• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA BEKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA BEKASI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. TOKAI RUBBER AUTO HOSE INDONESIA

BEKASI, JAWA BARAT

SKRIPSI

Oleh ARIYANTO NIM : 331320109

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA

BEKASI

2018

(2)

DAN BERACUN PT. TOKAI RUBBER AUTO HOSE INDONESIA BEKASI, JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1)

Oleh ARIYANTO NIM : 331320109

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA

BEKASI

2018

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAKSI

Ariyanto, 2018, Kajian Sistem Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan Beracun di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, Bekasi, Jawa Barat.

Aktivitas di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, pasti akan menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan dapat mengancam lingkungan, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun B3 yang dapat diterapkan di lingkungan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Analisis data diolah dengan teknik kualitatif dan wawancara untuk menggambarkan secara rinci karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan dan merekomendasikan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang telah di terapkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa limbah yang dihasilkan beberapa departemen di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Karakteristik limbah B3 meliputi limbah (flammable, korosif, toksik,

eksplosif, oxidizing, limbah organik dan kadarluasa), limbah lain yang

terkontaminasi, thinner, sunbund, sisa kemasan (chemical powder & resin), lampu TL bekas dan debu dust collector. Rekomendasi sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dapat diterapkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia meliputi pengumpulan, penyimpanan sementara dan pengankutan oleh pihak ke tiga.dan kemudian di manfaatkan sebagai bahan bakar pembuatan batu kapur. Berdasarkan hasi penelitian maka setiap departemen di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia disarakan harus melakukan upaya minimalisasi limbah B3, melakukan manajemen pengelolaan limbah B3 secara konsisten dan pengawasan secara rutin, dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Kata kunci: Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

(8)

ABTRACT

Ariyanto, 2018, Study of the Management System for Hazardous and Toxic Waste at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, Bekasi, West Java.

Activities at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, will definitely produce hazardous and toxic waste materials (B3) which, if disposed of in environmental media, could threaten the environment, health and survival of humans and other living things.The purpose of this study was to determine the B3 hazardous and toxic waste management system that can be applied in the PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.This research is a qualitative research with the main objective to make an overview of the B3 hazardous and toxic waste management system at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Data analysis was processed with qualitative techniques and interviews to describe in detail the characteristics of hazardous and toxic waste materials that were produced and recommended the management system of hazardous and toxic waste materials that had been determined at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. The results showed that the waste produced by several departments in PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Characteristics of B3 waste include waste (flammable, corrosive, toxic, explosive, oxidizing, organic waste and extensibility), other waste contaminated, thinner, sunbund, residual packaging (chemical powder & resin), used TL lamps and dust collector dust. Recommended management system for hazardous and toxic waste materials that can be applied at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia includes collecting temporary storage and third party procuremen. Based on research results, each department at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia is advised to make efforts to minimize B3 waste, carry out management of B3 waste consistently and monitor regularly, and conduct further research on the management of hazardous and toxic waste materials at PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

Key Words:System management of hazardous and toxic waste

(9)
(10)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN SKIRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

ABSTRAKS ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Limbah ... 7

2.1.1 Definisi Limbah ... 7

2.1.2 Jenis dan Karakteristik Limbah ... 7

2.2 Limbah Cair ... 8

(11)

DAFTAR ISI

2.2.1 Definisi Limbah Cair ... 8

2.2.2 Sumber Limbah cair ... 9

2.2.3 Parameter Limbah Cair ... 9

2.2.4 Tujuan Pengelolaan Limbah Cair Industri ... 11

2.2.5 Dampak Limbah Cair ... 12

2.2.5.1 Terhadap Badan Air... 12

2.2.5.2 Terhadap Kesehatan Manusia ... 12

2.3 Limbah Padat ... 13

2.3.1 Definisi Limbah Padat ... 13

2.3.2 Sumber Limbah Padat ... 13

2.3.3 Cara Pengolahan Limbah padat ... 14

2.3.4 Dampak Limbah Padat ... 17

2.3.4.1 Terhadap Lingkungan ... 17

2.3.4.2 Terhadap Manusia ... 17

2.4 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 18

2.4.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 18

2.4.2 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 18

2.4.3 Karakteristik Limbah Bahan berbahay dan Beracun ... 19

2.4.4 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 21

2.4.5 Prosedur Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 22

2.4.6 Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 24

2.4.7 Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 25

2.4.8 Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 25

x 2.4.9 Rekapitulasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 26

(12)

DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Metode Penelitian ... 27

3.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Lokasi Penelitian ... 27

3.4 Gambaran Umum PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia... 28

3.5 Sumber Data ... 28

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.7 Tahapan Penelitian ... 31

3.8 Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.1.1 Skala Besaran Usaha dan Kegiatan Produksi ... 34

4.1.2 Gambaran Umum Proses Produksi PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia... 36

4.1.3 Gambaran Jenis dan Karakteristik Limbah di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 39

4.1.4 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 42

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 44

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

xi 4.2.1 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 52

(13)

DAFTAR ISI

4.2.2 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai

Rubber Auto Hose Indonesia ... 53

4.2.2.1 Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 54

4.2.2.2 Bangunan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 56

4.2.2.3 Pengemasan dan Pemasangan Simbol di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 58

4.2.2.4 Rekapitulasi Data Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 59

4.2.2.5 Reporting Data Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 59

4.2.2.6 Pihak Pengolah atau Pemanfaat Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang Duhasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 61 BAB V PENUTUP ... 63 5.1 Kesimpulan ... 63 5.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN xii

(14)

DAFTAR TABEL

4.1 Jenis dan Kapasitas Produksi ... 34

4.2 Bahan baku dan Bahan Penolong Produksi ... 35

4.3 Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan ... 38

4.4 Limbah cair yang dihasilkan ... 43

4.5 Limbah Padat yang dihasilkan ... 43

4.6 Limbah B3 yang dihasilkan ... 44

(15)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Peta Peruntukan Lahan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia ... 28

3.2 Tahapan Penelitian ... 31

4.1 Diagram Proses Produksi ... 36

4.2 Jerigen Tempat Penyimpanan Limbah Cair B3 ... 45

4.3 Tempat Penyimpanan Sementara Produk NG ... 46

4.4 Box Tempat Penyimpanan Limbah Anorganik dan limbah B3 ... 46

4.5 Lay Out Box-Box Tempat Penyimpanan Limbah ... 48

4.6 Tempat Penyimpanan Sementara Limbah ... 49

4.7 APAR Sarana Pendukung di Gedung TPS limbah ... 51

(16)
(17)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia selama kurun waktu beberapa tahun terakhir telah menempatkan sektor ekonomi sebagai tumpuan kelangsungan gerak dinamika roda perokonomian bangsa. Sektor ekonomi tersebut, salah satunya mengandalkan sektor industri sebagai pilar penyangga. Sehingga proses modernisasi mengarah pada percepatan industrilisasi, agar terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan industri mulai menjadi perhatian masyarakat secara serius karena dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan karena menggunakan bahan baku yang tidak dapat dipulihkan, menggunakan bahan baku yang dapat merusak ekosistem dan membuang limbah yang dapat mencemari lingkungan hidup.

Kegiatan industri dapat memberikan dampak langsung, disamping juga memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung apabila akibat kegiatan industri tersebut dapat langsung dirasakan oleh manusia. Dampak langsung bersifat positif memang diharapkan. Akan tetapi, dampak tak langsung yang bersifat negatife yang mengurangi kualitas hidup manusia harus dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat negatife akibat kegiatan industri, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran darat. Kegiatan pencemaran tersebut diatas mengurangi daya dukung alam (Wardhana, 2004).

(18)

Pembuangan limbah tanpa melakuakan proses pengolahan terlebih dahulu karena adanya unsur kelalaian dan kesengajaan merupakan awal petaka bagi pencemaran lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan industri selain dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, limbah tersebut juga berpotensi menimbulkan gangguan bagi kesehatan manusia dan gangguan estetika. Secara umum dampak limbah industri dapat terjadi secara langsung dirasakan oleh manusia maupun secara tidak langsung yaitu terjadinya kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak terhadap manusia.

Menurut Mukhrizal (2006) mengingat besarnya dampak negatife yang dampak ditimbulkan limbah terhadap penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah sangat diperlukan dan diharuskan bagi setiap industri. Dampak negative pada manusia dapat dinilai dengan adanya keluhan masyarakat terhadap keberadaan limbah disekitar mereka. Keluhan tersebut dapat berupa gangguan pencernaan, penyakit kulit dan sistem tubuh lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya.

Adapun dampak pencemaran dari limbah-limbah tersebut terhadap kesehatan manusia adalah seperti dapat menyebabkan seseorang sakit kepala dan pusing, menimbulkan keracunan, jika orang tersebut terlambat ditolong dapat mengakibatkan kematian, kanker kulit, katarak, infeksi saluran pernafas penyakit kulit, kolera, disentri, hati, ginjal, cacat pada saraf mata, kerusakan hati, dan hipertensi.

(19)

Beberapa masalah pembuangan limbah yang di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia antara lain: pembuangan sarung tangan yang terkontaminasi B3, majun terkontaminasi B3, botol-botol bekas thinner, adeshive, tinta marking, karung bekas packaging resin dibuang di satu tempat sampah dan tercampur dengan sampah yang tidak mengandung limbah bahan berbaya dan beracun. Tempat sampah di bagian produksi tidak ada identifikasi jenis-jenis limbah apa saja yang bisa dibuang di tempat sampah tersebut. Kemudian setelah tempat sampah penuh hanya dibuang di tempat penyimpanan sementara tanpa ada proses pemilahan antara limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah non bahan berbahaya dan beracun .

Limbah yang dihasilkan dari proses industri PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia mengandung bahan berbahaya dan beracun. Apabila tidak diolah dengan baik, limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitar, dan memberikan dampak kesehatan yang buruk pada kesehatan manusia, khususnya para karyawan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Pengelolaan limbah ini hendaknya dilakukan sebelum limbah tersebut diangkut oleh pihak ketiga guna meminimalisir kandungan zat berbahaya yang terkandung di dalamnya.

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun telah diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan tersebut menjabarkan karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun dan aturan pengelolaannya. Pengelolaan limbah B3 yang diatur dalam peraturan ini mencakup kegiatan penyimpanan, pengumpulan,

(20)

pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.

Berdasarkan paparan tersebut diatas, limbah dari kegiatan industri di masing-masing departemen PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia perlu dilakukan penanganan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Peraturan Pemerintah. Langkah pertama yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengidentifikasikan limbah dari penghasil tersebut apakah termasuk limbah B3 atau tidak. Mengidentifikasi limbah ini akan memudahkan pihak penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah, atau penimbun dalam mengenali limbah B3 tersebut sedini mungkin.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, terdapat masalah yang terjadi di PT.Tokai Rubber Auto Hose Indonesia:

1. Masih tercampurnya pembuangan antara limbah B3 dan non B3 di

area produksi.

2. Tidak adanya identifikasi jenis-jenis limbah pada tempat pembuangan

limbah B3 atau non B3 di semua area. 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dimaksud di atas, maka secara terperinci dapat dirumuskan masalah bagaimana sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia?

(21)

Dari permasalahan dan pertanyaan penelitian yang telah ditemukan, maka tujuan penelitian ini adalah mengkaji sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di PT.Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Dapat menambah ilmu mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di industri.

2. Bagi STT Pelita Bangsa Prodi Teknik Lingkungan

Menambah referensi pengetahuan mengenai penerapan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

3. Bagi Perusahaan

a. Diharapkan perusahaan mendapat masukan berupa saran yang bersifat konstruktif untuk meningkatkan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi perusahaan khususnya pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

(22)
(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah

2.1.1 Definisi Limbah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga , industri, pertambangan, dan sebagainya.

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya (Ginting, 2007).

