EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT
PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG
KELAS IX MTs MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
DATUL AKMAM NIM: 073511032
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,:
Nama : Datul Akmam
NIM : 073511032
Jurusan/ Program Studi : Tadris Matematika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 29 November 2011
Saya yang menyatakan,
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan:
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Snowball Drilling dengan Bantuan Alat Peraga terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Datul Akmam
NIM : 073511032
Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika.
Semarang 8 Desember 2011
NOTA PEMBIMBING Semarang, 30 November 2011 Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs
MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK TAHUN AJARAN
2011/2012
Nama : Datul Akmam
NIM : 073511032
Jurusan : Tadris
Program Studi : Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing I
NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 November 2011 Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs
MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK TAHUN AJARAN
2011/2012
Nama : Datul Akmam
NIM : 073511032
Jurusan : Tadris
Program Studi : Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing II
ABSTRAK
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling dengan Bantuan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Penulis : Datul Akmam NIM : 073511032
Skripsi ini membahas efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga pada materi tabung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental yang dilaksanakan di MTs Miftahul Falah Bonang Demak. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak yang terdiri dari tiga kelas dengan jumlah 102 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random, sedangkan untuk menentukan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen atau kelas kontrol menggunakan teknik random assignment. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 34 peserta didik, dan kelas VII A sebagai kelas kontrol dengan jumlah 34 peserta didik. Sedangkan yang menjadi uji coba adalah kelas kelas VII C dengan jumlah 34 peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen yakni diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga, sedangkan pada kelas kontrol tetap menggunakan pembelajaran seperti biasanya yakni menggunakan metode konvensional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, dan tes. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama peserta didik kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak tahun pelajaran 2011/2012 dan nilai ulangan harian sebagai nilai yang akan digunakan peneliti untuk menguji normalitas, homogenitas, dan persamaan rata-rata dua kelas tahap awal. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada sub pokok bahasan tabung yang digunakan peneliti sebagai dasar hipotesis untuk menarik kesimpulan. Sebelum tes diujikan kepada kedua sampel terlebih dahulu tes diujicobakan pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda sebagai syarat tes yang baik.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk uji normalitas tahap akhir berdasarkan hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas antar kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan dengan uji kesamaan dua varian, diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelompok homogen. Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata penelitian menggunakan analisis uji t pihak kanan, dari daftar distribusi t dengan
Berdasarkan kriteria hipotesis bahwa H0ditolak jika . Karena maka H0 ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatifnya yakni H1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua
hamba-Nya. Terlebih kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh
alam.
Dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, DR. Suja‟i, M.Ag.
2. Dosen pembimbing Lulu Choirun Nisa, S.Si., M.Pd dan Mufidah, S.Ag, M.Pd
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan
skripsi.
3. Kepala Sekolah MTs Miftahul Falah Bonang, Drs. Mahsun yang berkenan
memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Miftahul
Falah Bonang.
4. Guru pengampu bidang studi matematika MTs Miftahul Falah Bonang, Ibu
Ida Lailatun Nikmah S.Pd yang memberikan banyak arahan dan informasi
selama proses penelitian.
5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan
kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.
6. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, pegawai perpustakaan IAIN, pegawai
perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan layanan yang baik
bagi penulis.
7. Kedua orang tua, saudara, serta kerabat yang selalu memberikan dorongan
baik moril maupun materiil dan tidak pernah bosan mendo‟akan penulis
8. Teman-teman yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi,
khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi materi, metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis
dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca
pada umumnya. Amin.
Semarang, 29 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7
B. Kerangka Teoritik ... 8
1. Belajar dan Pembelajaran ... 8
2. Hasil Belajar ... 13
3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling ... 17
5. Alat Peraga ... 19
6. Uraian Materi ... 20
7. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 22
C. Rumusan Hipotesis ... 23
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 24
D. Variabel dan Indikator Penelitian ... 25
E. Pengumpulan Data Penelitian ... 26
F. Prosedur Penelitian ... 27
G. Analisis Data Penelitian ... 28
1. Analisis Data Tahap Awal ... 28
2. Analisis Instrumen Tes ... 33
3. Analisis Data Tahap Akhir ... 37
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 40
B. Hasil Analisis Data Penelitian ... 41
1. Analisis Data Tahap Awal ... 41
2. Analisis Instrumen Tes ... 43
3. Analisis Data Tahap Akhir ... 45
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
D. Keterbatasan Penelitian ... 48
BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tabung (silinder) adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang
yang berbentuk lingkaran yang berhadapan, kongruen, dan sejajar sebagai
sisi alas dan sisi atas serta sebuah bidang lengkung yang merupakan sisi
tegak yang disebut selimut tabung. Tabung termasuk dalam materi
matematika yang tergolong dalam geometri. Dan masuk dalam materi
bangun ruang sisi lengkung. Materi ini diajarkan pada sekolah tingkat
SMP/MTs kelas IX semester ganjil, yang di dalamnya membahas tentang
unsur-unsur, luas selimut, dan volume tabung (silinder), kerucut, dan bola.
