• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Minat Beli

a. Pengertian Minat Beli

Ghalandri dan Norouzi (2012) mendefinisikan minat beli konsumen sebagai kemungkinan konsumen dalam memilih suatu merek kategori produk suatu dalam situasi pembelian tertentu Pengertian minat beli menurut Setiawan dan Ihwan (2004) terdapat beberapa pengertian, yaitu:

a. Minat beli mengarah kepada individu yang memiliki kemauan untuk membeli,

b. Minat beli juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur keinginan seseorang dalam membeli,

c. Minat beli berhubungan dengan perilaku pembelian yang dilakukan secara terus menerus Kotler dan Keller (2012) mengungkapkan bahwa factor faktor yang mempengaruhi minat beli terdiri dari dua factor eksternal, yaitu perilaku orang lain dan situasi tidak terduga. Minat dianggap sebagai rangsangan internal yang kuat dan memotivasi tindakan. Minat beli berawal dari ketertarikan dan keinginan konsumen untuk membelu suatu produk. Minat beli diperoleh dari

(2)

suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seseorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada di dalam benaknya itu. Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen menurut Kotler (2005):

a. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang kana bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

b. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat mengubah pendirian konsumen dalam melakukan pembelian. Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut dapat membuat lima sub keputusan pembelian, yaitu keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, serta keputusan metode pembayaran. Menurut Ferdinan (2006), minat beli dapat diidentifikasikan melalui indikator-indikator minat transaksional, minat refrensial, minat preferensial dan minat eksploratif.

(3)

2. Green Marketing

a. Pengertian Green Marketing

Green marketing atau environment marketing mulai berkembang

sejalan dengan mulai banyaknya masyarakat yang sadar akan menurunnya kualitas lingkungan sehingga masyarakat mulai menuntut pertanggungjawaban dari pelaku bisnis, terutama yang menghasilkan produk yang memungkinkan untuk merusak lingkungan. Dalam literatur yang ada, konsep green marketing merupakan variasi terminologi dari environmental marketing, ecological marketing, green

marketing, sustainable marketing, greener marketing (Prakash, 2002),

dan social marketing.

Hawkins and Mothershaugh (2010) mendefinisikan green

marketing adalah suatu proses pemasaran produk-produk yang

diasumsikan aman terhadap lingkungan. Green marketing dapat dikatakan tidak sekedar menawarkan produk yang hanya ramah lingkungan, tetapi juga mencakup proses produksi, pergantian

packaging, serta aktivitas modifikasi produk.

The American Marketing Associate (AMA) dalam Ramadhan

(2017) mendefinisikan green marketing sebagai kegiatan memasarkan produk dengan cara ramah lingkungan, termasuk modifikasi produk, merubah proses produksi, mengubah kemasan bahkan melakukan perubahan cara promosi. Green marketing dapat dikatakan tidak

(4)

sekedar menawarkan produk yang hanya ramah lingkungan, tetapi juga mencakup proses produksi, pergantian packaging, serta aktivitas modifikasi produk.

Septifani et al. (2014) mendefinisikan green marketing sebagai upaya upaya stratejik yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang ramah lingkungan kepada konsumen. Sementara Almuarief, (2016) Green Marketing adalah Konsistensi dari semua aktifitas yang mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan kebutuhan dan keinginan manusia, dengan tidak menimbulkan dampak pada lingkungan alam.

b. Keunggulan Green Marketing

Haryadi (2009) mengatakan bahwa perusahaan akan memperoleh solusi pada tantangan lingkungan melalui strategi marketing, produk, dan pelayanan agar dapat tetap kompetitif. Hal ini termasuk pada:

1) Teknologi baru untuk menangani limbah dan polusi udara.

2) Standarisasi produk untuk menjamin produk yang ramah lingkungan

3) Menyediakan produk yang benar-benar‟ alami.

