• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupannya dapat dihadapkan pada

risiko-risiko, baik menyangkut harta benda maupun keselamatan hidupnya. Risiko

berupa kecelakaan dapat terjadi karena kelalaian, kesalahan bahkan faktor lain

diluar dugaan manusia. Kecelakaan selalu ingin dihindari oleh manusia karena

dapat menyebabkan kerugian, baik dalam hal harta benda, kecacatan tubuh

bahkan kematian.

Upaya untuk meminimalkan dan mengatasi kerugian yang terjadi akibat

kecelakaan dibentuklah lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan

untuk mengambil alih risiko pihak lain berupa lembaga asuransi, dalam hal ini

adalah perusahaan-perusahaan asuransi.1 Berdasarkan Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD) dalam Pasal 246 menyebutkan bahwa : “Asuransi atau

pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung,

mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi

untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena

sesuatu peristiwa yang tak tentu.”

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2014

Tentang Perasuransian (selanjutnya disebut dengan UUP) menyebutkan bahwa :

1

(2)

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung

atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.”

Perkembangan asuransi di masyarakat cukup pesat, dapat dilihat dari jenis jenis

asuransi saat ini seperti asuransi kerugian, asuransi jiwa, asuransi sosial, dan

asuransi varia yang diatur dalam berbagai undang-undang. 2

Asuransi yang bergerak di bidang sosial merupakan asuransi yang

diwajibkan oleh undang-undang, bukan berdasarkan perjanjian para pihak.

Pemerintah merupakan penyelenggara asuransi di bidang sosial yang

didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN)

yang dikarenakan asuransi di bidang sosial merupakan jenis asuransi wajib

(Compulsory Insurance) dimana dananya dihimpun dari masyarakat dan

diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat.3

Asuransi sosial mengenai kecelakaan lalu lintas di Indonesia terdiri dari

Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (selanjutnya disebut ASKEP) dan

Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (selanjutnya disebut ASKEL).

Kedua asuransi sosial tersebut diatur di dalam undang-undang yang berbeda tetapi

diamanatkan oleh PT. Jasa Raharja (Persero).

2

Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hal. 15.

3

(3)

ASKEP diatur di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang

Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (selanjutnya disebut

UU-DPWKP). Undang-undang ini di laksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor

17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksana Dana Pertanggungan

Wajib Kecelakaan Penumpang (selanjutnya disebut PP-KKPDPWKP).

Penumpang yang ditanggung oleh ASKEP adalah penumpang yang sah dari alat

angkutan umum penumpang, seperti kendaraan bermotor umum, kereta api,

pesawat terbang, dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional. Oleh

karena skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab perusahaan asuransi Jasa

Raharja dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya,

maka penumpang yang dimaksud adalah penumpang yang sah dari alat angkutan

penumpang umum yang beroperasi di jalan raya.

ASKEL diatur di dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 Tentang

Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (selanjutnya disebut UU-DKLLJ).

Undang-undang ini dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965

tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

(selanjutnya disebut PP-KKPDKLLJ)4

Penyelenggaraan ASKEP dan ASKEL dilaksanakan oleh pemerintah yang

didelegasikan kepada PT Jasa Raharja (Persero) yang berdiri pada tanggal 28

Februari 1981 yang sebelumnya berbentuk Perusahaan Umum (Perum) Jasa

Raharja.5 Perusahaan asuransi Jasa Raharja bertanggung jawab untuk memberikan

santunan dana kecelakaan lalu lintas jalan kepada korban/ahliwaris kecelakaan

4 Ibid 5

(4)

lalu lintas jalan, baik dalam hal korban meninggal dunia, korban mendapat cacat

tetap, korban mendapat perawatan dan pengobatan dokter, dan korban meninggal

dunia yang tidak mempunyai ahli waris, kepada yang menyelenggarakan

penguburan diberikan pengganti biaya-biaya penguburan.6 Besarnya santunan

yang diberikan kepada korban maupun ahli warisnya berbeda-beda sesuai dengan

akibat yang diderita si korban karena kecelakaan lalu lintas jalan tersebut.

Jumlah santunan yang diberikan kepada korban atau ahli warisnya

berdasarkan UU-DPWKP diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan Dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan

Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum Di Darat,

Sungai/Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara (selanjutnya disebut PMK

37/010/2008). Sedangkan berdasarkan UU-DKLLJ diatur di dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan Dan

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (selanjutnya disebut PMK

36/010/2008).

Pemberian santunan kepada korban atau ahli warisnya dilakukan PT. Jasa

Raharja (Persero) apabila unsur terjadinya kecelakaan lalu lintas tersebut sesuai

dengan ketentuan yang terdapat di dalam UU-DPWKP dan UU-DKLLJ. Korban

atau ahli warisnya terlebih dahulu mengajukan klaim untuk mendapatkan

santunan akibat dari kecelakaan lalu lintas dengan mengisi data-data dan formulir

yang dibutuhkan.

6

(5)

Namun dalam kenyataannya, korban kecelakaan lalu lintas jalan

khususnya di daerah Sumatera Utara masih sulit untuk menerima dana

pertanggungjawaban dari perusahaan asuransi Jasa Raharja yang menyebabkan

korban kecelakaan lalu lintas jalan mengajukan klaim asuransi kepada perusahaan

asuransi lainnya. Sehingga dibentuklah kesepakan bersama antara Kepolisian

daerah Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan PT.

Jasa Raharja (Persero) Cabang Sumatera Utara Nomor : B/02/I/2015 Nomor :

440.000/302/I/2015 Nomor : P/1/SP/2015 Tentang Penanganan dan Pendataan

Korban Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Penyelesaia n Santunan

Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Secara Terpadu untuk menyelesaikan

masalah tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah

yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan asuransi menurut hukum positif di Indonesia?

2. Bagaimana perjanjian asuransi kecelakaan lalu lintas antara PT. Jasa

Raharja (Persero) dengan korban kecelakaan lalu lintas?

3. Bagaimana tanggung jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Medan dalam

(6)

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir

dan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi

ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan asuransi menurut hukum

Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana perjanjian asuransi kecelakaan lalu lintas

antara PT. Jasa Raharja (Persero) dengan korban kecelakaan lalu lintas.

3. Untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab PT. Jasa Raharja

(Persero) Cabang Medan dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan

lalu lintas di jalan raya.

Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu

pengetahuan hukum.

b. Diharapkan dapat memberikan referensi untuk pengembangan

terhadap Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

c. Dapat memberikan gambaran tentang klaim Asuransi Kecelakaan

Lalu Lintas Jalan.

(7)

a. Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan

saya untuk menetapkan ilmu yang diperoleh.

b. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan tentang

manfaat dari Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui keaslian penelitian, penulis sebelumnya melakukan

penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Pusat dokumentasi dan informasi

hukum/perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat

tertanggal 23 Februari 2015 yang menyatakan tidak ada judul yang sama.

Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H., M.Hum dan Bapak

Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Departeman Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul

yang saya ajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda

dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat dilingkungan perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang

lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal

(8)

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun berbagai unsur yang termasuk dalam kajian penelitian penulis

adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Asuransi

Pasal 246 KUH Dagang menyatakan asuransi atau pertanggungan

merupakan suatu perjanjian di mana seorang penganggung dengan menikmati

suatu premi mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannya dari

kerugian, karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan yang

diharapkan, dan yang akan dideritanya karena kejadian tidak pasti.7

Namun setelah UUP diberlakukan maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 1 ayat 1 UUP menyebutkan

bahwa : “Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi

dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan

asuransi sebagai imbalan untuk ; memberikan penggantian kepada tertanggung

atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin

diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang

tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya

tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.

2. Perusahaan Perasuransi

7

(9)

Berdasarkan UUP dinyatakan perusahaan perasuransian adalah perusahaan

asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan

reasuransi syariah, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi,

dan perusahaan penilai kerugian asuransi. Perusahaan Asuransi meliputi

perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan Asuransi

Umum hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan diri, termasuk reasuransi. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya

dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan kesehatan,

asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas.

Perusahaan Asuransi Syariah meliputi perusahaan asuransi umum syariah

dan perusahaan asuransi jiwa syariah. Perusahaan asuransi umum syariah hanya

dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kesehatan dan usaha

asuransi kecelakaan diri yang berdasarkan prinsip syariah, termasuk usaha

reasuransi syariah untuk risiko perusahaan asuransi umum syariah. Perusahaan

asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha

anuitas, usaha asuransi kesehatan, dan usaha asuransi kecelakaan diri yang

berdasarkan prinsip syariah.

Perusahaan reasuransi dapat menyelenggarakan usaha jasa pertanggungan

ulang terhadap risiko yang dihadapai oleh perusahaan asurasnsi, perusahaan

penjamin, atau perusahaan reasuransi lainnya. Perusahaan Pialang Asuransi dapat

menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili tertanggung dalam rangka

transaksi yang berkaitan dengan kontrak asuransi. Perusahaan Pialang Reasuransi

(10)

asuransi dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak reasuransi.

Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha jasa

penilaian kerugian atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada objek

asuransi kerugian.

3. Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero)

Berdasarkan Akte Notaris Nomor 49 tanggal 28 Februari 1981, berdirilah

Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero) yang sebelumnya berbentuk

Perusahaan Umum (Perum). Hal ini dikarenakan terjadi kesulitan untuk

melaksanakan UU-DPWKP yang dikarenakan masyarakat, baik dari pihak

pemilik/pengusaha pengangkutan khususnya kendaraan bermotor dan para

pengguna jasa angkutan penumpang umum yang menganggap hanya menambah

beban mereka saja.

Pelaksanaan UU-DKLLJ tidak mengalami kesulitan khususnya dalam

pemungutan sumbangan wajib dari para pemilik kendaraan bermotor karena

dikaitkan dengan pengurusan STNK kendaraan bermotor. Pembayaran

sumbangan wajib tersebut dibayarkan paling lama setiap akhir bulan Juni.

Setelah berbentuk PT (Persero), maka managemen dan teknis pemungutan

iuran wajib dan sumbangan wajib disempurnakan sehingga Perusahaan Asuransi

Jasa Raharja (Persero) dapat menjalankan kedua undang-undang tersebut dan

peraturan pelaksanaannya.8

F. Metode Penelitian

8

(11)

Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”;

namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan

kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:9

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian,

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai

berikut:10

1. Logika dari penelitian ilmiah,

2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian,

3. Suatu sistim dari prosedur dan teknik penelitian.

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian

hukum yang digunakan meliputi:

1. Yuridis Normatif (penelitian perpustakaan/library research)

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menunjukkan perpustakaan

sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian. Sebenarnya suatu penelitian

mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekuler. Di tempat inilah

diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi

mereka yang sedang melaksanakan penelitian. Penelitian dapat memilih dan

menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat

memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.11

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2008, hal. 5 10

Ibid, hal. 5-6 11

(12)

2. Yuridis Empiris (penelitian lapangan/field research)

Penelitian ini menunjukkan lapangan atau kancah adalah tempat para

peneliti untuk mendapatkan data primer. Peneliti tidak seyogianya tidak hanya

mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan. Kelengkapan

data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh.12

Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) dilakukan dengan

metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan

pimpinan atau staf di PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan untuk

mendapatkan informasi yang akurat, nyata, dan benar.

Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lai menjadi

beberapa jenis, Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian

hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus

penelitiannya. Lebih lanjut penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut sebagai

berikut :13

a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi

kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji

rangcangan undang-undang, pokok kajiannya adalahhukum yang

dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat

dan menjadi acuan perilaku setia orang, sehingga penelitian hukum

normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin

hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum,

taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.

12

Ibid, hal. 21 13

(13)

b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum empiris berupa

perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya adalah hukum yang

dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial

yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan

hidup masyarakat. Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak

pada hukum positif tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi

ini dibuatlah rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok

bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus

(sub-sub pokok bahasan). Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab

dan masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian

sebagai berikut :

Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu

mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II (Pengaturan Asuransi Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 Tentang Perasuransian), berisi tentang pengaturan asuransi berdasarkan

Undang-Undang Perasuransian yang dimulai dari ruang lingkup usaha

perasuransian, pendirian usaha, penyelenggaraan usaha, serta pembubaran,

(14)

Bab III (Perjanjian Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Antara PT. Jasa

Raharja (Persero) dengan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) yang meliputi

tentang asuransi kecelakaan lalu lintas berdasarkan hukum positif di Indonesia,

polis asuransi kecelakaan lalu lintas PT. Jasa Raharja (Persero), para pihak yang

ditanggung oleh PT. Jasa Raharja (Persero) dalam kecelakaan lalu lintas, dan

kedudukan ahli waris dalam polis asuransi.

Bab IV (Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan

Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan Raya), akan

dibahas seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai

dengan data-data yang diperoleh dalam praktek atau lapangan, yaitu pada PT. Jasa

Raharja (Persero) Cabang Medan. Di dalamnya dibahas mengenai pengajuan

klaim kepada PT. Jasa Raharja (Persero), tanggung jawab PT. Jasa Raharja

(Persero) Cabang Medan dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan lalu lintas

di jalan raya, serta pemberian santunan oleh PT. Jasa Raharja.

Bab V (Penutup), berisikan tentang kesimpulan dari uraian-uraian yang

telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan sekaligus memberikan beberapa

Referensi

Dokumen terkait

(dana, waktu dan tenaga) peneliti akan menggunakan sampel yang diambil dari populasi dan kesimpulan diberlakukan untuk populasi7.  Sample yang

Absolute fertilizer costs fell by nearly 12%, despite an increase in planted and mature hectares, and account for roughly 23% of total cash costs.. We purchase compound fertilizer

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Penelitian Kompetitif Nasional ke perguruan tinggi yang dilaksanakan bulan Nopember 2013 oleh Direktorat Penelitian dan

Pengalaman dan keterampilan seorang pegawai pada Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan Alam dalam menjalankan tugas, merupakan wujud dari penjabaran tugas pokok

Menurut Sunita Almatsier (2009, hlm 252) diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorpsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi

Sikap siswi SMP Negeri 15 Kota Yogyakarta tentang pencegahan kanker serviks setelah diberikan penyuluhan, kategori baik berjumlah 34 responden (94.5%), kategori cukup

Dalam Keputusan Menteri Negara Permukiman dan Perumahan Rakyat No. 9 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyusunan RP4D disebutkan bahwa perumahan dan permukiman

7,8 Penelitian yang dilakukan oleh Rinda menunjukkan hanya sekitar 62,5% ibu yang dapat mempraktikkan perilaku pemberian makan seimbang pada anak, 75% yang mempunyai