PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
Oleh
Raden Rahmat Sairi
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Ratu, Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 05 Juni 1987, anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Samsuri dan Ibu Almah Dewi.
Jenjang pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Daya Murni, diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2007.
vi
Munas BEM SI 2010, serta tergabung di lembaga training TRUSTCO dan PROF. Penulis berkesempatan mengikuti pelatihan dan seminar tingkat nasional dan daerah diantaranya; Universitas Jambi (UNJA), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Kesbangpol Provinsi Lampung. Penulis juga mulai tahun 2008 menjadi staf pengajar privat Siklus dan tim bimbel proton solusion, tim surve pengembangan daerah Bandar Lampung serta menjadi pembicara dalam pelatihan-pelatihan dan training baik motivasi maupun pengembangan diri tingkat mahasiswa dan pelajar se-Lampung.
MOTTO:
”
...Alloh akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...
”
(Q.S. Al-Mujadilah : 11)
”
Barang siapa yang menginginkan hal-hal yang berhubungan dengan dunia
wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan
berba-hagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang
menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya.
”
(HR. Bukhari dan Muslim)
”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang
-orang yang belajar,
atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu....
”
(HR. Baehaqi)
”
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
”
(Q.S. Muhammad : 7)
”
Take and Give
”
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus dan mendalam kepada:
☻ Ayah dan Mamah tercinta, dengan ketulusan doa, senyum, dan usaha keras serta kasih sayang yang tak pernah putus, senantiasa memberikan semangat optimis untuk mewujudkan impian dan cita-cita demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.
☻ Ayukku tersayang dan keponanakan tercinta, Gusti dan Gusti Tuan, Fitri, Titah dan Minak, Jusi, Uni dan Mulia, semuanya yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan doa-doa terbaik serta menantikan keberhasilan penulis.
☻ Adikku tersayang dan keponakan tercinta, Ana dan Hendra, Angga, Yanto dan Elly, Vino, Juli dan Suroso, Rahma, semuanya yang selalu memberikan
semangat dan doa-doa terbaik serta menantikan keberhasilan penulis.
☻ Para pendidik yang kuhormati, yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
☻ Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu ada dan berbagi untukku.
☻ Keluarga besar pendidikan fisika angkatan 2007.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih, karunia, dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen dengan Demonstrasi Menggunakan Multimedia Interaktif” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di
Universitas Lampung.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan Pembimbing Akademik sekaligus selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
xii
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembahas atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
7. Ibu Dra. Hj. Iswani selaku Kepala SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
8. Ibu Suharti Ningsih, S.Pd. selaku guru mitra dan murid-murid kelas XI IPA 1, XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung atas bantuan dan
kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
9. Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. 10.Teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Fisika angkatan 2007
non-Reguler (Anwar, Ana, Arif S, Arif H, Arum, Bayu, Eci, Cahyo, Dedo, Deo, Dian, Dwi, Duwi, Eda, Iza, Eka, Eko, Endang, Eria, Erla, Esti, Feryco, Istika, Ika, Jupri, Yogi, lina, Netty, Nela, Nopi, Nizom, Risna, Riski, Rianto, Ruslan, Rena, Rogandi, Syafri, Nani, Yuni, Susanti, Masda, Yudi,Yuli, dan Yevi). Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti.
11.Kakak tingkat 2006 dan 2005 serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.
12.Teman-teman PPL di SMK Negeri 2 Bandar Lampung (Jufri, Masda, Esti, Fitri, Bili, Indri, Puji, Lidya, Rima, Ribut, Sri). Terima kasih untuk
xiii
13.Keluarga besar Pak Gedek (M. Yusuf Baginda, SE) yang selama kuliah penulis di izinkan tinggal bersama dan dibantu dalam segi apapun.
Terimakasih atas semuanya, mudah-mudahan semua dibalas oleh Allah SWT dengan yang lebih baik.
14.Tarbiyah yang telah mendidikku dan ukhuwah yang telah mendewasakanku,
Jazakumulloh Khairan Katsir. Semoga Alloh SWT meridhoi pertemuan ini dan semoga kita kembali bertemu di jannah-Nya. Aamiin.
15.Para Spirit Booster (para ustadz, para murobbi, para penulis buku dan trainer
motivasi) yang selalu menginduksikan semangat untuk menjadi yang lebih baik. Semoga dengan saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. 16.Teman-teman UKMF FPPI 2007/2009, HIMASAKTA 2007/2008, BEM
FKIP, BRIGDA dan IMAKIPSI 2008/2010, BEM U KBM UNILA, KMB, BEM SI 2010/2011, tim PROF training, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas yang kita lakukan dengan kebaikan dan menjadikan kita sebagai generasi penerus yang selalu berkarya. 17.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala keikhlasan, amal, dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Aamiin.
Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-langkah Metode Eksperimen Menurut Sagala ... 15
2. Langkah-langkah Metode Demonstrasi Menurut Sagala ... 18
3. Kerja Uji Bartlett ... 38
4. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Ditinjau dari Metode Belajar ... 42
5. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Kognitif ... 43
6. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kognitif ... 44
7. Hasil Uji Independent Sample t-test ... 45
8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ... 143
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
Oleh
Raden Rahmat Sairi
Ketidakberhasilan siswa dalam menguasai ilmu fisika khususnya materi momentum dan impuls kemungkinan disebabkan karena pengetahuan yang dibentuk siswa hanya berasal dari pengetahuan guru yang dipindahkan ke siswa. Sehingga diperlukan sebuah metode yang mampu mengatasi permasalahan di atas, mengingat karakteristik materi fisika ada yang bersifat abstrak. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode eksperimen, dimana metode ini merupakan salah satu metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui metode yang menghasilkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara penerapan metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif. Hasil belajar diukur melalui nilai rata-rata posttest. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi Eksperimental Design dengan tipe Non-Eqivalent posttest-pretest design. Teknik analisis data dan uji hipotesis menggunakan uji
Independent Sample T Test.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara siswa yang menggunakan metode eksperimen dengan metode demonstrasi. Hasil belajar yang menggunakan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode demonstrasi.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di
sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Dengan demikian, yang diutamakan bukanlah apa yang harus diketahui oleh siswa tetapi bagaimana proses mengetahuinya dan proses untuk menggali serta mendapatkan pengetahuan yang diinginkan. Masih rendahnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran fisika.
SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta favorit di Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika, belum tercapainya hasil belajar fisika siswa yang memuaskan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung kemungkinan disebabkan karena hal-hal berikut: (1) Metode diskusi informasi masih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa; (2) Siswa kurang diikutsertakan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar; (3) Kurang dioptimalkannya penggunaan media
2
(4) Aktivitas siswa seperti oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan dan mendebat pernyataan masih belum muncul selama proses KBM; (5) Guru belum sepenuhnya memperhatikan kemampuan verbal siswa sehingga metode yang digunakan kadang tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa; (6) Guru belum memperhatikan pentingnya sikap ilmiah siswa sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa; (7) Penilaian guru hanya menekankan pada ranah kognitif siswa saja padahal penilaian seharusnya bersifat integratif karena dalam proses pembelajaran dipadukan secara utuh ketiga ranah, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik; (8) Salah satu materi pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa adalah materi pembelajaran momentum dan impuls.
3
Materi ajar fisika ditinjau dari karakteristik ada yang bersifat konkret ataupun yang bersifat abstrak. Karenanya, untuk menyampaikan materi bahan ajar fisika yang bersifat abstrak, tentu saja diperlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan yang konkret. Dengan harapan bahwa, diketahuinya karakteristik materi bahan ajar yang akan disampaikan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menentukan pendekatan, metode dan sarana bantu (media, atau alat peraga) pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan. Hal ini, bertujuan untuk
mempermudah dalam mengkomunikasikan materi fisika tersebut. Namun demikian, sebagian guru masih belum sepenuhnya memperhatikan sifat dan karakteristik materi fisika dalam menentukan pendekatan, metode dan sarana bantu pembelajaran yang relevan.
Ada beberapa materi bahan ajar fisika yang disampaikan di kelas XI IPA antara lain: Kinematika Gerak, hukum Newton tentang gravitasi, hukum Hooke dan elastisitas, osilasi (getaran), usaha dan energi, hukum kelestarian energi mekanik, momentum dan impuls. Materi momentum dan impuls mencakup pengertian momentum, pengertian impuls, hukum kekekalan momentum, tumbukan, serta aplikasi impuls dan momentum. Karakteristik materi momentum dan impuls adalah salah satu materi fisika yang bersifat abstrak. Kendatipun konsep momentum dan impuls banyak dijumpai dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya tumbukan. Namun demikian pada materi ini siswa masih banyak yang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, hal ini diduga diantaranya terjadi karena istilah
4
kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk membelajarkan konsep momentum dan impuls harus divisualisasikan dengan sarana bantu (komputer dan video animasi/ multimedia interaktif), dalam hal ini, diperlukan multimedia interaktif yang berkaitan dengan materi tersebut. Tujuannya adalah agar mempermudah mengomunikasikan dan membangun konsep tentang materi tersebut. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai tentunya dapat lebih bermakna dan siswa mempunyai tujuan yang nyata dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat konklusi bahwa untuk
membelajarkan fisika sesuai dengan hakikat fisika yang sesungguhnya yang meliputi proses, produk, dan sikap. Maka diperlukan pendekatan
pembelajaran yang tepat, inovatif, dan kreatif. Pendekatan pembelajaran yang tepat harus mampu membelajarkan siswa bagaimana cara memperoleh pengetahuan, bukan hanya menerima pengetahuan.
5
peer tutoring (tutor sebaya), dll. Meskipun telah banyak metode pembelajaran fisika yang berorientasi pada kinerja siswa, namun metode ini belum banyak digunakan oleh para guru untuk membelajarkan IPA, khususnya fisika. Adapun metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah eksperimen dan demonstrasi, karena sesuai dengan karakteristik pelajaran IPA khususnya fisika yang meliputi proses, produk dan sikap ilmiah. Metode eksperimen adalah suatu teknik pembelajaran yang menekankan pada
keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalami proses dan membuktikan sendiri hasil percobaan. Sedangkan metode demonstrasi adalah suatu teknik penyajian pembelajaran dimana seorang guru/ kelompok siswa
memperagakan kepada seluruh siswa sesuatu proses sehingga siswa dapat mengamati dan merasakan proses tersebut. Dan selanjutnya untuk
memperkuat pemahaman konsep dari materi yang di demonstrasikan maka hasil demonstrasi tersebut diulas kembali melalui diskusi. Dengan eksperimen dan demonstrasi, siswa dapat mengamati, mengukur dan menganalisis secara langsung.
6
didalamnya. Dari fenomena tersebut, peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan siswa yang melakukan demonstrasi di depan
teman-temannya dan selanjutnya diadakan diskusi untuk memantapkan pemahaman konsep materi yang didemonstrasikan. Jadi baik eksperimen maupun demonstrasi, siswa tetap menjadi pusat pembelajaran dengan bimbingan guru. Pendekatan dan metode pembelajaran fisika yang telah dijelaskan sebelumnya perlu lebih terfokus pada pemberian pengalaman belajar langsung kepada siswa. Guru sebagai fasilitator pembelajaran perlu menekankan pembelajaran bermakna bagi siswa. Jika penerapan pendekatan serta metode dalam pembelajaran fisika kurang tepat maka hal ini akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar fisika siswa, serta pembelajaran fisika menjadi tidak bermakna. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan serta metode dalam pembelajaran fisika menjadi sesuatu yang sangat penting manakala tolak ukur keberhasilan pembelajaran tersebut kurang dapat
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal yang menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Baik hasil belajar kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman siswa, hasil belajar afektif yang berkenaan dengan sikap dan kecakapan hidup seseorang, serta hasil belajar psikomotor yang erat kaitannya dengan skill atau
keterampilan seseorang. Ketiganya merupakan satu kesatuan hasil belajar yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya.
7
momentum dan impuls. Harapannya dengan menerapkan kedua metode menggunakan multimedia interaktif untuk membelajarkan konsep materi yang bersifat abstrak dan ilmiah serta akan dapat berpengaruh secara positif terhadap optimalnya pencapaian hasil belajar fisika siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
Manakah yang lebih tinggi hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui:
Metode yang menghasilkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara penerapan metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1. Memberikan alternatif pembelajaran fisika yang melibatkan peran aktif siswa.
2. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.
8
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif. Hasil belajar tersebut berbentuk pengetahuan.
2. Metode eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen yang bersifat eksperimen laboratorium virtual. Hal ini sesuai dengan karakteristik materi momentum dan impuls yang bersifat abstrak yang dalam proses pembelajarannya membutuhkan media untuk
memvisualisasikan konsep materi yang akan disampaikan. Siswa mengontrol sendiri pelaksanaan eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat-alat berbasis komputer.
3. Metode demonstrasi adalah suatu teknik penyajian pelajaran dimana guru/kelompok siswa memperagakan kepada seluruh siswa sesuatu proses sehingga siswa dapat mengamati dan merasakan proses tersebut.
4. Multimedia interaktif merupakan perpaduan interaksi antara berbagai media berupa teks, gambar, grafik, suara, animasi, video, yang dikemas menjadi file digital untuk menyampaikan pesan kepada siswa.
5. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
II. KERANGKA TEORETIS
A. Landasan Teori
1. Contextual Teaching and Learning Untuk Pembelajaran Efektif
Menurut Sagala (2011: 87), komponen-komponen utama pembelajaran yang efektif, yakni:
a) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, sempit dan tidak dengan tiba-tiba.
10 pada dunia nyata sehingga pada akhirnya diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna.
b) Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis; (2) Mengecek pemahaman siswa; (3) Membangkitkan respon pada siswa; (4)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
c) Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah: (1) Observasi (observation); (2) Bertanya (questioning); (3) Mengajukan dugaan (hipotesis); (4) Pengumpulan data (data gathering); (5) Penyimpulan (conclusion).
d) Masyarakat belajar (learning community)
11 e) Pemodelan (modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pendekatan kontekstual guru bukan satu satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya.
f) Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit sehingga semakin berkembang. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi itu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
g) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
12 perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Karakteristik Authentic Assessment adalah: (1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) Yang diukur keterampilan dan performansi bukan hanya mengingat fakta; (4) Berkesinambungan; (5) Terintegrasi; (6) Dapat digunakan sebagai feed back.
Jadi, dengan pendekatan kontekstual para siswa akan lebih bermakna dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pendekatan ini membantu guru
menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen menurut Djamarah dan Zain (1996), adalah “Cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan pecobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 79) metode eksparimen diartikan sebagai ”Salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru”.
13 mengalami proses dan membuktikan sendiri hasil percobaan. Metode ini
merupakan suatu metode mengajar yang termasuk paling sesuai untuk pelajaran IPA.
Menurut Sagala (2011), ada lima komponen utama dalam pembelajaran metode eksperimen, yakni:
a. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen
Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk: Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang diperoleh melalui pengamatan pada proses eksperimen; Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan; Melatih peserta didik mengunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Kelebihan dari metode eksperimen yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah: Membuat peserta didik percaya pada kebenaran dan kesimpulan
14 Di samping memiliki kelebihan ternyata metode eksperimen juga memiliki
kekurangan. Kekurangan tersebut adalah: Memerlukan peralatan, bahan, dan sarana eksperimen yang mencukupi bagi setiap siswa atau kelompok siswa. Jika hal ini tidak terpenuhi akan mengurangi kesempatan siswa untuk dapat
bereksperimen; Dapat menghambat laju pembelajaran apabila dalam pelaksanaannya ternyata ada eksperimen yang memerlukan waktu lama; Kekurang pengalaman guru maupun peserta didik dalam melaksanakan
eksperimen, akan menimbulkan kesulitan tersendiri pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar; Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan
mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta, atau data) yang salah atau menyimpang.
c. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen
Ada beberapa prosedur/ langkah yang harus dilakukan pada pemakaian metode eksperimen agar mendapatkan hasil yang optimal. Langkah-langkah tersebut seperti dalam tabel 2.1
d. Pelaksanaan Eksperimen
15 Tabel 2.1 Langkah-langkah Metode Eksperimen
Tahap
pembelajaran
Tahap Eksperimen Menjelaskan tujuan Eksperiment
· Memotivasi siswa dengan Pertanyaan
Inti Pelaksanaan Eksperimen · Menyediakan alat-alat serta bahan yang akan
digunakan, mengisi LKS dengan data-data
· Menganalisis data-data hasil kegiatan Eksperimen Penutup Memberikan kesempatan
kepada
siswa menyimpulkan hasil
Kegiatan pemantapan
e. Tindak Lanjut Eksperimen.
Adapun tindak lanjut eksperimen yang dilakukan meliputi: Meminta siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru; Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen; Memeriksa dan
mengumpulkan kembali segala peralatan yang digunakan dan membersihkannya terlebih dahulu apabila kotor.
Dari beberapa penjelasan di atas, metode eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen yang bersifat eksperimen
16
3. Metode Demonstrasi
Metode ini banyak digunakan dalam menyajikan pembelajaran IPA. Metode ini menghindarkan siswa dari kemampuan yang bersifat verbal, sebab siswa dihadapkan pada fakta yang nyata. Menurut Djamarah dan Zain (1996: 45) metode demonstrasi adalah ”cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai penjelasan
lisan”. Sementara menurut menurut Poedjiadi (2002: 51) “Apabila alat dan bahan yang dimiliki suatu sekolah tidak mencukupi, seorang guru dapat memberikan pengalaman kepada para siswa dengan observasi dan interaksi aktif melalui
demonstrasi”.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah suatu teknik penyajian pelajaran dimana guru/ kelompok siswa memperagakan kepada seluruh siswa sesuatu proses sehingga siswa dapat mengamati dan
merasakan proses tersebut. Metode demonstrasi digunakan dengan pertimbangan sekolah tidak memiliki alat dalam jumlah yang memadai untuk menggunakan metode eksperimen.
Menurut Sagala (2011), ada tiga komponen utama dalam pembelajaran metode demonstrasi, yakni:
a. Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi
17 atau alat; (4) Bila siswa melakukan sendiri demonstrasi, maka ia dapat mengerti juga penggunaan suatu alat.
b. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Keunggulan dari metode demonstrasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah: (1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme; (2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; (3) Proses pengajaran menjadi lebih menarik; (4) Siswa
dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Disamping memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki kekurangan, antara lain: (1) Metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif; (2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik; (3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam mata pelajaran lain.
c. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi
18 Tabel 2.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Tahap
Pembelajaran
Tahap Demonstrasi Keterangan
Awal
· Pembukaan
· Menyajikan pengetahuan prasyarat/ rasional
· Menjelaskan tujuan demonstrasi
· Menggali pengetahuan awal siswa, berupa kemampuan ·Memberi kesempatan siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol
· Penyajian, penjelasan konsep · Kegiatan/ latihan siswa untuk
merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan, yang didapat dari demonstrasi dan pengalaman
kesituasi yang lebih kompleks
Kegiatan pemantapan tugas rumah, proyek, dll
4. Multimedia Interaktif
Multimedia interaktif adalah alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video (Robin dan Linda dalam Niken, 2010: 11) sedangkan berdasarkan Wahono dalam Niken (2010: 11) bahwa multimedia interaktif merupakan perpaduan antara teks, grafik, suara, animasi dan video untuk menyampaikan pesan pada publik. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat
19 Multimedia memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan
memungkinkan siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran karena teknologi multimedia mampu menghadirkan kemunikasi yang iteraktif. Siswa yang
menggunakan multimedia dapat mempelajari pengetahuan yang ada di dalam multimedia sesuai dengan minat, bakat, keperluan, pengetahuan dan emosinya.
Elemen dasar multimedia yang biasa digunakan dalam pengembangan media pembelajaran diantaranya: (1) grafik yaitu lambang-lambang, titik-titik dan simbol serta garis yang menghubungkan variabel satu dengan lainnya. Media grafis diantaranya: sketsa, diagram bagan, poster dan kartun; (2) teks merupakan sejenis data yang paling mudah dan memerlukan sedikit jumlah ruang ingatan; (3)
animasi merupan tampilan gambar-gambar yang berurutan dalam bentuk pergerakan. Animasi juga merupakan suatu proses menjadikan suatu objek agar kelihatan hidup atau memberi gambar bergerak kepada sesuatu yang pada dasarnya statis; (4) bunyi berfungsi sebagai pemberi penjelasan terhadap kesalahan atau masalah, menghasilkan ketertarikan kepada pengguna melalui musik, dan menarik perhatian melalui berbagai jenis bunyi.
Melalui multimedia baik siswa, guru, maupun masyarakat dapat memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas. Multimedia juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap orang. Sifat multimedia dalam mendistribusikan pendidikan yang berkualitas memiliki standar operasional diantaranya: memiliki standardisasi kurikulum, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, yang menjadikan pendidikan lebih berkualitas. Multimedia dalam sistem pendidikan saat ini menjadi teknologi alternatif untuk menyampaikan pembelajaran.multimedia membuka akses terhadap pendidikan oleh semua kalangan masyarakat. Dengan karakteristik tersebut, multimedia dapat menjadi solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, khususnya relavansi dan pemerataan kualitas pendidikan.
20 menjadi lebih inovatif dan interaktif; (2) mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa; (3) mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran; (4) mampu memvisualisasikan materi yang abstrak; (5) media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel; (6) membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar; (7) menampilkan obyek yang terlalu besar ke dalam kelas; (8) menampilkan obyek yang tidak dilihat secara langsung. Sedangkan kekurangan dari multimedia adalah: (1) biaya relatif mahal pada tahap awal; (2) kemapuan SDM dalam penggunaan multimedia masih perlu ditingkatkan; (3) belum memadainya perhatian dari pemerintah; (4) belum memadainya infrastruktur untuk daerah tertentu.
5. Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika
Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya terjadi di setiap ranah, yaitu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Munaf, (2001: 67) mengklasifikasikan perubahan tersebut meliputi 3 wawasan, yaitu:
1. Ranah Kognitif, meliputi kemampuan intelektual siswa 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan minat
3. Ranah Psikomotorik, meliputi kemampuan untuk bertindak dan keterampilan fisik.
Hasil belajar yang dicapai siswa harus dapat diukur, yang digambarkan dengan angka atau nilai yang diperoleh dari hasil tes belajar. Tes hasil belajar dibuat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan materi. Dari hasil penilaian tersebut maka guru dapat memperbaiki dan menyusun kembali program pembelajaran lebih lanjut.
21 melakukan kegiatan pembelajaran, dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Sukardi (2008: 2) hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Hal ini berarti hasil belajar
diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Dimyati dalam Dewi (2010: 14)
Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau symbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3)
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sukardi (2008: 75) membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
22 Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.
Disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes. Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2005: 19)
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
23 Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melalui proses belajar, berupa skor yang diperoleh siswa dari tes formatif pokok bahasan materi yang telah dijelaskan atau diajarkan oleh guru. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut Sudjana (2004: 22)
Hasilbelajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat berasal dari dalam diri (faktor internal) siswa dan faktor dari luar diri (eksternal) siswa. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, seorang siswa harus dapat mengedalikan faktor-faktor tersebut dengan baik.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut berbentuk pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.
B. Kerangka Berpikir
24 secara langsung dalam melakukan pengamatan, mengumpulkan fakta, informasi atau data, menemukan sendiri pengetahuan atau konsep sehingga pemahamannya lebih mendalam, dapat mengembangkan tujuh ketrampilan CTL lebih banyak. Konsep yang sudah diperoleh dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajarnnya menjadi pembelajaran yang lebih bermakna sesuai dengan teori belajar Ausebel dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi.
Diduga bahwa kedua metode sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar siswa namun metode eksperimen dapat memberikan pengaruh lebih baik pada prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi.
Pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dilakukan kegiatan percobaan/ praktikum/ peragaan dengan
menggunakan multimedia interaktif oleh kelompok siswa. Pendidikan pada suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran di kelas. Sedangkan proses pembelajaran di kelas selalu berhubungan dengan pemilihan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode dan media
pembelajaran yang akan diguanakan harus sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkanakan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.
Diduga bahwa ada interaksi antara pendekatan, metode pembelajaran
25 dengan pendekatan kontekstual melalui metode eksperimen dan demonstrasi
menggunakan multimedia interaktif terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan momentum dan impuls.
Pemilihan pendekatan, metode dan media yang tepat, akan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa secara maksimal. Dalam kegiatan demonstrasi,
kemampuan verbal siswa sangat diperlukan. Siswa yang mempunyai kemampuan verbal yang baik diharapkan bisa lebih mudah dalam melakukan diskusi
pemantapan setelah perlakuan peragaan/ demonstrasi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Sehingga siswa yang memiliki
kemampuan verbal tinggi, hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Terutama ketika siswa dalam
pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan dalam diskusi sangat diperlukan keterlibatan siswa secara aktif untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapatnya secara verbal daripada metode eksperimen. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah lebih baik
menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah kemungkinan hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi ketika menggunakan metode eksperimen. Sehingga pembelajaran kontekstual menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan verbal siswa merupakan faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
26
Y2 Y1
X2 X1
Dibandingkan
pembelajaran. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran eksperimen (X1) dan metode pembelajaran demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y). Dalam penelitian ini ada dua hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen (Y1)dan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi (Y2). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pikir.
Gambar 2.1 kerangka pemikiran penelitian
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah:
1. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar fisika selain variabel yang diteliti dianggap tidak berpengaruh atau diabaikan.
2. Hipotesis
28
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 65 siswa dan terbagi dalam 2 kelas.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Teknik pengambilan sampel merupakan cara untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian Sugiyono (2010: 217). Dalam
penelitian ini, Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya
29
Keterangan:
1
O : nilai pretest
2
O : nilai posttest
1
X : metode eksperimen
2
X : metode demonstrasi
sebagai sampel penelitian. Masing-masing kelas terdiri dari XI IPA1 29 siswa dan XI IPA2 36 siswa, sehingga jumlah sampel ada 65 siswa.
B. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi Eksperimental Design dengan tipe Non-Eqivalent posttest-pretest design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain eksperimen Non-Eqivalent posttest-pretest design
Sugiyono (2010: 111) O1 X1 O2
30
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan memberikan pretest yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yaitu dengan memberikan materi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen dan metode pembelajaran domonstrasi kepada seluruh siswa yang dijadikan sampel. Setelah proses pembelajaran selesai siswa diberikan posttes. Pemberian pretest dan posttes
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran metode eksprimen (X1), dan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y).
E. Instrumen Penelitian
31
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diu-kur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya se-suai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
Arikunto ( 2007: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05
32 Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 Masrun dalam Sugiyono (2010: 188).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 dengan kriterium uji bila correlated item–total correlation
lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
b. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total Arikunto ( 2007: 109)
33 diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan software SPSS 16 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.
Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel. Saputri (2010: 30)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan
34
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
a. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest
dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah
Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010: 34)
Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretest
35
b. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
2. Uji Homogenitas
a.Dua Varians
Pengujian hipotesis dua varians dilakukan untuk mengetahui varians dua populasi sama (homogen) atau tidak (heterogen). S12dan S22 merupakan penduga 12dan 22
Rumus varians:
S12 =
36 Dimana;
S12= varians dari sampel 1 dengan n1 individu S22= varians dari sampel 2 dengan n2 individu Prosedur Pengujian Hipotesis :
1. Menentukan formulasi hipotesis Uji pihak kanan
Ho: 12= 22 Ha: 12> 2 Uji pihak kiri Ho: 12= 22 Ha: 12< 22
Uji dua pihak Ho: 12= 22 Ha: 12 22
2. Menentukan taraf nyata ( ) dan Ftabel
Ftabel ditentukan dengan , derajat bebas pembilang (v1 = n1 – 1), dan derajat bebas penyebut (v2 = n2 – 1).
Catatan: Derajat bebas disesuaikan formula uji statistik yang
digunakan.
3. Menentukan kriteria pengujian a. Uji pihak kanan
Ho diterima, jika Fhitung < Ftabel = F (v1 ;v2 )
37 b. Uji pihak kiri
Ho diterima, jika Fhitung > Ftabel = F1 (v1 ;v2 )
Ho ditolak, jika Fhitung Ftabel = F1 (v1 ;v2 )
c. Uji dua pihak
Ho diterima, jika < Fhitung <
Ho ditolak, jika Fhitung Ftabel = atau Fhitung Ftabel =
Catatan:
=
4. Menentukan uji statistik Jika menggunakan uji statistik
Fhitung =
Maka derajat bebas pembilang = v1 dan derajat bebas penyebut = v2
Jika menggunakan uji statistik Fhitung =
Maka derajat bebas pembilang = v1 ada pada varians terbesar dan derajat bebas penyebut = v2 ada pada varians terkecil.
5. Memberikan kesimpulan
b. Lebih Dari Dua Varians
38
c. Membuat daftar tabel kerja uji Bartlett
39 d. Menentukan nilai 2
2
hitung = (ln 10){B - (ni – 1)log Si2} 5. Memberikan kesimpulan
3. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.
a) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah
1. Hipotesis Pertama
HO : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara
siswa yang menggunakan metode eksperimendengan metode demonstrasi.
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa
yang menggunakan metode eksperimendengan metode demonstrasi.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
40 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
HOditolak.
Uji hipotesis menggunakan software SPSS 16
Distribusi t dengan = 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
O
H diterima jika ≥0,05
O
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI
METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
(Skripsi)
Oleh
Raden Rahmat Sairi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
i DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup ... 8
BAB II KERANGKA TEORETIS A. Landasan Teori ... 9
1. Contextual Teaching and Learning Untuk Pembelajaran Efektif ... 9
a. Konstruktivisme (constructivism) ... 9
b. Bertanya (questioning) ... 10
c. Menemukan (inquiry)... 10
d. Masyarakat Belajar (learning community) ... 10
e. Pemodelan (modeling) ... 11
f. Refleksi (reflection) ... . 11
g. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)... 11
2. Metode Eksperimen ... 12
a. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen ... 13
ii
c. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen ... 14
d. Pelaksanaan Eksperimen ... 14
e. Tindak Lanjut Eksperimen... 15
3. Metode Demonstrasi ... 16
a. Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi... 16
b. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ... 17
c. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi ... 17
4. Multimedia Interaktif ... 18
5. Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika ... 20
B. Kerangka Berpikir ... 23
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26
1. Anggapan Dasar ……… ... 26
2. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
B. Desain Penelitian ... 29
C. Prosedur Penelitan ... 30
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Instrumen Penelitian... 30
F. Analisis Instrumen ... 31
a. Uji Validitas ... 31
b. Uji Reliabilitas ... 32
G. Teknik Pengumpulan Data... 33
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... .. 34
iii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 41
1. Data Hasil Belajar ... 41
2. Hasil Uji Penelitian ... 43
a. Uji Normalitas ... 43
b. Uji Homogenitas ... 44
3. Uji Hipotesis ... 44
B. Pembahasan ... 46
C. Keterbatasan Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, 2006. Jakarta.
Depdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Dewi, Lia Astria. 2010. “Implementasi Penilaian Otentik Menggunakan
Collaborative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada
Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI. Bandung.
Rahayuni. 2012. Homogenitas dan Uji Independen. Diakses 15 Juli 2012 dari
http://rahayuni.com/uji-homogenitas-dan-uji-independensi-menggunakan- spss-dan-r-console.html
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Alfabeta. Bandung. Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Sudjana. 2004. Media Pengajaran. Sinar Baru Algendindo. Bandung. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.