• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Keamanan - Asuhan Keperawatan Pada An. T dengan Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "A. Keamanan - Asuhan Keperawatan Pada An. T dengan Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman di RSUD. Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, 2000)

A. Keamanan

Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengaruhi kemampuan seseorang.

1. Oksigen

Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.

2. Kelembaban

Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat

3. Nutrisi

Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

B. Kenyamanan 1. Nyeri

(2)

a. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan.

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih

c. Mual

Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.

C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan 1. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

2. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury

3. Gangguan Persepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan.

4. Keadaan Imunits

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit

5. Tingkat Kesadaran

(3)

6. Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.

7. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok 9. Status nutrisi

10. Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.

11. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

12. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.

13. Kebudayaan

(4)

Kejang demam

Inflamasi Infeksi

Peningkatan suhu tubuh

Metabolisme basal meningkat Kebutuhan O2 meningkat

Glukosa ke otak menurun

Perubahan konsentrasi dan jenis ion di dalam dan di luar sel

Difusi ion Na+ dan K+

Kejang

Durasi pendek Durasi lama

Sembuh Apnea (Smeltzer & Bare, 2000)

(5)

1. Komplikasi

Menurut Ngastiyah (1997), komplikasi tergantung pada : a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita demam kejang

c. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal

Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila hanya 1 atau tidak ada sama sekali faktor tersebut. Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja.

Hemiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit)

Dari suatu penelitian, demam kejang sederhana menyebabkan kelainan pada IQ tetapi pada klien demam kejang yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya, jika demam kejang diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar. Demam kejang yang beralngsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.

2. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa b. Pila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya

edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid seperti deksametason ½ - ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

c. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang d. Pemberian Fenobarbital secara IV

e. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV

f. Pembedahan, terutama untuk pasien yang resisten terhadap pengobatan yang tujuannya :

(6)

2) Menentukan letak / focus epileprogenik 3) Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya

4) Namun pembedahan dapat meninbulkan berbagai komplikasi lain : edema serebral, hemoragi, hidrocepalus, infark serebral atau peningkatan kejang. (Ngastiyah, 2005).

3. Penatalaksanaan Keperawatan a. Pertahanan suhu tubuh stabil

b. Menjelaskan cara perawatan anak demam

c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan

d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama, abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple kurang dari 24 jam.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Ngastiyah, 1995 menjelaskan beberapa pemeriksaan penunjang untuk kejang demam, yaitu :

a. Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemoragik

b. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis SSP

c. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur

d. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi : 1) Glukosa darah

2) Kalsium fungsi ginjal dan hepar

(7)

1. Pengkajian a. Identitas Klien

Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta tanggal masuk

b. Riwayat Kesehatan

− Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengalami peningkatan suhu tubuh >380C, peningkatan nadi, apnea, keletihan dan kelemahan umum, inkontinesia baik urine ataupun fekal, sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Klien akan merasa nyeri otot dan sakit kepala. − Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya klien riwayat terjatuh / trauma, faktur, adanya riwayat alergi dan adanya infeksi.

− Riwayat Kesehatan Keluarga

Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah deman, selain itu terdpat factor herediter.

c. Pemeriksaan Fisik

I. Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi, rambut klien tipis, mukosa mulut kering, skelera tidak iketrik, konjungtiva anemis

II. Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak ada kelainan)

III. Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa IV. abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus

V. Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan cairan RL, turgor kulit jelek ± 3 detik, kekuatan otot

VI. Genitalia : tidak ada keluhan. VII. Tanda-tanda vital

− Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37’5C

− Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea, pernapasan menurun / cepat; peingkatan mucus.

(8)

d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita (0-5 tahun) (Smeltzer, 2000)

1) Pertumbuhan

Pertambahan BB 2 kg / tahun pada usia 21 bulan, kelihatan kurus, tapi aktifitas motorik tinggi, system tubuh matang (berjalan dan lompat), TB 6-7 cm / tahun, kesulitan makan, eliminasi mandiri, kognitif berkembang, mmebutuhkan pengalaman belajar, inisiatif dan mampu identifikasi identitas diri.

2) Perkembangan (Motorik, bahasa, kognitif)

Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar acak, menjepit benda, melambaikan tangan, makan sendiri, menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan warna, menyebutkan warna benda, mengerti kata sifat, menirukan berbagai bunyi kata, paham dengan arti larangan berespon terhadap panggilan, menagis bial dimarahi, permintaan sederhana, kecemasan perpisahan orang terdekat, mengenali semua anggota keluarga.

e. Pemeriksaan Penunjang 1) CT-Scan

Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemogragik.

2) MRI (Magnetic Resenance Imaging )

Menentukan adanya perubahan / patologis SSP 3) Rontgen Tengkorak

4) Tidak banyak membantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur

a) Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi:

− Glukosa darah

− Kalsium fungsi ginjal dan hepar

− Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi − Kecepatan sedimentasi, hitung platelet

(9)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperawatan utama pasien dapat meliputi yang berikut: (Doenges, 2000)

1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang

2. Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan tekanan intracranial 3. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolic

4. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi

(10)

3. Intervensi

Berdasarkan dianosa keperawatan diatas, maka dapat disusun perencanaan asuhan keperawatan. Pada tahap ini akan ditetapkan tujuan kriteria hasil dan rencana tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan (Doenges, 2000).

No No Dx

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Keperawatan Rasional 1. I Tujuan: Klien

terhindar dari banyak fisik

Kriteria hasil : − Klien tenang

1. Gali bersama klien / keluarga berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang.

2. Pertahanan bantalan lunak pada

penghalang tempat tidur

3. Evaluasi kebutuhan untuk / berikan pelindungan pada kepala

1. Stimulasi

seperti lampu yang terang dapat

meningkatkan aktivitas otak yang 2. Mengurangi

trauma saat kejang terjadi selama klien berada ditempat tidur

3. Penggunaan penutup kepala dapat

(11)

4. Gunakan thermometer dengan bahan mental atau dapat suhu melalui lubang telinga jika perlu

5. Pertahanan

tirah baring secara ketat jika klien

mengalami tanda-tanda timbulnya fase prodomal / aura

6. Tinggallah

bersama klien dalam waktu beberapa lama selama / setelah kejang

7. Miringkan

kepala kesalah satu sisi / lakukan

penghisapan

4. Menurunkan

resiko klien mengigit dan menghancurkan thermometer atau

kemungkinan mengalami

trauma jika taiba-tiba terjadi kejang

5. Pemahaman kepentingan untuk

mempertimbang kan tentang pentingnya

kebutuhan

keamanan diri sendiri

6. Meningkatkan keamanan klien dan

menghindari terjadinya trauma 7. Menurunkan

resiko terjadinya

(12)

pada jalan nafas sesuai indikasi

8. Atur kepala, tempatkan

diatas daerah yang empuk atau Bantu meletakkan pada lanati jika keluar dari tempat tidur jangan lakukan restrein.

9. Lakukan penilaian TTV

10.Berikan obat sesuai indikasi

kerusakan pada

gigi dan jaringan lunak dapat terjadi 8. Menurunkan

resiko trauma fisik ketika klien kehilangan control terhadap otot volunteer

9. Mencatat keadaan

postikal dan waktu

(13)

11.Pantau kadar sel darah, elektrolit dan glukosa

yang minimal 11.Mengidentifikas

ikan factor yang memperberat ./ menurunkan ambang kejang 2 2 Tujuan : Gangguan

perfusi serebral terati Kriteria hasil :

− Tingkatkan kesaradan membaik − Tanda-tanda

vital stabil

− Tak ada tanda peningkatan TIK

1. Tentukan faktor yang

berhubungan dengan keadaan / penyebab khusus selama

koma / penurunan

perfusi serebral dan potensial terjadinya

mungkin dan bandingkan

dengan keadaan normal

1. Kerusakan/kem unduran tanda/gejala neurologist atau kegagalan memperbaikiny a setelah fase awal

memerlukan tindakan pembedahan

2. Mengetahui kecenderungan tingkat

kesadaran dan potensial

pneningkatan

TIK dan mengetahu

lokasi, luas dan kemajuan/ resolusi

(14)

3. Pantau tanda-tanda vital

4. Evaluasi pupil, catat ukuran, kesamaan,

bentuk dan reaksinya

terhadap cahaya

5. Letakkan

kepala dengan posisi agak ditinggikan

dan dalam posisi anatomis

6. Pertahankan keadaan tirah baring,

3. Variasi

mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral pada daerah vasomotor otak 4. Gangguan

penglihatan

yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasika n kemanan yang harus mendapat

perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan 5. Menurunkan

tekanan arteri dengan

meningkatkan dramas dan meningkatkan

sirkulasi / perfusi

(15)

cipatakan lingkungan yang tenang

7. Cegah terjadinya

mengdan saat defeksi dan pernafasan

yang memaksa

8. Berikan

oksigen sesuai indikasi

meningkatkan TIK istirahat total dan

dalam kasus stroke

7. Manuver

valsava dapat meningkatkan 8. Menurunkan

hipoksia yang dapat

menyebabkan vasodilatasi

serebral dan tekanan

(16)

9. Berikan obat sesuai dengan indikasi

9. Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan atau untuk aktivitas sedatif

3 III Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil :

− Klien tidak

gelisah

− Klien dapat

istirahat

1. Monitor suhu tubuh klien

2. Monitor tanda-tanda vital klien

3. Lakukan kompres

dengan air hangat jika temperature > 38 derajat celcius

4. Cegah penggunaan pakaian yang tebal dan terlalu

1. Mengawasi

keadaan yang dapat

menimbulkan komplikasi 2. Kekurangan

cairan

volume nadi 3. Meningkatkan

rasa nyaman dengan

menurunkan vasodilatasi

(17)

ketat 5. Kolaborasi

dengan dokter dalam

pemberian obat sesuai indikasi

5. Untuk

mengoptimalka n terhadap proses metabolic dengan dosis obat yang terendah dan dengan efek samping yang minimal 4 IV Tujuan : klien /

keluarga mengerti kondisi kesehatan sekarang

Kriteria Hasil :

− Orang tua /

keluarga tidak gelisah

1. Jelaskan mengenai

penyakit dan perlunya

pengobatan / penanganan

penyakit sesuai indikasi

proses penyakit

1. Memberikan kesempatan untuk

mengklarifikasi kan kesalahan persepsi dan keadaan

penyakit yang ada seabagi sesuatu yang dapat ditangani dalam cara hidup yang normal

2. Memberikan kemudahan untuk

(18)

pada klien / keluarga

3. Berikan

petunjuk yang jelas pada klien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan jika memungkinkan 4. Diskusikan

mengenai efek samping secara khusus seperti mengantuk, heperaktif, gangguan tidur, mual / muntah 5. Tekankan

perlunya untuk melakukan

evaluasi yang teratur / melakukan

pemeriksaan laboratorium

yang teratur sesaui indikasi 6. Bicarakan

kembali kemungkinan

efek dari 3. Dapat

menurunkan iritasi lambung

4. Dapat

mengindikasika n kebutuhan akan perubahan dalam dosis / obat pilihan yang lain.

5. Kebutuhan terapeutik dapat berubah dan atau efek samping obat yang serius dapat terjadi

(19)

perubahan homone

7. Diskusikan manfaat kesehatan umum yang baik seperti diit yang adekuat

8. Tinjau kembali pentingnya kebersihan

mulut dan perawatan gigi yang teratur

kehamilan dapat

meningkatkan resiko kejang 7. Meningkatkan

perasan sehat dan

mneingkatkan kemampuan

koping yang baik

8. Menurunkan resiko infeksi mulut dan hyperplasia dari gusi

5. V Tujuan : tidak terjadi demam kejang berulang

Kh : suhu tubuh dalam batas normal

1. Pantai tanda-tanda vital

2. Lakukan

kompres hangat

3. Anjurkan klien banyak minum ±2000-2500 ml/hari

4. Berikan obat sesuai indikasi dokter

1. Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh

cairan yang hilang

4. Untuk

(20)

4. Implementasi

Implimentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keparawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Implementasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan dapat diterima oleh klien itu sendiri dan keluarga klien.

Jenis tindakan pada implimentasi ini terdiri dari tindakan: a. Independent

(21)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

2.2. PENGKAJIAN 1. Identitas klien

− Nama : An. T

− Umur : 38 hari

− Jenis Kelamin : Perempuan − Status Perkawinan : Belum menikah

− Agama : Islam

− Pendidikan : Belum sekolah − Pekerjaan : Belum bekerja

− Alamat : Jl. Telaga Gg. Sekota − Tanggal Masuk : 23 April 2014

− No Register : 018620

− Ruangan/Kamar : Perinatologi − Golongan darah : A

− Diagnosa Medis : Demam Kejang

I. KELUHAN UTAMA

Ibu An.T mengatakan bahwa anaknya lemas dan badan anaknya demam tinggi.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/Palliative

1. Apa penyebabnya

Ibu An.T mengatakan Pada beberapa hari lalu pasien sering menangis, kemudian secara tiba – tiba An.T kejang.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

(22)

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan -

2. Bagaimana dilihat

Pasien terlihat lemas di tempat tidur.

