• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK TAHUN PELAJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK TAHUN PELAJARAN 20112012"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT

PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG

KELAS IX MTs MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

DATUL AKMAM NIM: 073511032

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,:

Nama : Datul Akmam

NIM : 073511032

Jurusan/ Program Studi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 29 November 2011

Saya yang menyatakan,

(3)

PENGESAHAN Naskah skripsi dengan:

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Snowball Drilling dengan Bantuan Alat Peraga terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Datul Akmam

NIM : 073511032

Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

Semarang 8 Desember 2011

(4)

NOTA PEMBIMBING Semarang, 30 November 2011 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs

MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK TAHUN AJARAN

2011/2012

Nama : Datul Akmam

NIM : 073511032

Jurusan : Tadris

Program Studi : Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I

(5)

NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 November 2011 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs

MIFTAHUL FALAH BONANG DEMAK TAHUN AJARAN

2011/2012

Nama : Datul Akmam

NIM : 073511032

Jurusan : Tadris

Program Studi : Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing II

(6)

ABSTRAK

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling dengan Bantuan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak Tahun Pelajaran 2011/2012

Penulis : Datul Akmam NIM : 073511032

Skripsi ini membahas efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga pada materi tabung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental yang dilaksanakan di MTs Miftahul Falah Bonang Demak. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak yang terdiri dari tiga kelas dengan jumlah 102 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random, sedangkan untuk menentukan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen atau kelas kontrol menggunakan teknik random assignment. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 34 peserta didik, dan kelas VII A sebagai kelas kontrol dengan jumlah 34 peserta didik. Sedangkan yang menjadi uji coba adalah kelas kelas VII C dengan jumlah 34 peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen yakni diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga, sedangkan pada kelas kontrol tetap menggunakan pembelajaran seperti biasanya yakni menggunakan metode konvensional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, dan tes. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama peserta didik kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak tahun pelajaran 2011/2012 dan nilai ulangan harian sebagai nilai yang akan digunakan peneliti untuk menguji normalitas, homogenitas, dan persamaan rata-rata dua kelas tahap awal. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada sub pokok bahasan tabung yang digunakan peneliti sebagai dasar hipotesis untuk menarik kesimpulan. Sebelum tes diujikan kepada kedua sampel terlebih dahulu tes diujicobakan pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda sebagai syarat tes yang baik.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk uji normalitas tahap akhir berdasarkan hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas antar kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan dengan uji kesamaan dua varian, diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelompok homogen. Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata penelitian menggunakan analisis uji t pihak kanan, dari daftar distribusi t dengan

(7)

Berdasarkan kriteria hipotesis bahwa H0ditolak jika . Karena maka H0 ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatifnya yakni H1

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua

hamba-Nya. Terlebih kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung

Muhammad SAW, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh

alam.

Dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, DR. Suja‟i, M.Ag.

2. Dosen pembimbing Lulu Choirun Nisa, S.Si., M.Pd dan Mufidah, S.Ag, M.Pd

yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan

skripsi.

3. Kepala Sekolah MTs Miftahul Falah Bonang, Drs. Mahsun yang berkenan

memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Miftahul

Falah Bonang.

4. Guru pengampu bidang studi matematika MTs Miftahul Falah Bonang, Ibu

Ida Lailatun Nikmah S.Pd yang memberikan banyak arahan dan informasi

selama proses penelitian.

5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan

kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.

6. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, pegawai perpustakaan IAIN, pegawai

perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan layanan yang baik

bagi penulis.

7. Kedua orang tua, saudara, serta kerabat yang selalu memberikan dorongan

baik moril maupun materiil dan tidak pernah bosan mendo‟akan penulis

(9)

8. Teman-teman yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi,

khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, baik dari segi materi, metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis

dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca

pada umumnya. Amin.

Semarang, 29 November 2011

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Teoritik ... 8

1. Belajar dan Pembelajaran ... 8

2. Hasil Belajar ... 13

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling ... 17

5. Alat Peraga ... 19

6. Uraian Materi ... 20

7. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 22

C. Rumusan Hipotesis ... 23

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 24

(11)

D. Variabel dan Indikator Penelitian ... 25

E. Pengumpulan Data Penelitian ... 26

F. Prosedur Penelitian ... 27

G. Analisis Data Penelitian ... 28

1. Analisis Data Tahap Awal ... 28

2. Analisis Instrumen Tes ... 33

3. Analisis Data Tahap Akhir ... 37

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 40

B. Hasil Analisis Data Penelitian ... 41

1. Analisis Data Tahap Awal ... 41

2. Analisis Instrumen Tes ... 43

3. Analisis Data Tahap Akhir ... 45

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

D. Keterbatasan Penelitian ... 48

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tabung (silinder) adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang

yang berbentuk lingkaran yang berhadapan, kongruen, dan sejajar sebagai

sisi alas dan sisi atas serta sebuah bidang lengkung yang merupakan sisi

tegak yang disebut selimut tabung. Tabung termasuk dalam materi

matematika yang tergolong dalam geometri. Dan masuk dalam materi

bangun ruang sisi lengkung. Materi ini diajarkan pada sekolah tingkat

SMP/MTs kelas IX semester ganjil, yang di dalamnya membahas tentang

unsur-unsur, luas selimut, dan volume tabung (silinder), kerucut, dan bola.

Materi ini sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

materi ini seharusnya dapat diterima dengan lebih mudah oleh peserta didik

dibandingkan materi lain yang lebih abstrak. Namun kenyataan dalam

pelaksanaan pembelajaran masih banyak peserta didik yang mengalami

kesulitan. Hal ini dikarenakan banyak peserta didik yang kurang memahami

dan menguasai konsep. Mereka masih mengalami kesulitan dalam

menerapkan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, sehingga

apabila dihadapkan pada permasalahan yang lain, mereka cenderung tidak

dapat menyelesaikannya.

Seperti halnya yang terjadi di MTs Miftahul Falah Bonang Demak.

Banyak peserta didik yang tidak paham dan kesulitan dalam mempelajari

materi bangun ruang sisi lengkung. Peserta didik masih mengalami kesulitan

dalam menerapkan konsep. Mereka nampak mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal-soal yang berbeda dari contoh yang telah diberikan oleh

guru. Peserta didik hanya menghafal rumus-rumus tanpa mengetahui dan

memahami bagaimana rumus tersebut diperoleh.

Sekolah yang terletak di pinggir pantai pesisir ini masih

menggunakan cara pembelajaran konvensional. Dimana proses pembelajaran

(13)

mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru. Mereka masih malu bertanya

dan mengungkapkan pendapat mereka. Rutinitas seperti ini membuat proses

belajar mengajar menjadi sangat membosankan dan penuh dengan

ketegangan. Sehingga mereka menjadi tidak bersemangat dalam proses

belajar mengajar. Akibatnya akan berdampak buruk pada hasil belajar

mereka. Hal ini terbukti dengan hasil belajar mereka yang masih banyak

dibawah nilai KKM yakni kurang dari 5,5. Oleh karena itu, diperlukan suatu

inovasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan

mencoba menerapkan model pembelajaran Snowball Drilling. Model pembelajaran Snowball Drilling termasuk dalam metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja kelompok yang menuntut peserta

didik untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Model

pembelajaran Snowball Drilling menuntut peserta didik memahami dan menguasai konsep, karena setiap peserta didik berpeluang menjawab soal

yang digulirkan. Selain itu mereka juga akan memiliki keterampilan dalam

menyelesaikan soal-soal yang cukup bervariasi. Dengan adanya diskusi,

model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam mengembangkan

keterampilan berkomunikasi, baik dengan guru maupun dengan sesama

teman. Peserta didik lebih bisa menggali seluruh potensi yang ada dalam diri

mereka, lebih nyaman dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat tanpa

rasa malu. Suasana kelaspun menjadi cair sehingga aktifitas belajar mengajar

menjadi sangat menyenangkan dan bermakna, jauh dari rasa takut, tegang

ataupun bosan. Sehingga secara tidak langsung minat dan motivasi belajar

mereka menjadi meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan hasil

belajar.

Selain dengan menerapkan model pembelajaran, juga diperlukan

adanya penggunakan alat peraga dalam proses belajar mengajar. Dengan

adanya alat peraga, maka akan membuat gambaran peserta didik menjadi

lebih jelas dan mengena tentang materi yang dipelajarinya. Mereka lebih

(14)

dalam ingatan. Selain itu alat peraga juga dapat menimbulkan rasa penasaran

dan keingintahuan peserta didik sehingga menarik minat mereka. Merekapun

menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Sehingga proses belajar mengajar

diharapkan menjadi efektif dan efisien.

Melihat dari permasalahan di atas peneliti akan mengangkat judul

“EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

SNOWBALL DRILLING DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA

SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX MTs MIFTAHUL FALAH

BONANG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

Untuk memperjelas dan menghindari adanya kesalahpahaman dalam

menginterpretasikan judul di atas, maka perlu ditegaskan istilah-istilah yang

termuat dalam judul tersebut.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya ada efeknya,

(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna.1

Sehingga Efektivitas diartikan adanya kesesuaian antara yang melaksanakan

tugas dengan sasaran yang akan dicapai.2 Dalam penelitian ini efektivitas

diartikan sebagai keberhasilan usaha atau tindakan dalam mencapai tujuan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan alat peraga yakni meningkatkan hasil belajar. Indikador efektif dalam penelitian

ini adalah apabila hasil belajar dengan Snowball Drilling lebih baik dari pada konvensional.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil empat sampai enam orang secara kolaboratif dengan struktur

kelompok heterogen.3

1

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 352.

2

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 82. 3

(15)

Snowball Drilling adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik

dari materi yang telah dipelajari.4 Guru menyiapkan soal-soal dalam kertas

yang dibentuk bola. Kemudian digulirkan dari peserta didik satu ke peserta

didik yang lain untuk mendapatkan peserta didik yang nanti akan menjawab

soal.5

Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar

untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya

verbalisme pada diri peserta didik.6

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta

didik setelah ia menerima pengalaman belajar.7

Tabung adalah materi yang terdapat pada kelas IX semester I yang

sesuai dengan SK mata pelajaran Matematika untuk SMP/MTS.

Jadi maksud judul dalam penelitian ini adalah keberhasilan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling tehadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan tabung kelas IX MTs.

Miftahul Falah Bonang Demak tahun pelajaran 2011/2012.

B. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cangkupan matematika dan banyaknya permasalahan

dalam pemecahan masalah matematika, maka peneliti akan membatasi

permasalahan sebagai berikut :

1. Peserta didik yang menjadi objek penelitian ini adalah peserta didik kelas

IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak tahun ajaran 2011/2012.

2. Materi yang diajarkan adalah materi luas dan volume tabung.

4

Agus Suprijono, Cooperative LearningTeori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 105.

5

Agus Suprijono, Cooperative Learning, hlm. 106. 6

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 31.

7

(16)

3. Hasil belajar peserta didik adalah hasil belajar dengan pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Drilling.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu apakah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga efektif terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak dalam

sub pokok bahasan tabung?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang

hendak dicapai penulis adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga efektif terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan

tabung kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak Tahun pelajaran

2011/2012.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peserta Didik

a. Meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

b. Meningkatkan keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam

pembelajaran.

c. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam berinteraksi.

d. Mempunyai keterampilan menggunakan alat peraga.

e. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

2. Bagi Guru

a. Meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran

yang sesuai dan bervariasi.

b. Memberikan wacana untuk menambah variasi mengajar.

(17)

a. Dapat memberi sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka

memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi

peserta didik.

b. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian.

4. Bagi Peneliti

a. Mendapat pengalaman langsung dalam melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga.

b. Mendapat bekal sebagai calon guru untuk persiapan melaksanakan

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian-penelitian

terdahulu diantaranya adalah penelitian dengan judul “Implementasi Model

Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok

Fungsi Semester Gasal Kelas VIII MTs. Negeri Petarukan Tahun Ajaran

2009/2010” oleh Abdul Ghofar mahasiswa IAIN Walisongo Semarang yang

menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar. Hal ini ditunjukan dengan adanya aktivitas dan hasil belajar

peserta didik yang terus meningkat dari tiap-tiap siklus dimana rata-rata hasil

belajar pada prasiklus yang tadinya hanya sebesar 61 pada siklus I meningkat

menjadi 66,34, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 80,12.

Berangkat dari hasil penelitian terdahulu tersebut, peneliti

berkeinginan untuk mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan

model yang sama yaitu model pembelajaran kooperatif, akan tetapi terdapat

perbedaan dari penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan pembelajaran

kooperatif dengan tipe Snowball Drilling serta menggunakan alat peraga pada materi pokok tabung di MTs. Miftahul Falah Bonang Demak. Peneliti

mengharapkan dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif

tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga pada materi tabung dapat lebih efektif bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

B. Kerangka Teoritik

(19)

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Para ahli telah memberikan pandangannya tentang definisi

belajar, di antaranya adalah:

1) Menurut Morgan, sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono,

belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan

hasil pengalaman yang lalu.8

2) Menurut Wittig, sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, belajar

adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala

macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman.9

3) Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”.10

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan dan bersifat tetap, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan.

Sedangkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan

peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru

dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.11

Menurut Gagne dan Briggs sebagaimana yang dikutip oleh

Syaiful Bahri Djamarah, pembelajaran adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berarti

serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa

8

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 3.

9

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rodaskarya, 2010), hlm. 89.

10

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.

11

(20)

untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta

didik.12

Menurut Agus Suprijono, pada pembelajaran guru mengajar

diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya

pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah

guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk

mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik

(pembelajaran berpusat pada peserta didik).13

Jadi pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya

terkandung upaya guru dalam menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta

didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.

b. Teori-TeoriBelajar 1) Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial

dalam pembelajaran seseorang. Menurut Vygotsky sebagaimana

yang dikutip oleh Trianto, belajar dimulai ketika anak dalam

perkembangan Zone of Proximal Development (ZPD) yakni tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat

ini, proses perkembangan akan terjadi jika anak bekerja atau

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas

tersebut masih dalam jangkauan mereka. Vygotsky yakin bahwa

fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam

percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental

yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.14

12

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anank Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hlm. 325.

13

Agus Suprijono, Cooperative Learning, hlm. 13. 14

(21)

Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah

Scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang dalam awal belajar, kemudian

sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut

setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang

dihadapinnya. Ini ditujukan agar anak dapat belajar secara

mandiri.15

Dari prinsip-prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa

peserta didik belajar melalui interaksinya dengan teman sebaya,

orang dewasa atau orang lain. Dengan membentuk kelompok

belajar secara kolaboratif maka akan terjalin interaksi yang efektif,

hal ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik secara

aktif dan positif. Dalam kelompok tersebut peserta didik bekerja

sama, saling membantu dan mengungkapkan pendapat atau ide-ide

dalam menyelesaikan suatu masalah serta berani mengambil

keputusan untuk mencapai tujuan bersama.

Diskusi adalah unsur penting dalam belajar kelompok.

Melalui dialog, diskusi, dan permusyawarahan seseorang akan

dapat mengarahkan pikiran untuk dapat menemukan kebenaran dan

memilih solusi yang tepat atas segala permasalahan yang sedang

dikaji.

Islam pun sangat menganjurkan bermusyawarah untuk

mencapai mufakat dalam mengambil keputusan dari persoalan

yang ada, Firman Allah:















 



 

15

(22)

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada

mereka.”(Q.S. asy-Syuura/42: 38).16

Hal ini sangat sejalan dengan apa yang ada dalam

pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam

kelompok kecil yang heterogen, sehingga dimungkinkan adanya

suatu kerjasama dalam anggota untuk saling membantu mencapai

tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran kooperatif menjadi

sangat diperlukan sekali dalam proses belajar mengajar. Maka

dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan model

pembelajaran kooperatif sebagai solusi untuk memecahkan

masalah.

2) Teori Belajar Jerome Bruner

Menurut Bruner, sebagaimana yang dikutip oleh Saminanto,

proses belajar akan berlangsung secara optimal jika peserta didik

melewati tiga tahap dalam belajarnya yaitu:17

a) Tahap enaktif

Yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan di mana

pengetahuan itu dipelajari secara aktif dengan menggunakan

benda-benda kongrit atau menggunakan situasi yang nyata.

b) Tahap ikonik

Yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan di mana

pengetahuan itu dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk

bayangan visual (Visual Imagery), gambar atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang terdapat pada tahap

enaktif.

16

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 789.

17

(23)

c) Tahap simbolik

Yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan di mana

pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol

abstrak yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan,

baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata,

kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika maupun

lambang-lambang abstrak yang lain.

Teori Bruner menekankan pada aspek riil (nyata). Peserta

didik akan lebih paham dan mengena jika materi yang

dipelajarinya bersifat nyata. Dalam pembelajaran matematika

materi yang dipelajari bersifat abstrak. Maka dibutuhkan adanya

suatu alat yang sebisa mungkin sesuai dengan kehidupan nyata.

Sehingga dibutuhkan suatu alat peraga untuk membuat materi

menjadi riil. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah persepsi

oleh peserta didik dalam memahami materi. Alat peraga menjadi

suatu media yang efektif dalam menjelaskan materi pelajaran.

Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat peraga

sebagai media dalam pembelajaran.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menerima

pengalaman belajarnya.18 Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

Bloom secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu:19

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yang meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

18

Nana Sudjana, Penilaian Hasil, hlm. 22. 19

(24)

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menetukan hubungan), sinthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk), dan evaluation (menilai).

2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yaitu receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (penilaian), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi).

3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan skills (keterampilan) dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dalam penelitian ini, hasil belajar hanya menyangkut ranah

kognitif.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah, faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:20

1) Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri

meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis (bersifat jasmaniah)

dan aspek psikologis (bersifat rohaniah).

Faktor yang masuk dalam aspek psikologis diantaranya

adalah tingkat kecerdasan intelegensi/kecerdasan, sikap, bakat,

minat, dan motivasi peserta didik.

2) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yakni

kondisi lingkungan disekitar peserta didik, yang meliputi dua

aspek, yaitu: faktor lingkungan sosial (lingkungan sosial sekolah,

lingkungan social masyarakat, dan lingkungan keluarga) dan

20

(25)

faktor lingkungan nonsosial yang termasuk di dalamnya adalah

gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan alat-alat belajar dan

waktu belajar yang digunakan peserta didik.

3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning)

Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta

didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta

didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pelajaran. Metode belajar yang dipakai guru sangat

mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik.

Uraian di atas, menunjukkan bahwa pemilihan model

pembelajaran yang sesuai memiliki peran yang sangat penting untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal. Salah satunya adalah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga yang menuntut peserta didik berpartisipasi

aktif dan mampu bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Robert E. Slavin sebagaimana yang dikutip oleh

Isjoni, pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang anggotanya empat sampai enam orang secara

kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen.21

Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar

kontruktivisme sosial Vygotsky yang menekankan bahwa pengetahuan

di bangun dan dikonstruksi secara mutual. Keterlibatan dengan orang

lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan

memperbaiki pemahaman.22 Pembelajaran kooperatif muncul dari

konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan

21

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 15.

22

(26)

memahami konsep yang sulit jika mereka saling diskusi dengan

temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk

saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi

hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek

utama dalam pembelajaran kooperatif.23

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan

sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke

arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik

sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada peserta

didik, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.

peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.24

b.Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Jonshon sebagaimana yang dikutip

oleh Rusman, ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif,

yaitu:25

1) Saling ketergantungan positif

Yakni, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada

usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

2) Tanggung jawab perseorangan

Yakni, keberhasilan kelompok sangat tergantung dari

masing-masing anggota kelompoknya.

3) Interaksi tatap muka

Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi

untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota

kelompok lain.

23

Trianto, Model-Model Pembelajaran, hlm. 41. 24

Rusman, Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 201.

25

(27)

4) Partisipasi dan komunikasi

Yaitu melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok

Yakni memberi waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses

kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya

bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:26

1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah.

3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, dan jenis kelamin berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

d.Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan

sosial.27

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas

akademik, unggul dalam membantu peserta didik memahami

konsep-konsep yang sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti

terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, dan

26

Rusman, Model-Model Pembelajaran, hlm. 208. 27

(28)

agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran

kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda latar

belakang dan kondisi untuk bekerja menyelesaikan tugas bersama, dan

belajar saling menghargai satu sama lain.

Keterampilan sosial kooperatif berkembang secara signifikan

dalam pembelajaran kooperatif. pembelajaran kooperatif sangat tepat

digunakan untuk melatih keterampilan kerja sama dan kolaborasi.28

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowbal Drilling

Snowball Drilling adalah model pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari materi yang telah dipelajari.29

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik

siap belajar.

2) Mempresentasikan materi kepada peserta didik.

3) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai

dengan jumlah mereka.

4) Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara

pembentukan tim.

5) Menyiapkan soal-soal dalam kertas dan membaginya kepada setiap

kelompok.

6) Memberikan waktu 10-15 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi

memecahkan masalah yang diberikan.

7) Menginstruksikan kepada peserta didik untuk membentuk bola dari

kertas soal yang telah diberikan.

8) Memberi aba-aba mulai untuk segera menggulirkan bola kertas dari

satu peserta didik ke peserta didik lain dalam kelompok

masing-masing.

28

Trianto, Model-Model Pembelajaran, 44. 29

(29)

9) Memberi aba-aba berhenti. Pada saat berhenti, peserta didik yang

mendapat bola kertas memilih salah satu soal yang terdapat pada bola

kertas untuk dikerjakan di papan tulis.

10) Langkah pada nomor 8 dan 9 diulang sampai dirasa cukup atau semua

soal dalam bola kertas terjawab semua.

11) Mengklarifikasi jawaban peserta didik.

12) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.

5. Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri peserta didik.30

b. Fungsi Alat Peraga

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar peserta didik mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek/alat peraga maka peserta didik mempunyai pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.31

c. Macam-Macam Alat Peraga

Menurut Nana Sudjana alat peraga dibagi menjadi dua, yaitu:32 1. Alat peraga dua dan tiga dimensi

Alat peraga dua dimensi yaitu alat peraga yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, contohnya bagan, garfik dan gambar mati. Sedangkan alat peraga tiga dimensi adalah alat peraga yang mempunyai ukuran panjang lebar dan tinggi, contohnya adalah globe.

2. Alat peraga yang diproyeksi

Alat peraga yang diproyeksi adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar, contohnya adalah film, slide, dan film strip.

Belajar akan lebih efektif jika dimulai dengan pengalaman langsung, dari pengalaman kongrit ke pengalaman yang lebih abstrak. Dengan menggunakan alat peraga peserta didik dapat memanipulasi alat tersebut

30

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 31.

31

http://handono-eksak.blogspot.com/2007/12/belajar-matematika-menggunakan-media.html

32

(30)

sebagai dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak. Selain itu juga bisa menambah menarik minat peserta didik dalam pembelajaran.

d. Alat Peraga Tabung

1) Model Alat Peraga

Alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah alat

tiruan berupa tabung dengan ukuran jari-jari lingkaran 5cm dan

tingginya 10cm sebanyak lima buah. Alat peraga ini terbuat dari

plastik mika yang direkatkan dengan menggunakan isolasi dibentuk

sedemikian rupa seperti tabung. Seperti nampak pada gambar di

bawah ini.

Gambar 1.

2) Alat

 Gunting

 Penggaris

 jangka

3) Bahan

 Plastik mika

 Isolasi

6. Uraian Materi

a. Pengertian Tabung

Dalam geometri, tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga

dimensi yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar

dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua lingkaran

(31)

disebut sebagai alas dan tutup tabung serta persegi panjang yang

menyelimutinya disebut sebagai selimut tabung.33

b. Unsur-UnsurTabung

Gambar 2.  AQ disebut jari-jari alas tabung

 BC disebut tinggi tabung (t)

 AB disebut diameter alas tabung

 Daerah yang diarsir disebut sisi alas dan atap tabung

 Alas dan atap tabung berupa bidang datar yang berbentuk lingkaran.

 Bidang yang melengkung disebut selimut tabung.

c. LuasTabung

Gambar 3.

Gambar (a) di atas menunjukkan sebuah tabung dengan jari-jari

lingkaran alas = r dan tingginya = t. Gambar (b) merupakan jaring-jaring tabung dari gambar (a) yang terdiri atas: selimut tabung yang

berupa persegi panjang dengan panjang = keliling lingkaran alas

33

http://id.wikipedia.org/wiki/Tabung_%28geometri%29

A B

C D

t P

Q

t

2πr

(a) (b)

t r

(32)

tabung = 2r dan lebar = tinggi tabung = t. Serta dua lingkaran

sebagai alas dan tutup yang berjari-jari r.

Dengan memperhatikan jaring-jaring tabung di atas, diperoleh

rumus sebagai berikut.

Luas sisi tabung = luas alas + luas selimut tabung + luas tutup

2 2

2 rt r

r

 

rt

r

 2

2 2 

) (

2 r rt

d. VolumeTabung

Volume = luas alas x tinggi

Volume = luas lingkaran x tinggi

Volume tabung 

r2t .

7. Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga pada materi tabung adalah sesagai berikut:

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap

belajar.

2) Mempresentasikan materi kepada peserta didik.

3) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan

jumlah mereka.

4) Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara

pembentukan tim.

5) Membagikan alat peraga kepada setiap kelompok.

6) Memberikan waktu 10-15 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi

memecahkan masalah yang diberikan (mencari rumus luas dan volume

tabung).

7) Peserta didik dari salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

8) Guru beserta peserta didik mengkoreksi presentasi yang telah dipaparkan.

9) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.

10) Menyiapkan soal-soal dalam kertas dan membaginya kepada setiap

(33)

11) Memberikan waktu 10 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi

memecahkan masalah yang diberikan.

12) Menginstruksikan kepada peserta didik untuk membentuk bola dari kertas

soal yang telah diberikan.

13) Memberi aba-aba “mulai” untuk segera menggulirkan bola kertas dari satu

peserta didik ke peserta didik lain dalam kelompok masing-masing.

14) Memberi aba-aba “stop”. Pada saat berhenti, peserta didik yang mendapat

bola kertas memilih salah satu soal yang terdapat pada bola kertas untuk

dikerjakan di papan tulis.

15) Langkah pada nomor 13 dan 14 diulang sampai dirasa cukup atau semua

soal dalam bola kertas terjawab semua.

16) Mengklarifikasi jawaban peserta didik.

17) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.

C. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan penelitian yang

relevan maka hipotesis penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga efektif terhadap peningkatan hasil belajar matematika pada sub pokok bahasan tabung peserta

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan

metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang

dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen

mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat caranya adalah dengan

membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan

dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima

perlakuan.34

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3-29 Oktober 2011.

Adapun lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah MTs. Miftahul

Falah Bonang Demak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.35 Populasi juga

dapat diartikan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.36 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX MTs. Miftahul

Falah Bonang Demak sebanyak 102 peserta didik yang terdiri dari tiga

kelas, dengan jumlah tiap kelas 34 peserta didik.

34

Suharsimi Arikunto, Manajeman Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 207. 35

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 173.

36

(35)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.37 Dalam

penelitian ini seluruh kelas yaitu kelas IX A, IX B, dan IX C akan

digunakan untuk fungsi yang berbeda yaitu satu kelas eksperimen, satu

kelas kontrol, dan satu kelas uji coba.

Untuk memilih kelas mana yang menjadi kelas eksperimen, kelas

kontrol, atau kelas uji coba dilakukan secara random (Random Assignment). Random assignment adalah penempatan subjek ke dalam kelompok sedemikian rupa sehingga, untuk setiap kali penempatan, setiap

sampel mempunyai peluang yang sama untuk ditempatkan di kelompok

manapun.38

D. Variabel dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah hasil belajar

matematika peserta didik kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang Demak

sub pokok bahasan tabung. Ada dua macam variabel, yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen). a. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat).39 Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model

pembelajaran. Variabel bebas tersebut terdiri dari model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga dan model pembelajaran konvensional.

37

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 174. 38

Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 346.

39

(36)

b. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.40 Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik

pada materi tabung kelas IX MTs. Miftahul Falah Bonang.

2. Indikator Penelitian

Indikator dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil belajar

peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.

E. Pengumpulan Data Penelitian 1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu cara mengumpulkan data yang

bersumber pada tulisan, berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat

kabar dan sebagainya.41 Metode dokumentasi dalam penelitian ini

digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama peserta didik

kelas IX dan nilai ulangan peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada materi sebelumnya. Data yang diperoleh dianalisis untuk

menentukan normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata tahap awal

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Metode Tes

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.42

Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik

kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok tabung. Tes yang

diberikan pada peserta didik dalam penelitian ini berbentuk tes subjektif

40

Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 61. 41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 201. 42

(37)

(uraian) sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta

didik terhadap materi pokok tabung.

Tes ini merupakan tes akhir yang diadakan secara terpisah terhadap

masing-masing kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam bentuk

tes yang sama. Namun sebelum tes diujikan, terlebih dahulu diujicobakan

kepada kelas uji coba untuk mengetahui taraf kesukaran soal, daya beda

soal, validitas butir soal dan reliabilitas soal. Setelah terpenuhi maka dapat

diujikan ke kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tes inilah yang

kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk menarik kesimpulan pada

akhir penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi tabung yang

merupakan sub pokok bahasan materi bangun ruang sisi lengkung. Prosedur

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas uji coba dengan

menggunakan teknik Random Assignment. Diperoleh kelas IX B sebagai keles eksperimen yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga, IX A sebagai kelas kontrol yang dikenai metode pembelajaran konvensional, dan kelas IX C

sebagai kelas uji coba, merupakan kelas yang digunakan untuk menguji

coba instrumen.

2. Mengambil data nilai hasil ulangan harian materi sebelumnya dari kelas

eksperimen (IX B) dan kelas kontrol (IX A) untuk uji normalitas dan uji

kesamaan dua varians (homogenitas variansi).

3. Menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada

lampiran 1.

4. Menyusun kisi-kisi tes uji coba (lampiran 7), menyusun instrumen tes uji

(38)

5. Membuat alat peraga.

6. Mengujicobakan instrumen tes akhir pada kelas uji coba.

7. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

8. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat.

9. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen. Pada pelaksanaan

ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling dengan bantuan alat peraga.

10. Menganalisis/mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode

yang telah ditentukan.

11. Menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian.

G. Analisis Data Penelitian 1. Analisis Data Tahap Awal

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan dalam pengolahan data, yaitu statistik parametrik atau non

parametrik. Untuk menguji normalitas digunakan data sampel kelas

eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh dari nilai ulangan

matematika materi sebelumnya. Dari kelas sampel uji normalitas

dilakukan dengan uji Chi Kuadrat.

Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas adalah:

:

0

H Data berdistribusi normal :

1

H Data berdistribusi tidak normal.

Langkah-langkah uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat

adalah sebagai berikut:

1) Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan skor terendah.

2) Menentukan rentang (R) yaitu data terbesar – data terkecil

3) Menentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus

 

n

(39)

4) Menentukan panjang interval (P) dengan rumus: K R P  5) Membuat tabel distribusi frequensi

6) Menghitung rata-rata dengan rumus:

7) Menghitung simpangan baku dengan rumus:

8) Membuat tabel distribusi observasi.

9) Menentukan batas kelas dengan cara angka sekor kiri kelas interval

dikurangi 0,5 dan untuk angka sekor kanan kelas interval ditambah

0,5.

12) Menghitung frekuensi harapan dengan cara mengalikan luas daerah

dengan jumlah responden.

13) Menghitung nilai chi-kuadratdengan rumus: 43

 : Harga chi-kuadrat

i

O: Frekuensi hasil pengamatan i

E : Frekuensi yang diharapkan k :Banyaknya kelas interval.

14) Membandingkan harga chi-kuadrat dengan tabel chi-kuadrat untuk

menentukan kriteria pengujian digunakan derajat kebebasan ( ) ( ) ( ), dimana k adalah banyaknya kelas

43

(40)

interval dan taraf signifikan 5%.44

15) Menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:

0

H : diterima jika 2hitung 2tabel

0

H : ditolak jika 2hitung2tabel.45 b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen,

yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan

dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan

menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai variansi yang sama atau

tidak. Hipotesis yang dilakukan dalam uji homogenitas adalah sebagai

berikut:

2 2 2 1

0 : 

H

2 2 2 1

1: 

H

Untuk menguji kesamaan dua variansi digunakan rumus sebagai

berikut:

terkecil Varians

terbesar Varians

Fhitung

Dengan taraf signifikan 5%, penolakan H0dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data terkecil dikurangi satu. Jika FhitungFtabel maka H0 diterima.46 Berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau

dikatakan homogen.

44

Sudjana, Metoda Statistika, hlm. 293. 45

Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 77.

46

(41)

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan rata-rata pada tahap awal digunakan untuk

menguji apakah ada kesamaan rata- rata antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai

berikut:

1) Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu:

2

H (ada perbedaan rata-rata awal kedua kelas sampel). Dengan 1 : Rata-rata nilai awal kelompok eksperimen dan2:

Rata-rata nilai awal kelompok kontrol.

2) Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak.

3) Menentukan taraf signifikan. Dalam penelitian ini digunakan

% 5

 .

4) Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila tabel

hitung tabel t t

t  

 dimana ttabel diperoleh dari daftar distribusi

t-student dengan peluang ) 2 1 1

(   dan dkn1n2 2.

5) Menentukan statistik hitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(42)

1

x : Nilai rata-rata dari kelompok eksperimen

2

x : Nilai rata-rata dari kelompok kontrol

2 1

s : Varians dari kelompok eksperimen

2 2

s : Varians dari kelompok kontrol

s : Standar deviasi

1

n : Jumlah subyek dari kelompok eksperimen

2

n : Banyaknya subyek kelompok eksperimen

2

n : Banyaknya subyek kelompok kontrol

2 1

s : Varians kelas eksperimen

2 2

s : Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian:

47

(43)

0

2. Analisis Instrumen Tes

1) Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat

mengukur secara tepat, benar, shahih apa yang hendak diukur.49

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen

tes bentuk uraian yaitu dengan menggunakan teknik korelasi

Pearson product moment, yaitu: 50

}

Sudjana, Metoda Statistika, hlm. 241. 49

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 93.

50

(44)

korelasi signifikan, artinya item soal yang digunakan sudah valid. 51

Sebaliknya jika rhitungrtabel maka soal tersebut tidak valid,

sehingga soal tersebut harus direvisi atau tidak digunakan.

2) Reliabilitas

Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat

memberikan hasil tes yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil,

artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang

sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif

sama.52 Analisis reliabilitas tes bentuk uraian pada penelitian ini

diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.53

2

r : Reliabilitas instrumen

2

i

: Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

: Varians total

k : Banyak item soal Rumus varians item soal yaitu:

| ( )

|

Rumus varians total yaitu:

| (

Sambas Ali, Analisis Korelasi, hlm. 36. 52

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, hlm. 95. 53

(45)

: Jumlah kuadrat skor item : Jumlah skor total

: Jumlah kuadrat skor total N : Banyaknya responden

Selanjutnya nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5% . Jika r11rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel.54

3) Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar derajat kesukaran suatu soal, apakah soal tersebut

mudah, sedang atau sukar. Sebuah tes dapat dikatakan baik apabila

tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah, artinya

tes mempunyai tingkat kesukaran sedang.55

Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran

soal bentuk uraian adalah:56

m NS

X P

Keterangan:

P : Tingkat kesukaran soal

X : Jumlah skor jawaban benar peserta tes N : Jumlah peserta tes

m

S : Skor maksimal Kriteria:

0.00 – 0.30  Sukar

0.30 – 0.70  Sedang

0.70 – 1.00  Mudah.57

54

Sambas Ali, Analisis Korelasi, hlm. 41. 55

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, hlm. 370. 56

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Hlm. 12.

57

(46)

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi

dengan peserta didik yang berkemampuan rendah.58 Semakin

tinggi daya pembeda suatu butir soal, maka semakin mampu butir

soal tersebut membedakan antara peserta didik yang

berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan

rendah.

Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran soal

bentuk uraian adalah:59

B A P P D 

dengan

m A A

S n

A P

m B B

S n

B P

Keterangan:

D : Daya Pembeda

A : Jumlah skor jawaban benar peserta kelompok atas

B: Jumlah skor jawaban benar peserta kelompok bawah

A

n : Banyaknya peserta kelompok atas B

n : Banyaknya peserta kelompok bawah Kriteria:

0.00 – 0.20  jelek

0.20 – 0.40  cukup

0.40 – 0.70  baik

0.70 – 1.00  baik sekali.60

58

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, 385. 59

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, 389. 60

(47)

3. Analisis Data Tahap Akhir

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka

dilaksanakan tes akhir. Dan dari hasil tes akhir ini diperoleh data yang

digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian, yaitu

hipotesis diterima atau ditolak. Sebelum dilakukan uji hipotesis

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai

prasarat uji hipotesis. Adapun langkah-langkah untuk uji normalitas

dan homogenitas sama seperti pada langkah-langkah uji normalitas dan

homogenitas pada analisis tahap awal. Uji hipotesis ini menggunakan

rumus t – test dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Rumus hipotesis

2

dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling. rata-rata hasil belajar peserta didik kelas IX yang diajar

dengan konvensional.

2. Taraf signifkansi yang dipakai adalah 0,05 ( 5%).

3. Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus

(48)

1

n : Banyaknya subyek kelompok eksperimen

2

n : Banyaknya subyek kelompok kontrol

2 1

s : Varians kelas eksperimen

2 2

s : Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian: H0 ditolak jika thitungttabel dengan

n : Banyaknya subyek kelompok eksperimen

2

n : Banyaknya subyek kelompok kontrol

2 1

s : Varians kelas eksperimen

2 2

s : Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian:

Gambar

 Gambar 1. 2) Alat
Gambar 3.
Tabel 1. Daftar Uji Chi Kuadrat Nilai Awal
Tabel 2. Uji Kesamaan Rata-rata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini Majelis Hakim berdasarkan fakta-fakta yang timbul di persidangan menilai bahwa terdakwa dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatan yang dilakukan

pengaruh yang besar terhadap budaya ( culture ), nilai (value) dan kinerja perusahaan ( corporate performance ), selama dan setelah masa jabatan dan kekhasan

Dengan keadaan tersebut di atas, maka perlu diadakan Siklus II sebagai upaya tindak lanjut supaya bisa dicapai hasil yang lebih baik. Pertimbangan utama yang mendasari keputusan

Jika anda masih memiliki keraguan untuk memulai simak artikel berikut “Besar Penggunaan Maskapai Domestik Sampai 2015 Pemerintah RI memprediksi bakal terjadi peningkatan

[r]

Perbandingan nilai SEC Pabrik ‘studi’ dengan pabrik teh di berbagai negara Mengingat prosentase penggunaan energi di proses pelayuan ( withering ), mencapai 26% dari

Sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh, bahwa motivasi belajar siswa setelah menggunakan Model Pembelajaran kooperatif STAD dalam proses belajar mengalami

Keberhasilan pada peningkatan hasil belajar Matematika dikarenakan penerapan model Quantum Teaching dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dengan cara bermain