Materi ini sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
materi ini seharusnya dapat diterima dengan lebih mudah oleh peserta didik
dibandingkan materi lain yang lebih abstrak. Namun kenyataan dalam
pelaksanaan pembelajaran masih banyak peserta didik yang mengalami
kesulitan. Hal ini dikarenakan banyak peserta didik yang kurang memahami
dan menguasai konsep. Mereka masih mengalami kesulitan dalam
menerapkan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, sehingga
apabila dihadapkan pada permasalahan yang lain, mereka cenderung tidak
dapat menyelesaikannya.
Seperti halnya yang terjadi di MTs Miftahul Falah Bonang Demak.
Banyak peserta didik yang tidak paham dan kesulitan dalam mempelajari
materi bangun ruang sisi lengkung. Peserta didik masih mengalami kesulitan
dalam menerapkan konsep. Mereka nampak mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal yang berbeda dari contoh yang telah diberikan oleh
guru. Peserta didik hanya menghafal rumus-rumus tanpa mengetahui dan
memahami bagaimana rumus tersebut diperoleh.
Sekolah yang terletak di pinggir pantai pesisir ini masih
menggunakan cara pembelajaran konvensional. Dimana proses pembelajaran
mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru. Mereka masih malu bertanya
dan mengungkapkan pendapat mereka. Rutinitas seperti ini membuat proses
belajar mengajar menjadi sangat membosankan dan penuh dengan
ketegangan. Sehingga mereka menjadi tidak bersemangat dalam proses
belajar mengajar. Akibatnya akan berdampak buruk pada hasil belajar
mereka. Hal ini terbukti dengan hasil belajar mereka yang masih banyak
dibawah nilai KKM yakni kurang dari 5,5. Oleh karena itu, diperlukan suatu
inovasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
mencoba menerapkan model pembelajaran Snowball Drilling. Model pembelajaran Snowball Drilling termasuk dalam metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja kelompok yang menuntut peserta
didik untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran Snowball Drilling menuntut peserta didik memahami dan menguasai konsep, karena setiap peserta didik berpeluang menjawab soal
yang digulirkan. Selain itu mereka juga akan memiliki keterampilan dalam
menyelesaikan soal-soal yang cukup bervariasi. Dengan adanya diskusi,
model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, baik dengan guru maupun dengan sesama
teman. Peserta didik lebih bisa menggali seluruh potensi yang ada dalam diri
mereka, lebih nyaman dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat tanpa
rasa malu. Suasana kelaspun menjadi cair sehingga aktifitas belajar mengajar
menjadi sangat menyenangkan dan bermakna, jauh dari rasa takut, tegang
ataupun bosan. Sehingga secara tidak langsung minat dan motivasi belajar
mereka menjadi meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan hasil
belajar.
Selain dengan menerapkan model pembelajaran, juga diperlukan
adanya penggunakan alat peraga dalam proses belajar mengajar. Dengan
adanya alat peraga, maka akan membuat gambaran peserta didik menjadi
lebih jelas dan mengena tentang materi yang dipelajarinya. Mereka lebih
dalam ingatan. Selain itu alat peraga juga dapat menimbulkan rasa penasaran
dan keingintahuan peserta didik sehingga menarik minat mereka. Merekapun
menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Sehingga proses belajar mengajar
diharapkan menjadi efektif dan efisien.
Melihat dari permasalahan di atas peneliti akan mengangkat judul
“EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs MIFTAHUL FALAH
BONANG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Untuk memperjelas dan menghindari adanya kesalahpahaman dalam
menginterpretasikan judul di atas, maka perlu ditegaskan istilah-istilah yang
termuat dalam judul tersebut.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya ada efeknya,
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna.1
Sehingga Efektivitas diartikan adanya kesesuaian antara yang melaksanakan
tugas dengan sasaran yang akan dicapai.2 Dalam penelitian ini efektivitas
diartikan sebagai keberhasilan usaha atau tindakan dalam mencapai tujuan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan alat peraga yakni meningkatkan hasil belajar. Indikador efektif dalam penelitian
ini adalah apabila hasil belajar dengan Snowball Drilling lebih baik dari pada konvensional.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil empat sampai enam orang secara kolaboratif dengan struktur
kelompok heterogen.3
1
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 352.
2
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 82. 3
Snowball Drilling adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik
dari materi yang telah dipelajari.4 Guru menyiapkan soal-soal dalam kertas
yang dibentuk bola. Kemudian digulirkan dari peserta didik satu ke peserta
didik yang lain untuk mendapatkan peserta didik yang nanti akan menjawab
soal.5
Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar
untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya
verbalisme pada diri peserta didik.6
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajar.7
Tabung adalah materi yang terdapat pada kelas IX semester I yang
sesuai dengan SK mata pelajaran Matematika untuk SMP/MTS.
Jadi maksud judul dalam penelitian ini adalah keberhasilan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling tehadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan tabung kelas IX MTs.
Miftahul Falah Bonang Demak tahun pelajaran 2011/2012.
B. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cangkupan matematika dan banyaknya permasalahan
dalam pemecahan masalah matematika, maka peneliti akan membatasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Peserta didik yang menjadi objek penelitian ini adalah peserta didik kelas
IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak tahun ajaran 2011/2012.
2. Materi yang diajarkan adalah materi luas dan volume tabung.
4
Agus Suprijono, Cooperative LearningTeori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 105.
5
Agus Suprijono, Cooperative Learning, hlm. 106. 6
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 31.
7
3. Hasil belajar peserta didik adalah hasil belajar dengan pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Drilling.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu apakah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga efektif terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak dalam
sub pokok bahasan tabung?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai penulis adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga efektif terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan
tabung kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak Tahun pelajaran
2011/2012.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
b. Meningkatkan keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran.
c. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam berinteraksi.
d. Mempunyai keterampilan menggunakan alat peraga.
e. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran
yang sesuai dan bervariasi.
b. Memberikan wacana untuk menambah variasi mengajar.
a. Dapat memberi sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka
memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi
peserta didik.
b. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian.
4. Bagi Peneliti
a. Mendapat pengalaman langsung dalam melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga.
b. Mendapat bekal sebagai calon guru untuk persiapan melaksanakan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian-penelitian
terdahulu diantaranya adalah penelitian dengan judul “Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok
Fungsi Semester Gasal Kelas VIII MTs. Negeri Petarukan Tahun Ajaran
2009/2010” oleh Abdul Ghofar mahasiswa IAIN Walisongo Semarang yang
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar. Hal ini ditunjukan dengan adanya aktivitas dan hasil belajar
peserta didik yang terus meningkat dari tiap-tiap siklus dimana rata-rata hasil
belajar pada prasiklus yang tadinya hanya sebesar 61 pada siklus I meningkat
menjadi 66,34, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 80,12.
Berangkat dari hasil penelitian terdahulu tersebut, peneliti
berkeinginan untuk mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan
model yang sama yaitu model pembelajaran kooperatif, akan tetapi terdapat
perbedaan dari penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan pembelajaran
kooperatif dengan tipe Snowball Drilling serta menggunakan alat peraga pada materi pokok tabung di MTs. Miftahul Falah Bonang Demak. Peneliti
mengharapkan dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif
tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga pada materi tabung dapat lebih efektif bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
B. Kerangka Teoritik
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Para ahli telah memberikan pandangannya tentang definisi
belajar, di antaranya adalah:
1) Menurut Morgan, sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono,
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil pengalaman yang lalu.8
2) Menurut Wittig, sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, belajar
adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.9
3) Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.10
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan dan bersifat tetap, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
Sedangkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.11
Menurut Gagne dan Briggs sebagaimana yang dikutip oleh
Syaiful Bahri Djamarah, pembelajaran adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berarti
serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa
8
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 3.
9
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rodaskarya, 2010), hlm. 89.
10
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.
11
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta
didik.12
Menurut Agus Suprijono, pada pembelajaran guru mengajar
diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya
pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah
guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk
mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik
(pembelajaran berpusat pada peserta didik).13
Jadi pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya
terkandung upaya guru dalam menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.
b. Teori-TeoriBelajar 1) Teori Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial
dalam pembelajaran seseorang. Menurut Vygotsky sebagaimana
yang dikutip oleh Trianto, belajar dimulai ketika anak dalam
perkembangan Zone of Proximal Development (ZPD) yakni tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat
ini, proses perkembangan akan terjadi jika anak bekerja atau
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas
tersebut masih dalam jangkauan mereka. Vygotsky yakin bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam
percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.14
12
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anank Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hlm. 325.
13
Agus Suprijono, Cooperative Learning, hlm. 13. 14
Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah
Scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang dalam awal belajar, kemudian
sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut
setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang
dihadapinnya. Ini ditujukan agar anak dapat belajar secara
mandiri.15
Dari prinsip-prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa
peserta didik belajar melalui interaksinya dengan teman sebaya,
orang dewasa atau orang lain. Dengan membentuk kelompok
belajar secara kolaboratif maka akan terjalin interaksi yang efektif,
hal ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik secara
aktif dan positif. Dalam kelompok tersebut peserta didik bekerja
sama, saling membantu dan mengungkapkan pendapat atau ide-ide
dalam menyelesaikan suatu masalah serta berani mengambil
keputusan untuk mencapai tujuan bersama.
Diskusi adalah unsur penting dalam belajar kelompok.
Melalui dialog, diskusi, dan permusyawarahan seseorang akan
dapat mengarahkan pikiran untuk dapat menemukan kebenaran dan
memilih solusi yang tepat atas segala permasalahan yang sedang
dikaji.
Islam pun sangat menganjurkan bermusyawarah untuk
mencapai mufakat dalam mengambil keputusan dari persoalan
yang ada, Firman Allah:
15
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka.”(Q.S. asy-Syuura/42: 38).16
Hal ini sangat sejalan dengan apa yang ada dalam
pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam
kelompok kecil yang heterogen, sehingga dimungkinkan adanya
suatu kerjasama dalam anggota untuk saling membantu mencapai
tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran kooperatif menjadi
sangat diperlukan sekali dalam proses belajar mengajar. Maka
dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif sebagai solusi untuk memecahkan
masalah.
2) Teori Belajar Jerome Bruner
Menurut Bruner, sebagaimana yang dikutip oleh Saminanto,
proses belajar akan berlangsung secara optimal jika peserta didik
melewati tiga tahap dalam belajarnya yaitu:17
a) Tahap enaktif
Yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan di mana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif dengan menggunakan
benda-benda kongrit atau menggunakan situasi yang nyata.
b) Tahap ikonik
Yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan di mana
pengetahuan itu dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk
bayangan visual (Visual Imagery), gambar atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang terdapat pada tahap
enaktif.
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 789.
17
c) Tahap simbolik
Yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan di mana
pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol
abstrak yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan,
baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata,
kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika maupun
lambang-lambang abstrak yang lain.
Teori Bruner menekankan pada aspek riil (nyata). Peserta
didik akan lebih paham dan mengena jika materi yang
dipelajarinya bersifat nyata. Dalam pembelajaran matematika
materi yang dipelajari bersifat abstrak. Maka dibutuhkan adanya
suatu alat yang sebisa mungkin sesuai dengan kehidupan nyata.
Sehingga dibutuhkan suatu alat peraga untuk membuat materi
menjadi riil. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah persepsi
oleh peserta didik dalam memahami materi. Alat peraga menjadi
suatu media yang efektif dalam menjelaskan materi pelajaran.
Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat peraga
sebagai media dalam pembelajaran.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menerima
pengalaman belajarnya.18 Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu:19
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yang meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil, hlm. 22. 19
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menetukan hubungan), sinthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk), dan evaluation (menilai).
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yaitu receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (penilaian), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi).
3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan skills (keterampilan) dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dalam penelitian ini, hasil belajar hanya menyangkut ranah
kognitif.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Muhibbin Syah, faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:20
1) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri
meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis (bersifat jasmaniah)
dan aspek psikologis (bersifat rohaniah).
Faktor yang masuk dalam aspek psikologis diantaranya
adalah tingkat kecerdasan intelegensi/kecerdasan, sikap, bakat,
minat, dan motivasi peserta didik.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yakni
kondisi lingkungan disekitar peserta didik, yang meliputi dua
aspek, yaitu: faktor lingkungan sosial (lingkungan sosial sekolah,
lingkungan social masyarakat, dan lingkungan keluarga) dan
20
faktor lingkungan nonsosial yang termasuk di dalamnya adalah
gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan alat-alat belajar dan
waktu belajar yang digunakan peserta didik.
3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning)
Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta
didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta
didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran. Metode belajar yang dipakai guru sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik.
Uraian di atas, menunjukkan bahwa pemilihan model
pembelajaran yang sesuai memiliki peran yang sangat penting untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal. Salah satunya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga yang menuntut peserta didik berpartisipasi
aktif dan mampu bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Robert E. Slavin sebagaimana yang dikutip oleh
Isjoni, pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya empat sampai enam orang secara
kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen.21
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar
kontruktivisme sosial Vygotsky yang menekankan bahwa pengetahuan
di bangun dan dikonstruksi secara mutual. Keterlibatan dengan orang
lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan
memperbaiki pemahaman.22 Pembelajaran kooperatif muncul dari
konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan
21
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 15.
22
memahami konsep yang sulit jika mereka saling diskusi dengan
temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi
hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek
utama dalam pembelajaran kooperatif.23
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan
sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke
arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik
sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada peserta
didik, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.
peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman
langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.24
b.Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Jonshon sebagaimana yang dikutip
oleh Rusman, ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu:25
1) Saling ketergantungan positif
Yakni, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada
usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2) Tanggung jawab perseorangan
Yakni, keberhasilan kelompok sangat tergantung dari
masing-masing anggota kelompoknya.
3) Interaksi tatap muka
Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
23
Trianto, Model-Model Pembelajaran, hlm. 41. 24
Rusman, Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 201.
25
4) Partisipasi dan komunikasi
Yaitu melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok
Yakni memberi waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:26
1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis kelamin berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
d.Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial.27
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu peserta didik memahami
konsep-konsep yang sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti
terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, dan
26
Rusman, Model-Model Pembelajaran, hlm. 208. 27
agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja menyelesaikan tugas bersama, dan
belajar saling menghargai satu sama lain.
Keterampilan sosial kooperatif berkembang secara signifikan
dalam pembelajaran kooperatif. pembelajaran kooperatif sangat tepat
digunakan untuk melatih keterampilan kerja sama dan kolaborasi.28
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowbal Drilling
Snowball Drilling adalah model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari materi yang telah dipelajari.29
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik
siap belajar.
2) Mempresentasikan materi kepada peserta didik.
3) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai
dengan jumlah mereka.
4) Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim.
5) Menyiapkan soal-soal dalam kertas dan membaginya kepada setiap
kelompok.
6) Memberikan waktu 10-15 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi
memecahkan masalah yang diberikan.
7) Menginstruksikan kepada peserta didik untuk membentuk bola dari
kertas soal yang telah diberikan.
8) Memberi aba-aba mulai untuk segera menggulirkan bola kertas dari
satu peserta didik ke peserta didik lain dalam kelompok
masing-masing.
28
Trianto, Model-Model Pembelajaran, 44. 29
9) Memberi aba-aba berhenti. Pada saat berhenti, peserta didik yang
mendapat bola kertas memilih salah satu soal yang terdapat pada bola
kertas untuk dikerjakan di papan tulis.
10) Langkah pada nomor 8 dan 9 diulang sampai dirasa cukup atau semua
soal dalam bola kertas terjawab semua.
11) Mengklarifikasi jawaban peserta didik.
12) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.
5. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri peserta didik.30
b. Fungsi Alat Peraga
Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar peserta didik mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek/alat peraga maka peserta didik mempunyai pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.31
c. Macam-Macam Alat Peraga
Menurut Nana Sudjana alat peraga dibagi menjadi dua, yaitu:32 1. Alat peraga dua dan tiga dimensi
Alat peraga dua dimensi yaitu alat peraga yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, contohnya bagan, garfik dan gambar mati. Sedangkan alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang mempunyai ukuran panjang lebar dan tinggi, contohnya adalah globe.
2. Alat peraga yang diproyeksi
Alat peraga yang diproyeksi adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar, contohnya adalah film, slide, dan film strip.
Belajar akan lebih efektif jika dimulai dengan pengalaman langsung, dari pengalaman kongrit ke pengalaman yang lebih abstrak. Dengan menggunakan alat peraga peserta didik dapat memanipulasi alat tersebut
30
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 31.
31
http://handono-eksak.blogspot.com/2007/12/belajar-matematika-menggunakan-media.html
32
sebagai dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak. Selain itu juga bisa menambah menarik minat peserta didik dalam pembelajaran.
d. Alat Peraga Tabung
1) Model Alat Peraga
Alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah alat
tiruan berupa tabung dengan ukuran jari-jari lingkaran 5cm dan
tingginya 10cm sebanyak lima buah. Alat peraga ini terbuat dari
plastik mika yang direkatkan dengan menggunakan isolasi dibentuk
sedemikian rupa seperti tabung. Seperti nampak pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1.
2) Alat
Gunting
Penggaris
jangka
3) Bahan
Plastik mika
Isolasi
6. Uraian Materi
a. Pengertian Tabung
Dalam geometri, tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga
dimensi yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar
dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua lingkaran
disebut sebagai alas dan tutup tabung serta persegi panjang yang
menyelimutinya disebut sebagai selimut tabung.33
b. Unsur-UnsurTabung
Gambar 2. AQ disebut jari-jari alas tabung
BC disebut tinggi tabung (t)
AB disebut diameter alas tabung
Daerah yang diarsir disebut sisi alas dan atap tabung
Alas dan atap tabung berupa bidang datar yang berbentuk lingkaran.
Bidang yang melengkung disebut selimut tabung.
c. LuasTabung
Gambar 3.
Gambar (a) di atas menunjukkan sebuah tabung dengan jari-jari
lingkaran alas = r dan tingginya = t. Gambar (b) merupakan jaring-jaring tabung dari gambar (a) yang terdiri atas: selimut tabung yang
berupa persegi panjang dengan panjang = keliling lingkaran alas
33
http://id.wikipedia.org/wiki/Tabung_%28geometri%29
A B
C D
t P
Q
t
2πr
(a) (b)
t r
tabung = 2r dan lebar = tinggi tabung = t. Serta dua lingkaran
sebagai alas dan tutup yang berjari-jari r.
Dengan memperhatikan jaring-jaring tabung di atas, diperoleh
rumus sebagai berikut.
Luas sisi tabung = luas alas + luas selimut tabung + luas tutup
2 2
2 rt r
r
rt
r
2
2 2
) (
2 r r t
d. VolumeTabung
Volume = luas alas x tinggi
Volume = luas lingkaran x tinggi
Volume tabung
r2t .7. Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga pada materi tabung adalah sesagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap
belajar.
2) Mempresentasikan materi kepada peserta didik.
3) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan
jumlah mereka.
4) Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim.
5) Membagikan alat peraga kepada setiap kelompok.
6) Memberikan waktu 10-15 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi
memecahkan masalah yang diberikan (mencari rumus luas dan volume
tabung).
7) Peserta didik dari salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
8) Guru beserta peserta didik mengkoreksi presentasi yang telah dipaparkan.
9) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.
10) Menyiapkan soal-soal dalam kertas dan membaginya kepada setiap
11) Memberikan waktu 10 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi
memecahkan masalah yang diberikan.
12) Menginstruksikan kepada peserta didik untuk membentuk bola dari kertas
soal yang telah diberikan.
13) Memberi aba-aba “mulai” untuk segera menggulirkan bola kertas dari satu
peserta didik ke peserta didik lain dalam kelompok masing-masing.
14) Memberi aba-aba “stop”. Pada saat berhenti, peserta didik yang mendapat
bola kertas memilih salah satu soal yang terdapat pada bola kertas untuk
dikerjakan di papan tulis.
15) Langkah pada nomor 13 dan 14 diulang sampai dirasa cukup atau semua
soal dalam bola kertas terjawab semua.
16) Mengklarifikasi jawaban peserta didik.
17) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.
C. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan penelitian yang
relevan maka hipotesis penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga efektif terhadap peningkatan hasil belajar matematika pada sub pokok bahasan tabung peserta
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan
metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang
dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen
mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat caranya adalah dengan
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan
dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima
perlakuan.34
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3-29 Oktober 2011.
Adapun lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah MTs. Miftahul
Falah Bonang Demak.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.35 Populasi juga
dapat diartikan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.36 Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX MTs. Miftahul
Falah Bonang Demak sebanyak 102 peserta didik yang terdiri dari tiga
kelas, dengan jumlah tiap kelas 34 peserta didik.
34
Suharsimi Arikunto, Manajeman Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 207. 35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 173.
36
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.37 Dalam
penelitian ini seluruh kelas yaitu kelas IX A, IX B, dan IX C akan
digunakan untuk fungsi yang berbeda yaitu satu kelas eksperimen, satu
kelas kontrol, dan satu kelas uji coba.
Untuk memilih kelas mana yang menjadi kelas eksperimen, kelas
kontrol, atau kelas uji coba dilakukan secara random (Random Assignment). Random assignment adalah penempatan subjek ke dalam kelompok sedemikian rupa sehingga, untuk setiap kali penempatan, setiap
sampel mempunyai peluang yang sama untuk ditempatkan di kelompok
manapun.38
D. Variabel dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah hasil belajar
matematika peserta didik kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak
sub pokok bahasan tabung. Ada dua macam variabel, yaitu variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). a. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).39 Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model
pembelajaran. Variabel bebas tersebut terdiri dari model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga dan model pembelajaran konvensional.
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 174. 38
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 346.
39
b. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.40 Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik
pada materi tabung kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang.
2. Indikator Penelitian
Indikator dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil belajar
peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.
E. Pengumpulan Data Penelitian 1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu cara mengumpulkan data yang
bersumber pada tulisan, berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat
kabar dan sebagainya.41 Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama peserta didik
kelas IX dan nilai ulangan peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada materi sebelumnya. Data yang diperoleh dianalisis untuk
menentukan normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata tahap awal
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Metode Tes
Tes adalah seperangkat pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.42
Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok tabung. Tes yang
diberikan pada peserta didik dalam penelitian ini berbentuk tes subjektif
40
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 61. 41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 201. 42
(uraian) sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta
didik terhadap materi pokok tabung.
Tes ini merupakan tes akhir yang diadakan secara terpisah terhadap
masing-masing kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam bentuk
tes yang sama. Namun sebelum tes diujikan, terlebih dahulu diujicobakan
kepada kelas uji coba untuk mengetahui taraf kesukaran soal, daya beda
soal, validitas butir soal dan reliabilitas soal. Setelah terpenuhi maka dapat
diujikan ke kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tes inilah yang
kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk menarik kesimpulan pada
akhir penelitian.
F. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi tabung yang
merupakan sub pokok bahasan materi bangun ruang sisi lengkung. Prosedur
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas uji coba dengan
menggunakan teknik Random Assignment. Diperoleh kelas IX B sebagai keles eksperimen yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga, IX A sebagai kelas kontrol yang dikenai metode pembelajaran konvensional, dan kelas IX C
sebagai kelas uji coba, merupakan kelas yang digunakan untuk menguji
coba instrumen.
2. Mengambil data nilai hasil ulangan harian materi sebelumnya dari kelas
eksperimen (IX B) dan kelas kontrol (IX A) untuk uji normalitas dan uji
kesamaan dua varians (homogenitas variansi).
3. Menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada
lampiran 1.
4. Menyusun kisi-kisi tes uji coba (lampiran 7), menyusun instrumen tes uji
5. Membuat alat peraga.
6. Mengujicobakan instrumen tes akhir pada kelas uji coba.
7. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
8. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat.
9. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen. Pada pelaksanaan
ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga.
10. Menganalisis/mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode
yang telah ditentukan.
11. Menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian.
G. Analisis Data Penelitian 1. Analisis Data Tahap Awal
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan
digunakan dalam pengolahan data, yaitu statistik parametrik atau non
parametrik. Untuk menguji normalitas digunakan data sampel kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh dari nilai ulangan
matematika materi sebelumnya. Dari kelas sampel uji normalitas
dilakukan dengan uji Chi Kuadrat.
Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas adalah:
:
0
H Data berdistribusi normal :
1
H Data berdistribusi tidak normal.
Langkah-langkah uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat
adalah sebagai berikut:
1) Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan skor terendah.
2) Menentukan rentang (R) yaitu data terbesar – data terkecil
3) Menentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus
n4) Menentukan panjang interval (P) dengan rumus: K R P 5) Membuat tabel distribusi frequensi
6) Menghitung rata-rata dengan rumus:
7) Menghitung simpangan baku dengan rumus:
8) Membuat tabel distribusi observasi.
9) Menentukan batas kelas dengan cara angka sekor kiri kelas interval
dikurangi 0,5 dan untuk angka sekor kanan kelas interval ditambah
0,5.
12) Menghitung frekuensi harapan dengan cara mengalikan luas daerah
dengan jumlah responden.
13) Menghitung nilai chi-kuadratdengan rumus: 43
: Harga chi-kuadrat
i
O: Frekuensi hasil pengamatan i
E : Frekuensi yang diharapkan k :Banyaknya kelas interval.
14) Membandingkan harga chi-kuadrat dengan tabel chi-kuadrat untuk
menentukan kriteria pengujian digunakan derajat kebebasan ( ) ( ) ( ), dimana k adalah banyaknya kelas
43
interval dan taraf signifikan 5%.44
15) Menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:
0
H : diterima jika 2hitung 2tabel
0
H : ditolak jika 2hitung2tabel.45 b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa
sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen,
yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan
menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai variansi yang sama atau
tidak. Hipotesis yang dilakukan dalam uji homogenitas adalah sebagai
berikut:
2 2 2 1
0 :
H
2 2 2 1
1:
H
Untuk menguji kesamaan dua variansi digunakan rumus sebagai
berikut:
terkecil Varians
terbesar Varians
Fhitung
Dengan taraf signifikan 5%, penolakan H0dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data terkecil dikurangi satu. Jika FhitungFtabel maka H0 diterima.46 Berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau
dikatakan homogen.
44
Sudjana, Metoda Statistika, hlm. 293. 45
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 77.
46
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan rata-rata pada tahap awal digunakan untuk
menguji apakah ada kesamaan rata- rata antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu:
2
H (ada perbedaan rata-rata awal kedua kelas sampel). Dengan 1 : Rata-rata nilai awal kelompok eksperimen dan2:
Rata-rata nilai awal kelompok kontrol.
2) Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak.
3) Menentukan taraf signifikan. Dalam penelitian ini digunakan
% 5
.
4) Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila tabel
hitung tabel t t
t
dimana ttabel diperoleh dari daftar distribusi
t-student dengan peluang ) 2 1 1
( dan dk n1 n2 2.
5) Menentukan statistik hitung menggunakan rumus sebagai berikut:
1
x : Nilai rata-rata dari kelompok eksperimen
2
x : Nilai rata-rata dari kelompok kontrol
2 1
s : Varians dari kelompok eksperimen
2 2
s : Varians dari kelompok kontrol
s : Standar deviasi
1
n : Jumlah subyek dari kelompok eksperimen
2
n : Banyaknya subyek kelompok eksperimen
2
n : Banyaknya subyek kelompok kontrol
2 1
s : Varians kelas eksperimen
2 2
s : Varians kelas kontrol
Kriteria pengujian:
47
0
2. Analisis Instrumen Tes
1) Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat
mengukur secara tepat, benar, shahih apa yang hendak diukur.49
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen
tes bentuk uraian yaitu dengan menggunakan teknik korelasi
Pearson product moment, yaitu: 50
}
Sudjana, Metoda Statistika, hlm. 241. 49
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 93.
50
korelasi signifikan, artinya item soal yang digunakan sudah valid. 51
Sebaliknya jika rhitungrtabel maka soal tersebut tidak valid,
sehingga soal tersebut harus direvisi atau tidak digunakan.
2) Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil tes yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil,
artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang
sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif
sama.52 Analisis reliabilitas tes bentuk uraian pada penelitian ini
diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.53
2
r : Reliabilitas instrumen
2i
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t
: Varians total
k : Banyak item soal Rumus varians item soal yaitu:
| ( )
|
Rumus varians total yaitu:
| (
Sambas Ali, Analisis Korelasi, hlm. 36. 52
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, hlm. 95. 53
: Jumlah kuadrat skor item : Jumlah skor total
: Jumlah kuadrat skor total N : Banyaknya responden
Selanjutnya nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5% . Jika r11rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel.54
3) Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar derajat kesukaran suatu soal, apakah soal tersebut
mudah, sedang atau sukar. Sebuah tes dapat dikatakan baik apabila
tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah, artinya
tes mempunyai tingkat kesukaran sedang.55
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran
soal bentuk uraian adalah:56
m NS
X P
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran soal
X : Jumlah skor jawaban benar peserta tes N : Jumlah peserta tesm
S : Skor maksimal Kriteria:
0.00 – 0.30 Sukar
0.30 – 0.70 Sedang
0.70 – 1.00 Mudah.57
54
Sambas Ali, Analisis Korelasi, hlm. 41. 55
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, hlm. 370. 56
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Hlm. 12.
57
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi
dengan peserta didik yang berkemampuan rendah.58 Semakin
tinggi daya pembeda suatu butir soal, maka semakin mampu butir
soal tersebut membedakan antara peserta didik yang
berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan
rendah.
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran soal
bentuk uraian adalah:59
B A P P D
dengan
m A A
S n
A P
m B B
S n
B P
Keterangan:
D : Daya Pembeda
A : Jumlah skor jawaban benar peserta kelompok atas
B: Jumlah skor jawaban benar peserta kelompok bawahA
n : Banyaknya peserta kelompok atas B
n : Banyaknya peserta kelompok bawah Kriteria:
0.00 – 0.20 jelek
0.20 – 0.40 cukup
0.40 – 0.70 baik
0.70 – 1.00 baik sekali.60
58
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, 385. 59
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, 389. 60
3. Analisis Data Tahap Akhir
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka
dilaksanakan tes akhir. Dan dari hasil tes akhir ini diperoleh data yang
digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian, yaitu
hipotesis diterima atau ditolak. Sebelum dilakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai
prasarat uji hipotesis. Adapun langkah-langkah untuk uji normalitas
dan homogenitas sama seperti pada langkah-langkah uji normalitas dan
homogenitas pada analisis tahap awal. Uji hipotesis ini menggunakan
rumus t – test dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Rumus hipotesis
2
dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling. rata-rata hasil belajar peserta didik kelas IX yang diajar
dengan konvensional.
2. Taraf signifkansi yang dipakai adalah 0,05 ( 5%).
3. Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus
1
n : Banyaknya subyek kelompok eksperimen
2
n : Banyaknya subyek kelompok kontrol
2 1
s : Varians kelas eksperimen
2 2
s : Varians kelas kontrol
Kriteria pengujian: H0 ditolak jika thitungttabel dengan
n : Banyaknya subyek kelompok eksperimen
2
n : Banyaknya subyek kelompok kontrol
2 1
s : Varians kelas eksperimen
2 2
s : Varians kelas kontrol
Kriteria pengujian: