• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Kadar Glukosa Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kecamatan Maos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Kadar Glukosa Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kecamatan Maos"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 17 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KECAMATAN MAOS

Esti Oktaviani Purwasih AKPER Serulingmas Cilacap ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu penyakit gangguan metabolik ditandai kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan resistensi insulin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan tingkat stres pada penderita diabetes melitus (DM) tipe 2.Jenis penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu tingkat stres. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kadar glukosa darah puasa. Penelitian dilakukan di Puskesmas Maos dan Klinik Graha Amanah Maos bulan Maret 2017. Sampel diambil dengan total sampling, berjumlah 60 responden yang menderita DM tipe 2 minimal 1 tahun, memiliki kadar GDP > 130 mg/dl, dan tidak memiliki penyakit komplikasi seperti gagal ginjal kronis, dan kanker.

Hasil analisis data menggunakan spearman rho didapatkan tidak terdapat hubungan antara kadar glukosa darah puasa dan tingkat stres (p value = 0,137).

Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, Glukosa Darah Puasa, Tingkat Stres. ABSTRACT

Type 2 diabetes mellitus (DM ) is a metabolic disease that characterized by an increasing of blood glucose because of decreasing insulin secretion by pancreatic beta cells and or insulin resistance disorders.

This research aimed to identify the relationship between fasting blood glucose (FBG) level and stress level in patients with type 2 diabetes mellitus (DM). The research design was descriptive correlation with cross sectional approach. The independent variable in this study was stress level. The dependent variable in this study was fasting blood glucose level. The study was at Maos Community Health Center and Graha Amanah Clinic in March 2017.The sample was total sampling. These were 60 respondents who diagnosed type 2 diabetes mellitus at least 1 year, had FBG level > 130 mg / dl, and did not have complications such as chronic kidney failure , and cancer.

The results of data analysis by using spearman rho found that there was no correlation between fasting blood glucose level and stress level (p value = 0.137).

Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, Fasting Blood Glucose, Stress Level.

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, akibat kegagalan sekresi insulin dan atau penggunaan insulin dalam metabolisme tidak adekuat (IDF, 2015). Kadar glukosa darah puasa adalah tingkat

glukosa yang ada di dalam darah, diukur setelah penderita puasa selama 8 – 10 jam (Depkes RI, 2009; Eliana, 2015). Sasaran pengendalian glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 yaitu 80-130 mg/dL (PERKENI, 2015).

Dampak psikologis penyakit diabetes mulai dirasakan sejak didiagnosis dokter

(2)

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 18 dan penyakit tersebut telah berlangsung

selama beberapa bulan atau lebih dari satu tahun (Maghfiroh, 2013). Mereka mulai mengalami stres yang berkaitan dengan terapi yang harus dijalani (Jamaluddin, 2011; Maghfiroh, 2013). Selain itu, penderita DM juga mengalami stres karena mendapat informasi bahwa penyakitnya sukar disembuhkan dan harus mengubah gaya hidupnya dengan melakukan diet yang ketat (Maghfiroh, 2013). Stres psikososial yang diakibatkan karena penyakit kronis seperti DM dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan, yaitu perubahan gaya hidup dan aktivitas menjadi terbatas atau terganggu (Widyastuti, 2012). Damanik (2011) mengkategorikan tingkat stres menjadi 5, yaitu normal (skor 0-14), ringan (skor 15-18), sedang (skor 19-25), berat (26-33), dan sangat berat (skor >34).

Hasil studi pendahuluan pada bulan Desember 2016, didapatkan data jumlah penderita DM tipe 2 di Kecamatan Maos sebanyak 101 orang. Jumlah perempuan sebanyak 65 orang (64.4%) dan laki-laki sebanyak 36 orang (35.6%), dengan rentang usia 37-84 tahun. Hasil pemeriksaan skor stres didapatkan sebagian besar responden (47%) memiliki stress ringan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Stres dan Kadar Glukosa Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Kelompok Prolanis Kecamatan Maos”. METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Notoatmodjo (2012) populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita prolanis yang terdiagnosa DM Tipe 2 bulan Maret 2017

di Kecamatan Maos, dengan kadar GDP > 130 mg/dl. Jumlah populasi sebanyak 60 orang.

2. Sampel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012) sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Kriteria inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang diambil sebagai sampel (Saryono, 2008). Kriteria inklusi pada pada penelitian ini meliputi:

a. Penderita menderita DM type 2 minimal 1 tahun.

b. Penderita memiliki kadar GDP > 130 mg/dl.

c. Penderita tidak memiliki penyakit jantung, gagal ginjal kronis, maupun kanker berdasarkan keterangan catatan medis.

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi, yang harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2008). Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu : a. Responden mengalami hospitalisasi b. Responden mengalami gangguan

mental

Variabel penelitian 1. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Riwidikdo, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu tingkat stres. 2. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Riwidikdo, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kadar glukosa darah puasa.

Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dan dokumen data hasil

(3)

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 19 pemeriksaan GDP. Kuesioner yang peneliti

gunakan yaitu pertanyaan berisi tentang identitas penderita dan 14 item pertanyaan dari kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale) 42 versi Bahasa Indonesia yang diambil dari penelitian Damanik (2011) untuk menilai tingkat stress. Peneliti juga menggunakan dokumen data hasil pemeriksaan GDP bulan Maret 2017 kelompok prolanis yang ada di Puskesmas Maos dan Klinik Graha Amanah Maos. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Peneliti mendata penderita DM tipe 2 yang sedang mengikuti kegiatan Prolanis di Kecamatan Maos pada bulan Maret 2017. Peneliti melakukan skreening penderita yang memiliki kadar glukosa darah puasa > 130 mg/dl dengan mengobservasi hasil pemeriksaan laboratorium glukosa darah puasa. Kemudian peneliti mengukur tingkat stres menggunakan kuesioner DASS 42 versi Bahasa Indonesia.

Analisis data dilakukan menggunakan spearman rho.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

a. Distribusi Frekuensi Tingkat stres Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat stres

(Maret 2017, N= 60) Tingkat stres Jumlah Prosentase (%) Ringan 36 60 Sedang 21 35 Berat 3 5 Total 60 100

Berdasarkan tabel 1 di atas, didapatkan prosentase tertinggi responden berdasarkan tingkat stres yaitu stres ringan (60%). b. Distribusi frekuensi kadar glukosa

darah puasa

Tabel 2. Distribusi frekuensi kadar glukosa darah puasa (Maret 2017, N=

60) Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) Jumlah Prosentase (%) 130-200 31 51,7 < 300 22 36,7 < 400 6 10 > 400 1 1,7 Total 60 100

Berdasarkan tabel 2 di atas, didapatkan prosentase tertinggi responden berdarakan kadar glukosa darah puasa yaitu 130-200 mg/dl (51,7%).

c. Hubungan antara tingkat stres dan kadar glukosa darah puasa

Tabel 3. Hubungan antara tingkat stres dan kadar glukosa darah

puasa (Maret 2017, N=60) Tingkat stres Gula darah

puasa

p value 0,137

N 60

Berdasarkan tabel 3 didapatkan p value = 0,137; tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dan kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 di kecamatan Maos.

2. Pembahasan 1. Tingkat stres

Hasil penelitian menunjukkan prosentase tertinggi responden berdasarkan tingkat stres yaitu responden memiliki stres ringan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sukardja, dkk., (2013) yang menunjukkan prosentase responden tertinggi memiliki stres ringan. Dampak psikologis penyakit DM mulai dirasakan oleh pasien sejak didiagnosis terkena DM (Jamaluddin, 2011; Maghfiroh, 2013). Pasien mulai mengalami stres berkaitan dengan pengobatan yang dijalani (Jamaluddin, 2011; Maghfiroh, 2013) dan mendapat informasi bahwa penyakitnya sukar disembuhkan dan harus mengubah gaya hidupnya dengan melakukan diet yang ketat (Maghfiroh, 2013). 2. Kadar glukosa darah puasa

(4)

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 20 Hasil penelitian menunjukkan

prosentase tertinggi responden berdasarkan kadar glukosa darah puasa yaitu responden memiliki kadar GDP 130-200 mg/dl. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Oktarina, dkk., (2013) yang menunjukkan prosentase tertinggi responden memiliki kadar glukosa darah > 200 mg/dl. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadar glukosa darah tinggi yaitu pola makan (diit) yang tidak sehat, gaya hidup yang salah, dan pertambahan usia harapan hidup (Sidartawan, 2007).

3. Hubungan antara tingkat stres dan kadar glukosa darah puasa

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dan kadar glukosa darah puasa pada kelompok Prolanis penderita DM tipe 2 di kecamatan Maos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki stres ringan dan memiliki kadar GDP 130-200 mg/dl.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nugroho dan Purwanti (2010) yang menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo I. Pada penelitian Nugroho dan Purwanti (2010) didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar gula darah buruk dan memiliki stres berat. Tingkat stres yang dialami oleh penderita DM akibat perubahan-perubahan fisik maupun psikologis (Smeltzer & Bare, 2002b). Stres yang disertai sikap emosional berdampak pada

ketidakpatuhan penatalaksanaan pengobatan diabetes (Nugroho & Purwanti, 2010; Maghfiroh, 2013). Semakin tinggi stres pada pasien DM menyebabkan semakin banyak permasalahan emosional (Nugroho & Purwanti, 2010). Kondisi tersebut menyebabkan pasien DM tidak taat dalam penatalaksanaan pengobatan DM (Maghfiroh, 2013), sehingga kadar gula darah akan meningkat (Nugroho & Purwanti, 2010).

KESIMPULAN

1. Sebagian besar responden memiliki stres ringan (60%).

2. Sebagian besar responden memiliki kadar glukosa darah 130-200 mg/dl (51,7%).

3. Tidak terdapat hubungan antara kadar glukosa darah puasa dan tingkat stres (p value = 0,137)

SARAN

1. Perawat hendaknya dapat memperhatikan tingkat stres pada pasien, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat.

2. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini hanya menghubungkan tingkat stres dan kadar GDP. Penelitian berikutnya diharapkan dapat meneliti tentang hubungan jenis aktivitas fisik dengan kadar GDP.

3. Pasien

Pasien hendaknya dapat mencari informasi ke petugas kesehatan mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres.

(5)

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 21 DAFTAR PUSTAKA

Damanik, E. D. (2011). Damanik Indonesian Translation Kuesioner DASS 42. Diakses 20 Januari 2016 dari http://www2.psy.unsw.edu.au Depkes RI. (2009). Pedoman Teknis

Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus.

Eliana, F. (2015). Penatalaksanaan DM sesuai Konsensus PERKENI 2015. Diakses tanggal 6 Desember 2016 dari ww.pdui-pusat.com.

IDF. 2015. Diabetes Atlas, Seventh Edition. Online version of IDF Diabetes Atlas: www.idf.org/diabetesatlas

Jamaluddin, M. (2011). Strategi Coping Stres Penderita Diabetes Melitus dengan Self Monitoring sebagai Variabel Mediasi.

Maghfirah, S. (2013). Optimisme dan Stress pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Florence, Vol VI, No. 2, Juli 2013.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, S. A. & Purwanti, O. S. (2010). Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabtes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: UMS.

Oktarina, R., dkk. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah Saat Masuk Rumah Sakit dengan Lama Hari Rawat Pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2013; 2 (2).

PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB PERKENI.

Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan Cetakan Keempat. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Sidartawan.(2007). Diet dan Pola Makan Penyakit DM. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sukardja, I. M. (2013). Stres Berpengaruh

terhadap Gula Darah Pasien yang Mengalami Kegawatan Diabtes Melitus. Skripsi: Politeknik Kesehatan Denpasar.

Widyastuti, W. (2012). Hubungan Antara Depresi dengan Kepatuhan Melaksanakan Diit pada Diabetisi di Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume IV No. 1 Maret, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

In our research, we used point data of convenience living facilities developed by address geocoding of digital telephone directory and point data of future

Diangkat dari cerita sejarah rakyat Indonesia, pembuatan game “Roro Jonggrang: The Legend of Prambanan Temple” berbasis html5 ini dikemba ngkan menggunakan javascript

1) Program pengajaran Penjas Adaptif disesuaikan dengan jenis dan karateristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang

[r]

One day, he increased his average speed by 5km per hour so that he arrived 20 minutes earlier?. Find his usual average speed, in km

Postur punggung terlalu membungkuk dan leher terlalu menunduk menyebabjkan nyeri otot pada leher, bahu punggung dan pinggaang, Kaki tidak tertopang menyebabkan beban

EVALUASI KINERJA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK. MESIN FKIP UNS MENGGUNAKAN METODE

Apakah individu dewasa madya yang matang emosinya dapat menerima perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses menua yang terjadi pada dirinya secara lebih baik dibandingkan