2.1.2 Jenis dan karakteristik Limbah

Menurut Kristanto, (2013) berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah dibedakan menjadi yang mempunyai nilai ekonomis, dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non ekonomis adalah suatu limbah yang walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Berdasarkan karakteristik limbah

(24)

digolongkan menjadi tiga bagian yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas (Darmono, 2001).

2.2 Limbah Cair

2.2.1 Definisi Limbah Cair

Menurut Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta buangan yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.

Adapun menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014, limbah cair adalah limbah yang berasal dari air sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Sedangkan, limbah cair domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan took, rumah sakit, mall, pasar swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja). Secara umum dapat dikemukakan bahwa limbah cair adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum lainnya dan mengandung bahan zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup (Kusnoputranto, 2006).

(25)

9

2.2.2 Sumber Limbah cair

Beberapa sumber dari air limbah antara lain adalah sebagai berikut (Kusnoputranto, 2006):

a. Air limbah rumah tangga (domestic waste water) b. Air limbah kota praja (municipal waste water) c. Air limbah industri (industrial waste water) 2.2.3 Parameter Limbah Cair

Beberapa parameter yang digunakan dalam pengkuran kualitas air limbah antara lain: (Kusnoputranto, 2006):

a. Kandungan Zat Padat

Kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk Total Solid Suspended (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS). TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan tidak dpat mengendap langsung. TDS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air yang sifatnya terlarut dalam air.

b. Kandungan Zat Organik

Zat organik di dalam penguraiannya memerlukan oksigen dan batuan mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari buangan tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan di bawah kondisi waktu da suhu

(26)

c. Kandungan Zat Anorganik

Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air limbah antara lain : Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phospor,

H2O dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb dan lain-lain.

d. Gas

Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air buangan berasal dari udara yang

larut ke dalam air, sedangkan H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses

dekomposisi air buangan. Oksigen di dalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada di dalam sering digunakan untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran organic dalam larutan, makin rendah DO suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.

e. Kandung Bakteriologis

Bateri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja manusia. Sumber bakteri patogem dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk menganalisa bakteri pathogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan perkiraan pendeatan jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probably Number) dalam sepuluh mili buangan serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mili air buangan.

(27)

11

f. pH (Derajat keasaman)

Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengelolaan biologis karena pH yang kecil akan menyulitkan, disamping akan menggangu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.

g. Suhu

Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara tapi lebih tinggi dari pada suhu air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air. Kecepatan reaksi atau pengurangan, proses pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam badan-badan air.

2.2.4 Tujuan Pengelolaan Limbah Cair Industri

Pengelolaan limbah cair industri mempunyai tujuan (Yuliastuti dan Cahyono, 2017) :

1. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung.

2. Penghilangan organismen pathogen.

3. Pengolahan bahan organik yang terdegradasi.

4. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbah yang tidak

diolah atau sebagian diolah terhadap lingkungan.

5. Peningkatan pengetahuan dan pemikiran tentang efek jangka panjang yang

mungkin akan ditimbulkan oleh komponen tertentu dalam limbah yang dibuang ke badan air.

6. Peningkatan kepedulian nasional untuk perlindungan lingkungan.

(28)

2.2.5 Dampak Limbah Cair 2.2.5.1 Terhadap Badan Air

1. Limbah Cair Organik

Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat, akan terjadi kadar parameter menyimpang dari standar maka akan menimbulkan kondisi septik (suatu keadaan dimana kadar oksigen

terlarut nol) dan timbul bau busuk (H2S).

2. Limbah cair anorganik

Pada badan air penerima, kandungan unsur kima beracun, logam berat, dan lain-lain meningkat. Kadang-kadang diikuti dengan kenaikan temperature, kenaikan/penurunan pH. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan air misalnya tumbuhan dan hewan akan punah ataupun ada senyawa beracun beracun/logam berat dalam kehidupan air. Bila air tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau partikel yang dapat mengendap cukup banyak, hal ini akan mengakibabkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim hujan. Selain itu senyawa beracun atau logam berat sangat membahayakan bagi masyarakat yang menggunakan air sungai sebagai badan air air penerima yang dipergunakan sebagai sumber penyediaan air bersih (Meilani, 2017)

2.2.5.2 Terhadap Kesehatan Manusia.

Badan air yang menerima limbah cair, mempunyai potensi untuk menyebabkan gangguan bagi kesehatan manusia pada sistem saluran pencernaan makanan, kulit, dan sistem tubuh lain. ada beberapa penyakit yang

(29)

13

ditularkan melalui limbah cair antara lain: penyakit Amoebiasis, Ascariasis, Cholera, penyakit cacing tambang, Leptospirosis, Shigellosis, Strongyloidiasis, Tetanus, Trichuruasis, dan Thypus.

2.3 Limbah Padat

2.3.1 Definisi Limbah Padat

Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dan lain-lain. 2.3.2 Sumber Limbah Padat

Beberapa sumber limbah padat antara lain (Kusnoputranto, 2006):

1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa

pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.

2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan

sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makan dan sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.

3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan,

sampah sisa tumbuhan tanam, sampah pembungkus makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.

(30)

4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.

5. Pertanian

2.3.3 Cara Pengolahan Limbah Padat

Berdasarkan sifatnya pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui 2 cara (Kristanto, 2013):

1. Limbah padat tanpa pengolahan. 2. Limbah padat dengan pengolahan.

Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ketempat tertentu yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat di daratan ataupun di laut. Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau yang setidak-tidaknya menimbulkan reaksi kimia baru. Limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum limbah diolah:

a) Jumlah limbah, jika jumlah limbahnya sedikit maka tidak membutuhkan

penanganan khusus seperti tempat dan sarana pembuangannya, tetapi jika limbah yang dibuang misalnya 4 meter kubik per hari sudah tentu membutuhkan tempat pembuangan akhir dan sarana pengangkutan tersendiri.

b) Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan,

(31)

15

Limbah padat yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah.

c) Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan, perlu diketahui komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat pembuangan akhir. Unsur mana yang terkena dampak dan bagaimana tingkat pencemaran yang ditimbulkan.

d) Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai tergantung dari kondisi limbah, bersifat ekonomis mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan untuk memanfaatkan kembali bahan yang masih berguna. Sedangkan limbah non ekonomis pengolahan ditunjukan untuk pencegahan perusakan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas pengolahan limbah padat dapat dilakukan proses-proses sebagai berikut:

1. Pemisahan

Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Sistem Balistik

Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam, misalnya berat dan volumenya.

