• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh rebranding terhadap brand equity air conditioner (AC) Panasonic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh rebranding terhadap brand equity air conditioner (AC) Panasonic"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ULFATHUL ARZIA

H24103025

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

iii

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1985 dari pasangan Sulaeman dan Lilis Uniati sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Islam Al-fajar Bekasi pada tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikannya pada SDN Pulo Gebang 04 Pagi 1991-1997, SMPN 172 Jakarta Timur 1997-2000, SMUN 31 Jakarta Timur 2000-2003. Tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan, penulis pernah bergabung sebagai staff informasi dan teknologi pada himpunan profesi mahasiswa manajemen (COM@) 2004-2005, panitia masa perkenalan fakultas tahun 2004, dan panitia dari beberapa acara yang diselenggarakan oleh fakultas. Penulis termasuk salah satu dari sepuluh finalis dalam lomba karya tulis mahasiswa bidang ilmu pengetahuan sosial yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor tahun 2006.

(3)

iv

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Rebranding Terhadap Brand Equity Air Conditioner (AC) Panasonic. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Rebranding merupakan suatu proses pemberian nama baru kepada produk baru atau produk yang sudah mapan. Penelitian ini berusaha untuk menunjukkan pengaruh rebranding yang dilakukan oleh PT Panasonic Gobel Indonesia dengan mengubah nama merek dan logo produk terhadap brand equity produk Panasonic khususnya AC.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Hardiana Widiastuti, S. Hut, MM selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan saran dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc selaku ketua departemen, seluruh dosen dan staf karyawan dan karyawati departemen Manajemen yang telah membantu penulis selama masa kuliah.

4. Ibu Evie Revianty dan mba’Nina yang telah memberikan izin dan membantu penulis selama melakukan penelitian di PT Panasonic Gobel Indonesia.

5. Ayah dan mama tercinta serta adikku uki yang selalu memberikan doa dan dukungan melalui curahan kasih sayangnya kepada penulis.

6. Alm. H. M. Sanusi, kakekku yang selalu menginspirasi penulis untuk belajar dan menyelesaikan kuliah.

(4)

v

melukiskan kenangan indah selama masa kuliah. I’ll be missing u guys, hope’s that we’ll be friends forever.

9. Wina, Tina, Tata, Indras, Yunia dan teman-teman manajemen 40 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang selalu membuat suasana kuliah menjadi menyenangkan.

10.Renta, Eko dan Nurma, teman satu bimbingan yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.

11.Keluarga kecilku di Rulita (Tias, Astri, Ica, Eka, Devi, Rian, Yanka dan Intan) yang selalu berbagi dalam suka dan duka sehingga membuatku selalu rindu untuk kembali ke kos-an.

12.Fauzan, Veny dan Liya yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi.

13.Seluruh responden yang telah bersedia membantu penulis dalam pengisian kuesioner.

14.Pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik, saran, dan masukan akan penulis terima dengan kerendahan hati untuk hasil yang lebih baik lagi.

Bogor, Mei 2007

Penulis

(5)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH REBRANDING TERHADAP BRAND EQUITY AIR CONDITIONER (AC) PANASONIC

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ULFATHUL ARZIA H24103025

Menyetujui, Mei 2007

Hardiana Widyastuti, S. Hut, MM. Dosen Pembimbing

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc. Ketua Departemen

(6)

vi

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP...

iii

KATA PENGANTAR...

iv

DAFTAR ISI...

vi

DAFTAR TABEL ...

ix

DAFTAR GAMBAR...

xi

DAFTAR LAMPIRAN...

xii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

4

1.3. Tujuan Penelitian ...

4

1.4. Manfaat Penelitian ...

5

1.5. Ruang Lingkup...

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Merek...

6

2.2. Konsep

Rebranding

... 9

2.3. Pengertian

Brand Equity

... 11

2.4. Pengertian

Brand Awareness

... 14

2.5. Pengertian

Brand Association

... 15

2.6. Pengertian

Perceived Quality

...

18

2.7. Pengertian

Brand Loyalty

... 21

2.8. Pengertian Persepsi ...

23

2.9. Pengertian

Air Conditioner

... 25

2.10. Penelitian Terdahulu ...

26

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran...

29

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian...

30

3.3. Metode Penelitian ...

31

3.3.1. Pengumpulan Data ...

31

3.3.2. Penentuan

Sample

... 31

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ...

32

3.4.1. Uji Validitas ...

32

3.4.2. Uji Reliabilitas ...

33

3.4.3. Skala Likert, Rata-rata, dan Standar Deviasi ...

34

3.4.4. Analisis Grafik Sarang Laba-laba ...

35

(7)

vii

3.4.9.

Paired Sample T-Test

... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan...

40

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT Panasonic Gobel Indonesia..

40

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan...

44

4.1.3. Nilai-nilai Penting dalam PT Panasonic Gobel Indonesia ...

44

4.1.4. Produk-produk PT Panasonic Gobel Indonesia ...

46

4.2. Konsep

Rebranding

... 48

4.2.1. Sejarah Merek ...

48

4.2.2. Latar Belakang dan Tujuan

Rebranding

... 49

4.2.3. Pelaksanaan

Rebranding

... 51

4.3. Hasil Uji Awal ...

53

4.3.1. Uji Awal

Brand Association

... 53

4.3.2. Uji Awal

Perceived Quality

... 54

4.4. Karakteristik Responden...

58

4.4.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin...

58

4.4.2. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

58

4.4.3. Karakteristik Berdasarkan Usia ...

59

4.4.4. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan...

59

4.4.5. Karakteristik Berdasarkan Penghasilan ...

60

4.5. Analisis

Brand Awareness

... 60

4.5.1.

Analisis Top of Mind

... 60

4.5.2. Analisis

Brand Recall

... 61

4.5.3. Analisis

Brand Recognition

... 62

4.5.4. Analisis

Unaware Brand

... 63

4.5.5. Analisis Pengguna

(User)

... 63

4.6. Analisis

Brand Association

... 65

4.6.1. Uji Asosiasi Panasonic...

65

4.6.2. Uji Asosiasi LG...

66

4.6.3. Uji Asosiasi Sharp...

67

4.6.4. Uji Asosiasi ChangHong...

68

4.6.5. Kesimpulan Uji Asosiasi...

68

4.7. Analisis

Perceived Quality

... 69

4.7.1. Analisis Grafik Sarang Laba-laba ...

69

4.7.2. Analisis Biplot ...

76

4.8. Analisis

Brand Loyalty

... 78

4.8.1. Analisis

Switcher

... 78

4.8.2. Analisis

Habitual Buyer

... 79

4.8.3. Analisis

Satisfied Buyer

... 80

4.8.4. Analisis

Liking the Brand

... 81

4.8.5. Analisis

Commited Buyer

... 82

(8)

viii

KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

ix

No. Halaman

1. Data penjualan produk elektronik rumah tangga pada semester pertama di

pasar domestik ...

1

2. Daftar merek

AC

yang beredar di pasar...

2

3. Peringkat pemenang

ICSA

2006 ...

4

4. Ringkasan sejarah PT Panasonic Gobel Indonesia ...

42

5. Nilai uji reliabilitas

brand association

... 53

6. Nilai uji validitas

perceived quality

merek Panasonic...

54

7. Nilai uji validitas

perceived quality

merek LG...

55

8. Nilai uji validitas

perceived quality

merek Sharp...

55

9. Nilai uji validitas

perceived quality

merek ChangHong...

56

10.Nilai uji validitas

perceived quality

merek National ...

56

11.Klasifikasi nilai alpha George dan Mallery 2003 ...

57

12.Hasil pengujian reliabilitas

perceived quality

semua merek...

57

13.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ...

58

14.Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ...

58

15.Karakteristik responden berdasarkan usia ...

59

16.Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ...

59

17.Karakteristik responden berdasarkan penghasilan...

60

18.

Top of mind of brand awareness

... 61

19.

Brand recall of brand awareness

... 62

20.

Brand recognition of brand awareness

... 62

21.

Unaware brand of brand awareness

... 63

22.Jumlah pengguna

(user)

... 64

23.Jumlah

AC

yang dimiliki ...

64

24.Uji asosiasi

AC

Panasonic...

66

25.Uji asosiasi

AC

LG...

67

26.Uji asosiasi

AC

Sharp...

67

(10)

x

30.Perhitungan

Switcher

... 79

31.Perhitungan

Habitual buyer

... 79

32.Perhitungan

Satisfied buyer

... 80

33.

Brand switching matrix

... 81

34.

Possibility rate of transition

... 81

35.Perhitungan

liking the brand

... 82

36.Perhitungan

commited buyer

... 82

37.Pengetahuan responden tentang pergantian merek ...

85

38.Alasan tidak mengetahui pergantian merek ...

85

39.Pengetahuan responden tentang pergantian logo...

86

40.Alasan tidak mengetahui pergantian logo...

87

41.Uji asosiasi

AC

National ...

88

42.

Brand image AC

National dan Panasonic...

89

43.Perubahan nilai rata-rata ...

89

(11)

Oleh

ULFATHUL ARZIA

H24103025

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

iii

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1985 dari pasangan Sulaeman dan Lilis Uniati sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Islam Al-fajar Bekasi pada tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikannya pada SDN Pulo Gebang 04 Pagi 1991-1997, SMPN 172 Jakarta Timur 1997-2000, SMUN 31 Jakarta Timur 2000-2003. Tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan, penulis pernah bergabung sebagai staff informasi dan teknologi pada himpunan profesi mahasiswa manajemen (COM@) 2004-2005, panitia masa perkenalan fakultas tahun 2004, dan panitia dari beberapa acara yang diselenggarakan oleh fakultas. Penulis termasuk salah satu dari sepuluh finalis dalam lomba karya tulis mahasiswa bidang ilmu pengetahuan sosial yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor tahun 2006.

(13)

iv

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Rebranding Terhadap Brand Equity Air Conditioner (AC) Panasonic. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Rebranding merupakan suatu proses pemberian nama baru kepada produk baru atau produk yang sudah mapan. Penelitian ini berusaha untuk menunjukkan pengaruh rebranding yang dilakukan oleh PT Panasonic Gobel Indonesia dengan mengubah nama merek dan logo produk terhadap brand equity produk Panasonic khususnya AC.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Hardiana Widiastuti, S. Hut, MM selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan saran dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc selaku ketua departemen, seluruh dosen dan staf karyawan dan karyawati departemen Manajemen yang telah membantu penulis selama masa kuliah.

4. Ibu Evie Revianty dan mba’Nina yang telah memberikan izin dan membantu penulis selama melakukan penelitian di PT Panasonic Gobel Indonesia.

5. Ayah dan mama tercinta serta adikku uki yang selalu memberikan doa dan dukungan melalui curahan kasih sayangnya kepada penulis.

6. Alm. H. M. Sanusi, kakekku yang selalu menginspirasi penulis untuk belajar dan menyelesaikan kuliah.

(14)

v

melukiskan kenangan indah selama masa kuliah. I’ll be missing u guys, hope’s that we’ll be friends forever.

9. Wina, Tina, Tata, Indras, Yunia dan teman-teman manajemen 40 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang selalu membuat suasana kuliah menjadi menyenangkan.

10.Renta, Eko dan Nurma, teman satu bimbingan yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.

11.Keluarga kecilku di Rulita (Tias, Astri, Ica, Eka, Devi, Rian, Yanka dan Intan) yang selalu berbagi dalam suka dan duka sehingga membuatku selalu rindu untuk kembali ke kos-an.

12.Fauzan, Veny dan Liya yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi.

13.Seluruh responden yang telah bersedia membantu penulis dalam pengisian kuesioner.

14.Pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik, saran, dan masukan akan penulis terima dengan kerendahan hati untuk hasil yang lebih baik lagi.

Bogor, Mei 2007

Penulis

(15)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH REBRANDING TERHADAP BRAND EQUITY AIR CONDITIONER (AC) PANASONIC

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ULFATHUL ARZIA H24103025

Menyetujui, Mei 2007

Hardiana Widyastuti, S. Hut, MM. Dosen Pembimbing

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc. Ketua Departemen

(16)

vi

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP...

iii

KATA PENGANTAR...

iv

DAFTAR ISI...

vi

DAFTAR TABEL ...

ix

DAFTAR GAMBAR...

xi

DAFTAR LAMPIRAN...

xii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

4

1.3. Tujuan Penelitian ...

4

1.4. Manfaat Penelitian ...

5

1.5. Ruang Lingkup...

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Merek...

6

2.2. Konsep

Rebranding

... 9

2.3. Pengertian

Brand Equity

... 11

2.4. Pengertian

Brand Awareness

... 14

2.5. Pengertian

Brand Association

... 15

2.6. Pengertian

Perceived Quality

...

18

2.7. Pengertian

Brand Loyalty

... 21

2.8. Pengertian Persepsi ...

23

2.9. Pengertian

Air Conditioner

... 25

2.10. Penelitian Terdahulu ...

26

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran...

29

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian...

30

3.3. Metode Penelitian ...

31

3.3.1. Pengumpulan Data ...

31

3.3.2. Penentuan

Sample

... 31

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ...

32

3.4.1. Uji Validitas ...

32

3.4.2. Uji Reliabilitas ...

33

3.4.3. Skala Likert, Rata-rata, dan Standar Deviasi ...

34

3.4.4. Analisis Grafik Sarang Laba-laba ...

35

(17)

vii

3.4.9.

Paired Sample T-Test

... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan...

40

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT Panasonic Gobel Indonesia..

40

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan...

44

4.1.3. Nilai-nilai Penting dalam PT Panasonic Gobel Indonesia ...

44

4.1.4. Produk-produk PT Panasonic Gobel Indonesia ...

46

4.2. Konsep

Rebranding

... 48

4.2.1. Sejarah Merek ...

48

4.2.2. Latar Belakang dan Tujuan

Rebranding

... 49

4.2.3. Pelaksanaan

Rebranding

... 51

4.3. Hasil Uji Awal ...

53

4.3.1. Uji Awal

Brand Association

... 53

4.3.2. Uji Awal

Perceived Quality

... 54

4.4. Karakteristik Responden...

58

4.4.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin...

