• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berarti(kel) catatan pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berarti(kel) catatan pendidikan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Berarti(kel)

catatan pendidikan

Linlin Nurliani, M.Pd Encep Nurkholis, M.Pd

(2)

Sanksi Pelanggaran Pasal 44:

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

Berartikel

© Linlin Nurliani, M.Pd Encep Nurkholis, M.Pd

Penata letak: M.A. Mas’ud Cetakan I: Desember, 2020 Ukuran: 14 x 20 cm Tebal: x, 118 halaman ISBN: 978-623-6956-01-4

Penerbit Kali Pustaka

Jalan Pasar Minggu (Depan SDN Jiken) Jiken RT03 RW02, Tulangan, Sidoarjo Telp. 0823-3839-1500

redaksikalipustaka@gmail.com www.kalipustaka.com

Didistribusikan oleh:

Kali Pustaka—Malang Lowokwaru, Kota Malang Telp. 0877-5094-2014

(3)

Buku ini dpersembahkan untuk de bayi… Kanaya Adifa Nursyafana

Debayi yang sudah bahagia di syurga-Nya… Kepergianmu sungguh membuat kami kaget, tidak siap, dan meninggalkan kesedihan. Namun kepergianmu telah membuat kami sadar, bahwa hidup dan mati hanyalah milik-Nya, semuanya telah menjadi takdir-Nya, seperti halnya daun yang jatuh dari ranting pohon.

Debayi yang selalu ceria…

Kepergianmu begitu cepat sehingga membuat kami tahu bahwa kesibukan apapun, keluarga tetap yang utama.

Masih banyak keluarga yang butuh perhatian dan kasih sayang…

Gadis kecilku yang selalu menunjukkan kemurahan hati, kebaikan dalam hidup, selalu berbagi, kemarahan tanpa dendam…

(4)

Anakku yang soleh…

Sujud manjamu saat shalat.. jari-jari tangan lucu dan Lirih suaramu saat berdoa… Mudah-mudahan menjadi saksi bahwa kami telah mengajarkan sesuatu yang baik, semoga kelak kau menjadi gadis kecil yang bisa membawa kami ke syurga-Mu Ya Allah… memberikan cahaya pada kegelapan dengan lilin kecilmu… Kehilanganmu menjadi pengingat agar kami selalu rindu sujud kepada-Mu ya Allah.

Amanah-Mu adalah rezeki terbesar buat kami, yg terlalu cepat Kau ambil kembali.. Takdir-Mu yg begitu indah, kami yakin ada rencana terindah dari-Mu dibalik semua ini..

Rindu dan kerinduan ini akan kami sampaikan melalui untaian doa kepada sang pemilik takdir, semoga di akhirat nanti kita bisa berkumpul di surga Allah swt. Bahagialah nak bahagia d surga-Nya Allah.. Aamiin allahumma aamiin y Rabb..

(5)

Aku hanyalah aku.. Siapa aku???

Hanya manusia biasa

Manusia dgn sejuta dosa, bahkan lebih Yg hrs kembali kpd sang khalik

TDK ada sesuatu pun yg dpt d banggakan TDK ada apapun yg dpt d suguhkan Berharap ridho-Mu y Rabb

Kau yg maha mengetahui segala sesuatu Kau pengatur takdir ini

Yang terbaik

Nikmat yg Kau beri ini Terasa sampai ke tulang

Kalbu dgn gelisah yg meraja Rasa yg tak dpt terperi Rindu akan permaisuri hati Aku yakin

Hikmah itu akan datang Rabb...

Aku berserah pada-Mu Ku pasrahkan lahir bathinku Tanpa harus berjibaku dgn waktu #4Nov2020

(6)

Pengantar

Kumpulan karya tulis ilmiah disusun berdasarkan fenomena dan kejadian yang terjadi pada dunia Pendidikan, khususnya yang dialami kami berdua dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar di SMAN 1 Karangnunggal.

Tulisan ini kami buat untuk memenuhi kebutuhan profesi kami dan meningkatkan profesionalitas kami sebagai guru. Banyak hal yang kami dapatkan selama menjadi penulis sederhana. Tapi dengan kami menulis bisa mendorong dan memotivasi rekan rekan kerja untuk ikut menulis yang dimuat di media massa atau jurnal sekolah.

Semoga apa yang kami lakukan bisa memberikan manfaat kepada orang lain, khususnya kami untuk terus meningkatkan profesionalitas sebagai guru.

Kami menyadari bahwa karya tulis atau tinjauan ilmiah yang kami buat, jauh dari kesempurnaan dari segi isi dan bahasa, namun kami bersyukur bisa berbuat apa yang kami bisa kami lakukan dengan izin dan ridho dari Allah swt. Tak lupa kami ucapkan kepada semua keluarga yang selalu mendukung pekerjaan kami, anak-anak kami semoga kalian menjadi anak soleh, tim cakakak yang selalu jadi tempat curhat dan hiburan yang luar biasa, you are the best. Dan tim 9 OTS semoga kelak menjadi orang sukses.

(7)

DAFTAR ISI

1. Kesalahan Berbahasa Karena Terbiasa Linlin Nurliani, M.Pd

1

2. Dilematik Pemilihan Perguruan Tinggi Linlin Nurliani, M.Pd

3

3. Momentum Peningkatan Mutu Akademik Linlin Nurliani, M.Pd

7

4. Eksplanasi Blended Learning Linlin Nurliani, M.Pd

10

5. Paradigma Pemerataan Pendidikan Dengan Sistem Zonasi

Linlin Nurliani, M.Pd

13

6. Penggunaan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) Dengan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Menulis Teks Argumentasi

Linlin Nurliani, M.Pd

16

7. Esensi Pendidikan Kewirausahaan Dalam Masa Pandemi Di Sekolah

Encep Nurkholis, M.Pd

39

8. PKG Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Di Masa Pandemi

Encep Nurkholis, M.Pd

43

9. PKKS Sebagai Refleksi Mutu Sekolah Encep Nurkholis, M.Pd

46

10. Kepala Sekolah Sebagai Pelopor Perubahan Encep Nurkholis, M.Pd

(8)

11. Ekpektasi Meraih Mimpi Di Perguruan Tinggi Encep Nurkholis, M.Pd

54

12. Dampak Covid-19 Di Sektor Pendidikan Encep Nurkholis, M.Pd

57

13. Pendidikan Kepramukaan Sebagai Manifestasi Penguatan Pendidikan Karakter

Encep Nurkholis, M.Pd

61

14. Ekpektasi Meraih Mimpi Di Perguruan Tinggi Encep Nurkholis, M.Pd

64

15. Publikasi Regulasi Penerbitan KIP Kuliah Encep Nurkholis, M.Pd

67

16. Literasi Dan Numerasi Dalam Menghadapi Akm 2021 Encep Nurkholis, M.Pd

70

17. Analisis Kesulitan Pembelajaran Geometri

“Penerapan Learning Obstacle, Repersonalisasi, Desain Didaktis Pembelajaran Dimensi Tiga Kelas XII semester 2”

Encep Nurkholis, M.Pd

73

18. Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Melalui Pendekatan Berbasis Masalah

Encep Nurkholis, M.Pd

(9)

Berarti(kel)

catatan pendidikan

Linlin Nurliani, M.Pd Encep Nurkholis, M.Pd

(10)
(11)

KESALAHAN BERBAHASA KARENA TERBIASA Linlin Nurliani, M.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Karangnunggal

ahasa Indonesia selalu dianggap tidak penting, apalagi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Banyak peserta didik yang bilang bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang paling gampang. Tetapi ketika proses evaluasi, nilai yang didapat selalu di bawah KKM. Mengapa demikian?

Kita tentu saja bisa berbahasa Indonesia sekalipun tidak mempelajari teori-teori dalam bahasa Indonesia, berbicara dengan fasih untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa Indonesia memang bukan bahasa internasional, tetapi kita sebagai warga negara Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Dari sinilah muncul polemik kesalahan berbahasa. Sebagai contoh “Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih”. Banyak orang yang berpendapat bahwa kalimat tersebut benar. Padahal ketika kita analisis, ada kesalahan fatal di sana. Kesalahan itu adalah “perhatian-nya”, “nya” adalah kata ganti orang ketiga sedangkan orang yang berbicara adalah orang pertama dan yang mendengarkan adalah orang

B

(12)

kedua, tidak ada orang ketiga dalam forum tersebut. Kesalahan ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah.

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penggunaan kata “sangat” dan “sekali”. Kata sangat dan sekali seharusnya tidak boleh disatukan dalam sebuah kalimat, karena itu termasuk pleonasme (penghamburan kata). Tetapi terkadang kita tidak menyadari mengatakan itu, contohnya dalam kalimat “Anda sangat cantik sekali”.

Dua kesalahan tersebut hanya salah satu contoh dari sekian banyak kesalahan berbahasa dan itu terjadi karena adanya unsur serapan dari bahasa sunda. Jadi, kalau dalam bahasa sunda memang benar “...kana perhatosanana...” tetapi dalam bahasa Indonesia bukan “...atas perhatiannya...” tapi “...atas perhatian Bapak/Ibu...”, satu lagi “Anjeun mani geulis pisan” menjadi “Anda sangat cantik sekali” padahal seharusnya hanya pilih salah satu saja misalnya menggunakan kata “sangat‟ atau “sekali” itu yang benar.

Berbicara tentang kesalahan, memang tidak ada habisnya. Banyak sekali bahasa yang disalah gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu karena tidak tahu atau memang karena terbiasa. Maka dari itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang baik marilah kita belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah dan konteks bahasa Indonesia.

Jangan pernah ada kata cukup untuk belajar, apalagi belajar bahasa karena bahasa itu sistem, bahasa itu lambang, bahasa itu bunyi, bahasa itu bermakna, dan masih banyak lagi fungsi bahasa Indonesia. Bahasa yang benar belum tentu termasuk bahasa yang baik. Jadi, pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah yang disesuaikan dengan situasi dan sasaran berdasarkan kaidah kebahasaan.

(13)

DILEMATIK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI Linlin Nurliani, M.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Karangnunggal

elas XII adalah tingkat terakhir di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA. Tp akhir tersebut bukan akhir dari segalanya, melainkan awal merintisnya masa depan. Justru inilah saatnya menentukan langkah yang akan diambil, melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja. Dilema ini dirasakan oleh pelajar kelas XII karena berbagai faktor, misalnya kondisi ekonomi, pihak keluarga yang tidak mengizinkan, dan keinginan pelajar itu sendiri. Padahal banyak cara yang disediakan pemerintah untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor Nomor 126 Tahun 2016 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada PTN, diatur bahwa Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada PTN meliputi: pertama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yaitu seleksi berdasarkan hasil penelusuran prestasi akademik calon mahasiswa; Kedua, SBMPTN, yaitu seleksi berdasarkan hasil ujian tertulis dengan metode cetak (paper based testing) atau

K

(14)

tertulis dan ujian keterampilan calon mahasiswa; dan Ketiga, Seleksi Mandiri, yaitu seleksi yang diatur dan ditetapkan oleh masing-masing PTN.

Selain SNMPTN, Seleksi Nasional Masuk Politeknik Negeri (SNMPN) dan Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN) adalah jalur seleksi berdasarkan prestasi akademik atau jalur rapor. Jalur penerimaan mahasiswa baru dengan menggunakan rapor menjadi target sekolah untuk mewujudkan ekspektasi mereka. Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) akan dibuka tanggal 14 Februari 2020 hingga 27 Februari 2020. Program ini merupakan salah satu jalur yang disediakan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan konsisten menunjukkan prestasinya di SMA dan sekolah sederajat. Sama seperti pada 2019, tahun ini ada tiga cara agar siswa bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Ada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan kuota minimal 20%, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan kuota minimal 40%, dan jalur mandiri dengan kuota maksimal 30%.

Selanjutnya jalur SNMPN merupakan seleksi Jalur Undangan yang diperuntukkan bagi calon peserta/siswa sekolah yang akan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi bidang vokasi atau Politeknik dan Politani Negeri di seluruh wilayah Indonesia. Pola seleksi ini tertuang dalam suatu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak melalui seleksi prestasi akademik siswa selama mengikuti pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

(15)

Forum Direktur Politeknik Negeri se-Indonesia (FDPNI) pada tahun 2014 menetapkan pola Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan Politeknik Negeri (PMDK- PN) akan dilakukan bersama dan diikuti oleh seluruh Politeknik Negeri se-Indonesia (sebanyak 38 Politeknik Negeri) secara on-line. Hal ini dilaksanakan dengan berdasarkan pada UU No. 12 Tahun 2012, PP No. 66 dan PP No. 34 Tahun 2010. Pendaftaran SNMPN dibuka tanggal 06 Januari 2020 – 06 Maret 2020.

Kemudian SPAN-PTKIN merupakan pola seleksi yang dilaksanakan secara nasional oleh seluruh UIN/ IAIN/STAIN dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak oleh Panitia Pelaksana yang ditetapkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Biaya pelaksanaan SPAN-PTKIN ditanggung oleh pemerintah, sehingga peserta tidak dipungut biaya pendaftaran. Pelaksanaan SPAN-PTKIN secara nasional yang diikuti oleh seluruh PTKIN harus memenuhi prinsip adil, transparan, dan tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan potensi calon mahasiswa dan kekhususan PTKIN. Pendaftaran SPAN-PTKIN akan dibuka tanggal 03 Februari - 28 Februari 2020.

Selain Perguruan Tinggi Negeri (PTN), ada juga Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang bisa menggunakan jalur prestasi akademik atau jalur rapor yang dinamakan PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). PMDK merupakan jalur penerimaan mahasiswa baru yang dilaksanakan tanpa tes tulis. Penerimaan jalur PMDK ini didasarkan pada prestasi siswa, baik prestasi akademik, prestasi olahraga, prestasi seni, atau prestasi lainnya sesuai ketentuan perguruan tinggi swasta yang dipilih.

(16)

Maka dari itu, jangan bingung untuk melanjutkan kuliah karena banyak cara untuk masuk Perguruan Tinggi, di samping itu juga (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) KIP-K bisa membantu calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi. Jadi jangan khawatir untuk menentukan masa depan karena „Banyak Jalan Menuju Roma‟ itu benar adanya.

(17)

MOMENTUM PENINGKATAN MUTU AKADEMIK Linlin Nurliani, M.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Karangnunggal

alah satu indikator standar kompetensi lulusan itu adalah memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif. Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh dari kelompok/ individu siswa untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran dan kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah berupa prestasi/penghargaan pada level kewilayahan, tingkat kelulusan dalam ujian sekolah berstandar nasional, dan tingkat capaian nilai pengetahuan dalam penilaian pendidikan.

Pada kenyataannya upaya kita belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu indikatornya nilai Ujian Nasional (UN) siswa yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti. Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented. Akibatnya, banyak faktor yang

S

(18)

berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Beberapa penyebab lain tidak tercapainya standar mutu tersebut karena kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran yang diampu, guru belum memiliki kompetensi professional dan paedagogik yang baik, alokasi waktu dan beban belajar memberatkan pada sisi siswa, gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan tidak mengarah pada bakat, minat, dan kemampuan belajar siswa, serta ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai.

Gagalnya peningkatan mutu pendidikan di sekolah selama ini bisa juga disebabkan adanya penyimpangan paradigma pendidikan. Pertama, pendidikan mementingkan hasil atau nilai dari pada proses. Sekolah yang bermutu menurut paradigma lama adalah sekolah yang dapat meluluskan dan menaikan siswa dengan nilai rata-rata hasil ulangan atau ujian yang tinggi, walaupun kemampuan siswa masih dibawah standar sehingga proses pembelajaran diarahkan pada pembahasan soal-soal ujian rutin, yang isinya soal-soal ulangan sehingga kemampuan analisis siswa sangat lemah.

Untuk memperoleh standar mutu tersebut, perlu diadakannya peningkatan mutu akademik baik siswa atau pun guru itu sendiri. Seorang guru yang baik tentunya harus memiliki kompetensi yang sesuai standar. Salah satu langkah guru dalam meningkatkan mutu akademik adalah dengan membuat analisis indikator ketercapaian kompetensi pada ujian sekolah dan ujian nasional, karena dengan menganalisis, guru akan mengetahui kompetensi dasar mana yang sudah atau belum dikuasai siswa. Selain itu, adanya target nilai rata-rata minimal dapat meningkatkan motivasi

(19)

guru untuk memperbaharui cara mengajar sehingga siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Penyiapan bahan ajar yang sesuai, mengoptimalkan MGMP sekolah, menganalisis materi-materi yang berkaitan sebagai kemampuan awal, dan menganalisis tingkat kesalahan siswa dalam memahami materi akan mampu memberikan perubahan positif dalam meningkatkan mutu akademik.

Pendidikan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Maka dari itu sekarang adalah momentum terbaik untuk mencapai peningkatan mutu akademik sesuai standar nasional pendidikan, karena pepatah mengatakan bahwa „proses tidak akan mengkhianati hasil‟.

(20)

EKSPLANASI BLENDED LEARNING Linlin Nurliani, M.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Karangnunggal

lended learning yaitu metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan pertemuan secara online secara harmonis, yakni perpaduan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran secara online yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan virtual antara guru dengan peserta didik, yang artinya antara guru dan peserta didik mungkin saja berada di dua tempat yang berbeda, namun bisa saling memberi feedback, bertanya, atau menjawab. Semuanya dilakukan secara real time.

Belajar dalam kelas dengan belajar online masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, hal itulah yang mendasari terbentuknya metode blended learning ini. Misalnya ketika kita belajar di dalam kelas cenderung terbatas dengan tempat dan waktu, tetapi kelebihannya dengan bertemu secara langsung dengan guru, peserta didik dapat langsung mendapat feedback dari guru tersebut atas pencapaian yang sudah mereka lakukan. Begitupun sebaliknya, belajar menggunakan internet atau secara online memang tidak terbatas tempat dan waktu tetapi dengan tidak

B

(21)

didampingi guru, peserta didik tidak langsung mendapatkan feedback dan tidak terkontrol.

Di masa pandemi covid-19, pembelajaran dilakukan dengan cara pembelajaran jarak jauh atau online, banyak hal yang terjadi ketika melakukan pembelajaran jarak jauh. Mulai dari peserta didik yang merasa kurang menguasai materi pembelajaran karena harus belajar mandiri tanpa ada penjelasan dari guru, terbatasnya fasilitas internet karena ada beberapa daerah yang memang belum terjangkau signal, kuota yang tidak memadai, dan adapun peserta didik yang memang tidak mau belajar karena malas atau termasuk kaum rebahan. Ini adalah dilema bagi kita semua, baik itu untuk orang tua dan juga untuk guru. Dengan adanya blended learning dapat meminimalisir keadaan ini, hal-hal tersebut bisa teratasi.

Dengan menggunakan metode blended learning banyak keuntungan yang kita dapatkan, dintaranya flexible, hemat biaya dan waktu, materi lebih interaktif, serta efektif dan efisien. Peserta didik tidak harus setiap hari datang ke sekolah, belajar bisa dilakukan melalui internet, lalu satu atau dua hari dalam seminggu ada pertemuan dengan guru di kelas, untuk mendapatkan feedback atas apa yang sudah dipelajari. Belajar dengan internet pun lebih menarik, karena bisa lebih bervariasi misalnya dengan penyajian materi lewat video interaktif, video penjelasan dari guru, animasi, ataupun podcast.

Metode pembelajaran blended learning juga bisa dimanfaatkan sekolah menjadi sistem pembelaran baru. Meskipun nantinya covid-19 berakhir, blended learning tetap bisa dilaksanakan. Oleh karena itu, peran guru dalam hal ini

(22)

internet, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

Inilah saatnya, mari kita bersama-sama mulai belajar lagi dan harus siap dengan inovasi-inovasi yang menuntut kita untuk lebih baik. Inilah hikmah dari adanya virus covid-19. Semoga apa yang kita rencanakan bisa terealisasikan. Aamiin.

(23)

PARADIGMA PEMERATAAN PENDIDIKAN DENGAN SISTEM ZONASI

Linlin Nurliani, M.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Karangnunggal

udah tidak asing lagi di telinga kita, ketika menyebutkan nama sekolah favorit di sebuah kabupaten atau kota, yakni nama-nama sekolah yang sudah dilabeli sebagai sekolah dengan peserta didik terbaik, dengan nilai ujian nasional yang tinggi, dan lulusan yang banyak diterima di perguruan tinggi negeri. Staf pengajar yang memberikan materi pelajaran pun tidak akan pernah merasa kesulitan dalam mengajar, karena peserta didik sudah siap menerima materi.

Kondisi inilah yang mendorong orang tua peserta didik untuk berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah favorit, walaupun harus mengeluarkan biaya yang mahal. Fenomena ini tentu tidak berlaku bagi sekolah non unggulan dan sekolah yang terletak di pinggiran kota/kabupaten dengan segala keterbatasan. Sekolah hanya bisa menunggu limpahan peserta didik yang tidak diterima di sekolah favorit dan atau diisi oleh peserta didik dengan nilai ujian rendah.

Hal ini, diantisipasi oleh pemerintah pusat melalui

S

(24)

mendikbud dan mendagri nomor 1 tahun 2018 dan nomor 420/29973/Sj tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Kedua dasar hukum itu menyebutkan bahwa sistem penerimaan terbagi menjadi tiga jalur, zonasi, prestasi dan perpindahan orang tua. Khususnya di Jawa barat, melalui pergub no. 16 tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, menyebutkan bahwa kuota PPDB dengan ketentuan: a. jalur zonasi, sebesar 90% meliputi zonasi jarak, zonasi KETM, dan zonasi kombinasi; b. jalur prestasi NHUN dan prestasi non NHUN, sebesar 5%); c. jalur perpindahan tugas orang tua/wali, sebesar 5%.

Payung hukum ini dibuat dengan tujuan agar seluruh sekolah mendapatkan kesempatan sama dalam hal menerima peserta didik dengan kompetensi yang beragam, guru di sekolah mendapatkan tantangan yang sama dalam mengelola kompetensi peserta didik yang beragam, dan sekolah 'bermutu' dapat dilihat secara objektif melalui inputan yang heterogen dan lulusan yang memiliki nilai yang baik.

Ada beberapa perbedaan yang signifikan jalur PPDB yang dibuat dengan tahun lalu. Hal ini tentu memicu opini dan pemahaman yang berbeda, baik di lingkungan sekolah atau masyarakat yang akan mendaftarkan anak-anaknya. Sosialisasi tentu menjadi solusi untuk menjelaskan kepada masyarakat guna menghindari kesalahpahaman aturan PPDB yang berlaku.

Penerapan sistem zonasi menuntut panitia pada setiap satuan pendidikan untuk lebih berhati-hati dalam memverifikasi data pendaftar terutama bagi sekolah-sekolah yang memiliki pendaftar yang melebihi daya tampung sekolah. Begitupun dengan calon pendaftar harus cerdas memilih sekolah tujuan dan jalur yang akan diambil. Salah

(25)

satu akibat dari sistem zonasi ini, sekolah yang dikenal masyarakat sebagai sekolah favorit memungkinkan diisi oleh calon pendaftar dengan nilai ujian yang rendah, sedangkan untuk sekolah yang tidak diunggulkan atau sekolah-sekolah yang ada di daerah mendapat kesempatan untuk memperoleh calon pendaftar dengan nilai ujian yang tinggi.

Terlepas dari problematika yang sedang berlangsung dan kegelisahan orang tua menunggu hasil seleksi PPDB, aturan ini dapat dijadikan motivasi bagi masing-masing satuan pendidikan khususnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan layanan kegiatan pembelajaran yang bermutu. Sehingga memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa sekolah tersebut dapat sejajar dengan sekolah favorit.

(26)

PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS) DENGAN MEDIA

AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ARGUMENTASI

Linlin Nurliani, M.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Karangnunggal

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan desain pretest-postest control group design, bertujuan mengetahui penggunaan metode enam topi berpikir (Six Thinking Hats) dengan media audiovisual dalam menulis teks argumentasi. Sampel penelitian sebanyak 66 siswa kelas-10 di SMAN 1 Karangnunggal. Instrumen penelitian adalah tes kemampuan menulis teks argumentasi. Hasil penelitian: 1) Profil kemampuan menulis teks argumentasi siswa di SMAN 1 Karangnunggal masih tergolong rendah; 2) Peningkatan kemampuan menulis teks argumentasi siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Rata-rata n-gain kelas eksperimen adalah 0,66 dan kelas kontrol 0,49 dan keduanya termasuk kategori sedang; 3) Kemampuan menulis teks argumentasi siswa dalam aspek isi, sudah menguasai topik tulisan; adanya pengembangan pernyataan pendapat, menafsirkan bukti, menggambarkan simpulan berdasarkan asumsi dan alasan. Aspek kebahasaan yang meliputi struktur teks, kosakata dan mekanik, mayoritas siswa sudah menguasainya walaupun masih ada beberapa yang belum tepat.

Kata kunci: Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)

dengan Media Audiovisual, Kemampuan Menulis Teks Argumentasi

(27)

THE USING OF SIX THINKING HATS METHOD WITH AUDIOVISUAL MEDIA IN LEARNING OF

WRITING ARGUMENTATION TEXT

ABSTRACT

The design which is used in this research is „pretest-posttest control group design‟. It is intended to know the using of „the six thinking hats method‟ towards the ability based by using audio-visual media in writing argumentation text. The sample of the research are 66 students of the tenth grade of SMAN 1 Karangnunggal. The instrument of the research is a test of the ability of writing argumentation text. The result of the research are; 1) the profile of learning of writing argumentation text of the students of SMAN Karangnunggal is classified into low; 2) the improvement of the students‟ ability in writing argumentation text of experiment class is better than control class. The average of n-gain of experiment class is 0.66 while the average of n-gain of the control class is 0.49 and both of them are classified into medium category; 3) the students‟ ability in writing argumentation text; in content aspect, understand the topic of the text; the improvement in expressing argumentation, interpreting of fact, describing conclusion bases on assumption and reason, have been increased. The majority of the students have mastered and understood the language aspect, such as, text organization, vocabulary and mechanic, although there are some un-appropriate usage in it.

Key words: Six Thinking Hats Method With Audiovisual Media, Ability Of Writing Argumentation Text.

(28)

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.Sehubungan dengan hal itu, berbahasa yang baik berhubungan dengan sosiolinguistik dan berbahasa yang benar berhubungan dengan kaidah-kaidah kebahasaan. Berdasarkan arah pembelajaran tersebut maka pembelajaran bahasa ditujukan agar peserta didik dapat terampil berbahasa.

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa dan sekaligus merupakan proses bernalar (Akhadiah dkk, 1988, hlm. 41). Bernalar merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Dalam menulis, kemampuan berpikir seseorang haruslah tinggi, karena dengan berpikir ide atau gagasan akan muncul. Mengemukakan sebuah ide atau gagasan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan penguasaan materi yang berhubungan dengan kemampuan menulis, misalnya penguasaan materi tulisan, konsep bahasa dalam tulisan, struktur kalimat dan kosakata.

Teks merupakan hasil dari proses menulis dengan proses berpikir yang memiliki tujuan tertentu sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan penulis. Teks juga merupakan hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan (Finoza, 2009, hlm. 234). Dengan kata lain, dari sebuah tulisan dapat menggambarkan bagaimana proses berpikir seseorang dalam alur teks yang dibuat. Dalam teks, seringkali seseorang membutuhkan argumen untuk mengemukakan gagasannya.

(29)

Menulis teks argumentasi merupakan teks yang menguraikan argumen sebagai upaya pembuktian sesuatu sehingga pembaca yakin dengan yang dikemukakan penulis.

Mencermati uraian di atas, dalam peningkatan kemampuan menulis argumentasi diperlukan proses berpikir kritis. Hal ini disebabkan berpikir merupakan suatu kegiatan menentukan yang diarahkan pada pemecahan masalah. Selain itu, pengembangan berpikir perlu dilakukan dalam peningkatan kemampuan menulis argumentasi.

Kegiatan menulis itu sendiri memang tidak semudah seperti yang dibayangkan. Seseorang sering kali mengalami keinginan untuk menulis, tetapi tidak sanggup melakukannya. Seseorang mengalami gangguan keterlambatan dalam mengekspresikan pikiran atau gagasannya melalui bahasa yang baik dan benar, sehingga orang tersebut mengalami kesulitan dalam menulis.

Tema yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru, ternyata menjadi masalah bagi beberapa peserta didik. Peserta didik merasa tidak dapat secara bebas memilih tema dan mengembangkannya, daya kreatif peserta didik menjadi terhambat. Kesulitan selanjutnya adalah dalam hal pemilihan kata yang tepat. Alasannya adalah peserta didik kurang membaca sehingga tidak memiliki referensi kosakata yang cukup.

Bukan hanya peserta didik yang mengalami kesulitan untuk menulis, melainkan guru juga mengalami kesulitan dalam mengajari peserta didik menulis. Guru merasa tidak maksimal dalam mengajar menulis karena sebagian besar peserta didik yang berada di dalam kelas tidak antusias dan cenderung menganggap dirinya tidak pandai menulis. Selain

(30)

pembelajaran juga dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, dan memudahkan mendapatkan informasi.

Guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah belum menyadari pentingnya latihan menulis sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik. Selama ini ada kecenderungan pembelajaran bahasa Indonesia terlalu diarahkan pada segi teori saja dari pada latihan menulis sehingga pengajaran menulis tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya latihan-latihan.

Penyebab lain penggunaan pendekatan, model atau metode pembelajaran yang kurang tepat dan bervariasi. Metode atau pendekatan yang digunakan guru kurang memberi kesempatan untuk mengembangkan dan menumbuhkan minat, kreativitas dalam kegiatan menulis atau ada kendala lain dari siswa sendiri sehingga pembelajaran menulis kurang mendapat respon yang menyenangkan dari siswa.

Itulah mengapa digunakan metode enam topi berpikir (six thinking hats) karya Edward de Bono sebagai alternatif berlatih berpikir agar dapat menulis dengan baik. Sebab metode ini mengajari cara berpikir secara pararel (sejajar). Dengan menerapkan enam tahapan berpikir, metode ini akan membantu seseorang untuk memetakan pikiran sehingga meminimalisasi kebingungan dalam berpikir.

(31)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana profil pembelajaran menulis teks argumentasi siswa di kelas X SMA Negeri 1 Karangnunggal?

2. Bagaimana kemampuan menulis teks argumentasi kelas eksperimen yang menggunakan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual? 3. Bagaimana kemampuan menulis teks argumentasi kelas

kontrol yang menggunakan metode terlangsung?

4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis teks argumentasi peserta didik sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual?

C. Telaah Kepustakaan a) Teks Argumentasi

Istilah argumentasi berasal dari bahasa Latin arguere yang bermakna menunjukkan, membuat jelas, dan membuktikan. The Liang Gie mengemukakan bahwa argumentation atau perbincangan adalah bentuk pengungkapan yang memberi penjelasan kepada pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang.

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai

(32)

Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. (Keraf, 2010, hlm. 3).

Hal senada diutarakan oleh Semi (1995, hlm. 84) bahwa karangan argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis.

Sesuai dengan syarat-syarat tersebut, apabila hendak mengemukakan pendapat, pengarang argumentasi harus mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan secukupnya untuk memenuhi bagian pendahuluan, tubuh argumen, dan simpulan dan ringkasan (Keraf, 2010, hlm. 104 – 107).

Menurut Akhadiah (1998, hlm. 11) karangan argumentasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. berisi argumen-argumen sebagai upaya pembuktian suatu pendapat atau sikap,

2. bertujuan meyakinkan pembaca agar mengikuti apa yang dikemukakan penulis,

3. menggunakan logika atau penalaran sebagai landasan berpikir,

4. bertolak dari fakta atau evidensi-evidensi,

5. bersikap mendesakan pendapat atau sikap kepada pembaca,

6. merupakan bentuk retorika yang sering digunakan dalam tulisan ilmiah,

7. menggunakan bahasa yang bersifat rasional dan objektif dengan kata bermakna lugas dan denotatif,

8. alasan, data, atau fakta yang mendukung, dan

9. pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disimpulkan.

(33)

Sedangkan menurut Keraf (2010, hlm. 3 - 4) tulisan argumentasi mempunyai ciri-ciri: (1) merupakan hasil pemikiran yang kritis dan logis, (2) bertolak dari fakta-fakta dan evidensi-evidensi yang ada, (3) bersifat mengajak untuk mempengaruhi orang lain, dan (4) dapat diuji kebenarannya.

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa argumentasi memiliki ciri-ciri, terdapat pernyataan atas suatu pendapat, menyertakan alasan untuk meyakinkan orang lain mengenai pendapat yang disampaikan, mengandung bukti kebenaran berupa data dan fakta pendukung yang relevan, analisis yang dilakukan berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.

Selain ciri-ciri argumentasi, teks argumentasi terdiri dari bagian-bagian utama. Menurut Keraf (2010, hlm. 104) argumentasi terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, pembuktian (tubuh argumentasi), dan kesimpulan atau ringkasan. Pendahuluan adalah menarik perhatian membaca, memusatkan perhatian membaca terhadap argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Pembuktian (tubuh argumentasi) adalah diarahkan kepada penulis sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian hal yang disimpulkan juga benar. Kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar. Kesimpulan atau ringkasan adalah kesimpulan berguna untuk membuktikan

(34)

kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca yang telah dicapai.

Sebuah teks argumentasi mencoba untuk menguatkan atau mengubah sikap pembaca, atau untuk membujuk pembaca kepada suatu sudut pandang tertentu dengan menggunakan argumen-argumen yang jelas dan kuat.

Widyamertaya (1993, hlm. 72) menggemukakan agar argumen baik dan kuat, diperlukan dua hal yaitu fakta-fakta atau alasan-alasan pendukungnya benar dan proses penalarannya tepat. Argumen yang baik menjadi anak tangga untuk menuju kepada keyakinan yang dapat dipertanggung jawabkan dan pengetahuan yang benar.

Menurut Fisher (2009, hlm. 234), argumen sangat erat kaitannya dengan berpikir kritis. Dalam konteks berpikir kritis, istilah argumen merujuk pada rangkaian klaim, sebagian klaim itu disajikan sebagai alasan untuk memperoleh klaim lanjutan-kesimpulan. Alasan-alasan disajikan dengan tujuan meyakinkan pendengar atau pembaca untuk menerima kesimpulan.

b) Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)

Six thinking hats merupakan suatu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan masalah secara kreatif. Menurut Bono (1985) menyatakan bahwa metode ini sangat ampuh digunakan dalam meningkatkan fokus pemikiran, pemikiran canggih dalam pemecahan masalah, pemantikan ide-ide baru dan optimalisasi produktivitas otak manusia.

Keenam topi berpikir merupakan alat untuk menggabungkan beberapa pendekatan dalam berpikir divergen dan konvergen dan gaya pemikiran yang berbeda,

(35)

untuk membimbing pencetusan ide dan proses seleksi. Dengan menggunakan sejumlah gaya berpikir untuk mengatasi masalah atau peluang, berbagai pertimbangan dapat diperhitungkan.

Six thinking hats merupakan suatu metode belajar yang tidak hanya mengembangkan keterampilan berfikir kreatif dan kritis siswa tetapi juga memiliki dampak positif pada empati siswa karena Six thinking hats tidak hanya menuntut penggunaan pikiran, tetapi perasaan juga menjadi salah satu aspek yang mendapat perhatian serius. Six thinking hats merupakan metode untuk mengerjakan satu jenis kegiatan berpikir pada satu saat. Kita menggunakan hanya satu topi, bukan banyak topi sekaligus pada saat bersamaan. Ada enam topi dengan warna yang berbeda-beda. Setiap warna mewakili satu jenis kegiatan berpikir (Bono, 1985, hlm. 95). Metode Six thinking hats terdiri dari enam topi berpikir, yaitu topi putih (mengumpulkan informasi), topi merah (perasaan tentang suatu masalah), topi hitam (hal negatif dari suatu masalah), topi kuning (hal positif dari masalah), topi hijau (alternatif pemecahan masalah) dan terakhir adalah topi biru yaitu membuat kesimpulan/ mengambil keputusan.

Six thinking hats atau Enam Topi Berpikir diciptakan oleh Dr. Edward de Bono. Premis yang digunakannya adalah bahwa otak manusia memiliki berbagai sudut pandang berbeda dalam berfikir. De Bono mengidentifikasi ada 5 sudut pandang yang masing-masing dilambangkan dengan sebuah topi dengan warna berbeda. Mengapa topi? Sebuah sumber mengatakan, menurut penemuannya, hal tersebut terinspirasi dari perkataan orang-orang Inggris:

(36)

Pakai topi berpikirmu. Jadi secara tradisi orang menghubungkan topi dengan berpikir.

1. Topi Putih

Putih adalah netral dan objektif. Bayangkan sebuah kertas putih kosong. Mengenakan topi putih artinya kumpulkanlan informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Informasi bisa berupa fakta dan data yang sifatnya netral dan objektif. Ingat, hanya informasi. Just the facts, not opinion or interpretation. Semakin banyak informasi yang dikumpulkan, peta persoalan akan menjadi semakin jelas dengan sendirinya. Atau mudahnya, bayangkan sebuah komputer yang menyajikan semua data dan informasi yang kita perlukan. Komputer bersifat netral dan objektif. Ia tidak memberikan interprestasi atau opini apapun terhadap data dan informasi yang disajikannya. Ketika mengenakan topi putih, kita diminta berlaku seperti komputer ini.

2. Topi Merah

Merah melambangkan emosi dan intuisi. Mengenakan topi merah artinya kita diajak memandang persoalan dari sudut pandang emosi dan intuisi, baik yang positif maupun negatif, tanpa alasan atau logika apapun. Ini adalah sesi di mana kita diberi kesempatan untuk mengatakan: This is how i feel about the matter. Emosi juga menyangkut tipe perasaan yang lebih kompleks dan tinggi, yaitu naluri (insting) dan intuisi. Naluri dan intuisi sering kali memberi arah akan hal yang tidak bisa dibeberkan fakta dan informasi.

(37)

3. Topi Hitam

Topi hitam adalah lambang peringatan. Mengenakan topi hitam, kita diajak untuk menjadi sangat berhati-hati. Menganalisa semua sisi negatif dari suatu persoalan, mencari semua faktor resiko, bahaya, kesulitan, dan kelemahan suatu ide, berpikir kritis terhadap segala kemungkinan negatif. Topi hitam juga mengajak untuk selalu bersikap logis.

4. Topi Kuning

Kuning melambangkan cahaya dan optimisme. Berlawanan dengan topi hitam, di bawah topi kuning kita diarahkan untuk hanya berpikir hal yang positif dan berlandaskan logika. Topi kuning fokus pada hal-hal positif menguntungkan dan harapan. Topi kuning juga digunakan untuk berpikir konstruktif dan generatif, membuat segalanya bisa dilaksanakan. Topi kuning juga bersifat spekulatif, mencari segala kemungkinan untuk menerjemahkan visi, misi dan harapan. Topi kuning mempunyai spektrum positif yang cukup lebar, terentang dari sisi logis dan praktis pada satu sisi dan impian, visi, misi serta harapan di sisi yang lain.

5. Topi Hijau

Topi hijau melambangkan energi, pertumbuhan, produktivitas. Di bawah topi hijau kita menumbuhkan kreativitas, mencari ide baru dan berbagai alternatif. Topi hijau mencerminkan produktvitas, topi ini dipakai pada saat mengerjakan sesuatu. Di bawah topi hijau kita mengcounter kesulitan yang terdeteksi pada topi hitam. Tinggalkan ide

(38)

lama dan beralihlah kepada hal-hal dan perspektif baru. Topi hijau adalah perubahan.

6. Topi Biru

Biru adalah warna angkasa, biru adalah sesuatu di atas segalanya.Topi biru adalah kontrol. Topi biru digunakan untuk mengontrol proses berpikir dan penggunaan topi-topi berpikir lainnya. Biasanya digunakan oleh yang ditunjuk sebagai fasilitator atau pimpinan pada awal pertemuan untuk memberi arahan tentang situasi yang dihadapi, arah mana yang dituju, serta tujuan dan capaian yang dikehendaki. Pada akhir pertemuan, topi biru juga biasanya meminta hasil pertemuan yang bisa berupa kesimpulan, keputusan, summary, solusi atau apapun. Di bawah topi biru juga ditentukan rencana atau langkah selanjutnya.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan pretest-postest control group design dan menerapkanpembelajaran enam topi berpikir (six thinking hats) untuk menelaah kemampuan menulis teks argumentasi pada siswa SMA. Subyek penelitian adalah 66 siswa kelas-10 dari satu SMAN di Karangnunggal. Instrumen penelitian ini adalah tes menulis teks argumentasi.

E. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Data pretest dan posttest kemampuan menulis teks argumentasi tersaji pada tabel berikut:

(39)

Tabel 1

Rekapitulasi Skor Pretest, Posttest, dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Menulis Teks Argumentasi

Berdasarkan data pada Tabel 1 diperoleh dalam kemampuan menulis teks argumentasi pada kedua kelas pembelajaran ditemukan tidak ada perbedaan rerata dan keduanya tergolong sangat rendah. Setelah pembelajaran, siswa yang memperoleh pembelajaran enam topi berpikir (six thinking hats) mencapai kemampuan menulis teks argumentasi yang tergolong cukup (80,88 dari 100) dan memperoleh gain (0,66) yang lebih baik daripada siswa pada kelas konvensional yang mencapai kemampuan menulis teks argumentasi yang tergolong sedang (71,18 dari 100) dan memperoleh gain (0,49).

Kemampuan peserta didik dalam menulis teks argumentasi belum sepenuhnya maksimal. Sebagian dari peserta didik masih memperoleh nilai dalam kategori baik pada kelas eksperimen atau kontrol. Hal itu disebabkan oleh peserta didik kurang mampu menuangkan ide, gagasan, atau pendapatnya ke dalam bentuk tulisan sehingga teks argumentasi yang mereka buat belum memenuhi ciri-ciri teks argumentasi secara keseluruhan.

(40)

Peserta didik juga kesulitan dalam memberikan pendapatnya mengenai suatu hal dan menghubungkannya dengan fakta, sehingga tulisan argumentasi yang mereka tulis belum begitu mampu meyakinkan pembaca.

Namun kenyataan yang ditemukan dalam penelitian, hanya beberapa peserta didik yang memperoleh nilai sangat baik dan baik untuk indikator menampilkan fakta sebagai bahan pembuktian. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu menulis teks argumentasi dengan baik.

Pada aspek isi, penilaian teks argumentasi ini masih menunjukkan dalam kategori baik. Kriteria kategori ini adalah cukup menguasai permasalahan; tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci, secara akurat menafsirkan bukti, pernyataan, pertanyaan, mengidentifikasi pendapat yang relevan (alasan dan pernyataan) pro dan kontra, menawarkan analisis dan evaluasi dari sudut pandang alternatif yang jelas, simpulan yang tidak salah, memberikan beberapa hasil atau prosedur, alasan penjelasan yang jarang.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar peserta didik masih belum menguasai permasalahan secara keseluruhan, sehingga tesis masih terbatas, alasan penjelasan masih jarang dan topik yang dituliskan kurang terperinci. Namun, isi teks argumentasi kelas eksperimen tetap menunjukkan hasil yang lebih baik dengan kelas kontrol. Metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual sangat membantu peserta didik dalam mengembangkan argumen dan menarik simpulan. Dalam setiap pembelajaran kelas eksperimen diberikan bahan ajar yang menuntut peserta didik dalam mengemukakan argumen, menganalisis pendapat atau pernyataan orang lain yang

(41)

diperoleh dari tampilan audiovisual yang diberikan.

Dalam aspek struktur teks dengan indikator pendahuluan memusatkan pada argumen yang akan disampaikan, serta menunjukan dasar-dasar mengapa argumen itu harus dikemukakan. Isi memuat pembuktian kebenaran pendapat yang dikemukakan lalu dihubungkan secara logis dan kritis dari penyeleksian fakta yang ada. Simpulan memuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan argumen dalam tubuh teks itu. Secara umum peserta didik pada kelas eksperimen sudah menunjukkan penulisan teks argumentasi dengan struktur teks yang lebih baik daripada kelas kontrol. Pada teks argumentasi kelas eksperimen terlihat saling berhubungan satu sama lain sehingga ada kepaduan, kalimat sudah cukup koheren walau ada penggunaan konjungsi kurang tepat, gagasan sudah terungkap padat walau masih belum tertata dengan baik. Beberapa peserta didik dalam penulisan antarkalimat kurang memiliki kesatuan dan koheren karena selalu ada penggunaan kalimat yang tidak ada hubungan dengan teks. Penggunaan media audiovisual memberikan informasi baru yang siap dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang koheren, siswa mampu memberikan tanggapan kritis, siswa memiliki kosakata dan wawasan baru.

Dalam aspek kosakata penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata. Penggunaan kosakata pada masing-masing kelas eksperimen atau kontrol memang menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan kemampuan menulis teks argumentasi peserta didik, dengan menggunakan media audiovisual yang mendukung siswa memahami

(42)

perbedaan nilai tidak begitu jauh namun, media audiovisual memberi konstribusi positif bagi pengembangan kosakata siswa.

Pada aspek kalimat dengan indikator konstruksi kalimat kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa dalam urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi. Secara umum pada kelas eksperimen dan kontrol untuk aspek ini sudah mencapai nilai yang sangat baik.

Pada aspek mekanik dengan indikator menguasai aturan penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf. Pada aspek ini pun peserta didik sudah menunjukkan hasil yang sangat baik. Hanya sebagian kecil siswa pada kelas eksperimen atau kontrol yang masih ada sedikit kesalahan ejaan dan tanda baca.

F. Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi

Bersadarkan hasil penelitian mengenai penggunaan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks argumentasi diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Deskripsi profil pembelajaran menulis teks argumentasi peserta didik di SMA Negeri 1 Karangnunggal masih tergolong rendah. Hal ini diindikasikan dengan sedikitnya peserta didik yang mengikuti dalam lomba menulis karya ilmiah atau artikel yang diselenggarakan baik oleh sekolah ataupun pihak lain. Selain itu, ditunjukkan dengan nilai kemampuan menulis yang dilakukan oleh guru.

(43)

2. Kemampuan menulis teks argumentasi peserta didik kelas eksperimen dalam aspek isi, sudah menguasai topik tulisan; adanya pengembangan pernyataan pendapat, mengungkapkan argumen yang jelas, menafsirkan bukti, menggambarkan simpulan berdasarkan asumsi dan alasan. Pada aspek struktur teks, pendahuluan memusatkan pada argumen yang akan disampaikan, menunjukan dasar-dasar mengapa argumen itu harus dikemukakan. Isi memuat pembuktian kebenaran pendapat yang dikemukakan lalu dihubungkan secara logis dan kritis dari penyeleksian fakta yang ada. Simpulan memuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan argumen dalam tubuh teks itu. Pada aspek kebahasaan yang meliputi kosakata, kalimat, dan mekanik secara umum peserta didik sudah menguasainya walaupun masih ada beberapa yang belum tepat.

3. Kemampuan menulis teks argumentasi peserta didik kelas kontrol dalam aspek isi, secara umum sudah menguasai topik tulisan; adanya pengembangan pernyataan pendapat, pengungkapan argumen yang menafsirkan bukti, menggambarkan simpulan berdasarkan asumsi dan alasan. Pada aspek struktur teks, pendahuluan, isi dan simpulan belum menunjukkan struktur teks yang lengkap. Pada aspek kosakata masih belum menunjukkan kosakata yang baik, pilihan kata yang kurang tepat dan pada aspek mekanik, masih banyak ejaan, tanda baca, dan huruf kapital yang masih terdapat kesalahan.

(44)

statistik, diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t sebesar 0,237 dan t-hitung 1,194. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil hipotesis Ho diterima atau hipotesis Ha ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran terlangsung. Rata-rata kemampuan menulis teks argumentasi yang menggunakan pembelajaran metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual adalah 43,55 dan kelas yang menggunakan pembelajaran terlangsung 42,52 dan keduanya termasuk kategori kurang.

5. Setelah dilakukan pembelajaran, berdasarkan hasil pengujian statistik, diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t sebesar 0,000 dan t-hitung 10,225. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil hipotesis Ho ditolak atau hipotesis Ha diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran terlangsung. Rata-rata kelas eksperimen adalah 80,88 dan kelas kontrol 71,18 dan keduanya termasuk dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks argumentasi, maka implikasi berkenaan dengan penelitian ini adalah kemampuan menulis teks argumentasi merupakan

(45)

kemampuan menulis untuk memaparkan argumen. Kemampuan tersebut menjadi salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki peserta didik berkaitan dengan kebebasan berpendapat yang sesuai dengan etika berpendapat. Metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual memberikan dampak positif terhadap kemampuan menulis teks argumentasi. Penggunaan metode pembelajaran ini membantu peserta didik dalam menemukan masalah dan penyelesaian dari masalah tersebut. Ada pun beberapa rekomendasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dalam pembelajaran menulis teks argumentasi, diperlukan latihan yang kontinu dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya tidak hanya menekankan materi kebahasaan, tetapi juga perlu mengaitkan materi-materi bahasa dengan materi-materi lain yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis.

2. Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual menunjukkan hasil yang baik, maka sebaiknya guru menggunakan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mengeksplorasi kemampuannya.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dkk. (1988). Pembinaan kemampuan menulis bahasa indonesia. Jakarta: Erlangga.

Akhadiah, S. dkk. (2008). Filsafat bahasa dan pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

De Bono, E. (1985). Six thinking hats. New York: Mira Management resoures, Inc. Avenue of the Americas. Fisher, A. (2009). Berpikir kritis: sebuah pengantar. Terjemahan

Benjamin Hadinata. Jakarta: Erlangga.

Keraf, G. (2010). Argumentasi dan narasi. Cetakan kedelapan belas. Jakarta: PT. Media Pustaka Utama.

Semi, A. (2007). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa.

Widyamertaya, A. dan Veronica S. (1997). Dasar-dasar menulis karya ilmiah. Jakarta: Grasindo.

(47)

Berarti(kel)

catatan pendidikan

Linlin Nurliani, M.Pd Encep Nurkholis, M.Pd

(48)
(49)

ESENSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MASA PANDEMI DI SEKOLAH

Encep Nurkholis, M.Pd

Guru Matematika SMAN 1 Karangnunggal

ampak dari merebaknya pandemi Covid-19 saat ini amat terasa di banyak negara begitupun di Indonesia, hampir di seluruh provinsi mengalami perubahan yang cukup signifikan disebabkan wabah ini. Salah satu aspek yang terdampak ialah kegiatan perekonomian, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati pun menyebutkan bahwa terdapat empat sektor yang paling tertekan akibat wabah virus corona atau Covid-19 yaitu rumah tangga, UMKM, korporasi, dan sektor keuangan. Pertumbuhan ekonomi pun diprediksi akan mengalami kontraksi (republika.co.id).

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku mengharuskan aktivitas warga dilakukan dari rumah atau secara daring, hal ini tentunya membuat tingkat daya beli masyarakat menurun drastis karena mayoritas kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan secara konvensional terutama bagi keluarga miskin dan rentan yang bekerja di sektor informal. Akan tetapi, jika pada saatnya PSBB dilonggarkan oleh pemerintah hal ini dapat dilihat sebagai

D

(50)

suatu peluang bagi masyarakat khususnya anak muda termasuk pelajar untuk berwirausaha.

Mendikbud juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 justru memberikan potensi akselerasi kebijakan Pendidikan. Pandemi ini telah membuat guru, orangtua, dan siswa keluar dari zona nyaman masing-masing. Kondisi ini melatih karakter adaptif, inovatif, dan kreatif dari komunitas pendidikan.

Sekolah yang merupkana bagian dari komunitas Pendidikan, hendaknya menyiapkan peserta didik yang mampu mengisi tantangan di tengah pandemic, selain belajar dengan daring juga harus disiapkan dengan pengembangan diri dengan membekali keterampilan vokasional yang diharapkan menjadi bekal dalam kehidupan.

Guru tak akan mungkin bisa digantikan teknologi. Teknologi menjadi alat bantu bagi guru untuk meningkatkan potensi mereka dan mencari guru-guru penggerak terbaik, serta memastikan guru bisa menjadi pemimpin-pemimpin pembelajaran di sekolah di masa pandemi. Guru dan peserta didik harus sama-sama mampu keluar dari zona nyaman untuk menciptakan kualitas pembelajaran yang menekankan pada teori saja, namun mampu menerapkan ide-ide kreatif yang menciptakan paradigma pemikiran yang mampu mengatasi masalah dengan solusi inovatif.

Alangkah dewasanya apabila masyarakat mampu melihat masalah ini semua dengan bijak, bisa menjawab tantangan, serta tangguh menghadapi semua ancaman. Salah satu cara yang dirasa cukup ampuh adalah menumbuhkan dan menguatkan jiwa wirausaha (entrepreneurship) terutama dikalangan milineal. Diharapkan dengan menguatnya pemikiran serta

(51)

tindakan kewirausahaan yang semakin masif, masyarakat dapat hidup mandiri dan bertahan sekalipun ditengah situasi sulit seperti saat ini. Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan masyarakat. Inovasi merupakan alasan kedua yang memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi dan masyarakat di tengah wacana “era norma baru”. Inovasi berkaitan dengan proses menciptakan sesuatu yang baru dan membantu individu untuk bekerja secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Masa krisis bukanlah sebuah alasan bagi anak muda khsuusnya peserta didik untuk bersemangat membangun sebuah wirausaha. Melainkan masa krisis justru membuat kita ditantang untuk berinovasi serta berkreativitas sebaik mungkin, memanfaatkan teknologi digital dan tentunya memaksimalkan peluang yang ada di depan mata. Peluang yang dimaksud di sini

(52)

ini dapat dimanfaatkan sebagai ide awal untuk membuka dan menciptakan peluang usaha. Sebagai contoh dengan berjualan online melalui media social dengan bahan dan produk yang berasal dari lingkungan sekitar.

Penyederhanaan kurikulum dari kemendikbud haruslah mendorong para guru agar dapat memilih materi atau metode pembelajaran dengan kualitas tinggi, yang disesuaikan dengan kompetensi, minat, dan bakat masing-masing peserta didik. Selain itu sekolah harus mampu membuat proses pembelajaran baik berupa tugas atau materi mendorong siswa untuk lebih kreatif berada di rumah dengan berbagai produk yang ditugaskan, sehingga tugas tersebut bukan hanya untuk pemenuhan pembelajaran saja, namun memberikan dampak positif bagi siswa untuk terus mencoba hal-hal baru dengan keleluasan waktu. Pentingnya Pendidikan kewirausahaan di sekolah, menjadi tanggungjawab semua warga sekolah dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas yang berorientasi lulusan yang inovatif, kreatif dan mampu menghadapi tantangan dan perubahan. Semoga pandemic ini cepat berlalu dan kita mampu memetic hikmahnya.

(53)

PKG SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

Encep Nurkholis, M.Pd

Guru Matematika SMAN 1 Karangnunggal

enilaian Kinerja Guru atau lebih kenal dengan istilah PKG merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari rentetan program pemerintah dalam upaya mengevaluasi kinerja guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara RB dan PAN Nomor 16 Tahun 2009, Penilaian Kinerja Guru adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap poin dari aktivitas kewajiban utama guru dengan tujuan bimbingan kepangkatan, karir dan jabatan.

Implementasi kewajiban utama guru saling berkaitan erat dengan kapabilitas guru dalam memahami dan mempraktikan kompetensinya. Pemahaman dan praktik kompetensi sangat berpengaruh dengan kesuksesan dan kualitas dari aktivitas bimbingan, pembelajaran dan implementasi pada peserta didik yang dilakukan di Sekolah.

Oleh sebab itu terdapat upaya untuk memperbaharui sistem kinerja guru. Sistem penilaian kinerja guru merupakan manajemen kinerja yang berfokus pada guru yang dirancang untuk menilai level kinerja guru secara kelompok maupun individu. Ini merupakan upaya yang lebih besar untuk

P

(54)

pada kualitas peserta didik yang lebih baik. Jadi Kompetensi yang biasanya dinilai dalam kinerja guru ada empat elemen yakni, kompetensi professional, kepribadian, sosial dan paedagogik.

Tujuan dan fungsi PKG adalah memastikan level kompetensi dari guru; menambah efektivitas dan efisiensi tugas seorang guru; menampilkan dasar yang akurat untuk menentukan sistem keefektifan dari kinerja guru; memberikan dasar untuk program peningkatan profesi yang berjenjang untuk guru; membantu guru agar mampu melakukan tugas dan kewajibannya serta menjaga perilaku yang positif, dengan tujuan agar peserta didik mampu meraih kualitas yang maksimal; memberikan kepastian guru tentang peningkatan karir dan naik jabatan sebagai penghargaan untuk guru yang berkinerja baik.

Dengan adanya penilaian kinerja guru ini keprofesian dan kompetensi guru akan bisa berkembang ke level yang lebih baik, sebab guru merupakan pelaksana kegiatan pendidikan yang membuat peserta didik pintar dan berkualitas.

Hasil dari PKG adalah dasar untuk sekolah dalam memutuskan peningkatan promosi dan karir guru. Sementara untuk guru, PKG menjadi panduan untuk memahami elemen apa saja yang bisa membuat kapabilitasnya menjadi lebih berkembang, mengetahui keunggulan dan kelemahan dirinya sehingga bisa dievaluasi sedini mungkin.

Dalam masa pandemi saat ini, pelaksanaan PKG akan sangat berbeda, karena peserta didik tidak berada di dalam kelas untuk tatap muka langsung dengan guru. Sehingga PKG tahun ini membutuhkan persiapan yang lebih baik karena PKG pada Pembelajaran Jarak Jauh membutuhkan

(55)

pengetahuan baru dalam cara penyampaian materi dan penilaian dalam proses belajar mengajar.

Guru harus menguasai bagaimana cara menyampaikan materi secara daring, dengan menggunakan berbagai macam platform yang bisa digunakan secara gratis atau berbayar. Dengan menggunakan aplikasi berbasis daring dibantu dengan Learning Management Sistem (LMS) proses PKG akan menjadi hal baru yang akan menuntut guru untuk terus meningkatkan kompetensi dalam berbagai kondisi.

Guru harus menyiapkan pembelajaran mulai dari perencanaan, bahan ajar, evaluasi dan hal lain dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara daring. Tentu hal ini tidak semua guru siap dengan kondisi seperti ini, namun dalam PKG ini tentu guru dituntut mampu melakukan ini dengan baik. Hal ini akan menjadikan mutu Pendidikan akan berubah menjadi lebih baik dari segi peningkatan kualitas guru. Semoga kegiatan PKG ini bukan hanya kegiatan rutinitas dan formalitas saja, tapi benar benar dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu Pendidikan di sekolah untuk menghasilkan kualitas peserta didik yang berkualitas.

(56)

PKKS SEBAGAI REFLEKSI MUTU SEKOLAH Encep Nurkholis, M.Pd

Guru Matematika SMAN 1 Karangnunggal

enilaian kinerja kepala sekolah (PKKS) merupakan kegiatan rutinitas setiap tahun yang harus dilalui oleh semua kepala sekolah yang pelaksanaannya mengacu pada peraturan kementrian pendidikan dan kebudayaan melalui pedoman penilaian dengan tujuan untuk: 1) memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dan supervisi/pengawasan pada sekolah yang dipimpinnya; 2) Memperoleh data hasil pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai peminpin sekolah; 3) Menentukan kualitas kerja kepala sekolah sebagai dasar dalam promosi dan penghargaan yang diberikan kepadanya; 4) Menentukan program peningkatan kemampuan profesional kepala sekolah dalam konteks peningkatan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya; 5) Menentukan program umpan balik bagi peningkatan dan pengembangan diri dan karyanya dalam konteks pengembangan karir dan profesinya.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut, seorang kepala sekolah dituntut memiliki sejumlah kompetensi. Dalam peraturan menteri pendidikan dan

P

(57)

kebudayaan republik indonesia nomor 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah tentang Beban kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan.

Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja kepala sekolah dapat mencakup tiga dimensi yakni: (a) komitmen terhadap tugas, (b) pelaksanaan tugas, dan (c) hasil kerja. Komitmen terhadap tugas sebagai aktualisasi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial kepala sekolah. Pelaksanaan tupoksi sebagai aktualiasi dari kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan kompetensi kewirausahaan yang dimiliki kepala sekolah Sedangkan hasil kerja merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok kepala sekolah sebagai refleksi dari semua dimensi kompetensi kepala sekolah.

Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Tugas manajerial ini meliputi aktivitas sebagai berikut: (1) menyusun perencanaan sekolah; (2) mengelola program pembelajaran; (3) mengelola kesiswaan; (4) mengelola sarana dan prasarana; (5) mengelola personal sekolah; (6) mengelola keuangan sekolah; (7) mengelola hubungan sekolah dan masyarakat; (8) mengelola administrasi sekolah; (9) mengelola sistem informasi sekolah; (10) mengevaluasi program sekolah; dan memimpin sekolah.

Selain tugas manajerial, kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan Judul Analisis Penerimaan Bea

Sistem informasi konsultasi ini adalah berbasis web, yang memiliki kelebihan bisa diakses kapan saja dan dari mana saja, tanpa terbatas jarak dan waktu, dan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian minyak jintan hitam secara topikal dapat meningkatkan regenerasi jaringan luka pada tikus diabetes dengan cara meningkatkan

MOHAMMAD SLAMET, S.AG MTs Miftahul

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 12 siswi di SMK N 1 Purwosari Gunung Kidul, di dapatkan hasil bahwa 1 siswi kelas XI yang menggunakan pantyliner dan 2 siswi kelas XI

Bagi yayasan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menilai kebijakan dan merumuskan kembali kebijakan yang tepat terkait dengan pelaksanaan strategi

Analisis Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Seni Tari.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Apabila para anggota tim tersebut dapat menyadari bahwa di dalam diri mereka terdapat kemampuan untuk menyelesaikan tugas demi tujuan bersama dan menyadari tidak hanya bekerja secara