HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN
KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH
FIRDAUS
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK
TEH DI KEBUN MALABAR, PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT
The Correlation of Economic Pressure, Financial Management, and Coping Mechanism with Plantation Women Worker’s Family Welfare in Malabar Garden, PTPN VIII Bandung,
West Java Firdaus1 Euis Sunarti2
Abstract
The general objective of this research was to study the correlation of economic pressure, financial management and coping mechanism with family welfare. The sample was chosen purposively. The samples were female tea pickers having under 6 years old children and still having husband. The data, which was collected in April 2008, consists of primary and secondary data. The primary data were economic pressure, financial management, and coping mechanism taken by using structured questionnaire, while the secondary data were family characteristic and family welfare taken from Sunarti (2008)’s research titled A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development.
Result of the research shows that the economic pressure of almost two third (64.4%) sample’s families is in intermediate category. The financial management of more than half (50.6%) families is in low category. The coping mechanism of more than half (56.3%) families is in intermediate category. The welfare of more than two third (66.7%) families is in intermediate category. Statistically, there is significant correlation between financial management and family welfare (p<0.05). Perception economic pressure has significant correlation with coping mechanism of reducing non food expenditure.
Keywords: economic pressure, financial management, coping mechanism, plantation women worker’s family welfare
1
Mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB
2
RINGKASAN
FIRDAUS. Hubungan Antara Tekanan Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh.
Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping, dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. Tujuan khususnya adalah (1) mengetahui karakteristik contoh dan keluarga, (2) mengetahui tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga, (3) mengetahui hubungan antarvariabel penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Malabar PT. Perkebunan Nusantara VIII Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat pada bulan Desember sampai Juli 2008. Contoh penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang mempunyai anak usia kurang dari 6 tahun dan masih bersuami. Total contoh pada penelitian ini sebanyak 87 orang.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yaitu tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping diambil menggunakan kuesioner terstruktur, sedangkan data sekunder yaitu karakteristik keluarga dan kesejahteraan keluarga diambil dari data penelitian Sunarti (2008) yang berjudul A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development. Selain itu, kondisi tempat penelitian diperoleh dari instansi pemerintah dan perusahaan terkait. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74,7%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) berada pada tingkatan dewasa muda. Lebih dari separuh contoh (58,6%) dan suami (59,8%) lulusan sekolah dasar. Hampir tiga per empat suami contoh (74,4%) bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan besar keluarga, lebih dari separuh keluarga contoh (52,5%) merupakan tipe keluarga sedang yaitu terdiri atas 5 sampai 6 orang dalam satu keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga contoh terlihat pada pendapatan contoh dan suami serta pendapatan per kapita keluarga per bulan. Hampir tiga per empat contoh (73,6%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bandung tahun 2008 atau di bawah Rp 600.000 per bulan. Sementara itu, lebih dari satu per tiga keluarga contoh (42,5%) berada dibawah garis kemiskinan atau pendapatan perkapita kurang dari Rp 158.579.
Manajemen keuangan keluarga dilihat dari kebiasaan contoh dalam membuat perencanaan keuangan, menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan mengevaluasi uang yang dibelanjakan serta membicarakan masalah keuangan di keluarga. Praktek manajemen keuangan keluarga pada lebih dari separuh keluarga contoh (50,6%) masih tergolong kurang. Hanya sebagian kecil contoh (12,6%) yang telah melakukan manajemen keuangan dengan baik.
Mekanisme koping keluarga dilihat dari strategi keluarga contoh dalam menghadapi kesulitan ekonomi yaitu dengan mengurangi pengeluaran pangan dan non pangan serta menambah pendapatan. Keluarga contoh pada penelitian ini lebih banyak melakukan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan. Setelah dikategorikan mekanisme koping yang dilakukan lebih dari separuh keluarga contoh (56,3%) berada pada kategori sedang.
Kesejahteraan keluarga dilihat dari keadaan fisik yang dirasakan oleh contoh seperti sandang pangan dan papan. Lebih dari duapertiga keluarga contoh (66,7%) berada pada kategori sedang. Sementara itu, hanya sebagian kecil keluarga contoh (11,5%) yang berada pada kategori rendah.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang positif antara besar keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga (p<0,01), pendidikan contoh dengan manajemen keuangan keluarga (p<0,01), manajemen keuangan dengan kesejahteraan keluarga (p<0,05), tingkat pendidikan contoh dengan kesejahteraan keluarga (p<0,01), dan tekanan ekonomi persepsi dengan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga contoh maka tekanan ekonominya semakin tinggi, semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka manajemen keuangan keluarga semakin baik dan semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga, semakin tinggi tekanan ekonomi yang dirasakan contoh maka semakin banyak mekanisme koping yang dilakukan keluarga contoh dengan mengurangi pengeluaran non pangan.
i
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN
KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH
FIRDAUS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
Judul : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI,
MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME
KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
WANITA PEMETIK TEH.
Nama Mahasiswa : Firdaus
Nomor Pokok : A54104033
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Euis Sunarti, MS NIP. 131 803 646
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
iii Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak
Endang Jaelani dan Ibu Aisyah. Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3
Desember 1985.
Pendidikan formal dilalui di Sukabumi, yaitu TK Uswatun Hasanah (tamat
pada tahun 1992), SDN Kutamaneuh (tamat pada tahun 1998), SMPN 2 Cisaat
(tamat pada tahun 2001), SMUN 3 Sukabumi (tamat pada tahun 2004). Tahun
2004 penulis diberi kesempatan masuk Institut Pertanian Bogor Fakultas
Pertanian Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama perkuliahan penulis aktif di kegiatan ekstra kampus yaitu
Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai
sekretaris umum (2006-2007) dan Bimbingan Remaja dan Anak-anak (Birena)
iv
PRAKATA
Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini. Pertama-tama, penulis
menyampaikan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas
karunia dan berkah yang diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr.Ir.Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan masukan, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, MSc. sebagai dosen penguji, atas segala
masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Edo Ryzki F, Devi Pratiwi S, Ahmawati sebagai pembahas seminar atas
segala kritikan dan saran kepada penulis.
4. Teh Cica, Mas Fahmi, Novi, Noni, Yuli dan Veny yang telah membantu
dalam proses pengambilan data
5. Pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor sebagai tempat penulis banyak
mendapatkan pengalaman dan ilmu yang sangat berarti
6. Umi, Abi, Nana, dan Inay atas kasih sayang serta dukungan moril dan materi
selama penulis menuntut ilmu di IPB.
7. Astri, Retno dan teman-teman GMSK 41. Terimakasih atas bantuannya dan
atas segala persahabatan yang telah terjalin selama ini.
8. Eko, Wika dan teman-teman di Asrama Mesjid Al Hurriyyah IPB yang telah
membantu dalam proses penulisan dan banyak mengajarkan tentang
kehidupan dan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.
Bogor, Agustus 2008
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Pemetik Teh ... 4
Karakteristik Keluarga ... 4
Tekanan Ekonomi Keluarga ... 7
Manajemen Keuangan Keluarga ... 8
Mekanisme Koping ... 9
Kesejahteraan Keluarga ... 11
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODE ... 17
Disain, Tempat dan Waktu ... 17
Penarikan Contoh ... 17
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 17
Pengolahan dan Analisis Data... ... 18
Definisi Operasional ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 21
Karakteristik Contoh dan Keluarga ... 22
Tekanan Ekonomi Keluarga ... 27
Manajemen Keuangan ... 32
Mekanisme Koping ... 35
Kesejahteraan Keluarga ... 41
vi
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN
KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH
FIRDAUS
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK
TEH DI KEBUN MALABAR, PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT
The Correlation of Economic Pressure, Financial Management, and Coping Mechanism with Plantation Women Worker’s Family Welfare in Malabar Garden, PTPN VIII Bandung,
West Java Firdaus1 Euis Sunarti2
Abstract
The general objective of this research was to study the correlation of economic pressure, financial management and coping mechanism with family welfare. The sample was chosen purposively. The samples were female tea pickers having under 6 years old children and still having husband. The data, which was collected in April 2008, consists of primary and secondary data. The primary data were economic pressure, financial management, and coping mechanism taken by using structured questionnaire, while the secondary data were family characteristic and family welfare taken from Sunarti (2008)’s research titled A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development.
Result of the research shows that the economic pressure of almost two third (64.4%) sample’s families is in intermediate category. The financial management of more than half (50.6%) families is in low category. The coping mechanism of more than half (56.3%) families is in intermediate category. The welfare of more than two third (66.7%) families is in intermediate category. Statistically, there is significant correlation between financial management and family welfare (p<0.05). Perception economic pressure has significant correlation with coping mechanism of reducing non food expenditure.
Keywords: economic pressure, financial management, coping mechanism, plantation women worker’s family welfare
1
Mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB
2
RINGKASAN
FIRDAUS. Hubungan Antara Tekanan Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh.
Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping, dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. Tujuan khususnya adalah (1) mengetahui karakteristik contoh dan keluarga, (2) mengetahui tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga, (3) mengetahui hubungan antarvariabel penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Malabar PT. Perkebunan Nusantara VIII Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat pada bulan Desember sampai Juli 2008. Contoh penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang mempunyai anak usia kurang dari 6 tahun dan masih bersuami. Total contoh pada penelitian ini sebanyak 87 orang.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yaitu tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping diambil menggunakan kuesioner terstruktur, sedangkan data sekunder yaitu karakteristik keluarga dan kesejahteraan keluarga diambil dari data penelitian Sunarti (2008) yang berjudul A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development. Selain itu, kondisi tempat penelitian diperoleh dari instansi pemerintah dan perusahaan terkait. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74,7%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) berada pada tingkatan dewasa muda. Lebih dari separuh contoh (58,6%) dan suami (59,8%) lulusan sekolah dasar. Hampir tiga per empat suami contoh (74,4%) bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan besar keluarga, lebih dari separuh keluarga contoh (52,5%) merupakan tipe keluarga sedang yaitu terdiri atas 5 sampai 6 orang dalam satu keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga contoh terlihat pada pendapatan contoh dan suami serta pendapatan per kapita keluarga per bulan. Hampir tiga per empat contoh (73,6%) dan hampir dua per tiga suami (62,1%) memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bandung tahun 2008 atau di bawah Rp 600.000 per bulan. Sementara itu, lebih dari satu per tiga keluarga contoh (42,5%) berada dibawah garis kemiskinan atau pendapatan perkapita kurang dari Rp 158.579.
Manajemen keuangan keluarga dilihat dari kebiasaan contoh dalam membuat perencanaan keuangan, menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan mengevaluasi uang yang dibelanjakan serta membicarakan masalah keuangan di keluarga. Praktek manajemen keuangan keluarga pada lebih dari separuh keluarga contoh (50,6%) masih tergolong kurang. Hanya sebagian kecil contoh (12,6%) yang telah melakukan manajemen keuangan dengan baik.
Mekanisme koping keluarga dilihat dari strategi keluarga contoh dalam menghadapi kesulitan ekonomi yaitu dengan mengurangi pengeluaran pangan dan non pangan serta menambah pendapatan. Keluarga contoh pada penelitian ini lebih banyak melakukan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan. Setelah dikategorikan mekanisme koping yang dilakukan lebih dari separuh keluarga contoh (56,3%) berada pada kategori sedang.
Kesejahteraan keluarga dilihat dari keadaan fisik yang dirasakan oleh contoh seperti sandang pangan dan papan. Lebih dari duapertiga keluarga contoh (66,7%) berada pada kategori sedang. Sementara itu, hanya sebagian kecil keluarga contoh (11,5%) yang berada pada kategori rendah.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang positif antara besar keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga (p<0,01), pendidikan contoh dengan manajemen keuangan keluarga (p<0,01), manajemen keuangan dengan kesejahteraan keluarga (p<0,05), tingkat pendidikan contoh dengan kesejahteraan keluarga (p<0,01), dan tekanan ekonomi persepsi dengan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga contoh maka tekanan ekonominya semakin tinggi, semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka manajemen keuangan keluarga semakin baik dan semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga, semakin tinggi tekanan ekonomi yang dirasakan contoh maka semakin banyak mekanisme koping yang dilakukan keluarga contoh dengan mengurangi pengeluaran non pangan.
i
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN
KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH
FIRDAUS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
Judul : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI,
MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME
KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
WANITA PEMETIK TEH.
Nama Mahasiswa : Firdaus
Nomor Pokok : A54104033
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Euis Sunarti, MS NIP. 131 803 646
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
iii Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak
Endang Jaelani dan Ibu Aisyah. Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3
Desember 1985.
Pendidikan formal dilalui di Sukabumi, yaitu TK Uswatun Hasanah (tamat
pada tahun 1992), SDN Kutamaneuh (tamat pada tahun 1998), SMPN 2 Cisaat
(tamat pada tahun 2001), SMUN 3 Sukabumi (tamat pada tahun 2004). Tahun
2004 penulis diberi kesempatan masuk Institut Pertanian Bogor Fakultas
Pertanian Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama perkuliahan penulis aktif di kegiatan ekstra kampus yaitu
Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai
sekretaris umum (2006-2007) dan Bimbingan Remaja dan Anak-anak (Birena)
iv
PRAKATA
Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini. Pertama-tama, penulis
menyampaikan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas
karunia dan berkah yang diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr.Ir.Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan masukan, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, MSc. sebagai dosen penguji, atas segala
masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Edo Ryzki F, Devi Pratiwi S, Ahmawati sebagai pembahas seminar atas
segala kritikan dan saran kepada penulis.
4. Teh Cica, Mas Fahmi, Novi, Noni, Yuli dan Veny yang telah membantu
dalam proses pengambilan data
5. Pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor sebagai tempat penulis banyak
mendapatkan pengalaman dan ilmu yang sangat berarti
6. Umi, Abi, Nana, dan Inay atas kasih sayang serta dukungan moril dan materi
selama penulis menuntut ilmu di IPB.
7. Astri, Retno dan teman-teman GMSK 41. Terimakasih atas bantuannya dan
atas segala persahabatan yang telah terjalin selama ini.
8. Eko, Wika dan teman-teman di Asrama Mesjid Al Hurriyyah IPB yang telah
membantu dalam proses penulisan dan banyak mengajarkan tentang
kehidupan dan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.
Bogor, Agustus 2008
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Pemetik Teh ... 4
Karakteristik Keluarga ... 4
Tekanan Ekonomi Keluarga ... 7
Manajemen Keuangan Keluarga ... 8
Mekanisme Koping ... 9
Kesejahteraan Keluarga ... 11
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODE ... 17
Disain, Tempat dan Waktu ... 17
Penarikan Contoh ... 17
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 17
Pengolahan dan Analisis Data... ... 18
Definisi Operasional ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 21
Karakteristik Contoh dan Keluarga ... 22
Tekanan Ekonomi Keluarga ... 27
Manajemen Keuangan ... 32
Mekanisme Koping ... 35
Kesejahteraan Keluarga ... 41
vi
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat bantu... 18
2. Fasilitas yang disediakan perusahaan untuk karyawan ... 22
3. Sebaran contoh dan suami berdasarkan kelompok umur ... 23
4. Sebaran contoh dan suami berdasarkan tingkat pendidikan ... 23
5. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan suami ... 24
6. Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 25
7. Sebaran contoh dan suami berdasarkan pendapatan ... 26
8. Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan perkapita ... 26
9. Sebaran keluarga contoh berdasarkan alokasi pengeluaran ... 27
10.Sebaran keluarga contoh berdasarkan permasalahan keuangan ... 29
11.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori permasalahan keuangan 29 12.Sebaran contoh berdasarkan tekanan ekonomi persepsi ... 31
13.Sebaran contoh berdasarkan kategori tekanan ekonomi persepsi ... 31
14.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori tekanan ekonomi ... 32
15.Sebaran keluarga contoh berdasarkan manajemen keuangan ... 34
16.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori manajemen keuangan keluarga ... 34
17.Sebaran keluarga contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan ... 36
18.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan ... 36
19.Sebaran keluarga contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan ... 37
20.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan ... 38
21.Sebaran keluarga contoh berdasarkan mekanisme koping menambah pendapatan ... 40
22.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori mekanisme koping menambah pendapatan ... 41
viii
24.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kesejahteraan keluarga ... 42
25.Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga 43
26.Sebaran koefisien korelasi spearman karakteristik keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga ... 44
27.Sebaran koefisien korelasi spearman karakteristik keluarga dengan manajemen keuangan dengan dan mekanisme koping ... 45
28.Sebaran koefisien korelasi spearman karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga ... 46
29.Sebaran koefisien korelasi spearman manajemen keuangan, mekanisme
koping dengan kesejahteraan keluarga ... 47
1
Perbandingan antara jumlah penduduk miskin di pedesaan dan perkotaan
menunjukkan bahwa penduduk miskin di pedesaan lebih besar 5,23 persen
dibandingkan dengan di perkotaan (BPS 2007). Indonesia dikenal sebagai negara
agraris dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Para
petani tersebut umumnya tinggal di pedesaan dekat lokasi tempat bekerja dengan
pendapatan yang rendah.
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin semakin
bertambah terutama di pedesaan sebagai dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Selain itu, kenaikan harga-harga bahan pokok dengan tingkat
pendapatan yang rendah berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.
Keadaan demikian dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga sebagai unit
masyarakat.
Faktor ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan hidup. Di
sisi lain, faktor ini dapat menimbulkan tekanan dalam kehidupan keluarga sebagai
dampak dari krisis yang berkepanjangan. Penyebab tekanan ekonomi diantaranya
adalah PHK atau kehilangan pekerjaan, pendapatan rendah yang tidak mencukupi
kebutuhan hidup, dan tidak stabilnya aset dengan utang. Kebutuhan hidup yang
cukup bervariasi dan daya beli yang semakin melonjak dapat menimbulkan
tekanan baik fisik maupun mental terhadap anggota keluarga (Tati 2004). Daya
beli dari suatu keluarga akan ditentukan oleh total jumlah pendapatan dari semua
anggota keluarga tersebut. Semakin tinggi total pendapatan yang didapatkan oleh
anggota keluarga maka daya beli keluarga tersebut semakin tinggi.
Suatu keluarga yang berpendapatan rendah tentunya akan sulit memenuhi
seluruh kebutuhan keluarga. Menurut Mardiharini (2001) strategi yang paling
efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi
pengeluaran untuk makanan dan non makanan serta meningkatkan produktivitas
2
keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah jumlah anggota keluarga dan
tingkat pendapatan.
Manajemen keuangan dilakukan oleh keluarga untuk mengalokasikan
keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keluarga. Bagi keluarga yang
menerapkan manajemen keuangan dengan baik maka keluarga tersebut akan bisa
mengatasi kebutuhan keluarga yang tidak terbatas. Kegiatan manajemen keuangan
dikelurga dapat dilakukan diantaranya dengan membuat perencanaan keuangan
secara rutin, mengevaluasi pengeluaran, membicarakan masalah keuangan di
keluarga dan menabung untuk masa mendatang.
Sebagian besar pemetik teh adalah perempuan yang tinggal di pedesaan
dan diberikan fasilitas tempat tinggal oleh perusahaan. Secara ekonomi wanita
yang bekerja bisa membantu suami dalam menambah pendapatan keluarga.
Walaupun demikian, penghasilan sebagian besar penghasilan buruh tani masih
tergolong rendah dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Agar kebutuhan
keluarga terpenuhi maka keluarga tersebut harus melakukan strategi atau
mekanisme tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh keluarga
dapat mengurangi pengeluaran sehari-hari dan menggunakan sumberdaya yang
dimiliki keluarga untuk menambah penghasilan keluarga.
Perumusan Masalah
Pemetik teh adalah sekelompok masyarakat yang tinggal dipedesaan yang
ikut merasakan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Belum banyak
diketahui bagaimana keadaan keluarga mereka, seberapa besar tekanan ekonomi
yang dihadapi keluarga, mekanisme apa yang dilakukan oleh keluarga untuk
menghadapi krisis tersebut. Selain itu, perlu diketahui bagaimana manajemen
keuangan yang dilakukan oleh keluarga pemetik teh dan apakah keadaan keluarga
serta staratehi yang dilakukan oleh keluarga mempengaruhi tingkat kesejahteraan
keluarga.
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping, dan
3
Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga
2. Mengetahui tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping,
dan kesejahteraan keluarga
3. Mengetahui hubungan antarvariabel penelitian.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menyediakan informasi
kepada peneliti di bidang keluarga mengenai tekanan ekonomi, manajemen
keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga yang berpenghasilan
rendah. Hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme
koping dan kesejahteraan keluarga diharapkan dapat menambah informasi dalam
penelitian keluarga. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi yang penting bagi perusahaan mengenai kehidupan keluarga
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pemetik TehPemetik teh merupakan tulang punggung produksi teh nasional. Para
pemetik teh biasanya bekerja dari jam enam pagi sampai menjelang sore. Seperti
petani dan juga nelayan, kemapanan ekonomi keluarga pemeik teh tidak pernah
baik. Rata-rata pendidikan mereka adalah hanya lulusan sekolah dasar dan
penghasilan para wanita pemetik teh ini digunakan untuk membantu keluarga
(Sinamo 2007).
Umummnya pekerja pemetik daun teh adalah perempuan. Penghasilan
sebagai pemetik teh dihitung dari banyaknya daun teh yang bisa dipetik (Rizal
2007). Satu kilogram daun teh dihargai dengan uang senilai Rp 505. Selama satu
bulan pemetik bisa mengumpulkan pucuk daun teh sebanyak dua sampai tiga
kuintal. Artinya, dalam satu bulan pemetik bisa membawa pulang uang sebesar Rp
101.000 sampai Rp 151.500. Ditambah upah pikul yang nilainya tidak lebih dari
Rp 50 per kilogram, sehingga total penghasilannya tidak lebih dari Rp 200.000
per bulan.
Menggantungkan hidup dari mata pencaharian sebagai pemetik teh
terlebih di perkebunan rakyat bukanlah pilihan yang tepat untuk mempertahankan
hidup. Oleh karena itu, selain menjadi pemetik teh, para pemetik bekerja menjadi
buruh tani di perkebunan sayuran ataupun pekerjaan lainnya yang ada di sekitar
rumahnya. Harga kebutuhan pokok di daerah perkebunan tidak jauh berbeda
seperti di perkotaan dan cenderung lebih mahal karena faktor biaya transportasi.
Penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar sangat jarang dilakukan oleh
keluarga. Pendidikan sampai tingkat SMP adalah hal yang istimewa bagi
anak-anak di tempat tersebut. Keadaan ekonomi dan kesadaran akan pendidikan
membuat anak-anak hanya disekolahkan sampai tingkat SD saja (Nursanti 2007).
Karakteristik Keluarga
Pengertian Keluarga
Menurut Undang Undang Nomor 10 tahun 1992, keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Depnakertrans 2008).
5
yang berlaku di masyarakat setempat (Orthner 1981, diacu dalam Desmarita
2004).
Suami, Istri dan anak yang belum berkeluarga disebut sebagai keluarga inti
atau nuclear family (Koencaraningrat 1974, diacu dalam Effendi 1995). Selain
keluarga inti ada yang disebut sebagai keluarga luas yaitu keluarga inti dan
anggota keluarga lainnya terkait dalam hubungan darah dan hubungan
perkawinan. Ada delapan fungsi keluarga yang utama seperti disebutkan dalam
Undang-Undang No 10 tahun 1992 yaitu fungsi keagaman, fungsi sosial budaya,
fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
pendidikan , fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan (Suyono 2005).
Keluarga adalah tempat terpenting bagi seseorang karena merupakan
tempat pendidikan yang pertama kali, dan di dalam keluarga pula seseorang
paling banyak bergaul serta mengenal kehidupan (Zalbawi & Handayani 2004)
Menurut Guhardja et al. (1992) keluarga adalah suatu sistem yang seperti sistem
lainnya terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan. Hubungan antar-
elemen untuk mewujudkan suatu fungsi tertentu terjadi, tidak saja bersifat alami,
tetapi juga dibentuk oleh berbagai faktor atau kekuatan yang ada disekitar
keluarga yaitu oleh adanya nilai-nilai, norma serta faktor-faktor lain yang ada di
masyarakat.
Pendapatan
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari
pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya
diterima dalam bentuk uang. Pencatatan pendapatan dari semua anggota keluarga
menjadi semakin penting ketika diketahui bahwa rumah tangga tersebut memiliki
lebih dari satu orang yang bekerja. Pendapatan yang diterima oleh seseorang yang
memiliki status pekerjaan sebagai pegawai, karyawan, buruh atau pegawai negeri
biasanya terdiri atas gaji pokok, tunjangan, bonus dan pendapatan lainnya
(Sumarwan 2004).
Kegiatan ekonomi yang merupakan usaha yang dilakukan oleh setiap
manusia dengan menggunakan faktor-faktor produksi dimaksudkan untuk
memberikan manfaat bagi orang lain maupun bagi diri sendiri dapat berupa
6
inilah dapat dipergunakan kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dapat
digunakan kembali untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pendapatan seseorang itu
bisa berupa barang, bisa juga berupa uang yang diperoleh dari jasa (pekerjaan)
dan penggunaan kekayaannya seperti usaha atau investasi (Karim 2002).
Menurut Berg (1986), diacu dalam Djamaludin (2002) tingkat pendapatan
menentukan pola makanan seseorang atau keluarga. Pendapatan merupakan faktor
yang paling penting dalam menentukan kualitas dan kuntitas makanan. Besarnya
pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik pelaku ekonomi keluarga,
tingkat upah, aset produksi, akses pemasaran dan pengeluaran total keluarga serta
pendapatan bukan dari mencari nafkah. Setiap anggota keluarga yang yang
termasuk angkatan kerja akan memperoleh pendapatan dari berbagai sumber
(Mangkuprawira 2002).
Pengeluaran
Mengetahui pola pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu cara
untuk dapat mengetahui tingkat kehidupan masyarakat. Berbagai karakateristik
pribadi dan situasi yang menyertainya akan mempengaruhi bagaimana seseorang
membelanjakan uangnya (Raines 1994, diacu dalam Kartini 2005). Permintaan
terhadap konsumsi barang dan jasa pada dasarnya bisa berbeda antara golongan
masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi dan golongan masyarakat yang
memiliki pendapatan rendah. Dalam kondisi pendapatan yang relatif terbatas
kebutuhan terhadap makanan akan mendapatkan prioritas, sehingga pada
kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah akan terlihat bahwa sebagian
pendapatnya digunakan untuk konsumsi bahan makanan (Tagur dan Sading, diacu
dalam Roswita 2005).
Pengeluaran total keluarga secara umum dialokasikan untuk kebutuhan
pangan, non pangan dan investasi. Porsi pengeluaran tersebut akan mencerminkan
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat (Mangkuprawira 2002). Studi kuantitatif
tentang anggaran/ pengeluaran keluarga pertama kali dilaksanakan oleh Engel,
hasil studi empirisnya adalah: (1) kategori/ proporsi terbesar dari anggaran
keluarga adalah untuk makanan (2) proporsi pengeluaran total untuk makanan
menurun dengan meningkatnya pendapatan, (3) proporsi pengeluaran total untuk
7
untuk barang-barang mewah bertambah ketika pendapatan mulai meningkat
(Rambe 2008)
Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar,
berlangsung terus menerus, sistematis dan terarah, yang bertujuan mendorong
terjadinya perubahan-perubahan pada setiap individu yang terlibat didalamnya.
Pendidikan formal merupakan segala sesuatu (proses belajar mengajar) yang
diupayakan untuk mengubah segenap perilaku seseorang (Gunarsa & Gunarsa
2004, diacu dalam Nuryani 2007). Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
diidentikkan dengan orang yang memiliki sumberdaya manusia yang tinggi.
Umumnya orang yang berpndidikan tinggi mendapat upah yang relatif tinggi pula
dibandingkan dengan orang yang bermutu pendidikan rendah (Guhardja et al
1992).
Tekanan Ekonomi Keluarga
Faktor ekonomi merupakan faktor penting dalam kehidupan keluarga,
karena ekonomi merupakan salah satu tiang utama penyangga keseimbangan
hidup keluarga. Keadaan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan
hidup. Disisi lain, faktor ini dapat menjadi faktor yang menimbulkan tekanan
tersendiri dalam kehidupan keluarga sebagai dampak krisis yang berkepanjangan
sehingga menimbulkan tidak sedikit keluarga yang mengalami tekanan ekonomi.
Tekanan tersebut diakibatkan karena PHK atau kehilangan pekerjaan, pendapatan
rendah yang tidak mencukupi kebutuhan hidup, serta tidak seimbangya aset dan
utang. Kebutuhan hidup yang cukup bervariasi dan daya beli yang rendah dapat
menimbulkan tekanan baik fisik maupun mental kepada anggota keluarga (Tati
2004).
Tekanan ekonomi keluarga meliputi kesulitan ekonomi objektif (objective
economic pressure) dan kesulitan ekonomi subjektif yang dirasakan (perceived of
economic pressure) keluarga. Karakteristik kesulitan ekonomi keluarga objektif
meliputi pendapatan per kapita, rasio utang dengan aset, status pekerjaan,
kehilangan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif
antara tekanan ekonomi dengan kualitas perkawinan, pengasuhan anak,
8
ekonomi keluarga, semakin rendah kualitas perkawinan, pengasuhan anak,
kecerdasan ekonomi anak, dan prestasi belajar anak (Sunarti 2005). Untuk itu,
tekanan ekonomi mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia.
Persoalan-persoalan ekonomi muncul dari penggunaan sumberdaya yang
langka untuk memuaskan keinginan manusia yang terbatas. Kelangkaan tidak
dapat dihindari dan merupakan inti persoalan ekonomi (Lipsey et al 1986 dalam
Noorhaisna 2003). Menurut Lorenz et al (1994), diacu dalam Puspita (2003),
konsep kesulitan ekonomi didapat dari beberapa penelitian yang mencakup
kemiskinan pekerjaan (pendapatan perkapita), tekanan ekonomi pedesaan (rasio
antara hutang dengan aset), tingkat penurunan kehidupan (kehilangan
pendapatan), dan gangguan pekerjaan (pekerjaan tidak tetap).
Manajemen Keuangan Keluarga
Manajemen merupakan salah satu turunan dari ilmu ekonomi. Walaupun
manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu
menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan yang disetujui
oleh anggota keluarga. Uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus
merupakan alat pengukur dari sumberdaya. Besarnya uang yang dimiliki oleh
seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya yang
dimilikinya. Sumberdaya yang dimiliki keluarga umumnya terbatas, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas (Guhardja et al 1992).
Kebutuhan dari setiap keluarga sangat relatif dan tidak terbatas. Akan
tetapi, penghasilan yang diperoleh keluarga bersifat terbatas. Agar kebutuhan dan
pendapatan seimbang diperlukan perencanaan anggaran rumah tangga (Effendi
1995). Manajemen keuangan keluarga termasuk pendapatan merupakan hal yang
mutlak dilakukan suatu keluarga (Putri 2005). Individu dan keluarga
berpendapatan rendah biasanya mempunyai orientasi untuk masa sekarang atau
kini saja daripada untuk masa depannya dalam perspektif waktu (Guhardja et al
1992).
Rice dan Tucker (1986), diacu dalam Kartini 2005 mengungkapkan 12
prinsip dalam manajemen keuangan yang dapat membantu memaksimalkan hasil
9
memprioritaskan tujuan dan menetapkan standar; menganalisa sumberdaya
keuangan; menetapkan manajemen keuangan sistematis; membuat anggaran untuk
mengontrol pengeluaran dan tabungan; menyimpan catatan-catatan; menetapkan
batasan kredit dan menggunakannya dengan tanggung jawab; menggunakan
waktu untuk melipatgandakan tabungan; membangun kesehatan lebih awal dan
sistematis; melindungi aset secara cukup dan beralasan; menggunakan keuntungan
dari pajak untuk membangun masa pensiun; memeriksa dan menyesuaikan secara
teratur; dan merencanakan untuk mentransfer pada kesehatan.
Perencanaan dalam kegiatan manajemen keuangan senantiasa berkaitan
dengan tujuan masa depan, mengingat masa depan penuh dengan ketidakpastian
dan senantiasa berubah dengan cepat maka suatu perencanaan harus disusun
secara cermat dan matang (Yuliawan 2002, diacu dalam Murih 2004). Menurut
Guhardja et al (1992), pembuatan rencana keuangan keluarga memerlukan
kemampuan, yaitu: 1) memperkirakan perubahan situasi (yang berkaitan dengan
pendapatan dan pengeluaran) di waktu yang akan datang; 2) mempertimbangkan
alternatif dan pengambilan keputusan; 3) mendiskusikan rencana keuangan antar
anggota keluarga. Rencana Keuangan yang tertulis pada dasarnya dibuat untuk
melindungi dari resiko keuangan dan mengakumulasikan modal/ kekayaan.
Mengatur keuangan bukanlah pekerjaan yang mudah, untuk itu dibutuhkan
pengetahuan tentang bagaimana membeli barang dan jasa yang akan memberikan
kepuasan terbesar, bagaimana menginvestasikan uang yang dimiliki dengan
bijaksana serta bagaimana menggunakan kredit dengan hati-hati. Sebuah rencana
keuangan akan sangat membantu untuk mengontrol bagaimana, kapan, dan untuk
tujuan apa uang yang ada seharusnya digunakan. Dalam membuat rencana
keuangan yang tepat ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu tetapkan tujuan
yang akan dicapai, ketahui jumlah pendapatan yang dimiliki, gunakan catatan
pengeluaran dan perhitungkan juga tabungan untuk masa depan (Raines 1964,
diacu dalam Kartini 2005).
Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah proses dimana individu dan keluarga
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mengimbangi permintaan dari
10
permasalahan dan ketidakteraturan emosi yang dihubungkan dengan kesulitan
ekonomi. Beberapa perilaku koping yang mempengaruhi tingkat kesulitan
ekonomi dapat dilakukan oleh individu atau keluarga adalah keluarga berusaha
bekerja, berpartisipasi dalam ekonomi informal, manajemen keuangan keluarga,
dan dukungan sosial (Voydanoff 1987).
Mekanisme koping dilakukan jika dana yang dibutuhkan untuk
pemenuhan barang dan jasa lebih tinggi dibandingkan dengan dana yang tersedia.
Tindakan yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pendapatan atau mengurangi
pengeluaran. Mengurangi pengeluaran adalah tindakan yang lebih mudah
dilakukan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh suatu keluarga untuk
mengurangi pengeluaran seperti menghilangkan pengeluaran yang bukan
merupakan prioritas utama, membeli barang atau jasa pengganti yang harganya
lebih murah, atau mengurangi kuantitas dan kualitas barang dan jasa yang dibeli
(Deacon dan Firebough 1998, diacu dalam Kartini 2005).
Individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai
orientasi untuk masa sekarang atau kini saja daripada orientasi untuk masa
depannya dalam perspektif waktu. Strategi pengambilan keputusan keluarga atau
individu yang berpenghasilan rendah adalah keputusan dengan resiko yang sekecil
mungkin (Guhardja et al 1992). Pilihan strategi koping tergantung pada faktor
luar dan dalam rumah tangga. Struktur demografis rumah tangga, status sosial
ekonomi, jaringan sosial, dinamika dalam rumah tangga, dan strategi koping krisis
terdahulu adalah termasuk faktor dalam keluarga ( Adam et al 1998, diacu dalam
Usfar 2002). Kekuatan politik dan ekonomi, iklim, ekonomi, budaya, institusi, dan
infrastruktur adalah di antara faktor luar rumah tangga (Usfar 2002).
Beberapa faktor berpengaruh terhadap pengambilan bentuk koping yang
dilaksanakan oleh keluarga untuk menghadapi kesulitan ekonomi. Strategi yang
paling efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi
pengeluaran untuk makanan dan nonmakanan dan meningkatkan produktivitas
usaha. Faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap strategi yang dipilih
keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah jumlah anggota keluarga dan
11
Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992
adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memberikan kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, selaras dan
seimbang antara anggota, antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Depnakertrans 2008). Menetapkan indikator kesejahteraan keluarga serta
pengukurannya merupakan hal yang sulit untuk dirumuskan secara tuntas. Hal ini
disebabkan permasalahan keluarga sejahtera bukan hanya menyangkut
permasalahan per bidang saja, tetapi menyangkut berbagai kehidupan yang sangat
kompleks. Untuk itu, diperlukan pengetahuan integrasi berbagai bidang disiplin
ilmu disamping penelitian dan atau melalui pengamatan empirik berbagai kasus
untuk dapat menemukan indikator keluarga sejahtera yang berlaku secara umum
dan spesifik (Rambe 2004)
Menurut Syarif & Hartoyo (1993), diacu dalam Suryana (2007),
kesejahteraan keluarga pada hakekatnya mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
material dan spiritual. Pengukuran kesejahteraan material relatif lebih mudah dan
menyangkut pemenuhan kebutuhan keluarga yang berkaitan dengan materi, baik
sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya yang dapat diukur dengan
materi. Kesejahteraan spiritual suatu keluarga dapat diukur dengan kualitas
kehidupan non fisik, antara lain ketaqwaan, keselarasan, keserasian, daya juang
dan aspek non fisik lainnya. Sementara itu, Zarida (2000) menyatakan bahwa
ukuran kesejahtraan adalah nutrisi, pendapatan dan makanan.
Menurut Mardinus (1995), diacu dalam Ratih (2007), untuk menentukan
suatu keluarga sudah digolongkan sejahtera secara materil atau belum tentunya
diperlukan ukuran pendapatan yang biasa juga disebut garis kemiskinan.
Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya. Garis kemiskinan adalah besarnya nilai pengeluaran
(dalam rupiah) untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan (batas
kecukupan pangan) dan non makanan (batas kecukupan non makanan). Garis
12
kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan dibawah garis
kemiskinan, tidak dapat memenuhi semua kebutuhan secara material.
Keluarga memiliki pandangan tersendiri dalam mengartikan kesejahteraan.
Hal ini juga berkaitan dengan persepsi keluarga dalam mengartikan kesejahteraan
tersebut. Persepsi tentang kesejahteraan akan terbentuk melalui pengalaman hidup
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan (keluarga, kelompok dan
masyarakat) dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup. Terbentuknya persepsi
kesejahteraan tersebut selanjutnya akan mendorong manusia dalam usaha
mencapai kesejahteraan sesuai dengan konsepsi yang dimilikinya dan terwujud
dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Persepsi kesejahteraan pada setiap keluarga
akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan karena setiap keluarga
memiliki pengalaman hidup dilingkungan yang berbeda (Rambe 2004).
BKKBN merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokkan
secara bertahap menjadi keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera tahap I,
keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, serta keluarga sejahtera
tahap III plus. Batasan operasional dari keluarga sejahtera adalah kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan
psikologis, kebutuhan pengembangan, dan kepedulian sosial.
Keluarga Pra-KS adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar, yaitu:
1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga
2. Pada umumnya seluruh anggota makan 2 x sehari atau lebih
3. Seluruh anggota memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja,
sekolah, bepergian
4. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah
5. Bila anak sakit dan atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-KB dibawa
ke sarana kesehatan
Keluarga KS-I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu:
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
13
3. Seluruh anggota keluarga minimal memperoleh satu stel pakaian baru per
tahun
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni
5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir sehat
6. Minimal 1 anggota keluarga yang berumur lebih dari 15 tahun
berpenghasilan tetap
7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf
latin
8. Seluruh anak berusia antara 5-15 tahun bersekolah saat ini
9. Bila anak hidup dua orang atau lebih, keluarga yang masih PUS memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
Keluarga KS-II adalah keluarga yang memenuhi kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis, tetapi belum memenuhi kebutuhan
pengembangan yaitu:
1. Memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuan
2. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dimanfaatkan untuk berkomunikasi
4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal
5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali dalam 6
bulan
6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ TV/ majalah
7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi
daerah
Keluarga KS III adalah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik,
sosial, psikologis, dan pengembangan, namun belum memenuhi kepedulian sosial
yaitu:
1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi
2. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
14
Keluarga KS-III Plus adalah keluarga yang telah mampu memenuhi semua
kebutuhan fisik, sosial, psikologis, pengembangan, serta dapat memberikan
sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
15
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, pendapatan,
pendidikan dan usia akan menentukan kesejahteraan hidup keluarga dan tekanan
ekonomi yang dihadapi keluarga. Suatu keluarga akan melakukan berbagai cara
atau mekanisme tertentu untuk memenuhi kebutuhan keluarga ketika pendapatan
keluarga tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Selain itu, manajemen keuangan
keluarga bisa berpengaruh pada kesejahteraan keluarga.
Tekanan ekonomi suatu dipengaruhi oleh kondisi keluarga tersebut
terutama pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Tekanan ekonomi ini terdiri
dari permasalahan keuangan keluarga atau tekanan ekonomi subjektif dan tekanan
yang dirasakan oleh contoh atau tekanan ekonomi persepsi. Keluarga yang
mengalami tekanan ekonomi akan melakukan mekanisme tertentu untuk
mengurangi tekanan tersebut
Mekanisme koping merupakan cara untuk menghadapi permasalahan
keuangan keluarga. Mekanisme yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi
pengeluaran atau menambah pendapatan. Mengurang pengeluaran adalah cara
yang biasa dilakukan oleh keluarga.
Manajemen keuangan merupakan cara keluarga dalam mengelola
keuangan agar kebutuhan keluarga terpenuhi. Bentuk manajemen keuangan
adalah perencanan keuangan bulanan, tabungan untuk masa depan dan
membicarakan masalah keuangan dalam keluarga. Manajemen keuangan dapat
memudahkan keluarga membelanjakan keuangan yang telah diperoleh.
Kesejahteraan keluarga dapat diukur secara subyektif yang dirasakan oleh
keluarga. Ukuran kesejahteraan dapat diketahui dengan menilai keadaan keluarga
secara fisik seperti sandang, pangan dan papan. Selain itu, daya beli keluarga
16
Keterangan:
= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = Variable yang tidak diteliti =Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga
17
METODE
Disain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan disain penelitian deskriptif dengan metode
survey karena penelitian ini mengambil contoh dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama dan merupakan
studi cross sectional, dimana data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun &
Effendi, 1988). Lokasi penelitian adalah PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun
Malabar Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,
Propisnsi Jawa Barat.
Penelitian dilaksanakan selama delapan bulan yaitu dimulai dari awal
Desember 2007 sampai dengan Agustus 2008. Persiapan Penelitian dilakukan
pada bulan Desember 2007 sampai Maret 2008. Pengambilan data Primer dan
Sekunder dilakukan pada bulan April 2008. Pengolahan dan penulisan
dilaksanakan pada bulan Mei 2008 samapai bulan Agustus 2008.
Penarikan Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang mempunyai
anak usia dibawah 6 tahun dan masih bersuami. Contoh diambil secara purposive
dari data penelititian Sunarti (2008) yang berjudul A Study of Plantation Women
Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and
Children Growth and Development dengan memilih salah satu wilayah kebun
Alasan pemilihan lokasi kebun adalah karena pertimbangan kemudahan dalam
pengambilan data. Jumlah seluruh contoh yang sesuai dengan kriteria dan
dijadikan sebagai contoh pada penelitian ini adalah 87 orang.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
meliputi tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan mekanisme koping diambil
menggunakan kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data
sekunder yaitu karakteristik keluarga dan kesejahteraan keluarga diambil dari data
penelitian Sunarti (2008). Selain itu, kondisi umum lokasi penelitian diperoleh
dari instansi pemerintah dan perusahaan terkait. Varibel, jenis data, pengumpulan
18
Tabel 1 Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat bantu
No Variabel Jenis
4 Mekanisme koping Primer Wawancara Kuisioner
5 Tekanan Ekonomi
6 Kesejahteraan Keluarga Sekunder Sunarti (2008) -
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, entry, dan cleaning
dengan Microsoft Office Excel 2003. Data akan dianalisis secara deskriptif dan
inferensia (uji korelasi rank spearman) menggunakan computer program
Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 12.0 for Windows.
Variabel yang diukur adalah karakteristik keluarga, tekanan ekonomi
keluarga, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga.
Tekanan ekonomi diukur berdasarkan dua dimensi, yaitu tekanan ekonomi
objektif (permasalahan keuangan keluarga) dan tekanan ekonomi subjektif
(tekanan ekonomi persepsi). Tekanan ekonomi objektif diketahui dari tingkat
kemiskinan keluarga, status pekerjaan suami, perbandingan pendapatan dan
pengeluaran serta rasio utang dengan aset. Rasio hutang dengan aset dihitung
dengan rumus:
Rasio Hutang-Aset = Hutang x100 % Aset
Tekanan ekonomi persepsi merupakan persepsi contoh terhadap permasalahan
keuangan yang dihadapi. Tekanan Ekonomi Keluarga merupakan rata-rata skor
permasalahan keuangan keluarga yang dihitung dengan rumus:
Tekanan Ekonomi Keluarga =
19
Manajemen keuangan keluarga diukur dari kebiasaan contoh membuat
perencanaan keuangan, mengevaluasi pengeluaran, menabung dan membicarakan
masalah keuangan dikeluarga. Mekanisme koping terdiri dari mekanisme koping
mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan. Sementara itu, kesejahteraan
keluarga diukur berdasarkan keadaan keluarga secara fisik dan keadaan yang
dirasakan contoh seperti sandang, pangan, dan papan.
Variabel tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping, dan
kesejahteraan keluarga dikompositkan sehingga diperoleh total skor, kemudian
dilakukan transformasi skala ordinal dari 0-100 dengan rumus sebagai berikut
(Tati 2004):
Min = Total skor minimum pertanyaan
Max = Total skor maksimum pertanyaan
Hasil transformasi tersebut dibuat kategori berdasarkan interval kelas.
Berdasarkan Slamet (1993) interval kelas ditentukan menggunakan rumus berikut:
Interval Kelas (I) = Skor Maksimum (NT) – Skor Minimum (NR)
Variabel tekanan ekonomi keluarga dikategorikan menjadi rendah, sedang dan
tinggi. Manajemen keuangan contoh dikategorikan menjadi kurang, cukup dan
baik. Mekanisme koping dikategorikan menjadi sedikit, sedang dan banyak.
Sementara itu, kesejahteraan keluarga dikategorikan menjadi rendah, sedang dan
tinggi.
Jenis data yang didapatkan merupakan data rasio yaitu pendapatan dan
usia, data nominal yaitu tingkat usia da pendidikan, data ordinal yaitu tekanan
ekonomi, dan data ordinal yaitu tekanan ekonomi, manajemen keuangan,
20
dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel dalam penelitian. Korelasi
Spearman dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan dua variabel dengan
ukuran ordinal (Puspitawati 2003).
Definisi Operasional
Contoh adalah perempuan yang bekerja sebagai pemetik teh, mempunyai anak
usia dibawah 6 tahun dan masih bersuami
Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah, ataupun adopsi, terdiri dari suami, isteri, anak, serta anggota keluarga
lainnya.
Jumlahanggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang berasal dari
ikatan perkawinan, darah, ataupun adopsi yang tinggal bersama contoh
Jenis pekerjaan adalah usaha atau pekerjaan tertentu yang dilakukan oleh
anggota keluarga dan menghasilkan uang.
Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh contoh dan suami
Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima anggota keluarga
berasal dari kepala keluarga, isteri, anak, dan anggota keluarga lain.
Alokasi Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan hidup
Tekanan ekonomi keluarga adalah permasalahan keuangan keluarga yang
meliputi tekan ekonomi objektif atau permasalahan keuangan keluarga dan
tekanan ekonomi subjektif atau tekanan ekonomi yang dirasakan contoh.
Manajemen Keuangan adalah kegiatan merencanakan, mengevaluasi dan
membicarakan penggunaan sumberdaya berupa uang yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan keluarga
Mekanisme Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk
mengatasi permasalahan keuangan keluarga yaitu dengan mengurangi
pengeluaran pangan dan non pangan serta menambah pendapatan keluarga
Kesejahteraan Keluarga adalah keadaan keluarga secara fisik yaitu sandang,
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi PenelitianPerusahaan Perkebunan Malabar
Perkebunan Malabar merupakan peninggalan dari masa penjajahan Hindia
Belanda. Perkebunan Malabar adalah sebuah perkebunan yang berada di bawah
manajemen PT. Perkebunan Nusantara VIII. Komoditas utama PTPN VIII adalah
teh. Lokasi perkebunan terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Wilayah kerja perkebunan Malabar terbagi menjadi empat afdeling, yaitu:
Afdeling Malabar Utara, Afdeling Malabar Selatan, Afdeling Sukaratu, dan
Afdeling Tanara yang berada di Desa Banjarsari
Perusahaan memperhatikan sosial kemasyarakatan karyawannya. Semua
karyawan terdaftar di asuransi jamsostek (jaminan hari tua, jaminan kecelakaan
kerja dan jaminan kematian. Perusahaan memberikan jaminan kesehatan kepada
seluruh karyawan (Rp 35.000 per bulan/orang). Fasilitas lainnya yang diberikan
oleh perusahaan kepada karyawan disajikan pada Tabel 2
Tabel 2 Fasilitas yang disediakan perusahaan untuk karyawan
Bidang Fasilitas Jumlah
Kesehatan poliklinik dan 1 di setiap afdeling
rumah sakit yang dekat (+ 3 km dari
Ekonomi koperasi primer karyawan kebun
Malabar yang telah memiliki badan hukum sendiri
1
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional di perkebunan
malabar saat ini adalah sebanyak 2.218 orang, terdiri dari karyawan unsur
pimpinan dan karyawan pelaksana. Berdasarkan informasi dari PT. Perkebunan
22
perkebunan Malabar masih lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimum
Provinsi Jawa Barat tahun 2008 sebesar Rp 600.000 perbulan (upah dan tunjangan
tetap). Upah tunjangan lainnya termasuk tunjangan variabel diberikannya satu
tahun.
Desa Banjar Sari
Luas wilayah Desa Banjarsari yaitu 22,09 km2 dengan luas perkebunan
negara yaitu 14,08 km2. Wilayah Desa meliputi tanah kering berupa pekarangan,
bangunan, dan halaman serta tegal/ladang dan padang rumput. Tanah basah terdiri
dari tanah rawa dan kolam/empang. Tanah perkebunan adalah tanah perkebunan
negara. Tanah fasilitas umum meliputi lapangan, kantor pemerintah dan lainnya.
Selain itu, terdapat tanah hutan berupa hutan lindung.
Jumlah penduduk desa pada tahun 2007 yaitu 5.641 jiwa dengan jumlah
penduduk pria sebesar 2811 orang (49,8%) dan jumlah penduduk perempuan
sebesar 2.830 orang (50,02%) serta terdapat 1.763 kepala keluarga. Berdasarkan
daftar isian potensi dan tingkat perkembangan desa tahun 2007 jumlah keluarga
prasejahtera sebesar 345 keluarga (19,6%), keluarga sejahtera I sebanyak 411
keluarga (23,3%), keluarga sejahtera II sebanyak 526 keluarga (29,8%), keluarga
sejahtera III sebesar 462 keluarga (26,2%) dan kelurga sejahtera III plus sebanyak
19 keluarga (1,0%).
Potensi sumber daya manusia dilihat dari pendidikan dan pekerjaan.
Sebagian besar penduduk tamat sekolah dasar. Mata pencaharian yang paling
banyak adalah buruh tani. Jumlah penduduk yang bekerja paling banyak di usia
15-56 tahun. Potensi kelembagaan terdiri dari lembaga pemerintah,
kemasyarakatan, politik, ekonomi, pendidikan, lembaga adat dan lembaga
keamanan. Lembaga pemerintah terdiri dari pemerintahan desa dan badan
permusyawaratan desa. Selan itu, terdapat lembaga ekonomi berupa koperasi.
Karakteristik Contoh dan Keluarga
Contoh pada penelitian ini adalah wanita yang bekerja sebagai pemetik
teh, mempunyai anak yang berusia dibawah 6 tahun dan masih bersuami.
Karakteristik keluarga contoh meliputi umur contoh dan suami, tingkat
pendidikan contoh dan suami, pekerjaan suami, jumlah anggota keluarga,
23
Umur Contoh dan Suami
Rata-rata umur contoh dan suami adalah 36,33 tahun dengan kisaran
antara 20 sampai 67 tahun untuk contoh dan 38 tahun dengan kisaran 22 sampai
66 tahun untuk suami. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh dan suami
berdasarkan kelompok umur. Lebih dari tiga per empat contoh (74,7%) dan
hampir dua per tiga suami (62,1%) berada pada tingkat dewasa muda (20-40
tahun). Satu per empat contoh (25,2%) dan lebih dari satu per tiga suami (37,9%)
berada pada tingkat dewasa madya (40-65 tahun) .
Tabel 3 Sebaran contoh dan suami berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Lebih dari separuh contoh (58,6%)
dan suami (59,8%) hanya tamat sekolah dasar. Ada dua orang contoh (2,3%) yang
tidak pernah sekolah. Pendidikan tertinggi contoh dan suami adalah sekolah
menengah atas (SMA) dan hanya sebagian kecil contoh (2,3%) dan suami (1,1%)
yang sekolah sampai tingkat SMA. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat
pendidikan contoh dan suami. Pendidikan dapat menentukan posisi seseorang
dalam suatu perusahaan sehingga akan berdampak pada penghasilan yang didapat.
Tabel 4 Sebaran contoh dan suami berdasarkan tingkat pendidikan
Kelompok Umur (Tahun) Contoh Suami