• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU PENJASORKES SMA NEGERI DI KABUPATEN BANGLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU PENJASORKES SMA NEGERI DI KABUPATEN BANGLI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU

PENJASORKES SMA NEGERI DI KABUPATEN BANGLI

TIM PELAKSANA:

I Made Danu Budhiarta, Drs., M.Pd. (Ketua)

NIDN. 0020025403

I Putu Darmayasa, S.Pd., M. For.(Anggota 1)

NIDN.0006026903

Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or. (Anggota 2)

NIDN. 0017037903

Komang Sukarata Adnyana, S.Pd.,M.Or.(Tenaga Lapangan)

NIR. 20130544

Dibiayai dari: Dana DIPA BLU

Universitas Pendidikan Ganesha

Nomor SP DIPA/042.01.2.400987/2017 tanggal 7 Desember 2016 sesuai dengan Kontrak Penelitian

Nomor: 888/UN48.15/PM/2017

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2017

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

a. Judul Program : Pelatihan Soft Ball Bagi Siswa dan Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli

b. Jenis Program : Pelatihan c. Bidang Kegiatan : Kependidikan d. Identitas Pelaksana:

1. Ketua:

a) Nama : Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd. b) NIP : 195402201989031001

c) NIDN : 0020025403

d) Pangkat/Gol. : Pembina Tk. I/ IVb

e) Alamat Kantor : Kampus Tengah Undiksha, Jln. Udayana Singaraja f) Alamat Rumah : Jln. Parikesit II/3 Singaraja

2. Anggota 1:

a) Nama : Putu Darmayasa, S.Pd., M.For. b) NIP/NIDN : 196902061996011001 / 0006026903 c) Pangkat/Gol. : Penata/III c

d) Alamat Kantor : Kampus Tengah Undiksha, Jln. Udayana Singaraja e) Alamat Rumah : Jln.Pantai Indah III/18 Singaraja

3. Anggota 2:

a) Nama : Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or. b) NIP/NIDN : 197903172008121005 / 0017037903

c) Pangkat/Gol. : Penata Muda / III a

d) Alamat Kantor : Kampus Tengah Undiksha, Jln. Udayana Singaraja e) Alamat Rumah : Gang Bumi Asih II / 9 Pemaron, Singaraja, Bali e. Jumlah Biaya yang diperlukan: Rp 8.000.000,- (delapan juta rupiah)

f. Lama Kegiatan : 8 bulan (Maret – Oktober 2017) Mengetahui:

Dekan FOK Undiksha,

I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or. NIP. 196804081997031002

Singaraja, 30 Oktober 2017 Ketua Pelaksana,

Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd. NIP. 195402201989031001

Mengetahui: Ketua LPPM Undiksha,

Prof. Dr. I Gede Astra Wesnama, M.Si.

(3)

iii

TIM PELAKSANA

1. Ketua Pelaksana

a. Nama Lengkap : Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd. b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 195402201989031001

d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Olahraga e. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IV b f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrek h. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana 1

a) Nama Lengkap : Putu Darmayasa, S.Pd., M.For. b) Jenis Kelamin : Pria

c) NIP/NIDN : 196902061996011001

d) Disiplin Ilmu : Fisiologi Olahraga e) Pangkat/Gol. : Penata/III c

f) Jabatan Fungsional : Lektor

g) Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrek h) Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana 2

a) Nama : Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or. b) Jenis Kelamin : Pria

c) NIP : 197903172008121005

d) Disiplin Ilmu : Ilmu Keolahragaan e) Pangkat/Gol. : Penata Muda / III a f) Jabatan Fungsional : Asisten Ahli g) Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrek h) Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

4. Tenaga Lapangan:

a) Nama : Komang Sukarata Adnyana, S.Pd., M.Or. b) Jenis Kelamin : Pria

c) NIR : 20130544

d) Disiplin Ilmu : Ilmu Keolahragaan

e) Pangkat/Gol. : -

f) Jabatan Fungsional : -

g) Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrek h) Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu

(4)

iv

PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU PENJASORKES SMA NEGERI DI KABUPATEN BANGLI

Oleh

Budhiarta, I M. D., Darmayasa, P., Darmawan, G. E. B.

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bermain softball bagi siswa dan guru penjasorkes di Kabupaten Bangli. Sasaran kegiatan adalah siswa dan guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli. Realisasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pelatihan dan praktek lapangan bertempat di SMA N 1 Bangli. Kegiatan dilaksanakan tanggal 9, 10 dan 21 Juni 2017. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan lancar. Peserta sangat bersemangat mengkuti kegiatan ini sampai selesai. Penguasaan siswa dan guru-guru Penjasorkes dalam teknik dasar melempar dan menangkap bola softball menunjukkan adanya peningkatan yang positif. Pada keterampilan memukul bola masih perlu lebih diintensifkan latihannya. Tanggapan siswa dan guru-guru peserta adalah positif dan tingkat kehadiran peserta mencapai 100%. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan adalah belum adanya sarana permainan softball di sekolah-sekolah. Kepada kepala sekolah disarankan agar membentuk club softball sebagai suatu wadah dimana para guru dapat sharing pengetahuan dan berlatih teknik dasar bermain softball secara berkelanjutan dan diupayakan agar sekolah mendapat bantuan sarana olah raga softball dari KONI setempat.

Kata-kata kunci: permainan softball, siswa SMA, guru-guru penjasorkes

SOFTBALL TRAINING FOR STUDENTS AND PHYSICAL EDUCATION TEACHERS OF SMA NEGERI DI KABUPATEN BANGLI

ABSTRACT

This Community service activities aim to improve the knowledge and skills of softball playing for students and physical education teachers in SMA Negeri 1 Bangli. The activities were conducted on 9, 10 and 21 June 2017. The results showed that the training done smoothly and the participants were very excited to join the complete activities. The students’ and teachers’ mastery in basic techniques of throwing and catching the ball showed a positive increase. However, the skill of hitting the ball still need to be practiced more intensively. The response of the students and teachers are positive and the attendance rate of the participants reached 100% from total activities. The obstacles encountered in the implementation of training is the absence of softball game facilities in schools. Therefore, it is suggested to the principal to establish a softball club in which the teachers can share their knowledge and practice of the basic techniques of softball playing in a sustainable manner and able to get softball facilities support from local KONI.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan laporan Pengabdian Kepada Masyarakat, dengan judul: ―Pelatihan Soft Ball Bagi Siswa dan Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli‖.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai dengan penulisan laporan ini, diantaranya kepada yth:

1. Ketua LPPM Undiksha, atas bantuan dana yang diberikan.

2. Kepala SMAN 1 Bangli, SMAN 2 Bangli dan SMKN 1 Bangli, yang telah membantu menyediakan fasilitas berupa ruang laboratorium dan lapangan tempat kegiatan pelatihan.

3. KONI Kabupaten Bangli, Perbasasi Provinsi Bali, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli atas dukungannya.

4. Semau pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi siswa dan guru. Masukan dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

Singaraja, 30 Oktober 2017 Tim Pelaksana,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………... i

HALAMAN PENGESAHAN……… ii

TIM PELAKSANA……… iii

ABSTRAK…...……… iv

KATA PENGANTAR……...……….…. v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR GAMBAR ……… vii

DAFTAR LAMPIRAN……...….……….…. viii

I PENDAHULUAN .………..………. 1

A. Analisis Situasi………..………. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah…...………..…. 3

C. Tujuan Kegiatan……... ………. 4

D. Manfaat Kegiatan………….. ……… . 4

II TINJAUAN PUSTAKA..………..……… ……… .. 5

A. Sejarah Permainan Softball……….…. 5

B. Sarana Dan Prasarana Soft Ball ………... 7

C. Teknik Dasar Bermain SoftBall ………... 13

D. Peraturan Permainan SoftBall……….……. 15

III METODE PELAKSANAAN……….……….. 21

A. Kerangka Pemecahan Masalah……….……….... 21

B. Realisasi Pemecahan Masalah………..……… 22

C. Khalayak Sasaran ………..……..……….. .. 22

D. Metode Pelaksanaan Kegiatan……..……… 23

IV HASIL DAN PEMBAHASAN…..………. 24

A. Hasil Kegiatan ………..………. .. 24

B. Pembahasan………….………. 24

V SIMPULAN DAN SARAN………...……….. 26

A. Simpulan………...…… 26

B. Saran………. 26

DAFTAR PUSTAKA………..…... 27

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar:

1.1 Lapangan Softball ………. 8

1.2 Bentuk Home Plate ……… 8

1.3 Ukuran Home Plate ……… 11

1.4 Pitcher Plate ……… 11

1.5 Base ………. 12

(8)

viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran: 01 Lembar Monitoring ……….. 29 02 Materi Pelatihan……….. .……… 30 03 Kontrak P2M ……… 55

04 Daftar Hadir Peserta Pelatihan P2M ……….………….. ……… 58

(9)

2

BAB I PENDAHULUAN

1. ANALISIS SITUASI

Pembelajaran olahraga di SMP/SMA/SMK dewasa ini cenderung dilaksanakan secara konvensional, dengan alternatif kegiatan berupa lari keliling lapangan, permainan voli, atau senam kesegaran jasmani. Olahraga yang sama juga diberikan sebagai pilihan ekstrakurikuler. Pilihan kegiatan olahraga yang terbatas tersebut cenderung menjadi rutinitas dan menimbulkan kebosanan. Padahal, ada beberapa olahraga lain yang dapat dan wajib dibelajarkan di sekolah-sekolah seperti Basketball, Sepak bola, renang dan Softball sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 mulai Tahun Ajaran 2013/2014, maka setiap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PENJASORKES) di SMP/SMA/SMK harus menguasai berbagai jenis permainan bola besar seperti voli, basket, sepak bola dan permainan bola kecil seperti softball (Kemdikbud, 2013).

Softball ini sebenarnya sudah tidak asing bagi siswa-siswi di kota-kota besar dan di ibu kota setiap kabupaten dan kota. Olahraga ini mirip dengan permainan bola kasti yang sudah sering diberikan di tingkat Sekolah Dasar. Softball ini merupakan olahraga permainan penyesuaian dari baseball yang mempunyai permainan lebih lunak (Budhiarta, 2007). Softball merupakan permainan yang mulai populer di Indonesia. Manfaat melakukan olahraga ini, dapat menimbulkan perasaan gembira pada orang yang memainkannya, sehingga menyenangkan bagi siswa SMP/SMA/SMK atau remaja yang melakukannya. Selain itu, secara tidak langsung permainan Softball dapat melatih dan meningkatkan kondisi fisik.

Permainan Softball dapat dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa baik wanita maupun pria. Olahraga softball dapat mengembangkan jasmani dan rohani, di dalam gerakan-gerakan bermain, jiwa/mental sebagai pendorong utama untuk menggerakkan kemampuan yang telah dimiliki. Perkembangan jasmani digunakan untuk pembentukan sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan serta kemampuan jasmani yang mencakup kecepatan, kelincahan, daya tahan, kekuatan, kelentukan dan lain sebagainya. Perkembangan rohani dimana segi kejiwaan, keperibadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang positif sesuai dengan tuntutan masyarakat Indonesia. Dengan bermain softball akan berkembang secara baik

(10)

unsur-3

unsur: daya pikir, kemauan dan perasaan. Keperibadian juga berkembang dengan baik terutama self kontrol, disiplin, rasa kerja sama, rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya (Budhiarta, 2007). Disamping itu, pelatihan juga dapat meningkatkan penguasaan teknik bermain softball. Hal ini berdasarkan pada hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Budhiarta, dkk. (2014, 2015) yang telah memberikan pelatihan di bidang softball bagi guru-guru SMP/SMA/SMK di Kota Singaraja dan Negara. Hasil kegiatan menunjukkan adanya respon yang positif dari para guru dan kemampuan penguasaan teknik bermain softball mengalami peningkatan dengan cukup memuaskan. Agar bermain softball bisa menjadi kesenangan maka pemahaman, penguasaan teknik dan pemahaman peraturan permainan diajarkan dengan baik. Beberapa teknik yang harus dikuasai antara lain melempar bola, menangkap bola, melambungkan bola, memukul bola dan lain sebagainya.

Melihat dampak positif yang dirasakan siswa dan guru dimana P2M ini pernah dilaksanakan, stakeholder dan KONI di Kabupaten Bangli juga menyampaikan permintaan agar P2M serupa dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bangli, sekaligus sebagai persiapan menuju PORPROV 2017. Selain itu, KONI Kabupaten Bangli memahami bahwa olahraga ini belum memasyarakat dan masih banyak siswa dan guru penjasorkes di Kabupaten Bangli yang belum mengetahui apa itu olahraga softball, apa saja sarana prasarananya dan bagaimana peraturan permainannya. Oleh karena itu, dalam mendukung kurikulum 2013 dan sebagai upaya mempopulerkan olahraga softball di Kabupaten Bangli, serta mengutip pernyataan ketua umum Persatuan Softball dan Basdeball (PERBASASI) Bali bahwa Perbasasi Bali saat ini sedang mencari pemain-pemain dari luar kota Denpasar dan Badung untuk mendukung pembibitan pemain (Bali Post, hal16, 22-10- 2015). Sesuai dengan permasalahan di atas melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat UNDIKSHA ingin mengenalkan olahraga softball pada siswa dan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri yang ada di Kabupaten Bangli.

Kabupaten Bangli sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan Kabupaten Bangli adalah menjadikan Bangli sebagai kota pendidikan. Realisasi dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain dengan memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK) sampai Akademi, termasuk melengkapi sarana pendukung bidang keolahragaan.

(11)

4

Permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada di Kabupaten Bangli, khususnya guru bidang studi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SMP/SMA/SMK banyak yang belum menguasai bidang tugasnya, khususnya masih kurangnya kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar permainan Softball.

Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah melalui penyegaran akademis (refreshing program) yang inti kegiatannya berupa pelatihan softball bagi para siswa dan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri karena guru adalah ujung tombak dari pembelajaran dan siswa adalah generasi muda yang bakat dan potensi dirinya perlu digali dan dikembangkan. Melalui program ini, siswa dan guru diharapkan memperoleh ―sesuatu‖ yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan tugas dan profesinya yang nantinya secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerjanya seperti, mampu memberikan pembinaan di bidang permainan softball bagi anak didiknya. Jika guru menguasai permainan softball dengan baik, mereka akan dapat mengajarkannya dengan baik kepada siswa di sekolahnya. Dengan kata lain, bila kualitas pengetahuan guru penjasorkes meningkat, akan berimplikasi pada kualitas pelaksanaan PBM, dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi penjasorkes.

Dengan dasar tersebut nantinya softball bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dipilih untuk pembelajaran penjasorkes di sekolah, sehingga olahraga menjadi lebih bervariasi dan siswa lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan olahraga. Softball ini juga dapat dimasukkan sebagai salah satu pilihan ekstrakurikuler sehingga menambah khasanah kegiatan ekstrakurikuler dan KONI Bangli dapat mengambil manfaat dalam pembentukan organisasi Persatuan Softball dan Baseball (PERBASASI) Kabupaten Bangli serta akan ikut mempopulerkan permainan softball di Indonesia khususnya di Kabupaten Bangli.

Berdasarkan analisis situasi di atas, Tim Pelaksana merasa terpanggil untuk mengadakan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul:‖ Pelatihan SoftBall Bagi Siswa dan Guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli‖.

(12)

5

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Dari paparan di atas dapat diidentifikasi hal-hal berikut:

(1) bahwa siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli belum memiliki penguasaan terhadap keterampilan dan peraturan olahraga Softball. Oleh karena itu perlu diadakan program re-freshing bagi guru-guru dalam upaya peningkatan kualitas penguasaan bidang Softball.

(2) siswa dan guru-guru penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli belum pernah mengikuti pelatihan dalam permainan cabang Softball.

(3) bahwa hasil belajar penjasorkes siswa bergantung pada kualitas PBM yang dilaksanakan guru.

Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pokok yang hendak diurai melalui program ini adalah: perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa serta guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli dalam permainan cabang olahraga softball.

C. TUJUAN KEGIATAN

Berdasarkan analisis potensi dan rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dan guru-guru penjasorkes di Kabupaten Bangli dalam bidang softball. Secara khusus tujuan kegiatan ini adalah:

1) Sebagai upaya memberikan pemahaman kepada siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli dalam bidang softball.

2) Mempersiapkan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri yang berkualitas untuk mengajarkan softball kepada siswa-siswanya.

3) Menumbuhkembangkan bakat, minat dan kebugaran jasmani siswa SMA Negeri di Kabupaten Bangli melalui softball.

D. MANFAAT KEGIATAN

Melalui pelatihan softball bagi siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli, diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli dalam bidang softball, sehingga dapat mendidik, melatih dan meningkatkan keterampilan olahraga softball para siswa, dan bisa dibentuk tim softball sekolah.

(13)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SEJARAH PERMAINAN SOFT BALL

Permainan Softball berasal dari Amerika Serikat yang diciptakan oleh George Hancoc di kota Chicago tahun 1887. Permainan softball ini merupakan penyesuaian dari baseball dengan bentuk permainan lebih lunak. Pada mulanya softball dimainkan hanya untuk kegiatan rekreasi semata dan dilakukan di lapangan tertutup. Namun, ternyata dalam waktu singkat softball justru menjadi permainan yang digemari di Amerika. Daya tarik yang utama mengapa permainan ini cepat dicintai masyarakat, karena permainannya berbeda dengan baseball. Softball dapat dimainkan oleh setiap orang dengan tidak memandang usia, baik pria maupun wanita, tidak memerlukan lapangan yang luas dan yang terutama dapat dimainkan di gelanggang tertutup. Dari Amerika softball ini berkembang ke Kanada dan dari sanalah softball makin berkembang ke seluruh penjuru dunia.

Mengingat perkembangan softball dari permainan rekreasi menjadi satu cabang olahraga, maka diperlukan peraturan-peraturan yang seragam sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bagi semua negara. Untuk membuat peraturan-peraturan tersebut harus ada badan yang mempunyai wewenang untuk itu. Akhirnya terbentuklah Federasi Softball Internasional (International Soft ball Federation) yang bertugas membuat peraturan-peraturan menyangkut permainan olahraga softball yang berlaku di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Naskah asli peraturan softball tertulis dalam Bahasa Inggris, yang kemudian diterjemahkan oleh negara-negara anggotanya. Dalam menjabarkan peraturan ke bahasa nasional negara anggota, ada ditemui beberapa kesulitan untuk memberi pengertian yang tepat. Untuk mengatasi adanya perbedaan pendapat mengenai peraturan, maka untuk pemecahan masalahnya digunakan naskah aslinya, dalam Bahasa Inggris.

Terbentuknya Federasi Softball Internasional ini memungkinkan diadakannya pertandingan antar negara yang bersifat internasional. Kemudian diselenggarakan kejuaraan-kejuaraan tingkat naional, regional dan dunia. Bahkan pada Olympiade Mexiko, softball menjadi cabang olahraga yang didemonstrasikan untuk lebih dikenal lagi.

Dari Amerika softball berkembang ke Kanada dan negara-negara barat lainnya, lalu ke Asia, terutama setelah usai Perang Dunia II softball semakin dikenal dan

(14)

7

digemari. Di Jepang, Philipina, Korea Selatan, dan Taiwan, softball telah menjadi permainan rakyat. Di Indonesia, perkembangan softball sebenarnya sudah dari sebelum perang kemerdekaan, namun sifatnya masih terbatas dan hanya dimainkan di sekolah-sekolah tertentu. Bahkan anggapan softball hanya dimainkan oleh wanita saja terus berlangsung hingga tahun 1966. Baru pada Asian Games Bangkok olahraga softball dapat dimainkan baik oleh putri maupun putra, karena pada waktu itu mereka masih menyenangi olahraga softball.

Melihat perkembangan softball sedemikian cepat dan adanya kompetisi antara negara setiap tahun maka perhatian Indonesia pada cabang olahraga ini sudah serius. Di Indonesia, softball mula-mula berkembang di Jakarta Bandung, Palembang, Semarang dan Surabaya. Tetapi kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat digemari masyarakat, terutama para pelajar dan mahasiswa. Untuk menyalurkan kegiatan-kegiatan softball di Indonesia diatur oleh suatu badan yang bernama PERBASASI (Perserikatan Baseball dan Softball Amatir Seluruh Indonesia). Dengan adanya PERBASASI mulailah diadakan kompetisi softball tingkat nasional. Kejuaraan Nasional I tahun 1967 di Jakarta dan sejak PON VII Surabaya, softball menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.

Ada beberapa faktor penunjang mengapa olahraga softball bisa berkembang pesat di Indonesia, yaitu:

1) Faktor lapangan, lapangan permainan softball tidak terlalu luas, berukuran 4 x 20 meter. Ukuran ini bisa diperkecil untuk keperluan latihan.

2) Faktor orang, softball dapat dimainkan oleh setiap orang baik pria maupun wanita, dan tidak memandang usia. Setiap regu terdiri dari 9 orang, dalam permainan ada 2 regu yang berlawanan.

3) Dasar-dasar permainan softball, sebetulnya sudah dikenal di Indonesia. Sebagai contoh ada permainan kasti dan rounders.

4) Sifat-sifat, olahraga softball merupakan kombinasi dari olahraga ketangkasan dan otak (pikiran), sehingga mempunyai pengaruh yang baik bagi si pemain. 5) Peralatan, karena softball adalah olahraga beregu maka peralatan dapat

disediakan bersama, sehingga peralatan yang mahal dapat dimiliki secara bergotong royong.

6) Kelanjutan, oleh karena tiap-tiap tahun sudah disusun acara-acara pertandingan, maka kontinuitas permainan dapat terjamin, seeprti kompetisi daerah, nasional, PON, kompetisi internasional, dan sebagainya.

(15)

8

B. SARANA DAN PRASARANA SOFT BALL

Cabang olahraga softball dikatakan olahraga yang paling digemari anak-anak muda terutama para pelajar dan mahasiswa. Biasanya pada permainan menggunakan seragam olahraga yang menarik. Dengan disertai teriakan-teriakan bahasa asing ketika sedang bermain. Sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam permainan softball diantaranya lapangan permainan dan peralatan untuk bermain softball.

Lapangan

Lapangan permainan softball berbentuk bujursangkar, dibagi menjadi daerah fair (fair territory) dan daerah foult (foul territory). Daerah fair dibagi menjadi dua bagian yaitu daerah diamond (infield) dan daerah di luar diamond (outfield). Lapangan ini harus berupa tanah datar yang bebas dari rintangan pada radius 60 m terhitung dari base IV (home plate). Di dalam daerah infield terdapat 4 marka atau pos yang disebut base. Base diberi nomor berlawanan dengan arah jarum jam, dimulai dari base awal yang disebut home plate. Kemudian base pertama, base kedua dan base ketiga. Base berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi 38 cm yang dibuat sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah. Sudut dari keempat base membentuk bujur sangkar yang disebut diamond. Di belakang home plate terdapat batasan yang disebut tembok penahan bola di belakang lapangan (backstop) sejauh 7,62 dan 9,14 meter di belakang home plate (lihat Gambar 2.1).

Lapangan permainan dibatasi oleh dua garis yang disebut fouline yang bertemu pada sudut luar home plate (saling bertemu/berpotongan membentuk suatu sudut yang menghadap ke dalam lapangan). Dari kedua fouline ini diukur ke arah luar suatu jarak selebar 7,5 m yang bebas dari segala rintangan, demikian pula dari titik sudut luar home plate ke backstop (supaya jelas maka pada jarak 7,5 m dari kedua fouline dibuat garis atau pagar (fence) sejajar dengan kedua fouline tersebut, sebagai tempat penonton). Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lapangan dibuat menyerupai intan (diamond) dengan ukuran sisi masing-masing 18,3 m, sedangkan jarak dari tempat pitcher ke titik sudut home plate adalah 12,2 m untuk putri dan 14 m untuk putra.

(16)

9

Gambar 2.1 Lapangan Softball

Gambar 2.2 Home Plate

Catatan: Jarak antara home plate dan pitcher plate bagi wanita: 12,2 m

Junior berusia 9 – 12 tahun : Jarak base ke base : 13,7 m dan Jarak pitching : 10,7 m

Base Coach II I III IV 4,6 m 4,6 m 18,3 m 18,3 m 18,3 m 9,15 m m 1 m Base Coach 14 m 1,8 m 25,8 m 3 m 73 cm 1,2 m 43 cm 1 m 2,73 m 1 m 2 2 c m 15 cm

(17)

10

Cara membuat diamond dimulai dengan menempatkan letak home plate dengan membuat garis yang sesuai dengan arah diamond yang dikehendaki. Tanamkanlah tiang kecil (patok) pada sudut home plate yang terdekat dengan catcher. Ikatkan tali pada patok ini dan tariklah tali itu ke arah tempat pitcher yang dikehendaki, diukur sekaligus 12,2 m (14 m), 18,3 m, 25,8 m dan 36,6 m pada tali. Letakkanlah tali itu pada 12,2 m (14 m) tanamlah patok sebagai tanda tempat pitcher plate. Pada tanda 25,8 m tanamlah patok (tiang kecil) juga sebagai tanda tempat pusat base II. Pasanglah tanda 36,6 m tempat pada pusat base kedua (diikat pada patok), kemudian peganglah tali pada tanda 18,3 m dan berjalanlah ke luar ke arah kanan, menjauh dari arah tali semula. Tariklah tali sampai lurus. Tanamlah patok disini untuk tanda letaknya sudut luar dari base pertama dan kelihatan bahwa tali merupakan garis ke base I dan base II. Sekali lagi peganglah tali pada tanda 18,3 m dan berjalanlah menyeberangi lapangan ke arah kebalikan dari yang tadi dikerjakan, dan dengan demikian dapat ditentukan letak base III. Home plate, base I dan base III ketiga-tiganya terletak di dalam diamond. Untuk mengecek apakah lapangan sudah betul, ujung tali yang tadi di home plate dipindahkan ke base I dan yang bertanda 36,6 m dipindahkan ke base III. Kalau sekarang tali ditarik ke luar pada tanda 18,3 m, harus tepat menyentuh home plate dan base II. Setelah itu telitilah ukuran-ukuran dengan pita pengukur baja.

Jadi jumlah seluruh base ada empat. Tiga diantaranya yaitu base I, base II, dan base III berukuran masing-masing 38 x 38 cm, berbentuk bujur sangkar. Sedang yang satu lagi yaitu base IV ukuran sisinya adalah 43 – 22 – 30 – 30 – 22 cm.

Pitcher plate (tempat pelambung), dibuat berukuran 15 x 60 cm. Selanjutnya garis sepanjang 1 meter ditarik sejajar dengan base line, pada jarak 1 meter dari base line, mulai dari titik tengah antara home plate (base IV) dan base I, terus sampai ke luar dari base I. Garis 1 meter ini adalah batas yang diperbolehkan bagi baserunner atau pelari base, untuk menghindari ketikan baseman atau penjaga base.

Batter Box (daerah pemukul) adalah daerah tempat pemukul, terletak pada kedua sisi dari home plate dan berukuran 1 x 2,2 m, dengan sisi dalamnya sejauh 15 cm dari home plate. Garis depan dari batter box berada sejauh 1,2 m di depan garis yang ditarik melalui pusat home plate. Garis-garis pembatas dianggap bagian dalam dari batter box. Daerah pemukul untuk pemain kidal posisinya ditaruh berlawanan dengan pemain normal (di sebelah kiri).

Catcher Box (daerah catcher), luasnya 3 m x 2,73 m, dan diukur mulai dari sudut belakang dan luar dari batter box.

(18)

11

Batter on deck circle yaitu tempat batter menunggu giliran memukul, berupa suatu lingkaran dengan radius 0,79 m, terletak berdekatan dengan ujung bangku terakhir atau daerah dug out yang paling dekat dengan home plate.

Coach Box (daerah coach) ialah di belakang garis sepanjang 4,6 m yang dibuat sejajar dengan sisi luar diamond pada jarak 1,8 m, mulai dari base I dan base III ke arah home plate.

Back Stop. Daerah belakang untuk menahan bola agar bola tidak meloncat terlalu jauh ke luar lapangan.

Tempat pembantu ada dua, masing-masing dibuat berjarak 4,6 meter dari garis lapangan. Pada setiap permainan, masing-masing regu mempunyai dua pembantu yang berseragam dengan regunya yang ditempatkan di tempat pembantu tadi. Seorang di sebelah kanan dan yang seorang lagi di sebelah kiri. Tugasnya adalah memberi petunjuk kepada pemukul dan pelari base.

Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan softball minimal sebuah bola. Alat – alat yang dipergunakan untuk bermain softball adalah terdiri dari :

1. Alat Pemukul (Bat)

Alat pemukul yang sah harus bulat, terbuat dari batang kayu keras, atau dibubut dari balok yang terdiri atas dua atau lebih lapisan kayu yang di lem satu sama lain sedemikian rupa sehingga jalannya urat kayu itu sejajar ke panjangnya alat pukul. Ukuran panjangnya 86 cm dengan diameter 5 cm. Panjang alat pemukul ini tidak boleh lebih dari 86,36 cm dan diameternya (garis tengahnya) tidak boleh lebih dari 5,7 cm pada bagian yang terbesar. Pada pangkal kayu pemukul (tempat pegangannya) harus dibalut dengan pita pembalut atau bahan lain yang sesuai demi untuk ekselamatan (safety grip). Safety grip tersebut panjangnya kurang lebih 35 cm (tidak boleh kurang dari 25,4 cm dan tidak boleh lebih dari 38,1 cm) dari pangkal yang terkecil dari kayu pemukul tersebut. Kayu pemukul harus ditandai ―OFFICIAL SOFTBALL‖ oleh pabrik pembuatnya.

2. Bola

Bola yang sah harus berbentuk bulat. Bagian dalamnya dibuat dari campuran gabus dan karet dibalut dengan benang dan dibungkus dengan kulit kuda atau sapi atau dibuat dari bahan sintetis dan berwarna putih, dengan jahitan yang halus dan tak kentara. Ukuran kelilingnya sekitar 30 cm (lingkaran bola tidak boleh kurang dari

(19)

12

30,2 cm dan tidak lebih dari 30,8 cm). Beratnya tidak boleh kurang dari 6 ¼ ons dan tidak lebih dari 7 ons.

3. Base IV (home plate)

Home plate terbuat dari karet atau bahan lain yang sesuai, berbentuk segi lima dengan ukuran 30 – 22—43 – 22 – 30 cm seperti gambar berikut.

Gambar 2.3 Home Plate

Panjang sisi yang berhadapan dengan pitcher 43 cm, panjang sisi yang sejajar dengan garis sebelah dalam dari kotak si pemukul (batter box) 22 cm, sedang panjang sisi yang melekat pada garis yang menghubungkan antara home plate dengan base pertama dan base ketiga panjangnya 30 cm.

4. Pitcher Plate (Tempat Pelambung)

Dibuat dari karet atau kayu dengan ukuran panjang 60 cm dan lebar 15 cm, berbentuk empat persegi panjang, permukaan harus rata dengan tanah, dipasang sedemikian rupa.

Gambar 2.4 Pitcher Plate 22 cm 43 cm 22 cm 30 cm 30 cm 15 cm 60 cm

(20)

13 5. Base (Tempat Hinggap) I, II dan III

Base untuk hinggap ke I, ke II, dan ke III, bentuknya bujur sangkar dengan ukuran 38 x 38 cm. Base ini terbuat dari kanvas atau yang sejenis, masing-masing diikat sedemikian rupa sehingga tidak mudah berpindah tempat.

Gambar 2.5 Base

6. Glove atau Sarung Tangan

Semua pemain lapangan memakai glove dari bahan kulit. Glove ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Mitts yaitu sarung tangan untuk catcher dan penjaga base I, sarung tangannya lebih tebal dan bentuknya lain. Untuk Catcher, tanpa ibu jari atau bulat utuh. Untuk Pitcher dan penjaga base I, juga bulat tetapi memakai ibu jari

b. Glove yang dipakai oleh pemain lapangan selain penjaga base pertama dan catcher, bentuknya dengan lima jari yang terpisah.

7. Pelindung khusus untuk catcher terdiri dari:

a) Mask atau masker (penutup muka), yang harus dipakai oleh setiap catcher sewaktu pitcher melemparkan bola kepada pemukul.

b) Body Protector (pelindung dada). Body protector ini terutama harus dipakai oleh catcher wanita.

c) Leg quard yaitu penutup tungkai bawah. 8. Sepatu

Sepatu yang dianggap sah adalah yang terbuat dari kanvas, kulit halus atau yang sejenis. Solnya boleh rata atau berpahat-pahat dari karet. Sol logam dan plat tumit juga boleh dipergunakan, asal paku yang menonjol tidak lebih panjang dari tiga perempat inci. Sepatu yang diberi metal spike disekelilingnya dianggap tidak sah.

Base I, II, III

38 cm 38 cm

38 cm 38 cm

(21)

14

C. TEKNIK DASAR BERMAIN SOFTBALL

Setiap kali melakukan latihan maka perlu terlebih dahulu mengadakan pemanasan. Meskipun maksud pemanasan ini adalah guna penyesuaian secara fisiologis untuk latihan yang akan dilakukan tetapi bahan untuk pemanasan tadi hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga cocok dan sesuai dengan gerak-gerak tehnik untuk bermain softball. Dengan demikian didapat 2 keuntungan ialah di samping otot-otot siap untuk melakukan aktivitas juga disiapkan tehnik dari gerakan badan untuk aktivitas tersebut. Oleh karena itu hendaknya memiliki senam yang gerak-geraknya sesuai dengan gerak pada permainan softball.

Adapun materi senam yang dimaksudkan di atas diantaranya seperti di bawah ini :

1. Mengayun-ayunkan tangan ke muka, ke belakang, memutar tangan dengan titik pusat pada sendi bahu dan sebagainya. Ini perlu untuk gerakan melempar. 2. Gerakan-gerakan untuk latihan otot-otot togok yang dapat membantu kekuatan

melempar dan memukul. Contohnya :

a. Berdiri kangkang tangan pada pinggang badan diputar ke kiri dan ke kanan dengan lentur.

b. Meliuk-liukkan badan ke muka dan ke belakang, ke samping kiri dan kanan. 3. Meregangkan dan menguatkan otot-otot pergelangan tangan dan kaki:

a. Dengan bending tanpa alat

b. Loncat-loncat ke atas, jengket-jengket dan sebagainya.

4. Gerak-gerak yang mirip dengan gerak untuk mengambil bola yang menggeser tanah (ground ball), yaitu dengan melangkahkan kaki ke depan badan dibongkokkan dan tangan meraih ke tanah. Demikian berganti-ganti ke kiri dan ke kanan di tempat maupun dengan gerak maju.

5. Latihan lari yang disesuaikan dengan ciri-ciri lari pada permainan softball, yaitu :

a. Sprint, ialah lari secepat-cepatnya dengan jarak kurang lebih sejauh jarak antar base.

b. Lari dengan cepat kemudian berhenti dengan sekonyong-konyong, membalik dan lari kembali dengan cepat. Lari semacam ini perlu untuk pelari base yang bermaksud maju ke base berikutnya tetapi terpaksa harus kembali ke base semula agar tidak mati.

(22)

15

Contoh-contoh seperti tersebut di atas tadi dapat diubah, ditambah atau dikurangi disesuaikan dengan penekanan latihan yang akan dilakukan serta banyaknya waktu yang disediakan untuk keperluan itu.

Latihan teknik bertujuan untuk dapat menguasai dan melakukan unsur-unsur permainan tersebut secara baik. Adapun unsur-unsur teknik pada softball dapat dibagi sebagai berikut :

1. Melempar

Yang perlu diperhatikan pada teknik melempar ini ialah :

a. Bagaimana cara memegang bola yang benar sebelum bola tersebut dilemparkan. b. Bagaimana cara melakukan over hand throw (lemparan atas tangan)

c. Bagaimana cara melakukan lemparan samping (side – throw)

d. Bagaimana cara melakukan lemparan ayunan bawah (underhand throw) 2. Menangkap Bola

Unsur teknik menangkap bola pada pokoknya ada 3, sesuai dengan jalannya bola hasil pukulan dari partai pemukul, ialah :

a. Bola yang datang lurus ke arah penangkapan atau straight ball.

b. Bola melambung (fly ball) untuk menangkap bola melambung ini di samping tehnik menangkap bola yang datang dari atas perlu pemain itu dilatih untuk dapat memperkirakan/memperhitungkan di mana bola tersebut akan jatuh, sehingga selalau menempatkan diri tepat di bawah bola itu akan jatuh.

c. Bola guling tanah (ground ball). 3. Memukul

a. Cara memegang Bet (kayu pemukul).

b. Posisi berdiri. Dalam sikap pada waktu akan memukul dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu posisi berdiri yang disebut closed stance, parallel stance dan open stance.

c. Sikap awal dari memukul.

d. Memukul dengan ayunan kayu pemukul atau pukulan swing yang merupakan pukulan keras.

e. Pukulan tumbuk yaitu memukul tanpa mengayunkan kayu pemukul (bunt) 4. Pitching, yaitu cara pitcher melambungkan/menyajikan bola ke arah pemukul. 5. Catcher, yang akan dibicarakan adalah teknik catcher dalam menjaga bola

(23)

16

6. Sliding, yaitu meluncur dengan jalan menjatuhkan badan menuju ke base dengan maksud menghindari sehingga ia tidak out

7. Cara lari keliling lapangan dengan menyentuh setiap base secara efisien

Demikian pokok-pokok dari latihan tehnik yang penting dalam permainan softball. Karena setiap lemparan yang tepat dan keras merupakan senjata yang baik dalam jaga atau fielding. Pada latihan bagi pemula, hendaknya terlebih dahulu dilatih macam lemparan yang disebut overhand throw, sampai lemparan ini dikuasai dasar-dasarnya, baik kecepatan, ketepatan maupun pengontrolannya. Setelah overhand throw dikuasai baru diajarkan macam lemparan yang lain ialah lemparan sampai dan lemparan ayunan bawah.

D. PERATURAN PERMAINAN SOFTBALL

1) PEMAIN: satu regu terdiri dari sembilan orang pemain.

2) PENENTUAN REGU YANG BERTANDING: Regu yang mendapat giliran memukul pertama atau terakhir dalam suatu ―inning‖, ditentukan dengan undian pakai koin atau cara yang telah disetujui oleh regu yang bertanding.

3) PERMAINAN YANG SAH: Permainan dianggap sah bila terjadi dari tujuh inning.

4) INNING: inning adalah bagian dari permainan dimana satu regu mengalami menjadi regu pemukul dan regu bertahan, dan terjadi 3 mati (―out‖) untuk masing-masing regu.

5) NILAI: Baik dengan pukulan sendiri atau tidak seorang pelari yang dapat masuk ke ruang bebas dengan selamat mendapat nilai 1 (satu).

6) MATI atau OUT: Seorang pelari mati dan harus masuk ke ―ruang bebas‖ (keluar dari lapangan) apabila ia:

a) Telah memukul tiga kali dan yang ketiga ini tidak kena, sedangkan catcher dapat menangkap lambungan pitcher sebelum bola jatuh. Jika catcher tidak dapat menangkap lambungan pitcher pun, tetapi semua base isi, maka si pemukul tetap mati.

b) Memukul betul atau salah, sedang partai lapangan dapat menangkap pukulannya (tangkap bola). Bola yang dipukul kena tetapi tidak sempurna dan tidak membuat suatu busur ke atas, jika ditangkap catcher, tidak dianggap tangkap bola.

(24)

17 d) Dia tidak menginjak base yang dilewati.

e) Dia menghindar agar tidak disentuh bola, sehingga menyimpang lebih dari satu meter di luar garis antara kedua base.

f) Dapat di tik sewaktu-waktu dan di mana saja, asal dia tidak menginjak base.

g) Membuat ―infield fly‖

h) Membuat ―bunting‖ pada pukulan ketiga, sedang hasilnya adalah ―pukulan salah‖.

i) Pada ―lari keharusan‖ belum sampai di base yang dituju, dan base ini telah dibakar, atau dia di tik diperjalanan.

j) Langsung kena bola yang dipukul temannya.

7) PITCHER: Sebelum pitcher melambung, dia harus memenuhi tiga syarat, yaitu: a) Menginjak pitcher plate (dari persiapan melambung sampai bola lepas dari

tangan).

b) Menghadap ke home base (base IV) c) Menyentuhkan bola ke tangan yang lain

d) Pitcher hanya boleh melempar salah (membuat ―ball‖) empat kali. Setelah empat kali ―ball‖, pemukul mendapat ―free walk‖.

8) LAMBUNGAN YANG BETUL: yaitu bila bola lewat tepat di atas base IV dan tingginya di antara lutut dan bahu si pemukul, jika ia berdiri tegak. Lambungan yang betul harus dipukul.

9) LAMBUNGAN YANG SALAH: yaitu bila bola tidak memenuhi syarat di atas. Lambungan yang salah disebut ―ball‖. Bila ―ball‖ terjadi sampai empat kali, si pemukul boleh ke base I dengan bebas (free walk).

10) MENOLAK LAMBUNGAN: Lambungan yang salah boleh tidak dipukul. Jika dipukul, dianggap satu pukulan. Lambungan betul yang tidak dipukul dianggap satu pukulan pula, pada saat itu wasit harus berseru ―strike‖

11) HAK MEMUKUL:

a) Hak memukul ada tiga kali, tetapi pada pukulan pertama atau kedua yang betul, pemukul harus lari ke base I. Pada pukulan ketiga yang salah, pemukul boleh memukul lagi, sampai ada pukulan yang betul atau tidak kena, kemudian dia harus lari ke base I. Tetapi jika pukulan yang ketiga tidak kena dan catcher dapat menangkap lambungan pitcher sebelum bola menyentuh tanah, pemukul mati 1.

(25)

18

b) Jika terjadi pergantian dan ada seorang pemukul yang belum selesai menghabiskan haknya memukul, pemukul ini masih berhak memukul pada inning selanjutnya.

12) PERGANTIAN: Pergantian dilakukan setelah ada 3 mati ( 3 out) 13) PUKULAN BETUL:

a) Jika bola setelah dipukul berhenti di dalam lapangan (di antara kedua garis salah)

b) Jika bola setelah dipukul, jatuh di dalam lapangan, kemudian berputar ke luar melalui lanjutan garis salah.

14) PUKULAN SALAH:

a) Jika bola jatuh di luar garis salah dan tetap berhenti di situ.

b) Jika bola jatuh di dalam lapangan, kemudian berputar ke luar melewati garis salah antara base IV dengan base I dan antara base IV dengan base III. 15) PUKULAN MELESET (Tip Salah):

a) Jika bola dipukul tidak kena dengan sempurna dan bola tersebut ditangkap oleh catcher, maka pukulan itu disebut ―tip salah‖ atau meleset.

b) ―Tip Salah‖ pada pukulan ketiga, si pemukul mati satu. 16) FREE WALK: free walk diberikan pemukul bila:

a) Sudah empat kali lambungan ―ball‖

b) Lambungan pitcher mengenai pemukul dan pemukul ini sudah berusaha menghindari bola.

c) Pitcher membuat gerak tipu.

17) CATCHER: Catcher adalah penjaga belakang. Tempatnya di belakang base IV. Tugas utamanya menangkap semua bola yang dilambungkan pitcher.

18) PENJAGA BASE: Tugas utamanya ―membakar‖ base (menginjak base dengan membawa bola dan ―mengetik‖ (menyentuh pelari dengan bola yang digenggam dan bola ini tidak boleh jatuh). Semua partai lapangan boleh mengetik dan membakar base.

19) PELARI BASE:

a) Setelah sampai pada base yang dituju, pelari base tidak boleh terlanjur larinya, kecuali pada base I.

b) Bila sampai terjadi, dia harus kembali menginjak base dan dapat ―ditik‖ sebelum kembali ke base tersebut.

(26)

19

c) Setiap kali melepaskan base, dia dapat ―ditik‖. Jadi kalaupun dia bermaksud meninggalkan base, dalam mengambil ancang-ancang untuk lari, salah satu kakinya harus tetap menginjak base.

20) LARI KEHARUSAN: Tiap base dapat menjadi tujuan yang diharuskan bagi seorang pelari, yaitu:

a) Base I, bagi pelari yang baru saja memukul

b) Base II, bila base I isi dan base III harus ditempati oleh pemukul (base I juga keharusan).

c) Base III, bila base I dan II isi, sedang base I harus ditempati oleh pemukul (base I dan II juga keharusan).

d) Base IV, bila semua base isi (base I, II dan III juga keharusan)

e) Tiap-tiap base yang ditinggalkan oleh pelari base, kemudian harus kembali karena terjadi ―tangkap bola‖.

f) Pada lari keharusan ini, semua pelari dapat dimatikan dengan membakar base yang dituju atau pelarinya yang ditik.

21) INFIELD FLY:

a) Apabila bola dipukul tinggi sampai hampir vertikal dan diperkirakan jatuh diantara keempat base dan akan tertangkap, wasit berseru ―infield fly‖ b) Pada saat si pemukul mati dan semua pelari base tidak boleh lari. Wasit

menyerukan ―infield fly‖ apabila belum ada mati 2, base I dan II isi, atau base I, II dan III isi.

22) CATCH BALL atau TANGKAP BOLA: pada tiap-tiap ―catch ball‖ (tangkap bola), si pemukul mati satu. Pelari lainnya tidak boleh lari. Bila sudah terlanjur lari, mereka harus kembali ke base semula. Mereka dapat mati bila basenya dibakar atau ditik.

23) PEMENANG PERTANDINGAN: Pemenang pertandingan adalah regu yang mengumpulkan ―run‖ lebih banyak selama pertandingan yang sah.

a) Hasil akhir dari pertandingan yang sah adalah hasil akhir dari inning lengkap, kecuali bila regu yang mendapat giliran memukul terakhir telah mengumpulkan run lebih banyak daripada run yang didapat oleh regu yang mendapat giliran memukul sebelumnya dalam inning yang belum selesai. Dalam hal ini nilai ditentukan pada inning yang belum selesai tersebut. b) Hasil seri dari pertandingan yang sah adalah hasil seri sewaktu pertandingan

(27)

20

c) Nilai dari ―fortaited game‖ atau regu yang melanggar, dinyatakan kalah 7 – 0 untuk regu yang tidak bersalah.

24) RUN:

a) Satu run dihasilkan jika seorang pelari secara sah telah menyentuh base I, II, III dan home plate (base IV) sebelum terjadi out ketiga.

b) Suatu run akan diabaikan bila terjadi out ketiga yang disebabkan oleh: (1) Batter base-runner (pelari base pemukul) dimatikan sebelum

mencapai base I.

(2) Pelari base out karena harus meninggalkan basenya, karena pemukul harus menjadi batter base runner. Kejadian ini disebut ―force out‖, yakni suatu out yang terjadi jika pelari kehilangan suatu out yang terjadi jika pelari kehilangan haknya menempati base I, II, dan III yang sedang dia tempati karena pemukul menjadi pelari base, sebelum ia mencapai base didepannya dia sudah dimatikan (mati terpaksa).

(3) Seorang pelari base meninggalkan basenya, sebelum pitcher melepaskan lambungan bolanya kepada pemukul.

c) Pelari base yang berada di belakang, tidak dapat membuat run jika pelari didepannya out ketiga di dalam satu inning.

d) Pelari base yang di belakang tidak dapat membuat run lebih dulu daripada pelari didepannya di dalam ―batting order‖, jika pelari didepannya belum dimatikan. ―Batting order‖ adalah daftar nama pemain yang akan melakukan giliran memukul dari regu ofensif

25) WASIT: Ada empat orang. Satu kepala wasit dan tiga wasit base. Kepala wasit bertugas di belakang catcher, menentukan ―ball‖, ―pukulan salah‖, dan ―pukulan betul‖. Sedangkan wasit base bertugas di lapangan untuk menentukan ―mati‖nya para pelari base.

26) SCORER atau PENCATAT NILAI: Wasit dibantu oleh dua orang pencatat nilai yang disediakan oleh masing-masing regu atau partai. Catatan tersebut berisi:

a. Tanggal dan jam permainan b. Nama kedua regu yang bertanding c. Nama kedua pemimpin atau kapten regu d. Jumlah inning

(28)

21

e. Banyaknya nilai, banyaknya mati dan banyaknya tangkap bola untuk tiap pemain dari tiap regu.

27) PEMAIN PENGGANTI: Pergantian pemain hanya diperkenankan asal memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Kapten regu menghendakinya dan memberitahukannya kepada wasit. Wasit akan menghentikan permainan untuk sementara dan memberitahukannya kepada pencatat nilai.

b) Pemain pengganti dianggap telah masuk dalam pertandingan tanpa hukuman, dalam hal sebagai berikut:

(1) Bila dia seorang pemukul, yaitu pada saat dia menempati posisinya dalam tempat pemukul.

(2) Bila dia seorang fielder, yaitu saat dia menempati pemain yang diganti.

(3) Bila dia seorang pelari, yaitu saat dia menempati pitcher plate. c) Setiap pitcher yang namanya telah terdaftar dalam lembaran nilai, telah

diumumkan telah menempati posisinya di pitcher plate, harus menyelesaikan tugasnya sampai pemukul pertama yang dihadapinya telah menyelesaikan giliran memukul atau telah dikeluarkan dan pemain-pemain lainnya boleh diganti setiap saat dengan pemain lain.

d) Pemain yang telah dikeluarkan dari permainan (karena suatu pelanggaran) tidak boleh bermain lagi, kecuali sebagai pembantu.

(29)

22

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Secara skematis kerangka pemecahan masalah yketerang dikembangkan terlihat pada Gambar 3.1 berikut.

Keterangan: __________ alur kegiatan, - - - alur pengkajian Gambar 3.1 Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah

Berdasarkan skema di atas, langkah kegiatan untuk memecahkan permasalahan sebagai berikut.

1. Melakukan observasi dan wawancara ke lapangan untuk mengumpulkan permasalahan yang dihadapi siswa dan guru-guru penjasorkes SMA Negeri dalam bidang softball.

2. Mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan sehingga ditemukan ada masalah yang perlu mendapat penanganan yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam softball.

3. Melakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk dilaksanakan yaitu melalui program refreshing.

Orientasi Lapangan Identifikasi Masalah

Studi Literatur Ceramah

Penyegaran Materi dan keterampilan Softball

Produk Menambah pengetahuan dan

keterampilan tentang Softball

Mampu membina siswa untuk meningkatkan keterampilan siswa bermain

(30)

23

4. Pemberian pelatihan bidang softball untuk meningkatkan kualitas penguasaan dan keterampilan guru penjasorkes dalam bidang softball sehingga mampu membina kebugaran jasmani siswa melalui olahraga softball.

5. Pemberian pelatihan softball untuk menumbuhkembangkan bakat, minat dan kebugaran jasmani siswal.

B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH

Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru SMA Negeri di kabupaten Bangli, khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga kependidikan di berbagai pelosok wilayahnya dan meningkatkan kebugaran siswa. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas penguasaan teknik dasar bermain softball bagi siswa dan guru-guru Penjaskesrek SMA Negeri di Kabupaten Bangli. Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) hal yaitu, penambahan wawasan dan pengetahuan guru tentang teknik dasar bermain softball melalui pembekalan materi, dan pelatihan keterampilan bermain softball melalui kegiatan praktek lapangan.

Lama pelaksanaan kegiatan adalah 3 (tiga) hari dengan melibatkan perwakilan siswa dan guru Penjaskesrek SMA Negeri 1 Bangli. Kegiatan dilaksanakan tanggal 9, 10 dan 21 Juni 2017. Pada akhir program dilakukan evaluasi kepada setiap peserta untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta dalam keterampilan bermain softball. Selanjutnya, diakhir kegiatan setiap peserta diberi sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dengan demikian, diharapkan siswa dan guru Penjasorkes SMA memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan keterampilan dalam permainan softball untuk kepentingan tugas dan profesinya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum.

C. KHALAYAK SASARAN

Khalayak sasaran yang dianggap strategis dalam kegiatan ini adalah para siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri 1 Bangli. Sasaran yang dipilih dipandang

(31)

24

cukup visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil dari kegiatan ini secara berkelanjutan dan terstruktur

Jumlah siswa dan guru yang dilibatkan pada mulanya 20 orang, tetapi dalam pelaksanaannya peserta bertambah hingga 30 orang, terdiri dari siswa dan guru Penjasorkes SMA Negeri 1 Bangli. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Siswa dan guru Penjasorkes SMA perwakilan yang ditunjuk akan diberikan pelatihan. Mereka yang dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau bekerja sama, serta dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada siswa dan guru lainnya.

D. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: 1) Metode ceramah, untuk menyampaikan teori tentang teknik dasar olahraga softball. 2) Metode praktek atau demonstrasi, untuk mendemonstrasikan teknik-teknik softball yang benar kepada para peserta sehingga para peserta dapat dengan mudah melihat dan menirukan gerakan-gerakan dengan benar.

3) Metode diskusi, untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan sehingga terjadi interaksi timbal balik antara peserta dengan peserta dan antara peserta dengan pelatih.

4) Metode pelatihan, dengan penerapan metode pelatihan ini para peserta dapat secara langsung mengikuti pelatihan softball.

5) Tahapan-tahapan pelaksanaannya adalah mengadakan penjajagan, mengadakan koordinasi, mengirim undangan kepada peserta, melaksanakan kegiatan pelatihan, melaksanakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan P2M dan melakukan monitoring serta membuat laporan kegiatan.

Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat dilihat dari hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan, yaitu:

1. Ketekunan dan keterlibatan para peserta pelatihan pada pelaksanaan kegiatan pelatihan ini.

2. Terjadinya peningkatan keterampilan bermain softball dipantau melalui tanya jawab, demonstrasi dan pelatihan.

(32)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL KEGIATAN

Hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. Pertama, Kegiatan pelatihan berjalan dengan baik. Kehadiran peserta dalam kegiatan ini sesuai dengan jumlah yang direncanakan yaitu 20 orang (daftar hadir terlampir). Kedua, penyajian materi oleh pelatih tentang teknik dasar bermain softball, berjalan dengan lancar. Narasumber berhasil mengantarkan materi dengan baik. Cakupan materi terdiri dari: sejarah permainan softball, sarana dan prasarana softball, teknik dasar bermain softball, dan peraturan permainan softball. Setelah pemantapan materi teknik dasar bermain softball, dilanjutkan dengan praktek di lapangan.

Ketiga, pelatihan keterampilan/teknik dasar bermain softball dilakukan di lapangan Kapten Mudita Bangli. Pelatihan dipandu oleh seorang pelatih dan beberapa orang asisten. Pelatihan dimulai dengan membuat lapangan sesuai standar yang ditetapkan. Selanjutnya mempraktekkan setiap teknik dasar secara bagian-bagian, kemudian diakhiri dengan melakukan permainan secara utuh sebagai kesatuan. Pelatihan lapangan ini dilakukan beberapa kali, hingga dipandang cukup. Dua minggu kemudian dilakukan pelatihan pendampingan. Setelah 3 kali latihan, tampak penguasaan siswa dan guru-guru Penjasorkes dalam teknik dasar melempar dan menangkap bola softball menunjukkan adanya peningkatan yang positif. Pada keterampilan memukul bola masih perlu lebih diintensifkan latihannya.

Tanggapan siswa dan guru-guru peserta adalah positif. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan adalah belum adanya sarana permainan softball di sekolah-sekolah. Kepada kepala sekolah disarankan agar membentuk club softball sebagai suatu wadah dimana para guru dapat sharing pengetahuan dan berlatih teknik dasar bermain softball secara berkelanjutan dan diupayakan agar sekolah mendapat bantuan sarana olah raga softball dari KONI setempat.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil –hasil yang diuraikan di atas dapat disampaikan bahwa seluruh peserta pelatihan mengikuti kegiatan dengan tekun dari awal hingga akhir program (jumlah peserta mencapai 20 orang). Kehadiran seluruh peserta menjadi bukti bahwa animo siswa dan guru-guru dalam mengikuti pelatihan sangat baik. Hal ini

(33)

26

menunjukkan bahwa siswa dan guru-guru penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli sangat berminat dalam mengembangkan permainan softball. Temuan ini sejalan dengan capaian hasil 2M yng dilakukan di kota negara (Budhiarta, 2016, dan 2017).

Pelaksanaan pelatihan yang diawali dengan pemaparan makalah mengenai teknik dasar bermain softball secara teoritis disajikan oleh nara sumber Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd. dari FOK UNDIKSHA akan menambah wawasan dan pengetahuan siswa dan guru-guru penjasorkes tentang teknik dasar bermain softball. Selanjutnya untuk memantapkan penguasaan teknik bermain softball, maka para siswa dan guru diajak untuk praktek di lapangan yang sebenarnya. Masing-masing peserta secara bergantian diberi kesempatan untuk mencoba memainkan teknik ini seperti teknik melempar/melambungkan bola, menangkap bola, memukul bola, dan teknik berlari ke base dengan dibantu oleh dosen dan mahasiswa. Di bagian akhir pelatihan dilakukan kegiatan bermain softball dan membagi peserta menjadi 2 regu, masing-masing beranggotakan 9 orang. Pelatihan lapangan yang pertama dilakukan tanggal 9 Juni 2017, pelatihan kedua tanggal 10 Juni 2017 dan pelatihan pendampingan dilakukan tanggal 21 Juni 2017.

Berkat ketekunan dan kesungguhan semua peserta dalam mengikuti pelatihan softball maka terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan serta keterampilan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli, yang dapat dibuktikan dengan kemampuan para peserta mendemonstrasikan setiap bagian teknik permainan softball secara benar, dan kemampuan peserta dalam melakukan permainan softball secara keseluruhan. Ini berarti penguasaan teknik dasar bermain softball siswa dan guru-guru penjasorkes SMA Negeri 1 Bangli mengalami peningkatan.

Walaupun demikian, keterampilan yang telah diperoleh melalui pelatihan ini hendaknya ditindaklanjuti dengan terus melatih siswa-siswi di sekolah tempat peserta bertugas secara berkelanjutan. Apalagi dengan diterapkannya kurikulum 2013, pelajaran penjasorkes di SMA menuntut guru-guru memahami teknik dasar bermain softball. Bila saat mempraktekkan permainan ini di sekolah menemui kendala, para guru dapat menghubungi pelatih selaku dosen di jurusan Penjaskesrek FOK UNDIKSHA.

Di akhir kegiatan, pelatih menghimbau agar para guru merintis dibentuknya club softball dan membentuk tim softball Kabupaten Bangli, sehingga nantinya dapat mengharumkan nama Bangli dalam PORPROV 2017 yang digelar September 2017.

(34)

27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan uraian tentang hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal berikut.

1. Kegiatan pelatihan permainan softball bagi siswa dan guru-guru penjasorkes SMA Negeri 1 Bangli dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang telah direncanakan. Kehadiran peserta mencapai 100%, dengan jumlah 20 orang. 2. Telah terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dan guru-guru

penjasorkes SMA peserta pelatihan permainan softball yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa dan guru dalam mendemonstrasikan teknik-teknik dasar bermain softball dengan benar.

3. Sebagai tindak lanjut dibentuk tim softball SMA Negeri 1 Bangli. Kepala SMA Negeri 1 Bangli sangat antusias memfasilitasi pembentukan tim softball SMA Negeri 1 Bangli ini.

B. SARAN

Beberapa saran yang dapat diusulkan adalah:

1. Para siswa dan guru disarankan agar setelah pelatihan tetap menjaga kebugaran kondisi fisik dengan baik agar lebih mudah dalam menguasai teknik dasar bermain softball dengan benar.

2. Para guru diharapkan dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada kegiatan pelatihan ini dalam pembelajaran olahraga di kelas. Untuk selanjutnya guru diharapkan dapat mengembangkan bakat dan minat siswa serta dapat memasyarakatkan permainan softball di kota Bangli, dan tekun membina tim softball SMAN 1 Bangli yang baru terbentuk.

(35)

28

DAFTAR PUSTAKA

Bethel, D. (1993). Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball. Semarang: Dahara Prize Budhiarta, M. D. (2007). Teori dan Praktek Permainan SoftBall. Diktat. FOK

Universitas Pendidikan Ganesha.

Budhiarta, M. D, Darmayasa, I P., dan Darmawan, G. E. B. 2014. Pelatihan Softball bagi Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Budhiarta, M. D, Darmayasa, I P., dan Darmawan, G. E. B. 2015. Pelatihan Softball bagi Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK di Kota Amlapura. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Budhiarta, M. D, Budaya Astra, I K., dan Yoda, I K. 2016. Pelatihan Softball bagi Siswa dan Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Negara. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Budhiarta, I M. D. 2017. Pelatihan Softball bagi Siswa dan Guru Penjasorkes di Kota Negara. Jurnal Widya Laksana. Vol 6(1) 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Undiksha.

Dohson, J.M. (1971). Softball for Girls. New York: The Ronald Press Company. http://www.google.com. [30 Agustus 2013].

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, SMP/MTs-Penjasorkes. Jakarta

Softball Canada. (1981). Coaching Manual, Level I,II-Thecnical. Canada: Canadian Amateur Soft Ball Association. CASAP-300-1.

Universitas Pendidikan Ganesha. (2013). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pada Masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. UNDIKSHA.

(36)

29

(37)

30

Lampiran 02: Bukti saubmit artikel ke seminar nasional pengabdian masyarakat (senadimas)

(38)

31

Artikel P2M

PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU PENJASORKES DI SMA NEGERI 1 BANGLI

Oleh

I Made Danu Budhiarta Universitas Pendidikan Ganesha Email: danu.budhiarta@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Tujuan kegiatan P2M ini adalah untuk meningkatkan keterampilan bermain softball bagi siswa dan guru penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli. Kegiatan dilakukan dengan memberikan pelatihan dan praktek lapangan bertempat di SMAN 1 Bangli. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2017, kemudian dilanjutkan dengan pendampingan tanggal 10 dan 21 Juni 2017. Hasil kegiatan menunjukkan: (1) pelaksanaan pelatihan berjalan lancar. (2) keterampilan siswa dan guru dalam bermain softball terkategori baik, dan (3) respon siswa dan guru-guru peserta adalah positif dan mereka sangat antusias mengikuti pelatihan. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan adalah kurangnya waktu untuk latihan softball.

Kata-kata kunci: pelatihan, permainan softball, penjasorkes ABSTRACT

This P2M activity aims to improve the knowledge and skills to play softball for students and teachers of physical education, sports and health in SMA N at Kabupaten Bangli. The realization of activities is done by giving discourse and practice at SMAN 1 Bangli. The training has been held three times, namely the 9th, 10th and June 21th, 2017. The results of this activity show that (1) in general the implementation of training lasted smoothly, (2) the competency of students and teachers of physical education, sports and health about the basic techniques of playing softball was good. The response of students and teachers was positive and they were very enthusiastic about the training. The problem that is found in the implementation of the training is the lack of time to practice.

Key words: training, softball games, physical education, sports and health.

PENDAHULUAN

Pembelajaran olahraga di sekolah menengah dewasa ini cenderung dilaksanakan secara konvensional, dengan alternatif kegiatan berupa lari keliling lapangan, permainan voli, atau senam kesegaran jasmani. Olahraga yang sama juga diberikan sebagai pilihan ekstrakurikuler. Pilihan kegiatan olahraga yang terbatas tersebut cenderung menjadi rutinitas dan menimbulkan kebosanan. Padahal, ada beberapa olahraga lain yang dapat dan wajib dibelajarkan di sekolah-sekolah seperti basket, sepak bola, renang dan soft ball sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 maka setiap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) di SMP/SMA/SMK harus menguasai berbagai jenis permainan

(39)

32

bola besar seperti voli, basket, sepak bola dan permainan bola kecil seperti soft ball (Kemdikbud, 2013).

Softball merupakan olahraga permainan yang mirip dengan permainan bola kasti yang sudah sering diberikan di tingkat Sekolah Dasar. Permainan Softball dapat dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa baik wanita maupun pria. Olahraga softball dapat mengembangkan jasmani dan rohani, di dalam gerakan-gerakan bermain, jiwa/mental sebagai pendorong utama untuk menggerakan kemampuan yang telah dimiliki. Perkembangan jasmani digunakan untuk pembentukan sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan serta kemampuan jasmani yang mencakup kecepatan, kelincahan, daya tahan, kekuatan, kelentukan dan lain sebagainya. Perkembangan rohani dimana segi kejiwaan, keperibadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang positif sesuai dengan tuntutan masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Budhiarta (2007), bahwa dengan bermain soft ball akan berkembang secara baik unsur-unsur: daya pikir, kemauan dan perasaan. Disamping itu keperibadian berkembang dengan baik terutama self kontrol, disiplin, rasa kerja sama, rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.

Agar bermain softball menyenangkan maka pemahaman dan penguasaan teknik perlu diajarkan dengan baik. Beberapa teknik yang harus dikuasai antara lain melambungkan bola, menangkap bola dan lain sebagainya. Walaupun permainan ini sudah mulai populer di Indonesia, namun di Kabupaten Bangli, olahraga ini belum memasyarakat dan masih banyak siswa dan guru penjasorkes yang belum bisa bermain softball, belum mengetahui apa itu olahraga softball, apa saja sarana prasarananya dan bagaimana peraturan permainannya. Oleh karena itu, dalam mendukung kurikulum 2013 dan sebagai upaya mempopulerkan olahraga softball di Kabupaten Bangli, melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat kami ingin mengenalkan olahraga softball pada siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri yang ada di Kabupaten Bangli.

Mencermati hal tersebut nantinya softball bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dipilih untuk pembelajaran penjasorkes di sekolah, sehingga olahraga menjadi lebih bervariasi dan siswa lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan olahraga. Soft ball ini juga dapat dimasukkan sebagai salah satu pilihan ekstrakurikuler sehingga menambah khasanah kegiatan ekstrakurikuler serta akan ikut mempopulerkan permainan softball di Indonesia khususnya di Kabupaten Bangli. Untuk itu perlu dilakukan P2M yang berjudul: ―Pelatihan Softbaall bagi Siswa dan Guru

Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli”

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA Negeri di Kabupaten Bangli terhadap teknik dasar bermain softball. Adapun manfaat kegiatan diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan siswa dan guru-guru Penjasorkes SMA dalam bidang softball, sehingga dapat meningkatkan prestasi olahraga softball.

Softball adalah salah satu cabang olahraga yang berasal dari Amerika Serikat yang diciptakan oleh George Hancoc di kota Chicago tahun 1887. Permainan softball ini merupakan penyesuaian dari baseball dengan bentuk permainan lebih lunak (Budhiarta, 2007). Daya tarik utama olahraga ini adalah softball dapat dimainkan oleh

Gambar

Gambar 2.1 Lapangan Softball
Gambar 2.3 Home Plate
Gambar 2.5 Base  6. Glove atau Sarung Tangan
Gambar 1: Pembukaan Kegiatan P2M oleh Kepala LPPM diwakili  Ketua Pelaksana  Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Siswa Sekolah Luar Biasa B Singaraja, hasil kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan dan ketrampilan dalam membuat lenan rumah

Bagi guru, kegiatan P2M ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kemampuan guru kimia tentang pengembangan media pembelajaran, khususnya video pembelajaran untuk

Dari Hasil dan pembahasan kegiatan pelatihan dan pendampingan ini peserta pelatihan yaitu pejabat desa yang berada di Desa Les dan Desa Tembok di Kecamatan Tejakula

Tercapainya semua capaian dalam pelaksanaan kegiatan P2M Rehabilitasi Karang bagi Kelompok Sinar Bahari sangat bergantung dari peran serta aktif mitra dalam

Guru-guru SMP/SMA di Kabupaten Buleleng, program ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas penguasaan bidang Astronomi sehingga nantinya mereka dapat memiliki

Kegiatan pengabdian pada masyarakat di Industri Tenun Bintang Timur Desa Tegak Kecamatan Klungkung Kabupaten Klugkung yang diawali dengan identifikasi pengetahuan

P2M ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan implementasi kurikulum 2013, yang terdiri dari dua tahap kegiatan yaitu: tahap pertama, pelatihan dan

P2M ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pelatihan penyusunan