• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFFECT OF HEAT TREATMENT TEMPERATURE ON MICROSTRUCTURE CHARACTERISTIC AND HARDNESS PROPERTIES OF CASTED Ti-6Al-4V ELI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFFECT OF HEAT TREATMENT TEMPERATURE ON MICROSTRUCTURE CHARACTERISTIC AND HARDNESS PROPERTIES OF CASTED Ti-6Al-4V ELI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

©2018Widyariset. All rights reserved

Pengaruh Temperatur Perlakuan Pelarutan terhadap

Karakteristik Struktur Mikro dan Sifat Kekerasan Paduan

Coran Ti-6Al-4V ELI

Effect of Heat Treatment Temperature on Microstructure

Characteristic and Hardness Properties of Casted Ti-6Al-4V ELI

Damisih1,*, I Nyoman Jujur1, Joni Sah1, Agustanhakri1, dan Djoko Hadi Prajitno2

1Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Gedung 224 Kawasan Puspiptek Tangerang Selatan, Indonesia 15314

2Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

Jalan Tamansari No. 71, Bandung, Indonesia 40132

*E-mail: damisih@bppt.go.id

A R T I C L E I N F O Abstract

Article history: Received date: 26 January 2018

Received in revised form date: 25 May 2018

Accepted date: 30 May 2018

Available online date: 30 November 2018

Ti-6Al-4V Extra Low Interstitial (ELI) alloys have been widely used for biomedical application as implant materials due to its excellent mechanical properties and good corrosion resistance. Furthermore, mechanical properties of this alloy could be improved by heat treatment process. In this research, it has been studied the effect of heat treatment temperature on microstructure and hardness properties of casted Ti-6Al-4V ELI alloy. After calculation of material balance to obtain this alloy composition, raw materials were melted using single arc melting furnace flowed with argon gas and melted alloy was casted. Then, it was heat treated by solution treatment for around 1 hour and subsequently quenched in water as medium. Solution temperature was given with temperature variables of 850 oC, 950 oC, and 1050 oC. After that, it

was aged at temperature of 500 oC for 4 hours. Microstructures were

observed using optical microscope and hardness value were obtained by Vickers hardness method. The results of microstructure observation showed that it was changed after heat treatment process, especially on morphology of α and β phase. Thus, the hardness of alloy significantly increased compared with as-cast condition after heat treatment process. The optimum value of hardness was obtained at temperature of 850 oC

that was 478 HVN.

Keywords: Ti-6Al-4V ELI, Solution treatment, Implant materials, Microstructure, Vickers hardness.

(2)

Kata kunci: Abstrak Ti-6Al-4V ELI Perlakuan pelarutan Material implan Struktur mikro Kekerasan Vickers

Paduan Ti-6Al-4V Extra Low Interstitial (ELI) banyak dipergunakan pada aplikasi biomedis untuk material implan karena memiliki sifat mekanis tinggi dan ketahanan korosi yang baik. Lebih lanjut, sifat mekanis dari paduan Ti-6Al-4V ELI dapat ditingkatkan dengan proses perlakuan panas. Pada penelitian ini, dilakukan studi tentang pengaruh temperatur perlakuan panas terhadap struktur mikro dan kekerasan paduan Ti-6Al-4V ELI hasil pengecoran. Setelah perhitungan material balance

untuk mendapatkan komposisi paduan ini, bahan baku dilebur dengan tungku peleburan busur tunggal (single arc melting furnace) yang dialiri gas argon dan lelehan logam selanjutnya dicor. Kemudian, dilakukan proses perlakukan panas dengan perlakuan pelarutan (solution treatment) selama 1 jam dan didinginkan secara cepat dalam media air (quenching). Perlakuan pelarutan diberikan dengan variasi temperatur 850 oC, 950 oC,

dan 1050 oC. Setelah itu, dilakukan penuaan (aging) pada temperatur

500 oC selama 4 jam. Struktur mikro diamati dengan mikroskop optik

dan nilai kekerasan didapatkan dengan metode kekerasan Vickers. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa terjadi perubah- an struktur mikro setelah dilakukan proses perlakuan panas, terutama morfologi fasa α dan β. Demikian halnya kekerasan paduan meningkat

secara signifikan dengan proses perlakuan panas dibandingkan kondisi as-cast. Nilai kekerasan paling tinggi didapatkan pada temperatur per-lakuan pelarutan 850 oC yaitu sebesar 478 HVN.

©2018Widyariset. All rights reserved

PENDAHULUAN

Paduan titanium banyak dipergunakan untuk berbagai aplikasi, antara lain di in-dustri kedirgantaraan, kimia, dan biomedis (Prasad, Seshacharyulu, Medeiros, and Frazier 2001). Paduan ini banyak diaplikasikan karena memiliki sifat-sifat mekanis yang baik dan ketahan- an korosi tinggi. Selain itu, paduan titanium memiliki sifat biokompatibilitas yang baik sehingga digunakan juga untuk aplikasi biomedis sebagai material implan,

terutama paduan Ti-6Al-4V Extra Low

Intersitial atau dikenal dengan Ti-6AL-4V ELI dengan kandungan aluminium 6% dan vanadium 4% yang merupakan paduan titanium yang populer untuk aplikasi implan biomedis. Dibandingkan dengan Ti-6Al-4V konvensional, kelas ELI ini memiliki kadar pengotor yang lebih rendah, terutama unsur pengotor besi maksimum 0,25% dan oksigen maksimum 0,13% (ASTM-International 2013). Oleh

karenanya, paduan Ti-6AL-4V memiliki keuletan yang lebih baik dan ketangguhan retak yang lebih tinggi. Beberapa contoh implan medis yang menggunakan material Ti-6Al-4V ELI ini antara lain implan pros-tesis sendi lutut dan panggul tiruan, implan ortopedi terapik dan implan untuk gigi (Venkatesh, Chen, and Bhole 2009).

Harga paduan titanium cukup mahal dan produksinya pun memerlukan biaya yang tinggi, oleh karena itu teknologi net-shape atau near-net-shape mendapat- kan banyak perhatian (Jovanović, Tadić, Zec, Mišković, and Bobić 2006). Tekno-logi ini dapat menghasilkan suatu produk yang mendekati produk akhir yang diingin-

kan. Salah satu jenis teknologi net-shape

atau near-net-shape adalah dengan proses

pengecoran. Dengan teknologi ini, biaya pembuatan implan yang berbentuk kom-pleks akan bisa lebih dihemat. Akan tetapi, kekurangan dari teknologi ini diperlukan proses perlakuan panas untuk mengurangi

(3)

cacat-cacat pengecoran, memperbaiki struktur mikro, maupun meningkatkan sifat mekanis paduan.

Berdasarkan literatur, proses perlakuan panas paduan Ti-6Al-4V ELI komersial pada umumnya dilakukan dengan pelarutan

pada temperatur 100 oC di atas temperatur

β transus diikuti pendinginan kemudian dilakukan proses penuaan pada daerah α + β (Jovanović et al. 2006). Temperatur ini merupakan titik temperatur kesetimbangan terendah dengan material dalam kondisi 100% fasa β. Pendinginan dapat dilakukan baik secara cepat maupun lambat. Dengan pendinginan cepat, fasa β akan terdekom -posisi dengan reaksi martensit dan

mem-bentuk struktur Widmanstätten (Donachie

2000).

Paduan Ti-6Al-4V merupakan jenis paduan α-β sehingga mengandung campur-an fasa α dcampur-an fasa β di dalamnya. Struktur mikro sangat berpengaruh terhadap sifat- sifat paduan Ti-6Al-4V ELI terutama sifat mekanis. Sementara, struktur mikro dapat direkayasa, salah satunya dengan proses

perlakuan panas (heat treatment).

Ber-dasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Jovanović et al. 2006), proses perlakuan panas terutama parameter temperatur anil dan kecepatan pendinginan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat-sifat mekanis paduan Ti-6AL-4V. Demikian

pula halnya (Pinke and Réger 2005), dalam

hasil penelitian mereka dilaporkan bahwa kekerasan paduan Ti-6Al-4V meningkat setelah dilakukan proses perlakuan panas dengan perlakuan pelarutan diikuti penua- an. Lebih lanjut, kekerasan semakin meningkat dengan meningkatnya tem- peratur perlakuan pelarutan.

Untuk aplikasi paduan Ti-6Al-4V ELI sebagai material biomedis, sifat kekerasan sangat penting karena berkaitan dengan sifat tribologi permukaan dan ketahanan aus material (Geetha, Singh, Asokamani, and Gogia 2009). Untuk aplikasi implan medis,

paduan Ti-6Al-4V ELI diharapkan me- miliki nilai kekerasan tinggi dan hampir sama dengan kekerasan tulang. Pada pe-nelitian ini, dilakukan studi pengaruh per-lakuan pelarutan terhadap struktur mikro dan sifat kekerasan paduan Ti-6Al-4V ELI hasil pengecoran. Perlakuan pelarutan

diberikan dengan variasi temperatur 850 oC,

950 oC, dan 1050 oC. Setelah dilakukan

per-lakuan panas, paduan kemudian didingin- kan secara cepat dalam media air. Setelah itu dilakukan karakterisasi material berupa pengamatan struktur mikro dan pengujian kekerasan.

METODE

Penelitian ini menggunakan bahan baku

berupa Ti Grade 1, aluminium murni,

dan vanadium murni. Terlebih dahulu,

dilakukan perhitungan material balance

untuk mendapatkan paduan Ti-6Al-4V ELI sesuai standar ASTM F 136. Setelah itu, bahan baku ditimbang sesuai kebutuhan dan dilebur dalam tungku peleburan busur tunggal skala laboratorium. Krusibel yang digunakan terbuat dari tembaga dengan pendinginan air.

Bahan baku Ti Grade 1 yang diumpan-

kan adalah sebesar 27 gram, sedangkan aluminium dan vanadium totalnya se- banyak 3 gram. Sementara itu, ingot Ti-6Al-4V ELI yang didapatkan sebesar 30 gram. Pada proses peleburan dialirkan gas argon dengan kemurnian tinggi. Setelah seluruh bahan baku melebur, lelehan logam dibiarkan membeku dalam krusibel dan dihasilkan ingot berbentuk kancing. Untuk mengetahui komposisi kimianya, ingot di-

uji dengan Optical Emission Spectroscopy

(Oxford Instrument, Foundry Master Pro). Kemudian, pada ingot dilakukan proses

perlakuan panas (heat treatment) dengan

perlakuan pelarutan (solution treatment),

(4)

cepat dalam media air (quenching). Per-lakuan pelarutan diberikan selama 1 jam dengan dialiri gas argon. Variabel tempera-tur perlakuan yang digunakan antara lain

850 oC, 950 oC, dan 1050 oC. Setelah itu

dilakukan proses penuaan (aging) selama 4

jam pada temperatur 500 oC. Baik perlakuan

pelarutan maupun penuaan dilakukan dalam lingkungan gas argon.

Sampel Ti-6Al-4V ELI kemudian diamati dengan mikroskop optik (Olym-pus Microscope yang dilengkapi kamera tipe E4500) dengan beberapa perbesaran untuk mengamati struktur mikronya. Se-belum pengamatan struktur mikro, sampel dipreparasi secara metalografi dengan cara digerinda, dipoles, dan dietsa terlebih dahulu. Adapun larutan etsa yang diguna-

kan yaitu larutan Dix-Keller reagent yang

terdiri atas campuran larutan asam nitrat

(HNO3), asam klorida (HCl), dan asam

fluorida (HF). Untuk mengetahui nilai kekerasan, sampel diuji dengan metode kekerasan Vickers (Frank Finotest Vickers Hardness). Sampel diberikan pembeban- an sebesar 5 Kg dengan sudut indentor

136 oC dan waktu uji 15 detik. Sampel

dijejak sebanyak 5 kali dan diambil nilai rata-ratanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi kimia paduan Ti-6Al-4V ELI hasil peleburan dan pemaduan telah diuji dengan hasil seperti pada Tabel 1. Kandung- an paduan utama yaitu aluminum (Al) didapatkan sebesar 5.93% dan vanadium (V) 3.80%. Sementara itu, unsur pengotor utama yang ditemukan terkandung di paduan antara lain kromium (Cr) 0.013%, tembaga (Cu) 0.026%, besi (Fe) 0.077%, molibdenum (Mo) 0.015%, niobium (Nb) 0.020%, nikel 0.017%, dan tungsten 0.021%. Sementara, unsur pengotor lain-nya yang ditemukan dalam jumlah kecil

di antaranya mangan (Mn), timah (Sn), zirkonium (Zr), silikon (Si), paladium (Pd), rutenium (Ru), dan tantalum (Ta).

Tabel 1. Hasil uji komposisi kimia paduan Ti-6Al-4V ELI hasil pemaduan dalam penelitian ini

Elemen Komposisi Ti 90.07 Al 5.93 V 3.80 Cr 0.013 Cu 0.026 Fe 0.077 Mn < 0.010 Mo 0.015 Nb 0.020 Sn < 0.025 Zr < 0.010 Si < 0.015 Pd < 0.010 Ni 0.017 W 0.021 Ru < 0.010 Ta < 0.0075

Jika dibandingkan dengan ASTM F 136 sebagai standar acuan seperti yang terlihat pada Tabel 2, komposisi yang didapatkan telah masuk ke dalam kisaran komposisi standar (ASTM-International 2013). Dalam penelitian ini, dapat disi-mpulkan bahwa proses pemaduan untuk mendapatkan Ti-6Al-4V ELI telah berhasil

sesuai perhitungan material balance.

Unsur pengotor besi (Fe) dalam paduan dengan jumlah yang relatif kecil, masih cukup jauh dari batas maksimum standar 0.25%. Dalam hal ini, unsur pengotor besi dan juga oksigen harus dikontrol untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan retak material. Hal ini penting untuk

(5)

meminimalisasi kegagalan material implan dalam penggunaan yang membutuhkan biaya cukup tinggi.

Tabel 2. Komposisi kimia paduan Ti-6Al-4V ELI hasil pemaduan dalam penelitian ini dibandingkan dengan standar ASTM F 136

Elemen Al V Fe Ti

Standar 5.5-6.5 3.5-4.9 <0.25 Balance Paduan 5.93 3.80 0.077 Balance

Kandungan elemen sangat ber- pengaruh terhadap sifat-sifat dan struktur mikro paduan Ti-6AL-4V ELI. Aluminium merupakan elemen penstabil fasa α, sedangkan vanadium adalah elemen pen- stabil β (Leyens and Peters 2003). Tempera -tur transformasi dari fasa α + β atau fasa α menjadi fasa β secara keseluruhan disebut sebagai temperatur transus β. Elemen penstabil α akan menaikkan temperatur transformasi fasa, dan sebaliknya elemen penstabil β akan menurunkannya. Ti-6Al-4V ELI termasuk ke dalam paduan dengan elemen penstabil fasa β (β stabilizer) yang rendah. Paduan ini memiliki sifat mampu

keras (hardenability) yang kurang baik

se-hingga perlu dilakukan pendinginan cepat (quenching) untuk peningkatan kekuatan yang signifikan (Donachie 2000).

Respons paduan aluminum terhadap proses perlakuan panas salah satunya sangat dipengaruhi oleh komposisi kimianya (Leyens and Peters 2003). Oleh karena itu, kontrol terhadap komposisi kimia sangat penting dilakukan. Selain untuk memasti- kan kesesuaian dengan komposisi kimia standar, hal ini dilakukan untuk mengontrol level unsur-unsur pengotor dalam paduan. Karena sifat titanium dan paduannya yang sangat reaktif, peleburan harus dilakukan dalam tungku vakum ataupun dialiri gas argon untuk meminimalisasi terbentuknya oksida dari proses oksidasi dan mendapat- kan paduan dengan tingkat kemurnian

tinggi. Terlebih paduan Ti-6Al-4V kelas ELI yang mensyaratkan kadar pengotor lebih rendah dibanding Ti-6Al-4V konven-sional.

Hasil pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik untuk

paduan Ti-6Al-4V ELI as-cast sebelum

dilakukan perlakuan seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut. Pada Gambar 1

ter-lihat dengan jelas sampel as-cast memiliki

struktur dendritik yang merupakan karak-teristik produk coran. Struktur dendritik ini jika diamati dengan perbesaran lebih tinggi akan terlihat dengan jelas, seperti pada Gambar 1(b). Sementara secara umum, paduan memiliki struktur fasa α dan β yang berbentuk lamelar dan membentuk anyaman terkoneksi satu sama lain, atau

yang sering dikenal struktur basket-weave.

Pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik juga menunjukan bahwa paduan memiliki fasa α yang dicirikan dengan daerah berwarna terang, sedangkan daerah berwarna gelap adalah fasa β. Fasa α terbentuk pada batas butir prior β dan batas butir ini membatasi pertumbuhan butir α. Hasil yang sama diperoleh Oh et

al. dan Pinke et. al dengan struktur mikro

Ti-6Al-4V as-cast menunjukan struktur

Widmanstätten yang terdiri atas fasa α dan β berbentuk lamelar (Pinke and Réger 2005; Oh, Woo, Lee, and Lee 2015).

(6)

Gambar 1. Struktur mikro paduan Ti-6Al-4V ELI as-cast hasil pemaduan dan peleburan sebelum diberi perlakuan panas pada perbesaran (a) 200X dan (b) 500X

Hasil pengamatan struktur mikro setelah sampel Ti-6Al-4V ELI diberikan perlakuan panas dengan variabel tempera-tur pelarutan yang berbeda-beda ditunjuk- kan pada Gambar 2. Pada temperatur

perlakuan pelarutan 850 oC seperti yang

terlihat pada Gambar 2(a), terjadi perubah- an struktur mikro yang cukup signifikan dan struktur dendrit tidak lagi terlihat. Fasa α terlihat membentuk blok-blok (blocky) atau serpihan-serpihan serupa jarum-jarum

yang tajam (acicular), seperti martensit.

Struktur yang terbentuk pun cukup halus dan relatif seragam. Hal ini membuktikan bahwa proses perlakuan panas dapat mem-perbaiki struktur hasil pengecoran dan mengubah struktur mikro paduan. Proses perlakuan panas diketahui dapat mengubah komposisi fasa, ukuran, dan distribusi fasa pada paduan α + β (Donachie 2000). Per -lakuan pelarutan diikuti dengan penuaan biasanya dilakukan untuk mempresipitasi fasa α dan menghasilkan campuran fasa α dan β yang halus pada fasa retained β

atau transformed β. Paduan Ti-6Al-4V ELI

memiliki sifat yang cukup sensitif terhadap perubahan struktur mikro. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sifat mekanis sesuai yang diinginkan dapat dilakukan dengan mengontrol struktur mikro paduan.

(b)

950 Pada temperatur perlakuan pelarutan oC, fasa α yang semula berbentuk

serpihan sebagian terlihat membesar dan membulat. Perubahan ini terjadi di be- berapa daerah atau bagian dalam padu- an dan belum menyeluruh. Sebagian fasa α masih berbentuk blok-blok atau serpihan-serpihan, tetapi mulai agak kasar. Struktur mikro terlihat tidak homogen bentuknya dan terdiri atas campuran beberapa morfologi fasa. Sementara,

pada temperatur 1050 oC, struktur mikro

terlihat mulai homogen dan terjadi kembali terjadi perubahan morfologi, baik fasa α maupun β. Struktur kedua fasa ini tidak lagi tajam dan runcing-runcing di kedua ujungnya, tetapi lebih membulat. Variabel temperatur ini merupakan daerah di atas β transus dengan temperatur β transus pada paduan Ti-6Al-4V diketahui sebesar 980

oC (Donachie 2000). Beberapa parameter

proses perlakuan panas yang sangat mem-pengaruhi sifat-sifat paduan Ti-6AL-4V ELI di antaranya kecepatan dan temperatur pendinginan serta media yang digunakan. Struktur mikro sangat berpengaruh ter- hadap sifat-sifat paduan Ti-6Al-4V. Dalam hal ini, dipengaruhi oleh ukuran, susunan, dan volum fraksi dari fasa α dan β (Ibrahim, Moustafa, Al-grafi, and El-bagoury 2016).

(7)

Gambar 2. Struktur mikro paduan Ti-6Al-4V ELI hasil pemaduan dan peleburan setelah diberi perlakuan panas pada perbesaran 500X pada temperatur perlakuan pelarutan (a) 850 oC, (b) 950 oC dan (c) 1050 oC

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses per-lakuan panas terhadap paduan Ti-6Al-4V.

Sridhar et al. melaporkan bahwa setelah

proses perlakuan panas pada temperatur

900 oC dan 955 oC, struktur mikro paduan

Ti-6Al-4V terdiri atas equiaxed α dan

transformed β, sementara pada temperatur

1065 oC terbentuk struktur berupa

trans-formed β secara keseluruhan (Sridhar, Gopalan, and Sarma 1987). Lebih lanjut, proses pendinginan cepat menghasilkan struktur martensit yang tajam-tajam dan

seperti jarum. Youssef et al. melakukan

penelitian terhadap paduan Ti-6Al-4V dengan perlakuan panas pada temperatur di atas dan di bawah β transus (Youssef,

(c)

Ibrahim, and Ibrahim 2013). Sampel kemudian didinginkan secara cepat dalam media air dan dilakukan proses penuaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ter-bentuk struktur lamelar yang halus ketika sampel didinginkan secara cepat dari suhu

1050 oC, sementara sampel yang didingin-

kan dari temperatur 800 oC menghasilkan

struktur lamelar yang kasar. Demikian halnya hasil penelitian yang dilakukan oleh

Cvijovic´-Alagic´ et al. yang menunjukkan

struktur martensit dengan pendinginan cepat dalam media air pada temperatur di atas β transus (Cvijović-Alagić, Cvijović, Bajat, and Rakin 2014). Pendinginan cepat dengan media air dari temperatur daerah α+β akan terbentuk struktur martensit α′

berbentuk acircular dengan volume fraksi

semakin menurun dengan meningkatnya temperatur, seperti yang dilaporkan oleh

Reda et al. (Reham, Adel, and Abdel 2013).

Bahkan, Kou et al. mendapatkan struktur

mikro yang berbentuk zig-zag dalam pe-nelitiannya meskipun fenomena ini jarang terjadi (Kou et al. 2015). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur mikro yang beragam dapat diperoleh dari proses perlakuan panas, tergantung dari berbagai parameter dan kontrol terhadap proses perlakuan panas.

Hasil uji kekerasan Vickers terlihat seperti pada Tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kekerasan secara signifikan dengan adanya perlakuan panas dibandingkan dengan

kondisi as-cast. Kekerasan sampel as-cast

pada awalnya 365 HVN dan meningkat drastis menjadi 478 HVN setelah diberi perlakuan pelarutan dilanjutkan penuaan

pada temperatur 850oC. Terjadinya

pening-katan nilai kekerasan secara signifikan ini disebabkan terbentuknya struktur marten-sit yang cukup halus dari hasil pendinginan cepat dalam media air, seperti yang terlihat pada hasil pengamatan struktur mikro pada Gambar 2(a). Perlakuan pelarutan pada

(8)

temperatur 950 oC terjadi penurunan nilai

kekerasan menjadi 440HVN. Hal ini

ter-jadi karena struktur martensit yang semula cukup halus dari hasil pendinginan cepat dalam media air seperti pada gambar 2(a), kemudian sebagian berubah menjadi ben-tuk yang lebih bulat dan daerah fraksi fasa α yang terbentuk juga semakin besar/lebar, seperti yang terlihat pada gambar 2(b). Fasa α ini memiliki kekerasan yang lebih lunak

dibandingkan dengan fasa β sehingga nilai

kekerasan menurun (Ibrahim et al. 2016). Sifat mekanis paduan Ti-6Al-4V ELI salah satunya dipengaruhi oleh volum fraksi serta susunan fasa α dan fasa β. Kemudian, nilai kekerasan paduan sedikit meningkat menjadi 447 HVN pada temperatur

perlakuan pelarutan 1050 oC. Perubahan

nilai kekerasan Vickers, baik peningkatan maupun penurunan, dapat dilihat dengan jelas dalam grafik seperti pada Gambar

3. Pada temperatur 1050 oC, kekerasan

kembali naik karena terbentuknya struktur fasa α maupun β yang mulai homogen seperti yang terlihat pada Gambar 2(c). Tabel 3. Hasil uji kekerasan Vickers paduan Ti-6Al-4V ELI pada kondisi as-cast dan setelah diberikan perlakuan pelarutan pada temperatur 850 oC, 950 oC dan 1050 oC

No. As- Nilai Kekerasan (HVN)

Cast T = 850 oC T = 950 oC T = 1050 oC 1 353 500 441 466 2 362 478 447 460 3 367 485 460 418 4 362 441 441 441 5 381 485 412 451 Rata- Rata 365 478 440 447 325 350 375 400 425 450 475 500 447 HRV 440 HRV 478 HRV 365 HRV 1050 950 850 As-Cast Keker asan V icker s ( HR V)

Temperatur Perlakuan Panas (oC)

Gambar 3. Grafik hasil uji kekerasan Vickers

(HVN) paduan Ti-6Al-4V ELI hasil pemaduan dan peleburan pada kondisi as-cast dan setelah diberikan perlakuan panas pada temperatur perlakuan pelarutan yang berbeda-beda

Pada umumnya, kekerasan meningkat ketika kecepatan pendinginan meningkat karena terjadi pembentukan struktur martensit ketika pendinginan cepat. Pinke et al. dalam penelitiannya melaporkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan yang cukup signifikan pada paduan Ti-6AL-4V ketika didinginkan secara cepat dalam me-dia air (Pinke and Réger 2005). Kekerasan merupakan salah satu sifat material yang sangat penting untuk aplikasi biomedis. Untuk aplikasi material biomedis, diper-lukan kekerasan paduan Ti-6Al-4V ELI yang hampir sama dengan kekerasan tuang yang dalam hal ini berkaitan dengan sifat tribologi permukaan. Selain itu, aplikasi material ini sebagai implan tulang terutama pada daerah persendian juga terkena pem-bebanan yang berulang karena pergerakan tubuh. Oleh karena itu, diperlakuan materi-al yang memiliki ketahanan aus yang baik.

(9)

Beberapa usaha rekayasa dan pengemban-gan material telah dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kekerasan material Ti-6l-4V ELI, salah satunya dengan proses perlakuan panas. Diharapkan dengan proses perlakuan panas yang diberikan akan dapat mengubah struktur mikro, terutama morfologi dan persebaran fasa. Selain itu, proses perlakuan panas diketahui merupa-kan fungsi dari volume fraksi fasa β pada temperatur pelarutan (Donachie 2000).

Venkatesh et al. melakukan pe-

nelitian paduan Ti-6Al-4V yang diberi-kan perlakuan pendinginan cepat dalam media air diikuti proses penuaan dan hasilnya menunjukan nilai kekerasan yang

meningkat dibandingkan spesimen as-cast

(Venkatesh et al. 2009). Hal ini meng- indikasikan bahwa pendinginan cepat dalam media air akan meningkatkan kekerasan paduan. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Jovanović et al. bahwa kekerasan meningkat dengan meningkat- nya temperatur anil dan pendinginan cepat dengan media air menunjukan nilai ke-kerasan tertinggi dibandingkan pendingin- an dalam tungku (Jovanović et al. 2006). Akan tetapi, peningkatan nilai kekerasan mencapai titik jenuhnya setelah

tempera-tur 1050 oC dan grafik melandai sampai

dengan temperatur 1100 oC.

KESIMPULAN

Paduan Ti-6Al-4V ELI telah dihasilkan dengan proses pemaduan dan peleburan dengan menggunakan dapur peleburan

busur tunggal (single arc melting) yang

dialiri gas argon. Pada paduan kemudian dilakukan proses perlakuan panas dengan perlakuan pelarutan dilanjutkan pendingin- an cepat dalam media air, kemudian proses penuaan. Perlakuan perlarutan dilakukan dengan variasi temperatur antara lain 850

oC, 950 oC, dan 1050 oC. Pada sampel

kemudian dilakukan pengamatan struktur mikro dan pengujian kekerasan. Dari hasil pengamatan struktur mikro dapat di- simpulkan bahwa proses perlakuan panas dapat mengubah morfologi dan persebaran fasa α dan β. Nilai kekerasan Ti-6 Al-4 ELI meningkat secara signifikan dengan proses perlakuan panas dibandingkan

dengan kondisi as-cast. Nilai kekerasan

paling tinggi didapatkan pada temperatur

perlakuan pelarutan 850 oC sebesar 478

HVN. Dilihat dari struktur mikronya, pada

temperatur perlakuan pelarutan 850 oC

fasa α membentuk blok-blok (blocky) atau serpihan-serpihan serupa jarum-jarum yang

tajam (acicular) sehingga kekerasannya

cukup tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didukung oleh dana INSI-NAS dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Penulis mengucap-kan terima kasih atas pendanaan yang telah diberikan.

DAFTAR ACUAN

ASTM-International. 2013. Standard Specification for Wrought Titani -um-6Aluminum-4Vanadium ELI ( Extra Low Interstitial ) Alloy for Surgical Implant Applications ( UNS R56401).

Cvijović-Alagić, I., Cvijović, Z., Bajat, J., and Rakin, M. 2014. “Composition and processing effects on the electro-chemical characteristics of biomedical

titanium alloys.” Corrosion Science,

83(June 2014): 245–254. https://doi. org/10.1016/j.corsci.2014.02.017.

Donachie, M. J. 2000. Titanium: A

Tech-nical Guide (2nd ed.). Ohio: ASM International.

(10)

Geetha, M., Singh, A. K., Asokamani, R., and Gogia, A. K. 2009. Ti based biomaterials , the ultimate choice for orthopaedic implants – A review. Progress in Materials Science, 54(3), 397–425. https://doi.org/10.1016/j. pmatsci.2008.06.004.

Ibrahim, K. M., Moustafa, M. M., Al-gra-fi, M. W., and El-bagoury, N. 2016. “Effect of Solution Heat Treatment on Microstructure and Wear and Cor-rosion Behavior of a Two Phase β

-Metastable Titanium Alloy.”

Inter-national Journal of Electrochemical Science,11: 3206–3226. https://doi. org/10.20964/110403206.

Jovanović, M. T., Tadić, S., Zec, S., Mišković, Z., and Bobić, I. 2006. “The effect of annealing temperatures and cooling rates on microstructure and mechanical properties of investment

cast Ti-6Al-4V alloy.” Materials and

Design, 27(3): 192–199. https://doi. org/10.1016/j.matdes.2004.10.017. Kou, H. C., Zhang, H. L., Chu, Y. D.,

Huang, D., Nan, H., and Li, J. S. 2015. “Microstructure Evolution and Phase Transformation of Ti–6.5Al– 2Zr–Mo–V Alloy During Thermo-

hydrogen Treatment.” Acta Metallurgi-

ca Sinica (English Letters), 28(4): 505–513.https://doi.org/10.1007/ s40195-015-0226-8.

Leyens, C., and Peters, M. 2003.

Titani-um and TitaniTitani-um Alloys. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. KGaA.

Oh, S., Woo, K., Lee, T., and Lee, H. 2015. “Effects of Heat Treatment on Mechanical Properties of VAR- Cast

Ti-6Al-4V Alloy.” In Proceeding of

the World Congress on Mechanical, Chmeical, and Material Properties of VAR Cast Ti-6Al-4V Alloy (pp. 1–5). Pinke, P., and Réger, M. 2005. “Heat

Treat-ment of The Casted Ti6Al4V

Tita-nium Alloy.” Materials Science and

Technology, 5(1): 1–6.

Prasad, Y. V. R. K., Seshacharyulu, T., Me-deiros, S. C., and Frazier, W. G. 2001. “Influence of oxygen content on the forging response of equiaxed (α+β) preform of Ti-6Al-4V: Commercial

vs. ELI grade.” Journal of Materials

Processing Technology, 108(3): 320– 327. https://doi.org/10.1016/S0924-0136(00)00832-3.

Reham, R., Adel, N., and Abdel, H. 2013. “Effect of Quenching Temperature on the Mechanical Properties of Cast

Ti-6Al -4V Alloy.” Journal of

Metallur-gical Engineering (ME), 2(1): 48–54. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-037890-9.50189-7.

Sridhar, G., Gopalan, R., and Sarma, D. S. 1987. “291 A Microstructural Charac-terization of Solution-Treated Titan-

ium Alloy Ti-6AI-4V.”

Metalogra-phy, 310: 291–310.

Venkatesh, B. D., Chen, D. L., and Bhole, S. D. 2009. “Effect of heat treat-ment on mechanical properties of

Ti-6Al-4V ELI alloy.” Materials

Sci-ence and Engineering A, 506(1–2): 117–124. https://doi.org/10.1016/j. msea.2008.11.018.

Youssef, S. S., Ibrahim, K. M., and Ibra-him, M. A. 2013. “Effect of Heat Treatment Process on Tribological

Behavior of Ti-6Al-4V Alloy.”

Inter-national Journal of Mechanical Engi-neering and Robotic Research, 2(4).

Gambar

Tabel 1. Hasil uji komposisi kimia paduan Ti-6Al- Ti-6Al-4V ELI hasil pemaduan dalam penelitian ini
Tabel 2. Komposisi kimia paduan Ti-6Al-4V ELI  hasil pemaduan dalam penelitian ini dibandingkan  dengan standar ASTM F 136
Gambar 1. Struktur mikro paduan Ti-6Al-4V ELI  as-cast hasil pemaduan dan peleburan sebelum  diberi perlakuan panas pada perbesaran (a) 200X  dan (b) 500X
Gambar  2. Struktur mikro paduan Ti-6Al-4V  ELI hasil pemaduan dan peleburan setelah diberi  perlakuan panas pada perbesaran 500X pada  temperatur perlakuan pelarutan (a) 850  o C, (b) 950
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvasida ekstrak etanol daun inggu terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus dan mengetahui

Berdasarkan hasil penelitian di atas, kesenian jaipongan “Iyus Gober” di Desa Mulyasari Kecamatan Binong Kabupaten Subang dapat berkembang lebih maju dan lebih

Penelitian ini mengupas bagaimana karakteristik daerah yang berupa luas wilayah dan jumlah penduduk, kemampuan daerah, dan ketergantungan pada pemerintah pusat

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu alternatif strategi yang baik untuk diterapkan dalam pengembangan Kampung Sayur Organik di Ngemplak Sutan, Mojosongo, Jebres,

Nomor Peserta, Tanggal Lahir, dan Paket Soal (lihat kanan atas sampul naskah) pada kolom yang disediakan, lalu hitamkan bulatan di bawahnya sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kreativitas anak melalui kegiatan Pemanfaatan Barang Bekas Dari Botol Aqua Plastik pada anak kelompok A TK BA

[r]

Pada penelitian ini telah terbangun sebuah sistem penjualan batik di Batik Mahkota Laweyan dimana pada proses penginputan data penjualan dengan menggunakan