• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab S"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab Saudi

(Studi Kasus Hukuman Pancung beberapa TKW Indonesia di Arab Saudi Dalam Upaya Perlindungan Hukum.)

Oleh : Febrianto Syam

Abstraksi

Salah satu hal yang kemudian menjadi perhatian dari pemerintah Indonesia saat ini adalah persoalan mengenai buruh migrant atau tenaga kerja Indonesia. Para tki ini menjadi suatu topic yang kemudian cukup besar untuk terus diperbincangan, apalagi dengan kasus yang tiap harinya kemudian bermunculan di media baik itu cetak maupun elektronik. Hal diperhatikan dalam tulisan ini adalah banyaknya kasus yang menimpa tenaga kerja Indonesia terkhusus tenaga kerja wanita di arab Saudi namun perlindungan yang kemudian dilakukan Negara hampir dikatakan tidak ada. BNP2TKI yang juga sebagai pemegang mandate untuk perlindungan justru tidak diberikan keleluasaan dalam bertindak sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam kebijakan dan perlindungan yang dihasilkan.

Tenaga kerja Indonesia atau yang biasa di singkat dengan TKI adalah salah satu hal yang

cukup menarik dibahas dalam sebuah proses pembangunan bangsa Indonesia. Pasalnya, sebagian

dari seluruh penduduk Indonesia yang saat ini berada diluar negeri sekitar 494.609 Jiwa dari

4.694.484 Jiwa penduduk Indonesia yang saat ini terdata tahun 2012 berada di Arab Saudi.1 Dari

data kemudian bisa dilihat bahwa antusias warga Negara Indonesia yang mencari nafkah di luar

negeri pada tahun 2012 sangat signifikan. Hal ini kemudian menjadi sorotan pula ketika dari data

tersebut terdapat pula kasus-kasus yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Sebagai contoh, beberapa permasalahan yang dialami para TKI selama beberapa tahun terakhir

antara lain: (1) Ruyati, asal bekasi menjadi TKW legal sejak 2008, dihukum pancung pada 17

Juni 2011 karena dituduh membunuh majikan perempuannya pada 2009 di Mekkah, Arab Saudi.

(2)

Tidak ada pemberitahuan dari Arab Saudi mengenai proses berlangsungnya hukuman. (2)

Sumiati, asal Nusa Tenggara Barat, merupakan TKW legal yang baru empat bulan menjadi TKW

di Arab Saudi melalui jalur resmi mengalami penyiksaan oleh majikannya pada 18 November

2010. Hukuman terhadap majikan dilakukan sepuluh hari setelah kasus dan terungkap ke publik.

Akhirnya tersangka dibebaskan dengan alasan bukti yang tidak kuat. (3) Komalasari, TKW asal

Cianjur, ditemukan meninggal dunia pada 5 November 2010 di Arab Saudi karena disiksa oleh

majikan. Setelah satu tahun semenjak meninggal, jenazah baru dipulangkan ke Indonesia. (4)

Darsem, TKW legal dari Subang, dituduh membunuh majikan pada 2007 dan dijatuhi hukuman

mati. Namun kemudian pada 2011, Darsem mendapat keputusan pemaafan dengan syarat harus

membayar kompensasi senilai dua juta riyal atau sekitar Rp 4,7 miliar.2

Dari kasus-kasus yang kemudian terjadi ini sedikit banyaknya berdampak pada psikologis

masyarakat Indonesia sendiri, mengingat bahwa sebelumnya banyak yang menyatakan bahwa

para TKI kita merupakan salah satu sumber devisa yang hingga kini menunjang perekonomian

yang kemudian dibangun bangsa ini. Melalui berbagai cara yang kemudian ditempuh oleh para

TKI kita baik itu secara formal maupun non formal dilakukan hingga bisa menjadi penghasilan

secara tidak langsung bagi Negara Republik Indonesia. Namun disisi lain, bahwa ternyata dari

jumlah yang cukup besar dan kasus yang cukup banyak timbul terdapat beberapa hal yang

kemudian pula menjadi masalah mengapa TKI kita ini tidak begitu baik tanggapannya dimana

dunia luar. Hal yang ditemukan kemudian bahwa ternyata dari sekian banyak masalah yang

mencuat ke permukaan ternyata dari dalam negeri sendiri memiliki faktor yang cukup dominan

sehingga kasus-kasus kekerasan TKI kemudian bermunculan.