4) Orientasi produk lewat konservasi sumber daya dan yang lebih memperhatikan kesehatan. Solusi ini memastikan peran serta perusahaan dalam memahami kebutuhan masyarakat dan sebagai

(5)

kesempatan perusahaan untuk mencapai keunggulan dalam industri (Haryadi, 2009).

Mereka juga menggunakannya sebagai kesempatan potensial untuk perkembangan produk atau pelayanan. Walaupun demikian, banyak juga yang memandang perubahan tersebut sebagai ancaman atau sesuatu yang potensial menambah pengeluaran perusahaan menurut Haryadi (2009), green marketing dianggap gagal karena tidak terbukti dapat mengatasi krisis. Di samping itu, seringkali di saat manajemen menginginkan perusahaan diarahkan agar memperhatikan masalah lingkungan, hal tersebut tidak dapat diterima oleh para pemegang saham (Haryadi, 2009).

c. Produk Ramah Lingkungan

Secara eksplisit, Joel Makower et al. dalam James Purnama (2014) menerangkan bahwa terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu produk ramah atau tidak terhadap lingkungan, yaitu:

a. Tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia

b. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di pabrik, digunakan atau dibuang.

c. Tingkat penggunaan jumlah energi dan sumber daya yang tidak proporsional selama di pabrik, digunakan atau dibuang.

(6)

d. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika kemasannya berlebihan atau untuk suatu penggunaan yang singkat.

e. Seberapa jauh produk melibatkan penggunaan yang tidak ada gunanya atau kejam terhadap lingkungan.

f. Penggunaan material yang berasal dari spesies atau lingkungan yang terancam.

d. Atribut Merek Hijau

Atribut merek hijau (green brand attribute) didefinisikan dengan atribut spesifik dan relasi manfaanya mengurangi dampak terhadap lingkungan serta persepsi merek tersebut bertema lingkungan (Purnama, 2014). Berkaitan dengan hal ini, pemasar perlu memberikan penjelasan detail berupa kalimat ataupun simbol simbol ramah lingkungan (green brand attribute), misalnya dalam cetakan kemasan produk, dalam kandungan produk, bahkan dalam proses produksi yang tercetak pada label hijau produknya.

Strategi atribut merek hijau berdasarkan fungsi utama merek hijau bertujuan untuk membangun asosiasi merek dengan menyampaikan informasi atribut produk bertema lingkungan. Strategi ini tergantung seberapa relevan keuntungan produk ramah lingkungan tersebut bila

(7)

dibandingkan dengan produk konvensional lainnya ditinjau dari proses produksi, manfaat an/atau eliminasi produk (Purnama, 2014).

e. Tantangan Green Marketing

Meskipun jargon dan pergerakan go green tengah meledak, banyak perusahaan yang masih enggan menggunakan strategi green

marketing. Hal ini dikarenakan produk ramah lingkungan pada

umumnya akan dijual lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Sedangkan mayoritas konsumen di Indonesia khususnya tidak ingin membayar lebih mahal untuk hal itu. Faktor harga tersebut bisa menjadi ancaman bagi keseimbangan antara pemasukkan dan pengeluaran. Selain soal harga di pasaran, tantangan lain yang akan timbul jika perusahaan menggunakan green marketing adalah soal perijinan atau biasa dikela dengan ISO (International Organization for

Standadization). Perusahaan membutuhkan investasi yang besar untuk

mendapatkan sertifikat tersebut.

f. Green Marketing Mix

Green marketing sebagai strategi baru dalam perusahaan

mengimplementasikan empat elemen dari bauran pemasaran (marketing mix). Hal ini sesuai pendapat dari Sumarwan et al. (2012) bahwa dalam mengadopsi dan mengimplementasikan strategi green

marketing, perusahaan harus mengintegrasikan ISO ekologis ke dalam marketing mix perusahaan McCharty dalam Kotler dan Keller (2012)

(8)

mengklasifikasikan bauran pemasaran dalam 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi).

Dimana yang menjadi perbedaan dengan green marketing mix dengan bauran pemasaran konvensional terletah pada pendekatan lingkungan. Perbedaan produk hasil green marketing bukan hanya terletak pada bahan baku yang digunakan. Green marketing dinilai dari produksi sampai dengan cara perusahaan menyediakan produk tanpa merusak lingkungan (Agustin et al. 2015). Hal inilah yang menjadi harapan untuk meningkatkan minat beli konsumen terhadap produknya.

Calon konsumen terlebih dahulu mencari informasi terkait dengan produk tersebut, sampai akhirnya nilai positif tersebut akan membuat konsmen untuk lebih menyukai dan ingin memiliki produk tersebut. pada tahap ini minat beli sudah mulai terbentuk dalam benak konsumen. Menurut Pride dan Farel dalam Haryadi (2009) menyebutkan bahwa green marketing juga bagian dari strategi korporat dari keseluruhan karena harus menerapkan bauran pemasaran konvensional (marketing mix) yang terdiri dari produk, harga, tempat atau saluran distribusi, dan promosi. Green marketing mix terdiri dari:

1) Produk Ramah Lingkungan

Suwarman et al. (2012) mengklasifikasikan produk ramah lingkungan adalah suatu produk yang menggunakan bahan bahan

(9)

aman bagi lingkungan, energi yang efisien, dan menggunakan bahan dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Proses produksi dilakukan dengan suatu cara untuk mengurangi dampak relatif terhadap pencemaran lingkungan, mulai dari produksi, saluran distribusi dan sampai dengan saat dikonsumsi.

2) Harga Premium

Triwari et al. (2012) berpendapat bahwa perusahaan yang menerapkan strategi green marketing akan menerapkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk pesaing yang sejenis. Factor yang menyebabkan harga produk ramah lingkungan lebih mahal adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pelaksanaan green marketing lebih tinggi karena untuk memperoleh sertifikasi (Arseculeratne and Yazdanifad, 2014).

3) Saluran Distribusi Ramah Lingkungan

Setiap perusahaan harus memutuskan cara agar produk tersedia bagi konsumen. Saluran distribusi yang ramah lingkungan harus memperhatikan kemudahan konsumen dalam memperoleh produk tanpa menghabiskan banyak tenaga dan bahan bakar. Beberapa perushaan yang menghasilkan produk ramah lingkungan menjual produk yang dihasilkan melalui distributor resmi untuk menjaga kualitas produk premium.

(10)

4) Promosi Ramah Lingkungan

Kunci utama dari strategi green marketing adalah kredibilitas. Promosi produk ramah lingkungan dapat mengubah kebiasaan konsumen, seperti contoh persepsi konsumen yang awalnya menggunakan kantong plastic menjadi menggunakan tas daur ulang yang dapat digunakan berkali-kali dan tidak merugikan lingkungan.

3. Brand Image

a. Pengertian Brand Image

Brand image adalah asosiasi yang aktif di memori ketika seseorang

berpikir tentang merek tertentu (Shimp, 2010). Brand image terdiri dari pengetahuan dan keyakinan konsumen tentang merek. Lebih dalam Kotler dan Keller (2012) mendefinisikan brand image sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu brand. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu brand sangat ditentukan oleh brand image tersebut, Kotler juga menambahkan bahwa brand image merupakan syarat dari

brand yang kuat. Merek juga melaksankan fungsi yang berharga bagi

perusahaan.

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai

(11)

mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari pesaing” maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.

Pembentukan brand image (citra merek) akan berpengaruh pada struktur keputusan pembelian konsumen, hal ini dikarenakan konsumen cenderung untuk melakukan pembelian pada perusahaan/produk yang mempunyai citra merek positif (Sutisna dan Pawitra, 2001:83). Konsumen cenderung untuk membeli produk dengan merek yang terkenal, hal ini dikarenakan adanya persepsi konsumen bahwa merek yang terkenal mempunyai kualitas yang baik dan dapat diandalkan dibanding dengan merek yang tidak terkenal (Mira Annisa 2016).

Keller (2012) menyebutkan pengukuran citra merek (brand image) dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu:

1) Strength of brand association

Faktor yang mempengaruhi hal ini adalah program komunikasi pemasaran yang diciptakan dapat menumbuhkan brand image dalam benak khalayak (personal relevance) dan merupakan program komunikasi pemasaran yang konsisten (consistency) pada suatu waktu dan sepanjang waktu.

(12)

2) Favorable of brand association

Favorable mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah diingat oleh konsumen. Favorable adalah asosiasi-asosiasi yang dapat diharapkan oleh khalayak sasaran (desirable) dan disampaikan (delivered) secara sukses oleh sebuah produk melalui program komunikasi pemasaran yang mendukung merek produk tersebut.

3) Uniquess of brand association

Aspek uniqueness bergantung pada dua faktor yaitu sejauh mana asosiasi merek produk yang dibawakan oleh program komunikasi pemasaran memiliki unsur kesamaan jika dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya (point of party) dan sejauh mana program komunikasi pemasaran memiliki unsur perbedaan (point of difference) jika dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya.

Menurut Sciffman dan Kanuk (2010) ada beberapa faktor pembentuk citra merek, sebagai berikut:

a. Kualitas dan mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.

(13)

c. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

d. Pelayanan, yang terkait dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya.

e. Resiko, terkait dengan besar kecilnya akibat untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen.

f. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang

g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini adalah bahan acuan yang penulis jadikan landasan dalam penulisan penelitian ini yang mana penelitian tersebut mengkaji tentang green marketing, brand image, terhadap minat beli. Beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. 1. Aldo (2016) tentang “Pengaruh Green marketing terhadap Minat Beli melalui Brand Image Sebagai Variabel Mediasi” menunjukan adanya pengaruh green marketing yang signifikan terhadap brand image, green

(14)

marketing memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli, brand image tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli.

2. Devi (2014) tentang “Pengaruh Green Marketing Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk The Body Shop” yang dilakukan Bandung menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh green marketing terhadap minat beli. 3. Agustin et al. (2015) yang meneliti tentang “Pengaruh Green Marketing Terhadap Minat Beli Serta Dampanya Pada Keputusan Pembelian” (Survei Pada Konsumen Non-Member Tupperware Di Kota Malang). hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel green marketing memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap minat beli..

4. Ambarwati et al. (2015) tentang “Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli” (Survei Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya Yang Menggunakan Pasta Gigi Pepsodent) menunjukkan bahwa: Citra Perusahaan, Citra Konsumen, dan Citra Produk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir digunakan untuk mengetahui pengaruh Kualitas dan kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan di Natasha Skin Care Malang. Kerangka Pikir Penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1

(15)

a.

Gambar : 2.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir di atas menunjukkan bahwa green marketing yang menjadi strategi perusahaan kepada pelanggannya dalam mempengaruhi minat beli yang di mediasi oleh brand image. Pengaruh dari green marketing terhadap brand image pada perusahaan berdampak pada citra positif perusahaan dan hal tersebut berdampak terhadap minat beli dari konsumen yang ikut meningkat meningkat.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesis penitilian ini berdasarkan teori teori yang telah di jabarkan serta berdasarkan kerangka pikir yang ada maka dapat di tarik hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:

Green Marketing (X) Minat Beli (Z) Brand Image (y)

(16)

1. Pengaruh green marketing terhadap brand image

Dari hasil penelitian Aldo (2016) memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variable green marketing terhadap brand image. Hal ini juga didukung oleh penelitian Almuarief (2016) yang mendukung pernyataan serupa.

Green marketing yang dilaksanakan dapat mernpengaruhi

pembentukan brand image. Persepsi konsumen dari kegiatan green marketing merupakan hal yang sangat penting karena dapat mempertahankan image yang dinginkan oleh perusahaan (Haery et al., 2013). Atas dasar itu maka di bentuk hipotesis sebagai berikut:

H1 : Green marketing berpengaruh positif dan Signifikan terhadap Brand image.

2. Pengaruh brand image terhadap minat beli

Dari hasil penelitian Ambarwati (2015) memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel brand image terhadap minat beli. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yasa (2014) yang menyatakan bahwa brand image berpengaruh signifikan terhadap minat beli.

Berdasarkan penelitian Maghfiroh et al. (2016), hasil penelitian menunjukan bahwa Variabel Citra merek (X) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikn terhadap Minat Beli (Z) produk Indosat Ooredo. Atas dasar tersebut maka dibentuk hipotesis sebagai berikut:

(17)

H2 : Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli.

3. Pengaruh green marketing terhadap minat beli

Produk yang ramah lingkungan merupakan suatu produk yang tidak merusak lingkungan baik dilihat dari penggunaan, produksi atau pembuangan. Produk yang tidak merusak lingkungan atau mengganggu keseimbangan alam ketika limbahnya dibuang ke alam. Perusahaan yang memasarkan produknya dengan cara menjaga alam merupakan salah satu keunggulan yang dimilikinya jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar secara terus menerus.

Dari hasil penelitian Devi (2014) memperoleh hasil bahwa Green

marketing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli. Sedangkan

penelitian Agustin (2015) dan Almuarief (2016) memperoleh hasil bahwa

green marketing berpengaruh siginifikan terhadap minat beli. Dari hasil

penelitian yang telah ada maka di buat hipotesis sebagai berikut:

H3 : Green marketing berpengaruh positif dan Signifikan terhadap Minat beli.

4. Brand image merupakan variabel yang memediasi antara variabel green

marketing terhadap minat beli.

Dari hasil penelitian Almuarief (2016) menunjukan green marketing berpengaruh terhadap brand image dan brand image perngaruh signifikan terhadap minat beli. Dari hasil penelitian yang telah ada maka dapat kita

(18)

simpulkan bahwa green marketing memberikan citra merek positif yang mana apabila citra merek memiliki nilai tambah positif dalamnya menendakan bahwa minat beli konsumen akan ikut meningkat. Dari hasil penelitian yang telah ada maka di buat hipotesis sebagai berikut:

H4 : Brand image merupakan variabel yang dapat memediasi pengaruh Green marketing terhadap Minat beli.

Gambar

Gambar : 2.1  Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1.) Hasil visualisasi terhadap seluruh benda uji, ternyata kondisi yang

Berdasarkan Surat Penetapan Peringkat Teknis Nomor : 42 /Pan.JK-APBD/2011 tanggal 19 Juli 2011 untuk paket pekerjaan : Pengawasan Jalan dan Jembatan sumber dana APBD Kabupaten

Logotype Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dicetak dengan jenis huruf Friz Quadrata std (Bold/Thin), menyesuaikan dengan ukuran logo, dan berwarna hitam 80%, Penggunaan

Menjawab pertanyaan yang pertama, yakni mengapa dengan pendidikan kependudukan, secara umum dapat dikemukakan alasan bahwa terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat lebih

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dipilih judul “Implementasi Sistem Pakar Menggunakan Metode Case Based Reasoning Dan Nearest Neighbor Untuk

Mereka yang terlibat dalam berkomunikasi harus menguasai banyak kosa kata yang dimiliki setiap bahasanya serta mampu menggerakkan kekayaannya menjadi jaringan

Dengan adanya fasilitas yang dapat digunakan dengan mudah dalam proses pembelajaran, ini terkadang sering membuat siswa dan mahasiswa menjadi malas dan merasa

Hasil dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan green marketing dengan brand image dan minat beli air minum dalam