• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Perbandingan PBBP2 Pada UU PBB dan UU PDRD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Matriks Perbandingan PBBP2 Pada UU PBB dan UU PDRD"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

MATRIKS PERBANDINGAN

PENGATURAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAIMANA TELAH

DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1994

TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009

TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

No

Materi Pengaturan

UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No 12 Tahun 1994

tentang Pajak Bumi dan Bangunan

UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

1 Subjek Pajak Orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(Pasal 4 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1985)

Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

(Pasal 78 ayat (1)) 2 Wajib Pajak Subyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang

dikenakan kewajiban membayar pajak atau pihak yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak

(Pasal 4 ayat (2) dan (3) UU No. 12 Tahun 1985)

Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan

(Pasal 78 ayat (2)) 3 Objek Pajak Bumi dan/atau bangunan.

(Pasal 2 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1985)

Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

(Pasal 77 ayat (1)) 4 Objek Pajak yang tidak

dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan

a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan

a. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

(2)

2

No

Materi Pengaturan

UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No 12 Tahun 1994

tentang Pajak Bumi dan Bangunan

UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

untuk memperoleh keuntungan;

b. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

d. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

e. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

(Pasal 3 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1994)

di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak; e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat

berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(Pasal 77 ayat (3)) 5 Tarif PBB Sebesar 0,5% (lima persepuluh persen) (Tarif tunggal)

(Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1985)

Paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)

(Pasal 80 ayat (1)) 6 Penentuan NJOP Ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan,

kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya

(Pasal 6 ayat (2) UU. No 12 Tahun 1985)

Ditetapkan oleh Kepala Daerah setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

Pasal 79 ayat (2) dan (3) 7 Nilai Jual Kena Pajak

(NJKP)

Serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Obyek Pajak.

(Pasal 6 ayat (3) UU No. 12 Tahun 1985)

Berdasarkan Ketentuan Pasal 1 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Nlai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan Pajak

(3)

3

No

Materi Pengaturan

UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No 12 Tahun 1994

tentang Pajak Bumi dan Bangunan

UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

Bumi dan Bangunan, NJKP adalah:

1) sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau lebih; 2) sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

8 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp.8.000.000,00 (delapan juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak

(Pasal 3 ayat (3) UU No. 12 Tahun 1994)

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2014, Besaran NJOPTKP selain sektor perdesaan dan perkotaan adalah sebesar Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

(Pasal 77 ayat (4))

9 Penentuan Besaran PBB Terutang

Tarif Pajak x Nilai Jual Kena Pajak

a. 0,5% x 40% (NJOP-NJOPTKP) jika NJOP Rp 1 Miliar atau lebih

b. 0,5% x 20% (NJOP-NJOPTKP) jika NJOP kurang dari Rp 1 Miliar

(Pasal 7 UU No. 12 Tahun 1985)

Tarif Pajak (Max 0,3%) x (NJOP-NJOPTKP)

(Pasal 81)

10 Kewenangan

Pemungutan/Penagihan, Pendataan, Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajakm Surat Tagihan Pajak

Menteri Keuangan ( oleh Direktorat Jenderal Pajak) dapat dilimpahkan penagihan kepada Kepala Daerah

(Pasal 9, 10, 11, 12, 14 UU No. 12 Tahun 1985)

Kepala Daerah

(4)

4

No

Materi Pengaturan

UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No 12 Tahun 1994

tentang Pajak Bumi dan Bangunan

UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

11 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Referensi

Dokumen terkait

1) Subjek pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/atau bangunan milik Y bukan kareana sesuatu hak berdasarkan Undang- Undang atau bukan karena perjanjian, maka X

Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) merupakan sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi atau data objek pajak dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Adapun judul Laporan Akhir ini adalah Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Terhadap Peningkatan Pajak

“Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Wajib Pajak karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan

Upaya-upaya dalam mengoptimalkan pemungutan Pajak Bumi dan Bagunan sektor Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bagunan (BPHTB)

pajak dan keterangan dari pejabat pemerintah daerah setempat. 3) Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan. atau bangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah

Yang menjadi subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek pajak sebagaimana tersebut di atas yang dikenakan kewajiban

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan