rangka pembayaran angsuran KPR.
(5) Melunasi biaya KPR.
b) Menatausahakan dokumen pencairan kredit dari masing-masing debitur KPR.
b. Pedoman Penyelenggaraan Service KPR Oleh Bank
Dalam menjalankan fungsi sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR, bank wajib melakukan hal-hal yang paling kurang sebagai berikut :
a) Melayani kebutuhan informasi debitur KPR.
b) Memastikan penyelenggaraan penagihan angsuran KPR yang sesuai dengan kebijakan bank.
c) Memastikan terselesaikannya permasalahan pinjaman KPR dari debitur.
2) Menatausahakan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi. Dalam rangka penatausahaan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan dokumen KPR yang sudah disekuritisasi, bank wajib memiliki prosedur baku paling kurang dalam rangka :
a) Penerimaan,penatausahaan,peminjamandanpenyerahankembali dokumen KPR. b) Pemeliharaan dokumen KPR.
c) Pengamanan dokumen KPR.
3) Mengelola data dan informasi KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi. Dalam rangka pengelolaan data dan informasi KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi, bank wajib paling kurang memiliki sistem informasi untuk :
a) Mendukung pemantauan dan penyusunan laporan rutin kinerja debitur KPR.
b) Menyampaikan informasi kinerja debitur KPR dalam rangka memenuhi kewajiban transparansi kepada investor KPR, bagi bank yang telah melakukan sekuritisasi KPR. 4) Memantau secara periodik kinerja debitur KPR yang menjadi aset bank dan kinerja debitur
KPR yang sudah disekuritisasi. Dalam rangka pemantauan secara periodik kinerja debitur KPR yang menjadi aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi, bank wajib paling kurang : a) Memiliki format baku laporan kinerja debitur KPR yang paling kurang mencakup
informasi tentang pembayaran angsuran KPR, tunggakan KPR, perubahan status debitur KPR, terjadinya pelunasan KPR yang dipercepat (prepayment) dan terjadinya refinancing.
b) Memiliki informasi mengenai kinerja debitur yang bersangkutan atas fasilitas kredit dari Bank selain KPR termasuk kartu kredit.
Dalam rangka mendukung kelancaran penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection), bank wajib paling kurang menyusun sistem dan prosedur operasional mengenai collection baik yang dilakukan oleh unit kerja bank dengan menggunakan tenaga collector yang merupakan pegawai bank maupun dengan menggunakan jasa pihak ketiga termasuk alternatif tindak lanjut penanganan permasalahan collection.
6) Melaksanakan eksekusi agunan. Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan eksekusi agunan, bank wajib paling kurang melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Menetapkan prosedur baku dalam rangka eksekusi agunan.
b) Memastikan proses dan tahapan eksekusi agunan berjalan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c) Menetapkan jangka waktu penyelesaian eksekusi agunan.
c. Pedoman Penyelenggaraan Service KPR Oleh Pihak Ketiga
Dalam menjalankan fungsi sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR, bank dapat menunjuk pihak ketiga untuk dan atas nama bank bertindak sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR terbatas pada :
1) Penyelenggaraan penatausahaan dokumen KPR. Dalam rangka penyelenggaraan penatausahaan dokumen KPR oleh pihak ketiga, bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Terdapatnya kriteria yang paling kurang memperhatikan aspek keamanan dan kerahasiaan dokumen KPR debitur dalam rangka seleksi pihak ketiga yang menjadi mitra bank sebagai penyelenggara penatausahaan dokumen KPR.
b) Terdapatnya perjanjian kerjasama secara tertulis antara bank dengan pihak penyelenggara penatausahaan dokumen KPR yang paling kurang memuat:
(1) Wewenang dan tanggung jawab kedua belah pihak.
(2) Mekanisme penyelesaian permasalahan.
2) Penyelenggaraan penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection) atau penyelenggaraan eksekusi agunan. Dalam rangka penyelenggaraan penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection) atau penyelenggaraan eksekusi agunan oleh pihak ketiga, bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Terdapatnya kriteria dalam rangka seleksi pihak ketiga yang akan menjadi mitra bank sebagai penyelenggara collection atau penyelenggara eksekusi agunan.
b) Terdapatnya pedoman tertulis yang ditetapkan oleh bank sebagai acuan penyelenggaraan collection atau penyelenggaran eksekusi agunan oleh pihak ketiga.
c) Terdapatnya perjanjian kerjasama secara tertulis antara bank dengan pihak penyelenggara collection atau penyelenggara eksekusi agunan yang paling kurang memuat :
d) Wewenang dan tanggung jawab kedua belah pihak. e) Mekanisme penyelesaian permasalahan.
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH AKIBAT
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN
RUMAH DI PT. BANK MANDIRI CABANG MEDAN
A.
Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Baku Kredit Pemilikan Rumah
pada PT. Bank Mandiri Cabang Medan
Bentuk perjanjian KPR berdasarkan perjanjian standard yang isinya telah
ditetapkan oleh pihak kreditur, yang dituangkan dalam konsep perjanjian tertulis
yang disusun tanpa membicarakan isinya kepada debitur, kemudian diformulasikan
dalam bentuk formulir perjanjian dan sejumlah aturan
addendum
atau aturan
tambahan, sehingga yang terjadi adalah kreditur menyodorkan bentuk perjanjian
yang berwujud perihal perjanjian KPR dengan klausul yang telah ditetapkan,
terkecuali mengenai judul perjanjian KPR, komparasi atau identitas, dasar hukum,
dan kedudukan para pihak yang akan mengadakan perjanjian kredit bank. Sebelum
akad kredit ditandatangani, pihak PT. Bank Mandiri Cabang Medan memberikan
kesempatan kepada calon debitur untuk mempelajari seluruh isi perjanjian KPR
yang dibuat dalam bentuk baku selama jangka waktu tertentu. Calon debitur dapat
berkonsultasi dengan ahli hukum atau setidak-tidaknya mempelajari sendiri dan
memperhitungkan konsekuensinya bila ia menandatangani perjanjian itu.
maka dari itu jasa di sini bahwa di dalam perjanjian tersebut di atas, diperlukan
kesepakatan antara mereka tersebut di atas, diperlukan kesepakatan antara mereka
yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal
yang tertentu, suatu sebab yang halal, menurut isi Pasal 1320 KUH Perdata yang
menentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan syarat-syarat di atas. Asas
konsensualisme mengandung arti kemauan para pihak untuk saling berprestasi, ada
kemauan untuk saling mengikatkan diri, kemauan ini menimbulkan kepercayaan
bahwa perjanjian itu dipenuhi. Asas ini berkaitan erat dengan asas kebebasan
berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata dan asas
kekuatan mengikat yang terdapat dalam Pasal 1339 KUH Perdata.mengikat yang
terdapat dalam Pasal 1339 KUH Perdata.
Namun KUHPerdata dapat diterapkan pada perjanjian dengan klausul baku
apabila dikaitkan dengan Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian hanya dilaksanakan dengan itikad baik. Karenanya para pihak tidak
dapat menentukan sekehendak hatinya klausul-klausul yang terdapat dalam
perjanjiian, terutama perjanjian kredit yang ada di perbankan. Klausul-klausul baku
dalam perjanjian kredit tersebut harus didasarkan dan dilaksanakan dengan itikad
baik. Perjanjian yang didasarkan pada itikad buruk misalnya paksaan atau penipuan
mempunyai akibat hukum perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
Kedudukan para pihak dalam Perjanjian KPR PT. Bank Mandiri Cabang
Medan,makasebelumnyaharusdiketahuihubunganhukum antarabankdengan
nasabah. Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,
1. Hubungan hukumantara bank dengan nasabah penyimpan dana; 2. Hubungan hukumantara bank dengan nasabah selaku debitur.
KedudukanparapihakpadaKPRdiaturdalam suatuperjanjian,dandalam perjanjian tersebut diatur hakdankewajibanparapihakselakusubyekperjanjian. Secaraumum hal-halyangwajibdilaksanakanolehnasabahdebiturberdasarkan Perjanjian Baku KPR yang dibuat oleh Bank Mandiri adalah:
1. Membayar cicilan pinjaman KPR dalam jumlah yang telah ditentukan beserta bunga yang telahditetapkan.
2. Menjamin kepada bank bahwa pembayaran cicilan KPR akan terus dibayarkan tepat pada waktunya meskipun nasabah debitur meninggal dunia.
PerjanjianBakuKPR PT. Bank Mandiri Cabang Medan dalam aspekkonsensualmerupakan perjanjian timbal balik. Salah satu pihak memperolehhakdariperjanjianitu,juga
menerimakewajibandarihakyangdiperolehnya.IniberartidalamPerjanjian Baku KPR ini terdapat dua pihak. Bank sebagai pihak yang memberikan kredit cicilan rumah (kreditur) dan pihak kedua adalah nasabah sebagai debitur.
B.
Faktor Penyebab Debitur Tidak Melaksanakan Kewajibannya dan
Tindakan PT. Bank Mandiri Cabang Medan terhadap Debitur Akibat
Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah
debiturdilakukanatasdasar
cost-plus-profit
Barangyangdibutuhkanolehdebiturdan
tambahan biaya atau
mark-up
yang akan menjadi imbalan bagi bank,
dirundingkandanditentukandimukaoleh
bankdandebituryang
bersangkutan.
4848
SutanRemySjahdeiniPerbankan Islam,Grafiti,Jakarta, 2007, hal 64.
Keseluruhanhargabarangdibayarolehdebitur
secara
mencicil.
Pemilikan
(ownership)
dari
asset
tersebut
dialihkankepada
debitursecaraproporsionalsesuaidengancicilan-cicilanyangtelah
dibayar,
dengandemikianbarangyangtelahdibeli
berfungsisebagaiagunan
sampaiseluruhbiayadilunasi.KPRmerupakan transaksiyang sahmenurutketentuan
perjanjian apabilarisiko transaksitersebut menjadi tanggung jawab pemodal sampai
penguasaan atas barang telah dialihkankepada debitur.
Bankharusmenandatanganiduaperjanjianyang terpisahagar transaksi tersebut
sahsecarahukum.
Perjanjianyangsatudilakukandenganpemasok
barangdan
perjanjian yang lain dengan debitur.Bank dalam hal ini telah menandatanganidua
perjanjian,yang
pertama
adalah
PerjanjianKerjasama
antaraBankdenganpihakketigatentangpenyediaan fasilitaspembiayaan
kprantarabankdengan debitur.
Perjanjian KPR yang telah ditandatangani debitur dengan pihak kreditur
telah mempersiapkan terlebih dahulu klausul-klausul dalam perjanjian, tindakan
secara sepihak ini dapat memberikan tanggung jawab yang menjadi beban debitur
lebih berat. umumnya debitur kurang dapat memahami klausul-klausul dalam
perjanjian KPR tersebut. oleh karena itu klausula ini disebut sebagai klausula
Membeli rumah secara tunai jelas berbeda dengan membeli melalui KPR.
Proses pembelian rumah melalui KPR harus melalui proses yang lebih panjang
daripada membeli secara tunai (
cash
). Bukan hanya itu, tak jarang pihak bank
menolak memberikan kredit kepada calon debiturnya. Penolaka
kewenangan bank, masalahnya, bank tidak mau memberikan KPR merupakan hak
PT. Bank Mandiri Cabang Medan. KPR yang disalurkan kepada debitur merupakan
sumber penghasilan bagi bank, sehingga tanpa adanya kredit yang disalurkan
kepada debitur yang membutuhkan modal dalam menjalankan usahanya, bank tidak
akan tidak memperoleh penghasilan. Oleh karena itu bank sangat berkepentingan
dalam menyalurkan kredit kepada debitur sekaligus memastikan uang yang
disalurkan kepada debitur itu aman dan dapat kembalikan kepada bank dengan
skema tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
49
Berdasarkan informasi yang diperoleh alasan PT. Bank Mandiri menolak
pemberian KPR kepada debitur, diantaranya calon debitur yang mengajukan KPR
di
black list
oleh Bank Indonesia, kelengkapan dokumen, batas usia yang telah
ditentukan, pendapatan debitur tidak mencukupi untuk pembayaran kredit, jaminan
yang diberikan calon debitur tidak layak serta reputasi selama perjanjian kredit
dengan bank sangat jelek.
50Faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi debitur pada perjanjian
KPR di PT. Bank Mandiri Cabang Medan, dikarenakan beberapa faktor misalnya
dari sisi debitur berupa masalah operasional usaha, manajemen keuangan debitur,
kecurangan dan/atau ketidakjujuran debitur dalam mengelola kredit serta debitur
49
Hasil wawancara Dela Ponandar, selaku Assisten Vice President PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Region Sumatera, 02 Maret 2017
50
mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Sedangkan faktor yang bersumber
dari kreditur diantaranya faktor intern yaitu adanya itikad tidak baik dari pejabat
bank, adanya kelemahan sejak awal dalam proses pemberian kredit serta adanya
kelemahan pembinaan kredit, sedangkan dari sisi ekstern keditur dan debitur adalah
adanya
force majure
serta adanya perubahan-perubahan eksternal lingkungan
seperti bencana alam.
51Tindakan PT. Bank Mandiri Cabang Medan terhadap debitur akibat
wanprestasi dalam Perjanjian KPR, tindak yang diambil kreditur yaitu memberikan
surat peringatan/surat teguran kepada debitur untuk menanyakan alasan atau sebab
mengapa debitur tidak memenuhi kewajibannya serta mengingatkandebitur untuk
membayar kewajibannya, Apabila atas upaya tersebut dan tidak memperoleh
tanggapan dari pihak debitur, maka pihak kreditur akan mengirimkan surat somatie
sebanyak 3 (tiga) kali kepada debitur guna membicarakan masalah tersebut tidak
dihiraukan maka pihak kreditur akan melakukan proses penyelesaian kredit
bermasalah dengan melaksanakan eksekusi terhadap jaminan dengan cara
penjualan dibawah tangan dan segala biaya baik berupa ganti rugi beserta denda
yang dimaksud yaitu biaya tambahan untuk debitur, karena kreditur
menggunakannya untuk biaya administrasi. Tetapi jika debitur tidak mempunyai
itikad baik untuk mengangsur sisa utang yang dimiliki debitur, maka kreditur
melakukan tindakan eksekusi terhadap debitur tersebut. Dengan prosedur yang
telah ditetapkan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Medan.
5251
Hasil wawancara Dela Ponandar, selaku Assisten Vice President PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Region Sumatera, 02 Maret 2017.
52
Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh jumlah debitur yang mengajukan KPR di PT. Bank Mandiri Cabang Medan pada 2012, sebanyak 115 sedangkan yang diterima pengajuan KPR-nya sebaKPR-nyak 75 memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank Mandiri, dari 75 debitur sebanyak 3 debitur wanpretasi dikarenakan masalah operasional usaha, manajemen keuangan debitur. Pada tahun 2013 yang mengajukan permohonan kredit KPR sebanyak 131 sedangkan yang diterima permohonannya sebanyak 87 debitur, sedangkan wanprestasi 2 debitur disebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada tahun 2014 yang mengajukan permohonan kredit KPR sebanyak 147 debitur, yang diterima permohonan KPR-nya 98 debitur, wanprestasi 3 debitur dikarenakan faktor adanya kelemahan sejak awal dalam proses pemberian kredit. Pada tahun 2015 yang mengajukan permohonan kredit KPR sebanyak 161 debitur, sedangkan permohonan yang diterima sebanyak 111 debitur, wanprestasi 4 debitur disebabkan faktor masalah operasional usaha, manajemen keuangan debitur. Pada tahun 2016 yang mengajukan permohonan kredit KPR sebanyak 173 debitur, sedangkan yang diterima sebanyak 123 debitur, wanprestasi sebanyak 7 debitur, dikarenakan faktor force majure, kesalahan pihak dalam menganalisis kredit, pemutusan hubungan kerja.53
C.
Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri Cabang
Medan Akibat Debitur Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan yang mengajukan permohonan kredit KPR di PT. Bank Mandiri Cabang Medan.
Sebagiamana d iketahui,pembangunandi Indonesia membutuhkandana yangsangatbesardan jumlahnyasenantiasameningkat. Salahsatusumberpendanaanyangsangatpentingberasaldari lembaga perbankanyang kegiatannyaantaralainmenghimpundanadarimasyarakat dalambentukpemberiankredit. Kreditperbankanini disalurkanbaikolehBankPemerintah maupunBankSwastaguna membantumasyarakatyang membutuhkan dana. Bagi masyarakat, kredit perbankan membantu pemenuhan kebutuhandanmenunjangpendanaanberbagaikegiatan ma s y a r ak a t .
Setiap pemberian kredit yang dilakukannya, bank mengharapkan pengembalian yang tepat waktu dan sesuai dengan syarat yangtelahdiperjanjikan bersama dengan debitur. Terkadang, denganberbagaialasan,debiturbelum bisamengembalikan hutangnyapadakreditur. Halini dapatterjadikarenamungkinmemangdebituryang bersangkutanmengalamikerugiandalam menjalankanusahanyaataupun mungkin karena memang debitur yangbersangkutan tidakberitikad baik, dalam arti debitur sejak semula memang, bertujuan untuk melakukan penipuanterhadapkreditur.
Bank sebagaibadanusaha, senantiasamengaharapkankredityang disalurkannya dapatkembalidenganlancardanmenghasilkan keuntungan yang maksimal, akan tetapikreditur juga menyadariadanyarisikotimbulnyakerugian dalampenyalurankredittersebut,diantaranyayaitu apabilakreditnyamacet atau bermasalah. Untuk meminimalisir risiko tersebut, bankselaku kreditur dalam menyalurkan kreditnya memegang erat prinsip kehati-hatian. Salah satu usaha Bankuntukmengamankankreditnyaadalahdenganmemintajaminan
daripihakdebitursebagaipenerimakredit.
Kaitannyadenganjaminan,umumnyabankmeminta jaminandari debiturberupajaminan hak tanggungansepertitanahdan bangunan.Jaminanini dipandangcukupbaikmengingatnilai ekonomistanahdan bangunanrelatif tinggidanstabil.Selainitu,sejakberlakunyaUndang-undang No.4tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas tanah beserta Benda-benda yang berkaitandenganTanah (selanjutnya disebut UUHT) pengaturan mengenai jaminan yang berupa tanah dirasa semakinjelassehinggakepastianhukumdiharapkandapatlebihterjamin.54Dengan demikian cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukumbagilembaga-lembaga kredit, baikdaridalamnegeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian kiranya harus dibarengidenganadanyalembagakreditdenganjumlahbesar, denganjangka waktuyanglamadanbungayangrelatifrendah.55
Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) UUHT disebutkan bahwa sebagai bukti adanya hak tanggungan, Kantor Pertanahan Nasional menerbitkansertipikat hak tanggungan. Hal ini
54
Hasil wawancara dengan Zainal, selaku Customer Loan PT. Bank Mandiri Cabang Medan, tanggal 6 Maret 2017
55
berarti sertipikat hak tanggunganmerupakan bukti adanya hak tanggungan. Oleh karena itu maka sertipikat hak tanggungan dapat membuktikan sesuatuyangpadasaatpembuatannya sudahadaataudengankatalain yang menjadi patokan pokok adalah tanggal pendaftaran atau pencatatannyadalam bukutanahhaktanggungan.56
Syarat agar eksekusi lelang objekHak Tanggungan ini dapat dilakukan apabiladalamAkta Pemberian Hak Tanggungan (selanjutnya disebut APHT)dicantumkan janjisebagaimana dimaksud dalamPasal11Ayat(2)hurufeUUHT, yaitu bahwa “pemegang Hak Tanggungan Pertama mempunyai hak untuk menjual sendiri objek sendiri Hak Tanggungan apabila debiturciderajanji.”Peluang yang diberikan UUHT ini menarik bagi kalangan perbankan karena dengan berlakunya UUHT terbukapeluanguntukmenyelesaikankasus kredit SertipikatHak Tanggunganmemuatirah-irahdengankata-kata "DemiKeadilanBerdasarkan Ketuhanan YangYahaEsa", dengan demikiansertipikathak tanggunganmempunyaikekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukumtetapmelalui tatacaradanmenggunakan lembaga parate eksekusisesuaidenganperaturanHukumAcara Perdata Indonesia.
Adapun mengenai perlindungan hukum bagi kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan adalah adanya ketentuan Pasal 6 UU HT yang mengatur bahwa kreditur dapat menjual lelang harta kekayaan debitur dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasilpenjualantersebutapabiladebiturciderajanji.
Bank selaku kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objekHak Tanggungan atas kekuasaan sendirimelalui pelelanganumum. Eksekusijaminansecara langsungmelalui lelanginimerupakansalahsatu dayatarikUUHT karena prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses eksekusi padaumumnya. EksekusiobjekHakTanggungan yangdilakukan secaralelangini pada dasarnya tidak memerlukan izineksekusi daripengadilan mengingat penjualan yangdilakukan berdasarkan Pasal6UUHTini merupakantindakanpelaksanaanperjanjian.Sehingga apabiladebiturciderajanji,kreditur pemegang HakTanggungan Pertama dapatlangsungmelaksanakaneksekusilelangobjekHakTanggungan.
56
macetdalamwaktuyanglebihcepatdandenganbiayayanglebihmurah.
Demikian puladengan Bank-bank Swasta, masihdijumpai adanya keraguanuntukmemanfaatkanPasal6joPasal11ayat(2)hurufe UUHTyangmenyatakan bahwa“apabiladebiturcidera janji,krediturpemegangHak TanggunganPertamamempunyaihak untuk menjualobjekHakTanggunganatas kekuasaansendirimelaluipelelangan umum”.Halini disebabkankarenamasihadanyapandanganbahwa pelaksanaaneksekusiberdasarkanPasal6 joPasal11 ayat(2)hurufe tetap memerlukanijin/fiateksekusipengadilan.
AdapundalamketentuanPasal20UUHT dikemukakantiga(3)jeniseksekusiHakTanggunganyaitu:
1.
Apabiladebiturciderajanji,makakrediturberdasarkanhakpemegang
Hak
TanggunganPertamadapatmenjualobjekHak
Tanggungan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal
6
UUHT,objekHakTanggungandijualmelaluipelelanganumum;
2.
Apabila debiturcidera janji, berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat
dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2) UUHT dijual melaluipelelanganumum;
3.
AtaskesepakatanpemberidanpemenangHakTanggungan,penjualan
objekHak
Tanggungan dapat
dilaksanakan di bawah tangan
jika
dengandemikianakandiperolehhargatertinggiyangmenguntungkan.
Darihasilpenelitianyangdilakukandi PT.Bank Mandiri Cabang Medandiketahuibahwadalam suatu perjanjiankredit,
yangharusdikenali secaradiniolehbank. Danbank harusselalumemantauakankemampuandanperkembangandebiturnya.Hal ini disebabkankarenaadanyakelemahanbaikdari sisi debitur,sisiintern maupunsisieksterndi PT.BankMandiri Cabang Medandandebituryangmeliputi:57
1.
Sisidebitur
Kelemahandarisisidebiturdapatdisebabkanantaralainoleh:
a.
Masalahoperasionalusaha
b.
Manajemen
c.
Kecurangandan/atauketidakjujurandebiturdalammengelolakredit;
d.
Pemutusanhubungankerja.
2.
Sisiinternalbank
KelemahandarisisiinternBankdapatdisebabkanantaralainoleh:
a.
Itikadtidakbaikataukekurangmampuandaripejabat/pegawaiBank;
b.
Kelemahansejakawaldalamprosespemberiankredit;
c.
Kelemahanpembinaankredit;
3.
Sisieksternbankdandebitur
Kelemahandarisisiekstern krediturdandebiturdapatdisebabkanantaralain oleh:
a.
Forcemajure
;
b.
Perubahan-perubahaneksternallingkungan(
environment
);
Dalampraktekperbankan,selainwansprestasi atasdidasarkanatas kemampuandebiturdalammembayarangsuranataumelunasipinajamannya
sepertiyangtelahdisebutkandi atas,wansprestasijugadidasarkanatas pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yangtelahditetapkan bankyang berkaitandenganadanyapemberiankredit.
Berdasarkan informasi diperoleh bahwa di PT. Bank Mandiri Cabang Medan
57
diketahuiterdapat 28 kreditmacet denganjaminanhaktanggungandari 354perjanjian KPRyangdijamindenganhaktanggunganselamaperiodeDesember2016 atau1(satu)tahunbuku. Penyebabterjadinyakreditmacetadalahkarena debiturtelah gagal untuk membayar utangnya atau menghadapi masalah dalam memenuhi kewajibanyangtelah ditentukanatausudahtidaksanggupmembayarsebagian
ataukeseluruhankewajibannyakepadabanksepertiyangtelahdiperjanjikan. 58
Dengankatalaindebiturtelahmelakukan wanprestasi, yaitutidak dilaksanakanprestasiatau kewajibansebagaimanamestinyayang dibebankan olehkontrakterhadappihak-pihak tertentusepertiyangdimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan.59Oleh sebab itu,dalam memberikan kreditnya bank selakukreditursenantiasamemantauperkembangankredityang diberikannya. Pendekatanpraktisbagibank dalam pengelolaan kreditmacetadalah dengan secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit macet, sehingga makinbanyakpeluangalternatifkoreksibagi bankdalammencegahtimbulnya kerugian sebagai akibat pemberian kredit. B