(32)

b. Sistem Gravitasi

Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi akan mengendap.

c. Sistem Magnetis

Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung terpisah.

2. Penyusunan Ukuran

Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya dengan maksud antara lain:

a. Ukuran volume menjadi lebih kecil b. Volume bahan lebih kecil

c. Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator.

3. Pengomposan

Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah yang membusuk, buangan industri, lumpur pabrik, dan sebagainya. Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali tidak membutuhkan pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi) dengan tahap sebagai berikut:

(33)

17 a. Pemekatan b. Penghancuran c. Pengurangan air d. Pembakaran e. Pembuangan

2.3.4 Dampak Limbah Padat 2.3.4.1 Terhadap lingkungan

a. Dampak menguntungkan

Menurut Slamet (2009), limbah padat dapat menguntungkan bagi lingkungan karena dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang.

b. Dampak merugikan

Menurut Wardhana (2004), limbah padat akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor, dan kumuh. Dan juga dapat menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air.

2.3.4.2 Terhadap Manusia a. Dampak menguntungkan

Dapat digunakan sebagai bahan makan ternak, dapat berperan sebagai sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan (Slamet, 2009).

(34)

b. Dampak merugikan

Limbah padat menjadi media bagi perkembangan faktor seperti tikus, lalat, nyamuk yang dapat minimbulkan penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam Berdarah Dengeu (DBD), Malaria, Filariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).

2.4 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2.4.1 Definisi Limbah B3

Menurut Peraturan menteri Negara Lingkunga Hidup No. 3 tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Dewi, Dkk, 2016).

2.4.2 Identifikasi Limbah B3

Menurut PP No. 101 tahun 2014 limbah dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik.

(35)

19

Sumber limbah B3 dibedakan menjadi sebagai berikut: a) Limbah B3 sumber spesifik

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan spesifik dapat ditentukan.

b) Limbah B3 sumber tidak spesifik

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencurian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain.

c) Limbah B3 dari bahan kimia kadarluasa, tumpahan, bekas kemasan, buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Limbah b3 dari bahan kimia kadarluasa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali maka suatu produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadarluasa. 2.4.3 Karateristik Limbah B3

a) Mudah meledak (PP No. 101 Tahun 2014)

Jika limbah pada suhu dan tekanan standard (250C, 760 mmHg) dapat

meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

(36)

b) Mudah terbakar (PP No. 101 Tahun 2014)

Terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat: limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume

dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala

apabila terjadi kontak denga api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 769 mmHg. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada

temperature dan tekanan standard (250C, 760mmHg) dapat mudah

menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran terus menerus. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar, merupakan limbah pengoksidasi.

c) Bersifat reaktif (PP No. 101 Tahun 2014)

Jika limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat: limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah yang dapat beraksi hebat dengan air. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

d) Beracun (PP No. 101 Tahun 2014)

Jika limbah yang mengandung pencemar yang bersifatracun bagi manusia atau lingkungan yang dapaat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, kulit, atau mulut.

(37)

21

e) Menyebabkan infeksi (PP No. 101 Tahun 2014)

Merupakan limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal dari bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium, limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menukar. Limbah ini berbahaya dan mengandung kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya dan mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersihan jalan, dan masyarakat sekitar lokasi pembuangan limbah.

f) Bersifat korosif (PP No. 101 Tahun 2014)

Merupakan limbah yang mempunyai salah satu sifat: menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan

temperature pengujian 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk

limbah bersifat asam dan sama atau lebih dari 12,5 untuk yang bersifat basa. 2.4.4 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun

Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penimbunan limbah B3. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan (PP No.101 tahun 2014).

Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, dan atau membuang B3. Adapun

(38)

tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali (PP No.101 tahun 2014).

2.4.5 Prosedur Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menggunakan B3 dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan atau menimbun limbah B3. Pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkan itu kepada pengolah dan atau penimbun limbah B3 (PP No.101 tahun 2014). Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatanya menghasilkan limbah B3.

a. Reduksi limbah

Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan atau mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan (PP No.101 tahun 2014).

b. Pengemasan

Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegel (Nofri, 2016). Persyaratan umum pengemasan sebagai berikut:

1. Kemasan limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.

(39)

23

2. Bentuk ukuran dan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemas dengan mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.

3. Kemasan dapat terbuat dari bak kontainer atau atau tangki berbentuk silinder vertical maupun horizontal atau drum yang terbuat dari bahan logam, drum yang terbuat dari bahan plastic (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan logam dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tidak beraksi dengan limbah B3 yang disimpan.

4. Limbah yang tidak sesuai dengan karakteristiknya tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan.

5. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, jumlah

pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.

6. Jika kemasan limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (missal terjadi pengkaratan atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.

7. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3, diantaranya sebagai berikut:

(40)

a. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemas.

b. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus mempunyai ukuran minimum adalah 10 cm x 10 cm atau lebih besar.

c. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya dan harus melekat kuat pada permukaan kemasan. d. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang

pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah terlihat.

e. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh terlepas, atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3.

f. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang kemasannya telah dibersihkan dan akan dipergunakan kembali untuk pengemasan limbah B3 harus diberi label “KOSONG”.

g. Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsi untuk memberikan informasi dasar mengenai kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.

2.4.6 Penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Menurut PP No. 101 Tahun 2014, Limbah B3 harus disimpan secara tepat, bilamana ingin dicegah kemungkinan bahaya-bahayanya. Fasilitas dan prosedur penyimpanan harus menampung keselamatan dari seluruh kemungkinan

(41)

25

bahayanya. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.

Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbunan limbah B3 dengan maksud penyimpanan sementara.

2.4.7 Pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengelolaan dan/atau pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3 (PP No.101 tahun 2014). Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbunan limbah B3.

2.4.8 Pegangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Penyerahan limbah B3 oleh penghasil/pengumpul, pemanfaat, pengolah kepada pengakut wajib disertakan dokumen limbah. Pengangkutan dilakukan dengan alat khusus. Pengangkutan limbah b3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3 (PP No.101 tahun 2014).

(42)

2.4.9 Rekapitulasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Ari dan Darmanhuri (2014, Hal 12-20) menyatakan pengelolaan B3 bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan, tentang:

a) Jenis, karakterstik, jumlah, dan waktu dihasilkan limbah B3. b) Jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3. c) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada

pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. 2.4.10 Reporting limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang- kurangnya sekali dalam 6 bulan kepada instansi yang terkait dan Bupati atau Wali kotamadya Kepala daerah Tingkat II yang bersangkutan. Catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3 (PP No. 101 tahun 2014 pasal 11).

Penyerahan limbah B3 oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah B3 (PP No.101 tahun 2014).

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggambarkan atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif (Sugiyono, 2010), dimana dalam hal ini adalah mendekripsikan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang diterapkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai 1 Mei s/d 20 September 2018 kegiatan-kegiatan pada tahap pelaksanaan ini antara lain meliputi:

1. Obesrvasi lingkungan tempat kerja pada area B3

2. Wawancara dengan beberapa pihak yang ditunjuk dalam pengelolaan

limbah B3.

3. Identifikasi limbah pada area B3

4. Studi pustaka

5. Konsultasi dengan pihak HSE yang mengelola semua limbah yang

dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. 3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, Jl. Cendana Raya Blok F10-7A Kawasan Industri Delta Silicon III Lippo Cikarang- Bekasi.

(44)

3.4 Gambaran Umum PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia merupakan perusahaan investor Sumitomo Riko Company,Ltd.(SRK). Business Assembly, sales, Export & Import

of Automotive Hose Product. Berdiri pada bulan Oktober 2011 dengan luas lahan

± 37.000 m2 yang beralamat di Kawasan Delta Silicon 3, Jl Cendana Raya Blok

F10-7A, Lippo Cikarang Desa Serang Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi. Perusahaan ini bergerak di bidang industri komponen kendaraan bermotor roda dua dan tiga, Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Jumlah produksi sebesar 1.500.000 juta pcs/tahun untuk kendaraan roda dua dan tiga, serta 9.200.000 juta pcs/tahun untuk kendaraan roda empat atau lebih. Saat ini jumlah karyawan 270 karyawan.

Gambar 3.1 Peta Peruntukan Lahan Sumber: UKL-UPL PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia 3.5 Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapat dari dua sumber, yaitu:

(45)

29

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengamatan kegiatan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

2. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder data literatur, jurnal, makalah, data keterangan berupa bagian alir proses produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data pendukung lainnya seperti metode pengumpulan data informasii dengan cara membaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan obyek studi pengumpulan dokumen.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif perlu ditekankan tentang pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang ada di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan terhadap pihak departemen environmen dan departemen produksi yang menangani terkait pengelolaan limbah yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Adapun bagian-bagian yang ditunjuk untuk diwawancarai adalah:

(46)

1. Departemen HSE dengan Ibu Neli, yang mengelola semua limbah. 2. SPV Produksi dengan Bapak Purwanto, yang mengetahui tempat-tempat

limbah.

3. Leader Produksi dengan Bapak Ikwanudin, yang mensosialisasikan terkait pembuangan limbah yang benar kepada karyawan.

4. Sub Leader produksi Bapak Ulin Mustofa, yang mensosialilsasikan terkait pembuangan limbah yang benar kepada karyawan.

5. Sub leader Maintenance Bapak Mirza Prianda, yang mengelola limbah- limbah oli bekas, lampu TL dan lain-lain.

3. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan serta literatur-literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

(47)

31

Pengumpulan Data

3.7 Tahapan Penelitian

Data Primer

1. Melalui interview, penulis

mewawancarai langsung kepada pihak departemen enviromen

2. Melalui observasi lapangan,

penulis mengamati proses pengelolaan limbah B3

Data Sekunder

1. Dikumpulkan dari data laporan

harian dan data-data lain yang mendukung

2. Dikumpulkan dari dokumen-

dokumen dan referensi yang ada di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Gambar 3.2 Tahapan penelitian Kesimpulan dan Saran Selesai Mulai Persiapan Studi Analisis Data

(48)

3.8 Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam suatu proses penelitian pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu mendeskripsikan data dan melakukan uji statistik. Namun, karena dalam penelitian ini peniliti menggunakan metode kualitatif maka tidak melakukan uji statistik. Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden. Analisis yang paling sederhana dan sering digunakan oleh seorang peneliti adalah menganalisis data yang ada dengan menggunakan prinsip-prinsip deskriptif.

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dan diolah untuk mendapatkan karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun. Tahapan pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi limbah apakah limbah tersebut merupakan limbah

bahan berbahaya dan beracun atau bukan;

2. Melakukan karakterisasi limbah berdasarkan sifatnya, yaitu limbah

flammable (mudah terbakar), exolosive (mudah meledak), corrosive

(menimbulkan karat), toxic waste (buangan beracun). Pengkarakterisasian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur, yaitu melihat MSDS (Material Safety Data Sheet) dari tiap limbah padat atau cair yang dihasilkan.

(49)

33

3. Melakukan pengelompokan limbah berdasarkan karakteristiknya yang

sejenis.

Hasil analisis data primer akan dijadikan sebagai bahan awal dalam merekomendasikan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dapat diterapkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Berdasarkan analisis data primer diatas, dilakukan rekomendasi sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang hanya sebatas pengumpulan dan penyimpanan sementara.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Skala Besaran Usaha dan Kegiatan Produksi

PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia memproduksi berbagai komponen kendaraan bermotor khususnya memproduksi hose berbagai model untuk kendaraan roda dua, roda empat atau lebih, dengan besaran kapasitas produksi per tahun dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis dan Kapasitas Produksi

Jenis Produksi Kapasitas Produksi Izin

(satuan per tahun

Kapasitas Produksi Rill (satuan per tahun) Sifat Produki Jenis Angkut Alat Bahan Baku (1/2 Jadi) Bahan Baku Jadi Komponen kendaraan ** 2.400.000 pcs (IUT No.410/1/IU/I/ 2.400.000 pcs - √ Truk

bermotor roda PMA/INDUSTRI/2012 dan

dua dan tiga Izin Prinsip Perubahan

berupa Hose Penanaman Modal Asing

No.1218/

1/IP-PB/PMA/2013) ** telah dilengkapi UKL- UPL

No.660.2.1/226/TL&ADL/B PLH tgl 11-12-2013

Komponen -1.500.000 pcs 1.500.000 pcs - √ Truk

kendaraan (Izin Prinsip Perluasan

bermotor roda No.44/1/IP- PL/PMA/

dua dan tiga 2014)

berupa hose

Komponen 9.200.000 pcs 9.200.000 pcs - √ Truk

kendaraan (Izin Prinsip Penanaman

bermotor roda Modal Asing

empat atau lebih No.399/1/IP/PMA/2014)

berupa hose

Sumber: Rencana PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

(51)

35

Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi komponen kendaraan bermotor khususnya hose di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia bisa dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Bahan Baku dan Bahan Penolong Produksi

Nama Bahan Kapasitas (Volume/waktu) Bentuk Fisik Sifat Bahan Asal Bahan Cara Penyi mpan an Neraca bahan % Produk % Sisa a. Bahan baku: 1) Resin 2) Plastik 3) Logam b. Bahan Penolong: 1) Chemicall 2.620.000 pcs/thn 2.620.000 pcs/thn 2.620.000 pcs/thn 1.746.667 pcs/thn 1.746.667 pcs/thn 1.746.667 pcs/thn Padat Padat Padat Cair Padat Serbuk Tidak berbahaya Berbahaya Indonesi a China, Japan, Thailand, Amerika Guda ng Tertut p Guda ng tertut up 99,99 99,99 99,99 99,99 0,01 0,01 0,01 0,01

(52)

Bahan Baku

4.1.2 Gambaran Umum Proses Produksi PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Proses untuk produksi hose di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia dimulai dari bahan baku kemudian terdiri chemical di mixing sampai proses inspection yang menghasilkan berbagai limbah B3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram proses produksi hose pada gambar 4.2. Diagram Proses Produksi.

Gambar 4.1 Diagram Proses Produksi Sumber : PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Sisa rubber, plastik ex packaging, kain majun, sarung tangan dan masker terkontaminasi, debu, kemasan chemical powder, kemasan resin

Produk NG, plastik ex packaging

Produk NG, plastik ex packaging

Produk NG, plastik ex packaging

Produk NG, plastik ex packaging

Produk NG, plastik ex packaging

Produk NG, plastik ex packaging

(53)

37

Proses produksi dimulai dengan proses pencampuran chemical untuk pembuatan selang karet pada proses Chemical Mixing. Kemudian dilanjutkan dengan proses Rubber Hose Manufacture yaitu proses pembuatan selang karet sesuau dengan ukuran yang dibutuhkan. Setelah itu masuk ke proses bending untuk membentu model tipe selang sesuai dengan gambar yang dibutuhkan. Kemudian dilakukan pelebaran pada ujung selang karet untuk penempatan

connector. Pelebaran ujung selang karet dilakukan pada proses Flaring Rubber

dan pemasangan connector dilakukan pada proses QC Assy. Proses selanjutnya adalah Handling Manual Gromet & Clamper, pada proses ini dilakukan pemasangan karet dan logam secara manual pada selang karet sesuai gambar. Setelah itu dilakukan pengetesan kebocoran dari selang karet yang telah selesai (Leak Test Process). Sebelum produk dikirimkan sesuai dengan permintaan pelanggan yang dibutuhkan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan (Inspection) dari seluruh kelengkapan dan ketidaksesuaian pada produk. Pengiriman produk

didukung oleh dokumen yang dibutuhkan.

1. Limbah atau Cemaran yang akan dihasilkan

Limbah yang akan dihasilkan dari aktifitas operasional pabrik berupa limbah padat, cair, gas, debu, emisi, intensitas kebisingan dan iklim kerja. Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan produksi meliputi limbah B3 dan non B3, sedangkan untuk limbah cairnya berasal dari kegiatan domestik karyawan. Jenis dan volume limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan berdasarkan kegiatan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.3

(54)

Tabel 4.3 Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan

No Jenis Limbah Volume Limbah

A Limbah Cair & padat B3

Oli bekas, thinner M, sunbon 1000-DTR, cemedine 3000dxl

240 kg/bulan

Tinta jp w89, make up ink TH-73, TF 104,Shinetsu oil KF-96-100cs, dhapne alpha cleaner.

50 kg/bulan

Contaminated goods 150 kg/bulan

Lampu TL bekas 10 pcs/tahun

Debu Dust Collector 1 kg/bulan

B Limbah Padat Non B3

Sisa Rubber & plastik 1250 kg/bulan

Produk NG 300 kg/bulan

Sisa plastik dan kardus ex packaging` 1000 kg/bulan

Kayu bekas pallet 25 kg/bulan

C Limbah Cair Non B3

Limbah cair domestik 23,85 m3/hari

Sumber : Data Perkiraan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Kandungan yang terdapat di dalam limbah cair yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia sebagai berikut:

1. Oli bekas adalah oli bekas yang dihasilkan dari mesin-mesin produksi

yang sudah tidak digunakan lagi karena masa preventive maintenance. Kandungan yang terdapat pada oli bekas adalah logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya.

