• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masa Gestasi atau Masa Kehamilan - Karateristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan berat Badan lahir Rendah (BBLR) di Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2012-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masa Gestasi atau Masa Kehamilan - Karateristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan berat Badan lahir Rendah (BBLR) di Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2012-2013"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Gestasi atau Masa Kehamilan 7

Masa Gestasi atau umur kehamilan adalah Masa sejak terjadinya konsepsi

sampai dengan saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir. Berat Lahir adalah

Berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir pengukuran

ini dilakukan ditempat fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes) sedang bayi

yang lahir dirumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24

jam.

2.1.1. Klasifikasi bayi menurut masa gestasi atau umur kehamilan

Buku Ajar Neonatologi membedakan Masa gestasi atau umur kehamilan

sebagai berikut :

a.

7

Bayi Kurang Bulan (BKB)

b.

Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<259 hari).

Bayi Cukup Bulan (BCB)

c.

Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37- 42 minggu (259 -293

hari).

Bayi Lebih Bulan (BLB)

Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).

2.1.2. Klasifikasi bayi menurut berat lahir 3, 7

Menurut Buku Ajar Neonatologi dan Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal Dan Neonatalbayi menurut berat lahir dibedakan sebagai

(2)

a. Bayi Berat Lahir Rendah

b.

Yaitu Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa

gestasi.

Bayi Berat Lahir Cukup/ Normal

c.

Yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 – 4000 gram

Bayi Berat Lahir Lebih

Yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >4000 gram

2.2. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah3, 8

Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) didefinisikanoleh Organisasi

KesehatanDunia(WHO) sebagai beratsaat lahirkurang dari

2500gram.PrevalensiglobalBBLRadalah 15.5%, yang berartibahwa sekitar20,6

jutabayiyang lahir setiap tahun96,5%

1) Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2499 gram

darimerekadi negara berkembang. Berdasarkan

Depkes RI 1999 Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan dalam :

2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000 - < 1500 gram

3) Bayi Berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram

Dan menurut Depkes RI 1999 bayi dengan berat badan rendah dapat dibedakan

menjadi 2 keadaan yaitu Premature (kurang bulan), mungkin juga Dismature (cukup

bulan) :

2.2.1. Bayi Lahir Kecil karena kurang bulan (premature)

Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28-36 minggu.Bayi lahir kurang

bulan organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan

(3)

makin kurang sempurna, prognosisnya juga semakin buruk.Sebagian besar bayi

lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premature.

Tanda dan gejala klinis bayi premature yaitu :

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu 2, 8

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

c. Kepala lebih besar daripada badan

d. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

e. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

f. Rambut tipis, halus dan teranyam

g. Kulit tampak mengkilat dan licin

h. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.

Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.

i. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

j. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap,

menelan dan batuk masih lemah atau tiak efektif, dan tangisnya lemah.

k. Jaringan kalenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang.

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas :

a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin) 8

b. Pneumonia aspirasi, karena reflex menelan dan batuk belum sempurna

c. Pendarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat

(4)

d. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang

e. Hipotermia

2.2.2.Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan ( Dismature)

Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan

pertumbuhan saat dalam kandungan ( janin tumbuh lambat ). Retardasi

pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu

sirkulasi dan efesiensi plasenta dengan perkembangan dan pertumbuhan janin

atau dengan keadaan umum dan gizi ibu.Keadaan ini mengakibatkan kurangnya

oksigen dan nutrisi yang kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. Kurangnya fungsi organ tergantung pada usia kehamilan

walaupun berat lahirnya kecil.

5

Gejala klinis (Karateristik) : 9

a. Preterm : Sama dengan Prematuritas Murni 3

b. Term dan postterm :

1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis / tidak ada

2) Kulit pucat / bernoda mekonium, kering keriput tipis

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas adalah Sindrom

aspirasi mekoneum, Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia, Hipoterma.7 BBLR

sangat rentan terhadap hipotermia dan infeksi.Oleh karena itu bayi berat lahir

(5)

2.4. Gambaran Epidemiologi Kejadian BBLR 2.4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut World Health

Organization (WHO) 2010 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan

batasan 3,3% -3,8% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosial

ekonomi rendah. Menurut Riskesdas tahun 2010, persentase nasional berat badan

lahir < 2500 gram sebesar 11,1 % dimana persentase berat badan lahir < 2500 gram

tertinggi terdapat di Nusa tenggara timur (19,2 %) dan terendah terdapat di Sumatera

Barat (6,0%).8Di Indonesia Prevalensi BBLR tahun 2013 adalah sebesar 10,2%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007,

kabupaten/kota dengan persentase BBLR tertinggi adalah Kota Tanjung Balai sebesar

4,88%, dan terendah adalah Kota Padang Sidempuan sebesar 0,12%. Kota Medan

sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki persentase BBLR sebesar 0,99%

pada tahun 2007.

6

2.4.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian BBLR 2

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Umur Ibu

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga

diperlukan kesiapan yang matang untuk menghadapinya termasuk kecukupan umur

ibu.WHO mengatakan umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu

(6)

kehamilan dan persalinan. Pada usia muda rahim dan panggul ibu seringkali belum

tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya keselamatan dan kesehatan janin dalam

kandungan dapat terganggu.Keadaan mental ibu juga dinilai belum cukup dewasa

sehingga belum mampu merawat diri dan lingkungannya. Sementara itu, pada usia

yang terlalu tua telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan

lahir tidak lentur lagi. Di sisi lain, ada kecendrungan ditemukan penyakit lain dalam

tubuh ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.

Hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua di atas 35 tahun.

Mekanisme biologis peningkatan lahirnya bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

pada ibu remaja < 20 tahun dapat diterangkan sebagai berikut. Peredaran darah

menuju serviks dan juga menuju uterus pada remaja masih belum sempurna

sehingga hal ini dapat mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang

dikandungnya. Nutrisi remaja hamil juga berperan karena remaja masih

membutuhkan nutrien yang akan dibagi pada janin yang dikandungnya dibanding

dengan ibu hamil dewasa yang tidak membutuhkan lagi nutrien untuk pertumbuhan. 12

b. Status Gizi Ibu

Kebutuhan zat gizi khususnya zat besi pada ibu hamil meningkat sesuai

dengan bertambahnya umur kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat

besi tanpa disertai oleh pemasukan yang memadai, maka cadangan zat besi akan

menurun dan dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Jumlah zat besi yang

dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih besar dari wanita tidak hamil, hal ini

dikarenakan kebutuhan Fe naik untuk kebutuhan plasenta dan janin dalam

(7)

sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer kepada

janin masih rendah. Pada waktu mulai menginjak trimester II, terdapat peningkatan

volume plasma darah yang lebih besar dibandingkan pertambahan masa sel darah

merah sampai pada trimester III sehingga terjadi anemia yang bersifat fisiologis.

Apabila wanita hamil tidak mempunyai simpanan zat besi yang cukup banyak

dan tidak mendapat suplemen preparat besi, sementara janin bertambah terus dengan

pesat maka janin dalam hal ini akan berperan sebagai parasit, ibu akhirnya akan

menderita anemia, sedangkan janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada

keadaan yang sangat berat misalnya kadar Hb ibu sangat rendah maka zat besi yang

kurang akan berpengaruh pula terhadap janin sehingga menimbulkan BBLR . 13

c. Tingkat Pendidikan

10

Latar Belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu

dan balitanya juga baik.Yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah

pengetahuannya mengenai makanan yang harus dikonsumsinya selama hamil

sehingga dapat mencegah terjadinya bayi berat lahir rendah. Dan menurut penelitian

proporsi BBLR diantara jenjang pendidikan ibu cenderung lebih besar pada ibu yang

tidak sekolah/pendidikan SD kebawah (8,1%) dibanding pendidikan SLTP (5,5%)

dan SLTA (6,0%)

d. Merokok 15

Ibu hamil yang merokok dapat menyebabkan resiko tinggi terjadinya

BBLR.Kelahiran BBLR pada ibu hamil perokok pasif diakibatkan oleh paparan

(8)

(CO) dapat diikat didalam haemoglobin ibu, sehingga mengakibatkan menurunnya

kapasitas pengangkutan oksigen (O2) didalam darah ibu, dan pada akhirnya tubuh

janin akan menerima oksigen yang lebih sedikit. Selain karbon monoksida, nikotin

yang dihasilkan dari asap rokok perokok aktif kemudian terhisap oleh ibu hamil juga

dapat menurunkan perfusi plasenta. Nikotin yang masuk kedalam darah ibu dapat

melewati plasenta dan mempengaruhi beberapa organ tubuh janin. Dampak dari

pengaruh zat - zat tersebut adalah pertumbuhan bayi dibawah normal.

Menurut Ridwan (2000) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis risiko .pajanan

asap rokok terhadap berat badan lahir “. Menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir BBLR

dari suami yang merokok lebih 10 batang sebesar 59,5% dan untuk yang kurang dari 10

batang lahir BBLR sebanyak 45,5%. Hasil analisis OR sebesar 1,760 95%CI. 0,795-3,897,

berarti suami dengan merokok lebih 10 batang perhari berisisko 1,76 kali lebih besar untuk

mempunyai bayi lahir BBLR.

16,17

e. Paritas

16

Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami ibu sebelum atau

kehamilan sekarang. Paritas dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu

1) Primipara, golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah pernah

melahirkan bayi sebanyak 1 kali)

12

2) Multipara, golongan ibu dengan paritas 2-5 (ibu yang telah pernah

melahrkan bayi sebanyak 2 hingga 5 kali)

3) Grade Multipara, golongan ibu dengan paritas >5 (ibu yang telah

(9)

Paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang

diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,43821, sehingga dapat dikatakan bahwa paritas

merupakan faktor risiko terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR).

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih sering terjadi pada ibu yang

mempunyai paritas tinggi dibanding dengan ibu dengan paritas rendah, hal ini

disebabkan karena terdapatnya jaringan parut akibat kehamilan dan persalinan

terdahulu.Jaringan parut tersebut mengakibatkan persediaan darah ke placenta tidak

adekuat sehingga perlekatan placenta tidak sempurna sehingga placenta menjadi tipis

dan mencakup uterus lebih luas. Akibat lain dari perlekatan placenta yang tidak

adekuat ini adalah terganggunya penyaluran nutrisi yang berasal dari ibu ke janin

sehingga penyaluran nutrisi dari ibu ke janin menjadi terhambat atau kurang

mencukupi kebutuhan janin. 17

f. Kadar Hb Ibu

Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang

disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb

tersebut. Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan

dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering

pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil

(10)

menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan hemoglobin dengan sahli dapat

digolongkan sebagai berikut :

1) Hb ≥11,0 g% disebut tidak anemia.

12, 18

2) Hb 9,0 g%-10,9 g% disebut anemia ringan.

3) Hb 7,0 g%-8,9 g% disebut anemia sedang

4) Hb ≤ 7,0 g% disebut anemia berat

Hal ini sesuai dengan hasil SKRT (2002), bahwa ibu hamil yang menderita

anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR). Berdasarkan hasil persamaan regresi logistik yang diperoleh bahwa ibu

hamil yang memiliki kadar Hb < 11,0 gr% maka probabilitas melahirkan bayi yang

BBLR adalah 23%.Ibu hamil dengan anemia akibatnya mereka mempunyai risiko

yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan,

pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami

gangguan kesehatan.Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu

meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.

Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi

besi.Menyatakan bahwa anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi ibu hamil

yang utama untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dan mencegah dampak

buruk anemia pada ibu hamil terhadap ibu dan janin serta bayi, pemerintah telah

melaksanakan program pemberian tablet besi.Intervensi yang paling mudah dan

paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas.

(11)

dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama

90 hari Tablet besi yang diberikan kepada ibu hamil adalah tablet besi yang

mengandung Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg.

g. Jarak Kehamilan

26

Ibu dengan jarak kelahiran rapat berisiko 2 kali untuk terhadap kejadian BBLR.

Dapat terjadi dikarenakan oleh proses pengembalian kondisi setelah persalinan tidak

hanya selesai setelah nifas berakhir, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih

panjang sehingga dibutuhkan rentang waktu yang cukup bagi organ-organ tubuh

untuk dibebani dengan proses kehamilan dan persalinan lagi. Jarak Kehamilan yang

dikategorikan atas :

1) Kelahiran anak pertama (0 tahun) 1

2) Jarak Kehamilan < 2 tahun

3) Jarak Kehamilan ≥ 2 tahun

h.Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan

laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Selain itu aspek

yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu

hamil dan rujukan.

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk

memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan

(12)

dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin selama kehamilan,

termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,

mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas

berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga

dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta

optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar.

Keuntungan layanan antenatal sangat besar karena dapat mengetahui resiko

dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke

rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang

lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan

untuk mendapat tindakan yang adekuat.

Pelayanan Antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan

memenuhi standart tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan

antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,dengan ketentuan waktu pemberian

pelayanan yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu

pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu

hamil, berupa deteksi dini factor resiko, pencegahan dan penanganan

komplikasi.

Menurut Penelitian Colti Sistiarani (2008) Hasil uji statistik didapatkan nilai

p = 0,001 ,berarti pada α= 5% dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

(13)

dengan ibu yang memiliki kualitas pelayanan antenatal baik. Analisis faktor risiko

kualitas pelayanan antenatal didapatkan OR = 5,85 (95% CI:1,91-17,8) artinya ibu

yang memiliki kualitas pelayanan antenatal yang kurang baik mempunyai peluang

melahirkan BBLR 5,85 kali dibandingkan ibu yang memiliki kualitas pelayanan

antenatal baik

Cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara sejak tahun 2007

mengalami kenaikan dari 77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, namun peningkatan

ini terkesan lambat karena peningkatkannyahanya sekitar 2% setiap tahun. Dengan

peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai target

SPM bidang kesehatan yaitu 95% tahun 2015. Satu-satunya daerah yang telah

menjadi K4 yaitu 95% yaitu Kabupaten Deli Serdang dengan cakupan K4 sebesar

95,92%. Terdapat 5 kabupaten/kota yang pencapaiannya antara 90% -95% yaitu

Kabupaten Batubara (91,30%), KabupatenLangkat (91,47%), Kabupaten Humbang

Hasundutan(92,99%), Kabupaten Toba Samosir(93,18%),dan Kabupaten Asahan

(93,59%). Kabupaten/Kotalain memiliki cakupan K4 dibawah 90% yaitu dengan

range antara 38,13% -88,75%; Kabupaten dengan cakupan K4 terendah yaitu

Kabupaten Nias Barat sebesar 38,13%. Melihat pencapaian ini sangat diperlukan

upaya-upaya yang lebih komprehensif serta berhasil guna untuk mengakselerasi

cakupan K4 tersebut pada masa-masa mendatang. .19

(14)

Menurut Depkes beberapa factor predisposisi kejadian BBLR yaitu :

a. Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau

malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak diinginkan. 26

b. Factor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda.

c. Factor Janin adalah kelainan bawaan, infeksi.

2.5. Pencegahan BBLR 2.5.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum sebelum hal itu terjadi. Upaya untuk

menurunkan angka kejadian BBLR ini akan lebih efesien apabila Ibu Hamil yang

mempunyai resiko melahirkan bayi dengan BBLR dapat mendeteksi faktor resiko

sedini mungkin.

12

a. Meningkatkan gizi Ibu hamil sehingga dapat mencegah terjadinya BBLR

dengan mengkonsumsi nutrisi yang seimbang. 15

b. Meningkatkan Program Keluarga Berencana

c. Mengikuti Penyuluhan Kesehatan Persalinan tentang pertumbuhan dan

perkembangan janin,agar mampu menjaga kesehatan janin yang

dikandung.

d. Merencanakan kehamilan pada kurun waktu umur sehat (20-34 tahun).

2.5.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk

menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam populasi. Setiap

(15)

empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada trisemester II dan dua

kali pada trisemester III. Dengan melakukan pemeriksaan antenatal, segala bentuk

kelainan ataupun gangguan pada ibu dan janin dapat di deteksi sedini

mungkin.

2.5.3. Pencegahan Tersier 15

Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta

usaha rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal,

bayi yang dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal,

mangalami hambatan pertumbuhan otak (berupa gangguan psikomotorik, retardasi

mental dll). Salah sat hal yang bisa dilakukan adalah dengan tetap menjaga suhu

tubuh bayi, karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermia,oleh sebab itu suhu

(16)

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep mengenai karateristik ibu yang melahirkan bayi berat badan lahir

rendah dapat digambarkan seagai berikut :

Karateristik Ibu yang melahirkan bayi BBLR 1. BBLR berdasarkan berat badan

2. Sosiodemografi a. Umur

b. Pendidikan c. pekerjaan d. Agama e. Sumber biaya

3. Mediko-Obstetri a. Paritas

b. Jarak Kehamilan c. Kadar Hb

Referensi

Dokumen terkait

20+ Contoh Soal UAS Bahasa Inggris Kelas 9 SMP/MTs Semester Genap Terbaru - Bagi Adik adik dimana saja berada yang ingin sekali mempelajari Soal UAS Bahasa Inggris Kelas 9

Indikator penghayatan misi adalah: ( 1) arah dan tujuan strategis yang jelas membawa manfaat bagi organisasi sehingga memperjelas bagaimana setiap karyawan dapat memberi

Dalam proses pembuatan buku ini, tanpa adanya ridho Allah SWT, semangat, kesungguhan dan kesabaran, kami tidak akan mampu untuk menyelesaikannya. Buku ini merupakan hasil

memahami materi selanjutnya ia akan mengalami kesulitan. Telah disebutkan bahwa dalam belajar matematika diperlu- kan kegiatan mental yang tinggi. Seseorang yang dapat

Analisis sidik ragam menghasilkan perlakuan ukuran partikel berpengaruh sangat nyata, untuk tekanan kempa dan interaksi ukuran partikel dengan tekanan kempa tidak

[r]

Review film (yang sudah dikerjakan pada pertemuan 3) sesuai materi norma dan konflik.. Jurnal tentang norma dan konflik di

[r]