• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Peningkatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Masa usia sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir yang berusia antara 6-12 tahun. Pada masa ini anak banyak mengalami perubahan baik fisik maupun mental hasil perpaduan faktor internal maupun pengaruh dari luar yaitu, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan yang tidak kurang pentingnya adalah pergaulan dengan teman sebaya. Perkembangan intelektual pada masa ini sangat substansial, karena sifat egosentris, anak menjadi lebih bersifat logis (Sumantri, 2012: 2.1-2.2).

Umumnya siswa kelas V berada pada usia 10-11 tahun. Berdasarkan fase perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget bahwa usia 10-11 tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret dan belum mampu berpikir secara abstrak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Piaget (Sumantri, 2012: 1.16) menyatakan bahwa “Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.” Anak mampu berpikir operasional, mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Pada masa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya, dan bersifat kritis terhadap sesuatu. Peningkatan kemampuan mereka untuk mengerti terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih fleksibel. Anak berfikir harfiah sesuai dengan apa yang diberikan.

(2)

Selanjutnya Piaget juga mengemukakan bahwa anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Pada periode ini dicirikan pemikiran yang reversibel, mulai mengkonservasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat objek dari berbagai sudut pandang (Budiman, 2006: 45).

Sejalan dengan karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar, Sobur (2011: 132) mengungkapkan bahwa pada periode Sekolah Dasar, anak mencapai objektivitas tinggi yaitu mereka berada pada masa bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa ini juga merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi.

Tim Dosen FIP Malang (Suharjo, 2006: 37-38), menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik pertumbuhan kejiwaan sebagai berikut: (1) pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat, (2) kehidupan sosialnya diperkaya dengan kehidupan kelompok sebaya, sehingga lebih senang bekerjasama, dan bersaing dengan teman-teman seusianya, (3) menyadari diri selain mempunyai keinginan dan perasaan tertentu, yaitu bertumbuhnya minat atau cita-cita yang sesuai dengan kemampuannya, (4) kemampuan berpikirnya masih dalam tingkatan persepsional, (5) dalam bergaul, bekerja sama dan kegiatan bersama tidak membedakan jenis, (6) mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat, dan (7) ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang.

Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada rentang umur 10-11 tahun, yaitu berada pada tahap operasional konkret dan belum mampu berpikir secara abstrak. Anak-anak mengalami perubahan yang cukup signifikan baik secara fisik maupun mental. Selain itu kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini, anak memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar, serta memiliki keinginan berkelompok dengan teman sebaya.

(3)

Mengingat anak usia 11-12 tahun memiliki sifat khas membentuk kelompok sebaya, dalam pembelajaran yang didukung dengan pengelompokkan siswa, agar dapat meningkatkan pembelajaran. Karena pada masa ini anak berkurang sifat egoisnya, dan bersifat kritis terhadap sesuatu. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran TAI dengan media visual sesuai untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Model pembelajaran ini akan membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan belajar secara berkelompok yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga menumbuhkan motivasi serta partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS. Penggunaan media media visual juga dianggap tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD, yang belum dapat berpikir secara abstrak.

b. Hakikat Pembelajaran

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 20 (Warsito: 85), menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sagala (2012: 64) menyatakan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru, dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Selanjutnya pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak berarti, jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya (Warsito: 85).

Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dengan penggunaan berbagai strategi, metode, pendekatan yang saling berpengaruh untuk mencapai tujuan yang hendak

(4)

dicapai. Pembelajaran dalam penelitian ini merupakan proses interaksi siswa dengan guru, sumber belajar, serta lingkungan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial di SD 1) Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yangcinta damai (Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006).

Menurut Somantri (Sapriya, 2011: 11), pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran disekolah.

Ilmu Pengetahuan Sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat dipahami siswa. Dengan demikian para siswa akan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari (Winataputra, 2008: 1.40).

Berdasarkan pengertian IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang merupakan seleksi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan yaitu

(5)

mengarahkan peserta didik untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai, serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya. Dengan demikian siswa diharapkan akan mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sosial dan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari.

2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 175), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and velues) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2011: 12).

Selanjutnya Winataputra, dkk mengemukakan bahwa tujuan utama IPS ialah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokratis. (2008: 1.11)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan para peserta individu sebagai warga

(6)

negara yang menguasai (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and velues) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk berperan serta dalam kehidupan demokratis dan sebagai warga dunia yang efektif.

3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Ruang lingkup mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Semua hal tersebut mencakup semua yang dipelajari dalam ruang lingkup mata pelajaran IPS (Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006: 176).

Sejalan dengan pengertian di atas, Soelaeman (Tanjung, 2013: 13) mengemukakan aspek di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi perkembangan masyarakat dengan kebudayaan, masalah susila secara sadar atau tidak sadar, kemudian masalah yang diwujudkan oleh kenyataan-kenyataan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Ilmu Sosial memberikan kepada individu lebih peka dan terbuka, disertai rasa tanggung jawab yang kuat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa segala yang akan dipelajari dalam IPS akan berhubungan dengan masyarakat. Untuk itu dalam pembelajaran IPS tidak hanya berhubungan dengan hafalan saja akan tetapi lebih bermakna dengan secara langsung diterapkan dalam masyarakat. Melalui pembelajaran yang bermakna siswa akaan lebih maksimal dalam teori dan dapat diterapkan dalam masyarakat. Pada penelitian ini, ruang lingkup yang diteliti hanya meliputi waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

d. Materi Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan lingkup standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Ilmu Pengetahuan Sosial

(7)

kelas V semester genap. Indikator yang ditentukan merupakan pengembangan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penjabaran indikator mendeskripsikan ketercapaian yang harus dikuasai siswa. Indikator-indikator pada penelitian dapat diketahui ketercapaiannya melalui evaluasi di akhir pembelajaran yang disesuaikan dengan materi. Berikut penjabaran tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada tabel 2.1. tentang perjuangan mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (untuk lebih jelasnya silabus pembelajaran terlampir pada lampiran 2).

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Perjuangan

Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

Indikator 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahanka n kemerdekaan Indonesia 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada pada penjajah Belanda dan Jepang

 Menyebutkan para tokoh pejuang pada penjajahan Belanda

 Menceritakan perjuangan para tokoh daerah dalam upaya mengusir penjajah Belanda

 Menceritakan pendudukan Jepang di Indonesia

 Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh penting pergerakan nasional

 Menceritakan peristiwa sumpah pemuda

 Menceritakan tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mem-persiapkan kemerdekaan Indonesia

 Menjelaskan usaha dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

 Mengidentifikasi beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

 Menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

(8)

Berdasarkan tabel Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, materi Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas V SD yang akan digunakan dalam penelitian yaitu:

1) Perjuangan Para Tokoh Pejuang pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

a) Masa Penjajahan Belanda

Tokoh-tokoh yang melawan penjajah Belanda

(1) Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1613 dan Tahun 1645)

(2) Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1650–1682)

(3) Sultan Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan yang Mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur

(4) Pattimura (Thomas Matulesi) dari Maluku (5) Imam Bonjol dari Sumatra Barat

(6) Diponegoro (Ontowiryo) dari Yogyakarta (1825 – 1830) (7) Pangeran Antasari dari Banjarmasin

(8) Sisingamangaraja XII dari Tapanuli Sumatra Utara (9) Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh

b) Masa Penjajahan Jepang

(1) Tokoh-tokoh pejuang pada masa pendudukan jepang: (a) Tengku Abdul Jalil dan Tengku Abdul Hamid (b) K.H. Zainal Mustafa (c) Pang Suma (d) Supriyadi (2) Jawa Hokokai (3) PETA (4) PUTERA

c) Pergerakan Nasional Indonesia

(9)

(a) R. A. Kartini (b) Dewi Sartika (c) Dr. Sutomo (d) K.H. Dewantoro (e) Douwes Dekker