2. Thinner M dihasilkan dari sisa campuran antara sun bond dan thinner m

yang digunakan untuk perekat antara rubber. Kandungan yang terdapat pada thinner M adalah cyclohexanone,light aromatic, naphtha, propylene

glycol methyl ether acetate, trimethil benzene, butyl acetate.

3. Sun bond 1000-DTR dihasilkan dari campuran thinner M yang digunakan

untuk perekat rubber. Kandungan yang terdapat pada sunbond adalah

(55)

39

4. Tinta JP-W89 digunakan sebagai bahan untuk memberi tanda pada

produk hose yang dihasilkan. Kandungan yang terdapat pada tinta JP- W89 adalah 2-Butanol etanol, 2-Butano titanium, oxide, N-butanol.

5. TH-73 Make up INK digunakan untuk campuran pengencer tinta JP-W89.

Kandungan yang terdapat pada TH-73 make up INK adalah Methyl ethyl

ketone, 2-butanone, ethanol, N-butanol.

6. Shinetsu Oil KF-96-100cs adalah pelumas yang digunakan untuk

melumasi komponen produk seperti O-Ring. Kandungan yang terdapat pada shinetsu oil KF-96-100cs adalah dimthylpolysilixane.

7. TF-104 digunakan untuk melapisi antara hose dengan plat yang

kemudian produk hose tersebut dimasukan ke dalam auto clave. Kandungan yang terdapat pada TF-104 adalah polyethylene glycol,

silicone derivative, polyxyethylene alkylether.

8. Dhapne alpha cleaner digunakan untuk melumasi protector yang di

masukan ke tube. Kandungan yang terdapat pada dhapne alpha cleaner adalah synthetic hydrocarbon.

9. Cemidine 3000 DXL digunakan untuk merekatkan rubber bush ke tube.

Kandungan yang terdapat pada cemidine 3000 dxl adalah ethyl 2-

oyamasorylate, hydroquinone.

4.1.3 Gambaran jenis dan Karakteristik Limbah di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan yang berasal dari PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, limbah yang dihasilkan berupa limbah padat organik dan non organik. Limbah padat organik yang berupa sampah kertas, bagian administrasi perkantoran, karton, sisa kayu-kayu dari bagian packing, serta sisa-sisa makanan dari karyawan, dan limbah non organik berupa plastik, rubber, besi, kaca, lampu, dan sebagainya. Sedangkan limbah cair yang berupa air buangan dari kegiatan di toilet, dan tempat wudhu,

(56)

sementara yang termasuk ke dalam limbah B3 berupa thinner, sun bond, tinta, oli bekas dan sebagainya.

Berdasarkan informasi dari informan yang dilakukan dengan wawancara dengan pihak penanganan limbah diketahui bahwa kegiatan yang dihasilkan baik dari produksi dan office mempunyai karakteristik yang sama untuk limbah padat maupun cair, sedangakan untuk limbah B3 bersifat mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, mudah meledak, dan bersifat korosif. Dalam hal pengelolaan limbah yang ada terdapat perbedaan antara tempat yang berada di masing-masing departemen. Hal ini dikarenakan dalam bagian-bagian tersebut terdapat proses kegiatan atau aktifitas dan penggunaan bahan yang berbeda-beda.

Proses pengelolaan limbah yang dihasilkan dalam setiap departemen sudah terdapat prosedur penanganan limbah dalam dokumen sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (SMK3L) PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. Adapun tujuan dibuatnya prosedur ini adalah untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dengan mematuhi peraturan dan perundang- undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan mengendalikan dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan adalah mengidentifikasi, mengurangi, meniadakan dan mengelola limbah yang ada.

Adapun limbah yang dihasilkan oleh kegiatan operasional di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia dikategorikan sebagai berikut:

(57)

41

Limbah tidak berbahaya dan tidak beracun, dikelompokan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu limbah organik, limbah non organik, dan limbah cair. 1. Limbah Organik

Limbah organik adalah semua limbah yang dapat terurai secara alamiah, yang dapat dibuang kedalam tanah atau dibuat kompos, contohnya: sisa makanan, kertas, dan lain-lain. Tempat penampungan limbah organik harus diberi label dan kode berwarna hijau.

2. Limbah Non Organik

Limbah non organik adalah semua limbah yang tidak dapat terurai secara alamiah dan harus dibuangan ke lahan penimbunan tanah yang telah diizinkan oleh pihak berwenang atau di daur ulang, contohnya: plastik, gelas/kaca, kaleng, dan lain-lain. Tempat penampungan limbah non organik harus diberi label dan kode berwarna kuning.

3. Limbah Cair

Limbah cair harus diidentifikasi, apakah termasuk limbah golongan limbah berbahaya, organik, non organik. Selanjutnya bahan tersebut harus ditangani sesuai dengan kategorinya.

B. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, biasanya disingkat dengan limbah B3. Limbah B3 ini secara khusus diidentifikasi dan didefinisikan berdasarkan peraturan yang berlaku. Semua limbah B3 harus disimpan, dikumpulkan, dibawa, diproses, dan dikelola sesuai dengan peraturan. Semua limbah harus diidentifikasi dan diklasifikasikan sebelum dilakukan pembuangan,

(58)

dan bilamana mungkin, identifikasi tersebut dilakukan sebelum limbah B3 tersebut terbentuk.

Pada umumnya, limbah yang terdapat pada daftar tertentu atau yang mempunyai sifat-sifat berbahaya berdasarkan hasil pengujian analitik, ditetapkan sebagai limbah B3. MSDS dapat membantu mengidentifikasi bahan-bahan kimia yang bila menjadi limbah akan digolongkan sebagai B3.

4.1.4 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Limbah yang dihasilkan akibat kegiatan produksi di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia merupakan limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Adapun limbah yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia yaitu: a. Limbah umum

1. Limbah cair

yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.4. Limbah cair yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

2. Limbah padat

Limbah padat yang dihasilkan PT. Tokai Rubber auto Hose Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.5. Limbah padat dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

(59)

43

Limbah gas yang dihasilkan di proses produksi di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia bearsal dari proses pengolahan yang keluar melalu cerobong boiler.

b. Limbah B3

Adapun limbah B3 yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. (Sumber:MSDS dan lampiran PP No. 104 tahun 2014) dapat dilihat pada tabel 4.6. Limbah B3 yang dihasilkan di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia.

