e
-JIP BIOL Vol.5 (1):109-118, Desember 2017 ISSN 2338-1795e-JIP BIOL Vol.5 (1):109-118, Desember 2017
1RESPONPERTUMBUHANTANAMANCABAI(CapsicumfrutescensL.)TERHADAPCEKAMANAIR UNTUK PEMANFAATANNYASEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Rabiatul Adawiah Laise1, Mestawaty As.A2, Lilies Tangge2 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD 2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
Email: rabhialaise@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian tentang pertumbuhan tanaman cabai telah banyakdilakukan, namun tentang pertumbuhan yang dipengaruhi oleh kadar air dalam tanah masih sedikit diteliti. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase kadar air dalam tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescensL.), persentase kadar air yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescensL.), serta menghasilkan poster yang layak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Metode yang digunakanadalaheksperimen denganmenggunakanRancanganAcakLengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu kadar air dari 100% kapasitas lapang, kadar air dari 75% kapasitas lapang, kadar air dari 50% kapasitas lapang dan kadar air dari 25% kapasitas lapang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kadar air dalam tanah dari 25% kapasitas lapang memberikan pengaruh yang tidak baik terhadappertumbuhan tanaman cabai. Persentase kadar air terbaik untuk pertumbuhan tanaman cabai pada100% kapasitas lapang.Hasil penelitian ini dijadikan sebagai poster untuk media pembelajaran dengan rata-rata persentase 83,28% dari penilaian ke empat ahli yaitu ahli isi, ahli media, ahli desain dan kelompok mahasiswa, sehingga poster layak digunakan sebagai media pembelajaran.
e
-JIP BIOL Vol.5 (1):109-118, Desember 2017 ISSN 2338-1795e-JIP BIOL Vol.5 (1):109-118, Desember 2017
2A. PENDAHULUAN
Pertumbuhanadalah pertambahan ukuran (massa dan panjang) secara kuantitatif yang dihasilkan dari pembelahan jumlah sel dan bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Pertambahan ukuran sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), diameter (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun)(Lakitan, 2004).
Pertumbuhan tanaman salah satunya dapat dipenuhi oleh air yang cukup. Saat fase vegetatif tanaman membutuhkan air dalam jumlah besar (Lestari, 2003).Pemberian air pada dasarnya untuk mencukupi kebutuhan air tanaman (Jumin, 1992). Kebutuhan air bagi tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan lewat akar, besar kecilnya volume air yang diserap oleh akar tanaman tergantung air yang dikandung oleh tanah, distribusi akar dan kondisi lingkungan di atas tanah. Air tanah yang berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen merupakan air yang dapat digunakan oleh tanaman atau disebut air tersedia bagi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
Tanaman cabai (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al., (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga
tubuh dari serangan radikal bebas. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker (Kilham
2006; Bano dan Sivaramakrishnan
1980).Tanaman cabai rawit termasuk tanaman perdu setahun.Percabangannya banyak dan tingginyamencapai 50-100 cm (Prahasta, 2009). Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur, serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Tanaman cabai termasuk dalam familia Solanaceae. Menurut Sumarna (1998), tanaman cabai merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kelebihan maupun
kekurangan air. Lestari (2003)
mengemukakan bahwa tanaman
dilakukan penelitan yang bertujuan untuk melihat adanya respon pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescens L.) terhadap cekaman air. Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai informasi ilmiah yang
dimanfaatkan dalam bentuk media
pembelajaran berupa poster. Manfaat dari poster ini sebagai informasi bagi peserta didik dalam pembelajaran biologi.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu cekaman air 100%, 75%, 50%, 25%. Setiap perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Tahap penelitianini dimulai denganpenentuan kapasitas lapang dengan caramengambil tanah menggunakan sekop di daerah sekitar penelitian, mengayak dan menghancurkan tanah sampai terurai menjadi partikel-partikel tanah, mengeringkan tanah di bawah sinar matahari dengan menggunakan karung dan sesekali di bolak balik agar keringnya merata. Setelah itu memasukkan tanah ke dalam polybag sebanyak 8 kg sebagai berat awal, kemudian memasukkan polybag tersebut ke dalam ember yang berisi air dan biarkan sampai air menutupi permukaan tanah pada polybag tersebut,
polybag diangkat dan disimpan di dalam ruangantertutup untuk menghindaripenguapan, penyimpanan dilakukan selama 4 hari sampai air tidak lagi bergerak kebawah, ditimbang
untuk mendapatkan berat akhir. Untuk mendapatkan air yang terisi dalam polybag maka, berat tanah akhir dikurangi berat tanah awal sehingga didapatkan nilai kapasitas lapang.Setelah kapasitas lapang dilakukan langkah berikut adalah penyemaian biji, langkahnya yaitu dengan cara menyiapkan talenan (wadah penyemaian biji benih) yang akan digunakan, memasukan tanah kedalam talenan (wadah penyamaian biji benih), merendam benih cabai didalam air hangat kurang lebih selama 10-15 menit agar memudahkan penyortiran, mengambil biji benih cabai yang telah direndam kemudian menaburkan biji benih didalam talenan yang telah berisi tanah, menyiram benih agar media selalu lembab. Setelah benih tumbuh selama 2 minggu dilanjutkan dengan penanaman, langkahnya yaitu memberi label pada setiap
polybag untuk mempermudah
membandingkannya, membuat lubang di atas media tanam menggunakan patok kayu dengan kedalaman 5 cm, mengambil masing-masing 1 bibit tanaman cabai dari talenan (wadah penyemaian benih), kemudian memasukkan bibit tersebut ke dalam lubang tanam lalu menutup kembali dengan tanah, menata polybag dengan jarak 30 cm antar polybag. Selama pertumbuhan dilakukan pemeliharaan, langkahnya yaitu menyiram tanaman cabai dengan kadar air yang berbeda-beda. Untuk P0 (kontrol) penyiraman dengan
kadar air 1200 ml per polybag, P1 dengan
kadar air 900 ml, P2 dengan kadar air 600 ml
penyiraman dalam jangka waktu 4 hari sekali yang dilakukan pada sore hari, melakukan penyiangan untuk membersihkan gulma agar pertumbuhan tomat tidak terganggu, melakukan penyulaman untuk menggantikan tanaman cabai yang mati dengan tanaman cabai pada umur yang sama. Kemudian dilanjutkan pengamatan, parameter yang di ukur meliputi : Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada tanaman setelah tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam (HST). Pengukuran dilakukan dengan meletakan mistar dan diukur mulai dari permukaan tanah hingga ujung batang tanaman yang tertinggi, jumlah daun dihitung secara manual dengan alat counter setelah tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam (HST). Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam (HST). Mengukur luas daun dengan menggunakan alat Portable Laser Leaf Area Meter. Pengamatan memperoleh data, yang
kemudian akan dianalisis dengan
menggunakan analisis varian (ANAVA) (Gomez dan Gomez, 1995).
C. HASIL PENELITIAN
Dari hasil penentuan kapasitas lapang yang telah dilakukan didapatkan hasil seberat 8 kg. Hasil ini dikatakan sebagai berat awal tanah sebelum digenangi air, selanjutnya tanah digenangi kemudian ditimbang kembali sehingga didapatkan nilai 9,2 kg yang merupakan berat tanah akhir kemudian
dikurangi dengan berat tanah awal 8 kg sama dengan 1,2 kg atau 1,2 L/1200 ml yang merupakan nilai kapasitas lapang.Selanjutnya menentukan persentase cekaman air untuk penyiraman 4 hari sekali pada tanaman untuk kadar air 75% dikali nilai kapasitas lapang yaitu 1.200 ml sama dengan 900 ml, untuk kadar air 50%dikali nilai kapasitas lapang 1.200 ml dikali 50% sama dengan 600 ml, untuk kadar air 25% dikalikapasitas lapang 1.200 ml dikali 25% sama dengan 300 ml.
Penelitian ini telah dilakukan dalam waktu 40 hari. Dalam penelitian ini ada beberapa parameter yang diukur yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Semua parameter yang diukur maupun yang dihitung akan diuraikan sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman cabai (cm)
Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman cabai pada 20 HST (hari setelah tanam) dan 40 HST (hari setelah tanam) dengan perlakuan yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi tanaman cabai berumur 40 HST diperlakukan dengan perlakuan yang berbeda(P0, P1, P2, P3). Tanaman yang diperlakukan dengan pemberian cekaman air P1=75% dari
kapasitas lapang memiliki
lapang. Akan tetapi tanaman cabai berumur 20 HST tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
Berikut keterangan dari setiap perlakuan : P0: Tanah+100% kadar air kapasitas lapang
P1: Tanah + 75% kadar air dari kapasitas
lapang
P2: Tanah + 50% kadar air dari kapasitas
lapang
P3: Tanah + 25% kadar air dari kapasitas
lapang
Berdasarkan Gambar diatas menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai berumur 40 HST. Hasil diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman cabai dipengaruhi oleh cekaman air. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan cekaman air tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanamancabai berumur 20 HST dengan nilai Fhitung1,04tn lebih kecil dari
pada nilai Ftabel 4.07. Hal ini berarti H0
diterima/H1ditolak artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan, maka tidak dilakukan uji BNT.Sedangkan, hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan cekaman air berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai berumur 40 HST dengan nilai Fhitung11,77**lebih besar
dari pada nilai Ftabel 7,59. Hal ini berarti H0
ditolak/H1diterima. Selanjutnya hasil uji BNT
tinggi tanaman cabai berumur 40 HST yang menunjukkan perlakuan yang berpengaruh terhadap cekaman air diperoleh dari perlakuan
P2 (kadar air 50% dari kapasitas lapang) dan
P3(kadar air 25% dari kapasitas lapang).
2. Jumlah Daun Tanaman cabai
Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman cabai pada 20 HST (hari setelah tanam) dan 40 HST (hari setelah tanam) dengan perlakuan yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah daun tanamancabai diperlakukan dengan perlakuan yang berbeda(P0, P1, P2, P3). Pengukuran selama 40 HST dengan perlakuan cekaman air 100% kapasitas lapang dan 75% dari kapasitas lapang (P0 dan P1) memperlihatkan jumlah daun yang banyak dibandingkan dengan tanaman yang diperlakukan dengan cekaman air 50% dari kapasitas lapang dan 25% dari kapasitas lapang (P2 dan P3). Hal serupa terjadi pada pengukuran selama 20
HST namun tanaman yang
diperlakukan dengan pemberian cekaman air 25% dari kapasitas lapang (P3) memiliki jumlah daun sangat sedikit.
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman cabai berumur 20 HST dengan nilai Fhitung39,58** lebih besar dari pada nilai
Ftabel 7,59. Hal ini berarti H0 ditolak/H1
diterima. Hasil uji sidik ragam juga menunjukkan bahwa perlakuan cekaman air berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman cabai berumur 40 HST dengan nilai Fhitung15,68** lebih besar dari pada nilai
Ftabel 7,59. Hal ini berarti H0 ditolak/H1
diterima. Selanjutnya hasil uji BNT jumlah daun tanaman cabai berumur 20 HST dan 40 HST yang menunjukkan perlakuan yang berpengaruh terhadap cekaman air diperoleh dari perlakuan P2 (kadar air 50% dari kapasitas lapang) dan P3 (kadar air 25% dari kapasitas lapang).
3. Jumlah Luas Daun (cm2) Tanaman
cabai
Hasil pengamatan rata-rata luas daun tanaman cabai pada 20 HST (hari setelah tanam) dan 40 HST (hari setelah tanam) dengan perlakuan yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Luas daun tanamancabai diperlakukan dengan perlakuan yang berbeda(P0, P1, P2, P3). Pengukuran selama 20 HST dengan perlakuan cekaman air 100% kapasitas lapang dan 75% dari kapasitas lapang (P0 dan P1) memperlihatkan jumlah luasdaun yang banyak dibandingkan dengan tanaman yang diperlakukan dengan cekaman air 50% dari
kapasitas lapang dan 25% dari kapasitas lapang (P2 dan P3). Hal serupa terjadi pada pengukuran selama 40 HST namun tanaman yang diperlakukan dengan pemberian cekaman air 25% dari kapasitas lapang (P3) memiliki jumlah luas daun sedikit dibandingkan pada umur 20 HST.