(3)

Dalam menjelaskan penyebab keterlambatan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan

permasalahan TKI, maka digunakan konsep koordinasi perlindungan tenaga kerja Indonesia,

urgensi hukum ketenagakerjaan internasional, dan kerjasama bilateral. Undang-Undang RI

Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa PPTKIS bersama pemerintah

memiliki kewajiban untuk melindungi TKI sebelum berangkat, ketika bekerja, dan setelah

pulang ke negara asal. Pemerintah dan PPTKIS melakukan koordinasi dalam melakukan

perlindungan terhadap TKI. Koordinasi dilakukan dengan saling mengerjakan tugas dan

kewajiban masing-masing dengan porsi seimbang serta saling berhubungan atau memberi

informasi. Koordinasi dapat dilakukan antara pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan

para pejabat, dan pemerintah dengan tenaga kerja. Pertemuan antara pemerintah telah

dilaksanakan Indonesia dengan Arab Saudi dalam beberapa waktu. Pertemuan pemerintah

dengan para pejabat juga dilaksanakan ketika akan merumuskan keputusan atau setelah adanya

permasalahan terhadap TKI. Pertemuan antara stake holder dengan tenaga kerja dilakukan ketika

terjadi permasalahan. Stake holder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemerintah

Indonesia dan Arab Saudi, Kemlu serta PPTKIS.

Arab Saudi melalui Komite Rekrutmen Nasional pada Dewan Kamar Dagang dan

Industri Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan rekrutmen TKI karena Indonesia dianggap

telah gagal memenuhi syarat pengiriman TKI ke Arab Saudi dan meminta Indonesia untuk

menarik seluruh TKI dari Arab Saudi. Keputusan tersebut muncul setelah penilaian pemerintah

Arab Saudi berdasarkan pemberitaan media massa di Indonesia yang mempermasalahkan

berbagai pelanggaran dan penyiksaan yang dialami TKI informal asal Indonesia oleh para

(4)

Langkah yang diambil pemerintah Indonesia melalui rapat dan pertimbangan dalam

menyikapi putusan pemerintah Arab Saudi adalah dengan memperketat proses rekrutmen TKI

agar memenuhi standar perekrutan TKI dan tidak menyetujui permintaan Arab Saudi untuk

menarik seluruh TKI yang sedang bekerja disana. Pemerintah Indonesia juga memberlakukan

moratorium yang berisi pemberhentian pengiriman TKI sektor informal ke Arab Saudi pada

2011. Dalam rapat kabinet terbatas terkait penanganan kasus TKI yang dipimpin oleh Presiden

Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, presiden menyatakan bahwa identifikasi permasalahan

TKI di Arab Saudi oleh pemerintah Indonesia terlambat. Identifikasi kasus yang terlambat juga

akan menyebabkan keterlambatan pemerintah Indonesia dalam merespon, melakukan tindakan

dan merumuskan kebijakan untuk menangani masalah penempatan dan perlindungan TKI.

Dalam tulisan ini akan meneliti alasan-alasan apa saja yang meyebabkan pemerintah Indonesia

dianggap terlambat dalam menangani masalah penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia di Arab Saudi. Selain itu, tulisan ini bertujuan sebagai kritik terhadap pemerintah

Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan TKI di Arab Saudi.3

Di sisi lain kemudian kita bisa melihat bahwa adanya tumpang tindih dalam penempatan

dan perlindungan TKI di luar negeri yang berasal dari internal emerintah Negara Republik

Indonesia dimana masih ada ketidak jelasan struktur dalam pengelolaan yakni adanya dualism

yang kemudian terjadi dalam tubuh sistem sehingga saling tarik menarik kepentingan ini yang

menimbulkan banyaknya kekeliruan yang terjadi. Tarik menarik antara kementerian tenaga kerja

sebagai lembaga Negara yang mengurusi masalah tenaga kerja dengan badan yang kemudian

dibentuk untuk memantau, menempatkan dan melindungi TKI hingga hari ini masih saja terjadi

sehingga akhir dari keputusan yang terkadang saling tarik menarik ini menjadikan tujuan utama

dalam masalah TKI menjadi terbengkalai.

(5)

Kemudian, melihat beberapa kasus yag kemudian terjadi diluar negeri mengenai TKI

ternyata hampir semua berasal dari tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia. Banyaknya kasus

yang terjadi seperti hukuman pancung dan lainnya di arab Saudi yang mengarah pada TKW

menjadi salah satu analisis yang kemudian perlu dicermati akibat dari berbagai persoalan yang

muncul. Melihat tingginya kekerasan yang terjadi di kalangan ternaga kerja wanita di arab Saudi

kemudian mnejadi inti dari analisa dari penelitian ini. Ada banyaknya TKW yang terkena

hukuman di arab Saudi menjadi salah satu permasalah yang kemudian diangkat dari tulisan ini

terkhusus pada hukuman pancung yang kemudian terjadi di arab Saudi. Tenaga kerja wanita

yang kemudian terkena sanksi di araba Saudi hingga kini terus bertambah dan belum ada solusis

kemudian yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi hal tersebut sehingga menjadi

masalah yang krusial dalam membahas masalah ini.

Pembangunan Indonesia

Konsep dasar Negara

Saat ini kita bisa melihat bagaimana sebenranya konsep dari pembangunan yang ingin

dicapai oleh Negara republik Indonesia kemudian tidak begitu signifikan da terarah dimana

kematangan di segala bidang belum Nampak dalam proses pembangunan yang terjadi. Hal yang

semestinya sudah matang seiring dengan pertumbuhan bangsa serta proses kemerdekaan sampai

saat ini belum terasa dalam pembangunan yang dicanangkan. Perencanaan yang kemudian

terbangun hingga kini belum begitu terasa dalam ruang kehidupan sosial, politik dan ekonomi

masyarakat Indonesia.banyaknya kepentingan yang kemudian bermain dalam proses

(6)

kemudian menjadi akar dari gagalnya pembangunan Indonesia. Seperti yang dikatakan Selo

Soemardjan bahwa

“Seandainya pembangunan dapat terlaksana dengan hanya rencana pembangunan itu sebagai pedoman, dan seandainya tiada sumber-sumber pembangunan di luar rencana berpengaruh pada pertumbuhan bangsa, kemajuan dapat dicapai dengan kadar keseimbangan yang cukup. Namun saying, kenyataan menunjukkan perkembangan yang berbeda.”4

Hal yang kemudian menjadi problem saat ini yang membuat bangsa ini semakin terpuruk

dan terbelakang. Fungsi Negara dalam upaya sebagai lembaga tertinggi yang mengatur dan

mengendalikan masyarakat pun hingga kini belum juga berjalan dengan baik. Fungsi-fungsi

seperti Negara yang memiliki hak untuk memaksakan kehendak kepada warga atau kelompok

dalam masyarakat dan Negara sebagai pelembagaan dari kepentingan umum maka sangat perlu

ada peran besar yang kemudian bermain dalam lembaga Negara.5

Jacobsen dan Lipman dimana kedua Sarjana Wanita dari belanda juga mengemukakan

dalam buku political science, mereka membedakan tujuan dan fungsi Negara. Menurut mereka

tujuan Negara :

a. Pemeliharaan Ketertiban

b. Memajukan Kesejahteraan individu dan Kesejahteraan umum, dan

c. Mempertinggi moralitas

Mengenai fungsi Negara yang kemudian mereka membedakan atas fungsi essensial,

fungsi jasa dan fungsi perniagaan6

4Dikutip dari Sudarsono, Juwono. Seri Bunga Rampai no.2 FISIP UI “Pembangunan Politik dan Perubahan

Politik”. PT. Gramedia, Jakarta 1976. Hlm. 158.

5Pandangan Arief Budiman dalam Buku Teori Negara, PT. Gramedia, Jakarta 1996. Hlm. 2-3

(7)

Selain sebagai kekuatan utama, Negara juga merupakan lembaga yang berperan dalam

mengelola masyarakatnya yang kemudian bisa melihat dari potensi yang dimiliki sehingga

terjadi pemetaan masyarakat dimana masing-masing masyarakat ini kemudian bekerja ataua

melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka ketahui atau keahlian mereka.

Pembangunan Politik

Selain Negara yang dalam hal ini begitu penting perannya dalam melihat masalah Tenaga

Kerja Indonesia terkhusus wanita adalah juga kita bias melihat factor lain seperti konsep

pembangunan yang direncanakan oleh Negara dalam merancang kondisi masyarakatnya. Konsep

pembangunan kemudian diniai sangat penting terutama pembangunan politik yang kemudian

akan dilihat kedepannya. Lucian W. Pye kemudian menjelaskan mengenai beberapa aspek yang

kemudian ada dalam proses pembangunan politik suatu Negara yang antara lainnya, (1)

Pembangunan Politik sebagai Prasyarat Pembangunan Ekonomi, (2) Pembangunan Politik

sebagai kehidupan politik khas masyarakat-masyarakat industry, (3) Pembangunan Politik

sebagai Modernisasi Politik, (4) Pembangunan Politik sebagai operasi Negara-kebangsaan, (5)

Pembangunan Politik sebangai Pembangunan Administrasi dan hokum, (6) pembangunan Politik

sebagai Mobilisasi masa dan partisipasi, (7) Pembangunan Politik Sebagai Pembinaan

Demokrasi, (8) Pembangunan Politik sebagai Stabilitas dan Perubahan Tertib, (9) Pembangunan

Politik sebagai mobilisasi dan Kekuasaan, (10) Pembangunan Politik sebagai satu segi dalam

proses perubahan sosail yang multi dimensional.7

pengadilan untuk mengadili pelanggar hukum. Kemudian fungsi jasa yaitu: pembukaan trayek kereta api;

(8)

Dari masing-masing aspek tersebut yang lebih mendekatkan dengan kasus TKW

Indonesia adalah bagaimana pembangunan itu kemudian dilihat dari sebuah proses menuju

pembangunan ekonomi.

Konsep WID dan GAD

Pendekatan WID (Women In Development) merupakan suatu pendekatan pertama

yang memikirkan peran perempuan dalam pembangunan dan juga sebagai suatu kebijakan dalam

pembangunan. Pendekatan ini mulai dikenal pada tahun 1970 setelah Ester Boseroup

mengeluarkan bukunya yang berjudul Women’s Role and Economic Development yang telah

menyadarkan masyarakat dunia bahwa perempuan sebenarnya berperan penting dalam

pembangunan, karena sebelumnya makna kerja bagi masyarakat dunia adalah suatu pekerjaan

yang tentunya menghasilkan uang.

Istilah ”perempuan dan pembangunan” muncul pada awal tahun 1970an oleh Women’s

Comittee of the Washington D.C. Chapter of the Society for International Development sebagai

bagian dari strategi untuk menarik para pembuat kebijakan di Amerika, karena sebagian besar

kebijakan yang ada didasarkan pada paradigma modernisasi.8 Sehingga hal tersebut yang

mendorong diintegrasikannya perempuan dalam pembangunan, agar paradigma kerja tradisional

perempuan setidaknya diakui sebagai bagian dari perekonomian nasional, karena tanpa disadari

perempuan telah menyumbang bagian yang cukup besar dalam pembangunan.

Pendekatan WID mengharuskan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama

dengan laki-laki baik dalam hal pendidikan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan sisi

produktif perempuan. Dengan adanya asumsi seperti hal tersebut, memicu munculnya kebijakan

(9)

baru yaitu kebijakan perempuan dalam pembangunan (Women and Development/WAD) yang

tidak hanya menitikberatkan untuk mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan namun

juga menganggap perempuan sebagai sosok yang penting dari segi ekonomi maupun pekerjaan

publik atau domestiknya.

Pendekatan WAD (Woman and Development) kemudian mengalami pergeseran menjadi

pendekatan GAD (Gender and Development) dimana pendekatan ini merupakan satu-satunya

pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan dan

semua kerja yang dilakukan perempuan dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah

pekerjaan dan mempertahankan keluarga dan rumah tangga. Untuk mempermudah pemahaman

mengenai ketiga pendekatan diatas, maka Wigna (2003) mengelompokkan ketiga pendekatan

tersebut menjadi :

1. WID merupakan usaha praktis yang mencoba mengintegrasikan perempuan kedalam

pembangunan,

2. WAD mempunyai pengertian yang lebih luas dalam memandang ulasan kritis terhadap

perenan perempuan serta pengaruh kebijakan dan proyek pembangunan, dan

3. GAD mempertegas hubungan sosial laki-laki dan perempuan dalam proses

pembangunan.9

9Nuraeni Prasodjo & Winati Wigna. 2003. Gender dan Pembangunan. Modul Kuliah Program Alih Jenjang CERd-DEPDAGRI Level 3 Wing 1 Gd. Fakultas Pertanian, Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga (tidak

(10)

Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab Saudi

Ketika melihat beberapa kasus yang sering terdengar melalui media cetak dan elelktronik

yang kemudian membuat miris kondisi kita sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang konon

(11)

melimpah kemudian berubah menjadi kondisi seperti saat ini dimana seluruh hasil bumi yang

kita miliki justru lebih dikuasai oleh asing disbanding masyarakat pribumi ataupun masayarakat

local setempat dimana hasil alam itu kemudian dikeruk. Ada peran yang kemudian hilang dari

Negara yang selama ini yang seharusnya dijalankan kemudian tidak terlaksana seperti adanya.

Konsep yang kemudian menjelaskan bahwa Negara adalah lembaga yang mengatur apa yang

dimiliki baik itu sumber daya dan lainnya kemudian sulit untuk diakses oleh warga negaranya

sendiri. Pergeseran kemudian muncul dimana Negara tidak lagi sebagai pelindung sekaligus

pemaksa yang sama dengan konsep yang sebelumnya dimana memang dalam suatu

perkembangan politik yang kemudian terbangun tidak secara langsung atau serta merta dibarengi

dengan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah komposisi. Hal ini ini kemudian sama seperti yang

diungkapkan Lucian W. Pye dimana pertumbuhan ekonomi masyarakat sangat lambat disbanding

dengan pertumbuhan politik.10 Hal ini kemudian mengakibatkan banyaknya pilihan yang timbul

untuk mencoba mencari nafkah di luar negeri sehingga proses ini kemudian membuat banyaknya

warga Negara terkhusus perempuan menjadi tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri. Hal

yang sama kemudian diungkapkan Bapak Sutarda selaku kelapa Unit laboratorium data BNP2

TKI yang mengatakan:

“Salah satu factor yang kemudian muncul ketika kita melihat persoalan mengenai besarnya arus tenaga kerja Indonesia keluar negeri adalah karena tidak adanya lapangan kerja yang kemudian tersedia di dalam negeri, sedang jumlah pencari kerja yang terus bertambah tiap tahunnya serta tuntutan ekonomi yang kemudian terus menghimpit kehidupan para tenaga kerja yang juga ingin memiliki penghidupan yang layak seperti pada umumnya.”11

Kurangnya lapangan kerja yang kemudian timbul di dalam negeri menjadikan hal ini

sebuah pilihan bagi warga Negara untuk mencari kerja keluar negeri. Hal ini kemudian bisa

dilihat dari tabel dibawah bahwa awal dari 2008 silam terjadi perpindahan yang cukup besar

10Pye, Op.Cit,. Hlm. 18

(12)

warga Negara Indonesia ke luar negeri yang dalam hal ini menjadi Tenaga Kerja Indonesia dalam

(13)
(14)

Dari jumlah dari tahun 2008 hingga 2012 meski terdapat penurunan jumlah tenaga kerja

yang berangkat keluar negeri namun ada hal lain yang kemudian masih tersisa dari kondisi ini

dimana masih banyaknya tenaga kerja yang berangkat itu lebih didominasi tenaga kerja wanita

dalam bidang informal. Hal ini kemudian dibenarkan pula oleh Budiman selaku Kasi

perlindungan Bidang Perlindungan dan Penempatan. Beliau mengatakan bahwa:

“Selama ini banyak dari rakyat kita yang berangkat keluar negeri dengan alasan untuk kepetingan mencari nafkah yang dalam hal ini kemudian mencoba peruntungan di negeri asing. Namun kemudian hal yang menjadi hal yang perlu diperhatikan bahwa mereka lebih kepada profesi informal seperti pembantu rumah tangga karena melihat keahlian mereka yang kemudian terbatas. Hal ini yang menjadikan kualitas persainngan kita dengan tenaga kerja dari Negara lain seperti Filipina dan lainnya kurang bisa begitu bersaing.”12

(15)

Hal ini juga dibuktikan dengan tingginya TKW yang berangkat ke arab Saudi pada tahun

2008 sebanyak 199.359 orang, 2009 sebanyak 251.724 orang, 2010 sebanyak 198.637 orang,

2011 sebanyak 197.037 orang dan 2012 sebanyak 40.655 orang. Dan dari semua data ini adalah

pekerja wanita atau TKW, meski jumlahnya tiap tahun bervariatif namun dari data ini

menunjukkan jumlah yang signifikan TKW kita memilih arab Saudi sebagai tujuan tempat kerja.

Hal juga yang kemudian di benarkan Kepala BNP2TKI yakni bapak Jumhur Hidayat dimana

beliau menjelaskan :

“Salah satu alasan mengapa para tkw ini kemudian lebih banyak memilih bekerja di arab Saudi antara lain karena alasan agama dimana alasan ini dapat berupa alasan umroh lalu tinggal dan menjadi TKW di arab atau memang dengan alasan kerja yang legal dari kami.”13

Banyaknya kemudian cara TKW untuk menuju ke arab Saudi menjadi salah satu masalah

yang juga sangat sulit untuk mencegahnya warga Negara kita menuju arab Saudi. Karena alasan

ibadah dan lainnya kemudian menjadikan sulitnya mengawasi arus perjalanan para TKW illegal

keluar negeri khususnya Arab Saudi.

Upaya Perlindungan Negara

Sebagian besar TKW yang resmi kemudian mudah untuk di pantau oleh Negara dimana

bukan hanya dari BNP2TKI dan PPTKIS yang dalam hal ini adalah penyelenggara resmi

perjalanan tenaga kerja ke luar negeri. Meski demikian masih banyak terjadi hal-hal yang

kemudian menimbulkan masalah terhadap tenaga kerja wanita pada khususnya. Bahkan ada yang

sampai mengalami hukuman pancung di Arab Saudi. Masalah yang beraneka macam sebagai

alasan hukuman pancung ini juga banyak sehingga perlu penanganan khusus dari perwakilan

Indonesia yang dalam hal ini kedutaan luar negeri di arab Saudi dalam pendampingan hukum

(16)

para tenaga kerja wanita yang tertimpa masalah. Faktor seperti kurang pahamnya para TKW

dalam berbahasa Arab, etos kerja mereka yang kurang begitu disenangi oleh pengguna jasa,

hingga tindakan seperti penganiayaan yang dilakukan tenaga kerja yang kemudian menjadi kunci

sebab dijatuhkannya mereka ke dalam proses hukum di sana. Dari pihak pemerintah pun juga

sebenarnya telah berupaya untuk mendampingi hingga menyelesaikan persoalan TKW ini,

namun kemudian ada hal yang menjadi perhatian dalam penanganannya yakni prosedur hukum

yang beralaku kemudian di arab Saudi memiliki perbedaan. Yang Nampak mencolok adalah

mekanisme pendampingan kuasa hukum yang kemudian bisa menjadi pendamping hukum TKW

dimana dalam aturan arab Saudi adalah berasal dari warga Negara Arab Saudi sendiri dan ini

kemudian sifatnya keharusan untuk diikuti. Kewajiban untuk menggunakan tenaga hukum warga

Arab Saudi ini terkadang menjadi anggapan yang kurang menyenangkan dari kita selaku Negara

yang menjadi pengirim, meskipun biaya yang dikeluarkan ditanggung Negara namun kuasa

hukum yang mesti digunakan adalah kuasa hukum berketurunan arab Saudi. Fungsi KBRI

kemudian dimana mereka harus menyiapkan pengacara yang berasal dari arab Saudi yang

menjadi kekhawatiran. Hal ini kemudian sama dirasakan oleh pihak di BNP2TKI. Mereka

terkadang ragu dengan apa yang dilakukan para kuasa hukum yang mendampingi para TKW

Indonesia ketika sedang menghadapi kasus. Bahkan menurut Bapak Henry Prajitno Selaku

kepala Unit Crisis Centre BNP2TKI mengatakan :

“Bukan kami tidak percaya akan proses hukum yang terjadi pada TKW kami di arab Saudi namun yang kami takutkan adalah adanya keberpihakan hukum yang kemudian dilakukan oleh kuasa hukum yang kami pilih sehingga berdampak kemudian pada proses hukum yang dijalani oleh TKW kita di luar negeri.”14

(17)

Berdasarkan pendapat tersebut kemudian dapat disimpulkan sementara bahwa proses

hukum yang kemudian berjalan di Arab Saudi, kurang begitu diyakini kemudian oleh pemerintah

selaku pihak yang mengurusi TKW Indonesia yang sedang dapat proses hukum.

Keterkaitan kemudian antara Negara, TKW Indonesia dan Perempuan adalah hal yang

kemudian dapat dianalisa berdasarkan data yang ada dimana hal yang kemudian banyak

dipermasalahkan dalam negeri ini bisa di selesaikan dengan mekanisme yang jelas. Negara yang

dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memberikan penghidupan yang layak

pada warga negaranya harus kemudian berperan aktif dalam proses kebijakan yang sifatnya

umum mengenai lowongan kerja. Hal yang mnejadi kunci yang harus dilakukan oleh Negara

adalah membuka lapangan kerja dalam negeri guna mengurangi pengangguran dalam negeri dan

arus perpindahan warga Negara sebagai Tenaga kerja keluar negeri. Seperti pada sector industri

local dalam negeri dimana harusnya ada perekrutan tenaga kerja dalam negeri dalam proses

pengelolaannya. Dan menggunakan kemampuan para ahli dalam negeri guna menciptakan segala

bentuk perkembangan sehingga tidak lagi ada tenaga kerja dalam negeri yang memiliki

kemampuan khusus seperti para professor dan ahli untuk mencari kerja keluar negeri hanya

karena tenaga dan pemikiran mereka tidak begitu dilirik didalam negeri. Seperti yang dijelaskan

kemudian Jacoben dan Lipman bahwa Negara harus menyediakan kemudian lapangan kerja

untuk menghindari meningkatnya pengangguran. Aktifnya Negara untuk turut campur dalam

bidang tersebut dengan maksud agar dapat menjamin kehidupan yang layak bagi warga

negaranya hal ini kemudian menjadi sorotan Mac Iver dalam melihat Fungsi ekonomi suatu

Negara dalam buku “Web of Government”.15 Ketika melihat hal ini kemudian menjelaskan

bahwa pembangunan yang kemudian terjadi di Indonesia pada saat ini tidak hanya melemah

(18)

pada sector ekonomi yang mana Negara menjadi lesu atas kondisi ekonomi namun juga dari

struktur SDM masyarakat. Faktor lainnya adalah birokrasi yang kemdian bekerja dalam sistem

yang ada saat ini dimana kematangan birokrasi secara menyeluruh masih jauh dari harapan.

Memang pada dasarnya birokrasi diharapkan mampu menjalankan suatu pekerjaan secara

maksimal karena birokrasi telah diisi oleh para profesional. Gagasan tentang maksimalisasi tugas

pemerintahan sudah ada sejak masa lalu. Banyak ahli percaya bahwa konsep yang mirip dengan

birokrasi telah dipakai di masa lampau seperti pada pemerintahan Romawi, Mesir kuno, atau

Cina kuno dimana ketika itu para pejabat kerajaan diseleksi dengan sistem ujian, senioritas dan

keahlian.16 Dalam kaitannya kemudian dengan perempuan, bahwa salah satu faktor yang

kemudian menjadi kendala adalah bagimana posisi partisipasi perempuan dalam pembangunan

saat ini. Bukan hanya dari segi kuantitas tapi segi kualitas serta aksi yang mereka lakukan.

Seperti yang kemudian Shirin Rai jelaskan mengenai pandangan Najwa Chowdhry bahwa

konsep pembangunan yang kemudian ada di negara dunia ketiga itu juga melibatkan peran

kelompok yang mengatas namakan pembangunan serta perempuan untuk coba lepas dari sitgma

dan ikut berpartisipasi dalam merumuskan masalah serta solusi yang memungkinkan perempuan

untuk lepas dari konsep partriarkhi yang selama ini dibangun pada diri mereka.17 Peran

perempuan belum secara utuh keluar dari budaya partriarkhi yang ada dikarenakan belum

sepenuhnya kondisi indonesia melibatkan perempuan secara utuh dalam pengambilan keputusan.

Dengan standar kuota yang menjadi aturan dalam sistem tetap tidak memberikan hasil positif

meskipun sebagian besar dari itu memliki nilai lebih yang baik seperti adanya sekarang

perwakilan perempuan di parlemen, dan beberapa tokoh perempuan ikut serta dalam proses

pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan perempuan sendiri. Meskipun jumlahnya

(19)

belum signifikan namun sedikit lebih maju dari saat sebelumnya dimana perempuan dengan

kondisi yang lebih kepada pendamping para suami (Konco Wingking), telah lebih baik.

Hal yang kemudian terjadi di indonesia terkhusus masalah Tenaga Kerja Wanita adalah

bahwa dalam setiap proses perekrutan yang dilakukan kemudian tidak dilakukan dengan baik

oleh negara, yang disebabkan kerumitan sistem yang kemudian tersusun. Sehingga hasil yang

kemudian terjadi adalah banyaknya tenaga kerja yang kualitasnya masih jauh dari standar yang

diinginkan. Hal yang sama diungkapkan Shirin Rai bahwa dalam membangun ekonomi suatu

negara utamanya negara ketiga harus ada pemahaman yang sama kemudian dimiliki oleh

warganya yang mana pemahaman tersebut tidak membedakan antara pria dan wanita demi

tercapainya pembangunan sosial ekonomi dan politik.18 Dan faktor tersesbut diakui oleh seluruh

narasumber yang mana menjelaskan kemudian bahwa yang menjadi sumber kerusakan sistem

yang kemudian berjalan adalah karena BNP2TKI tidak sepenuhnya di berikan wewenang untuk

mengelola sistem yang ada sehingga proses yang dihasilkan menjadi sedikit terbengkalai seperti

pada sistem pendidikan tenaga kerja yang sebenarnya harus memenuhi standar seperti 210 jam

untuk TKW tujuan Arab Saudi yang kemudian tidak terealisasi sebagaimana menstinya yang

terjadi hanyalah proses pendidikan tenaga kerja sebatas penyuluhan yang berakibat fatal.19

Yang kemudian disayangkan oleh semua lapisan adalah bagaimana kemudian tidak

berfungsi secara baiknya peran negara yang ada selama ini sangat jauh berbeda dengan apa yang

menjadi konsep negara yang dijelaskan oleh para pemikir sebelumnya yang kemudian hal ini

18Ibid,. Hlm. 59-60

(20)

tidak juga mampu dibenahi saat ini. Banyaknya persoalan yang kemudian timbul, kini tak

mampu lagi di urusi oleh para elit yang entah apa dan bagaimana mereka bekerja.

Peran para perempuan yang selalu tidak begitu direspon oleh para kaum lelaki hingga

terkadang gerakan perempuan ini tidak begitu diperhatikan kemudian menjadi kunci sebenarnya

rusaknya sistem yang kemudian di gunakan oleh bangsa ini.

Kesimpulan

Sangat susah ketika kita ingin melihat bagaimana sebenarnya proses yang baik terjadi

dalam negara indonesia dari sektor ke sektor dimana masih banyak kesalahan yang kemudian

terbangun dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan warga negara selama ini. Yang lebih

mengerucut kemudian masalah TKW Indonesia yang hingga kini belum pernah mengarah ke

tujuan yang baik. Sistem yang dikembangkan lebih kepada pola kuantitas dan mengesampingkan

kualitas TKW. Hal ini juga dilihat bahwa kesalahan negara dari banyaknya TKW yang teraniaya

di Arab Saudi maupun negara lainnya karena kurangnya lapangan kerja yang baik di dalam

negeri sehingga para TKW ini kemudian memilih untuk ke luar negeri meskipun sebenarnya

pilihan ini cukup sulit untuk nantinya mereka jalani serta resiko yang akan mereka hadapi

kemudian.

Peran negara yang selama ini nampak hanya pada prosedural pengiriman tanpa

mengutamakan keamanan warga negara dan perlindungan mereka selama bekerja di luar negeri

yang menyebabkan banyaknya TKW yang menjadi korban. Adanya pula gesekan antara institusi

pemerintah yang kemudian juga menambah panjang rumit masalah yang ditimbulkan menjadi

(21)

Keterlibatan lebih jauh perempuan dalam memperjuangkan nasib kaum mereka yang

tertindas tidak begitu diperhatikan kemudian oleh para wakil rakyat dan pejabat pemerintah yang

dinilai hanya sebagai gerakan biasa karena konsep partriarkhi yang mereka pegang teguh

kemudian dalam sistem yang mereka jalankan hingga kini.

Upaya pemerintah untuk membuka lapangan kerja dalam negeri sampai saat ini tidak

pernah terealisasi sehingga pilihan para warga negara untuk berjuang mencari nafkah ke luar

negeri manjadi pilhan meskipun besarnya resiko dan tantangan yang akan mereka hadapi

kemudian. Serta belum sepenuh hatinya lembaga perwakilan rakyat menjalankan fungsi dan

tugas sebagai perwakilan hingga hari in yang juga merupakan salah satu faktor dari sekian

banyak masalah yang kemudian timbul di bangsa ini.

Tidak adanya solusi yang pemerintah berikan saat ini bukti bahwa tidak ada keseriusan

dalam mengelola negara dan melindungi warga negara yang bekerja di luar negeri. Namun disisi

lain pemerintah selaku mengatakan bahwa TKW Indonesia adalah pahlawan devisa negara tapi

hingga kini belum ada mekanisme atau cara khusus dalam mendampingi dan melindungi warga

negaranya diluar negeri.

Bahan Bacaan :

Atmadja, I Dewa Gede. Ilmu Negara. Setara Press; Malang, 2012.

Budiman, Arief. Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi. PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta, 1996.

Bashin, Kamla dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok mengenai Feminisme dan Relevansinya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.

(22)

Chaniago, Andrinof A. Gagalnya Pembangunan: Membaca Ulang Keruntuhan orde Baru. LP3ES; Jakarta 2012.

Mar’iyah, Chusnul & Nur Alia Pariwita. Reading Kit Perempuan, Politik dan Negara Volume I. FISIP UI; Depok, 2010.

Moose, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. Pustaka Pelajar; Yogyakarta, 1996.

Munandar, Haris. Pembangunan Politik, Situasi Global dan Hak Asasi di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta, 1994.

Rai, Shirin. Gender and The Political Economy of Development: From Nationalism to Globalization. University Of essex; 2002

Rakasima, Mahmud Fadli. Dkk. 5 Tahun Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia: Mengabdi dengan Cinta. BNP2TKI; Jakarta, 2011.

Razavi, Shahrashoub & Carol miller. Jurnal: From WID to GAD: Conceptual Shifts in the Women and Development Discourse. UNDP; 1995.

Robinson, Richard. Soeharto & Bangkitnya Kapitalisme Indonesia. Komunitas Bambu; Depok, 2012.

Prasodjo, Nuraeni & Winati Wigna. 2003. Gender dan Pembangunan. Modul Kuliah Program Alih Jenjang CERd-DEPDAGRI Level 3 Wing 1 Gd. Fakultas Pertanian, Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga (tidak dipublikasikan).

Setiono, Jaring Birokrasi Tinjauan dari Aspek Politik dan Administrasi. Gugus Press; Bekasi, 2002.

Sjamsuddin, Nasaruddin. Integrasi Politik di Indonesia. PT. Gramedia; Jakarta, 1989.

Referensi

Dokumen terkait

Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kita ilmu menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Experiments were conducted to examine the effect of cyclodextrin-encapsulated b-carotene on basal or cholesterol (cyclodextrin-encapsulated), LH and dibutyryl cyclic AMP

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Data Aktual Blus ABG Batik dengan Hasil Prediksi Metode Yang Memiliki MAPE 3 Terkecil

Auksin akan rusak dan berubah menjadi suatu zat yang justru menghambat terjadinya pembelahan sel-sel pada daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang

Penelitian ini tentang pengaruh return on asset, suku bunnga, Biaya operasional pendapatan operasional dan capital adequacy ratio terhadap tingkat bagi hasil

Setiap kegiatan perekonomian mengharapkan efesiensi dan efektifitas dalam penggunaan faktor- faktor produksi. Kegiatan pembenihan ikan patin merupakan salah satu kegiatan

Hasil penelitian berpikir kritis mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan bilangan bulat berbasis media realisik adalah mahasiswa mampu menganalisis, menevaluasi dan

serta tinjauan akuntansi keuangan mengenai definisi akuntansi, pengertian dan tujuan laporan keuangan, pengertian pendapatan dan beban, pengakuan akuntansi terhadap