Tabel 4.4. Limbah Cair yang dihasilkan di PT Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. No Jenis Limbah Bentuk Fisik Karakteristik

1 Oli bekas Cair Flammable

2 Thinner bekas Cair Flammable

3 Sun bond bekas Cair Flammable

4 Tinta bekas (sisa proses marking) Cair Flammable

Sumber: UKL-UPL PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Tabel 4.5. Limbah Padat yang dihasilkan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia. No Jenis Limbah Bentuk Fisik Karakteristik

1 Sisa kemasan (chemical powder

&resin)

Padat Limbah non B3

2 Kemasan addesive Padat Limbah non B3 3 Pallet kayu dan serpihan kayu Padat Limbah non B3 4 Jerigen bekas thinner dan tinta Padat Limbah non B3

5 Scrap besi Padat Limbah non B3

6 Karet sisa produksi Padat Limbah nonB3 7 Sampah domestik Padat Limbah non B3 8 Kardus bekas packaging Padat Limbah non B3 9 Plastik bekas packaging Padat Limbah non B3

10 Produk NG Padat Limbah non B3

(60)

(contaminated goods)

12 Lampu TL bekas Padat Limbah B3

Sumber: UKL-UPL PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Tabel 4.6. Limbah B3 yang dihasilkan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia No Jenis Limbah Bentuk Fisik Karakteristik

1 Pelumas Bekas Cair B3 sumber tidak

spesifik

2 Tinta bekas Cair flammable

3 Thinner bekas Cair Flammable

4 Sun bond Cair Flammable

5 Baterai bekas Cair Toxic dan korosif

Sumber: UKL-UPL PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia

Menurut hasil wawancara dari berbagai informen yang ada di PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, Limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi tidak dikelola sendiri oleh PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, kewenangan PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia hanya dalam pengelolaan limbah B3 sesuai izin yang diperoleh, yaitu penyimpanan sementara limbah B3 yang sudah mempunyai izin No.660.3/069/LB3_V/PPKL/BPLH/2004, tanggal 23 mei 2014. Tentang izin tempat penampungan sementara limbah berbahaya dan beracun dari BPLHD Kabupaten. Bekasi.

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi ditangani secara khusus oleh bagian Envorenment section yang salah satu fungsinya adalah mengelola limbah dari semua unit produksi untuk dikelola sesuai dengan jenis dan karakteristiknya. Kegiatan pengelolaan limbah B3 oleh pihak HSE meliputi kegiatan pengemasan, pengumpulan limbah dari setiap departemen ke TPS,

(61)

45

pengangkutan limbah B3 ke pihak pengumpul atau penyimpan atau pemanfaat limbah B3 yang berizin, rekapitulasi data limbah B3, reporting data kepada instansi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil pengamatan, pengelolaan limbah PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia, meliputi:

1. Pengemasan Limbah dan Pemasangan simbol label

Sebelum disimpan di tempat penyimpanan sementara limbah B3 terlebih dahulu dikemas dengan kemasan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 yaitu: a. Limbah berupa thiner, sun bond dan tinta bekas produksi, limbah tersebut

disimpan dalam jerigen plastik. Dengan kapasitas untuk tiap jerigen 20 liter serta dipasang simbol dan label yang sesuai dengan karakteristik. Setelah penuh dikirim ke tempat penyimpanan sementara dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.2 Jerigen Tempat Penyimpanan Limbah B3 Sumber: Hasil Observasi Peneliti

(62)

b. Limbah padat produk NG seperti, karet dan plastik tersebut disimpan di tempat Box NG dengan kapasitas 1 hari kemudian dibuang ketempat penampungan sementara. Berikut dibawah ini gambar tempat penyimpanan limbah padat produk NG.

Gambar 4.3 Tempat Penyimpanan Sementara Produk NG di Bagian Produksi. Sumber: Hasil Observasi Penulis

c. Limbah sisa pendukung produksi di bagian produksi dibagi menjadi dua box yaitu box untuk limbah anorganik dan limbah bahan berbahaya dan beracun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.4 Box Tempat Penyimpanan Limbah Anorganik dan Limbah B3 yang ada di bagian Produksi

Gambar

Gambar 3.1 Peta Peruntukan Lahan  Sumber: UKL-UPL PT. Tokai Rubber Auto Hose Indonesia  3.5  Sumber Data
Gambar 3.2 Tahapan penelitian Kesimpulan dan Saran Selesai Mulai Persiapan Studi Analisis Data
Tabel 4.1 Jenis dan Kapasitas Produksi
Tabel 4.2 Bahan Baku dan Bahan Penolong Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Termometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur suhu atau alat yang digunakan untuk mengetahui nilai satuan panas suatu benda.. Dalam kehidupan kita sehari-hari

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

Sehingga teknologi ini belum digunakan secara luas oleh industri disebabkan oleh mahalnya investasi awal untuk membangun instalasi pengolahan tersebut dibandingkan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini, Bagaimana analisis kecepatan rata - rata waktu

Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan penyebab kebocoran oli suspensi shockbreaker roda depan adalah terjadi baret pada as shockbreaker.. Pada gambar 3

Metode yang digunakan adalah Hazard Identification Risk Assessment Control (HIRAC). Metode HIRAC adalah salah satu metode teknik identifikasi, analisis bahaya dan

Dari hasil analisa pada titik 10 dihasilkan kandungan bakteri koliform yang tinggi artinya bahwa telah terjadi penurunan kualitas air pada titik ini, setelah

Berdasarkan Pemendagri No.3 Tahun 1987 disebutkan bahwa real estate yang selanjutnya disebut perusahaan pembangunan perumahan adalah badan usaha