Berdasarkan Gambar diatas menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan luas daun tanaman cabai berumur 20 HST dan 40 HST. Hasil diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan luas daun tanaman cabai dipengaruhi oleh cekaman air. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan cekaman air berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman cabai berumur 20 HST dengan nilai Fhitung4,76*
lebih besar dari pada nilai Ftabel 4,07. Hal ini
berarti H0ditolak/H1 diterima. Hasil uji sidik
ragam juga menunjukkan bahwa perlakuan cekaman air berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman cabai berumur 40 HST dengan nilai Fhitung9,45**lebih besar dari
pada nilai Ftabel 7,59. Hal ini berarti H0
ditolak/H1 diterima. Selanjutnya hasi uji BNT
luas daun tanaman cabai berumur 20 HST
yang menunjukkan perlakuan yang
D. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman cabai berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman baik itu tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Untuk jelasnya bagaimana efek cekaman terhadap parameter-parameter yang diukur dari pertumbuhan tanaman diuraikan sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman cabai
Hasil penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu, karena pada penelitian terdahulu yang dilaporkan oleh Mapegau (2006) menjelaskan bahwa cekaman air pada tingkat 60% KATT, tinggi tanaman kedelai kultivar Willis secara nyata menunjukkan penurunan, pada kultivar Tidar penurunan itu baru terjadi pada tingkat cekaman air 40% KATT. Sedangkan, dari hasil penelitian yang telah dilakukan pertumbuhan tinggi tanaman cabai terjadi penurunan pada tingkat cekaman air 50% dan 25% dari kapasitas lapang dan pertumbuhan tinggi tanaman cabai meningkat pada tingkat cekaman air 75% dari kapasitas lapang dan 100% kapasitas lapang. Akan tetapi penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Evita (2012), yang menjelaskan bahwa tanaman kacang tanah memberikan respon terhadap beberapa tingkat pemberian air. Pemberian air pada kondisi 75%, 100%, dan 125% kapasitas lapang memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang lebih baik bila dibandingkan dengan 25% dan 50% air pada kondisi kapasitas lapang. Penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Islami dan Utomo (1995) yang menyatakan bahwa jika mengalami cekaman air, tanaman mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Doorenbos et al. (1998), juga mengatakan bahwa kekurangan air (cekaman air) yang terjadi pada saat fase kritis tanaman akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Whigham dan Minor, (1978) juga melaporkan bahwa cekaman kekurangan air yang terjadi pada
fase vegetatif mengakibatkan
berkurangnya diameter batang dan tanaman menjadi lebih pendek. Doorenbos dan Kassam (1979) menambahkan bahwa umumnya pada fase vegetatif tanaman memerlukan air dalam jumlah besar. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan teori tersebut, pada hasil penelitian uji sidik ragam menunjukkan perlakuan cekaman air tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman cabai berumur 20 HST dengan nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Rudich and Luchinsky (1986) yang menyatakan bahwa pada tanaman tomat yang masih muda kebutuhan airnya masih sedikit, meningkat sedikit pada waktu berbunga, kemudian
maksimum pada waktu mulai kematangan buah, karena pada saat itu luas daunnya maksimum, dan konsumsi air stabil selama pematangan buah tomat dan sesudah itu menurun lagi.
2. Jumlah Daun Tanaman cabai
Hasil penelitian ini baru dari penelitian terdahulu, karena penelitian terdahulu oleh Mapegau (2006) tidak melakukan pengamatan jumlah daun pada tanaman kedelai terhadap cekaman air dan Evita (2012) juga tidak melakukan pengamatan jumlah daun pada tanaman kacang tanah terhadap beberapa tingkat pemberian air. Hasil penelitian yang saya peroleh, jumlah daun tanaman cabai mengalami penurunan pada tingkat cekaman air 50% dan 25% dari kapasitas lapang dan pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai meningkat pada tingkat cekaman air 75% dari kapasitas lapang dan 100% kapasitas lapang. Maka penelitian ini penting, karena didukung oleh teori Herawati dan Setiamihardja (2000), perubahan morfologi pada tanaman yang mengalami cekaman air meliputi (1) gugur daun, yaitu fenomena umum sebagai mekanisme tanaman dalam usaha mengurangi cekaman terutama dalam bagian bawah dengan mengurangi daun maka luas permukaan transpirasi juga menurun, (2) mengubah sudut daun pada posisi sejajar dengan berkas cahaya sehingga suhu daun tidak segera meningkat. Dengan demikian transpirasi dapat ditekan. Goldsworthy dan
Fisher (1992) juga menambahkan bahwa cekaman air mengakibatkan peningkatan penuaan dan perontokan daun. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan penuaan daun akibat cekaman air cenderung terjadi pada daun-daun yang lebih bawah, yang paling kurang aktif dalam fotosintesis.
3. Luas Daun Tanaman cabai
laju pelebaran daun dan perpanjangan batang. Sebelumnya Whigham dan Minor (1978), telah melaporkan bahwa pengaruh cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil. Goldsworthy dan Fisher (1992) juga menambahkan bahwa indeks luas daun yang merupakan ukuran perkembangan tajuk sangat peka terhadap cekaman air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun.
4. Pemanfaatan Hasil Penelitian Kedalam Bentuk Media Belajar
Pemanfaatan hasil penelitian kedalam bentuk media belajar. Media belajar tercetak berupa poster memuat informasi mengenai respon pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescens L.) terhadap cekaman air. Pembuatan poster tersebut melalui serangkaian tahapan yaitu proses mengambil foto penelitian, mendesain dan mencetak. Setelah media belajar berupa poster selesai dibuat dilanjutkan dengan validasi oleh tim ahli, yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli media untuk mengetahui kelemahan–kelemahan dari poster tersebut dan selanjutnya diperbaiki. Secara keseluruhan media pembelajaran yang dibuat berupa poster telah layak digunakan sebagai media pemebelajaran. Layak artinya bahwa poster tersebut sudah baik tampilannya yaitu dapat dibaca dengan jelas, warna sudah menarik, maknanya mudah dipahami, muatannya jelas dan bersifat ilmiah. Persentase kelayakan yang
didapatkan diharapkan mampu memenuhi peran media belajar dalam proses pembelajaran bagi peserta didik. Hai ini sebagaimana yang diungkapkan Suhardi (2012) bahwa peran media belajar (1) dapat membangkitkan semangat peserta didik dengan cara mempercepat laju belajar dan menggunakan waktu secara lebih baik, mengembangkan gairah belajar, memberikan kegiatan lebih ke arah individual dan memberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (2) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan cara perencanaan secara lebih sistematik dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian berdasarkan fakta yang ada di lingkungan, (3) lebih memantapkan pengajaran dengan cara meningkatkan kemampuan dengan fasilitas berbagai media komunikasi, penyajian informasi dan data lebih konkrit dan mengurangi sifat verbalistik dan abstrak dengan kenyataan yang nyata.
E. KESIMPULAN
lapang. Hasil penelitian ini layak digunakan sebagai media pembelajaran berupa poster.
F. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran bahwa perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh cekaman air terhadap produksi hasil tanaman cabai atau penelitian mengenai respon pertumbuhan tanaman cabai terhadap frekuensi dan taraf pemberian air.
G...D AFTAR PUSTAKA
Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper 33. FAO, Rome
Doorenbos, J. and A. H. Kassam. 1998.Crop evapotranspiration: Guidelines for computing crop water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No 56. FAO, Rome
Evita. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Perbedaan Tingkatan Kandungan Air. JurnalAgroekoteknologi.1/1. 1-7. Gardner, F.B., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo, H dan Subiyanto (Penerjemah). UI Press: Jakarta
Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fisher . 1992. Fisiologi Budidaya Tanaman Tropik. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta Universitas Indonesia.
Gould W. A. 1974. Tomato Production, Processing and Quality Evaluation. The Avi Publ. Co., Inc. Amerika. 445p. Herawati, T dan R. Setiamihardja.
2000.Kuliah Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 non pemuliaan dan ilmudan teknologi
pemuliaan.Diktat. Bandung. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran
Islami, T dan W.H Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.
Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta. Rajawali
Lakitan, B 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta.PT. Raja Grafindo Persada
Lestari, E. 2003. Simulasi Potensi Hasil dan Pengaruh Cekaman Air Pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberrosum L.) Di
Kecamatan Lembang Kapubaten
Bandung.Skripsi. IPB. Bogor. 26 Hal. Mapegau. 2006. “Pengaruh Cekaman Air
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr)”. JurnalIlmiah Pertanian Kultura.41/1. 1-9.
Prahasta Arief. 2009. Agribisnis Tomat. Bandung: Pustaka Grafika.
Rudich, J. And U. Luchinsky. 1986. The Tomato Crop.In: Atherton, J. G. and J. Rudich (Eds.). Water economy. New York. Chapman and Hall
Suhardi, 2012. Pengembangan Sumber Belajar. Yogyakarta : Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Sumarna, A. 1998. Irigasi Tetes Pada Budidaya Tanaman Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung Whigham, D. K, and H.C. Minor, 1978.