• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL BERUPA FLIPBOOK PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL BERUPA FLIPBOOK PADA MATERI HIDROLISIS GARAM"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Disusun oleh: Lolita Aprilliani NIM: 171444012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

SKRIPSI

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL

BERUPA FLIPBOOK PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh: Lolita Aprilliani

171444012

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

ii

Disusun oleh: Lolita Aprlliani NIM: 171444012

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Pada Tanggal : 03 Agustus 2021

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd.

... Sekretaris : Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D.

... Anggota : Risnita Vicky Listyarini, M.Sc.

... Anggota : Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D.

... Anggota : Fransisca Ditawati Nur Pamenang, S.Pd., M.Sc.

...

Yogyakarta, 03 Agustus 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iii

Yogyakarta, 29 Juli 2021 Penulis

Lolita Aprilliani PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(5)

iv NIM : 171444012

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan E-Modul Berbasis Kontekstual Berupa Flipbook pada Materi Hidrolisis Garam“

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 29 Juli 2021 Penulis

(6)

v

Siapa berani memilih berarti berani bertanggung jawab atas apapun yang telah dipilih”

Berangkat dari rasa ketidak tahuan dan kesulitan belajar, maka penulis mengembangkan salah satu penelitian pengembangan dari materi kelas XI yaitu materi hidrolisis garam. Penulis sangat berterima kasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan dari pihak-pihak tertentu hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa karen telah memberikan orang-orang yang tepat pada waktunya.

2. Ketiga orang tua yang selalu mensuport baik segi vinansial maupun psikis. 3. Seluruh sahabat saya yang selalu menyamangati dalam keadaan apapun.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

(7)

vi

Garam”. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasi kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M Andy Rudhito S.Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Kimia MIPA yang telah berkenan memberikan izin dalam menjalankan penelitian skripsi.

3. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Ngadiya, S.P. M.M, selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Bantul yang telah memberikan izin dalam melaksanakan penelitian skripsi di SMA Negeri 2 Bantul.

5. Ibu Risnita Vicky Listyarini, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan selalu memotivasi dalam penulisan skripsi maupun perkuliahan.

6. Ibu Dra. Endang Nalowati, selaku guru Kimia SMA Negeri 2 Bantul yang sudah bersedia diwawancarai sebagai salah satu nara sumber penelitian dan sebagai salah satu guru yang membantu proses pengambilan data di SMA Negeri 2 Bantul.

7. Ibu Ratnasari Kurniawati P, S.Si, selaku guru Kimia SMA Negeri 7 yang sudah bersedia diwawancari sebagai salah satu nara sumber dalam proses analisis masalah kebutuhan peserta didik.

8. Bapak Drs. Kunarka, selaku guru Kimia SMA Negeri Kalasan yang sudah bersedia membantu proses validasi produk dan instrumen penelitian.

(8)

vii

9. Bapak Johnsen Harta, M.Pd dan Ibu Fransisca Ditawati Nur Pamenang S.P.d., M.Sc, selaku validator ahli dari produk dan media e-modul berbasis kontekstual berupa flibook beserta dengan seluruh instrumen yang digunakan dalam keperluan penelitian.

10. Ketiga orang tua terhebat yang selalu memberikan dukungan secara psikis dan secara finansial selama masa perkuliahan berlangsung.

11. Sahabat-sahabat yang selalu mengerti dan memberikan dukungan disaat apa pun. “Gabby, Vita, Dini, Any, dan Mei, sebagai tim TTB receh yang ada disaat lelah. Fera, yang selalu ada dari SD. Rosa, Tanika, Nely, Jo, Esther, dan Elizabeth sebagai tim penyemangat dalam memacu proses pembuatan naskah skripsi dan selalu menemani ketika ada revisian. Stella dan Mei, sebagai tim hore di Kos Putri Pancawati. Terakhir bagi orang spesial yang selalu memberi semangat dan memotivasi ketika hilang pencerahan.”

12. Teman-teman angkatan 2017 yang selalu berjuang bersama hingga akhir perkuliahan selesai.

Sripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga penulisan ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 29 Juli 2021 Penulis

(9)

viii Lolita Aprilliani Universitas Sanata Dharma

2021

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai abstrak bagi para peserta didik. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi yang kian menuntut peserta didik untuk dapat belajar secara mandiri. Peserta didik mengalami kesulitan belajar selama masa pandemi terutama pada materi hidrolisis garam. Perlu adanya pengembangan produk yang dapat membantu peserta didik dalam pembelajaran daring. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk e-modul kimia berbasis kontekstual menggunakan model flipbook pada materi hidrolisis garam dan mengetahui kriteria valid, efektif, dan praktis dari produk yang dikembangkan. Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research & Development), dengan model pengembangan desain Borg and Gall (2003) yang telah dimodifikasi menjadi lima tahapan. Uji coba terbatas dilakukan terhadap 19 peserta didik kelas XI SMA Negeri 2 Bantul. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar validasi, lembar observasi, soal evaluasi aktivitas belajar, dan lembar angket respon peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pengembangan Borg and Gall (2003) sesuai digunakan untuk pengembangan e-modul berbasis kontekstual berupa flipbook pada materi hidrolisis garam; (2) produk telah memenuhi kriteria valid dari segi media sebesar 73% dan materi sebesar 71%; efektif dengan perolehan persentase rata-rata N-Gain berada pada kriteria sedang; efektif berdasarkan hasil evaluasi aktivitas belajar satu yaitu 26% peserta didik terbilang sangat aktif dan 63% peserta didik terbilang aktif; efektif berdasarkan hasil evaluasi aktivitas belajar dua yaitu 84% peserta didik memperoleh nilai 90; efektif pada aktivitas belajar tiga yaitu 100% peserta didik memperoleh nilai 100; produk dinyatakan praktis berdasarkan rata-rata hasil angket respon peserta didik yang diperoleh sebesar 80%. Pengembangan e-modul kimia berbasis kontekstual menggunakan flipbook pada materi hidrolisis garam telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

(10)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF CONTEXTUAL-BASED E-MODULE IN THE FORM OF FLIPBOOK ON TOPIC OF SALT HYDROLISIS

Lolita Aprilliani Sanata Dharma University

2021

Chemistry is one of the subjects that is considered abstract for students. This is in addition to the pandemic conditions that require students to be able to learn independently. Students experience learning difficulties during the pandemic, especially on salt hydrolysis material. There is a need for product development that can help students in online learning. The aims of this research are developing a contextual-based chemical e-module using a flipbook on salt hydrolysis material and knowing the validity, effectiveness, and practical criteria of the product being developed. The type of research used is R&D (Research & Development), with the Borg and Gall (2003) design development model which has been modified into five stages. A limited trial was conducted on 19 students of class XI SMA Negeri 2 Bantul. The research instruments used were interview sheets, validation sheets, observation sheets, learning activity evaluation questions, and student response questionnaire sheets. The results showed that (1) the development model of Borg and Gall (2003) was suitable for the development of contextual-based e-modules in the form of flipbook on topic of salt hydrolysis; (2) the product has met the valid criteria in terms of media by 73% and material by 71%; effective with the average percentage of N-Gain is in the medium criteria; effective based on the results of the evaluation of learning activity one, namely 26% of students are considered very active and 63% of students are considered active; effective based on the results of the evaluation of learning activity two, namely 84% of students scored 90; effective in learning activity three, namely 100% of students get a score of 100; the product is considered practical based on the average student response questionnaire results obtained by 80%. The development of a contextual-based chemistry e-module using a flipbook on salt hydrolysis material has met the valid, practical, and effective criteria.

(11)

x

vi ABSTRAK

...

... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis ... 4

2. Manfaat Penelitian Secara Praktis ... 4

a. Manfaat untuk Peserta Didik ... 4

b. Manfaat bagi Guru... 4

c. Manfaat bagi Peneliti ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Landasan Teori ... 5

1. E-Modul ... 5

2. Pendekatan Kontekstual... 6

3. Hidrolisis Garam... 8

B. Penelitian yang Relevan ... 12

C. Kerangka Berpikir ... 14

BAB III METODE PEN ELITIAN ... 15

A. Jenis Penelitian ... 15

B. Desain Penelitian ... 15

1. Pengumpulan Informasi ... 16

2. Perencanaan ... 16

3. Pengembangan Produk ... 17

4. Uji Coba Terbatas ... 18

5. Revisi Produk... 18

C. Variabel Penelitian ... 18

D. Sampel Penelitian ... 18

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

F. Metode Pengumpulan Data ... 19

1. Wawancara ... 19

2. Tes... 19

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR... ...x DAFTAR TABEL ix DAFTAR ISI ... viii ABSTRACT

(12)

xi 3. Non Tes... 19 a. Observasi ... 19 b. Angket ... 20 G. Instrumen Penelitian ... 20 1. Lembar Wawancara ... 20 2. Lembar Validasi... 20

3. Lembar Soal di dalam E-Modul ... 23

4. Lembar Observasi ... 23

5. Lembar Angket Respon ... 24

H. Metode Analisis Data ... 24

1. Analisis Hasil Wawancara ... 24

2. Uji Homogenitas ... 24

3. Analisis Hasil Validasi ... 24

4. Analisis Jawaban Pretest dan Posttest ... 28

5. Analisis Uji Gain Ternormalisasi (N-Gain)... 28

6. Analisis Hasil Lembar Observasi ... 29

7. Analisis Hasil Aktivitas Belajar di dalam E-Modul ... 30

8. Analisis Hasil Lembar Angket Respon Peserta Didik ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Pencarian Informasi ... 33 1. Analisis Kebutuhan... 33 2. Analisis Konten ... 34 B. Perencanaan ... 35 C. Pengembangan Produk ... 39 1. Pembuatan E-Modul ... 39

2. Validasi Produk dan Validasi Instrumen Penelitian ... 42

a. Validasi Komponen Materi... 43

b. Validasi Komponen Media ... 46

c. Hasil Validasi Soal Pretest dan Posttest ... 48

d. Hasil Validasi Lembar Soal Aktivitas Belajar di dalam E-Modul ... 49

e. Validasi Lembar Observasi... 51

f. Validasi Lembar Angket Respon ... 52

D. Uji Coba Terbatas ... 53

1. Uji Efektivitas ... 53

a. Hasil Pretest dan Posttest ... 54

b. Hasil Aktivitas Belajar Satu ... 55

c. Hasil Aktivitas Belajar Dua ... 56

d. Hasil Aktivitas Belajar Tiga ... 58

2. Uji Kepraktisan ... 59

E. Hasil Tahapan Revisi Produk ... 60

F. Keunggulan dan Keterbatasan Produk ... 60

BAB V K ESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

(13)

xii

Tabel 3.5. Analisis Hasil Lembar Validasi untuk Lembar Observasi ... 27

Tabel 3.6. Analisis Hasil Lembar Validasi untuk Angket Respon... 28

Tabel 3.7. Analsis N-Gain... 29

Tabel 3.8. Kategori Tafsiran Efektivitas N-Gain ... 29

Tabel 3.9. Analsis Hasil Lembar Observasi ... 30

Tabel 3.10. Kriteria Efektivitas Aktivitas Belajar ... 30

Tabel 3.11. Kriteria Kepraktisan Angket Respon Peserta Didik ... 31

Tabel 4.1. Hasil Validasi Komponen Materi... 43

Tabel 4.2. Hasil Komentar dan Revisi Validasi Materi ... 43

Tabel 4.3. Hasil Validasi Komponen Media ... 46

Tabel 4.4. Hasil Komentar dan Revisi Validasi Media ... 47

Tabel 4.5. Validasi Soal Pretest dan Posttest... 48

Tabel 4.6. Hasil Komentar dan Revisi Soal Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 4.7. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Belajar di dalam E-Modul ... 49

Tabel 4.8. Hasil Komentar dan Revisi Soal di dalam E-Modul. ... 50

Tabel 4.9. Hasil Validasi Lembar Observasi... 51

Tabel 4.10. Hasil Komentar dan Revisi Lembar Observasi ... 52

Tabel 4.11. Hasil Validasi Lembar Angket Respon Peserta Didik ... 52

Tabel 4.12. Hasil Komentar dan Revisi Angket Respon Peserta Didik ... 53

Tabel 4.13. Persentase Perolehan Hasil N-Gain Pretest dan Posttest... 54

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 15

Gambar 3.1. Desain Penelitian diadaptasi dari Borg and Gall (2003). ... 16

Gambar 4.1. Ketercapaian Pembelajaran ... 35

Gambar 4.2. Tujuan Pembelajaran ... 35

Gambar 4.3. Halaman Sampul Depan ... 36

Gambar 4.4. Sistematika Penyajian E-Modul ... 36

Gambar 4.5. Pendahuluan ... 37

Gambar 4.6. Pendekatan Kontekstual ... 37

Gambar 4.7. Peta Konsep ... 38

Gambar 4.8. Materi Ajar ... 38

Gambar 4.9. Halaman Sampul Belakang ... 39

Gambar 4.11. Bagian Pembuka ... 40

Gambar 4.11. Bagian Inkuiri ... 40

Gambar 4.12. Bagian Tinjauan ... 40

Gambar 4.13. Bagian Aktivitas ... 40

Gambar 4.15. Bagian Permodelan... 40

Gambar 4.15. Bagian Refleksi ... 40

Gambar 4.16. Bagian Penilaian Autentik ... 40

Gambar 4.17. Statistika E-Modul... 41

Gambar 4.18. Bukti Akses E-Modul ... 42

Gambar 4.19. Bagian Uji Kompetensi Sebelum Revisi ... 44

Gambar 4.20. Bagian Uji Kompetensi Setelah Revisi ... 44

Gambar 4.21. Bagian Video Pembelajaran Sebelum Revisi ... 45

Gambar 4.22. Bagian Video Pembelajaran Setelah Revisi ... 45

Gambar 4.23. Bagian Kesesuaian Huruf Sebelum Revisi... 45

Gambar 4.24. Bagian Kesesuaian Huruf Setelah Revisi ... 45

Gambar 4.25. Bagian Mind Map Sebelum Revisi... 46

Gambar 4.26. Bagian Mind Map Setelah Revisi ... 46

Gambar 4.27. Bagian Konstruksi Penulisan Sebelum Revisi ... 46

Gambar 4.28. Bagian Konstruksi Penulisan Setelah Revisi... 46

Gambar 4.29. Penggunaan Ssimbol Panah Sebelum Revisi ... 48

Gambar 4.30. Penggunaan Ssimbol Panah Setelah Revisi... 48

Gambar 4.31. Diagram Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Satu ... 55

Gambar 4.32. Diagram Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Dua... 57

(15)

xiv

Lampiran 6. K isi-K isi Lembar Validasi Produk Materi... 81

Lampiran 7. Lembar Validasi Produk Materi ... 82

Lampiran 8. K isi-K isi Lembar Validasi Produk Media ... 86

Lampiran 9. Lembar Validasi Produk Media ... 87

Lampiran 10. Kisi-K isi Lembar Validasi Soal Pretest dan Posttest ... 90

Lampiran 11. Lembar Validasi Soal Pretest dan Posttest... 91

Lampiran 12. Kisi-K isi Lembar Validasi Lembar Observasi ... 93

Lampiran 13. Lembar Validasi Lembar Observasi ... 94

Lampiran 14. Kisi-K isi Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik ... 96

Lampiran 15. Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik ... 97

Lampiran 16. Kisi-K isi Instrumen Aktivitas Belajar Satu ... 103

Lampiran 17. Instrumen Aktivitas Belajar Satu... 105

Lampiran 18. Kisi-K isi Instrumen Aktivitas Belajar Dua... 106

Lampiran 19. Instrumen Aktivitas Belajar Dua ... 108

Lampiran 20. Kisi-K isi Instrumen Aktivitas Belajar Tiga ... 109

Lampiran 21. Instrumen Aktivitas Belajar Tiga ... 110

Lampiran 22. Kisi-K isi Lembar Observasi ... 111

Lampiran 23. Lembar Observasi ... 112

Lampiran 24. Kisi-K isi Lembar Angket Respon ... 114

Lampiran 25. Lembar Angket Respon ... 115

Lampiran 26. Surat Izin Penelitian... 118

Lampiran 27. Hasil Validasi Produk Materi oleh Validator 1 ... 120

Lampiran 28. Hasil Validasi Produk Materi oleh Validator 2 ... 123

Lampiran 29. Hasil Validasi Produk Materi oleh Validator 3 ... 127

Lampiran 30. Hasil Validasi Produk Materi oleh Validator 4 ... 130

Lampiran 31. Hasil Validasi Produk Media oleh Validator 1... 134

Lampiran 32. Hasil Validasi Produk Media oleh Validator 2 ... 137

Lampiran 33. Hasil Validasi Produk Media oleh Validator 3 ... 140

Lampiran 34. Hasil Validasi Produk Media oleh Validator 4 ... 143

Lampiran 35. Hasil Validasi Lembar Soal Pretest dan Posttest oleh Validator 1 ... 146

Lampiran 36. Hasil Validasi Lembar Soal Pretest dan Posttest oleh Validator 2 ... 148

Lampiran 37. Hasil Validasi Lembar Soal Pretest dan Posttest oleh Validator 3 ... 150

Lampiran 38. Hasil Validasi Lembar Soal Pretest dan Posttest oleh Validator 4 ... 152 Lampiran 39. Hasil Validasi Lembar Soal di dalam E-Modul oleh Validator 1. 155 Lampiran 40. Hasil Validasi Lembar Soal di dalam E-Modul oleh Validator 2. 158

(16)

xv

Lampiran 41. Hasil Validasi Lembar Soal di dalam E-Modul oleh Validator 3. 161 Lampiran 42. Hasil Validasi Lembar Soal di dalam E-Modul oleh Validator 4. 164

Lampiran 43. Hasil Validasi Lembar Observasi oleh Validator 1 ... 167

Lampiran 44. Hasil Validasi Lembar Observasi oleh Validator 2 ... 169

Lampiran 45. Hasil Validasi Lembar Observasi oleh Validator 3 ... 171

Lampiran 46. Hasil Validasi Lembar Observasi oleh Validator 4 ... 173

Lampiran 47. Hasil Validasi Lembar Angket Respon oleh Validator 1 ... 175

Lampiran 48. Hasil Validasi Lembar Angket Respon oleh Validator 2 ... 177

Lampiran 49. Hasil Validasi Lembar Angket Respon oleh Validator 3 ... 179

Lampiran 50. Hasil Validasi Lembar Angket Respon oleh Validator 4 ... 181

Lampiran 51. Analisis Uji Homogenitas... 183

Lampiran 52. Analisis Hasil Soal Pretest dan Posttest ... 184

Lampiran 53. Analisis Hasil Soal di dalam E-Modul ... 187

Lampiran 54. Analisis Hasil Lembar Observasi ... 192

Lampiran 55. Analisis Hasil Lembar Angket Respon... 194

Lampiran 56. Rekap Data Keseluruhan ... 198

Lampiran 57. Rekapitulasi Perolehan Hasil Pretest dan Posttest dan Uji N-Gain... 201

Lampiran 58. Analisis Hasil Aktivitas Belajar Satu (Hasil Pengamatan Lembar Observasi)... 202

Lampiran 59. Rekapitulasi Hasil Aktivitas Belajar Satu... 204

Lampiran 60. Analisis Kriteria Efektivitas Aktivitas Belajar Dua dan Tiga ... 205

Lampiran 61. Analisis Kriteria Kepraktisan Angket Respon... 206

Lampiran 62. Revisi Soal Pretest dan Posttest ... 208

Lampiran 63. Revisi Soal di dalam E-Modul... 215

Lampiran 64. Revisi Lembar Observasi... 218

Lampiran 65. Revisi Angket Respon ... 220

Lampiran 66. Rekapitulasi Komentar Peserta Didik ... 223

Lampiran 67. Surat Selesai Penelitian... 227

(17)

Pengetahuan Alam (IPA) yang aplikasinya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tetapi bagi peserta didik ilmu kimia ini masih dianggap cukup sulit untuk dipelajari, dikarenakan sebagian besar materinya bersifat abstrak dan kompleks (Ristiyani & Bahriah, 2016). Berangkat dari permasalahan mengenai kesulitan belajar pada ilmu kimia ini, perlu adanya kajian lebih dalam mengenai materi-materi yang dianggap sulit dipelajari di SMA.

Menurut Haryani dkk., (2014) materi kimia di SMA memiliki tingkat kesulitannya masing-masing untuk setiap jenjang, terlebih lagi permasalahan kesulitan belajar tersebut terjadi di masa pandemi. Peserta didik bukan hanya dituntut untuk bisa memahami materi yang diberikan secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk bertahan dalam rutinitas yang sama setiap harinya. Menurut Sutarjo dkk., (2014) rutinitas yang dilakukan secara berulang pada pembelajaran yang abstrak, mampu berdampak pada tingkat kejenuhan belajar dan motivasi belajar peserta didik yang semakin menurun. Dampak yang diperoleh adalah kesulitan belajar pada materi berikutnya.

Menurut Haryani dkk., (2014) materi yang dianggap sulit di kelas X adalah stoikiometri, redoks, dan struktur atom, sedangkan di kelas XI yaitu hidrolisis garam dan kesetimbangan, serta untuk kelas XII adalah redoks, elektrokimia, dan kimia unsur. Untuk memperkuat kajian tersebut, maka dilakukan wawancara pada dua sekolah yang berbeda dan terungkap bahwa terdapat dua kesamaan pendapat mengenai materi kimia yang dianggap sulit, yaitu Guru kimia di SMA Negeri 7 Yogyakarta menyebutkan bahwa materi kimia yang sulit adalah materi termokimia dan hidrolisis garam, sedangkan untuk Guru kimia di SMA Negeri 2 Bantul menyebutkan materi yang dianggap sulit yaitu stoikiometri, dan hidrolisis garam. Dalam hal ini materi hidrolisis

(18)

garam merupakan materi yang dianggap sulit berdasarkan kajian literatur dan wawancara.

Di masa pandemi ini perlu adanya suatu rangkaian produk pembelajaran sederhana dan menarik yang mampu memudahkan proses pembelajaran untuk menangani masalah kesulitan belajar secara mandiri. Rangkaian produk yang dikembangkan harus melibatkan peserta didik untuk aktif dan terlibat dalam materi ajar yang telah dikembangkan, bersifat inklusif, berorientasi pada kebutuhan peserta didik, dan mampu merangsang peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan dasar yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperoleh. Secara tidak langsung pembelajaran tersebut terarah pada kondisi kontekstual yang membuat peserta didik dapat mengaitkan materi ajar yang diperoleh dengan situasi sesungguhnya. Adanya pembelajaran kontekstual mampu membuat peserta didik menemukan ide-ide dan pengetahuan baru. Dalam hal ini peserta didik bebas untuk mengeksplorasi hal baru yang ditemukan, bebas menganalisis, belajar keputusan, dan mampu bertanggung jawab terhadap pelajaran apa yang sedang dipelajari (Crawford, 2001).

Salah satu inovasi pengembangan produk yang praktis untuk menunjang proses pembelajaran pada masa pandemi, sekaligus mampu meningkatkan minat belajar peserta didik yaitu dengan pengembangan bahan ajar berupa modul elektronik (e-modul) (Romayanti dkk., 2020). E-modul dirasa lebih cocok karena di dalamnya dapat disisipkan gambar maupun video yang dapat mempermudah proses pembelajaran secara mandiri. E-modul juga dapat membantu peserta didik mengulangi materi dan memahami kembali bagian-bagian yang belum dipahami. E-modul dapat dibuat dengan beberapa aplikasi pendukung dalam bentuk sajian flipbook.

Dengan keterbatasan waktu pengajaran, hadirnya media pembelajaran seperti e-modul diharapkan mampu lebih efisien untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Salah satu kelebihannya e-modul dapat digunakan di mana pun dan kapan pun. Menurut Kuo and Chen (2014) pembelajaran yang melibatkan web mampu

(19)

7 Yogyakarta sudah pernah menerapkan pengembangan e-modul, tetapi terkendala oleh akses aplikasi dan guru SMA Negeri 7 Yogyajarta juga lebih menyarankan untuk pengembangan modul ajar biasa berupa (.pdf). Sedangkan guru kimia di SMA Negeri 2 Bantul menyatakan bahwa penerapan e-modul dalam menunjang proses pembelajaran belum pernah dilaksanakan dan bisa diaplikasikan dalam watu yang dekat. Dengan pernyataan yang diberikan maka penelitian pengembangan e-modul dilakukan di SMA Negeri 2 Bantul.

Diharapkan adanya pengembangan e-modul kimia berbasis kontekstual pada materi hidrolisis garam, mampu membuat peserta didik merasa lebih terbantu dari segi isi bacaan, percobaan sederhana yang dilakukan, dan kepraktisan penggunaan e-modul. Secara tidak langsung pengembangan yang dilakukan mampu mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dan dapat digunakan untuk mengamati perolehan hasil belajar peserta didik baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini produk tidak hanya dinilai sekadar pelengkap pembelajaran tetapi menjadi sebuah solusi yang tujuannya adalah menangani permasalahan peserta didik terkhususnya masalah kesulitan belajar pada ilmu kimia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah model pengembangan Borg and Gall sesuai digunakan dalam pengembangan e-modul kimia berbasis kontekstual berupa flipbook pada materi hidrolisis garam?

2. Apakah pengembangan e-modul kimia berbasis kontekstual berupa flipbook pada materi hidrolisis garam telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif?

(20)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kesesuaian model pengembangan Borg and Gall sesuai digunakan dalam pengembangan e-modul kimia berbasis kontekstual berupa flipbook pada materi hidrolisis garam

2. Mengetahui validitas, kepraktisan dan efektivitas dan e-modul kimia berbasis kontekstual berupa flipbook pada materi hidrolisis garam.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Adanya pengembangan e-modul berbasis kontekstual pada materi hidrolisis garam berupa flipbook, mampu menjadi referensi pengembangan produk bahan ajar dalam bentuk elektronik

2. Manfaat Penelitian Secara Praktis a. Manfaat untuk Peserta Didik

Adanya pengembangan e-modul berupa flipbook dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. E-modul juga menjadi salah satu inovasi pembelajaran terbaru yang dapat dipelajari secara mandiri. Selain itu e-modul juga dapat meningkatkan motivasi belajar, karena dibungkus secara menarik dan interaktif.

b. Manfaat bagi Guru

E-modul dapat dijadikan referensi pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan selama proses pembelajaran daring. Di sisi lain guru juga dapat terus mengembangkan kemampuan menggunakan media elektronik dengan pengembangan e-modul.

c. Manfaat bagi Peneliti

E-Modul dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan penelitian skripsi yang menunjang proses penyelesaian tugas akhir.

(21)

5

Modul merupakan suatu bahan pembelajaran yang dibuat secara khusus untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. E-modul dikemas secara menarik menjadi suatu unit pembelajaran sederhana yang mengacu pada kurikulum yang diberlakukan pada sekolah tertentu. E-modul mampu dibawa ke mana pun dan digunakan secara mandiri demi menunjang proses kegiatan pembelajaran (Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017).

E-modul hendaknya mampu menjadi salah satu sumber informasi yang tujuannya untuk mempermudah proses pembelajaran. Pengembangan e-modul sendiri dilengkapi dengan adanya petunjuk pembelajaran secara mandiri. Proses pengembangan e-modul dimulai dari bedah silabus dan pembuatan RPP, kemudian di dalamnya terdapat Kompetensi Inti (KI), Kompetesi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), materi pelajaran, kegiatan pelajaran, acuan pembelajaran, isi modul yang terbentuk dari perumusan unit modul dan perumusan judul modul (Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017). E-modul yang dijadikan sebagai salah satu sarana pembelajaran daring ini dapat digunakan sebagai daya tarik untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan praktis sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Menurut Subiyanto dan Siregar (2018) untuk menarik minat dan motivasi belajar, e-modul perlu dilengkapi dengan model pembelajaran yang sesuai. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran adalah bersahabat dengan pemakainya, mampu diakses sesuai dengan keinginan, menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Dengan

(22)

melibatkan model pembelajaran yang menarik dalam suatu rangkaian pembelajaran, maka secara tidak langsung mampu menarik motivasi belajar peserta didik dalam kegiatan belajar secara mandiri (Subiyanto dan Siregar, 2018). Ada beberapa komponen penting yang harus ada dalam e-modul, yaitu halaman sampul depan, kata pengantar, daftar isi, peta konsep, pendahuluan, materi pembelajaran, penilaian diri, evaluasi, glosarium, daftar pustaka, biodata penulis, dan halaman sampul belakang (Direktorat pembinaan SMA, 2017).

2. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang melibatkan situasi nyata yang dialami oleh peserta didik dan dihubungkan dengan materi yang diberikan. Proses pembelajaran yang berlangsung terjadi secara alami dalam bentuk kegiatan kerja yang langsung dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok belajar maupun individu (Syuani, 2010). Dalam pendekatan kontekstual terdapat tujuh aspek penting yaitu konstruktivisme, inkuiri, kemampuan bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik (Karim, 2017).

Menurut Sugandi dan Bernard (2018) suatu pembelajaran yang menggunakan pendekatan kotekstual mampu melibatkan konsep belajar dan membantu peserta didik menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan kehidupan nyata. Adanya keterkaitan yang dibentuk nantinya mampu mendorong peserta didik untuk menciptakan relasi antara pengetahuan atau konsep awal yang telah dimiliki dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini terdapat tujuh aspek karakteristik utama dalam pembelajaran kontekstual yang tidak dapat ditinggalkan. a. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan suatu filosofis atau landasan dari pendekatan kontekstual yang memungkinkan manusia untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui sebuah proses (Karim, 2017).

(23)

Kemampuan bertanya merupakan proses pembelajaran yang dipandang sebagai suatu usaha guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir peserta didik, sedangkan bagi peserta didik, kegiatan bertanya ini ditujukan untuk mengkomunikasikan aspek dan informasi yang belum diketahui (Karim, 2017).

d. Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok belajar yang anggotanya heterogen (Karim, 2017).

e. Permodelan

Permodelan merupakan proses pembelajaran yang menyertakan contoh atau ilustrasi yang dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran bagi peserta didik (Karim, 2017).

f. Refleksi

Refleksi merupakan cara berfikir dalam memahami suatu pelajaran yang baru diperoleh. Aspek refleksi juga dapat digunakan untuk memperbaiki diri dalam persipan pembelajaran berikutnya (Karim, 2017).

g. Penilaian Autentik

Penilaian autentik merupakan upaya pengumpulan berbagai data mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik (Karim, 2017).

Beberapa hal penting tersebut diperkuat dengan penelitian sebelumnya mengenai suatu pembelajaran kontekstual yang dinilai lebih baik jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Hasil kemampuan pemahaman peserta didik ini dapat dilihat melalui

(24)

kemampuan berkomunikasi terhadap orang lain dan pengerjaan tugas uraian. Pendekatan kontekstual tersebut dinilai efektif sebagai salah satu alternatif sarana fasilitas berkembangnya kemampuan komunikasi dan pemahaman peserta didik (Mudrikah, 2013).

3. Hidrolisis Garam

Hidrolisis garam merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMA Kelas XI. Hidrolisis garam adalah suatu reaksi kimia yang melibatkan pemecahan molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+)

dan anion hidroksida (OH-). Berdasarkan pelepasan ion tersebut larutan

garam yang dihasilkan dapat bersifat asam, basa, dan netral (Johari & Rachmawati, 2009).

Menurut Muslim (2015) materi pembelajaran hidrolisis garam merupakan salah satu materi ajar yang efektif digunakan untuk mengamati kemampuan berpikir dan kepercayaan diri peserta didik. Dalam penelitian yang berlangsung juga dijelaskan bahwa materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep dasar yang harus dipelajari di materi hidrolisis garam terbagi menjadi tiga yaitu pengertian garam dan hidrolisis garam di dalam air, sifat dan jenis garam, serta perhitungan nilai pH larutan garam. a. Pengertian Garam dan Hidrolisis Garam di dalam Air

Berdasarkan fakta yang ada secara umum, garam dapur dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai salah satu jenis bahan pokok yang fungsinya untuk menambah cita rasa. Dalam bidang kimia, garam dapur dikenal dengan nama Natrium Klorida (NaCl). Pada umumnya NaCl memiliki pH netral yaitu 7 karena berasal dari asam kuat dan basa kuat yang cenderung tidak terhidrolisis (Muchson ddk., 2018). Proses reaksi hidrolisis melibatkan ion-ion dari zat tertentu dengan adanya proses penambahan air. Garam pada dasarnya merupakan senyawa elektrolit, jika dilarutkan dalam air nantinya akan terionisasi membentuk kation hidrogen dan anion hidroksida dengan reaksi sebagai berikut.

(25)

garam bersifat netral dan secara umum larut atau terhidrolisis sempurna di dalam air. Pendapat tersebut didukung dengan pendapat dari Sastrohamidjojo (2010) yaitu reaksi yang terjadi pada materi hidrolisis garam tidak hanya menghasilkan larutan yang bersifat netral, tetapi terdapat tiga kemungkinan bila garam dilarutkan dalam air, yaitu bersifat asam, basa, dan netral. Garam yang tersusun dari reaksi asam kuat dan basa lemah menghasilkan ion H+. Garam yang

tersusun dari reaksi basa kuat dan asam lemah menghasilkan ion OH

-. Garam yang tersusun dari basa kuat dan asam kuat tidak mengalami hidrolisis garam dan bersifat netral. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang garam yang terhidrolisis dan tidak, dapat digunakan pengujian sifat garam dengan menggunakan kertas lakmus berdasarkan perubahan warna yang terjadi. Lakmus merah tetap merah dan lakmus biru menjadi merah menandakan larutan garam bersifat asam, sedangkan lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru tetap biru menandakan larutan garam bersifat basa, sedangkan jika tidak terdapat perubahan warna, menandakan bahwa larutan garam bersifat netral (Azizah dan Cahyono, 2019).

c. Perhitungan Nilai pH Larutan Garam

Setelah mengetahui sifat dan jenis garam, selanjutnya masuk pada tahapan reaksi hidrolisis garam. Terdapat empat reaksi campuran hidrolisis garam.

(26)

1) Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis, contohnya KCl. KCl terionisasi secara sempurna di dalam air dan membentuk ion K+ dan Cl- (Kamiludin dan Suprohatiningrung,

2010). Contohnya KCl, reaksinya sebagai berikut. KCl(aq) → K+(aq) + Cl-(aq)

K+(aq)+ H2O(l) → (Tidak bereaksi)

Cl-(aq)+ H

2O(l)→ (Tidak bereaksi)

2) Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial atau sebagian, contohnya CH3COONa. CH3COONa terionisasi dan membentuk Na+ dan

CH3COO-. Dalam hal ini Na+ tidak bereaksi dengan air dan

CH3COO- bereaksi dengan air (Chang, 2004). Contohnya

CH3COONa, reaksinya sebagai berikut.

CH3COONa(aq)→ Na+(aq) + CH3COO–(aq)

Na+(aq)+ H

2O(l) → (Tidak bereaksi)

CH3COO-(aq)+ H2O(l)→ CH3COOH(aq)+ OH-(aq)

Reaksi hidrolisis garam yang berlangsung menghasilkan ion OH

-dengan sifat basa dan pH lebih dari 7. Perhitungan pH larutan dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

[OH−] = √K𝑤

K𝑎

× M × n Keterangan:

Kw = tetapan kesetimbangan air (1x10-14)

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

M = konsentrasi anion yang terhidrolisis n = jumlah anion lemah

3) Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial atau sebagian, contohnya NH4Cl.

(27)

Cl-(aq)+ H

2O(l)→ (Tidak bereaksi)

Reaksi hidrolisis garam yang berlangsung menghasilkan ion H+

dengan sifat asam dan pH kurang dari 7. Perhitungan pH larutan dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

[H+] = √K𝑤

K𝑏

× M × n Keterangan:

Kw = tetapan kesetimbangan air (1x10-14)

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

M = konsentrasi anion yang terhidrolisis n = jumlah kation lemah

4) Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total di dalam air, contohnya CH3COONH4.

CH3COONH4 adalah garam yang berasal dari asam lemah yaitu

CH3COOH dan basa kuat yaitu NH4OH yang nantinya mampu

terionisasi membentuk NH4+ dan CH3COO-. NH4+ dan CH3COO

-keduanya bereaksi dengan air (Watoni, 2014). Contohnya CH3COONH4, reaksinya sebagai berikut:

CH3COONH4(aq)⇌ NH4+(aq) + CH3COO-(aq)

NH4+(aq)+ H2O(l)→ NH3(aq) + H3O+(aq)

CH3COO-(aq)+ H2O(l)→ CH3COOH(aq)+ OH-(aq)

Reaksi Hidrolisis garam yang berlangsung menghasilkan ion H3O+ dan OH- sehingga larutan tersebut bersifat asam atau basa

tergantung dari harga Ka dan Kb, dengan ketentuan

(28)

b. Jika nilai Ka > Kb maka larutan bersifat asam (pH<7)

c. Jika nilai Ka = Kb maka larutan bersifat netral (pH=7)

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka nilai pH suatu larutan dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.

[H+] = √K𝑤 K𝑏

× K𝑎 Keterangan:

Kw = tetapan kesetimbangan air (1,0x10-14)

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

B. Penelitian yang Relevan

Pengembangan multimedia interaktif menggunakan suatu program tertentu pernah dilakukan oleh (Ditama dkk., 2015). Menurut (Ditama dkk., 2015) pengembangan suatu multimedia pembelajaran kimia pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan software Adobe Flash sebagai sumber belajar mandiri perlu dilakukan untuk mengoptimalkan variasi pemanfaatan media pembelajaran yang interaktif. Tahapan penelitian yang dilakukan menggunakan metode R&D dengan 10 tahapan Borg and Gall (2003). Metode pengumpulan data yang digunakan berupa hasil angket media, hasil angket materi, hasil angket guru, dan hasil angket siswa yang merupakan data kualitatif. Hasil yang diperoleh yaitu multimedia yang dikembangkan layak digunakan sebagai salah satu bahan ajar yang interaktif guna menunjang proses pembelajaran di kelas.

Pengembangan e-modul kimia sudah pernah dilakukan oleh Nugroho dkk., (2017). Menurut Nugroho dkk., (2017) pengembangan e-modul kimia harus dibarengi dengan model pengembangan tertentu seperti berbasis problem solving dengan menggunakan aplikasi tertentu seperti moodle. Penelitian yang dilakukan menggunakan pengembangan R&D yang terdiri dari 10 tahap yang dikuti menjadi 9 tahap mulai dari pengumpulan informasi hingga revisi produk akhir. Hasil yang diperoleh yaitu produk yang dikembangkan dapat dikatakan

(29)

juga efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode R&D dari Borg and Gall. Tahap pengaplikasian prototype merupakan langkah paling penting untuk mengumpulkan data secara akurat. Hasil yang diperoleh adalah produk final berupa e-modul dalam bentuk flipbook dengan aplikasi Flipbook Makers.

Pengembangan e-modul dalam bentuk flipbook pernah dilakukan oleh Salsabila dan Nurjayadi (2019). Salsabila dan Nurjayadi (2019) menyatakan bahwa e-modul mampu menjadi salah satu alternatif penggunaan multimeda yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran yang sifatnya lebih efektif, lebih mudah dipahami, dan lebih menyenangkan. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode R&D dengan tahapan Borg and Gall (2003) dimulai dari tahapan analisis kebutuhan awal dari pencarian informasi, perancangan, pengembangan e-modul awal, uji validasi, revisi e-modul dari hasil uji validasi ahli, ujicoba skala kecil, revisi e-modul dari uji skala kecil, ujicoba skala besar, dan revisi akhir e-modul. Tahapan yang sama adalah analisis kebutuhan awal dari pencarian informasi, perancangan, pengembangan e-modul awal, uji validasi, revisi e-modul dari hasil uji validasi ahli, ujicoba skala kecil. Hasil yang diperoleh produk berupa e-modul pada materi kimia unsur dapat dikatakan baik selaku untuk diujicobakan.

Pengembangan media sains dalam bentuk flipbook berbasis kontekstual pernah dilakukan oleh (Aprilia, 2021). Menurut (Aprilia, 2021) pengembangan media sains dalam bentuk flipbook berbasis kontekstual sangat penting pengimplementasiannya dalam proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan digunakan perbandingan nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui efektivitas media sains flipbook yang digunakan. Hasil yang diperoleh media sains flipbook berbasis

(30)

kontekstual dapat dikatakan sebagai jenis multimultimedia yang efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis, karena mampu menimbulkan minat belajar dan menaikkan motivasi belajar peserta didik.

Dari lima penelitian yang relevan yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa penelitian pengembangan e-modul dalam bentuk flipbook masih berpotensi untuk dilakukan. Penelitian yang dilakukan adalah tentang pengembangan e-modul berbasis kontekstual dalam bentuk flipbook menggunakan aplikasi Paperturn pada materi hidrolisis garam. E-modul yang dikembangkan disesuaikan dengan tahap pengembangan R&D menurut Borg and Gall (2003) dengan adaptasi lima tahapan penting mulai dari tahap pengumpulan informasi hingga tahapan revisi produk. E-modul yang dikembangkan juga melalui rangkaian pengujian sebelum dapat dikatakan valid, efektif, dan praktis.

C. Kerangka Berpikir

Pada proses awal pengumpulan informasi, menurut guru kimia di SMA 2 Bantul bahwa beberapa guru sudah mulai untuk mempelajari cara pengoperasian e-modul dan guru menilai bahwa e-modul lebih praktis dan menarik jika dibandingkan dengan modul ajar cetak. Pada prosesnya ternyata, aplikasi e-modul kimia belum pernah dikembangkan di kelas XI, terlebih lagi terkendala pembelajaran daring yang mengharuskan guru untuk mampu mempersiapkan materi ajar secara praktis dan cepat. Perlu adanya inovasi pembelajaran terbaru berupa e-modul berbasis kontekstual untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik di kelas XI.

Menurut guru SMA Negeri 2 Bantul salah satu materi yang dianggap sulit adalah materi hidrolisis garam. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menangani masalah tersebut yaitu adanya pengembangan e-modul berupa flipbook berbasis kontekstual pada materi hidrolisis garam. Penelitian dilakukan dengan metode desain pengembangan R&D dari model Borg and Gall (2003). Hasil yang diharapkan yaitu didapatkan e-modul berupa flipbook

(31)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Dilakukan pengembangan e-modul berbentuk flipbook dengan model pengembangan Borg and Gall (2003)

Hasil yang diperoleh produk e-modul dapat dikatakan valid, efektif, dan praktis

(32)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau yang dikenal dengan Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010) R&D merupakan suatu proses pengembangan produk yang tujuannya mengembangkan atau menyempurnakan produk yang telah ada untuk mempermudah suatu proses pembelajaran.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian pengembangan dari model Borg and Gall (2003). Menurut Borg and Gall (2003) suatu penelitian pengembangan merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan. Pengembangan R&D menurut Borg and Gall (2003), terdiri atas sepuluh tahapan yaitu (1) pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) uji coba terbatas, (5) revisi produk, (6) uji lapangan utama, (7) revisi produk operasional, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi produk akhir, (10) diseminasi dan implementasi. Namun, penelitian yang dilakukan hanya mengadopsi lima tahapan, yaitu tahap pengumpulan informasi hingga tahap revisi produk. Desain penelitian yang dilakukan dapat ditunjukkan pada Gambar 3.1.

(33)

Gambar 3.1. Desain Penelitian diadaptasi dari Borg and Gall (2003). 1. Pengumpulan Informasi

Penelitian diawali dengan proses pengumpulan informasi seputar produk yang dikembangkan. Dasar penelitian yang dilakukan diawali dengan analisis kebutuhan awal dengan cara melakukan wawancara di dua sekolah yang berbeda. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pokok permasalahan yang sedang dihadapi selama pembelajaran daring. Setelah proses pengumpulan informasi dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis konsep dari berbagai literatur untuk memperkuat ide pengembangan. Pengembangan yang dilakukan yaitu mengembangkan bahan ajar berupa e-modul dalam bentuk flipbook.

2. Perencanaan

Tahapan perencanaan meliputi tiga analisis secara garis besar, yaitu analisis kebutuhan awal, analisis konten, dan analisis kelayakan.

a. Analisis kebutuhan awal meliputi analisis silabus dan analisis RPP. Analsis silabus dan RPP digunakan untuk mengetahui bagian penting isi e-modul meliputi Kompetensi Inti (KI), Kompetesi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sumber acuan.

Pengembangan Produk

Uji Coba Terbatas

(34)

b. Analisis konten meliputi analisis hal-hal penting penyusunan e-modul. Hal yang perlu ada adalah penyusunan kerangka e-modul meliputi halaman sampul depan, kata pengantar, sistematika e-modul, pendahuluan, peta konsep, materi inti pembelajaran, evaluasi, glosarium, dan halaman sampul belakang.

c. Analisis kelayakan merupakan analisis pembuatan produk e-modul yang baik dan benar. Produk yang layak digunakan harus memenuhi kriteria valid, efektif, dan praktis. Ketiga kriteria tersebut masuk dalam kriteria kualitas hasil penelitian pengembangan menurut Akker (1999) dan kriteria kualitas produk menurut Nieveen (1999). E-modul dapat dikatakan valid setelah melewati rangkaian validasi dari validator ahli, dan dapat dikatakan efektif setelah melalui pengujian berdasarkan hasil belajar peserta didik, serta dapat dikatakan praktis berdasarkan hasil respon peserta didik (Rochmad, 2012).

3. Pengembangan Produk

Tahapan pengembangan produk dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu penyusunan kerangka e-modul, penyusunan komponen inti e-modul, dan publikasi e-modul.

a. Menurut Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2017) bagian penyusunan kerangka e-modul meliputi perumusan unit modul dan perumusan judul modul. Komponen yang terdapat dalam e-modul, yaitu halaman sampul depan, kata pengantar, daftar isi, peta konsep, pendahuluan, kegiatan inti pembelajaran, glosarium, daftar pustaka, biodata penulis, dan halaman sampul belakang (Direktorat pembinaan SMA, 2017). Pendahuluan terdiri atas KD, IPK, serta petunjuk penggunaan e-modul. Kegiatan pembelajaran di dalamnya terdapat motivasi, uraian materi yang terdiri dari beberapa sub topik, evaluasi, dan latihan.

b. Dalam penyusunan komponen inti e-modul harus menyertakan ciri khas kontekstual. Kontekstual terdiri atas tujuh aspek yaitu konstruktivisme, inkuiri, kemampuan bertanya, masyarakat belajar,

(35)

c. Publikasi e-modul dilakukan dengan cara menyusun dokumen (.doc), selanjutnya diubah dalam bentuk dokumen (.pdf) dan dimasukkan dalam aplikasi Paperturn dengan bentuk akhir flipbook.

Pada tahap pengembangan produk, dilakukan validasi produk oleh validator. Proses validasi dilakukan untuk menentukan validitas produk dan memperbaiki produk berdasarkan saran yang diberikan. Produk yang telah diperbaiki dapat dijicobakan kepada peserta didik. 4. Uji Coba Terbatas

Produk yang telah divalidasi dan diperbaiki sesuai dengan saran validator diujicobakan dengan skala terbatas. Uji coba terbatas dilakukan di SMA Negeri 2 Bantul. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data nilai pretest dan posttest, jawaban soal dalam e-modul, serta data angket respon. 5. Revisi Produk

Tahapan revisi produk dilakukan setelah uji coba skala terbatas berdasarkan komentar yang terdapat dalam angket respon peserta didik.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengembangan e-modul berbasis kontekstual menggunakan flipboook pada materi hidrolisis garam untuk peserta didik di kelas XI.

D. Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik di kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Bantul. Sampel dipilih dengan teknik simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak pada populasi yang homogen dengan cara perhitungan SPSS dari nilai

(36)

ulangan harian peserta didik pada materi hidrolisis garam. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut digunakan sampel sebanyak 19 pada kelas XI MIPA 1.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan November 2020 - Mei 2021. Uji coba terbatas dilakukan pada bulan April 2021 - Mei 2021 menggunakan Zoom selama dua pertemuan. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Bantul.

F. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber. Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara, yaitu penggunaan pedoman wawancara dan pertanyaan wawancara. Pedoman wawancara dan pertanyaan wawancara dibuat sesuai dengan kebutuhan data penelitian yang ingin diperoleh. Data yang ingin diperoleh adalah kurikulum yang digunakan di sekolah, masalah kesulitan belajar yang dihadapi selama pandemi, penerapan media pembelajaran, penerapan pembelajaran kontekstual, dan penerapan modul ajar di sekolah selama masa pandemi. 2. Tes

Metode tes digunakan untuk menilai keberhasilan belajar peserta didik. Tes digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar. Tes yang digunakan dalam pengambilan data berupa soal pretest dan posttest dan juga pemberian tugas pada aktivitas belajar dua dan tiga dalam e-modul. Data yang ingin diperoleh dari pemberian tugas yaitu kemampuan kognitif peserta didik.