58

4.4.2. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

58

4.4.3. Karakteristik Berdasarkan Usia ...

59

4.4.4. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan...

59

4.4.5. Karakteristik Berdasarkan Penghasilan ...

60

4.5. Analisis

Brand Awareness

... 60

4.5.1.

Analisis Top of Mind

... 60

4.5.2. Analisis

Brand Recall

... 61

4.5.3. Analisis

Brand Recognition

... 62

4.5.4. Analisis

Unaware Brand

... 63

4.5.5. Analisis Pengguna

(User)

... 63

4.6. Analisis

Brand Association

... 65

4.6.1. Uji Asosiasi Panasonic...

65

4.6.2. Uji Asosiasi LG...

66

4.6.3. Uji Asosiasi Sharp...

67

4.6.4. Uji Asosiasi ChangHong...

68

4.6.5. Kesimpulan Uji Asosiasi...

68

4.7. Analisis

Perceived Quality

... 69

4.7.1. Analisis Grafik Sarang Laba-laba ...

69

4.7.2. Analisis Biplot ...

76

4.8. Analisis

Brand Loyalty

... 78

4.8.1. Analisis

Switcher

... 78

4.8.2. Analisis

Habitual Buyer

... 79

4.8.3. Analisis

Satisfied Buyer

... 80

4.8.4. Analisis

Liking the Brand

... 81

4.8.5. Analisis

Commited Buyer

... 82

(18)

viii

KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

ix

No. Halaman

1. Data penjualan produk elektronik rumah tangga pada semester pertama di

pasar domestik ...

1

2. Daftar merek

AC

yang beredar di pasar...

2

3. Peringkat pemenang

ICSA

2006 ...

4

4. Ringkasan sejarah PT Panasonic Gobel Indonesia ...

42

5. Nilai uji reliabilitas

brand association

... 53

6. Nilai uji validitas

perceived quality

merek Panasonic...

54

7. Nilai uji validitas

perceived quality

merek LG...

55

8. Nilai uji validitas

perceived quality

merek Sharp...

55

9. Nilai uji validitas

perceived quality

merek ChangHong...

56

10.Nilai uji validitas

perceived quality

merek National ...

56

11.Klasifikasi nilai alpha George dan Mallery 2003 ...

57

12.Hasil pengujian reliabilitas

perceived quality

semua merek...

57

13.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ...

58

14.Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ...

58

15.Karakteristik responden berdasarkan usia ...

59

16.Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ...

59

17.Karakteristik responden berdasarkan penghasilan...

60

18.

Top of mind of brand awareness

... 61

19.

Brand recall of brand awareness

... 62

20.

Brand recognition of brand awareness

... 62

21.

Unaware brand of brand awareness

... 63

22.Jumlah pengguna

(user)

... 64

23.Jumlah

AC

yang dimiliki ...

64

24.Uji asosiasi

AC

Panasonic...

66

25.Uji asosiasi

AC

LG...

67

26.Uji asosiasi

AC

Sharp...

67

(20)

x

30.Perhitungan

Switcher

... 79

31.Perhitungan

Habitual buyer

... 79

32.Perhitungan

Satisfied buyer

... 80

33.

Brand switching matrix

... 81

34.

Possibility rate of transition

... 81

35.Perhitungan

liking the brand

... 82

36.Perhitungan

commited buyer

... 82

37.Pengetahuan responden tentang pergantian merek ...

85

38.Alasan tidak mengetahui pergantian merek ...

85

39.Pengetahuan responden tentang pergantian logo...

86

40.Alasan tidak mengetahui pergantian logo...

87

41.Uji asosiasi

AC

National ...

88

42.

Brand image AC

National dan Panasonic...

89

43.Perubahan nilai rata-rata ...

89

(21)

xi

No. Halaman

1. Hubungan antar komponen

brand equity

... 12

2. Konsep

brand equity

... 13

3. Piramida

brand awareness

... 14

4. Diagram nilai

brand association

... 18

5. Diagram nilai

perceived quality

... 20

6. Piramida

brand loyalty

... 22

7. Proses persepsi ...

24

8. Bagan kerangka pemikiran ...

30

9. Grafik nilai ekspor PT Panasonic Gobel Indonesia ...

43

10.Sejarah merek Matsusitha Electric Industrial Co.,Ltd ...

49

11.Grafik sumber informasi responden...

65

12.Grafik

perceived quality

atribut desain...

70

13.Grafik

perceived quality

atribut ketahanan...

71

14.Grafik

perceived quality

atribut kesejukan ...

72

15.Grafik

perceived quality

atribut kesehatan ...

72

16.Grafik

perceived quality

atribut harga ...

73

17.Grafik

perceived quality

atribut teknologi...

74

18.Grafik

perceived quality

atribut daya listrik ...

75

19.Grafik

perceived quality

atribut cara pengoperasian ...

76

20.Analisis biplot untuk atribut merek-merek

AC

... 77

21.Piramida

brand loyalty AC

Panasonic ...

83

22.Grafik sumber informasi pergantian merek ...

86

(22)

xii

No. Halaman

(23)

Durianto, D, dkk. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Durianto, D, dkk. 2004. Brand Equity Ten, Strategi Memimpin Pasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Ghozali, A. Maret 2007. Penjualan Elektronika Januari 2007. Bagus, Tapi Masih Belum Meyakinkan. MARKETING 03/VII/Maret/2007 : 14

Hidayat, T. 21 September 2006. ICSA Index 2006 : Pertaruhan Para Pemenang Kepuasan Pelanggan. SWA 20/XXII : 30-34

Holillah, E. 2006. Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Brand Image BNI Pra dan Pasca Rebranding. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Depok

Husein, U. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Irianti, F. 2006. Analisis Persepsi dan Preferensi Nasabah Terhadap Layanan Kartu ATM pada PT Bank Internasional Indonesia Tbk (Kasus Cabang Surya Kencana, Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kismono, G. 2001. Bisnis Pengantar, Edisi 1. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Kottler, P. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi ke-11. Indeks. Jakarta

Maulana, A.E. 2006. Rebranding vs Brand Repositioning, Swa Sembada. http:

//www.swa.co.id/sekunder/konsultasi/pemasaran/branding/details.php? cid=4 & id=98 [23 September 2006]

Mc Nally, D. 2004. Be Your Own Brand, Resep Jitu Meraih Personal Brand Yang Unggul. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Pratama, F. 2006. Analisis Brand Equity Pocari Sweat dalam Persaingan Industri Minuman (Studi Kasus Mahasiswa di Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor

(24)

Soelaeman, H.T. 21 September 2006. Panasonic : Konsisten Berinovasi dan Meningkatkan Kualitas. SWA 20/XXII : 40-45

Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor

Swastha, B. 2002. Azaz-azaz Marketing, Edisi ke-3. Liberty-Yogyakarta. Yogyakarta

Trihendardi, C. 2005. Step by Step SPSS 13, Analisis Data Statistik. Andi Yogyakarta. Yogyakarta

Wardhani, I.D. 2006. Analisis Ekuitas Merek Kartu GSM Pra Bayar pada Mahasiswa S1 IPB. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor

http : //en.wikipedia.org/wiki/Rebranding [23 September 2006]

http ://www.dgip.go.id/article/archive 18 UU No.15 Tahun 2001 [23 September 2006]

http ://en.wikipedia.org/wiki/Air_Conditioner [30 November 2006]

http ://bps.jakarta.go.id/ [30 November 2006]

http://www.okezone.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6244& itemid=58 [10 Maret 2007]

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis. Pemanasan global yang terjadi saat ini telah menyebabkan peningkatan suhu udara di Indonesia hingga 300C. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan pada setiap penduduk Indonesia dalam melakukan kegiatan rutinitas. Ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh pemanasan global memberikan dampak positif bagi bisnis air conditioner (AC). AC dapat memberikan kesejukan di dalam ruangan, meskipun udara di luar ruangan panas.

Indonesia merupakan negara yang memiliki pasar bisnis AC yang menguntungkan. Di tahun 2002 penjualan AC secara nasional mencapai 12 juta unit. Jumlah angka penjualan AC pada tahun 2002 tesebut telah menarik minat para produsen produk elektronik untuk turut serta memproduksi produk AC. Setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk yang memiliki fitur-fitur sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Namun, pasca kenaikan bahan bakar minyak pada Oktober 2005 yang berakibat pada penurunan daya beli masyarakat, terjadi penurunan penjualan produk elektronik rumah tangga seperti AC, mesin cuci, lemari es dan pesawat televisi di pasar domestik pada semester pertama di tahun 2006.

Tabel 1. Data penjualan produk elektronik rumah tangga pada semester pertama di pasar domestik

Sumber : SWA No.20/XXII/21

Jenis produk 2005(unit) 2006(unit) Prosentase Penurunan Penjualan

Air Conditioner 79.497 56.856 29%

(26)

Penurunan penjualan elektronik yang terjadi pada semester pertama tahun 2006, tidak terulang di tahun 2007. Penjualan elektronik pada Januari 2007 rata-rata mengalami pertumbuhan yang signifikan. Penjualan AC di awal tahun 2007 menunjukkan peningkatan yang cukup baik dibandingkan pada awal tahun 2006. Pada Januari 2006 penjualan AC di Indonesia sebesar 41.784 unit sementara pada Januari 2007 penjualannya mencapai 66.805 unit. Hal tersebut menunjukkan terjadinya pertumbuhan penjualan AC sebesar 59,90%. (Marketing No.03/VII/MARET/2007)

Keanekaragaman merek produk AC yang tersedia di pasar menyebabkan besarnya pengaruh yang diberikan merek terhadap keyakinan yang tumbuh di benak konsumen. Merek adalah modal utama dalam berbisnis. Merek merupakan sebuah persepsi yang dihasilkan dari pengalaman dan informasi mengenai suatu perusahaan atau lini produk. Sementara itu, persepsi merupakan sebuah hasil kumpulan dari segala sesuatu yang konsumen lihat, dengar, baca, atau alami atas suatu merek, yang menentukan penangkapan konsumen atas suatu citra merek (brand image) (Duncan, 2005).

Tabel 2. Daftar merek AC yang beredar di pasar

Merek Perusahaan

Panasonic PT Panasonic Gobel Indonesia

LG PT LG Electronics Indonesia

Sharp PT Sharp Electronics Indonesia

Sanyo PT Sanyo Sales Indonesia

Toshiba PT Toshiba Indonesia

Samsung PT Samsung Electronics Indonesia

Sumber : www.okezone.com, 2007

(27)

Rebranding perusahaan (corporate rebranding) bertujuan untuk membentuk citra (image) dan atau merefleksikan perubahan identitas. Rebranding mengindikasikan adanya tujuan penghapusan pernyataan atas sesuatu yang sebelumnya, misalnya penghapusan citra atau reputasi yang terbentuk sebelumnya. Dalam rangka efisiensi program pemasaran, seluruh home appliances merek National diubah menjadi Panasonic pada 18 Desember 2003.

Kegiatan rebranding yang dilakukan oleh PT National Gobel di tahun 2004 dapat mengancam brand positioning produknya karena dapat mempengaruhi persepsi kualitas produk yang telah terbentuk dalam benak konsumen. Di tahun 2002 produk AC National meraih peringkat pertama ICSA (Indonesian Customer Satisfaction Award) 2002, namun dengan adanya kegiatan rebranding terhadap seluruh home appliances produk National maka peringkat pertama dalam kategori AC belum tentu didapatkan kembali di masa mendatang.

Menyadari ancaman terhadap posisi produk di pasar, maka PT Panasonic Gobel Indonesia memilih Dian Sastrowardoyo sebagai spokesperson dalam mensosialisasikan perubahan merek National menjadi Panasonic dengan menghabiskan dana 1 miliar. Hasil riset yang dilakukan oleh MIX menunjukkan, bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Dian Sastro dapat meningkatkan ingatan konsumen akan merek Panasonic. Hal ini terlihat pada kenaikan yang tinggi dalam top of mind (TOM) merek Panasonic, yaitu dari 3% menjadi 10% dan dalam brand awareness dari 60% menjadi 100% selama periode Desember 2003-Maret 2004. Peningkatan ingatan konsumen akan merek Panasonic tidak menjamin persepsi konsumen terhadap produk Panasonic sama dengan persepsi konsumen terhadap produk National.

(28)

Indonesia sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan, hal ini dapat dibuktikan dari beberapa produk elektronik rumah tangga dengan merek Panasonic yang menjadi pemenang dalam Indonesian Customer Satisfaction Award 2006.

Tabel 3. Peringkat pemenang ICSA 2006

No Lemari es Mesin cuci AC Pesawat TV Audio

1 Panasonic Panasonic Panasonic Sony Polytron

2 Sanyo Sanyo Sanyo Panasonic Sony

3 Sharp Electrolux Toshiba Sharp JVC

4 Toshiba Sapporo Samsung Sanyo Aiwa

5 Samsung Samsung LG Toshiba Panasonic

Sumber : SWA No.20/XXII/21

1.2. Perumusan Masalah

Penggantian merek dari National menjadi Panasonic pada semua produk elektronik yang dihasilkan oleh PT Panasonic Gobel Indonesia dapat mengubah citra produk yang sudah ada di dalam benak konsumen. Citra produk yang terbentuk pasca rebranding dapat positif dan negatif. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada PT Panasonic Gobel Indonesia mengenai kekurangan dan kelebihan produk khususnya AC pasca rebranding. Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi konsumen mengenai program rebranding yang

dilakukan oleh PT PANASONIC GOBEL INDONESIA? 2. Bagaimana brand equity AC Panasonic pasca rebranding?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran umum mengenai persepsi konsumen terkait dengan program rebranding yang dilakukan oleh PT PANASONIC GOBEL INDONESIA.

(29)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sebuah masukan bagi PT PANASONIC GOBEL INDONESIA

dalam menentukan strategi pemasaran AC.

2. Sebagai sumber referensi dan pengembangan yang lebih lanjut bagi penelitian mengenai merek.

3. Sebagai wacana yang dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh rebranding terhadap brand equity suatu produk.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Merek

The American Marketing Association dalam Kotler (2002) menyatakan bahwa brand adalah suatu nama, istilah, simbol, atau disain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing.

Dalam dunia usaha, merek merupakan persepsi atau emosi yang dipertahankan dan dipelihara oleh para pembeli atau calon pembeli yang melukiskan pengalaman yang berhubungan dengan persoalan menjalankan bisnis-bisnis bersama sebuah organisasi atau memakai produk atau jasa-jasanya dalam Mc Nally (2002).

Aaker dalam Durianto (2004) mendefinisikan merek sebagai sebuah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (sebuah logo, cap, kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor.

Berdasarkan Undang-undang No.15 pasal 1 ayat 1 Tahun 2001, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

Giribaldi dalam Soehadi (2005), mendefinisikan merek sebagai kombinasi dari atribut-atribut, yang dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau layanan dibenak konsumen.

(31)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang dapat terbaca, serta brand mark yang berbentuk simbol, desain atau warna tertentu yang spesifik. Kedua unsur dari sebuah merek, selain berguna untuk membedakan satu produk dari produk pesaingnya juga berguna untuk mempermudah konsumen untuk mengenali dan mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak dibeli. Dengan demikian, merek tersebut meliputi:

1. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut. 2. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.

3. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khas. 4. Nama merek harus mudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa asing. 5. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat

perlindungan hukum.

Pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian, yaitu:

1. Atribut : Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu.

2. Manfaat : Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai : Merek mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. 4. Budaya : Merek melambangkan budaya tertentu.

5. Kepribadian : Merek mencerminkan kepribadian tertentu.

6. Pemakai : Merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

The American Marketing Associationdalam Kotler (2002) membedakan merek menjadi empat pengertian :

1. Brand name (nama merek) merupakan bagian dari merek yang terdiri atas kata-kata, huruf, dan atau angka yang dapat diucapkan, seperti ; Sony, Panasonic dan Pepsodent.

(32)

identitas pada suatu produk atau untuk membedakan suatu produk dengan produk lain. Lambang sayap pada Honda, dan desain mata pada produk Dagadu adalah contoh-contoh brand mark.

3. Trade mark (tanda merek dagang) adalah merek yang dilindungi oleh undang-undang karena sudah didaftarkan pada pemerintah dan perusahaan mempunyai hak tunggal untuk menggunakannya. Jadi trade mark terdiri atas kata-kata, huruf atau angka-angka yang dapat diucapkan, termasuk juga brand mark.

4. Copyright (hak cipta) merupakan hak istemewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.

Penggunaan merek memberikan manfaat bagi pembeli, seperti : 1. Mempermudah pembeli dalam mengenal barang yang diinginkan.

2. Pembeli dapat mengandalkan keseragaman kualitas barang-barang yang bermerek.

3. Melindungi konsumen, karena melalui merek barang dapat diketahui perusahaan yang membuatnya.

4. Barang-barang yang bermerek cenderung untuk ditingkatkan kualitasnya, karena perusahaan yang memiliki merek tersebut akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan nama baik mereknya.

Beberapa manfaat yang diperoleh distributor atas penggunaan merek antara lain :

1. Memudahkan penanganan produk. 2. Mengidentifikasi pendistribusian produk.

3. Meminta produksi agar berada pada standar mutu tertentu. 4. Meningkatkan pilihan para pembeli.

Penggunaan merek juga memberikan beberapa manfaat bagi penjual, diantaranya :

1. Nama merek lebih memudahkan penjual memproses pesanan dan

menelusuri masalah.

(33)

3. Penggunaan merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk menarik pelanggan-pelanggan yang setia dan memberikan keuntungan. 4. Penggunaan merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

5. Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, yang dapat mempermudah perusahaan dalam meluncurkan merek-merek baru dan diterima oleh distributor dan konsumen.

2.2. Konsep Rebranding

Rebranding perusahaan (corporate rebranding) bertujuan untuk membentuk citra (image) dan atau merefleksikan perubahan identitas. Kata rebranding itu sendiri dapat diartikan secara etimologis, yang merupakan kombinasi kata yaitu re dan brand. Re berarti kembali sedangkan brand berarti merek, jadi jika diartikan berdasarkan asal katanya rebranding memilki arti pemberian nama merek kembali. Rebranding mengindikasikan adanya tujuan penghapusan pernyataan atas sesuatu yang sebelumnya, misalnya penghapusan citra atau reputasi yang terbentuk sebelumnya. Dorongan atas rebranding adalah untuk mengirimkan sinyal kepada pasar, mengkomunikasikan kepada pemegang modal (stakeholder) bahwa sesuatu mengenai organisasi telah berubah Stuart dan Muzellec dalam Holillah 2006.

Rebranding dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian nama brand baru atau identitas baru pada produk atau jasa yang sudah mapan tanpa perubahan berarti dari manfaat yang ditawarkan oleh produk. Proses rebranding dapat dilakukan pada suatu produk baru atau pada produk yang sudah mapan. Proses rebranding menunjukkan perubahan yang nyata pada bentuk logo, nama merek, dan slogan. Dari tiga tipe perubahan tersebut memungkinkan permutasi, sebagai berikut :

1. Perubahan nama dan logo.

2. Perubahan nama, logo dan slogan. 3. Perubahan logo saja.

(34)

Rebranding dapat terjadi pada tiga level yang berbeda dalam sebuah perusahaan, yakni :

1. Rebranding perusahaan (corporate rebranding) yang terkait dengan pendefinisian ulang atas keseluruhan entitas perusahaan dan seringkali menandakan perubahan strategik atau repositioning, yang bertujuan untuk membentuk citra dan atau merefleksikan perubahan identitas perusahaan. 2. Rebranding unit bisnis perusahaan (rebranding of business units) yang

meliputi pemberian identitas pada anak atau divisi perusahaan yang terpisah dari perusahaan.

3. Rebranding produk individual (rebranding of individual products) yang meliputi perubahan identitas bagi suatu produk yang diproduksi perusahaan.

Rebranding banyak dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya brand repositioning produk atau perusahaan mereka. Faktor umum yang mendasari proses rebranding adalah tekanan eksternal seperti regulasi, konsekuensi penjualan/pembelian merek, merger antar perusahaan, proses harmonisasi merek di tingkat global, dll. Proses rebranding dapat dilakukan secara sengaja sebagai dampak dari adanya perubahan strategi atau tanpa disengaja oleh perusahaan. Proses rebranding dapat pula dilakukan sebagai tindakan emergency terhadap masalah yang dihadapi perusahaan atau sebagai reaksi dinamis atas restukturisasi perusahaan. Beberapa hal yang dapat menjadi motivasi dilakukannya rebranding, antara lain adalah :

1. Terjadi merger, akuisisi, divestasi yang memungkinkan merek, logo atau slogan tidak lagi sesuai.

2. Pergeseran pasar yang dikarenakan tindakan pesaing, munculnya pesaing baru, maupun perubahan kondisi ekonomi dan hukum.

3. Citra yang sudah kadaluarsa atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan pasar.

4. Munculnya fokus dan visi baru bagi perusahaan.

5. Menjauhi perusahaan dari lingkup sosial dan moral dan untuk

(35)

Proses rebranding terdiri atas dua tipe, tipe pertama adalah apabila dalam proses rebranding terjadi penggantian merek yang sudah mapan dengan merek yang baru seperti Cellular One menjadi Cingular Wireless dan National menjadi Panasonic, sedangkan tipe kedua adalah apabila dalam proses rebranding terjadi suatu modifikasi dari merek yang sudah mapan seperti Coco Krispies menjadi Coco Pops dan produk minuman Nestle Quik menjadi Nesquik. Bentuk lain dari proses rebranding adalah segmentasi pasar dan diferensiasi produk. Segmentasi pasar dan diferensiasi produk termasuk dalam proses rebranding karena kedua kegiatan tersebut menunjukkan tindakan yang berbeda pada setiap wilayah. Segmentasi pasar dan diferensiasi produk berbeda dari proses rebranding yang lain karena kedua kegiatan tersebut tidak

melakukan perubahan terhadap brand image asli merek produk

(www.Wikipedia.org).

2.3. Pengertian Brand Equity

Aaker dalam Kismono (2001) mendefinisikan brand equity sebagai seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Brand equity dapat pula diartikan sebagai kemampuan merek untuk membuat konsumen puas dan setia karena merek tersebut memiliki kualitas yang tinggi dan dapat dibedakan dari merek lain. Aker juga menyatakan bahwa, brand equity terkait dengan tingkat pengakuan nama merek, persepsi mutu merek, asosiasi mental dan emosional yang kuat, dan aset lain seperti paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi.

(36)

komponen yang mendasari brand equity tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain secara berkesinambungan, yang dapat digambarkan sebagai berikut (Soehadi, 2005) :

Gambar 1. Hubungan Antar Komponen Brand Equity

Aaker dalam Durianto (2004), mengelompokkan brand equity ke dalam lima kategori, yaitu :

1. Brand awareness (kesadaran merek) yang menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

2. Brand association (asosiasi merek) yang mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain.

3. Perceived quality (persepsi kualitas) yang mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

4. Brand loyalty (loyalitas merek) yang mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk.

5. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya) yang sangat bernilai jika asset-aset tersebut menghalangi dan mencegah para kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen. Aset-aset merek lainnya seperti paten, cap dagang, dan saluran hubungan.

Image

Value Loyalty

(37)
[image:37.612.179.501.111.422.2]

Gambar 2. Konsep Brand Equity

Durianto, dkk (2004) mengemukakan bahwa brand equity memiliki peran yang berarti bagi konsumen dan produsen. Bagi konsumen, brand equity dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Bagi produsen, brand equity yang kuat dapat memberikan sejumlah keunggulan bersaing, diantaranya :

1. Perusahaan akan memiliki pengaruh perdagangan yang lebih besar dalam melakukan tawar-menawar dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkannya menjual merek tersebut.

2. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaing-pesaingnya karena merek tersebut memiliki persepsi mutu yang lebih tinggi.

Brand equity (Nama, Simbol)

Other proprietary brand assets Brand loyalty

Brand association

Memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat

• Interpretasi/proses informasi

• Rasa percaya diri dalam pembelian

• Pencapaian kepuasan dari pelanggan

Memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat

• Efisiensi dan efektivitas program pemasaran

Brand loyalty • Harga/laba

• Perluasan merek

• Peningkatan perdagangan

• Keuntungan kompetitif

Perceived quality

(38)

3. Perusahaan dapat lebih mudah melakukan perluasan produk karena nama merek tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi.

4. Merek tersebut menawarkan kepada perusahaan suatu pertahanan terhadap persaingan harga.

2.4. Brand Awareness

Brand awareness membutuhkan jangkauan kontinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk. Kontinum ini dapat dilihat dalam tingkatan brand awareness yang digambarkan dalam piramida berikut ini :

Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

[image:38.612.224.428.310.500.2]

Brand Unaware

Gambar 3. Piramida Brand Awareness

(39)

konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Tingkatan berikutnya adalah merek yang disebut pertama kali pada saat pengenalan merek tanpa bantuan yaitu top of mind (kesadaran puncak pikiran). Top of mind adalah brand awareness tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen (Durianto,dkk, 2004).

Brand awareness dapat menciptakan nilai-nilai melalui 4 cara, yaitu : 1. Anchor to which other association can be attached yaitu penciptaan nilai

suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai.

2. Familiarity – Liking yaitu penciptaan nilai melalui pengenalan merek yang akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah) seperti pasta gigi, tissue, dll. 3. Substance/Commitment yaitu penciptaan nilai melalui kesadaran

konsumen akan nama yang dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan.

4. Brand to consider yaitu penciptaan nilai dengan menyeleksi suatu kelompok merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli.

2.5. Pengertian Brand Association

Kesan-kesan yang terkait akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut (Durianto, dkk, 2004).

Brand association memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

1. Help process/retrive information (Membantu proses penyusunan informasi).

2. Differentiate (Membedakan suatu merek dengan merek lainnya).

(40)

4. Create positive attitude/feelings (Brand association dapat memberikan suatu pengalaman yang unik sehingga menciptakan perasaan positif kepada konsumen atas merek tertentu).

5. Basis for extentions (Brand association dapat menjadi suatu landasan bagi suatu perluasan produk).

Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek berhubungan dengan hal berikut :

1. Product attributes (Atribut produk).

Mengasosiasikan atribut suatu produk merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan. Asosiasi ini efektif untuk dikembangkan karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat langsung menjadi dasar pengambilan keputusan pembelian.

2. Intangibles attributes (Atribut tak berwujud).

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti persepsi kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

3. Customer’s benefits (Manfaat bagi pelanggan).

Manfaat bagi pelanggan terbagi menjadi dua, yaitu rational benefit (manfaat rasional) dan psychological benefit (manfaat psikologis). Manfaat rasional berkaitan erat dengan atribut dari produk yang dapat menjadi bagian dari pengambilan keputusan yang rasional. Manfaat psikologis merupakan konsekuensi ekstrem dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tertentu.

4. Relative price (Harga relatif).

Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.

5. Application (Penggunaan).

(41)

6. User/customer (Pengguna/pelanggan).

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pelanggan dari produk tertentu.

7. Celebrity/person (Orang terkenal).

Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tertentu.

8. Life style/personality (Gaya hidup/kepribadian).

Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tertentu dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Product class (Kelas produk).

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya. 10.Competitors (Para pesaing).

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing.

11.Country/geographic area (Negara/wilayah geografis).

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Asosiasi tertentu dapat dieksploitasi dengan mengaitkan merek pada sebuah negara.

(42)
[image:42.612.166.423.84.250.2]

Gambar 4. Diagram Nilai Brand Association

Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa brand association menciptakan beberapa nilai yaitu; pertama, asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan sehingga membantu proses penyusunan informasi. Kedua, asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan satu merek dari merek yang lain. Ketiga, asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak. Keempat, asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan. Kelima, asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dengan sebuah produk baru (Rangkuti, 2004).

2.6. Perceived Quality

Aaker dalam Durianto, dkk mengemukakan bahwa perceived quality perlu dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria yang berbeda karena terdapat perbedaan keterlibatan dan kepentingan pada setiap pelanggan.

Membantu proses informasi

Diferensiasi/posisi

Alasan untuk membeli Menciptakan sikap

positif

Basis perluasan

(43)

Menurut Garvin dalam Durianto, dkk (2004), perceived quality terdiri atas tujuh dimensi, yaitu :

1. Kinerja.

Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi, serta kenyamanan. Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, sering kali pelanggan mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja.

2. Pelayanan.

Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada suatu produk. 3. Ketahanan.

Mencerminkan umur ekonomis suatu produk. 4. Keandalan.

Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik produk.

Bagian-bagian tambahan dari produk (feature), seperti remote control sebuah video, tape deck, sistem WAP untuk telepon genggam. Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi.

Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji (tidak ada cacat). 7. Hasil.

(44)

Perceived quality mempunyai peran penting dalam membangun suatu merek. Perceived quality suatu merek dapat menjadi alasan yang kuat dalam pengambilan keputusan pembelian suatu merek. Secara umum perceived quality dapat menghasilkan nilai-nilai berikut (Rangkuti, 2004) :

Gambar 5. Diagram Nilai-nilai Perceived Quality

Berdasarkan diagram tersebut, dapat dijelaskan bahwa perceived quality dapat menciptakan nilai-nilai yang terdiri dari; pertama, kesan kualitas memberikan alasan yang penting untuk membeli karena mempengaruhi merek-merek mana yang harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih. Kedua, suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi kesan kualitas. Ketiga, kesan kualitas akan memberikan pilihan dalam menetapkan harga optimum. Keempat, kesan kualitas memiliki arti penting bagi distributor, pengecer, serta berbagai saluran distribusi lainnya, karena membantu perluasan distribusi. Kelima, kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk kedalam kategori produk baru.

Perceived quality

Alasan untuk membeli

Diferensiasi atau posisi

Harga premium

Perluasan saluran distribusi

(45)

2.7.Brand Loyalty

Brand loyalty merupakan suatu indikator yang dapat menggambarkan peluang pelanggan untuk beralih ke merek lain, terutama jika pada merek tersebut terdapat suatu perubahan, baik mengenai harga ataupun atribut lain (Kismono, 2001). Pelanggan yang memiliki tingkat brand loyalty tinggi akan melakukan pembelian ulang terhadap suatu merek produk. Pembelian ulang ini memperlihatkan tingkat kepuasaan yang dirasakan oleh konsumen atas suatu merek produk. Dengan adanya pembelian ulang, produsen menperoleh keuntungan berupa peningkatan penjualan produknya.

Brand loyalty dapat memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan, diantaranya :

1. Reduced marketing cost (mengurangi biaya pemasaran)

Brand loyalty yang tinggi pada pelanggan akan mengurangi biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh perusahaan, karena biaya dalam mempertahankan pelanggan lebih rendah jika dibandingkan dengan menarik pelanggan baru.

2. Trade leverage (meningkatkan perdagangan)

Loyalitas pelanggan yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan, karena terdapat kecenderungan kesulitan untuk beralih ke merek lain pada diri pelanggan.

3. Attracting new customer (menarik minat pelanggan baru)

Dengan banyaknya pelanggan yang loyal terhadap suatu merek akan menyebabkan perasaan yakin bagi calon pelanggan baru untuk menggunakan merek tersebut, sehingga muncul pelanggan baru yang merupakan orang-orang terdekat dari pelanggan yang loyal.

4. Provide time to respond to competitive threats (memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan)

(46)

Committed buyer

Liking the brand

Satisfied buyer

Habitual buyer

[image:46.612.187.472.81.295.2]

Switcher

Gambar 6. Piramida Brand loyalty

Piramida brand loyalty menggambarkan tingkatan brand loyalty pelanggan yang terdiri dari (Durianto, dkk, 2004) :

1. Switcher (berpindah-pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar, karena mereka memiliki kecenderungan yang tinggi untuk beralih ke merek lain yang mereka anggap memadai. Pelanggan yang berada pada tingkat ini cenderung untuk membeli suatu produk karena harganya yang murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikategorikan sebagai pelanggan yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya. Pelanggan pada tingkat ini tidak akan beralih ke merek lain jika peralihan tersebut memerlukan berbagai pengorbanan. Dengan kata lain, pelanggan yang berada pada tingkat ini melakukan pembelian didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

(47)

4. Likes the brand (menyukai merek)

Pelanggan yang berada pada tingkatan loyalitas ini merupakan pelanggan yang sungguh-sungguh menyukai merek tertentu karena rangkaian pengalaman yang dialami dalam penggunaan sebelumnya ataupun asosiasi yang terkait pada merek tersebut.

5. Comitted buyer (pembeli yang komit)

Pada tingkatan ini, pelanggan merupakan pelanggan yang setia yang memiliki kebanggaan sebagai pengguna suatu merek sehingga mereka mengaktualisasikan loyalitasnya dengan merekomendasikan merek tersebut ke pihak lain.

2.8. Pengertian Persepsi

Persepsi memiliki peran penting dalam pemasaran karena manusia bertindak dan beraksi berdasarkan persepsi mereka atas apa yang ada dan yang terjadi, bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Atau dengan kata lain, persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia di sekitar kita. Dalam pemasaran, seseorang menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yang terbentuk atas asosiasi yang timbul dari melihat dan mendengarnya. Persepsi yang telah terbentuk di benak konsumen akan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian atas suatu produk atau jasa dan akan menentukan tingkat kesetiaan konsumen atas produk atau jasa tersebut. Dengan demikian, memahami persepsi konsumen adalah penting bagi para pemasar dan produsen.

Rakhmat (2002) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah proses dimana setiap individu menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk yang berharga dan divisualisasikan sebagai gambaran dunia (Schiffman dan Kanuk, 2000).

Dua faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Rakhmat (2002) adalah sebagai berikut :

(48)

Dalam hal ini, pembentuk persepsi bukan berasal dari jenis stimuli, melainkan berasal dari karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Faktor-faktor fungsional pembentuk persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan yang mempengaruhi bagaimana orang memberikan makna pada pesan yang diterimanya.

2. Faktor struktural, adalah faktor yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf individu seperti suara, gambar, rasa, aroma dan tekstur.

[image:48.612.272.382.270.358.2]

Menurut Setiadi (2003), persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi, organisasi dan interpretasi terhadap stimulus.

Gambar 7. Proses Persepsi 1. Seleksi perseptual

Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psychology set yang dimiliki, yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, maka terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen. Dua hal yang dapat mempengaruhi proses seleksi adalah sebagai berikut :

a. Pengalaman masa lalu yang akan mempengaruhi harapan

konsumen.

b. Motif pada saat itu yang terkait dengan kebutuhan, keinginan, minat dan sebagainya.

2. Organisasi persepsi

Organisasi persepsi diartikan sebagai proses pengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman. Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan dimana berbagai stimulus akan

Seleksi Perseptual

Organisasi Persepsi

(49)

dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh. Pengorganisasian seperti ini akan memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus. 3. Interpretasi perseptual

Interpretasi perseptual merupakan proses terakhir dari persepsi yang memberikan interpretasi atas stimuli yang diterima konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen, baik disadari atau tidak, akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses interpretasi, konsumen membuka kembali berbagai informasi yang telah tersimpan dalam memorinya.

2.9. Pengertian Air Conditioner

Air conditioner (AC) adalah suatu alat, sistem atau mekanisme yang dirancang untuk mengubah udara panas di suatu area melalui siklus pendinginan sehingga menghasilkan kesejukan. AC dapat digunakan sebagai penyejuk ruangan atau kendaraan. (www.Wikipedia.org). Ada beberapa jenis air conditioner, diantaranya :

1. Window and through the wall air conditioner

Window and through the wall air conditioner merupakan AC yang biasa digunakan sebagai penyejuk ruangan di sebuah rumah. Berbentuk persegi panjang dan diletakkan di dinding atau di dekat jendela.

2. Portable air conditioner

Portable air conditioner merupakan AC yang berbentuk box berukuran besar dan memiliki beberapa roda sehingga dapat dengan mudah dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.

3. Central air conditioner

(50)

sebagai pendistribusi udara dingin dapat menyebabkan perkembangbiakan mikroorganisme yang berbahaya.

4. Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner

Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner merupakan AC yang mengkombinasikan beberapa karakteristik dari central air conditioner dengan beberapa karakteristik dari window atau through-the-wall-units. Sama seperti window air conditioner, ductless mini split air conditioner tidak menggunakan pipa saluran dan setiap ruangan pada suatu gedung dapat memiliki pengatur suhunya. Tetapi, sama seperti central air conditioner, AC ini tidak dipasang di dinding ataupun di jendela dan meletakkan kompresor sebagai sumber kebisingan di luar ruangan.

2.10. Penelitian Terdahulu

Wardhani (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Ekuitas Merek Kartu GSM Pada Mahasiswa S1 IPB. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis posisi suatu merek kartu seluler GSM prabayar yang tertanam di benak konsumen, mengetahui kesan-kesan seseorang yang terkait dengan produk jasa kartu seluler GSM prabayar, menganalisis persepsi pelanggan terhadap mutu suatu merek kartu seluler GSM prabayar dan mengetahui keterkaitan pelanggan terhadap suatu merek kartu seluler prabayar GSM.

(51)

Pratama (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Brand Equity Pocari Sweat dalam Persaingan Industri Minuman (Studi kasus pada mahasiswa di Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis brand equity Pocari Sweat pada elemen brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Spearman-Brown, Product Moment, Alfa Cronbach, Skala Likert, Skala Semantik Differential, Uji Cochran, analisis biplot dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada elemen brand awareness merek Pocari Sweat merupakan merek yang paling diingat oleh konsumen. Asosiasi pembentuk brand image pada elemen brand association menunjukkan bahwa merek Pocari Sweat mendapatkan dua brand image, yaitu aman bagi kesehatan dan rasa yang segar pelepas dahaga. Hasil analisa perceived quality dengan metode biplot menunjukkan bahwa Pocari Sweat memiliki beberapa karakteristik atribut yang melekat pada mereknya yaitu atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan memulihkan stamina. Analisa pada elemen brand loyalty menunjukkan bahwa merek Pocari Sweat belum memiliki brand loyalty yang kuat.

(52)
(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT National Gobel sebagai pioner industri elektronik di Indonesia

merupakan sebuah perusahaan hasil kerjasama antara perusahaan keluarga

Gobel dengan Matsusitha Electric Industrial Co,.Ltd. PT National Gobel

menjalankan kegiatan operasionalnya dengan berpedoman pada visi dan misi

perusahaan. Sebagai perusahaan hasil kerjasama, maka seiring dengan

perubahan komposisi kepemilikan saham dan pelaksanaan strategi global

Matsusitha Electric Industrial Co,.Ltd maka PT National Gobel melakukan

kegiatan rebranding dengan mengganti merek dan logo produk dari National menjadi Panasonic. Kegiatan rebranding juga meliputi perubahan nama perseroan menjadi PT Panasonic Gobel Indonesia.

AC National merupakan salah satu produk milik PT National Gobel yang memiliki kesan baik di benak konsumen. Pergantian merek ini akan

mempengaruhi kesan konsumen terhadap AC Panasonic. Dalam pasar elektronik terdapat beragam merek AC yang saling bersaing untuk meraih kepercayaan konsumen. Panasonic sebagai merek yang baru dikenal oleh

masyarakat harus berusaha keras untuk meraih kepercayaan konsumen.

Penelitian ini akan menganalisis elemen-elemen brand equity yang terdiri dari brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty AC Panasonic dibandingkan dengan beberapa merek AC yang beredar di pasar sehingga dapat diketahui brand equity yang dimiliki oleh AC

(54)
[image:54.612.147.534.99.498.2]

Gambar 8. Bagan Kerangka Pemikiran

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor pusat PT Panasonic Gobel Indonesia

yang berlokasi di Jl. Dewi Sartika (Cawang II) Jakarta 13630. Pengambilan

sample dilakukan di wilayah Jakarta, khususnya wilayah Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-Maret 2007.

Visi dan Misi Perusahaan

Rebranding

PT Panasonic Gobel Indonesia

Merek-merek AC

Brand equity

Brand Awareness

Top of Mind Brand Recall Brand Recognition Brand Unaware

Brand Association

Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek

Perceived Quality

Atribut-atribut produk

Brand Loyalty

Commited buyer Likes the brand Satisfied buyer Habitual buyer Switcher

Brand equity ACPanasonic PT National Gobel

Perubahan komposisi kepemilikan saham dan strategi global Matsusitha

(55)

3.3

Gambar

Gambar 2. Konsep Brand Equity
Gambar 3. Piramida Brand Awareness
Gambar 4. Diagram Nilai Brand Association
Gambar 6. Piramida Brand loyalty
+7

Referensi

Dokumen terkait

6) Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainya atau menciptakan brand equity tersebut. 7) Brand

Menurut Menurut Aaker (2005) ekuitas merek (Brand Equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kinanti, 2018) dengan judul Pengaruh Rebranding terhadap Brand Image Produk Indosat yaitu OOREDO yang menyatakan bahwasanya

Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Perubahan Logo ( Rebranding ) Terhadap Citra Merek ( Brand Image ) dan Loyalitas Konsumen ( Consumer Loyalty ) Ayam Geprek Sako

Brand Equity (X) Menurut Durianto, dkk, brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau

Strategi Brand Extension yang dilakukan pada merek Samsung didasarkan bahwa Brand Equity seringkali dihubungkan dengan persepsi konsumen (brand awareness, brand

Penulis merasa sangat bersyukur selama melaksanakan Kerja Praktek di PT Panasonic Gobel Indonesia, karena dengan adanya pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis mendapatkan begitu banyak

Brand Image /Citra merek merupakan representasi berupa nama, logo, simbol, dsb dari sebuah brand yang membedakan produk itu dengan produk yang lain, Brand image terbentuk berdasarkan