C. Region

1. Dimana lokasinya Seluruh badan 2. Apakah menyebar

Ya

D. Severity

Akibat penyakitnya pasien tampak lemas dan sering menangis

E. Time

Ibu pasien mengatakan jika anaknya menangis maka anaknya akan kejang-kejang dan itu tidak menentu waktunya.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Tidak ada

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Tidak ada

C. Pernah dirawat/dioperasi

Ibu klien mengatakan An.T tidak pernah dirawat dirumah sakit ataupun dioperasi.

D. Lama dirawat -

(23)

F. Imunisasi

Ibu klien mengatakan An.T melakukan imunisasi belum lengkap

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Ayah memiliki penyakit asma dan ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

B. Saudara kandung

Ibu pasien mengatakan bahwa saudara kandung dari An.T tidak mengalami sakit.

C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada penyakit

D. Anggota keluarga yang meninggal

Ibu pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang meninggal E. Penyebab meninggal

-

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Ibu pasien mengharapkan bahwa An.T bias sembuh dengan cepat. B. Konsep diri

− Gambaran diri

Ibu pasien mengatakan An.T adalah anak terakhir dari 2 bersaudara. − Ideal diri

Ibu pasien mengharapkan An.T menjadi kebanggaan orang tuanya. − Harga diri

Ibu pasien merasa sedih pada anaknya karena tidak dapat bermain bersama anak seusiannya.

− Peran diri -

− Identitas

(24)

C. Keadaan emosi

Ibu pasien mengatakan An.T masih belum biasa mengontrol emosi.

D. Hubungan sosial

− Orang yang berarti : Ibu An.T mengatakan orang yang berarti bagi anaknya adalah keluarganya.

− Hubungan dengan keluarga: Ibu An.T mengatakan hubungan An.T dengan keluarga sangat baik.

− Hubungan dengan orang lain : Ibu An.T mengatakan hubungan An.T dengan orang lain/teman naik.

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Ibu An.T mengatakan tidak memiliki hambatan dengan orang lain.

VI. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Pasien tampak lemas serta demam yang tinggi B. Tanda-tanda vital

− Suhu tubuh : 39,3˚c

− Tekanan darah : Tidak diakukan pengkajian

− Nadi : 160/x menit

− Pernapasan : 48/x menit

− Skala nyeri : Tidak diukur

− Tinggi badan : 53 cm

− Berat badan : 2300gr

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala

− Bentuk : Simetris dan Oval

(25)

Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Menyeluruh dan bersih dan berwarna hitam.

− Bau : Tidak berbau

− Warna kulit : Kuning langsat

Wajah

− Warna kulit : Sawo matang

− Struktur wajah : oval, Simetris Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, Normal dan Simetris. − Palpebra : Tidak edema, tidak ada bintitan. − Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva tidak anemis dan

sclera tidak ikterus

− Pupil : Ishokor, reflek terhadap cahaya.

− Cornea dan iris : Tidak ada peradangan pada mata klien

− Visus : Tidak dilakukan pemeriksan

− Tekanan bola mata : Normal Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris

− Lubang hidung : Normal dan simetris kiri kanan dan tidak terdapat sekret

− Cuping hidung : Terdapat bernafas dengan

cuping hidung Telinga

− Bentuk telinga : Normal dan simetris

− Ukuran telinga : Normal

− Lubang telinga : simetris dan terdapat serum di lubang telinga

(26)

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Mukosa lembab dan bibir pucat − Keadaan gusi dan gigi : Keadaan gusi berwarna

kemerahan dan Keadaan gigi tampak bersih

− Keadaan lidah : Bersih

− Orofaring : Tidak ada kelainan di orofaring Leher

− Posisi trachea : Posisi trakea klien normal

− Thyroid : Tidak terdapat pembesaran

kelenjar pada thyroid

− Suara : Tidak dilakukan pengkajian

− Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

− Vena jugularis : Tidak dilakukan pengkajian − Denyut nadi karotis : Teraba kuat

Pemeriksaan integument

− Kebersihan : Permukaan kulit tampak bersih

− Warna : Kulit kuning langsat

− Turgor : >3detik

− Kelembaban : Kering

− Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit Pemeriksaan thoraks/dada

− Inspeksi thoraks : Pernafasan menggunakan otot aksesoris

− Pernafasan : 48x Menit

− Tanda kesulitan bernafas : ada Pemeriksaan paru

− Palpasi getaran suara : Merata

− Perkusi : Resonan

(27)

Pemeriksaan jantung

− Inspeksi : Tidak ada pembengkakan

− Palpasi : Tidak ada kelainan

− Perkusi : Dullness, jantung dalam batas

normal

− Auskultasi : Bunyi jantung lup dup

Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi (bentuk, benjolan) : Simetris tidak terdapat massa

− Auskultasi : tidak dilakukan

− Palpasi : Normal

− Perkusi : Normal

Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas

− Kesimetrisan : Simetris kanan kiri

− Kekutan otot : 5

− Edema : tidak terdapat edema

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) : tidak dapat dikaji Fungsi motoric

− Identifikasi sentuhan : Mampu mengidentifikas sentuhan saat melakukaan pengkajian

− Tes tajam tumpul : Mampu membedakan tajam

tumpul

− Panas dingin : Mampu membedakan panas

dingin

(28)

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

− Frekuensi makan/hari : -

− Nafsu/selera makan : Tidak dapat dikaji

− Nyeri ulu hati : Tidak ada

− Alergi : Orang tua OS tidak ada alergi

makanan

− Mual dan muntah : Tidak ada

− Waktu pemberian makan : Setiap 2 jam minum susu − Jumlah dan jenis makanan : Susu ASI dan formula

− Waktu pemberian cairan/minum : Melalui infuse dan langsung ASI

− Masalah makan dan minum : tidak ada II. Perawatan Diri/Personal Hygiene

− Kebersihan tubuh : Tubuh pasien tampak bersih

− Kebersihan gigi dan mulut: kebersihan gigi tampak kekuningan dan mulut tidak berbau

− Kebersihan kuku (kaki dan tangan) : Kuku pasien terlihat panjang dan kotor

III. Pola Kegiatan/Aktivitas

Kegiatan Mandiri Tidak Mandiri

Mandi 

Makan 

BAB 

BAK 

(29)

IV. Pola eleminasi 1. BAB

− Pola BAB : 3-5x/ hari

− Karakter feses : Encer dan berbau khas − Riwayat pendarahan : -

− BAB terakhir : ibu An.T mengatakan BAB terakhir pada pukul 07 malam.

− Diare : -

− Penggunaan laksatif : - 2. BAK

− Pola BAK : 6-8x/ hari

− Karakter urine : kuning dan berbau khas − Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak

− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: Tidak ada riwayat penyakit

(30)

2.3. Analisa Data

No Data Etiology Masalah Keperawatan

1 DS :

− Ibu mengatakan anak demam sejak 2 Minggu lalu

− Ibu mengatakan badan anaknya terasa panas DO :

a. T: 390C

b. HR : 100x/menit c. RR : 30 x/ menit

Proses infeksi

Menganggu pusat pengaturan suhu

tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Resiko demam kejang berulang

2 DS:

− Orang tua menanyakan apa

yang menyebabkan anaknya kejang

− Orang tua mennayakan apakah anaknya bisa kejang kembali

− Orang tua menanyakan bagaimana cara agar anaknya tidak kembali kejang

DO:

− Orang tua mengatakan tidak tau tentang penyakit demam kejang.

− Orang tua kelihatan bingung

Proses penyakit

Hospitalisasi dan kurang Terpajan

informasi

(31)

3 DS: - DO :

− An. T Tampak letih dan lemah

− Susu formula yang

diberikan tidak habis, hanya 100 cc

− BB badan (2300gr) − Konjungtiva anemis

Kejang

Vomiting center terganggu

Nausea, anoreksia

Gangguan nutrisi

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan

(32)

2.4 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko demam kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

klien

(33)

2.5 Intervensi Keperawatan No Diagnosa

Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional 1. Resiko demam

kejang berulang b/d Peningkatan suhu Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : gelisah

Klien dapat istirahat tubuh.

a. Pantai tanda-tanda vital b. Lakukan kompres hangat c. Anjurkan klien banyak

minum ±2000-2500 ml/hari

d. Berikan obat sesuai indikasi dokter

a. Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh b. Untuk menurunkan panas c. Untuk mengganti cairan

yang hilang

d. Untuk mempercepat penyembuhan klien

2. Kurang

pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit klien.

Tujuan : Klien / keluarga mengerti dengan kondisi sekarang

Kriteria hasil : Orang tua tampak tidak cemas / tenang

a. Bina hubungan yang baik dengan orang tua klien

b. Berikan penjelasan tentang keadaan anaknya

c. Berikan kesempatan orang tua klien / keluarga untuk mengekpresikan perasaanya

d. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit anaknya

e. Libatkan orang tua dalam proses keperawatan

a. Mempermudah dalam proses tindakan keperawatan

b. Untuk mengurangi

kecemasan keluarga c. Mengetahui keluahan dan

kecemasan yang sedang dihadapi

d. Menambah pengetahuan ibu dan keluarga

e. Mempercepat proses penyembuhan

3. Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b

/ d muntah

a. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak makan dalam keadaan hangat b. Anjurkan orang tua untuk

memberikan anak makan porsi kecil tapi sering

a. Mengurangi mual dan muntah

b. Menghindari terjadinya mual dan muntah

(34)

Tujuan : Nutrisi seimbang

Kriteria hasil :

− Klien tidak lemah dan letih − Klien tidak

mual dan muntah

− Diet yang

disediakan habis

c. Kaji makan yang disukai klien

d. Monitor makan yang dihabiskan setiap makan e. Timbang BB Klien

f. Jelaskan pada orang tua pentingnya nutrisi untuk pemulihan kesehatan

nurtisi klien

e. Dengan menimbang berat badan perawat dapat mengetahui

perkembangan dan pertumbuhan anak

(35)

Implementasi keperawatan Evaluasi 1. Mempertahankan suhu tubuh stabil

2. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta menjelaskan tujuan

3. Menjelaskan cara perawatan anak demam

4. Beri terapi anti konvulsan jika

diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau kejang lama,

abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple kurang dari 24 jam.

S:

Ibu An.T Mengatakan demam anaknya sudah mulai turun dan BB meningkat

O :

klien terlihat sudah mulai makan dan sudah mulai aktif

A :

Masalah belum teratasi − Klien masih muntah P :

(36)

2.6 Evaluasi

Keefektifan intervensi keparawatan pada anak dengan kejang dapat dilakukan dengan pengkajian secara terus menerus dan evaluasi terhadap asuhan yang dapat di observasi:

1. Anak dan keluarga memahami tanda dan tingkah laku yang menyebakan kejang

2. Mengkaji lingkungan / situasi yang dapat membahayakan anak saat kejang 3. Keluarga mampu melakukan manajemen perawatan anak-anak selama kejang 4. Anak dan keluarga memahami tentang tearpi pengobatan dan bisa

mengidentifikasi faktor-faktor akibat pengobatan

5. Keluarga merasa tenang dan mengerti tentang kondisi anaknya

Referensi

Dokumen terkait

the books of Job and Ecclesiastes provide a critique of the traditional wisdom stance in Israel as found in the book of Proverbs.13 This critique has been termed by scholars like Scott

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini Universitas Sebelas N4aret berhak menyimpan, mensalihmedrakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),

Proses pembelajaran untuk mata pelajaran sejarah pada Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Paket B, dan yang sederajat, serta Sekolah Menegah Atas, Madrasah Aliyah,

(3) Seksi Manajemen Rekayasa dan Kebutuhan Lalu Lintas mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang.. manajemen rekayasa

tugas melakukan penyiapan bahan kebijakan, standar, kriteria, dan pedoman serta pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pengembangan program pendidikan dan pelatihan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan karakteristik aktivitas guru dalam pembelajaran IPA tematik model PAIKEM di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tanduk Ampel

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran interval dan kontinyu terhadap hasil belajar

Bidang Teknik penerangan sudah banyak memanfaatkan kemajuan teknologi khususnya untuk sumber cahaya buatan, Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya jenis lampu listrik

Agus Tanjung: Penerapan struktur pengawasan intern piutang pada PT... Agus Tanjung: Penerapan struktur pengawasan intern piutang