3. Non Tes a. Observasi

Observasi dipersiapkan bagi para observer untuk mengamati secara langsung subjek penelitian yang dituju. Data yang ingin diperoleh

(37)

respon peserta didik untuk mengetahui pendapat peserta didik setelah diberikan pembelajaran mandiri dengan e-modul berbasis kontekstual dalam bentuk flipbook pada materi hidrolisis garam. Data yang diharapkan dalam pemberian lembar angket respon adalah informasi mengenai kepraktisan penggunaan e-modul. Kepraktisan tersebut diperoleh dari rasa keingintahuan peserta didik melalui komponen-komponen isi dalam e-modul.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010) instrumen merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam mengumpulkan sejumlah data dengan tujuan untuk mencapai tujuan penelitian. Selain mempermudah pekerjaan, instrumen yang baik mampu mengumpulkan data secara lengkap, cermat, dan sistematis.

1. Lembar Wawancara

Lembar wawancara dibuat untuk mengetahui informasi secara langsung dari narasumber. Lembar wawancara terdiri dari beberapa aspek pertanyaan mengenai kurikulum, silabus, pengalaman mengajar narasumber, KD, model pembelajaran, metode pembelajaran yang diterapkan, media pembelajaran, dan aplikasi penggunaan media pembelajaran selama masa pandemi. Kisi-kisi lembar wawancara ditunjukkan pada Lampiran 3.

2. Lembar Validasi

Lembar validasi diberikan kepada validator dengan beberapa aspek terukur. Lembar validasi menggunakan skala likert dengan kriteria yang telah ditentukan. Lembar validasi dalam penelitian terdiri dari 6 lembar, yaitu lembar validasi produk meliputi media dan materi, lembar validasi

(38)

soal pretest dan posttest, lembar validasi soal di dalam e-modul, lembar validasi observasi, serta lembar validasi angket respon peserta didik. a. Lembar Validasi Produk untuk Media dan Materi

Instrumen penelitian pada lembar validasi produk terbagi menjadi dua bagian, yaitu lembar validasi komponen media dan materi. Lembar validasi produk ini digunakan untuk mengetahui pendapat ahli materi dan media mengenai kelayakan produk yang telah dikembangkan. Aspek yang terukur pada lembar validasi komponen media adalah aspek kualitas produk, kualitas penggunaan, kualitas managemen produk, dan kualitas penerapan produk (Rusdi, 2018). Aspek yang terukur pada lembar validasi komponen materi adalah kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa (Subagia dan Wiratma, 2016), dan kontekstual (Suyanti, 2010). Skala likert dapat ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skala Likert (Sugiyono, 2012)

Skor Kriteria Lembar Validasi

5 Sangat baik

4 Baik

3 Cukup

2 Kurang

1 Sangat Kurang

Kisi-kisi lembar validasi produk media ditunjukkan pada Lampiran 6 dan kisi-kisi lembar validasi produk materi ditunjukkan pada Lampiran 8.

b. Lembar Validasi Soal Pretest dan Posttest

Instrumen penilaian lembar validasi butir soal pretest dan posttest dibuat untuk mengetahui kelayakan soal pretest dan posttest. Aspek yang terukur adalah kesesuaian butir soal, kejelasan butir soal, ketepatan butir soal dan isi, dan kesederhanaan penggunaan bahasa dalam membuat butir soal (Munadi, 2011). Cara menilai hasil lembar validasi soal pretest dan posttest menggunakan skala likert. Rentang yang digunakan, yaitu (5) sangat baik; (4) baik; (3) cukup; (2) kurang; dan (1) sangat kurang dan ditunjukkan pada Tabel 3.1. Kisi-kisi

(39)

diberikan oleh validator terhadap soal pada aktivitas belajar. Aspek yang terukur adalah kesesuaian soal, kejelasan soal, ketepatan kata tanya atau perintah, dan kesederhanaan penggunaan bahasa (Munadi, 2011). Cara menilai hasil lembar validasi soal di dalam e-modul menggunakan skala likert. Rentang yang digunakan, yaitu (5) sangat baik; (4) baik; (3) cukup; (2) kurang; dan (1) sangat kurang dan ditunjukkan pada Tabel 3.1.

d. Lembar Validasi untuk Lembar Observasi

Lembar validasi untuk lembar observasi digunakan dalam mengukur kelayakan lembar observasi yang berkaitan dengan ranah afektif dan psikomotor peserta didik. Aspek yang dinilai dalam instrumen lembar validasi observasi adalah petunjuk pengisian lembar angket, cakupan angket, pendukung, dan bahasa yang digunakan (Mukholifah dkk., 2020). Cara menilai hasil lembar validasi untuk lembar observasi menggunakan skala likert. Rentang yang digunakan, yaitu (5) sangat baik; (4) baik; (3) cukup; (2) kurang; dan (1) sangat kurang dan ditunjukkan pada Tabel 3.1. Kisi-kisi lembar validasi lembar observasi ditunjukkan pada Lampiran 12.

e. Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik

Lembar validasi angket respon peserta didik digunakan untuk mengetahui kelayakan dan pendapat validator ahli terhadap lembar angket respon yang telah dibuat, sebelum diberikan kepada peserta didik. Aspek yang terukur adalah kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa (Subagia dan Wiratma, 2016). Cara menilai hasil lembar validasi produk media dan materi menggunakan skala likert. Retang yang digunakan, yaitu (5) sangat baik; (4) baik; (3) cukup; (2)

(40)

kurang; dan (1) sangat kurang dan ditunjukkan pada Tabel 3.1. Kisi-kisi lembar validasi angket respon peserta didik ditunjukkan pada Lampiran 14.

3. Lembar Soal di dalam E-Modul a. Aktivitas Belajar Satu

Aktivitas belajar satu digunakan untuk menilai ranah afektif dan psikomotor dari peserta didik berdasarkan pembuatan portofolio. Aspek penilaian yang terukur pada aktivitas belajar satu adalah kelengkapan materi dan penulisan materi (Segara, 2014). Cara menilai hasil belajar peserta didik pada kegiatan satu yaitu dengan menggunakan pedoman penskoran yang ditunjukkan pada Lampiran 16.

b. Aktivitas Belajar 2

Aktivitas belajar dua digunakan untuk menilai ranah psikomotor peserta didik. Aspek yang dinilai pada aktivitas belajar dua adalah kata kunci, hubungan kata pada cabang utama dengan cabang lainnya, dan desain yang dibuat (Hartantio, 2014). Cara penilaian pada aktivitas belajar dua menggunakan pedoman penskoran yang ditunjukkan pada Lampiran 18.

c. Aktivitas Belajar 3

Aktivitas belajar tiga digunakan untuk menilai ranah kognitif peserta didik. Aspek penilaian pada aktivitas belajar tiga meliputi beberapa aspek terukur seperti kesesuaian, kejelasan, kebenaran, dan kesederhanaan bahasa (Munadi, 2011). Cara analisis data yang dilakukan ditunjukkan pada Lampiran 20.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi dibuat untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada aktivitas belajar satu. Aspek penilaian dalam lembar observasi adalah penilaian afektif dan psikomotor (Atherton, 2013). Ranah afektif dapat dilihat dari cara peserta didik menghargai dan memberikan pendapat, serta ketika bertanya seputar presentasi dari kelompok yang

(41)

Tabel 3.1. Lembar observasi ditunjukkan pada Lampiran 13. 5. Lembar Angket Respon

Lembar angket respon digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap penggunaan e-modul yang diberikan. Aspek yang terukur pada lembar angket repon adalah aspek kognitif, afektif, kontekstual, dan psikomotor. Cara menilai hasil lembar angket respon peserta didik menggunakan skala likert. Rentang yang digunakan, yaitu (5) sangat baik; (4) baik; (3) cukup; (2) kurang; dan (1) sangat kurang dan ditunjukkan pada Tabel 3.1. Lembar angket respon ditunjukkan pada Lampiran 15. H. Metode Analisis Data

1. Analisis Hasil Wawancara

Analisis hasil wawancara dilakukan untuk mengetahui suatu permasalahan berdasarkan hasil wawancara dari narasumber. Analisis hasil wawancara dilakukan secara deskriptif kualitatif.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan distribusi data yang digunakan. Suatu data dapat dikatakan homogen jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Sebaliknya distribusi data dapat dikatakan tidak homogen jika nilai signifikasinya kurang dari 0,05 (Sanusi, 2016). 3. Analisis Hasil Validasi

Analisis hasil validasi dibuat untuk mengetahui validitas produk dan instrumen penelitian berdasarkan penilaian validator (Mukholifah dkk., 2020).

(42)

a. Analisis Lembar Validasi Produk Materi dan Media

Analisis lembar validasi produk media dan materi digunakan untuk mengetahui kelayakan produk e-modul dari segi media dan materi. Analisis yang dilakukan dihitung dengan menggunakan rumus

Persentase jawaban =∑ penilaian setiap aspek

∑ validator × 100%

(Sudjana, 2005). Setelah dilakukan analisis secara kuantitatif, hasil yang diperoleh berupa persentase angka, dikonversikan secara kualitatif ke dalam skala kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Analisis Hasil Lembar Validasi Media dan Materi (Nieveen, 1999) Persentase (%) Kriteria 80 – 100 Sangat tinggi 60 – 80 Tinggi 40 - 60 Sedang 20 - 40 Rendah 0 – 20 Sangat rendah

Berdasarkan Tabel 3.2, produk media dan materi dapat dikatakan valid ketika kriteria yang diperoleh berada pada rentang minimal tinggi (Nieveen, 1999). Analisis hasil lembar validasi produk media dan materi ditunjukkan pada Lampiran 27 – Lampiran 34.

b. Analisis Hasil Lembar Validasi Pretest dan Posttest

Analisis lembar validasi pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui kelayakan butir soal pretest dan posttest yang digunakan. Analisis yang dilakukan dihitung dengan rumus

ρ = ∑ x

∑ x i x 100% Keterangan:

ρ = presentase validitas data

∑x = jumlah keseluruhan jawaban dalam seluruh item

∑xi = jumlah keseluruhan nilai ideal dalam seluruh item

(43)

pencapaian

81% – 100% Sangat Baik Sangat valid

61% – 80% Baik Valid

41% – 60% Cukup Cukup valid

21% – 40% Kurang Baik Kurang valid

0% – 20% Sangat Kurang Baik Tidak valid Analisis hasil lembar soal pretest dan posttest ditunjukkan pada Lampiran 35; Lampiran 36; Lampiran 37; Lampiran 38.

c. Analisis Hasil Lembar Validasi Soal di dalam E-Modul

Analisis hasil lembar validasi soal di dalam e-modul digunakan untuk mengetahui kelayakan dari tiga soal dalam aktivitas belajar yang tercantum di dalam e-modul. Analisis yang dilakukan dihitung dengan rumus

Persentase jawaban =∑ penilaian setiap aspek

∑ validator × 100%

(Sudjana, 2005) Hasil rekapitulasi penilaian lembar validasi soal di dalam e-modul dianalisis secara kuantitatif, kemudian dikonversi ke dalam kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Analisis Hasil Lembar Validasi Soal di dalam E-Modul

Persentase Kriteria 80 ≤ X ≤ 100 Sangat valid 60 ≤ X ≤ 80 Valid 40 ≤ X ≤ 60 Cukup valid 20 ≤ X ≤ 40 Kurang valid 0 ≤ X ≤ 20 Tidak valid

Analisis hasil soal di dalam e-modul ditunjukkan pada Lampiran 39; Lampiran 40; Lampiran 41; Lampiran 42.

(44)

d. Analisis Hasil Lembar Validasi untuk Lembar Observasi

Analisis hasil validasi lembar observasi digunakan untuk mengetahui kelayakan lembar observasi sebelum digunakan untuk mengamati hasil belajar peserta didik. Analisis yang dilakukan dihitung dengan menggunakan rumus

ρ = ∑ x

∑ xi x 100% Keterangan:

ρ = presentase validitas data

∑x = jumlah keseluruhan jawaban dalam seluruh item

∑xi = jumlah keseluruhan nilai ideal dalam seluruh item

100% = konstanta penilaian

Berdasarkan persentase yang didapatkan, hasil analisis data yang diperoleh dikonversi secara kualitatif dan ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Analisis Hasil Lembar Validasi untuk Lembar Observasi (Widoyoko, 2009) Persentase Kriteria 80 ≤ X ≤ 100 Sangat valid 60 ≤ X ≤ 80 Valid 40 ≤ X ≤ 60 Cukup valid 20 ≤ X ≤ 40 Kurang valid 0 ≤ X ≤ 20 Tidak valid

Analisis hasil lembar observasi ditunjukkan pada Lampiran 43; Lampiran 44; Lampiran 45; Lampiran 46.

e. Analisis Hasil Lembar Validasi untuk Angket Respon

Analisis hasil lembar validasi angket respon digunakan untuk mengetahui kelayakan lembar angket respon sebelum diberikan kepada peserta didik. Hasil lembar validasi angket respon peserta didik dapat dihitung dengan menggunakan rumus

𝜌 = ∑ 𝑥

∑ 𝑥 𝑖 𝑥 100% Keterangan:

ρ = presentase validitas data

(45)

Tabel 3.6. Analisis Hasil Lembar Validasi untuk Angket Respon (Arikunto, 2013)

Tingkat pencapaian Kriteria

81% – 100% Sangat valid

61% – 80% Valid

41% – 60% Cukup valid

21% – 40% Kurang valid

0% – 20% Tidak valid

Analisis hasil lembar observasi ditunjukkan pada Lampiran 47; Lampiran 48; Lampiran 49; Lampiran 50.

4. Analisis Jawaban Pretest dan Posttest

Analisis jawaban pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui perolehan nilai peserta didik dari pengerjaan soal yang diberikan. Analisis yang dilakukan menggunakan Microsoft Excel dengan rumus

Nilai peserta didik =∑ nilai yang diperoleh peserta didik nilai maksimal

Data analisis yang telah diperoleh akan digunakan untuk proses perhitungan lanjutan menggunakan pengujian gain ternormalisasi (N-Gain). Rekapitulasi hasil perhitungan nilai pretest dan posttest ditunjukkan pada Lampiran 57.

5. Analisis Uji Gain Ternormalisasi (N-Gain)

Uji N-Gain merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui perolehan nilai skor Gain dari setiap peserta didik. Uji N-Gain dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik setelah belajar secara mandiri menggunakan produk e-modul yang dikembangkan. Hasil belajar tersebut diperoleh dari nilai pretest dan posttest peserta didik yang nantinya akan dikategorikan dalam kriteria efektivitas (Nashiroh dkk., 2020). Dalam pengujian tersebut dapat diketahui dengan rumus

Gambar

Gambar  2.1. Kerangka  Berpikir  Penelitian
Gambar  3.1. Desain  Penelitian  diadaptasi  dari  Borg  and Gall  (2003).
Tabel  3.1. Skala  Likert (Sugiyono,  2012)
Tabel  3.1. Lembar  observasi  ditunjukkan  pada Lampiran  13.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan bahan ajar modul ini bertujuan untuk memperoleh bahan ajar modul berbasis kontekstual yang sesuai dengan kriteria penilaian BSNP dan mengetahui hasil belajar siswa

Pengembangan modul ini bertujuan untuk memperoleh modul berbasis Project Based Learning (PjBL) yang sesuai dengan kriteria penilaian BSNP, mengetahui hasil belajar

adalah 84,83% (Sangat Baik). Untuk uji kepraktisan E-Modul yang dikembangkan. Dengan demikian E-Modul listrik statis berbasis kontekstual sudah dapat dikatakan valid,

Hasil dari evaluasi siswa memperoleh rata-rata 94,4% sehingga pengembangan e-modul berbantuan kvisoft flipbook maker berbasis pendekatan saintifik pada materi

Tujuan penelitian yang akan dicapai dari rumusan permasalahan diatas yaitu menghasilkan produk bahan ajar berupa e-modul berbasis kontekstual mata pelajaran

Peneliti berharp dengan adanya review pada penelitian sebelumnya dalam pengembangan e-modul berbsis kvisoft flipbook maker khususnya di SD, guru dapat berinovasi mengembangankan bahan

E-modul sangat sering digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran Umbu, 2019 E-modul yang dikembangkan adalah berbasis flipbook maker telah dilakukan pada

Pada tahap development dilakukan proses validasi media pembelajaran berupa E-Modul berbasis flipbook dengan cara melakukan validasi ke validator yang memiliki keahlian di aspek yang