• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INSTRUMENTAL THERAPY MUSIC TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI MAYOR DI RUANG BOUGENVILLE RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INSTRUMENTAL THERAPY MUSIC TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI MAYOR DI RUANG BOUGENVILLE RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2019"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INSTRUMENTAL THERAPY MUSIC TERHADAP

KUALITAS TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI MAYOR

DI RUANG BOUGENVILLE RSUD 45 KUNINGAN

TAHUN 2019

Ranto, Widiya Septiani STIKes Kuningan

ranto2230@gmail.com

Abstrak

Operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan. Pada pasien yang telah menjalani tindakan pembedahan membutuhkan istirahat lebih banyak dalam proses penyembuhan penyakitnya dibandingkan orang yang sehat. Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan kualitas tidur buruk. Terapi musik instrumental dapat memberikan rasa tenang dan nyaman sehingga membantu untuk memudahkan tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik instrumental terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan rancangan one group pretest postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan jumlah 30 responden. Analisa data digunakan dengan uji wilcoxon test. Hasil penelitian menunjukan bahwa sesudah diberikan terapi musik instrumental terdapat rata-rata skor kualitas tidur dari skor 14,37 menjadi 4,87 dimana skor ini masuk kedalam kualitas tidur baik. Hasil uji rerata didapatkan bahwa hasil nilai p value 0,000 < 0,05, maka terdapat pengaruh antara sebelum dengan sesudah dilakukan terapi musik instrumental terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik instrumental terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. Dianjurkan bagi responden dapat menjadikan terapi musik instrumental sebagai alternatif dalam tindakan non-farmakologis untuk meningkatkan kualitas tidur menjadi lebih baik.

Kata Kunci : Operasi, Kualitas Tidur, Terapi Musik Instrumental. Kepustakaan : 45 (2008-2018)

(2)

PENDAHULUAN

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan fisiologis, tidur juga adalah hal yang universal karena semua individu dimanapun ia berada membutuhkan tidur (Kozier 2011).

Orang yang sedang sakit membutuhkan banyak istirahat dan tidur daripada saat sehat karena orang yang sakit membutuhkan energi untuk pemulihan. Namun dengan penyakit yang diderita seseorang membuat sulit dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur begitu juga dengan seseorang yang mengalami nyeri sering terbangun karena nyeri tersebut (WHO, 2009). Kurangnya tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada salah satunya yaitu pasca pembedahan (Potter & Perry, 2009).

Pada pasien yang telah menjalani tindakan pembedahan membutuhkan istirahat lebih banyak dalam proses penyembuhan penyakitnya dibandingkan orang yang sehat. Setiap penyakit yang

menyebabkan nyeri,

ketidaknyamanan fisik (missal, kesulitan bernapas, masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur (Potter & Perry, 2009).

Operasi atau pembedahan merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan. Pembedahan biasanya diberikan anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan perioperatif untuk

mendukung keberhasilan

pembedahan (Sjamsuhidrat, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO,2009), diperkirakan setiap tahun 230 juta pembedahan utama yang dilakukan di seluruh dunia. Berdasarkan data tabulasi Depkes RI tahun 2009 menyebutkan bahwa tindakan dan operasi urutan ke-11 tindakan yang paling sering di lakukan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 teerdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa, sedangkan di Indonesia pada tahun 2012 mecapai 1,2 juta jiwa (Sartika, 2013).

Di RSUD 45 Kuningan pada tahun 2018 jumlah pasien yang dilakukan operasi mayor ada 2017 orang, sedangkan pada tahun 2019 bulan Januari sampai April di Ruang Bougenvile julmlah pasien yang dilakunan operasi ada 350 orang dengan perincian 200 orang bedah besar, 86 orang bedah sedang, dan 64 orang bedah kecil.

Berdasarkan hasil penelitian

barichello (2009) di Brazil didapatkan bahwa 78,3 % pasien pasca operasi mengalami gangguan tidur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurani, dkk tentang gangguan pola tidur pasien 2-11 hari pasca operasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukan bahwa gangguan pola tidur pasien dewasa awal umumnya disebabkan oleh nyeri sebesar 34,5%, takut penyakit berulang sebesar 17,24 %,

(3)

cemas tidak kembali normal sebanyak 10,34%, tindakam perawatan sebanyak 10,34% dan lain lain termasuk cemas pada keluarga di rumah, hujan, sulit ubah posisi dan sulit buang air (25,58%). Sedangkan gangguan pada pasien dewasa menengah disebabkan oleh nyeri sebanyak 32,8%, takut penyakit berulang sebesar 15,5%, cemas tidak kembali normal sebanyak 15,5%, tindakan perawat sebanyak 3,5%. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa gangguan pola tidur dialami oleh pasien pasca operasi, baik pada pasien dewasa awal maupun pada pasien dewasa menengah (Afdal, 2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2019, 6 dari 12 responden bahwa mereka mengalami gangguan sulit tidur setelah operasi, hal ini terjadi karena nyeri yang dirasakan setelah operasi, ketidaknyaman dan kecemasan. Dengan keadaan yang dirasakan tersebut sehingga menyebabkan sulit tidur dan sering terbangun ketika di malam hari.

Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur tersebut bisa dilakukan dengan cara terapi non farmakologi. Terapi non farmokologi terdiri dari sleep restriction, sleep hygiene, relaxation therapy, dan stimulus control therapy

(Allison, 2012). Terapi relaksasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tidur yaitu dengan terapi musik. Penelitian di University of Taiwan menunjukan bahwa mendengarkan musik santai (lembut) sebelum tidur dapat menurunkan denyut jantung

dan memperbaiki tidur, (Borba, 2009).

Musik sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia yang mampu membuat seseorang terhibur. Musik masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju ke otak (Trisnowiyanto, 2015) dalam Srinuryati, 2017. Musik dipilih sebagai salah satu alternatif karena musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon beta-endorfin. Ketika mendengar suara musik yang indah maka hormon “kebahagiaan” (beta-endorfin) akan berproduksi (Natalina, 2013). Musik dapat mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik, mengurangi kecemasan, tekanan darah, jantung dan laju pernapasan dan mungkin memiliki efek positif pada tidur melalui relaksasi otot dan gangguan dari pikiran. Oleh karena itu, penggunaan musik dapat bermanfaat bagi orang-orang yang dengan masalah tidur (Niet et al, 2009).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas mengenai gangguan tidur pada pasien post operasi dan penanganan untuk mengurangi terjadinya masalah gangguan tidur tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan eksperimen dan mengembangkan tentang teknik relaksasi untuk mengatasi gangguan tidur. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Instrumental Therapy Music Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien post Operasi Mayor di Ruang

(4)

Bougenville RSUD 45 Kuningan Tahun 2019”.

TUJUAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh instrumental therapy music

terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di ruang bougenville RSUD 45 Kuningan tahun 2019.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy eksperimen). Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode one group pretest posttest design. Penelitian ini dilakukan 3 kali dalam waktu 3 hari berupa pemberian terapi musik instrumental pada pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan yaitu sebanyak 200 orang dari Januari sampai april tahun 2019 dengan rata-rata 50 orang perbulannya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam adalah dengan menggunakan teknik

Purposive sampling. Semua sampel dalam penelitian ini bersedia menjadi responden dan sudah memenuhi kriteria inklusi. Untuk pengumpulan data pasien mengenai kualitas tidur, peneliti menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index). Penelitian ini telah dilakukan pada 30 responden.

Prosedur penelitian ini dilakukan pada tiga tahap, yaitu

tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap penutup. Pada tahap persiapan meliputi pencatatan data lengkap, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, memberikan mengenai

informed consent, tahap pelaksanaan peneliti mengukur kualitas tidur dengan menggunakan kuesioner PSQI, setelah itu dilakukan terapi musik instrumental dengan waktu 30 menit dan diberikan selama 3 kali dalam waktu 3 hari. Pada tahap penutup peneliti mengolah data dan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan setelah diberikan

instrumental therapy music.

Analisis data dilakukan dengan pengolah statistik yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengidentifikasi atau mengetahui gambaran dari responden mengenai kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi musik instrumental. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji alternatif Wilcoxon test untuk mengetahui perbedaan dua mean sebelum dan setelah dilakukan terapi musik instrumental.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli 2019 pada 30 responden mengenai pengaruh

instrumental therapy music terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(5)

Analisis Univariat Tabel 1

Gambaran Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi Mayor Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pemberian Terapi Musik Instrumental Di

Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan

Deskriptif Statistic n Range Min Max Mean Std.

Deviation Variance

Musik Instrumental (Pre) 30 7 11 18 14,37 1,884 3,551

Musik Instrumental (Post) 30 7 3 10 4,87 1,408 1,982

Berdasarkan tabel diatas hasil analisis univariat sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik instrumental selama 3 hari didapatkan bahwa rata-rata skor sebelum dilakukan terapi musik instrumental yaitu 14,37 dengan range 7, skor minimum 11, skor

maximum 18, standard deviation 1,884, dan variance 3,551. Sedangkan setelah dilakukan terapi musik instrumental didapatkan hasil rata-rata 4,87 dengan range 7, skor minimum 3, skor maximum 10, standard deviation 1,408, dan variance 1,982.

Tabel 2

Uji Beda Rerata Antara Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pemberian Terapi Musik Instrumental Pada

Pasien Post Operasi Mayor Di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

Data Penelitian n Rerata Pvalue

Musik Instrumental (Pre) 30 14,37

0,000 Musik Instrumental (Post) 30 4,87

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa rerata skor kualitas tidur sebelum dilakukan terapi musik instrumental yaitu 14,37, dan sesudah dilakukan terapi musik rata-rata skor 4,87 serta setelah dilakukan uji beda didapatkan nilai p = 0,000 yang artinya terdapat

perbedaan yang sangat bermakna antara skor kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik instrumental pada pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian

(6)

terapi musik instrumental terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan. Hasil uji

wilcoxon didapatkan nilai p lebih kecil dari 0.05 (0,000 < 0.05) sehingga HO ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik instrumental terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Kualitas Tidur Sebelum Diberikan Terapi Musik Instrumental Pada Pasien Post Operasi Mayor Di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

Berdasarkan hasil

penelitian, skor kualitas tidur pada 30 responden sebelum diberikan terapi musik instrumental hampir semua responden mengalami kualitas tidur buruk. Peneliti berpendapat bahwa pasien mengeluh kualitas tidur buruk akibat dari gangguan tidur yang dialami responden seperti nyeri yang dirasakan bekas operasi, sehingga susah untuk memulai tidur dan sering terbangun tengah malam, sulit bernapas dengan baik, batuk, kadang kedinginan di malam hari.

Pasien post operasi mengalmi kualitas tidur buruk akan mengalami lama dalam proses penyembuhan luka karena terjadi perubahan secara emosional, dimana lebih sensitif dan lebih mudah marah. Kurang tidur bisa memicu terjadinya stress sehingga pelepasan

hormon kortisol dan

norepeneprine yang berhubungan dengan resistensi insulin yang bisa menghambat

dalam penyembuhan luka. Akibat kualitas tidur buruk dapat menurunkan sistem imun dan bisa menghancurkan sel-sel darah putih (leukosit) yang bertindak sebagai system kekebalan tubuh (Wavy, 2008). Hasil penelitian sesuai dengan teori menurut Stickslager & Schaefer (2008), istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan baik secara fisiologis maupun psikologis. Secara psikologis, tidur dapat mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera.

Kualitas tidur yang baik

dapat mempercepat

penyembuhan luka operasi, didasrakan karena adanya penuruanan bebas psikis saat mendengarkan musik. Musik memiliki aspek terapeutik, sehingga musik bisa digunakan

untuk penyembuhan,

menenangkan dan memperbaiki kondisi fisik dan fisiologis pasien. Manfaat musik bagi pasien post operasi dapat memberikan keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi sehingga mempercepat waktu tidur lebih awal, meningkatkan imunitas tubuh sehingga mempercepat penyembuhan bekas luka, selain itu musik dapat

(7)

menurunkan tekanan darah melalui ritmik musik yang stabil memberikan irama yang teratur pada sistem jantung dan menstimulasikan kerja otak sehingga pasien bisa tidur lelap (Natalina, 2013).

Pasien post operasi yang mengalami kualitas tidur buruk perlu ditangani dengan mendengarkan musik selama 30 menit sebelum tidur sehingga mengurangi beban psikis yang dialami setelah operasi (Setyoadi, 2011). Menurut natalina (2013),

menjelaskan bahwa

mendengarkan musik dapat membuat perasaan menjadi lebih tenang, sehingga mengurangi pengeluaran energi saat beristirahat.

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan terapi musik instrumental pada pasien post operasi mayor terdapat kualitas tidur yang buruk akibat dari nyeri yang dirasakan bekas operasi, sehingga menyebabkan sering terbangun di tengah malam, hal ini mengakibatnya tidur pun terganggu, cara untuk mengatasi kualitas tidur buruk yaitu dengan menggunakan terapi musik selama 30 menit, karena musik bermanfaat bagi pasien post operasi dapat dapat memberikan keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi sehingga mempercepat waktu tidur lebih awal.

2. Gambaran Kualitas Tidur Setelah Diberikan Terapi Musik Instrumental Pada Pasien Post Operasi Mayor Di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa skor kualitas tidur pada 30 responden setelah diberikan terapi musik instrumental selama 30 menit yang dilakukan 3 kali dalam waktu 3 hari setiap malam hari mengalami perubahan skor kualitas tidur, dari kualitas tidur buruk menjadi kualitas tidur baik walaupun masih ada yang kualitas tidurnya yang buruk, tapi kebanyakan kualitas tidurnya baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati dan Saifudin (2014) dimana musik dapat merangsang pengeluaran gelombang otak atau gelombang yang memiliki frekuensi 8-12 cps (cyles per second). Pada saat gelombang dikeluarkan, otak akan memproduksi serotonin yang membantu menjaga perasaan bahagia dan membantu dalam menjaga mood dan dapat membantu untuk tidur.

Terapi musik instrumental adalah suatu cara penanganan penyakit (pengobatan) dengan menggunakan nada atau suara yang semua instrumen musik dihasilkan melalui alat musik yang disusun dengan sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Musik yang digunakan dalam peneitian ini adalah musik instrumental kitaro yang berjudul

(8)

koi, dimana musik instrumental yang berjudul koi ini merupakan musik instrumental pengantar tidur. Mekanisme kerja musik untuk relaksasi rangsangan atau unsur irama dan nada masuk ke kanalis auditorius yang dihantar sampai ke thalamus sehingga memori di sistem limbic aktif secara otomatis sehingga mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke thalamus dan kelenjar hipofisis serta muncul respon terhadap emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormon stress sehingga menjadi rileks (Rembulan 2014).

Respon relaksasi ini terjadi melalui penurunan bermakna dari kebutuhan zat oksigen oleh tubuh, yang selanjutnya aliran darah akan lancar, neutransmitter

penenang akan dilepaskan, sistem saraf akan bekerja secara baik, otot-otot tubuh yang rikels menimbulkan perasaan tenang dan nyaman akan memudahkan untuk tidur terlelap (Kusnadi dkk, 2011).

Hasil dari penelitian diketahui bahwa kualitas tidur responden membaik setelah diberikan terapi musik instrumental selama 30 menit. Hal ini karena responden mampu mendengarkan musik dengan tenang sehingga otak menentukan aktivitas tubuh dan pikiran seseorang, akan memproduksi serotonin yang membantu menjaga perasaan bahagia, membantu dalam menenangkan dan dapat membantu untuk tidur sehingga

musik instrumental berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien.

3. Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi Mayor Di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh terhadap kualitas tidur dari sebelum dilakukan terapi musik dan setelah dilakukan terapi musik dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Saat observasi pada reponden post operasi mayor sebelum diberikan terapi musik instrumental, pasien tampak cemas, gelisah, dan merasakan nyeri akibat luka pembedahan. Namun, pada saat diberikan terapi musik instrumental pasien tampak rileks dan menikmati musik yang sedang di putar.

Terapi musik instrumental diberikan 1 kali dalam sehari yaitu pada malam hari dan dilakukan dalam waktu 3 hari berturut-turut, pada maasing-masing pemberian dilakukan dalam waktu 30 menit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arina Merlianti (2014) yang hasilnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yasinta dkk (2018) menyatakan bahwa terdapat pengaruh pada pasien post operasi setelah diberikan terapi musik terhadap kualitas tidur dengan nilai p-value = (0,000) <

(9)

(0,05) . Terapi musik membuat perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fres. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran

mengalami penyegaran

(Febriana, 2009). Musik pada dasarnya dapat membuat relaksasi dan membawa efek menenangkan otak, hal ini dapat mempercepat untuk tidur (Wahyuni, 2010).

Musik dapat menginduksi tidur merangsang gelombang otak yang lebih tinggi pada gelombang otak delta dibandingkan jenis lain dari musik atau tidak diberikan musik sama sekali. Orang yang mendengarkan musik dengan musik yang santai melalui gelombang otak delta dapat menyebabkan tidur yang nyenyak ( KK Park, 2007 dalam Ryu, Park & Park, 2011).

Menurut Jespersen, et al., 2012 dalam Parson, T. L., Toffelmire, E. B., Valack, C.E. (2016). Penggunaan terapi musik instrumental untuk menurunkan tingkat insomnia pada seseorang adalah untuk mengurangi resiko penggunaan farmakoterapi yang efek sampingnya sangat negatif. Menurut seorang ahli dari pusat gangguan tidur di Amerika menyatakan bahwa pemberian terapi musik yang diberikan selama 30 menit sampai satu jam setiap hari menjelang tidur,

secara efektif dapat mengurangi gangguan tidur.

Penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian tentang pemberian terapi musik terhadap kualitas tidur salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rembulan (2014) tentang pemberian terapi musik instrumental terhadap penurunan insomnia pada mahasiswa fisioterapi D3 di Surakarta hasilnya menunjukan sebelum dilakukan terapi musik instrumental diperoleh rata-rata skor sebesar 15,28, sedangkan sesudah dilakukan terapi musik terjadi penurunan nilai rata-rata menjadi 6,14. Penelitian lain yang dilakukan oleh Su , Lai, Chang, Yiin, Perng & Chen (2012) tentang terapi musik yang dilakukan di Intensif Care Unit di Taiwan menunjukan musik dapat meningkatkan kualitas tidur pada pasien kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Pemeberian terapi musik juga secara signifikan membuat detak jantung menjadi lebih rendah pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa terjadi perubahan kualitas tidur sesudah diberikan terapi musik instrumental. Musik yang didengarkan oleh responden yaitu musik dengan nada santai sehingga mampu menenangkan pikiran yang bertujuan

mempercepat tidur.

Mendengarkan musik selama 30 menit dengan irama yang lembut yang didengarkan melalui telinga

(10)

akan langsung masuk ke otak dan langsung diolah sehingga dapat menghasilkan efek yang baik terhadap kesehatan pasien post operasi, Keluhan pasien post operasi seperti gangguan pola tidur disebabkan karena nyeri pada bekas luka. Mendengarkan musik dapat meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan mental dan fisik sehingga dapat menyebabkan nyeri berkurang (Yasinta, 2018).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seseorang menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek subjektif seperti tidur dalam istirahat. Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor psikologis, fisiologis, serta lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Kualitas tidur tidak bergantung pada kuantitasnya namun dipengaruhi oleh faktor yang sama. Kualitas tersebut dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya (Siregar, 2011).

Pemberian terapi musik instrumental membuat seseorang menjadi rileks, membuat tenang sehingga dapat menyebabkan responden untuk beristirahat dengan alunan musik yang nyantai dan memudahkan untuk tidur. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa pemberian terapi musik instrumental efektif terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan.

Untuk mengatasi kualitas tidur yang buruk pada pasien post operasi mayor di rumah sakit bisa dilakukan dengan cara memberikan terapi musik instrumental pada pasien dengan durasi 30 menit sebagai salah satu bentuk keperawatan alternatif untuk mengatasi gangguan tidur. Peneliti selanjutnya perlu memberikan perhatian khusus pada gejala penyakit yang dialami pasien, seperti nyeri, sesak napas, batuk yang merupakan penyebab utama gangguan tidur pada tingkat tinggi.

kondisi pasien post operasi mayor beresiko mengalami cemas dan stress selama dirawat di rumah sakit. oleh karena itu, bisa dilakukan dengan cara memfasilitasi dan meminimalkan gangguan tidur pasien dengan melakukan pengontrolan lingkungan di bangsal rumah sakit. Selain cara tersebut masih ada cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kualitas tidur yaitu dengan cara melakukan back massage dengan durasi 20 dan 40 menit. penelitian ini telah dilakukan oleh Charolena Arta, dkk di Nglangon Seragen telah dilakukan pada 12 responden dengan didapatkan hasil p= 0,000

(11)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Sebelum diberikan terapi musik instrumental hampir seluruh pasien post operasi mayor di Ruang Bougenvil RSUD 45 Kuningan mengalami kualitas tidur yang buruk dengan diketahui skor kualitas tidurnya rata-rata 14,37 termasuk kedalam kualitas tidur buruk.

2. Sesudah diberikan terapi musik instrumental pada pasien post

operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan mengalami kualitas tidur baik dengan diketahui nilai skor kualitas tidurnya rata-rata 4,87 yang termasuk kedalam kualitas tidur baik.

3. Terdapat pengaruh terapi musik instrumental terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi mayor di Ruang Bougenville RSUD 45 Kuningan dengan didapatkan hasil nilai p – value =

(0,000).

SARAN

Sesuai dengan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi RSUD 45 kuningan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan sebagai tindakan keperawatan alternatif mengenai terapi musik, karena terapi musik banyak manfaatnya tidak hanya dapat mengatasi tidur saja, namun musik juga bermanfaat untuk mengatasi nyeri maupun kecemasan yang dirasakan pada pasien yang dirawat di ruang rawat inap.

2. Bagi STIKes Kuningan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai bahan informasi dan bahan pembelajaran dibidang

keperawatan salah satunya yaitu pada mata kuliah terapi komplementer karena terapi musik dapat dijadikan alternatif untuk menambah pengetahuan tentang cara mengatasi kualitas tidur buruk.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan mandiri untuk seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi yang mengalami gangguan tidur. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian selanjutnya untuk menambah sampel dan metode yang lebih baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA.

Afdal. 2015. Hubungan Antara Nyeri dan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post Laparotomi Di IRNA Ruang Bedah RSUD DR. M. Djamil Padang

Allison, R.W., 2012 Laboratory Evaluation of the Liver, dalam Thrall, M.A., Welser, G., Alilison, R.W., Campbell, T.W. (Eds),

Veterinary Hematology and Clinical Chemistry, 2nd Ed., 404-406, John Wiley & Sons, Inc., Oxpord.

Barichello E, Sawada No, Sonoba HM & Zago MRF. (2009). Quality of Sleep In Postoperative Surgical Oncologic Patients. Rev Lantino-am. Enpermagem 2009 Julho- agosto; 17(4):481-8.

Djohan. (2009). Psikologi musik Yogyakarta: Penerbit Buku Baik. Herlinawati. 2017. Perbedaan Kualitas Tidur Mendengarkan Musik Dengan Tanpa Mendengarkan Music Di Asrama Putri Keperawatan Universitas Tribhwana Tungga Dewi Malang.

Nursing News. Volume 2, Nomor 3, 2017.

Kozier. (2011). Faktor Penghambat Tidur. Jakarta: Salemba Medika.

Natalina, D. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Niet, Gerrit De, Bea Tiemens, Bert Lendemeijer, And Giel Hutschemaekers. 2009. “MusicAssisted Relaxation To Improve Sleep Quality: Meta-Analysis.” Journal Of Advanced Nursing 65 (7): 1356–64.

Doi:10.1111/J.13652648.20 09.04982.X.

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku Edisi 7. Jakarta. Salemba Medika

Parson, T.L., Toffelmire, E.B., Valack, C.E. (2006). Exercise training during hemodialysis improves dialysis efficacy and physical performance. Arch Phys Med Rehabilitation, 87,680-687.

Rembulan, M.P. 2014. Pengaruh Terapi Musik Instrumental dan Aromatherapy Lavender

Eyemask Terhadap

Penurunan Tingkat

Insmonia Pada Mahasiswa Fisioterapi D3 Angkatan 2011. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ryu, Park & Park. 2011. Effect of sleep inducing music on sleep in persons with

(13)

percutaneous transluminal coronary angiography in the cardiac care unit. Journal of clinical nursing, 21, 728-735.

Sartika, D. HB., Suarnianti Ismail , H. 2013. Pengaruh Komunikasi Terapeutik

Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Hakasa, Tahun 2013. Vol 3. No 3. Tahun 2013. ISSN : 2302-1721.

Setyoadi. (2011). Terapi Musik Klasik dan Alpikasi. Yogyakarta: Galang Pres.

Siregar, M.H. (2011). Mengenal sebab-sebab, akibat-akibat dan cara terapi insomnia. Flash books. Jogjakarta.

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC.Stanley,

Hoppenfeld.2011.

Srinuryati 2017. Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Insomnia Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang. Jurnal Ilmiah

Keperawatan, Vol 3 No 2 September 2017.

Su, P.C., Lai. L.H., Chang, T.E., Yin. M.L., Perng, J.S., Chen, W.P. (2012). A randomized controlled trial of the effects of listening to non commercial music on quality of nocturnal sleep and relaxation indices in patients in medical intensive care unit. Journal of Advances Nursing, 16(6):

1377-1389. Doi:

10.1111/j.13652648.2012.0 6130.x.

Wahyuni. (2010). Pengaruh terapi musik musik pada usia lanjut, sekolah tinggi ilmu kesehatan ‘aisyyiyah. Yogyakarta

Wavy. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur. Jakarta: Rineka Cipta.

Yasinta. 2018. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Baptis Batu. Nursing News Volume 3, Nomor 1

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu

[r]

Tulvariskien hallinnalla tarkoitetaan sellaisten toimenpiteiden kokonaisuutta, joiden tavoitteena on arvioida ja vähen- tää tulvien esiintymisen todennäköisyyttä tai

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Verdiana dkk, 2013), yang mendapatkan hasil menunjukkan hubungan yang bermakna antara

Jos huomataan, että liikearvon arvonalentumistestaus on hyvin herkkä esimerkiksi kateprosentin muutokselle, voidaan arvonalentumisviitteitä arvioida sillä, kuinka hyvin johdon

al-Islam, edisi 295) dan kasus Blok Cepu (Anonim, 2006)... Setelah mengkritisi dan menolak semua paham yang tidak Islami, termasuk paham- paham Barat yang saat ini

Pembungaan dan pembuahan in vitro memiliki banyak manfaat, diantaranya untuk mengatasi beberapa tanaman yang sulit memproduksi biji secara alami atau tanaman terancam

Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan,