BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masa Gestasi atau Masa Kehamilan 7
Masa Gestasi atau umur kehamilan adalah Masa sejak terjadinya konsepsi
sampai dengan saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir. Berat Lahir adalah
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir pengukuran
ini dilakukan ditempat fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes) sedang bayi
yang lahir dirumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24
jam.
2.1.1. Klasifikasi bayi menurut masa gestasi atau umur kehamilan
Buku Ajar Neonatologi membedakan Masa gestasi atau umur kehamilan
sebagai berikut :
a.
7
Bayi Kurang Bulan (BKB)
b.
Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<259 hari).
Bayi Cukup Bulan (BCB)
c.
Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37- 42 minggu (259 -293
hari).
Bayi Lebih Bulan (BLB)
Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).
2.1.2. Klasifikasi bayi menurut berat lahir 3, 7
Menurut Buku Ajar Neonatologi dan Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatalbayi menurut berat lahir dibedakan sebagai
a. Bayi Berat Lahir Rendah
b.
Yaitu Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa
gestasi.
Bayi Berat Lahir Cukup/ Normal
c.
Yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 – 4000 gram
Bayi Berat Lahir Lebih
Yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >4000 gram
2.2. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah3, 8
Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) didefinisikanoleh Organisasi
KesehatanDunia(WHO) sebagai beratsaat lahirkurang dari
2500gram.PrevalensiglobalBBLRadalah 15.5%, yang berartibahwa sekitar20,6
jutabayiyang lahir setiap tahun96,5%
1) Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2499 gram
darimerekadi negara berkembang. Berdasarkan
Depkes RI 1999 Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan dalam :
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000 - < 1500 gram
3) Bayi Berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram
Dan menurut Depkes RI 1999 bayi dengan berat badan rendah dapat dibedakan
menjadi 2 keadaan yaitu Premature (kurang bulan), mungkin juga Dismature (cukup
bulan) :
2.2.1. Bayi Lahir Kecil karena kurang bulan (premature)
Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28-36 minggu.Bayi lahir kurang
bulan organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan
makin kurang sempurna, prognosisnya juga semakin buruk.Sebagian besar bayi
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premature.
Tanda dan gejala klinis bayi premature yaitu :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu 2, 8
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c. Kepala lebih besar daripada badan
d. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
e. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
f. Rambut tipis, halus dan teranyam
g. Kulit tampak mengkilat dan licin
h. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
i. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
j. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tiak efektif, dan tangisnya lemah.
k. Jaringan kalenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas :
a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin) 8
b. Pneumonia aspirasi, karena reflex menelan dan batuk belum sempurna
c. Pendarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat
d. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
e. Hipotermia
2.2.2.Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan ( Dismature)
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan ( janin tumbuh lambat ). Retardasi
pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu
sirkulasi dan efesiensi plasenta dengan perkembangan dan pertumbuhan janin
atau dengan keadaan umum dan gizi ibu.Keadaan ini mengakibatkan kurangnya
oksigen dan nutrisi yang kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Kurangnya fungsi organ tergantung pada usia kehamilan
walaupun berat lahirnya kecil.
5
Gejala klinis (Karateristik) : 9
a. Preterm : Sama dengan Prematuritas Murni 3
b. Term dan postterm :
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis / tidak ada
2) Kulit pucat / bernoda mekonium, kering keriput tipis
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas adalah Sindrom
aspirasi mekoneum, Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia, Hipoterma.7 BBLR
sangat rentan terhadap hipotermia dan infeksi.Oleh karena itu bayi berat lahir
2.4. Gambaran Epidemiologi Kejadian BBLR 2.4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut World Health
Organization (WHO) 2010 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3% -3,8% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosial
ekonomi rendah. Menurut Riskesdas tahun 2010, persentase nasional berat badan
lahir < 2500 gram sebesar 11,1 % dimana persentase berat badan lahir < 2500 gram
tertinggi terdapat di Nusa tenggara timur (19,2 %) dan terendah terdapat di Sumatera
Barat (6,0%).8Di Indonesia Prevalensi BBLR tahun 2013 adalah sebesar 10,2%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007,
kabupaten/kota dengan persentase BBLR tertinggi adalah Kota Tanjung Balai sebesar
4,88%, dan terendah adalah Kota Padang Sidempuan sebesar 0,12%. Kota Medan
sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki persentase BBLR sebesar 0,99%
pada tahun 2007.
6
2.4.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian BBLR 2
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Umur Ibu
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga
diperlukan kesiapan yang matang untuk menghadapinya termasuk kecukupan umur
ibu.WHO mengatakan umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu
kehamilan dan persalinan. Pada usia muda rahim dan panggul ibu seringkali belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan dapat terganggu.Keadaan mental ibu juga dinilai belum cukup dewasa
sehingga belum mampu merawat diri dan lingkungannya. Sementara itu, pada usia
yang terlalu tua telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi. Di sisi lain, ada kecendrungan ditemukan penyakit lain dalam
tubuh ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua di atas 35 tahun.
Mekanisme biologis peningkatan lahirnya bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
pada ibu remaja < 20 tahun dapat diterangkan sebagai berikut. Peredaran darah
menuju serviks dan juga menuju uterus pada remaja masih belum sempurna
sehingga hal ini dapat mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang
dikandungnya. Nutrisi remaja hamil juga berperan karena remaja masih
membutuhkan nutrien yang akan dibagi pada janin yang dikandungnya dibanding
dengan ibu hamil dewasa yang tidak membutuhkan lagi nutrien untuk pertumbuhan. 12
b. Status Gizi Ibu
Kebutuhan zat gizi khususnya zat besi pada ibu hamil meningkat sesuai
dengan bertambahnya umur kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat
besi tanpa disertai oleh pemasukan yang memadai, maka cadangan zat besi akan
menurun dan dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Jumlah zat besi yang
dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih besar dari wanita tidak hamil, hal ini
dikarenakan kebutuhan Fe naik untuk kebutuhan plasenta dan janin dalam
sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer kepada
janin masih rendah. Pada waktu mulai menginjak trimester II, terdapat peningkatan
volume plasma darah yang lebih besar dibandingkan pertambahan masa sel darah
merah sampai pada trimester III sehingga terjadi anemia yang bersifat fisiologis.
Apabila wanita hamil tidak mempunyai simpanan zat besi yang cukup banyak
dan tidak mendapat suplemen preparat besi, sementara janin bertambah terus dengan
pesat maka janin dalam hal ini akan berperan sebagai parasit, ibu akhirnya akan
menderita anemia, sedangkan janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada
keadaan yang sangat berat misalnya kadar Hb ibu sangat rendah maka zat besi yang
kurang akan berpengaruh pula terhadap janin sehingga menimbulkan BBLR . 13
c. Tingkat Pendidikan
10
Latar Belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu
dan balitanya juga baik.Yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah
pengetahuannya mengenai makanan yang harus dikonsumsinya selama hamil
sehingga dapat mencegah terjadinya bayi berat lahir rendah. Dan menurut penelitian
proporsi BBLR diantara jenjang pendidikan ibu cenderung lebih besar pada ibu yang
tidak sekolah/pendidikan SD kebawah (8,1%) dibanding pendidikan SLTP (5,5%)
dan SLTA (6,0%)
d. Merokok 15
Ibu hamil yang merokok dapat menyebabkan resiko tinggi terjadinya
BBLR.Kelahiran BBLR pada ibu hamil perokok pasif diakibatkan oleh paparan
(CO) dapat diikat didalam haemoglobin ibu, sehingga mengakibatkan menurunnya
kapasitas pengangkutan oksigen (O2) didalam darah ibu, dan pada akhirnya tubuh
janin akan menerima oksigen yang lebih sedikit. Selain karbon monoksida, nikotin
yang dihasilkan dari asap rokok perokok aktif kemudian terhisap oleh ibu hamil juga
dapat menurunkan perfusi plasenta. Nikotin yang masuk kedalam darah ibu dapat
melewati plasenta dan mempengaruhi beberapa organ tubuh janin. Dampak dari
pengaruh zat - zat tersebut adalah pertumbuhan bayi dibawah normal.
Menurut Ridwan (2000) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis risiko .pajanan
asap rokok terhadap berat badan lahir “. Menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir BBLR
dari suami yang merokok lebih 10 batang sebesar 59,5% dan untuk yang kurang dari 10
batang lahir BBLR sebanyak 45,5%. Hasil analisis OR sebesar 1,760 95%CI. 0,795-3,897,
berarti suami dengan merokok lebih 10 batang perhari berisisko 1,76 kali lebih besar untuk
mempunyai bayi lahir BBLR.
16,17
e. Paritas
16
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami ibu sebelum atau
kehamilan sekarang. Paritas dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu
1) Primipara, golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah pernah
melahirkan bayi sebanyak 1 kali)
12
2) Multipara, golongan ibu dengan paritas 2-5 (ibu yang telah pernah
melahrkan bayi sebanyak 2 hingga 5 kali)
3) Grade Multipara, golongan ibu dengan paritas >5 (ibu yang telah
Paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,43821, sehingga dapat dikatakan bahwa paritas
merupakan faktor risiko terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih sering terjadi pada ibu yang
mempunyai paritas tinggi dibanding dengan ibu dengan paritas rendah, hal ini
disebabkan karena terdapatnya jaringan parut akibat kehamilan dan persalinan
terdahulu.Jaringan parut tersebut mengakibatkan persediaan darah ke placenta tidak
adekuat sehingga perlekatan placenta tidak sempurna sehingga placenta menjadi tipis
dan mencakup uterus lebih luas. Akibat lain dari perlekatan placenta yang tidak
adekuat ini adalah terganggunya penyaluran nutrisi yang berasal dari ibu ke janin
sehingga penyaluran nutrisi dari ibu ke janin menjadi terhambat atau kurang
mencukupi kebutuhan janin. 17
f. Kadar Hb Ibu
Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut. Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan
dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan hemoglobin dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Hb ≥11,0 g% disebut tidak anemia.
12, 18
2) Hb 9,0 g%-10,9 g% disebut anemia ringan.
3) Hb 7,0 g%-8,9 g% disebut anemia sedang
4) Hb ≤ 7,0 g% disebut anemia berat
Hal ini sesuai dengan hasil SKRT (2002), bahwa ibu hamil yang menderita
anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Berdasarkan hasil persamaan regresi logistik yang diperoleh bahwa ibu
hamil yang memiliki kadar Hb < 11,0 gr% maka probabilitas melahirkan bayi yang
BBLR adalah 23%.Ibu hamil dengan anemia akibatnya mereka mempunyai risiko
yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan,
pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan.Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi
besi.Menyatakan bahwa anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi ibu hamil
yang utama untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dan mencegah dampak
buruk anemia pada ibu hamil terhadap ibu dan janin serta bayi, pemerintah telah
melaksanakan program pemberian tablet besi.Intervensi yang paling mudah dan
paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas.
dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama
90 hari Tablet besi yang diberikan kepada ibu hamil adalah tablet besi yang
mengandung Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg.
g. Jarak Kehamilan
26
Ibu dengan jarak kelahiran rapat berisiko 2 kali untuk terhadap kejadian BBLR.
Dapat terjadi dikarenakan oleh proses pengembalian kondisi setelah persalinan tidak
hanya selesai setelah nifas berakhir, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih
panjang sehingga dibutuhkan rentang waktu yang cukup bagi organ-organ tubuh
untuk dibebani dengan proses kehamilan dan persalinan lagi. Jarak Kehamilan yang
dikategorikan atas :
1) Kelahiran anak pertama (0 tahun) 1
2) Jarak Kehamilan < 2 tahun
3) Jarak Kehamilan ≥ 2 tahun
h.Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Selain itu aspek
yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu
hamil dan rujukan.
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan
dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin selama kehamilan,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta
optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar.
Keuntungan layanan antenatal sangat besar karena dapat mengetahui resiko
dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke
rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan
untuk mendapat tindakan yang adekuat.
Pelayanan Antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
memenuhi standart tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan
antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu
pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu
hamil, berupa deteksi dini factor resiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
Menurut Penelitian Colti Sistiarani (2008) Hasil uji statistik didapatkan nilai
p = 0,001 ,berarti pada α= 5% dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
dengan ibu yang memiliki kualitas pelayanan antenatal baik. Analisis faktor risiko
kualitas pelayanan antenatal didapatkan OR = 5,85 (95% CI:1,91-17,8) artinya ibu
yang memiliki kualitas pelayanan antenatal yang kurang baik mempunyai peluang
melahirkan BBLR 5,85 kali dibandingkan ibu yang memiliki kualitas pelayanan
antenatal baik
Cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara sejak tahun 2007
mengalami kenaikan dari 77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, namun peningkatan
ini terkesan lambat karena peningkatkannyahanya sekitar 2% setiap tahun. Dengan
peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai target
SPM bidang kesehatan yaitu 95% tahun 2015. Satu-satunya daerah yang telah
menjadi K4 yaitu 95% yaitu Kabupaten Deli Serdang dengan cakupan K4 sebesar
95,92%. Terdapat 5 kabupaten/kota yang pencapaiannya antara 90% -95% yaitu
Kabupaten Batubara (91,30%), KabupatenLangkat (91,47%), Kabupaten Humbang
Hasundutan(92,99%), Kabupaten Toba Samosir(93,18%),dan Kabupaten Asahan
(93,59%). Kabupaten/Kotalain memiliki cakupan K4 dibawah 90% yaitu dengan
range antara 38,13% -88,75%; Kabupaten dengan cakupan K4 terendah yaitu
Kabupaten Nias Barat sebesar 38,13%. Melihat pencapaian ini sangat diperlukan
upaya-upaya yang lebih komprehensif serta berhasil guna untuk mengakselerasi
cakupan K4 tersebut pada masa-masa mendatang. .19
Menurut Depkes beberapa factor predisposisi kejadian BBLR yaitu :
a. Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau
malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak diinginkan. 26
b. Factor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda.
c. Factor Janin adalah kelainan bawaan, infeksi.
2.5. Pencegahan BBLR 2.5.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum sebelum hal itu terjadi. Upaya untuk
menurunkan angka kejadian BBLR ini akan lebih efesien apabila Ibu Hamil yang
mempunyai resiko melahirkan bayi dengan BBLR dapat mendeteksi faktor resiko
sedini mungkin.
12
a. Meningkatkan gizi Ibu hamil sehingga dapat mencegah terjadinya BBLR
dengan mengkonsumsi nutrisi yang seimbang. 15
b. Meningkatkan Program Keluarga Berencana
c. Mengikuti Penyuluhan Kesehatan Persalinan tentang pertumbuhan dan
perkembangan janin,agar mampu menjaga kesehatan janin yang
dikandung.
d. Merencanakan kehamilan pada kurun waktu umur sehat (20-34 tahun).
2.5.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk
menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam populasi. Setiap
empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada trisemester II dan dua
kali pada trisemester III. Dengan melakukan pemeriksaan antenatal, segala bentuk
kelainan ataupun gangguan pada ibu dan janin dapat di deteksi sedini
mungkin.
2.5.3. Pencegahan Tersier 15
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta
usaha rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal,
bayi yang dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal,
mangalami hambatan pertumbuhan otak (berupa gangguan psikomotorik, retardasi
mental dll). Salah sat hal yang bisa dilakukan adalah dengan tetap menjaga suhu
tubuh bayi, karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermia,oleh sebab itu suhu
2.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep mengenai karateristik ibu yang melahirkan bayi berat badan lahir
rendah dapat digambarkan seagai berikut :
Karateristik Ibu yang melahirkan bayi BBLR 1. BBLR berdasarkan berat badan
2. Sosiodemografi a. Umur
b. Pendidikan c. pekerjaan d. Agama e. Sumber biaya
3. Mediko-Obstetri a. Paritas
b. Jarak Kehamilan c. Kadar Hb