(2) Peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Bangsa Indonesia

Isi Sumpah Pemuda

1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

2. Kami putra-putri Indonesia, mengakui berbangsa satu, bangsa Indonesia.

3. Kami putra-putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Berkat Sumpah Pemuda itu, arah perjuangan bangsa Indonesia menjadi semakin tegas, yaitu mencapai kemerdekaan tanah air Indonesia. Untuk mencapai kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia memandang perlu adanya rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

2) Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara a) Usaha mempersiapkan kemerdekaan

(1) Persiapan Kemerdekaan oleg BPUPKI (2) Persiapan Kemerdekaan oleg BPUPKI b) Perumusan Dasar Negara

c) Tokoh yang Berperan dalam Mempersiapkan Kemerdekaan

(1) Ir. Soekarno

(2) Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (3) Prof. Dr. Mr. Supomo (1903-1958) (4) Mohammad Hatta (1902-1980) (5) Mohammad Yamin (1903 - 1962)

(10)

(6) Ahmad Subarjo (1896-1978)

d) Cara Menghargai Jasa Tokoh-tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan

Sikap kita dalam menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan yaitu:

(1) Membangun monumen proklamasi (2) Menetapkan Hari Musik Nasional

(3) Penamaan jalan dengan menggunakan nama pahlawan

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pembelajaran IPS yaitu interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dengan penggunaan berbagai strategi, metode, pendekatan yang saling berpengaruh untuk mencapai tujuan yang dikehendakai melalui perubahan yang ditunjukan melalui evaluasi dengan maksud agar siswa mampu berkomunikasi dan bekerjasama dan mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sosial dan dapat menghadapi serta memecahkan masalah sosial sehari-hari.

2. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Media Visual

a. Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) 1) Pengertian Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Slavin (Huda, 2013: 200) menyatakan Team Assisted Individualization (TAI) merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual secara akademik.

Shoimin (2014: 200) menyatakan dalam model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya.

(11)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang memadukan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dengan latar belakang dan cara berpikir siswa yang heterogen untuk mengatasi kesulitan belajar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model TAI, siswa di dorong untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

2) Karakteristik Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Suyatno (2009: 57) menyatakan karekteristik Team Assisted Individualization (TAI) yaitu bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa, oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru, pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-instruksi.

Daryanto dan Rahardjo (2012: 246-247) menyatakan ciri khas pada tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru kemudian hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yaitu, model pembelajaran kelompok yang heterogen, yang saling bertanggungjawab secara individu untuk belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan, kemudian hasil belajar tersebut dibawa ke dalam kelompok untuk dibahas bersama kelompok, sehingga seluruh jawaban merupakan tanggung jawab semua anggota kelompok.

(12)

3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Shoimin (2014: 200-201) mengemukakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut: (1)Plecemen Test yaitu guru memberikan tes awal; (2) Teams, yaitu membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa; (3) Teaching Grup, yaitu pemberian materi secara singkat; (4) Student Creative, yaitu guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok; (5) Team Study, siswa belajar bersama kelompoknya; (6) Fact Test, adalah memberikan tes berdasarkan fakta (kuis); (7) Team Score and Team Recognition, guru memberikan skor dan memberikan penghargaan; (8) Whole-class Unit, yaitu guru menyajikan kembali materi.

Huda (2013: 200-201) menyatakan sintak pembelajaran TAI mencakup tahapan-tahapan konkret dalam melaksanakan program tersebut di ruang kelas, yaitu (1) tim, dalam TAI siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5 orang, (2) tes penempatan, siswa diberikan pre-test, (3) materi, siswa mempelajari materi pembelajaran yang akan didiskusikan, (4) belajar kelompok, siswa melakukan belajar kelompok bersama rekan-rekannya dalam satu tim, (5) skor dan rekognisi, hasil kerja siswa di score di akhir pengajaran, dan setiap tim yang memenuhi criteria sebagai tim super harus memperoleh penghargaan (recognition) dari guru, (6) kelompok pengajaran, guru memberikan pengajaran kepada setiap kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan, dan (7) tes fakta, guru meminta siswa untuk mengerjakan tes-tes untuk membuktikan kemampuan mereka yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut; (1) tes penempatan, siswa diberikan

(13)

pre-test, (2) penyampaian materi oleh guru, (3) guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa (tim), (4) diskusi yaitu hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok (belajar kelompok), (5) guru memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari (kelompok pengajaran), (6) guru memberikan pengajaran klasikal kepada siswa dan membuat kesimpulan (kesimpulan), (7) guru memberikan evaluasi kepada siswa secara individual (tes), dan (8) guru memberikan penghargaan kepada kelompok (penghargaan). Dalam penelitian ini terdapat delapan langkah pembelajaran yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas V SD N 2 Karangsari dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

4) Kelebihan dan Kelemahan Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Shoimin (2013: 202) mengungkapkan bahwa kelebihan model pembelajaran tipe Team Asissted Individualization (TAI) sebagai berikut: (1) siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, (2) siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilannya, (3) adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah, (4) siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok, (5) mengurangi kecemasan, (6) menghilangkan perasaan terisolasi dan panik, (7) menggantikan bentuk persaingan dengan saling kerjasama, dan (8) melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualisation (TAI) yaitu: (1) tidak ada persaingan antarkelompok, (2) siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai, (3) terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang, (4) memerlukan periode lama, (5) sesuatu yang harus dipelajari dan

(14)

dipahami belum seluruhnya dicapai siswa, (6) bila kerjasama tidak dapat dilakasnakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja, dan (7) siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompok.

Menurut Slavin (2005: 190-195) menyatakan bahwa kelebihan Team Assisted Individualization (TAI) antara lain sebagai berikut: (1) dapat meminimalisir keterlibatan guru, (2) guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil, (3) pelaksanaan program baik untuk guru atau siswa cukup sederhana, (4) siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi dengan cepat, (5) para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain, dan (6) menimbulkan sikap positif siswa. Kelemahan model pembelajaran Team Asissted Individualization (TAI) menurut Prahesti (Lestari: 33) adalah, (1) siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai, (2) tidak ada persaingan antar kelompok.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut: (1) membantu siswa yang kesulitan dalam belajar, (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa, (3) melatih kerjasama diantara siswa (4) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, (5) menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Sedangkan kelemahan tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut: (1) siswa yang kurang pandai akan menggantungkan pada siswa yang pandai, (2) tidak ada persaingan kelompok, dan (3) adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan model pembelajaran TAI pada penelitian ini peneliti memaksimalkan kelebihan model tersebut dengan cara meningkatkan aktivitas siswa dala pembelajaran,

(15)

sedangkan kelemahannya diminimalkan dengan cara memberikan bantuan secara individual bagi siswa yang berkesulitan belajar serta mengimbangi dengan persaingan yang sehat di antara kelompok.

b. Media Visual

1) Pengertian Media Visual

Hamdani (2009; 248) menyatakan bahwa media visual adalah media yang dapat dilihat menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran.

Selanjutnya, Sukiman (2011: 85), menyatakan bahwa media visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan melalui indera pandang/ penglihatan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian media visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan (isi pelajaran) dari guru ke siswa melalui indera pandang/ penglihatan.

2) Prinsip umum Penggunaan Media Visual

Media visual mempunyai prinsip dalam memnggunakannya agar penggunaan media tersebut efektif. Arsyad (Sari, 2013: 38) menyebutkan bahwa prinsip penggunaan media visual adalah sebagai berikut:

(1) Menggunakan visual yang sederhana dengan menggunakan gambar , garis, kartun, dan diagram.

(2) Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

(3) Grafik digunakan untuk menggambarkan ikhtisar seluruh materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi.

(16)

(4) Mengulangi sajian visual dan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.

(5) Gambar digunakan untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep , misalnya dengan menampilkan konsep-konsep-konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan.

(6) Visual yang diproyeksikan dapat dibaca dan mudah terbaca. (7) Visual khususnya diagram, amat membantu untuk

mempelajari materi yang agak kompleks. (8) Warna harus digunakan secara realistik.

Selain itu Arsyad (2013: 76) juga menyatakan dalam penggunaan media visual yaitu; (1) kesederhanaan, (2) penekanan, (3) keterpaduan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan media visual hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (1) kesederhanaan yaitu memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan, (2) penekanan yaitu penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa, (3) keterpaduan yaitu membentuk satu kesatuan sehingga dapat terlihat jelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ketiga prinsip tersebut dalam menggunakan media visual.

Media visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah; (1) media gambar, (2) bagan, (3) gambar dan bagan.

3) Langkah-langkah Penggunaan Media Visual

Langkah-langkah penggunaan media visual diungkapkan oleh Yudhi (Afriatun, 2014: 37) meliputi guru memilih jenis media visual yang akan digunakan sesuai materi pembelajaran, menyiapkan perangkat yang dibutuhkan media visual, menempatkan media visual sesuai dengan kondisi kelas, dan menyampaikan materi.

Anitah (2009: 128) menjelaskan langkah-langkah penggunaan media pandang adalah guru menyiapkan peralatanyang dibutuhkan

(17)

dalam media visual, guru memusatkan perhatian siswa pada media, menjelaskan pesan atau materi yang terdapat pada media.

Berdasarkan pendapat tersebut, langkah-langkah penggunaan media visual atau pandang meliputi; (a) guru memilih media sesuai dengan karakteristik materi yang akan dipelajari, (b) guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, (c) guru menempatkan media visual sesuai dengan kondisi kelas, (d) guru memusatkan perhatian siswa terhadap media visual, (e) guru menjelaskan materi menggunakan media visual. 4) Kelebihan dan Kelemahan Media Visual

Sumantri dan Permana (Afriatun, 2014: 38-39) menjelaskan ada beberapa kelebihan media visual, yaitu; (1) memberi informasi secara simbolis; (2) memperjelas fakta dari suatu peristiwa, objek atau keadaan; (3) menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan suatu peristiwa atau objek dari waktu ke waktu; (4) mengkonkretkan pesan-pesan abstrak; (5) merangsang minat belajar siswa; (6) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; (7) memudahkan siswa memahami suatu pesan yang disampaikan; (8) membantu daya ingat siswa.

c. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Media Visual

1) Pengertian Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Media Visual

Model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang memadukan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dengan latar belakang dan cara berpikir siswa yang heterogen untuk mengatasi kesulitan belajar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model TAI, siswa di dorong untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain penerapan model pembelajaran TAI dalam pelaksanaan proses belajar mengajar agar

(18)

tujuan belajar dapat tercapai perlu adanya suatu media untuk menyampaikan pesan/ materi pelajaran, salah satunya adalah media visual.

Pemilihan media visual dalam penelitian ini disesuaikan dengan karakteristik siswa SD yang belum bisa berfikir secara abstrak. Media visual merupakan media pembelajaran yang menyalurkan pesan (isi pelajaran) dari guru ke siswa melalui indera pandang/ penglihatan, sehingga dapat membantu membantu memperjelas fakta dari suatu peristiwa, objek atau keadaan.

Berdasarkan definisi konsep di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajan Team Assisted Individualisation (TAI) dengan media visual yaitu model pembelajaran yang membantu siswa belajar secara individu maupun kelompok agar dapat mengatasi kesulitan belajar, dengan bantuan media pembelajaran yang dapat memberikan gambaran secara konkret kepada siswa mengenai suatu peristiwa, objek atau keadaan.

2) Langkah-langkah model pembelajan Team Assisted Individualisation (TAI) dengan media visual

Langkah-langkah model pembelajan Team Assisted Individualisation (TAI) dengan media visual adalah sebagai berikut:

1. tes penempatan, siswa diberikan pre-test.

2. Penyampaian materi dengan media visual, pada langkah ini guru menjelaskan materi dengan media visual dan siswa memperhatikannya,

3. Pembentukan kelompok dengan media visual, guru membentuk kelompok heterogen melalui kartu pahlawan

4. Diskusi kelompok dengan media visual, siswa saling bekerjasama dan membantu teman yang kesulitan

(19)

5. Penegasan materi oleh guru dengan media visual, guru bersama siswa membahas hasil diskusi,

6. Kesimpulan dengan media visual, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dengan media visual,

7. Pengerjaan evaluasi dengan media visual,siswa mengerjakan lembar soal evaluasi, dan

8. Penghargaan dengan media visual, siswa menerima hadiah dan penguatan dari guru.

3. Hasil Penelitian yang Relevan

Model pembelajaran TAI dianggap lebih efektif dan efisien ketika dipraktekan di dalam kelas. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Penelitian yang pertama yaitu Zahro Sri Tanjung (2013: 1) berjudul “Penerapan Model Team Asissted Indvidualization (TAI) dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD”, menyimpulkan bahwa penerapan model TAI dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas IV SD.” Hal ini terlihat dari perolehan pada siklus I mengalami peningkatan dari 77,25 pada pertemuan 1 menjadi 82,80 pada pertemuan 2. Akan tetapi, pada siklus II rerata hasil belajar siswa mengalami penurunan yaitu pada pertemuan 1 rerata nilai mencapai 84,10 dan pada pertemuan 2 menjadi 82,90. Namun, pada siklus III tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan kembali yaitu dari 80,13 pada pertemuan 1 menjadi 87,75 pada pertemuan 2. Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Team Asissted Indvidualization (TAI). Perbedaannya penelitian Zahro Sri Tanjung meningkatkan pembelajaran IPS, subyeknya siswa kelas IV, dan menggunakan II siklus. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pembelajaran IPS, subjeknya siswa kelas V dengan III siklus.

Penelitian kedua yaitu Adeneye O., dkk (2013: 1) berjudul “Effects Of Framing And Team Assisted Individualised Instructional Strategies On Senior Secondary School Students Attitudes Toward Mathematics”, menyimpulkan

(20)

bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa SMA. Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Team Asissted Indvidualization (TAI). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penelitian Adeneye O., dkk tentang sikap dan hasil belajar Matematika, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang pembelajaran IPS.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Suzane Stokes (2013: 10) berjudul “Visual Literacy in Teaching and Learning: A Literature Perspective”, menyimpulkan bahwa penggunaan media visual dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan media visual dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar (pembelajaran), sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian Suzane subyek penelitiannya dengan subjek penelitian adalah siswa SMA, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu siswa kelas V SD.

Penelitian keeempat dilakukan oleh Sudariyanto (2014: 1) berjudul “Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Tentang Kenampakan Buatan Di Wilayah Indonesia Dengan Media Visual Pada Siswa Kelas V SD N Selodakon 04 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”, menyimpulkan bahwa penggunaan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD. Hal ini terlihat dari perolehan persiklus yakni: pra siklus keaktifan 50% dan Ketuntasan belajar 46,4%, Siklus I Keaktifann 67,9% dan Ketuntasan belajar 67,9%, serta Siklus II Keaktifan 89,3% dan Ketuntasan belajar 85,7 %.Terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan media visual dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar (pembelajaran) IPS, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V dan menggunakan II siklus. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan III siklus.

(21)

B. Kerangka Berpikir

Siswa kelas V sekolah dasar berada pada rentang umur 10-12 tahun, yaitu berada pada tahap operasional konkret sudah memiliki kemampuan berpikir secara logis terbatas pada objek bersifat konkret. Selain itu, kehidupan sosialnya diperkaya dengan kehidupan kelompok sebaya, sehingga mereka lebih senang bekerjasama, dan bersaing dengan teman-teman seusianya. Kemampuan ini dapat dijadikan modal bagi siswa untuk mampu mengembangkan pola pikir dan hidup sosial dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui pembelajaran IPS, siswa diharapkan mampu berinteraksi dengan baik, bertanggungjawab, serta bekerjasama dilingkungannya. Oleh karena itu, agar peran IPS dapat terwujud, maka tujuan pembelajaran IPS harus tercapai. Salah satu cara agar tujuan IPS dapat tercapai yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna dan menumbuhkan motivasi siswa, agar siswa bersemangat mengikuti pembelajaran sehinngga proses dan hasil belajar menjadi optimal.

Pembelajaran IPS tanpa melibatkan siswa secara aktif mengakibatkan sebagian besar siswa pasif dan kurang antusias dalam pembelajaran. Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran yang memadukan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dengan latar belakang dan cara berpikir siswa yang heterogen untuk mengatasi kesulitan belajar. Penerapan model pembelajaran tipe ini akan mengondisikan siswa untuk berinteraksi aktif dan bekerja sama dalam kelompok sehingga dapat membentuk sikap-sikap positif khususnya bagi siswa yang lemah secara akademik. Hal ini akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dalam kelompok dengan cepat dan bukan hanya menggantungkan pada bantuan guru. Oleh karena itu model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), tepat untuk digunakan dalam pembelajaran IPS yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) siswa akan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari, khususnya dalam kelompok belajar mereka.

Penerapan media visual dapat membantu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena media visual dapat dilihat secara langsung

(22)

oleh siswa, sehingga siswa akan dapat menerima dan menyerap pengetahuan secara sendirinya melalui media visual. Media visual juga dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan lebih interaktif, dan tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dapat meningkatkan pembelajaran. Skema kerangka berpikir penerapan tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.

(23)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Karakteristik siswa kelas V SD:

 berada pada tahap operasional konkret

 memiliki kemampuan berpikir secara logis

 diperkaya dengan kehidupan kelompok sebaya,

 senang bersaing dengan teman-teman seusianya. Ilmu Pengetahuan Sosial: berkaitan dengan masalah-masalah sosial. mengarahkan siswa untuk berinteraksi bertanggungjawab, serta bekerjasama dilingkungannya

Penerapan Team Asissted Individualization (TAI) dengan media visual dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekan.

Kondisi awal Tindakan Media visual: membantu meningkatkan

motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran,

dapat dilihat secara langsung oleh siswa, menarik perhatian dan

minat siswa dalam pembelajaran,

Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI):  memadukan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual  mengatasi kesulitan belajar  mengondisikan siswa untuk berinteraksi aktif dan bekerja sama dalam kelompok

Hasil Akhir

(24)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika penerapan tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dilaksanakan dengan tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016”.

Gambar

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Perjuangan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam ketentuan yang diatur dalam KUHAP maupun dalam peraturan perundang-undangan hukum acara pidana di luat KUHAP tidak terdapat ketentuan yang memberikan wewenang kepada

strategi (teknik mencapai tujuan, struktur (wewenang dan tanggungjawab), Budaya (etos kerja, prilaku organisasi), Produk. (barang yg ditawarkan

dengan arang sekam, selain media tanam yang berasal dari limbah cocopeat juga. memiliki aerasi yang bagus, memiliki kemampuan menyerap air yang

Wijoyo, Y., 2004, Efek Hepatoprotektif Sari Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol : Kajian terhadap Lama Masa Praperlakuan,

Pada penelitian Tugas Akhir ini dirancang pengendalian gerak cruise quadcopter saat trajectory tracking menggunakan Kontroler PID untuk gerak rotasi dan

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara dosis pupuk kascing dan intensitas cahaya terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun,

pada mahasiswa yang kuliah sambil kerja terhadap prestasi akademik di. Universitas Sumatera