• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Beberapa Jenis Kulit Jeruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Beberapa Jenis Kulit Jeruk"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh, sistematika tumbuhan, sinonim tumbuhan, nama daerah, nama asing, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan dari tumbuhan.

2.1.1 Jeruk Kesturi

2.1.1.1 Sistematika Tumbuhan

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Suku : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus microcarpa Bunge (Nuraini, 2011). 2.1.1.2 Sinonim Tumbuhan

Sinonim Citrus mitis

Citrus fortunella (Setiadi dan Parimin, 2004). 2.1.1.3 Nama Daerah

Indonesia: Jeruk kesturi, jeruk potong, jeruk peras (Setiadi dan Parimin, 2004).

2.1.1.4 Nama Asing

(2)

2.1.1.5 Daerah Tumbuh

Jeruk peras atau jeruk kesturi tumbuh baik di daerah dataran rendah beriklim panas dengan curah hujan rata-rata 1500-2000 mm3/tahun. Tanah tempat tumbuhnya mengandung bahan organik, bisa berupa tanah liat-berlempung, tanah berkapur, atau tanah berpasir. Derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5-7,0. Meskipun toleran terhadap kekeringan, jeruk peras tidak begitu tahan terhadap terpaan angin kencang (Setiadi dan Parimin, 2004).

2.1.1.6 Morfologi Tumbuhan

Buah jeruk kesturi berbentuk bulat dan bergaris tengah 4,5 cm. Bagian atas buah memipih atau rata (bulat menggepeng). Kulit buah kuning kehijau-hijauan sampai jingga (buah tua). Bobot buah kurang lebih sama dengan jeruk nipis, yaitu antara 20-30 buah per kg (Setiadi dan Parimin, 2004).

2.1.1.7 Kandungan Kimia

Kulit buah jeruk kesturi memiliki rasa pahit yang disebabkan oleh adanya kandungan naringin. Flavedo mengandung senyawa steroid, sedangkan albedo kaya akan senyawa fenolik (Anonima, 2008).

2.1.1.8 Kegunaan

Kulit buah jeruk kesturi biasanya diolah menjadi manisan, sari buah sirup, selai, dan konsentrat (Anonima, 2008).

2.1.2 Jeruk Lemon

2.1.2.1 Sistematika Tumbuhan

(3)

Ordo : Rutales

Suku : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus limon (L.) Osbeck (Nuraini, 2011). 2.1.2.2 Sinonim Tumbuhan

Sinonim Citrus medica L. (Nuraini, 2011). 2.1.2.3 Nama Daerah

Indonesia: Jeruk tangan, jeruk honje (Sunda), jeruk sitrun (Jawa), jeruk lemon, dan jeruk sikade (Nuraini, 2011).

2.1.2.4 Nama Asing

Citroen (Belanda) (Nuraini, 2011). 2.1.2.5 Daerah Tumbuh

Tumbuhan ini cocok untuk daerah beriklim kering dengan musim dingin yang relatif hangat. Suhu ideal untuk jeruk lemon agar dapat tumbuh dengan baik adalah antara 15-30оC. Pada tanah yang subur, jeruk lemon dapat berbuah sepanjang tahun. Setelah berumur tiga tahun, jeruk lemon mulai berbuah (Nuraini, 2011; Setiadi dan Parimin, 2004).

2.1.2.6 Morfologi Tumbuhan

(4)

2.1.2.7 Kandungan Kimia

Kulit buah jeruk lemon mengandung tangerine yaitu jenis antioksidan kuat yang disebut super-flavonoids, yang bisa mengurangi kadar kolesterol jahat secara signifikan, tanpa menurunkan kadar kolesterol baiknya (Anonimb, 2012).

2.1.2.8 Kegunaan

Kulit buah jeruk lemon digunakan dalam membuat roti, manisan, dan untuk menambah rasa makanan. Selain itu, kulit buah ini juga berfungsi untuk mencegah kanker (Nuraini, 2011).

2.1.3 Jeruk Purut

2.1.3.1 Sistematika Tumbuhan

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Suku : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus hystrix DC. (Nuraini, 2011). 2.1.3.2 Sinonim Tumbuhan

Sinonim Citrus paeda Miq. (Nuraini, 2011). 2.1.3.3 Nama Daerah

(5)

2.1.3.4 Nama Asing

Kaffir lime leaf and zest (Inggris), bai magrut, kabuyao, percupin orange, citron combara (Nuraini, 2011).

2.1.3.5 Daerah Tumbuh

Jeruk purut bisa tumbuh pada daerah dengan ketinggian antara 0-1000 dpl. Jeruk tersebut bisa ditanam didaerah sangat basah atau daerah basah (Setiadi dan Parimin, 2004).

2.1.3.6 Morfologi Tumbuhan

Citrus hystrix D.C. termasuk tumbuhan berkayu, merupakan pohon dengan tinggi 5-7,5 m. Batang tegak, bulat, berduri, hijau kotor. Daun tunggal, berseling, lonjong, tepi beringgit, ujung meruncing, pangkal membulat, panjang 4-5,5 cm, lebar 2-2,5 cm. Buah bulat, diameter 4-5 cm, permukaan berkerut, hujau. Biji bulat telur, putih. Daging buah hijau, rasanya sangat asam sangat pahit (Nuraini, 2011).

2.1.3.7 Kandungan Kimia

Kandungan flavonoid pada kulit jeruk purut, terutama naringenin dan hesperidin bersifat sebagai antioksidan (Anonimc, 2012).

2.1.3.8 Kegunaan

Kulit buah jeruk purut dapat digunakan sebagai penyedap masakan dan antiseptik (Nuraini, 2011).

2.1.4 Jeruk Bali

2.1.4.1 Sistematika Tumbuhan

(6)

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Suku : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus maxima (Burm.) Osbeck (Nuraini, 2011). 2.1.4.2 Sinonim Tumbuhan

Sinonim Citrus Celebia Citrus decumanus L.

Citrus grandis (Nuraini, 2011). 2.1.4.3 Nama Daerah

Indonesia: Jeruk bali, jeruk besar, jeruk cikoneng, jeruk limau makan, jeruk limau besar, dan jeruk pamelo (Nuraini, 2011).

2.1.4.4 Nama Asing

Pomelo (Inggris) (Nuraini, 2011). 2.1.4.5 Daerah Tumbuh

Jeruk ini tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1000 ml dpl (Nuraini, 2011).

2.1.4.6 Morfologi Tumbuhan

(7)

daging buah merah muda. Daging buah memiliki tekstur keras sampai lunak, rasa manis sampai sedikit asam, dan berbiji sedikit (Nuraini, 2011).

2.1.4.7 Kandungan Kimia

Kulit buah jeruk bali mengandung likopen yang dapat menghambat proses oksidasi (Nuraini, 2011).

2.1.4.8 Kegunaan

Kulit buah jeruk bali berkhasiat mengobati luka, menghentikan batuk, gangguan pencernaan. Kulit buah jeruk bali dapat dimanfaatkan sebagai manisan (Nuraini, 2011).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987).

Menurut Depkes RI (2000), beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

A. Cara dingin 1. Maserasi

(8)

dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

B. Cara panas 1. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infudasi

(9)

5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan silang pada DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul ini. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam penyebab dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, jantung koroner, katarak, dan penyakit degenerasi saraf seperti Parkinson (Silalahi, 2006).

Sifat radikal bebas yang tidak stabil menyebabkan reaksi menerima atau memberikan elektron dengan molekul sekitarnya. Kebanyakan molekul ini bukan radikal bebas melainkan makromolekul biologi seperti lipid, protein, asam nukleat, dan karbohidrat. Dengan reaksi ini timbullah reaksi radikal bebas beruntun yaitu terbentuknya radikal bebas baru yang bereaksi lagi dengan makromolekul lain (Kosasih, dkk., 2004).

(10)

Secara umum tahapan reaksi pembentukan radikal bebas adalah sebagai

Tahap inisiasi adalah tahap awal terbentuknya radikal bebas. Tahap propagasi adalah tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru. Tahap terminasi adalah tahap akhir, terjadinya pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi. Ketika proses tersebut terjadi maka siklus reaksi radikal telah berakhir (Kumalaningsih, 2006; McMurry, 2008).

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

Terdapat tiga macam antioksidan yaitu:

(11)

b. antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik.

c. antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated Hydroxyanisole (BHA) dan Butylated Hydroxytoluen (BHT) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak (Kumalaningsih, 2006).

Antioksidan dalam tubuh dibedakan atas tiga kelompok, yaitu (1) antioksidan primer yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan; (2) antioksidan sekunder yang berfungsi untuk menangkap radikal bebas dan menghalangi terjadinya reaksi berantai dan (3) antioksidan tertier yang bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan biomolekuler yang disebabkan oleh radikal bebas (Silalahi, 2006).

2.4.1 Vitamin C

(12)

Struktur kimia vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Struktur kimia vitamin C

Vitamin C merupakan suatu antioksidan penting yang larut dalam air. Vitamin C mempunyai potensi sebagai antioksidan dengan mendonorkan hidrogen dari gugus hidroksilnya kepada radikal bebas. Vitamin C juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi dan virus. Aktivitas sistem kekebalan yang optimum memerlukan keseimbangan antara pembentukan radikal bebas dan proteksi antioksidan (Silalahi, 2006).

2.4.2 Flavonoid

Flavonoid memiliki sifat antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Karena bersifat sebagai reduktor, flavonoid dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas (Silalahi, 2006).

(13)

Kerangka flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Kerangka flavonoid

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dari flavonoid yang berbeda golongan dan jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal. Flavonoid pada tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida. Untuk menganalisis flavonoid lebih baik memeriksa aglikon yang telah terhidrolisis daripada dalam bentuk glikosida dengan strukturnya yang rumit dan kompleks. Flavonoid dapat berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Harborne, 1984).

Struktur dasar dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Struktur dasar flavonoid

2.5 Spektrofotometri UV-Visible

(14)

elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu, yang diserap zat (Depkes RI, 1979).

Berdasarkan panjang gelombang spektrofotometri dibagi dua yaitu spektrofotometri ultraviolet dengan panjang gelombang 200-400 nm, digunakan untuk senyawa yang tidak berwarna dan spektrofotometri visibel (sinar tampak) dengan panjang gelombang 400-750 nm, digunakan untuk senyawa yang berwarna (Rohman, 2007).

2.6Metode Pemerangkapan Radikal 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan Renn. DPPH berwarna ungu pekat seperti KMnO4, bersifat tidak larut dalam air (Ionita, 2005).

Struktur kimia radikal bebas DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.4 Struktur kimia radikal bebas DPPH

(15)

molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang tertentu, berwarna ungu. Warna akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan. Perubahan warna ini berdasarkan reaksi kesetimbangan kimia (Prakash, 2001).

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil karena resonansi yang dialaminya. Resonansi juga menyebabkan peningkatan kepekatan warna ungu (Molyneux, 2004).

Resonansi DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

Gambar 2.5 Resonansi DPPH

(16)

Gambar 2.6 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan 2.6.1 Pelarut

Metode pemerangkapan radikal 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) akan memberi hasil yang baik dengan menggunakan pelarut metanol atau etanol dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).

2.6.2 Pengukuran absorbansi – panjang gelombang

Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam pengukuran sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, 519 nm dan 520 nm. Apabila pengukuran menghasilkan tinggi puncak maksimum, maka itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan di atas. Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang dapat diatur untuk memberikan absorbansi maksimum sesuai dengan alat yang digunakan (Molyneux, 2004).

2.6.3 Waktu pengukuran

(17)

Gambar

Gambar 2.1 Struktur kimia vitamin C
Gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.4 Struktur kimia radikal bebas DPPH
Gambar 2.5 Resonansi DPPH
+2

Referensi

Dokumen terkait

Web Service GetDeletedRecordset mengirim 6 parameter yaitu: token yang telah didapatkan dari GetToken, table yang akan diquery, order untuk menampilkan data sesuai order

The most frequently employed snow cover fraction methods applied on Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) data have evolved from spectral unmixing and empirical

Then technical parts of initial cadastre according to (Law on Cadastre, 1987) and cadastre sustainment services according to the (Law on Licensed Engineers of

• Dilakukan dengan memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi perumahan kumuh atau permukiman kumuh yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan

[r]

Hasil penelitian sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan tentang seks pranikah yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 siswa (9,09%) dan

Mempertegas tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan lama penyimpanan berpengaruh pada viabilitas benih sorgum yang ditunjukkan oleh variable kadar air, daya hantar listrik,