• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Tekanan Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping, dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Tekanan Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping, dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN

KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH

FIRDAUS

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK

TEH DI KEBUN MALABAR, PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT

The Correlation of Economic Pressure, Financial Management, and Coping Mechanism with Plantation Women Worker’s Family Welfare in Malabar Garden, PTPN VIII Bandung,

West Java Firdaus1 Euis Sunarti2

Abstract

The general objective of this research was to study the correlation of economic pressure, financial management and coping mechanism with family welfare. The sample was chosen purposively. The samples were female tea pickers having under 6 years old children and still having husband. The data, which was collected in April 2008, consists of primary and secondary data. The primary data were economic pressure, financial management, and coping mechanism taken by using structured questionnaire, while the secondary data were family characteristic and family welfare taken from Sunarti (2008)’s research titled A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development.

Result of the research shows that the economic pressure of almost two third (64.4%) sample’s families is in intermediate category. The financial management of more than half (50.6%) families is in low category. The coping mechanism of more than half (56.3%) families is in intermediate category. The welfare of more than two third (66.7%) families is in intermediate category. Statistically, there is significant correlation between financial management and family welfare (p<0.05). Perception economic pressure has significant correlation with coping mechanism of reducing non food expenditure.

Keywords: economic pressure, financial management, coping mechanism, plantation women worker’s family welfare

1

Mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB

2

(3)

RINGKASAN

FIRDAUS. Hubungan Antara Tekanan Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh.

Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping, dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. Tujuan khususnya adalah (1) mengetahui karakteristik contoh dan keluarga, (2) mengetahui tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga, (3) mengetahui hubungan antarvariabel penelitian.

Penelitian dilaksanakan di Kebun Malabar PT. Perkebunan Nusantara VIII Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat pada bulan Desember sampai Juli 2008. Contoh penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang mempunyai anak usia kurang dari 6 tahun dan masih bersuami. Total contoh pada penelitian ini sebanyak 87 orang.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yaitu tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping diambil menggunakan kuesioner terstruktur, sedangkan data sekunder yaitu karakteristik keluarga dan kesejahteraan keluarga diambil dari data penelitian Sunarti (2008) yang berjudul A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development. Selain itu, kondisi tempat penelitian diperoleh dari instansi pemerintah dan perusahaan terkait. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74,7%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) berada pada tingkatan dewasa muda. Lebih dari separuh contoh (58,6%) dan suami (59,8%) lulusan sekolah dasar. Hampir tiga per empat suami contoh (74,4%) bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan besar keluarga, lebih dari separuh keluarga contoh (52,5%) merupakan tipe keluarga sedang yaitu terdiri atas 5 sampai 6 orang dalam satu keluarga.

Keadaan ekonomi keluarga contoh terlihat pada pendapatan contoh dan suami serta pendapatan per kapita keluarga per bulan. Hampir tiga per empat contoh (73,6%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bandung tahun 2008 atau di bawah Rp 600.000 per bulan. Sementara itu, lebih dari satu per tiga keluarga contoh (42,5%) berada dibawah garis kemiskinan atau pendapatan perkapita kurang dari Rp 158.579.

(4)

Manajemen keuangan keluarga dilihat dari kebiasaan contoh dalam membuat perencanaan keuangan, menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan mengevaluasi uang yang dibelanjakan serta membicarakan masalah keuangan di keluarga. Praktek manajemen keuangan keluarga pada lebih dari separuh keluarga contoh (50,6%) masih tergolong kurang. Hanya sebagian kecil contoh (12,6%) yang telah melakukan manajemen keuangan dengan baik.

Mekanisme koping keluarga dilihat dari strategi keluarga contoh dalam menghadapi kesulitan ekonomi yaitu dengan mengurangi pengeluaran pangan dan non pangan serta menambah pendapatan. Keluarga contoh pada penelitian ini lebih banyak melakukan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan. Setelah dikategorikan mekanisme koping yang dilakukan lebih dari separuh keluarga contoh (56,3%) berada pada kategori sedang.

Kesejahteraan keluarga dilihat dari keadaan fisik yang dirasakan oleh contoh seperti sandang pangan dan papan. Lebih dari duapertiga keluarga contoh (66,7%) berada pada kategori sedang. Sementara itu, hanya sebagian kecil keluarga contoh (11,5%) yang berada pada kategori rendah.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang positif antara besar keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga (p<0,01), pendidikan contoh dengan manajemen keuangan keluarga (p<0,01), manajemen keuangan dengan kesejahteraan keluarga (p<0,05), tingkat pendidikan contoh dengan kesejahteraan keluarga (p<0,01), dan tekanan ekonomi persepsi dengan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga contoh maka tekanan ekonominya semakin tinggi, semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka manajemen keuangan keluarga semakin baik dan semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga, semakin tinggi tekanan ekonomi yang dirasakan contoh maka semakin banyak mekanisme koping yang dilakukan keluarga contoh dengan mengurangi pengeluaran non pangan.

(5)

i

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN

KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH

FIRDAUS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

ii

Judul : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI,

MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME

KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

WANITA PEMETIK TEH.

Nama Mahasiswa : Firdaus

Nomor Pokok : A54104033

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Euis Sunarti, MS NIP. 131 803 646

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

(7)

iii Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak

Endang Jaelani dan Ibu Aisyah. Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3

Desember 1985.

Pendidikan formal dilalui di Sukabumi, yaitu TK Uswatun Hasanah (tamat

pada tahun 1992), SDN Kutamaneuh (tamat pada tahun 1998), SMPN 2 Cisaat

(tamat pada tahun 2001), SMUN 3 Sukabumi (tamat pada tahun 2004). Tahun

2004 penulis diberi kesempatan masuk Institut Pertanian Bogor Fakultas

Pertanian Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama perkuliahan penulis aktif di kegiatan ekstra kampus yaitu

Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai

sekretaris umum (2006-2007) dan Bimbingan Remaja dan Anak-anak (Birena)

(8)

iv

PRAKATA

Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini. Pertama-tama, penulis

menyampaikan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas

karunia dan berkah yang diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr.Ir.Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

memberikan masukan, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, MSc. sebagai dosen penguji, atas segala

masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Edo Ryzki F, Devi Pratiwi S, Ahmawati sebagai pembahas seminar atas

segala kritikan dan saran kepada penulis.

4. Teh Cica, Mas Fahmi, Novi, Noni, Yuli dan Veny yang telah membantu

dalam proses pengambilan data

5. Pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor sebagai tempat penulis banyak

mendapatkan pengalaman dan ilmu yang sangat berarti

6. Umi, Abi, Nana, dan Inay atas kasih sayang serta dukungan moril dan materi

selama penulis menuntut ilmu di IPB.

7. Astri, Retno dan teman-teman GMSK 41. Terimakasih atas bantuannya dan

atas segala persahabatan yang telah terjalin selama ini.

8. Eko, Wika dan teman-teman di Asrama Mesjid Al Hurriyyah IPB yang telah

membantu dalam proses penulisan dan banyak mengajarkan tentang

kehidupan dan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

Bogor, Agustus 2008

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Pemetik Teh ... 4

Karakteristik Keluarga ... 4

Tekanan Ekonomi Keluarga ... 7

Manajemen Keuangan Keluarga ... 8

Mekanisme Koping ... 9

Kesejahteraan Keluarga ... 11

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE ... 17

Disain, Tempat dan Waktu ... 17

Penarikan Contoh ... 17

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan dan Analisis Data... ... 18

Definisi Operasional ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 21

Karakteristik Contoh dan Keluarga ... 22

Tekanan Ekonomi Keluarga ... 27

Manajemen Keuangan ... 32

Mekanisme Koping ... 35

Kesejahteraan Keluarga ... 41

(10)

vi

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(11)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN

KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH

FIRDAUS

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK

TEH DI KEBUN MALABAR, PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT

The Correlation of Economic Pressure, Financial Management, and Coping Mechanism with Plantation Women Worker’s Family Welfare in Malabar Garden, PTPN VIII Bandung,

West Java Firdaus1 Euis Sunarti2

Abstract

The general objective of this research was to study the correlation of economic pressure, financial management and coping mechanism with family welfare. The sample was chosen purposively. The samples were female tea pickers having under 6 years old children and still having husband. The data, which was collected in April 2008, consists of primary and secondary data. The primary data were economic pressure, financial management, and coping mechanism taken by using structured questionnaire, while the secondary data were family characteristic and family welfare taken from Sunarti (2008)’s research titled A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development.

Result of the research shows that the economic pressure of almost two third (64.4%) sample’s families is in intermediate category. The financial management of more than half (50.6%) families is in low category. The coping mechanism of more than half (56.3%) families is in intermediate category. The welfare of more than two third (66.7%) families is in intermediate category. Statistically, there is significant correlation between financial management and family welfare (p<0.05). Perception economic pressure has significant correlation with coping mechanism of reducing non food expenditure.

Keywords: economic pressure, financial management, coping mechanism, plantation women worker’s family welfare

1

Mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB

2

(13)

RINGKASAN

FIRDAUS. Hubungan Antara Tekanan Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh.

Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping, dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. Tujuan khususnya adalah (1) mengetahui karakteristik contoh dan keluarga, (2) mengetahui tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga, (3) mengetahui hubungan antarvariabel penelitian.

Penelitian dilaksanakan di Kebun Malabar PT. Perkebunan Nusantara VIII Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat pada bulan Desember sampai Juli 2008. Contoh penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang mempunyai anak usia kurang dari 6 tahun dan masih bersuami. Total contoh pada penelitian ini sebanyak 87 orang.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yaitu tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping diambil menggunakan kuesioner terstruktur, sedangkan data sekunder yaitu karakteristik keluarga dan kesejahteraan keluarga diambil dari data penelitian Sunarti (2008) yang berjudul A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development. Selain itu, kondisi tempat penelitian diperoleh dari instansi pemerintah dan perusahaan terkait. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74,7%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) berada pada tingkatan dewasa muda. Lebih dari separuh contoh (58,6%) dan suami (59,8%) lulusan sekolah dasar. Hampir tiga per empat suami contoh (74,4%) bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan besar keluarga, lebih dari separuh keluarga contoh (52,5%) merupakan tipe keluarga sedang yaitu terdiri atas 5 sampai 6 orang dalam satu keluarga.

Keadaan ekonomi keluarga contoh terlihat pada pendapatan contoh dan suami serta pendapatan per kapita keluarga per bulan. Hampir tiga per empat contoh (73,6%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bandung tahun 2008 atau di bawah Rp 600.000 per bulan. Sementara itu, lebih dari satu per tiga keluarga contoh (42,5%) berada dibawah garis kemiskinan atau pendapatan perkapita kurang dari Rp 158.579.

(14)

Manajemen keuangan keluarga dilihat dari kebiasaan contoh dalam membuat perencanaan keuangan, menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan mengevaluasi uang yang dibelanjakan serta membicarakan masalah keuangan di keluarga. Praktek manajemen keuangan keluarga pada lebih dari separuh keluarga contoh (50,6%) masih tergolong kurang. Hanya sebagian kecil contoh (12,6%) yang telah melakukan manajemen keuangan dengan baik.

Mekanisme koping keluarga dilihat dari strategi keluarga contoh dalam menghadapi kesulitan ekonomi yaitu dengan mengurangi pengeluaran pangan dan non pangan serta menambah pendapatan. Keluarga contoh pada penelitian ini lebih banyak melakukan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan. Setelah dikategorikan mekanisme koping yang dilakukan lebih dari separuh keluarga contoh (56,3%) berada pada kategori sedang.

Kesejahteraan keluarga dilihat dari keadaan fisik yang dirasakan oleh contoh seperti sandang pangan dan papan. Lebih dari duapertiga keluarga contoh (66,7%) berada pada kategori sedang. Sementara itu, hanya sebagian kecil keluarga contoh (11,5%) yang berada pada kategori rendah.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang positif antara besar keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga (p<0,01), pendidikan contoh dengan manajemen keuangan keluarga (p<0,01), manajemen keuangan dengan kesejahteraan keluarga (p<0,05), tingkat pendidikan contoh dengan kesejahteraan keluarga (p<0,01), dan tekanan ekonomi persepsi dengan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga contoh maka tekanan ekonominya semakin tinggi, semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka manajemen keuangan keluarga semakin baik dan semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga, semakin tinggi tekanan ekonomi yang dirasakan contoh maka semakin banyak mekanisme koping yang dilakukan keluarga contoh dengan mengurangi pengeluaran non pangan.

(15)

i

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN

KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH

FIRDAUS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

ii

Judul : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI,

MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME

KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

WANITA PEMETIK TEH.

Nama Mahasiswa : Firdaus

Nomor Pokok : A54104033

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Euis Sunarti, MS NIP. 131 803 646

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

(17)

iii Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak

Endang Jaelani dan Ibu Aisyah. Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3

Desember 1985.

Pendidikan formal dilalui di Sukabumi, yaitu TK Uswatun Hasanah (tamat

pada tahun 1992), SDN Kutamaneuh (tamat pada tahun 1998), SMPN 2 Cisaat

(tamat pada tahun 2001), SMUN 3 Sukabumi (tamat pada tahun 2004). Tahun

2004 penulis diberi kesempatan masuk Institut Pertanian Bogor Fakultas

Pertanian Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama perkuliahan penulis aktif di kegiatan ekstra kampus yaitu

Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai

sekretaris umum (2006-2007) dan Bimbingan Remaja dan Anak-anak (Birena)

(18)

iv

PRAKATA

Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini. Pertama-tama, penulis

menyampaikan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas

karunia dan berkah yang diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr.Ir.Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

memberikan masukan, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, MSc. sebagai dosen penguji, atas segala

masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Edo Ryzki F, Devi Pratiwi S, Ahmawati sebagai pembahas seminar atas

segala kritikan dan saran kepada penulis.

4. Teh Cica, Mas Fahmi, Novi, Noni, Yuli dan Veny yang telah membantu

dalam proses pengambilan data

5. Pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor sebagai tempat penulis banyak

mendapatkan pengalaman dan ilmu yang sangat berarti

6. Umi, Abi, Nana, dan Inay atas kasih sayang serta dukungan moril dan materi

selama penulis menuntut ilmu di IPB.

7. Astri, Retno dan teman-teman GMSK 41. Terimakasih atas bantuannya dan

atas segala persahabatan yang telah terjalin selama ini.

8. Eko, Wika dan teman-teman di Asrama Mesjid Al Hurriyyah IPB yang telah

membantu dalam proses penulisan dan banyak mengajarkan tentang

kehidupan dan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

Bogor, Agustus 2008

(19)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Pemetik Teh ... 4

Karakteristik Keluarga ... 4

Tekanan Ekonomi Keluarga ... 7

Manajemen Keuangan Keluarga ... 8

Mekanisme Koping ... 9

Kesejahteraan Keluarga ... 11

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE ... 17

Disain, Tempat dan Waktu ... 17

Penarikan Contoh ... 17

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan dan Analisis Data... ... 18

Definisi Operasional ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 21

Karakteristik Contoh dan Keluarga ... 22

Tekanan Ekonomi Keluarga ... 27

Manajemen Keuangan ... 32

Mekanisme Koping ... 35

Kesejahteraan Keluarga ... 41

(20)

vi

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(21)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat bantu... 18

2. Fasilitas yang disediakan perusahaan untuk karyawan ... 22

3. Sebaran contoh dan suami berdasarkan kelompok umur ... 23

4. Sebaran contoh dan suami berdasarkan tingkat pendidikan ... 23

5. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan suami ... 24

6. Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 25

7. Sebaran contoh dan suami berdasarkan pendapatan ... 26

8. Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan perkapita ... 26

9. Sebaran keluarga contoh berdasarkan alokasi pengeluaran ... 27

10.Sebaran keluarga contoh berdasarkan permasalahan keuangan ... 29

11.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori permasalahan keuangan 29 12.Sebaran contoh berdasarkan tekanan ekonomi persepsi ... 31

13.Sebaran contoh berdasarkan kategori tekanan ekonomi persepsi ... 31

14.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori tekanan ekonomi ... 32

15.Sebaran keluarga contoh berdasarkan manajemen keuangan ... 34

16.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori manajemen keuangan keluarga ... 34

17.Sebaran keluarga contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan ... 36

18.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan ... 36

19.Sebaran keluarga contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan ... 37

20.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan ... 38

21.Sebaran keluarga contoh berdasarkan mekanisme koping menambah pendapatan ... 40

22.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori mekanisme koping menambah pendapatan ... 41

(22)

viii

24.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kesejahteraan keluarga ... 42

25.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga 43

26.Sebaran koefisien korelasi spearman karakteristik keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga ... 44

27.Sebaran koefisien korelasi spearman karakteristik keluarga dengan manajemen keuangan dengan dan mekanisme koping ... 45

28.Sebaran koefisien korelasi spearman karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga ... 46

29.Sebaran koefisien korelasi spearman manajemen keuangan, mekanisme

koping dengan kesejahteraan keluarga ... 47

(23)

1

Perbandingan antara jumlah penduduk miskin di pedesaan dan perkotaan

menunjukkan bahwa penduduk miskin di pedesaan lebih besar 5,23 persen

dibandingkan dengan di perkotaan (BPS 2007). Indonesia dikenal sebagai negara

agraris dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Para

petani tersebut umumnya tinggal di pedesaan dekat lokasi tempat bekerja dengan

pendapatan yang rendah.

Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin semakin

bertambah terutama di pedesaan sebagai dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan. Selain itu, kenaikan harga-harga bahan pokok dengan tingkat

pendapatan yang rendah berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

Keadaan demikian dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga sebagai unit

masyarakat.

Faktor ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan hidup. Di

sisi lain, faktor ini dapat menimbulkan tekanan dalam kehidupan keluarga sebagai

dampak dari krisis yang berkepanjangan. Penyebab tekanan ekonomi diantaranya

adalah PHK atau kehilangan pekerjaan, pendapatan rendah yang tidak mencukupi

kebutuhan hidup, dan tidak stabilnya aset dengan utang. Kebutuhan hidup yang

cukup bervariasi dan daya beli yang semakin melonjak dapat menimbulkan

tekanan baik fisik maupun mental terhadap anggota keluarga (Tati 2004). Daya

beli dari suatu keluarga akan ditentukan oleh total jumlah pendapatan dari semua

anggota keluarga tersebut. Semakin tinggi total pendapatan yang didapatkan oleh

anggota keluarga maka daya beli keluarga tersebut semakin tinggi.

Suatu keluarga yang berpendapatan rendah tentunya akan sulit memenuhi

seluruh kebutuhan keluarga. Menurut Mardiharini (2001) strategi yang paling

efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi

pengeluaran untuk makanan dan non makanan serta meningkatkan produktivitas

(24)

2

keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah jumlah anggota keluarga dan

tingkat pendapatan.

Manajemen keuangan dilakukan oleh keluarga untuk mengalokasikan

keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keluarga. Bagi keluarga yang

menerapkan manajemen keuangan dengan baik maka keluarga tersebut akan bisa

mengatasi kebutuhan keluarga yang tidak terbatas. Kegiatan manajemen keuangan

dikelurga dapat dilakukan diantaranya dengan membuat perencanaan keuangan

secara rutin, mengevaluasi pengeluaran, membicarakan masalah keuangan di

keluarga dan menabung untuk masa mendatang.

Sebagian besar pemetik teh adalah perempuan yang tinggal di pedesaan

dan diberikan fasilitas tempat tinggal oleh perusahaan. Secara ekonomi wanita

yang bekerja bisa membantu suami dalam menambah pendapatan keluarga.

Walaupun demikian, penghasilan sebagian besar penghasilan buruh tani masih

tergolong rendah dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Agar kebutuhan

keluarga terpenuhi maka keluarga tersebut harus melakukan strategi atau

mekanisme tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh keluarga

dapat mengurangi pengeluaran sehari-hari dan menggunakan sumberdaya yang

dimiliki keluarga untuk menambah penghasilan keluarga.

Perumusan Masalah

Pemetik teh adalah sekelompok masyarakat yang tinggal dipedesaan yang

ikut merasakan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Belum banyak

diketahui bagaimana keadaan keluarga mereka, seberapa besar tekanan ekonomi

yang dihadapi keluarga, mekanisme apa yang dilakukan oleh keluarga untuk

menghadapi krisis tersebut. Selain itu, perlu diketahui bagaimana manajemen

keuangan yang dilakukan oleh keluarga pemetik teh dan apakah keadaan keluarga

serta staratehi yang dilakukan oleh keluarga mempengaruhi tingkat kesejahteraan

keluarga.

Tujuan

Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping, dan

(25)

3

Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga

2. Mengetahui tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping,

dan kesejahteraan keluarga

3. Mengetahui hubungan antarvariabel penelitian.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menyediakan informasi

kepada peneliti di bidang keluarga mengenai tekanan ekonomi, manajemen

keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga yang berpenghasilan

rendah. Hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme

koping dan kesejahteraan keluarga diharapkan dapat menambah informasi dalam

penelitian keluarga. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi yang penting bagi perusahaan mengenai kehidupan keluarga

(26)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pemetik Teh

Pemetik teh merupakan tulang punggung produksi teh nasional. Para

pemetik teh biasanya bekerja dari jam enam pagi sampai menjelang sore. Seperti

petani dan juga nelayan, kemapanan ekonomi keluarga pemeik teh tidak pernah

baik. Rata-rata pendidikan mereka adalah hanya lulusan sekolah dasar dan

penghasilan para wanita pemetik teh ini digunakan untuk membantu keluarga

(Sinamo 2007).

Umummnya pekerja pemetik daun teh adalah perempuan. Penghasilan

sebagai pemetik teh dihitung dari banyaknya daun teh yang bisa dipetik (Rizal

2007). Satu kilogram daun teh dihargai dengan uang senilai Rp 505. Selama satu

bulan pemetik bisa mengumpulkan pucuk daun teh sebanyak dua sampai tiga

kuintal. Artinya, dalam satu bulan pemetik bisa membawa pulang uang sebesar Rp

101.000 sampai Rp 151.500. Ditambah upah pikul yang nilainya tidak lebih dari

Rp 50 per kilogram, sehingga total penghasilannya tidak lebih dari Rp 200.000

per bulan.

Menggantungkan hidup dari mata pencaharian sebagai pemetik teh

terlebih di perkebunan rakyat bukanlah pilihan yang tepat untuk mempertahankan

hidup. Oleh karena itu, selain menjadi pemetik teh, para pemetik bekerja menjadi

buruh tani di perkebunan sayuran ataupun pekerjaan lainnya yang ada di sekitar

rumahnya. Harga kebutuhan pokok di daerah perkebunan tidak jauh berbeda

seperti di perkotaan dan cenderung lebih mahal karena faktor biaya transportasi.

Penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar sangat jarang dilakukan oleh

keluarga. Pendidikan sampai tingkat SMP adalah hal yang istimewa bagi

anak-anak di tempat tersebut. Keadaan ekonomi dan kesadaran akan pendidikan

membuat anak-anak hanya disekolahkan sampai tingkat SD saja (Nursanti 2007).

Karakteristik Keluarga

Pengertian Keluarga

Menurut Undang Undang Nomor 10 tahun 1992, keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan

anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Depnakertrans 2008).

(27)

5

yang berlaku di masyarakat setempat (Orthner 1981, diacu dalam Desmarita

2004).

Suami, Istri dan anak yang belum berkeluarga disebut sebagai keluarga inti

atau nuclear family (Koencaraningrat 1974, diacu dalam Effendi 1995). Selain

keluarga inti ada yang disebut sebagai keluarga luas yaitu keluarga inti dan

anggota keluarga lainnya terkait dalam hubungan darah dan hubungan

perkawinan. Ada delapan fungsi keluarga yang utama seperti disebutkan dalam

Undang-Undang No 10 tahun 1992 yaitu fungsi keagaman, fungsi sosial budaya,

fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan

pendidikan , fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan (Suyono 2005).

Keluarga adalah tempat terpenting bagi seseorang karena merupakan

tempat pendidikan yang pertama kali, dan di dalam keluarga pula seseorang

paling banyak bergaul serta mengenal kehidupan (Zalbawi & Handayani 2004)

Menurut Guhardja et al. (1992) keluarga adalah suatu sistem yang seperti sistem

lainnya terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan. Hubungan antar-

elemen untuk mewujudkan suatu fungsi tertentu terjadi, tidak saja bersifat alami,

tetapi juga dibentuk oleh berbagai faktor atau kekuatan yang ada disekitar

keluarga yaitu oleh adanya nilai-nilai, norma serta faktor-faktor lain yang ada di

masyarakat.

Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari

pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya

diterima dalam bentuk uang. Pencatatan pendapatan dari semua anggota keluarga

menjadi semakin penting ketika diketahui bahwa rumah tangga tersebut memiliki

lebih dari satu orang yang bekerja. Pendapatan yang diterima oleh seseorang yang

memiliki status pekerjaan sebagai pegawai, karyawan, buruh atau pegawai negeri

biasanya terdiri atas gaji pokok, tunjangan, bonus dan pendapatan lainnya

(Sumarwan 2004).

Kegiatan ekonomi yang merupakan usaha yang dilakukan oleh setiap

manusia dengan menggunakan faktor-faktor produksi dimaksudkan untuk

memberikan manfaat bagi orang lain maupun bagi diri sendiri dapat berupa

(28)

6

inilah dapat dipergunakan kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dapat

digunakan kembali untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pendapatan seseorang itu

bisa berupa barang, bisa juga berupa uang yang diperoleh dari jasa (pekerjaan)

dan penggunaan kekayaannya seperti usaha atau investasi (Karim 2002).

Menurut Berg (1986), diacu dalam Djamaludin (2002) tingkat pendapatan

menentukan pola makanan seseorang atau keluarga. Pendapatan merupakan faktor

yang paling penting dalam menentukan kualitas dan kuntitas makanan. Besarnya

pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik pelaku ekonomi keluarga,

tingkat upah, aset produksi, akses pemasaran dan pengeluaran total keluarga serta

pendapatan bukan dari mencari nafkah. Setiap anggota keluarga yang yang

termasuk angkatan kerja akan memperoleh pendapatan dari berbagai sumber

(Mangkuprawira 2002).

Pengeluaran

Mengetahui pola pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu cara

untuk dapat mengetahui tingkat kehidupan masyarakat. Berbagai karakateristik

pribadi dan situasi yang menyertainya akan mempengaruhi bagaimana seseorang

membelanjakan uangnya (Raines 1994, diacu dalam Kartini 2005). Permintaan

terhadap konsumsi barang dan jasa pada dasarnya bisa berbeda antara golongan

masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi dan golongan masyarakat yang

memiliki pendapatan rendah. Dalam kondisi pendapatan yang relatif terbatas

kebutuhan terhadap makanan akan mendapatkan prioritas, sehingga pada

kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah akan terlihat bahwa sebagian

pendapatnya digunakan untuk konsumsi bahan makanan (Tagur dan Sading, diacu

dalam Roswita 2005).

Pengeluaran total keluarga secara umum dialokasikan untuk kebutuhan

pangan, non pangan dan investasi. Porsi pengeluaran tersebut akan mencerminkan

tingkat kesejahteraan suatu masyarakat (Mangkuprawira 2002). Studi kuantitatif

tentang anggaran/ pengeluaran keluarga pertama kali dilaksanakan oleh Engel,

hasil studi empirisnya adalah: (1) kategori/ proporsi terbesar dari anggaran

keluarga adalah untuk makanan (2) proporsi pengeluaran total untuk makanan

menurun dengan meningkatnya pendapatan, (3) proporsi pengeluaran total untuk

(29)

7

untuk barang-barang mewah bertambah ketika pendapatan mulai meningkat

(Rambe 2008)

Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar,

berlangsung terus menerus, sistematis dan terarah, yang bertujuan mendorong

terjadinya perubahan-perubahan pada setiap individu yang terlibat didalamnya.

Pendidikan formal merupakan segala sesuatu (proses belajar mengajar) yang

diupayakan untuk mengubah segenap perilaku seseorang (Gunarsa & Gunarsa

2004, diacu dalam Nuryani 2007). Orang yang berpendidikan tinggi biasanya

diidentikkan dengan orang yang memiliki sumberdaya manusia yang tinggi.

Umumnya orang yang berpndidikan tinggi mendapat upah yang relatif tinggi pula

dibandingkan dengan orang yang bermutu pendidikan rendah (Guhardja et al

1992).

Tekanan Ekonomi Keluarga

Faktor ekonomi merupakan faktor penting dalam kehidupan keluarga,

karena ekonomi merupakan salah satu tiang utama penyangga keseimbangan

hidup keluarga. Keadaan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan

hidup. Disisi lain, faktor ini dapat menjadi faktor yang menimbulkan tekanan

tersendiri dalam kehidupan keluarga sebagai dampak krisis yang berkepanjangan

sehingga menimbulkan tidak sedikit keluarga yang mengalami tekanan ekonomi.

Tekanan tersebut diakibatkan karena PHK atau kehilangan pekerjaan, pendapatan

rendah yang tidak mencukupi kebutuhan hidup, serta tidak seimbangya aset dan

utang. Kebutuhan hidup yang cukup bervariasi dan daya beli yang rendah dapat

menimbulkan tekanan baik fisik maupun mental kepada anggota keluarga (Tati

2004).

Tekanan ekonomi keluarga meliputi kesulitan ekonomi objektif (objective

economic pressure) dan kesulitan ekonomi subjektif yang dirasakan (perceived of

economic pressure) keluarga. Karakteristik kesulitan ekonomi keluarga objektif

meliputi pendapatan per kapita, rasio utang dengan aset, status pekerjaan,

kehilangan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif

antara tekanan ekonomi dengan kualitas perkawinan, pengasuhan anak,

(30)

8

ekonomi keluarga, semakin rendah kualitas perkawinan, pengasuhan anak,

kecerdasan ekonomi anak, dan prestasi belajar anak (Sunarti 2005). Untuk itu,

tekanan ekonomi mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia.

Persoalan-persoalan ekonomi muncul dari penggunaan sumberdaya yang

langka untuk memuaskan keinginan manusia yang terbatas. Kelangkaan tidak

dapat dihindari dan merupakan inti persoalan ekonomi (Lipsey et al 1986 dalam

Noorhaisna 2003). Menurut Lorenz et al (1994), diacu dalam Puspita (2003),

konsep kesulitan ekonomi didapat dari beberapa penelitian yang mencakup

kemiskinan pekerjaan (pendapatan perkapita), tekanan ekonomi pedesaan (rasio

antara hutang dengan aset), tingkat penurunan kehidupan (kehilangan

pendapatan), dan gangguan pekerjaan (pekerjaan tidak tetap).

Manajemen Keuangan Keluarga

Manajemen merupakan salah satu turunan dari ilmu ekonomi. Walaupun

manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu

menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan yang disetujui

oleh anggota keluarga. Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus

merupakan alat pengukur dari sumberdaya. Besarnya uang yang dimiliki oleh

seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya yang

dimilikinya. Sumberdaya yang dimiliki keluarga umumnya terbatas, baik dari segi

kuantitas maupun kualitas (Guhardja et al 1992).

Kebutuhan dari setiap keluarga sangat relatif dan tidak terbatas. Akan

tetapi, penghasilan yang diperoleh keluarga bersifat terbatas. Agar kebutuhan dan

pendapatan seimbang diperlukan perencanaan anggaran rumah tangga (Effendi

1995). Manajemen keuangan keluarga termasuk pendapatan merupakan hal yang

mutlak dilakukan suatu keluarga (Putri 2005). Individu dan keluarga

berpendapatan rendah biasanya mempunyai orientasi untuk masa sekarang atau

kini saja daripada untuk masa depannya dalam perspektif waktu (Guhardja et al

1992).

Rice dan Tucker (1986), diacu dalam Kartini 2005 mengungkapkan 12

prinsip dalam manajemen keuangan yang dapat membantu memaksimalkan hasil

(31)

9

memprioritaskan tujuan dan menetapkan standar; menganalisa sumberdaya

keuangan; menetapkan manajemen keuangan sistematis; membuat anggaran untuk

mengontrol pengeluaran dan tabungan; menyimpan catatan-catatan; menetapkan

batasan kredit dan menggunakannya dengan tanggung jawab; menggunakan

waktu untuk melipatgandakan tabungan; membangun kesehatan lebih awal dan

sistematis; melindungi aset secara cukup dan beralasan; menggunakan keuntungan

dari pajak untuk membangun masa pensiun; memeriksa dan menyesuaikan secara

teratur; dan merencanakan untuk mentransfer pada kesehatan.

Perencanaan dalam kegiatan manajemen keuangan senantiasa berkaitan

dengan tujuan masa depan, mengingat masa depan penuh dengan ketidakpastian

dan senantiasa berubah dengan cepat maka suatu perencanaan harus disusun

secara cermat dan matang (Yuliawan 2002, diacu dalam Murih 2004). Menurut

Guhardja et al (1992), pembuatan rencana keuangan keluarga memerlukan

kemampuan, yaitu: 1) memperkirakan perubahan situasi (yang berkaitan dengan

pendapatan dan pengeluaran) di waktu yang akan datang; 2) mempertimbangkan

alternatif dan pengambilan keputusan; 3) mendiskusikan rencana keuangan antar

anggota keluarga. Rencana Keuangan yang tertulis pada dasarnya dibuat untuk

melindungi dari resiko keuangan dan mengakumulasikan modal/ kekayaan.

Mengatur keuangan bukanlah pekerjaan yang mudah, untuk itu dibutuhkan

pengetahuan tentang bagaimana membeli barang dan jasa yang akan memberikan

kepuasan terbesar, bagaimana menginvestasikan uang yang dimiliki dengan

bijaksana serta bagaimana menggunakan kredit dengan hati-hati. Sebuah rencana

keuangan akan sangat membantu untuk mengontrol bagaimana, kapan, dan untuk

tujuan apa uang yang ada seharusnya digunakan. Dalam membuat rencana

keuangan yang tepat ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu tetapkan tujuan

yang akan dicapai, ketahui jumlah pendapatan yang dimiliki, gunakan catatan

pengeluaran dan perhitungkan juga tabungan untuk masa depan (Raines 1964,

diacu dalam Kartini 2005).

Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah proses dimana individu dan keluarga

menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mengimbangi permintaan dari

(32)

10

permasalahan dan ketidakteraturan emosi yang dihubungkan dengan kesulitan

ekonomi. Beberapa perilaku koping yang mempengaruhi tingkat kesulitan

ekonomi dapat dilakukan oleh individu atau keluarga adalah keluarga berusaha

bekerja, berpartisipasi dalam ekonomi informal, manajemen keuangan keluarga,

dan dukungan sosial (Voydanoff 1987).

Mekanisme koping dilakukan jika dana yang dibutuhkan untuk

pemenuhan barang dan jasa lebih tinggi dibandingkan dengan dana yang tersedia.

Tindakan yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pendapatan atau mengurangi

pengeluaran. Mengurangi pengeluaran adalah tindakan yang lebih mudah

dilakukan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh suatu keluarga untuk

mengurangi pengeluaran seperti menghilangkan pengeluaran yang bukan

merupakan prioritas utama, membeli barang atau jasa pengganti yang harganya

lebih murah, atau mengurangi kuantitas dan kualitas barang dan jasa yang dibeli

(Deacon dan Firebough 1998, diacu dalam Kartini 2005).

Individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai

orientasi untuk masa sekarang atau kini saja daripada orientasi untuk masa

depannya dalam perspektif waktu. Strategi pengambilan keputusan keluarga atau

individu yang berpenghasilan rendah adalah keputusan dengan resiko yang sekecil

mungkin (Guhardja et al 1992). Pilihan strategi koping tergantung pada faktor

luar dan dalam rumah tangga. Struktur demografis rumah tangga, status sosial

ekonomi, jaringan sosial, dinamika dalam rumah tangga, dan strategi koping krisis

terdahulu adalah termasuk faktor dalam keluarga ( Adam et al 1998, diacu dalam

Usfar 2002). Kekuatan politik dan ekonomi, iklim, ekonomi, budaya, institusi, dan

infrastruktur adalah di antara faktor luar rumah tangga (Usfar 2002).

Beberapa faktor berpengaruh terhadap pengambilan bentuk koping yang

dilaksanakan oleh keluarga untuk menghadapi kesulitan ekonomi. Strategi yang

paling efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi

pengeluaran untuk makanan dan nonmakanan dan meningkatkan produktivitas

usaha. Faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap strategi yang dipilih

keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah jumlah anggota keluarga dan

(33)

11

Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan keluarga menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992

adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu

memberikan kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, selaras dan

seimbang antara anggota, antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan

(Depnakertrans 2008). Menetapkan indikator kesejahteraan keluarga serta

pengukurannya merupakan hal yang sulit untuk dirumuskan secara tuntas. Hal ini

disebabkan permasalahan keluarga sejahtera bukan hanya menyangkut

permasalahan per bidang saja, tetapi menyangkut berbagai kehidupan yang sangat

kompleks. Untuk itu, diperlukan pengetahuan integrasi berbagai bidang disiplin

ilmu disamping penelitian dan atau melalui pengamatan empirik berbagai kasus

untuk dapat menemukan indikator keluarga sejahtera yang berlaku secara umum

dan spesifik (Rambe 2004)

Menurut Syarif & Hartoyo (1993), diacu dalam Suryana (2007),

kesejahteraan keluarga pada hakekatnya mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi

material dan spiritual. Pengukuran kesejahteraan material relatif lebih mudah dan

menyangkut pemenuhan kebutuhan keluarga yang berkaitan dengan materi, baik

sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya yang dapat diukur dengan

materi. Kesejahteraan spiritual suatu keluarga dapat diukur dengan kualitas

kehidupan non fisik, antara lain ketaqwaan, keselarasan, keserasian, daya juang

dan aspek non fisik lainnya. Sementara itu, Zarida (2000) menyatakan bahwa

ukuran kesejahtraan adalah nutrisi, pendapatan dan makanan.

Menurut Mardinus (1995), diacu dalam Ratih (2007), untuk menentukan

suatu keluarga sudah digolongkan sejahtera secara materil atau belum tentunya

diperlukan ukuran pendapatan yang biasa juga disebut garis kemiskinan.

Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya. Garis kemiskinan adalah besarnya nilai pengeluaran

(dalam rupiah) untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan (batas

kecukupan pangan) dan non makanan (batas kecukupan non makanan). Garis

(34)

12

kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan dibawah garis

kemiskinan, tidak dapat memenuhi semua kebutuhan secara material.

Keluarga memiliki pandangan tersendiri dalam mengartikan kesejahteraan.

Hal ini juga berkaitan dengan persepsi keluarga dalam mengartikan kesejahteraan

tersebut. Persepsi tentang kesejahteraan akan terbentuk melalui pengalaman hidup

manusia dalam hubungannya dengan lingkungan (keluarga, kelompok dan

masyarakat) dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup. Terbentuknya persepsi

kesejahteraan tersebut selanjutnya akan mendorong manusia dalam usaha

mencapai kesejahteraan sesuai dengan konsepsi yang dimilikinya dan terwujud

dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Persepsi kesejahteraan pada setiap keluarga

akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan karena setiap keluarga

memiliki pengalaman hidup dilingkungan yang berbeda (Rambe 2004).

BKKBN merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokkan

secara bertahap menjadi keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera tahap I,

keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, serta keluarga sejahtera

tahap III plus. Batasan operasional dari keluarga sejahtera adalah kemampuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan

psikologis, kebutuhan pengembangan, dan kepedulian sosial.

Keluarga Pra-KS adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan

dasar, yaitu:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota

keluarga

2. Pada umumnya seluruh anggota makan 2 x sehari atau lebih

3. Seluruh anggota memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja,

sekolah, bepergian

4. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah

5. Bila anak sakit dan atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-KB dibawa

ke sarana kesehatan

Keluarga KS-I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan

dasar minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu:

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur

(35)

13

3. Seluruh anggota keluarga minimal memperoleh satu stel pakaian baru per

tahun

4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni

5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir sehat

6. Minimal 1 anggota keluarga yang berumur lebih dari 15 tahun

berpenghasilan tetap

7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf

latin

8. Seluruh anak berusia antara 5-15 tahun bersekolah saat ini

9. Bila anak hidup dua orang atau lebih, keluarga yang masih PUS memakai

kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

Keluarga KS-II adalah keluarga yang memenuhi kebutuhan dasar,

kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis, tetapi belum memenuhi kebutuhan

pengembangan yaitu:

1. Memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuan

2. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga

3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu

dimanfaatkan untuk berkomunikasi

4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal

5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali dalam 6

bulan

6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ TV/ majalah

7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi

daerah

Keluarga KS III adalah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik,

sosial, psikologis, dan pengembangan, namun belum memenuhi kepedulian sosial

yaitu:

1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan

sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi

2. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

(36)

14

Keluarga KS-III Plus adalah keluarga yang telah mampu memenuhi semua

kebutuhan fisik, sosial, psikologis, pengembangan, serta dapat memberikan

sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan

(37)

15

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, pendapatan,

pendidikan dan usia akan menentukan kesejahteraan hidup keluarga dan tekanan

ekonomi yang dihadapi keluarga. Suatu keluarga akan melakukan berbagai cara

atau mekanisme tertentu untuk memenuhi kebutuhan keluarga ketika pendapatan

keluarga tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Selain itu, manajemen keuangan

keluarga bisa berpengaruh pada kesejahteraan keluarga.

Tekanan ekonomi suatu dipengaruhi oleh kondisi keluarga tersebut

terutama pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Tekanan ekonomi ini terdiri

dari permasalahan keuangan keluarga atau tekanan ekonomi subjektif dan tekanan

yang dirasakan oleh contoh atau tekanan ekonomi persepsi. Keluarga yang

mengalami tekanan ekonomi akan melakukan mekanisme tertentu untuk

mengurangi tekanan tersebut

Mekanisme koping merupakan cara untuk menghadapi permasalahan

keuangan keluarga. Mekanisme yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi

pengeluaran atau menambah pendapatan. Mengurang pengeluaran adalah cara

yang biasa dilakukan oleh keluarga.

Manajemen keuangan merupakan cara keluarga dalam mengelola

keuangan agar kebutuhan keluarga terpenuhi. Bentuk manajemen keuangan

adalah perencanan keuangan bulanan, tabungan untuk masa depan dan

membicarakan masalah keuangan dalam keluarga. Manajemen keuangan dapat

memudahkan keluarga membelanjakan keuangan yang telah diperoleh.

Kesejahteraan keluarga dapat diukur secara subyektif yang dirasakan oleh

keluarga. Ukuran kesejahteraan dapat diketahui dengan menilai keadaan keluarga

secara fisik seperti sandang, pangan dan papan. Selain itu, daya beli keluarga

(38)

16

Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = Variable yang tidak diteliti =Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga

(39)

17

METODE

Disain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan disain penelitian deskriptif dengan metode

survey karena penelitian ini mengambil contoh dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama dan merupakan

studi cross sectional, dimana data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun &

Effendi, 1988). Lokasi penelitian adalah PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun

Malabar Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,

Propisnsi Jawa Barat.

Penelitian dilaksanakan selama delapan bulan yaitu dimulai dari awal

Desember 2007 sampai dengan Agustus 2008. Persiapan Penelitian dilakukan

pada bulan Desember 2007 sampai Maret 2008. Pengambilan data Primer dan

Sekunder dilakukan pada bulan April 2008. Pengolahan dan penulisan

dilaksanakan pada bulan Mei 2008 samapai bulan Agustus 2008.

Penarikan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang mempunyai

anak usia dibawah 6 tahun dan masih bersuami. Contoh diambil secara purposive

dari data penelititian Sunarti (2008) yang berjudul A Study of Plantation Women

Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and

Children Growth and Development dengan memilih salah satu wilayah kebun

Alasan pemilihan lokasi kebun adalah karena pertimbangan kemudahan dalam

pengambilan data. Jumlah seluruh contoh yang sesuai dengan kriteria dan

dijadikan sebagai contoh pada penelitian ini adalah 87 orang.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer

meliputi tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping diambil

menggunakan kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data

sekunder yaitu karakteristik keluarga dan kesejahteraan keluarga diambil dari data

penelitian Sunarti (2008). Selain itu, kondisi umum lokasi penelitian diperoleh

dari instansi pemerintah dan perusahaan terkait. Varibel, jenis data, pengumpulan

(40)

18

Tabel 1 Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat bantu

No Variabel Jenis

4 Mekanisme koping Primer Wawancara Kuisioner

5 Tekanan Ekonomi

6 Kesejahteraan Keluarga Sekunder Sunarti (2008) -

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, entry, dan cleaning

dengan Microsoft Office Excel 2003. Data akan dianalisis secara deskriptif dan

inferensia (uji korelasi rank spearman) menggunakan computer program

Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 12.0 for Windows.

Variabel yang diukur adalah karakteristik keluarga, tekanan ekonomi

keluarga, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga.

Tekanan ekonomi diukur berdasarkan dua dimensi, yaitu tekanan ekonomi

objektif (permasalahan keuangan keluarga) dan tekanan ekonomi subjektif

(tekanan ekonomi persepsi). Tekanan ekonomi objektif diketahui dari tingkat

kemiskinan keluarga, status pekerjaan suami, perbandingan pendapatan dan

pengeluaran serta rasio utang dengan aset. Rasio hutang dengan aset dihitung

dengan rumus:

Rasio Hutang-Aset = Hutang x100 % Aset

Tekanan ekonomi persepsi merupakan persepsi contoh terhadap permasalahan

keuangan yang dihadapi. Tekanan Ekonomi Keluarga merupakan rata-rata skor

permasalahan keuangan keluarga yang dihitung dengan rumus:

Tekanan Ekonomi Keluarga =

(41)

19

Manajemen keuangan keluarga diukur dari kebiasaan contoh membuat

perencanaan keuangan, mengevaluasi pengeluaran, menabung dan membicarakan

masalah keuangan dikeluarga. Mekanisme koping terdiri dari mekanisme koping

mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan. Sementara itu, kesejahteraan

keluarga diukur berdasarkan keadaan keluarga secara fisik dan keadaan yang

dirasakan contoh seperti sandang, pangan, dan papan.

Variabel tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping, dan

kesejahteraan keluarga dikompositkan sehingga diperoleh total skor, kemudian

dilakukan transformasi skala ordinal dari 0-100 dengan rumus sebagai berikut

(Tati 2004):

Min = Total skor minimum pertanyaan

Max = Total skor maksimum pertanyaan

Hasil transformasi tersebut dibuat kategori berdasarkan interval kelas.

Berdasarkan Slamet (1993) interval kelas ditentukan menggunakan rumus berikut:

Interval Kelas (I) = Skor Maksimum (NT) – Skor Minimum (NR)

Variabel tekanan ekonomi keluarga dikategorikan menjadi rendah, sedang dan

tinggi. Manajemen keuangan contoh dikategorikan menjadi kurang, cukup dan

baik. Mekanisme koping dikategorikan menjadi sedikit, sedang dan banyak.

Sementara itu, kesejahteraan keluarga dikategorikan menjadi rendah, sedang dan

tinggi.

Jenis data yang didapatkan merupakan data rasio yaitu pendapatan dan

usia, data nominal yaitu tingkat usia da pendidikan, data ordinal yaitu tekanan

ekonomi, dan data ordinal yaitu tekanan ekonomi, manajemen keuangan,

(42)

20

dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel dalam penelitian. Korelasi

Spearman dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan dua variabel dengan

ukuran ordinal (Puspitawati 2003).

Definisi Operasional

Contoh adalah perempuan yang bekerja sebagai pemetik teh, mempunyai anak

usia dibawah 6 tahun dan masih bersuami

Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,

darah, ataupun adopsi, terdiri dari suami, isteri, anak, serta anggota keluarga

lainnya.

Jumlahanggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang berasal dari

ikatan perkawinan, darah, ataupun adopsi yang tinggal bersama contoh

Jenis pekerjaan adalah usaha atau pekerjaan tertentu yang dilakukan oleh

anggota keluarga dan menghasilkan uang.

Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh contoh dan suami

Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima anggota keluarga

berasal dari kepala keluarga, isteri, anak, dan anggota keluarga lain.

Alokasi Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan hidup

Tekanan ekonomi keluarga adalah permasalahan keuangan keluarga yang

meliputi tekan ekonomi objektif atau permasalahan keuangan keluarga dan

tekanan ekonomi subjektif atau tekanan ekonomi yang dirasakan contoh.

Manajemen Keuangan adalah kegiatan merencanakan, mengevaluasi dan

membicarakan penggunaan sumberdaya berupa uang yang dimiliki untuk

memenuhi kebutuhan dan tujuan keluarga

Mekanisme Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk

mengatasi permasalahan keuangan keluarga yaitu dengan mengurangi

pengeluaran pangan dan non pangan serta menambah pendapatan keluarga

Kesejahteraan Keluarga adalah keadaan keluarga secara fisik yaitu sandang,

(43)

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Perusahaan Perkebunan Malabar

Perkebunan Malabar merupakan peninggalan dari masa penjajahan Hindia

Belanda. Perkebunan Malabar adalah sebuah perkebunan yang berada di bawah

manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII. Komoditas utama PTPN VIII adalah

teh. Lokasi perkebunan terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Wilayah kerja perkebunan Malabar terbagi menjadi empat afdeling, yaitu:

Afdeling Malabar Utara, Afdeling Malabar Selatan, Afdeling Sukaratu, dan

Afdeling Tanara yang berada di Desa Banjarsari

Perusahaan memperhatikan sosial kemasyarakatan karyawannya. Semua

karyawan terdaftar di asuransi jamsostek (jaminan hari tua, jaminan kecelakaan

kerja dan jaminan kematian. Perusahaan memberikan jaminan kesehatan kepada

seluruh karyawan (Rp 35.000 per bulan/orang). Fasilitas lainnya yang diberikan

oleh perusahaan kepada karyawan disajikan pada Tabel 2

Tabel 2 Fasilitas yang disediakan perusahaan untuk karyawan

Bidang Fasilitas Jumlah

Kesehatan poliklinik dan 1 di setiap afdeling

rumah sakit yang dekat (+ 3 km dari

Ekonomi koperasi primer karyawan kebun

Malabar yang telah memiliki badan hukum sendiri

1

Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional di perkebunan

malabar saat ini adalah sebanyak 2.218 orang, terdiri dari karyawan unsur

pimpinan dan karyawan pelaksana. Berdasarkan informasi dari PT. Perkebunan

(44)

22

perkebunan Malabar masih lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimum

Provinsi Jawa Barat tahun 2008 sebesar Rp 600.000 perbulan (upah dan tunjangan

tetap). Upah tunjangan lainnya termasuk tunjangan variabel diberikannya satu

tahun.

Desa Banjar Sari

Luas wilayah Desa Banjarsari yaitu 22,09 km2 dengan luas perkebunan

negara yaitu 14,08 km2. Wilayah Desa meliputi tanah kering berupa pekarangan,

bangunan, dan halaman serta tegal/ladang dan padang rumput. Tanah basah terdiri

dari tanah rawa dan kolam/empang. Tanah perkebunan adalah tanah perkebunan

negara. Tanah fasilitas umum meliputi lapangan, kantor pemerintah dan lainnya.

Selain itu, terdapat tanah hutan berupa hutan lindung.

Jumlah penduduk desa pada tahun 2007 yaitu 5.641 jiwa dengan jumlah

penduduk pria sebesar 2811 orang (49,8%) dan jumlah penduduk perempuan

sebesar 2.830 orang (50,02%) serta terdapat 1.763 kepala keluarga. Berdasarkan

daftar isian potensi dan tingkat perkembangan desa tahun 2007 jumlah keluarga

prasejahtera sebesar 345 keluarga (19,6%), keluarga sejahtera I sebanyak 411

keluarga (23,3%), keluarga sejahtera II sebanyak 526 keluarga (29,8%), keluarga

sejahtera III sebesar 462 keluarga (26,2%) dan kelurga sejahtera III plus sebanyak

19 keluarga (1,0%).

Potensi sumber daya manusia dilihat dari pendidikan dan pekerjaan.

Sebagian besar penduduk tamat sekolah dasar. Mata pencaharian yang paling

banyak adalah buruh tani. Jumlah penduduk yang bekerja paling banyak di usia

15-56 tahun. Potensi kelembagaan terdiri dari lembaga pemerintah,

kemasyarakatan, politik, ekonomi, pendidikan, lembaga adat dan lembaga

keamanan. Lembaga pemerintah terdiri dari pemerintahan desa dan badan

permusyawaratan desa. Selan itu, terdapat lembaga ekonomi berupa koperasi.

Karakteristik Contoh dan Keluarga

Contoh pada penelitian ini adalah wanita yang bekerja sebagai pemetik

teh, mempunyai anak yang berusia dibawah 6 tahun dan masih bersuami.

Karakteristik keluarga contoh meliputi umur contoh dan suami, tingkat

pendidikan contoh dan suami, pekerjaan suami, jumlah anggota keluarga,

(45)

23

Umur Contoh dan Suami

Rata-rata umur contoh dan suami adalah 36,33 tahun dengan kisaran

antara 20 sampai 67 tahun untuk contoh dan 38 tahun dengan kisaran 22 sampai

66 tahun untuk suami. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh dan suami

berdasarkan kelompok umur. Lebih dari tiga per empat contoh (74,7%) dan

hampir dua per tiga suami (62,1%) berada pada tingkat dewasa muda (20-40

tahun). Satu per empat contoh (25,2%) dan lebih dari satu per tiga suami (37,9%)

berada pada tingkat dewasa madya (40-65 tahun) .

Tabel 3 Sebaran contoh dan suami berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Lebih dari separuh contoh (58,6%)

dan suami (59,8%) hanya tamat sekolah dasar. Ada dua orang contoh (2,3%) yang

tidak pernah sekolah. Pendidikan tertinggi contoh dan suami adalah sekolah

menengah atas (SMA) dan hanya sebagian kecil contoh (2,3%) dan suami (1,1%)

yang sekolah sampai tingkat SMA. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat

pendidikan contoh dan suami. Pendidikan dapat menentukan posisi seseorang

dalam suatu perusahaan sehingga akan berdampak pada penghasilan yang didapat.

Tabel 4 Sebaran contoh dan suami berdasarkan tingkat pendidikan

Kelompok Umur (Tahun) Contoh Suami

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan tekanan ekonomi, manajemen
Tabel 1 Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat bantu
Tabel 2 Fasilitas yang disediakan perusahaan untuk karyawan
Tabel 9 Sebaran keluarga contoh berdasarkan alokasi pengeluaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah karbon tersimpan dalam biomassa di atas permukaan tanah hutan rakyat jamblang di

Komering Ulu Timur, Kabupaten Lebong, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Pringsewu, Kota Bandar Lampung, Kota Cilegon, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Purworejo,

Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sehubungan dengan penerapan metode Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja pada PT Kereta Api Daop

selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dalam membimbing dan

Skripsi yang berjudul Mistik Kejawen Dalam Antologi Cerkak Malaikat Jubah Putih Karya Nono Warnono, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hasil pengamatan dari penelitian tindakan kelas siklus I pertemuan 1 adalah sebagai berikut; Pelaksanaan pembelajaran kooperatif; Guru melakukan tahapan-tahapan pada

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang terhadap apresiatornya. Amanat yang dianalisis oleh penulis adalah amanat dari film Rudy Habibie. Setiap film

Adapun hasil penelitian ini jika ditinjau dengan hukum Islam tentang pelaksanaan lompek paga terhadap Peraturan Nagari Situjuah Gadang Nomor 5 Tahun 2017 uraian