• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaanan Warna Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Ditambahkan Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaanan Warna Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Ditambahkan Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN WARNA RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANAS SETELAH DITAMBAHKAN SERAT KACA

BENTUK POTONGAN KECIL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FRISCA RHIYANTHY NIM : 070600099

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Kedokteran Gigi

Tahun 2011

Frisca Rhiyanthy

Perbedaanan Warna Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah

Ditambahkan Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil

xiii + 46 halaman

Resin aklik polimerisasi panas memiliki peranan penting sebagai bahan pembuatan basis gigitiruan, bahan pembuat pembuat sendok cetak fisiologis, reparasi, reline dan rebase gigitiruan, basis pesawat ortodonti removable, bahan pembuat

space maintainer, bite plane, jacket crown serta sebagai bahan restorasi. Penting

untuk menjaga stabilitas warna resin akrilik sebab stabilitas warna merupakan salah satu dari sifat basis gigitiruan yang sangat dititikberatkan dalam mencapai nilai estetik yang baik. Penambahan serat kaca pada resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan resin akrilik dan dapat mencegah terjadinya fraktur. Namun penambahan serat kaca diharapkan tidak mengganggu sifat-sifat fisis resin akrilik diantaranya stabiltas warna.

(3)

kelompok kontrol, sampel tersebut kemudian diukur dan dibandingkan hasilnya dengan menggunakan analisa statisti uji-t berpasangan untuk melihat hubungan antar kelompok.

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata absorbansi (serapan cahaya) pada kelompok kontrol (kelompok A) 0,350306 ± 0,0039927 lebih besar daripada nilai absorbansi resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca (kelompok B) 0,232375 ± 0,0013835. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas menurunkan intensitas warnanya. Berdasarkan hasil uji t-berpasangan terlihat bahwa pada α = 0,05 perubahan intensitas warna pada kelompok yang ditambahkan serat kaca berbeda secara signifikan (p < 0,05) dari kelompok kontrol.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas memiliki perbedaaan yang signifikan dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil 1%. Namun secara visual perubahan warna tersebut tidak mempengaruhi nilai estetik resin akrilik karena jumlah serat kaca yang dipakai sangat sedikit.

(4)

PERBEDAAN WARNA RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANAS SETELAH DITAMBAHKAN SERAT KACA

BENTUK POTONGAN KECIL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FRISCA RHIYANTHY NIM : 070600099

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Januari 2011

Pembimbing : Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg. M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg. Ph.D

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg. M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Material dan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. H. Sumadhi, drg. Ph. D dan Rusfian, drg. M. Kes selaku dosen penguji skripsi.

(8)

5. Ayahanda Ermansyam Tanjung, Ibunda Elila Ernawati Siregar, adinda Lola, Moni, Anri, Linda dan Lisa atas segala cinta, kasih, perhatian, semangat, dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Pimpinan dan seluruh karyawan Unit UJI Laboratorium Dental FKG-USU, khususnya abang Hendri Adil Makmur atas ketersediaannya membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

7. Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.; Aulia Sumantri selaku Pengelola Bagian Laboratorium Kimia Farmasi USU atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

8. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes., selaku Pembantu Dekan III FKM, atas bantuannya dalam analisis statistik.

9. Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku instruksi di Unit Uji Laboratorium Mesin Politeknik USU Medan atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

10. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Ilmu Material dan Teknologi yaitu Lisa, Hanny, Richard, Riri, Fahimah, Akila atas dukungannya semoga tetap semangat dan tidak bosan mengerjakan skripsi.

11. Teman-teman terbaik penulis Nurfadillah, Putri, Ayu, Nona, dan seluruh rekan mahasiswa stambuk 2007, yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala kebersamaan yang telah kita lewati.

(9)

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat serta bagi FKG-USU.

Medan, Januari 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik ... 7

2.1.1 Pengertian Resin Akrilik ... 7

2.1.2 Klasifikasi Resin Akrilik ... 8

(11)

2.2.1 Komposisi ... 8

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna ... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 20

(12)

3.4.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel ... 25

3.4.2 Bahan Penelitian ... 25

3.5 Variabel Penelitian ... 26

3.5.1 Variabel Bebas... 26

3.5.2 Variabel Terikat ... 26

3.5.3 Variabel Terkendali ... 26

3.6 Cara Penelitian ... 27

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian ... 27

3.6.1.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 27

3.6.1.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil ... 31

3.6.2 Penyelesaian akhir dan Pemolisan ... 33

3.6.3 Pengukuran Warna... 33

3.7 Definisi Operasional ... 35

3.8 Analisis Data ... . 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 36

BAB 5 PEMBAHASAN... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Saran ... 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus struktur resin akrilik... 7

2. Reaksi polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas... 9

3. Ukuran sampel... 20

4. Timbangan digital... 22

5. Waterbath... 22

6. Press hidrolik... 23

7. Vacum mixer dan vibrator... 23

8. Rotary grinder... 24

9. Motor dan brus polish... 25

10. UV-Visible Spectrophotometer... 25

11. Pengadukan gips dengan menggunakan vacum mixer... 28

12. Adonan gips dituang ke dalam kuvet dan diletakkan di atas vibrator.. 28

13. Wax diletakkan pada gips yang mulai mengeras... 28

14. Kuvet atas diisi dengan gips dan diletakkan di atas vibrator... 28

15. Pengadukan polimer dan monomer sampai mencapai dough-stage... 29

16. Mould yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik... 29

17. Plastik selopan diletakkan antara kuvet atas dan bawah... 29

(14)

menggunakan lecron... 30

20. Kuvet yang telah selesai di-press dan dipasangkan baut... 30

21. Proses kuring resin akrilik... 31

22. Serat kaca bentuk potongan kecil... 32

23. Sampel resin akrilk dirapikan dengan menggunakan fraser... 34

24. Permukaan sampel resin akrilik dihaluskan dengan menggunakan white stone... 34

25. Permukaan sampel resin akrilik dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir waterproof... 34

26. Permukaan sampel resin akrilik dikilatkan dengan menggunakan motor dan brus polish... 34

27. Tampilan visual resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca... 38

(15)

DARTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai absorbansi (serapan cahaya) resin akrilik polimerisasi pa- nas (kelompok A) dan resin akrilik polimerisasi panas yang di- tambahkan serat kaca bentuk potongan kecil (kelompok B)

dengan panjang gelombang cahaya 552 nm... 36 2. Nilai rerata dan simpangan absorbansi resin akrilik polimerisasi

panas dan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan se-

(16)

DARTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Konsep Skripsi 2. Alur Cara Penelitian

(17)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Kedokteran Gigi

Tahun 2011

Frisca Rhiyanthy

Perbedaanan Warna Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah

Ditambahkan Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil

xiii + 46 halaman

Resin aklik polimerisasi panas memiliki peranan penting sebagai bahan pembuatan basis gigitiruan, bahan pembuat pembuat sendok cetak fisiologis, reparasi, reline dan rebase gigitiruan, basis pesawat ortodonti removable, bahan pembuat

space maintainer, bite plane, jacket crown serta sebagai bahan restorasi. Penting

untuk menjaga stabilitas warna resin akrilik sebab stabilitas warna merupakan salah satu dari sifat basis gigitiruan yang sangat dititikberatkan dalam mencapai nilai estetik yang baik. Penambahan serat kaca pada resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan resin akrilik dan dapat mencegah terjadinya fraktur. Namun penambahan serat kaca diharapkan tidak mengganggu sifat-sifat fisis resin akrilik diantaranya stabiltas warna.

(18)

kelompok kontrol, sampel tersebut kemudian diukur dan dibandingkan hasilnya dengan menggunakan analisa statisti uji-t berpasangan untuk melihat hubungan antar kelompok.

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata absorbansi (serapan cahaya) pada kelompok kontrol (kelompok A) 0,350306 ± 0,0039927 lebih besar daripada nilai absorbansi resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca (kelompok B) 0,232375 ± 0,0013835. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas menurunkan intensitas warnanya. Berdasarkan hasil uji t-berpasangan terlihat bahwa pada α = 0,05 perubahan intensitas warna pada kelompok yang ditambahkan serat kaca berbeda secara signifikan (p < 0,05) dari kelompok kontrol.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas memiliki perbedaaan yang signifikan dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil 1%. Namun secara visual perubahan warna tersebut tidak mempengaruhi nilai estetik resin akrilik karena jumlah serat kaca yang dipakai sangat sedikit.

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak mulut yang tidak meliputi gigitiruan.1 Bahan basis gigitiruan yang ideal harus memiliki ciri-ciri fisikal yang sesuai . Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain biokompabilitas, estetik yang baik, radiopak dan mudah diperbaiki. Basis gigitiruan harus cukup kuat agar dapat berfungsi pada beban pengunyahan yang maksimal.2 Saat ini resin akrilik banyak digunakan secara umum untuk konstruksi gigitiruan. Resin akrilik dipilih berdasarkan keberadaannya, kestabilan dimensi, karakteristik penanganan, warna, dan biokompabilitas dengan jaringan lunak mulut.3

Resin akrilik dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik yang sering dipakai adalah resin akrilik polimerisasi panas. Bahan ini dipakai karena memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik yang baik karena sifatnya yang translusen dan stabilitas warna yang cukup baik, mudah dimanipulasi, mudah diperbaiki dan perubahan dimensinya kecil. Kekurangan resin akrilik polimerisasi ini adalah mudah patah bila jatuh.4,5

(20)

akibat kecelakaan.7 Beberapa serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik antara lain serat karbon, serat aramid, serat polietilen dan serat kaca.6,7,8

Serat kaca memiliki beberapa kelebihan dibandingkan berbagai jenis serat penguat lainnya, yaitu serta kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer, biokompabilitas, memiliki kualitas estetis yang baik serta dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanis resin akrilik, serta tidak bersifat sitotoksik.6,8 Uzun, dkk (1999) menyatakan bahwa serat kaca yang ditambahkan pada basis gigitiruan dapat meningkatkan kekuatan impak secara signifikan.9 Berdasarkan bentuknya, serat kaca dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batang, anyaman dan potongan kecil. Serat kaca berbentuk potongan kecil digunakan pada penelitian ini karena pemakaiannya lebih praktis dan lebih tersebar merata pada resin akrilik. Penambahan serat kaca ke dalam resin akrilik diharapkan dapat memperkuat resin akrilik tanpa menurunkan sifat-sifatnya yang lain, salah satunya stabilitas warna resin akrilik.10

(21)

bagian dalam melalui porositas.13 Konsentrasi dan lama paparan bahan stain dalam minuman dapat mempengaruhi pigmentasi resin. Selain itu perubahan warna bisa dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah kebersihan mulut, penyerapan air dan proses polimerisasi yang tidak sempurna.14

Pada tahun 2003, Yu-lin Lai melakukan penelitian stabilitas warna empat jenis material polimer: nilon, silikon, dan dua jenis polymethyl metakrilat yang direndam dalam air, larutan kopi dan teh, hasilnya menunjukkan bahwa pada bahan-bahan tersebut tidak terjadi perubahan-bahan warna. Serta pada tahun 2008, Khronghatai Kortrakulkji telah melakukan penelitian mengenai perubahan warna terhadap tiga jenis basis resin, dan hasilnya juga menunjukkan tidak adanya perubahan warna pada bahan basis gigitiruan setelah direndam dalam larutan polident .11

Penggunaan serat kaca sebagai penguat basis gigitiruan telah banyak diteliti karena bahan ini dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanis resin akrilik serta mencegah terjadinya fraktur pada basis gigitiruan. Penambahan serat kaca pada resin akrilik diharapkan dapat memperkuat resin akrilik tanpa menurunkan sifat-sifat lain, salah satunya stabilitas warna.

(22)

gigitiruan yang dapat mempengaruhi penampilan pemakai gigitiruan. Penambahan serat kaca pada resin akrilik dikhawatirkan dapat menyebabkan perubahan warna, dimana serat kaca mengandung aluminium. Aluminium jika direaksikan dengan merkuri (sebagai zat warna resin akrilik) akan terbentuk aluminium amalgam. Proses ini akan mempengaruhi intensitas warna resin akrilik sehingga menyebabkan perubahan warna pada resin akrilik.15

Berbagai literatur menyatakan bahwa resin akrilik mempunyai stabilitas warna yang baik. Namun, bagaimana bila pada resin akrilik ditambahkan serat kaca. Berbagai literatur juga menyatakan bahwa serat kaca sangat estetis karena sangat translusen.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, ditemui pemasalah yaitu:

Apakah ada pengaruh penambahan serat kaca terhadap warna resin akrilik polimerisasi panas.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca terhadap warna resin akrilik polimerisasi panas.

1.4 Hipotesis Penelitian

(23)

Ada pengaruh penambahan serat kaca terhadap warna resin akrilik polimerisasi panas.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai usaha untuk dapat memperbaiki kelemahan sifat bahan kedokteran gigi.

2. Sebagai usaha untuk dapat menghasilkan bahan basis gigitiruan yang lebih baik.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Resin Akrilik

Pada tahun 1937, resin akrilik terutama poli (metil metakrilat) atau PMMA telah diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan sebelumnya.11 Resin akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip dengan gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.6,11,16

Resin telah luas digunakan sebagai pembuat basis gigitiruan; restorasi gigi (resin komposit); peralatan ortodonsia dan pedodonsia; mahkota dan jembatan (resin akrilik atau resin komposit); protesa maksilofasial, dai lepasan, pelindung mulut untuk atlet; sendok cetak; dan sebagai splin.16,17,18

2.1.1 Pengertian Resin Akrilik

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya.

Gambar 1. Rumus struktur resin akrilik

H CH3

C = C

H C = O

O

(25)

Ada dua kelompok resin akrilik yang menarik bagi kedokteran gigi. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik, CH2=CHCOOH, dan kelompok lain dari asam metakrilik CH2=C(VH3)COOH.2,16

2.1.2 Klasifikasi Resin Akrilik

Resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan perendaman air di dalam waterbath, jenis resin akrilik panas lain menggunakan proses polimerisasi dengan oven gelombang mikro. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata. Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang menggunakan energi gelombang mikro dan panas untuk melakukan proses polimerisasi. Penggunaan energi termal menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses ini akan mengawali polimerisasi.2,16

2.2Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.2.1 Komposisi

(26)

untuk mencegah premature polimerization yang disebabkan cahaya atau radiasi ultraviolet pada saat penyimpanan.2,16,17

Bubuknya mengandung beberapa komposisi yaitu polimetil metakrilat sebagai polimer, benzoil peroksida (0,2-0,5%) sebagai inisiator,1,2,18 merkuri sulfit atau cadmium sulfit sebagai zat pigmen yang tercampur di dalam partikel polimer,1,18 dan dibutil pthalat sebagai plasticizer.18

Cairannya mengandung monomer (metil metakrilat), hydroquinone (0,006 %) sebagai inhibitor atau stabilizer untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan,1,2,7,18 dibutilpthalat sebagai plasticizer,18 dan glikol dimetakrilat (1-2%) sebagai bahan untuk memicu ikatan silang (cross-linking agent).1,2,18

2.2.2 Reaksi Polimerisasi

Proses polimerisasi dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara ringkas reaksinya sebagai berikut:

Bubuk (polimer) + Cairan (monomer) + Panas (eksternal)  Polimer + Panas (reaksi).2,18

2.2.3 Manipulasi

(27)

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding. Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volumenya atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan yang telah dicampur akan melewati 4 tahap, yaitu:2,18

1. Tahap pertama : tahap basah seperti pasir (wet sand stage)

2. Tahap kedua : tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut dalam monomer (sticky stage)

3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mould (dough stage / gel stage)

4. Tahap keempat: tahap kaku, seperti karet (rubbery stage)

Setelah pembuangan malam, adonan dimasukkan ke dalam mould gips. Kuvet ditempatkan, di bawah tekanan, dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath dengan suhu konstan pada 700C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 1000C selama 30 menit.11

(28)

2.2.4 Sifat-Sifat

Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas meliputi:2,5,11,18 1. Pengerutan polimerisasi

Ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli (metil-metakrilat), kepadatan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan menghasilkan pengerutan polimetrik sebesar 21%. Akibatnya, perubahan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.18

2. Perubahan dimensi

Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang diakibatkan oleh penyerapan air.18

3. Konduktivitas termal

Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal yang rendah yaitu 0,0006 (0C/cm).7

4. Solubilitas

(29)

5. Penyerapan air

Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu.4 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigitiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa menyebabkan diskolorasi.2

6. Porositas

Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke mould yang tepat.2

(30)

Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yulin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.11

2.3Penguat

Sebagian besar resin akrilik yang digunakan adalah dalam bentuk yang tidak dimodifikasi. Namun, beberapa tahun belakangan ini produk resin akrilik ini telah dikembangkan untuk memperbaiki kekuatan impak, fatique resistance dan radiopacity. Beberapa pendekatan untuk memperkuat resin akrilik diantaranya

dengan modifikasi secara kimia, penambahan penguat logam dan penambahan serat ke dalam polimetil metakrilat.6

2.3.1 Kimia

Gigitiruan berbasis resin akriik dapat dimodifikasi dengan penggabungan butadiene-styrene rubber dengan metil metakrilat. Modifikasi ini meningkatkan

kekuatan impak sehingga sering disebut resin akrilik high impact. Sebagai hasil dari penggabungan dengan rubber, modifikasi ini juga dapat menurunkan absorpsi air walaupun dalam jumlah yang kecil.19

(31)

2.3.2 Logam

Penggunaan logam untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan telah dilaporkan untuk mempengaruhi daya tahan resin akrilik terhadap fraktur. Beberapa bentuk logam yang dapat ditambahkan antara lain bentuk kawat, batang, lembaran dan pelat. Sifat penguatan oleh logam dipengaruhi oleh ketebalan dan posisinya pada resin.6

2.3.3 Penambahan Serat

Penelitian mengenai pengaruh bahan penguat serat terhadap sifat mekanis polimer telah dilakukan. Penambahan serat telah diakui dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik terutama untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik, namun penggunaannya belum umum di kedokteran gigi.20 Beberapa serat yang dapat ditambahkan ke dalam basis gigitiruan antara lain serat karbon, serat aramid, serat polietilen dan serat kaca.21

2.3.3.1Karbon

Serat karbon dapat meningkatkan kekuatan fatique, kekuatan transversal dan modulus elastisitas polimer sehingga fraktur ulang basis gigitiruan dapat dihindari.10,11 Kelemahan penambahan dengan serat ini adalah sulit dipoles dan memiliki estetis yang buruk karena warnanya yang hitam.6,9,21

2.3.3.2Aramid

(32)

akrilik.10 kekurangan pemakaian serat aramid ini yaitu sulit dipoles dan warnanya kuning sehingga tidak estetis. Serat ini juga menyebabkan permukaan yang kasar sehingga menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan pasien.6,8,9

2.3.3.3Polietilen

Serat polietilen memiliki sifat yang sangat baik untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan resin akrilik karena pemakaiannya dapat memperkuat kekuatan impak serta terjadinya proses adhesi yang baik antara polimer dan serat. Serat ini juga mudah dipolis dan memliki estetis yang baik.10,12

2.3.3.4Kaca

2.3.3.4.1 Pengertian

Serat kaca ditambahkan untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin akrilik resin akrilik. Serat kaca merupakan material yang terbuat dari serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam resin akrilik sehingga memiliki kekuatan yang ikatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.6,20

2.3.3.4.2 Komposisi

Komposisi serat kaca antara lain mengandung 52-56% SiO2, 16-25% CaO, 12-16% Al2O3, 0-5% MgO, 5-10% B2O3, 0-1,5% TiO2, 0-2% Na2O, 0-0,8% Fe2O3, 0-1,0% F2.22

(33)

Serat kaca mempunyai beberapa bentuk yaitu bentuk batang, anyaman, dan potongan kecil.10,11

a. Batang

Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serta kaca continuous unidirectional yang terdiri dari 1000-200000 serabut serat kaca. Diameternya berkisar 3 – 25 μm.23 Vallitu (1996) menyatakan, serat kaca bentuk batang yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan.24

b. Anyaman

Serat kaca bentuk anyaman memiliki ukuran yang bervariasi sehingga sesuai sebagai bahan penguat.9 Serat kaca bentuk anyaman memiliki ketebalan 0,005 mm dan setelah dilebur dalam polimer ketebalannya menjadi 0,006 mm.25 Vallitu (1999) serta Uzun dan Keyf (2001) melakukan penelitian terhadap resin akrilik yang ditambahkan serat kaca bentuk anyaman, mereka menyimpulkan bahwa serat kaca bentuk anyaman yang paling memperkuat resin akrilik swapolimerisasi dibandingkan dengan serat kaca bentuk lain.9

c. Potongan Kecil

(34)

2.4 Warna pada Basis Gigitiruan

Basis gigitiruan memiliki stabilitas warna, dimana stabilitas warna merupakan kemampuan lapisan permukaan atau zat warna untuk menolak degradasi karena kontak lingkungan.12 Stabilitas warna merupakan salah satu sifat bahan restorasi yang sangat penting. Suatu basis gigitiruan idealnya harus memiliki warna yang mendekati warna alami jaringan lunak rongga mulut.2

2.4.1 Alat Pengukur Warna

Alat-alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer, dan photometer.12 Colorimeter adalah alat yang sensitif terhadap cahaya yang digunakan dalam colorimetry untuk mengukur intensitas warna dari suatu benda atau warna sampel dalam kaitannya dengan komponen merah, biru, dan hijau.26 Spectrophotometer terdiri dari 2 jenis pencahayaan yaitu UV spectrophotometer dan

IR spectrophotometer yang mana UV spectrophotometer menggunakan cahaya ultra violet dan IR spectrophotometer menggunakan cahaya infrared.27 Pada penelitian ini digunakan alat UV-Visible Spectrophotometer.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna

Menurut Crispin dan Caputo, perubahan warna dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:28

(35)

b. Kemampuan penyerapan (permeabilitas) cairan pada bahan. Proses absorpsi dan adsorpsi cairan tergantung pada keadaan lingkungannya.

c. Akibat reaksi kimia di dalam bahan itu sendiri dan berbagai teknik pengolahan yang mengakibatkan terjadinya porositas pada permukaannya sehingga memudahkan penumpukan kotoran.

d. Lingkungan sekitar tempat gigitiruan di dalam mulut yang kurang baik. Kebiasaan makan dan minum sesuatu yang banyak mengandung zat warna dan minuman tersebut.

Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel, mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi. Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi melalui proses difusi juga akan semakin banyak.27 Lama kontak antara bahan resin dan zat berwarna mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama bahan resin direndam maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.12,27

(36)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental laboratoris

3.2 Sampel dan Besar Sampel

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil berbentuk persegi dengan ukuran 20 x 10 x 1,5 mm3. 29

Gambar 3. Ukuran sampel

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut:30

(t-1)(r-1) ≥ 15 Keterangan :

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

Dalam rumus ini akan digunakan t = 2 karena menggunakan 2 kelompok perlakuan, maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai berikut :

(37)

(t-1)(r-1) ≥ 15 (2-1)(r-1) ≥ 15 r ≥ 16 Maka N =16 sampel (untuk setiap kelompok)

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel :

1. Laboratorium Ilmu Material dan Teknologi FKG USU 2. Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU

3. Laboratorium Metalurgi Politeknik Negeri Medan

3.3.2 Tempat Pengujian Sampel :

Laboratorium Kimia Farmasi USU

3.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2010 sampai Desember 2010.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

3.4.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Menghasilkan Sampel

(38)

c. Timbangan digital (CE CY-ES 200, China)

Gambar 4. Timbangan digital

d. Waterbath (Schutzart DIN 40050-IP, Germany)

(39)

e. Pres Hidrolik (OL 57 Manfredy, Italy)

Gambar 6. Press hidrolik f. . Vacum mixer (CE Whip mix,Kentucky, USA) g. Vibrator (Sead F.lli Manfredi 10060-SAN, Pinepolo)

Gambar 7. Vacum mixer (kiri) dan vibrator (kanan) h. Straight Handpiece (Strong, Korea)

(40)

j. Lekron k. Pinset l. Tisu

m. Mata bur white stone n. Rotary grinder (Metaserv)

Gambar 8. Rotary grinder o. Mesin dan brus polish (F.lli Manfredy, Italy)

(41)

3.4.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel

Alat UV-Visible Spectrophotometer (Shimadzu, UV mini 1240)

Gambar 10. UV-Visible Spectrophotometer pada penelitian ini.

3.4.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England)

2. Serat kaca bentuk potongan kecil (Taiwan glass tipe EM 300, Taiwan) 3. Malam (Anchor)

4. Gips keras (Moldano, China) 6. Vaselin

7. Plastik Selopan (QC 20, England)

(42)

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas :

Bahan basis gigitiruan:

1. Resin akrilik polimerisasi panas.

2. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil.

3.5.2 Variabel Terikat :

Warna resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil.

3.5.3 Variabel Terkendali :

1. Ukuran sampel

2. P/W ratio polimer dan monomer resin akrilik polimerisasi panas 3. Jenis resin akrilik polimerisasi panas

4. Jenis serat kaca bentuk potongan kecil 5. Jenis gips keras

6. Perbandingan gips keras dan air 7. Waktu pengadukan gips

8. Suhu dan waktu kuring 9. Tekanan pengepresan 10. Teknik pemolesan

(43)

13. Ukuran xylene

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian

3.6.1.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

1. Pembuatan Mould

a. Pembuatan sampel wax sebagai model induk dengan ukuran 20 x 10 x 1,5 mm3 sebanyak 16 buah.29

b. Membuat adonan gips keras, perbandingan gips keras dengan air untuk kuvet bawah adalah 300 gram : 90 ml.11

c. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik, kemudian dengan vacum mixer sampai tercampur homogen selama 30 detik.

d. Adonan dimasukkan ke dalam kuvet yang telah disiapkan di atas vibrator. e. Wax diletakkan pada adonan gips keras yang akan mulai mengeras yang ada di dalam kuvet.

f. Diamkan sampai gips keras mengeras.

g. Permukaan gips keras diolesi vaselin dan kuvet atas diisi dengan adonan gips keras.

h. Setelah gips keras mengeras, pembuangan wax dilakukan dengan cara memanaskan kuvet sehingga wax meleleh, kemudian kuvet dibuka dan wax yang masih tertinggal dibuang dengan cara pengecoran dengan air panas.

(44)

2. Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas pada Mould

a. Polimer dan monomer diaduk dalam pot porselen dengan perbandingan 9 gr : 3,6 ml sehingga adonan mencapai dough-stage.10

b. Mould yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik. c. Plastik selopan diletakkan antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan pres hidrolik.

Gambar 13. Wax diletakkan pada gips yang mulai me-ngeras

Gambar 12. Adonan gips dituang ke dalam kuvet dan di-letakkan di atas vibrator Gambar 11. Pengadukan gips dengan

menggunakan vacum mixer

(45)

d. Kuvet dibuka kembali dan kelebihan akrilik dipotong dengan menggunakan lecron, kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan pengepresan, pemberian tekanan dilanjutkan sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat satu sama lain lalu baut dipasang.

Gambar 15. Pengadukan poli-mer dan monopoli-mer sampai mencapai dough-stage

Gambar 16. Mould yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik

(46)

Gambar 18. Pengepresan kuvet dengan press hidrolik

Gambar 19. Kuvet dibuka kembali dan kelebihan akrilik dipotong dengan meng-gunakan lecron

(47)

3. Kuring

Kuring unit diisi dengan air, suhu dan waktu diatur pada fase I 700C selama 90 menit dan fase II 1000C selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari alat kuring dan dibiarkan dingin pada suhu kamar.11

Gambar 21. Proses kuring resin akrilik.

3.6.1.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Ditambahkan Serta Kaca

Bentuk Potongan Kecil

1. Pembuatan Mould

a. Pembuatan sampel wax sebagai model induk dengan ukuran 20 x 10 x 1,5 mm3 sebanyak 16 buah.29

b. Membuat adonan gips keras, perbandingan gips keras dengan air untuk kuvet bawah adalah 300 gram : 90 ml.11

c. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik , kemudian dengan vacum mixer sampai tercampur homogen selama 30 detik.

(48)

e. Wax diletakkan pada adonan gips keras yang akan mulai mengeras yang ada di dalam kuvet

f. Diamkan sampai gips keras mengeras selama 30 menit.

g. Permukaan gips keras diolesi vaselin dan kuvet atas diisi dengan adonan gips keras.

h. Setelah gips keras mengeras, pembuangan wax dibuang dengan cara memanaskan kuvet sehingga wax meleleh, kemudian kuvet dibuka dan wax yang masih tertinggal dibuang dengan cara pengecoran dengan air panas.

i. Setelah kering olesi dengan cold mould seal.

2. Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas pada Mould

a. Serat kaca dipotong dengan ukuran kira-kira 3 mm dan ditimbang sebanyak 0,13 gr.10

Gambar 22. Serat kaca bentuk potongan kecil.

(49)

di dalam monomer sebanyak 2 ml selama 1 menit, kemudian diaduk perlahan-lahan sehingga adonan mencapai dough-stage.10

c. Setelah adonan mencapai fase dough kemudian adonan dimasukkan ke dalam mould yang berada pada kuvet bawah.

d. Plastik selopan diletakkan antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan pres hidrolik.

e. Kuvet dibuka kembali dan kelebihan akrilik dipotong dengan menggunakan lecron, kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan pengepresan, pemberian tekanan dilanjutkan sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat satu sama lain lalu baut dipasang.

3. Kuring

Kuring unit diisi dengan air, suhu dan waktu diatur pada fase I 700C selama 90 menit dan fase II 1000C selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari alat kuring dan dibiarkan dingin pada suhu kamar.11

3.6.2 Penyelesaian Akhir dan Pemolisan

1. Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur fraser.

2. Permukaan sampel dihaluskan dengan menggunakan bur white-stone, dilanjutkan dengan menggunakan kertas pasir waterproof dibawah air hingga dihasilkan permukaan yang benar-benar rata dan halus.

(50)

4. Setelah itu, semua sampel dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran.

3.6.3 Pengukuran Warna

Pengukuran warna adalah :

1. Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat UV-Visible Spectrophotometer (Shimadzu, UV mini 1240).

Gambar 23. Sampel resin akrilik dirapikan dengan meng-gunakan fraser

Gambar 24. Permukaan sampel resin akrilik dihaluskan dengan menggunakan white stone

Gambar 25. Permukaan sampel resin akrilik dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir waterproof

(51)

2. Sampel digerus, dilarutkan ke dalam pelarut xylene dengan perbandingan sampel : pelarut yaitu 0,6 gr : 20 ml selanjutnya diletakkan pada alat pengukur untuk mengukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 552 nm.

3. UV-Visible Spectrofotometer akan membaca nilai absorbansi resin akrilik dan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca potongan kecil.

3.7 Definisi Operasional

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang terdiri atas polimer dan monomer yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk suatu bahan padat yang kaku.

2. Serat kaca potongan kecil merupakan material yang terbuat dari serabut yang sangat halus dari kaca yang dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam resin akrilik sehingga memiliki kekuatan ikatan yang baik dengan resin akrilik.

3. Intensitas warna adalah kadar pigmen yang dikandung oleh sampel resin akrilik polimerisasi panas. Semakin besar nilai absorbansi yang dapat dibaca oleh spektrofotometer uv-visible maka makin tinggi intensitas warnanya.

3.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil pengukuran absorbansi warna pada seluruh sampel dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Pengukuran absorbansi dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil. Intensitas warna basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas (kelompok A) menunjukkan nilai terbesar 0,3550 dan nilai terkecil 0,3438, sedangkan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil (kelompok B) nilai terbesar 0,2336 dan nilai terkecil 0,2290. (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai Absorbansi Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Kelompok A) dan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Ditambahkan Serat Kaca

Bentuk Potongan Kecil (Kelompok B) dengan Panjang Gelombang 552

nm

No. Nilai Absorbansi Kelompok A Nilai Absorbansi Kelompok B

(53)

12 0,3452 0,2335

Dari hasil uji-t berpasangan diperoleh nilai rerata, simpangan baku dan derajat signifikan absorbansi pada resin akrilik polimerisasi panas (Tabel 2). Nilai rerata dan simpangan baku untuk kelompok A adalah 0,350306 ± 0,0039927 dan untuk kelompok B adalah 0,232375 ± 0,0013835. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kelompok B mempunyai absorbansi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok A dan dari hasil uji-t berpasangan terlihat bahwa P=0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan warna resin akrilik polimerisasi panas dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil.

Tabel 2 : Nilai Rerata dan Simpangan Absorbansi Resin Akrilik Polimerisasi

Panas (Kelompok A) dan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang

Ditambahkan Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil (Kelompok B).

(54)

Tampilan visual resin akrilik yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil 1% terlihat lebih pudar dibandingkan dengan resin akrilik tanpa serat kaca. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan intensitas warna yang disebabkan oleh serat kaca terhadap warna resin akrilik. Namun perubahan ini tidak mempengaruhi nilai estetis dari resin akrilik.

Gambar 27.Tampilan visual resin akrilik polimeri- sasi panas (kiri) dan resin akrilik poli- merisasi panas yang ditambahkan serat kaca 1%

Penambahan serat kaca pada resin akrilik juga akan mempengaruhi penyerapan air pada resin akrilik. Penambahan serat kaca pada resin akrilik dapat mengurangi kuantitas air yang dapat diserap oleh polimer. Hal tersebut dikaitkan dengan porositas resin akrilik. Penambahan serat kaca pada resin akrilik dapat menurukan porositas dari resin akrilik polimerisasi panas.35

(55)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan serat kaca dengan kuantitas 1%, karena menurut beberapa hasil penelitian, apabila menggunakan serat kaca bentuk potongan kecil sebanyak 1% akan menghasilkan kekuatan resin akrilik yang paling maksimal dibandingkan dengan menggunakan kuantitas yang lebih besar dari 1% sehingga perlu dipelajari pengaruhnya terhadap warna.32,33

Pengukuran intensitas warna pada resin akrilik yang dilakukan pada penelitian ini dinyatakan dalam nilai absorbansi dengan panjang gelombang 552 nm. Semakin besar nilai absorbansi, menunjukkan nilai intensitas warna resin akrilik yang semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil nilai absorbansi, maka semakin kecil nilai intensitas warna resin akrilik. Penggunaan panjang gelombang ini didasarkan pada rentang panjang gelombang warna merah 490-560 nm.34 Dimana setelah dilakukan pengukuran panjang gelombang resin akrilik yang dilarutkan di dalam pelarut xylene, didapat panjang gelombang 552 nm.

Pada pengukuran intensitas warna resin akrilik dan resin akrilki polimerisasi panas dengan menggunakan alat UV-Visible Spectrophotometer (Shimadzu, UV mini 1240) diperoleh data nilai absorbansi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1. Pada

(56)

bahwa kelompok B memiliki nilai absorbansi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok A. Lebih kecilnya nilai absorbansi pada sampel resin akrilik yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil 1% disebabkan oleh adanya reaksi yang terjadi antara merkuri sulfite (sebagai pigmen warna pada resin akrilik) dengan Al2O3 (sebagai salah satu komposisi serat kaca). Reaksi antara merkuri dan aluminium ini akan membentuk aluminium amalgam sehingga akan mempengaruhi intensitas warna resin akrilik polimerisasi panas. Hal ini menunjukkan adanya perubahan warna pada sampel resin akrilik yang ditambahkan serat kaca.

Perubahan intensitas warna yang terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil 1% tidak tampak secara visual. Hal ini disebabkan kandungan serat kaca hanya 1% yang ditambahkan pada resin akrilik polimerisasi panas, sedangkan di dalam serat kaca hanya mengandung 12-16% Al2O3. Jumlah unsur Al yang terkandung di dalam pembuatan sampel ini sangat sedikit sehingga hanya sedikit Al yang dapat mengikat merkuri hingga hanya sedikit perubahan warna yang terjadi, hal inilah yang menyebabkan nilai estetis resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil tidak berubah.

(57)

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2008), penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan perubahan warna resin akrilik polimerisasi dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil 3% yang direndam di dalam infusa daun sirih. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penambahan serat kaca 3% lebih meningkatkan perubahan warna resin akrilik polimerisasi panas. Peningkatan perubahan warna tersebut dipengaruhi tingkat perlekatan antara serat kaca dengan polymer matrix. Semakin tidak homogen pencampuran resin akrilik dengan serat kaca, semakin tinggi tingkat porositasnya, semakin tinggi pula absorpsi akibat adanya rongga-rongga poreus tersebut.35 Ketidakhomogenan tersebut disebabkan serat kaca tidak terlebih dahulu direndam di dalam monomer sebelum dicampur dengan resin akrilik sehingga matriks polimer tidak menyatu dengan baik dengan serat kaca sehingga porositasnya lebih tinggi.34 Mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difus. Masuknya cairan ke dalam resin akrilik melalui proses difusi diikuti oleh penyerapan substansi lain dari cairan tersebut seperti zat warna. Zat warna ini bersifat akumulatif terutama pada daerah yang terdapat porositas dan pada ruang-ruang kosong diantara matriks polimer. Akumulasi zat tersebut yang menyebabkan perubahan fisik dari resin yaitu perubahan warna.2,27

(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian eksperimental laboratoris yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata absorbansi pada resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,350306±0,0039927 dimana nilainya lebih besar dibandingkan dengan absorbansi resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil, yaitu sebesar 0,232375±0,0013835. Hal ini menunjukkan intensitas warna resin akrilik tanpa serat kaca lebih tinggi daripada resin akrilik yang ditambahkan serat kaca bentuk potongan kecil.

2. Ada perbedaan warna yang signifikan antara resin akrilik polimerisaasi panas dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca.

6.2 Saran

1. Diperluka n penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap warnanya dengan menggunakan alat pengukur yang berbeda.

(59)

DAFTAR RUJUKAN

1. Combe EC. Notes on dental materials. 5thed., Manchester : Longmann Group Limited, 1986 : 255-67.

2. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. Alih bahasa. Johan Arief Budiman dan Susi Purwoko. Edisi ke-10, Jakarta : EGC, 2004 : 197-223.

3. Meng TR, Latta MA. Physical properties of four acrylic denture base resins. Journal of contemporary dental practice. 2005 ; 6(4).

4. David ME. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorheksidin. Maj ked gigi, 2005 ; 38(1) :

36-40.

5. Negrutiu M, Sinescu C, Romanu M, dkk. Thermoplastic resins for flexible framework removable partial denture. Department of Protheses Technology and

Dental Material, 2005; 295-9.

6. Jagger, DHA. Complete dentures problems solving. London : British Dental Association, 1999 : 9.

7. Ferracane JL. Materials in dentistry: prinsiples and application. 2nded. Philadelphia : Lippinchott Williams & Walkins, 2001 : 262-5.

8. Nakamura, dkk. Reinforcement of denture base resin with short-rod glass fibre. Denta materials journal. 2007 ; 26(5) : 733-738.

9. Uzun, G. Hersek, N. Tincer, T. Effect of five woven fiber reinforcements on the impact and transverse strength of a denture base resin. J Prosthet Dent 1999; 81 :

(60)

10. Lee SI, Kim CW, Kim YS. Effect of chopped glass fiber on the strength of heat-cured PMMA resin. J Korean Acad Prosthodont 2001 ; 39(6) : 590-591, 596.

11. Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength of denture base materials. Thesis. Thailand: University of Mohidol, 2008: 1-73.

12. Faltermeier A, Rosentritt M, Reicheneder C, Behr M. Discolouration of orthodontic adhhesives caused by food dyes and ultarviolet light. Eur J orthodont

2008; 30:89-93.

13. Celik C, Yuzugullu B, Erkut S, Yamanel K. Effect of mouth rinses on color stability of resin composites. Eur J dent 2008; 2: 247-53.

14. Joseph RM. Comparison of efficacy of sodium hypochlorite with sodium perborate in the removal of stain from heat cured clear acrylic resin. J. Indian

Prosthodont Soc 2009; 9(1): 6-12.

15. Svehla, G. Vogel's Textbook of Macro and semimicro qualitative inorganic analysis. Alih bahasa: Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka. 5thed., Jakarta : Kalman Media Pustaka, 1990 : 216.

16. Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nded. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P), 1998: 98-137.

17. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental material: properties and manipulation. 7thed. India: Mosby, 2000:264.

18. Mahalistiyani, R. Ratnawita, DF. Pengaruh bahan penguat serat gelas terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2006 ;

(61)

19. Febriani, M. Pengaruh penambahan serat pada basis gigitiruan resin akrilik (studi pustaka). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 2003; 1(2) :

129-130.

20. Hyer MW. Stress analysis of fiber-reinforces composite materials. Singapore: McGraw Hill Book Co, 1998: 19.

21. Obukuro M, Takahashi Y, Shimizu H. Effect of diameter of glass fibre on flexural properties of fiber-reinforced composites. Dent Mater J 2008 ; 27(4) :

541-8.

22. Rengga, WDP. Perilaku korosi glass fiber-reinforced unsaturated polyester resin jenis isophthalic dalam larutan basa. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia, 2003:

15.

23. Vallitu PK. Flexural properties of acrylic resin polymers reinforced with unidirectional and woven glass. J Prosthet Dent 1999 ; 81 : 318-26.

24. Wise Geek.What is colorimeter. <http://www.wisegeek.com/what-is-a-colorimeter.htm>

25. Wikipedia.Spectrophotometry

. (available at 28 Agustus 2010).

.<http://en.wikpedia.org/wiki/Spectrophotometry>

26. Muetia R. Pengaruh lama perendaman dalam perasan daun jinten terhadap perubahan warna resin akrilik. Skripsi fakultas kedokteran gigi Universitas

Airlangga, Surabaya. 2006: 5-35. (available at29 Agustus 2010).

27. Aprilia, Rochyani L, Rahardiarto E. Pengaruh minuman kopi terhadap perubahan warna pada resin komposit. Indonesian journal of dentistry. 2007; 14(3):

(62)

28.Guler AU, Guler E, Yucel AC, Ertas E. Effects of polishing procedures on color

stability of composite resins. J. Appl. Oral Sci. 2009; 17(2).

29. Hersek N, dkk. Color stability of denture base acrylic resins in three food colorant. J Prost Dent 1999; 81(4): 375-9.

30. Hanafiah IKA. Rancangan percobaan teori & aplikasi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2003; 9.

31. Stipho HD. Repair of acrylic resin denture base reinforced with glass fiber. J Prosthet Dent 1998; 80: 549.

32. Stipho HD, Effect of glass fiber reinforcement on some mechanical properties of autopolimerizing polymethyl metacrylate. J Prosthet Dent 1998; 78: 580-4.

33. Gandjar IG. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008: 265. 34. Miettinen VP, Narva KK, Valittu Pk. Water sorption, solubility and effect of

post-curing of glass fibre reinforced polymer. Biomaterials 1999; 20: 1187.

35. Dewi IK. Perubahan warna resin akrilik heat cured dengan penambahan glass fiber setelah direndam dalam infusa daun sirih (penelitian laboratorik). Skripsi

(63)

Kerangka Konsep Skripsi:

PERUBAHAN WARNA RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS YANG DITAMBAHKAN SERAT KACA BENTUK ANYAMAN SETELAH DIRENDAM DI DALAM LARUTAN KOPI

Akrilik Resin

Pengertian Self Curing Acrylic Resin Klasifikasi

Light Curing Acrylic

Hot Curing Acrylic Resin

Tanpa penguat

Potongan kecil Anyaman

(64)

Alur Cara Penelitian:

Plat dari wax dengan ukuran 20 x 10 x 1,5 mm3

Penanaman dalam kuvet Terbentuk mold sebagai tempat

pengisian resin akrilik

Polimer dicampur dengan monomer dengan perbandingan 2,5 gr : 1 ml sampai mencapai dough stage

Pengisian resin akrilik pada mould

Pengepresan kuvet dengan hidrolik press

Proses kuring di waterbath pada suhu 700C selama 90 menit kemudian temperatur dinaikkan menjadi 1000C selama 30 menit

Penyelesaian akhir dan pemolesan

Eksperimental sampel penelitian Serat kaca dipotong dengan ukuran 3 mm,

kemudian direndam dalam monomer  dicampur ke dalam campuran polimer dan monomer dengan perbandingan 2,5 gr : 1ml sampai mencapai dough stage

Resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca Resin akrilik polimerisasi panas dengan serat kaca

Pengukuran stabilitas warna

HASIL

(65)

T-Test

.1179313 .0044719 .0011180 .1155483 .1203142 105.485 15 .000 Nilai A bsorbansi

Kelompok A - Nilai Absorbans i Kelompok B Pair

1

Gambar

Gambar
Gambar 1. Rumus struktur resin akrilik
Gambar 2. Reaksi polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas
Gambar 5. Waterbath
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dari bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas direndam dalam Aquadest dan minuman soda (coca cola) selama 1 hari, 2 hari, 3 hari pada suhu 37°C..

Untuk mengetahui perbedaan compressive strength ( kekuatan tekan) antara resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca potongan kecil 1% dengan metode berbeda

Maka dapat disimpulkan terdapat perubahan warna yang signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan

Serat kaca sangat estetis dan dapat beradhesi dengan matriks polimer resin akrilik sehingga memiliki kekuatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat

Maka dapat disimpulkan terdapat perubahan warna yang signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan

Apakah ada perubahan warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan dengan siklus yang berbeda (5,

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek perubahan warna resin akrilik polimerisasi panas yang direndam di dalam bahan pembersih gigitiruan

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM