• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana Cara Menulis Buku Fiksi - EDITED.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bagaimana Cara Menulis Buku Fiksi - EDITED.doc"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Prakata

Banyak orang yang ingin menulis novel, namun sering tidak mampu diwujudkan dengan berbagai alasan. Mulai dari merasa tidak mampu hingga tidak sabar menyelesaikan tulisan. Jika Anda punya keinginan besar untuk menjadi seorang penulis, mengapa tidak berusaha mewujudkannya?

E-book ini saya harap bisa memberi sedikit pencerahan. Isinya berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam menuntaskan beberapa novel. Percayalah, tidak ada yang terlalu sulit untuk diwujudkan jika memang Anda berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya. Kerja keras itu dekat sekali dengan keajaiban, itu prinsip saya. Dan Anda akan melihat buktinya jika tidak mudah putus asa.

▸ Baca selengkapnya: bagaimana cara menguasai konsentrasi dalam teknik olah rasa

(2)

Daftar Isi

Prakata 1

Daftar Isi 2

Bab 1. Serba-Serbi Fiksi 4

A. Apa Itu Fiksi? 5

B. Jenis-Jenis Fiksi 6

C. Aneka Genre Dalam Fiksi 8

D. Penulis dan Karya Fiksi Populer 14

Bab 2. Bakat Versus Latihan 20

A. Kelebihan Utama Jika Berbakat Besar 20

B. Apa Guna Latihan? 23

Bab 3. Syarat Mutlak Menjadi Penulis Berkualitas 25

A. Membaca, Membaca, Membaca 25

B. Jangan Hanya Sekadar “Ingin Menulis” 26

C. Disiplin dan Konsistensi 28

D. Sabar 29

E. Tidak Mudah Putus Asa 31

F. Selalu Berpikir “Out of the Box” 33

G. Memilih Waktu untuk Menulis 34

H. Riset, Faktor Penting dalam Sebuah Cerita 36

I. Temukan Gaya Orisinal 38

J. Kreatif Memilih Kata 39

K. Tidak Pernah Takut 41

L. Belajar EYD dan Standar Penulisan yang Bagus 42 Bab 4. Step by Step : Dari Ide Hingga Menjadi Novel 50

A. Menggali Ide 51

B. Menyiapkan Karakter 55

C. Bermain-Main dengan Seting 60

D. Membuat Sinopsis 62

E. Mulai Merangkai Kata 64

▸ Baca selengkapnya: cara mengisi buku mutasi siswa

(3)

Bab 5. Sebelum Mengirim Naskah ke Penerbit 71

A. Kenali Selera Penerbit Terlbih Dahulu 71

B. Kirim Sesuai Ketentuan 74

C. Menunggu dan Tetap Menulis 76

D. Saat yang Tepat untuk Menanyakan Kabar Naskah 77

E. Ditolak atau Diterima? 80

Bab 6. Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan 83

A. Jangan Lupa Promosi 83

B. Pertahankan Eksistensi 84

C. Royalti 86

Bab 7. Yang Tidak Boleh Dilupakan Saat Menulis Fiksi 89

A. Hidup Kadang Lebih Aneh dari Sinetron 90

B. Keunikan adalah Amunisi Terbaik 91

C. Referensi Tak Harus dari Bacaan 93

D. Membangun Cerita yang Proporsional 95

E. Writer’s Block? AH, Itu Sih Cemen! 96

F. Menundukkan Mood 99

Penutup 101

Bonus Cerpen 102

(4)

Bab Satu

(5)

Penulis adalah profesi yang belakangan ini terdengar begitu seksi dan menjanjikan. Banyak orang yang ingin menjadi penulis fiksi dewasa ini. Kalau tidak percaya, coba saja cek di berbagai jejaring sosial. Banyak sekali grup-grup kepenulisan yang sengaja didirikan. Tujuannya antara lain memberi pemahaman yang tepat kepada para anggota bagaimana caranya menulis fiksi.

Saya sendiri baru menghasilkan beberapa buah karya fiksi. Jumlahnya masih sedikit, bisa dihitung dengan jari. Namun saya memberanikan diri membuat tulisan ini. Mengapa? Bukan karena sok tahu, loh! Bukan juga karena merasa sudah hebat. Sama sekali bukan itu alasannya. Saya merangkai kata di sini dengan harapan bisa membagi sedikit saja pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Sehingga―semoga saja bisa bermanfaat bagi orang lain, yaitu pembaca.

Gambar 1. Mendua adalah novel perdana saya yang diterbitkan oleh GagasMedia tahun 2010.

Sumber : dok. pri

Jika kita pergi ke toko buku, rak yang memajang buku-buku fiksi cenderung lebih banyak dibanding buku lainnya. Hal itu memberi indikasi bahwa fiksi merupakan bentuk tulisan yang banyak peminatnya. Istilahnya, fiksi itu nggak ada matinya. Terus berkembang sekaligus digilai.

Fiksi memang selalu menawan. Karena fiksi membawa pembacanya mengarungi luasnya imajinasi. Dan itu bisa menjadi “perjalanan” yang sangat spesial. Efek satu buku terhadap seseorang mungkin tidak akan sama dengan orang lain. Namun akan tetap memberi jejak yang istimewa.

(6)

A.Apa Itu Fiksi?

Secara umum fiksi diartikan sebagai sebuah karya yang didasarkan pada imajinasi penulisnya. Jadi, di sini penulis benar-benar bebas membuat tulisan sesuai dengan kemauannya sendiri. Namun tentu saja harus berpijak pada banyak realita sehingga pembaca tidak merasa tulisan yang dibacanya aneh. Tidak boleh keluar dari logika dan terjadi tanpa penjelasan.

Ada kalanya fiksi juga dipetik dari pengalaman nyata sehingga tidak murni fiktif. Supaya lebih menarik, penulis pun biasanya akan “mendandaninya” dengan berbagai bumbu sehingga menjadi lebih menawan.

Oh ya, ada yang berpendapat keliru dalam membedakan fiksi dan nonfiksi. Fiksi cenderung dianggap ditulis dengan bahasa yang ringan sementara nonfiksi sebaliknya. Padahal, tidak ada korelasi antara keduanya.

Fiksi bisa saja ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan EYD. Tersusun dalam kalimat yang rapi dan baku. Sementara nonfiksi sebaliknya. Itu wajar-wajar saja. Tidak ada aturan kaku yang mengharuskan penggunaan gaya bahasa tertentu. Semua terserah kepada penulisnya.

Menulis fiksi memang mengasyikkan. Salah satunya karena penulis diberi kebebasan untuk berimajinasi. Tidak ada yang melarang Anda untuk menciptakan karakter tertentu. Tidak juga ada yang kuasa menghalangi Anda karena penulislah yang menjadi sutradara untuk kisahnya. Bebas campur tangan dari pihak lain kecuali sedang menulis naskah duet atau diminta melakukan revisi oleh editor. Namun, meski kebebasan di tangan kita begitu luar biasa, bukan berarti kita bisa berlaku seenaknya. Kita tetap harus memastikan bahwa cerita fiksi kita sangat masuk akal.

Intinya, halal saja untuk berimajinasi. Akan tetapi, seliar apapun tetap harus patuh pada akal sehat. Jadi, tidak membuat kita semena-mena memelintir nasib tokoh-tokoh kita. Karena hukum sebab dan akibat itu berlaku, loh. Apa pun yang terjadi, pasti ada alasan yang melatarinya.

Fiksi sendiri tidak melulu berdasarkan bangunan imajinasi penulisnya. Ada juga yang mendasarkan ceritanya pada analisa ilmiah. Apapun pilihan penulisnya, harus memenuhi kebenaran yang logis.

Untuk lebih jelasnya, kita akan jelaskan di bagian selanjutnya. Jadi, jangan berhenti membaca di halaman ini, ya?

(7)

B.Jenis-Jenis Fiksi

Anda pasti hapal tulisan apa saja yang termasuk dalam genre fiksi. Karena memang fiksi sangat diminati. Tapi, ada baiknya kita ulas lagi sekilas seputar topik ini. Ada puisi, prosa, cerpen, novella atau novelet, novel, serta skenario. Masalah seputar ini kadang masih diperdebatkan. Karena ada yang menganggap kalau puisi atau prosa tidak perlu dibedakan, misalnya. Demikian juga sebaliknya.

Tapi memang bila menyebut kata “fiksi”, kita cenderung melekatkannya pada cerpen dan novel. Mungkin karena dua jenis tulisan ini sangat populer di masyarakat. Cerpen nyaris selalu tersedia di media cetak. Mulai dari surat kabar, tabloid, hingga majalah. Sementara novel bertebaran di toko buku.

Apa pembeda utama keduanya?

Sudah pasti terletak pada panjangnya. Sebuah cerpen biasanya ditulis sepanjang 6 hingga 10 halaman A4. Tentunya dengan spasi normal yaitu 1,5 dan huruf Times New Roman 12. Ada beberapa media yang mensyaratkan sedikit berbeda. Mulai dari font dan ukurannya, hingga spasi.

Demikian juga dengan novel. Tiap penerbit memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan persyaratan teknis dalam naskah yang akan diterbitkan. Jadi Anda harus mencermati penerbit yang disasar jika ingin mengirimkan naskah ke sana. Mulai dari genre novel hingga aturan teknisnya.

Pembeda lain cerpen dan novel adalah medianya. Jika ingin cerpen Anda dimuat di media, maka naskah harus dikirim ke media yang menyediakan rubrik cerpen. Sementara novel sedikit berbeda. Naskah novel harus dikirimkan kepada penerbit yang banyak bertebaran di Indonesia. Jika kelak novel Anda diterbitkan, akan menjadi sebuah buku yang pasti akan sangat dibanggakan oleh penulisnya. Tidak perlu berbagi halaman dengan tulisan lain. Istimewa, bukan?

Dalam menulis fiksi, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh penulis. Unsur-unsur itu dikenal dengan nama Unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang secara langsung membangun sebuah karya. Cara mengenalinya sangat mudah karena unsur intrinsik ini akan segera kita jumpai tatkala sedang membaca sebuah karya fiksi.

Unsur-unsur intrinsik ini antara lain : • Tema

(8)

• Penokohan • Seting

• Sudut pandang

Semua unsur di atas dapat Anda temukan ketika membaca sebuah karya fiksi. Tanpa hal-hal di atas, tulisan tersebut tidaklah disebut fiksi. Sebagai contoh, ada alur di setiap tulisan fiksi. Ada beberapa pilihan alur, penulis dibebaskan untuk memilih yang dirasanya paling nyaman.

Ada yang memilih alur maju, mundur, serta gabungan keduanya. Hal tersebut sah-sah saja. Karena memang kadang ada bagian yang mengharuskan penulis untuk melihat peristiwa yang telah lalu atau flashback.

Novel-novel yang saya tulis menggunakan alur campuran. Novel berjudul “Jungkir Balik Dunia Mel” misalnya, mengadopsi alur yang tidak biasa. Mengapa tidak biasa? Karena saya menyusun tiap bab dengan acak. Jika selama ini novel dibuka dengan bab satu, maka saya membukanya dengan bab 4.

Bingung?

Novel ini memang merupakan persembahan istimewa dari saya untuk para pembaca setia. Novel “Jungkir Balik Dunia Mel” ini bisa dibaca dengan dua cara : berdasarkan halaman atau berdasarkan urutan bab. Semuanya sama-sama seru dan memberi efek yang (mungkin) sedikit berbeda.

Gambar 2. Novel “Jungkir Balik Dunia Mel” yang tidak biasa. Sumber : dok. pri

Bila novel ini dibuka dengan bab 4, selanjutnya berturut-turut diisi dengan bab 1, 6, 7, 9, 2, dan seterusnya. Kalaupun dibaca berdasarkan urutan halaman, tidak akan

(9)

detik ini reaksi pembaca cukup positif. Umumnya merasa cara menulis seperti itu cukup unik dan tidak biasa.

Jadi, penulis dipersilakan memilih sendiri bagaimana caranya menyampaikan cerita. Begitu juga dengan sudut pandang. Tidak ada yang melarang Anda untuk menyajikan beberapa sudut pandang berbeda dalam sebuah cerita. Tapi mungkin ini lebih nyaman jika disajikan dalam novel. Karena halaman cerpen yang sangat terbatas membuat penulis agak sulit bereksplorasi.

Setting, tema, serta penokohan pun menjadi kebebasan penulis. (Terkecuali penulis sedang mengerjakan naskah pesanan dari penerbit yang menginginkan cerita tertentu). Ramuan apa pun yang Anda pilih, itu merupakan kekuasaan penulis. Selama proses penyelesaian naskah, tidak ada yang berhak memenjara imajinasi Anda. Lain halnya ketika naskah sudah tiba di meja redaksi dan ada banyak masukan untuk membuat beberapa perubahan. Itu contohnya.

Nah, selain unsur intrinsik juga ada unsur ekstrinsik. Unsur-unsur ini adalah unsur yang berada di luar karya namun secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap tulisan seseorang. Antara lain :

• Sikap, pandangan hidup, atau keyakinan penulis. • Kondisi sosial ketika sebuah karya dibuat

• Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.

Rasanya penjelasan tentang jenis-jenis fiksi sudah cukup, ya? Masyarakat awam pun dengan mudah bisa membedakannya. Karena secara fisik sudah terlihat apa saja membuat satu jenis berbeda dengan yang lainnya. Uraian di atas tidak perlu dihapal, itu hanya paparan dari segi teori belaka. Nah, selanjutnya kita akan lebih fokus pada novel, sesuai dengan judul e-book ini.

C.Aneka Genre dalam Fiksi

Bicara tentang fiksi tentu tidak bisa dilepaskan dari genre yang dianut. Ada banyak genre di dunia fiksi, yang dipilih oleh penulisnya karena berbagai pertimbangan. Ada penulis yang mengkhususkan diri menulis di satu genre saja. Sementara ada pula yang menjajal banyak genre.

Setiap genre memiliki penikmatnya masing-masing. Seseorang bisa saja tertarik pada buku-buku beragam genre, tak hanya terpatok pada satu jenis tertentu belaka. Selera seseorang tentu berperan besar.

(10)

Beberapa genre dalam dunia fiksi antara lain : • Roman

Sesuai dengan namanya, genre ini menitik beratkan pada kisah cinta. Untuk novel-novel yang berasal dari luar negeri, genre ini diselipi dengan aneka bumbu berbau seks yang cukup kental. Untungnya bagi penulis-penulis dalam negeri, novel roman bisa diramu sedemikian rupa tanpa harus melibatkan kontak fisik yang (mungkin) berlebihan. Dapat dikatakan kalau novel bergenre roman adalah jenis bacaan yang abadi. Artinya tidak terpengaruh pada tren yang sedang berlaku di dunia perbukuan. Novel roman mempunyai tempat yang istimewa, tidak pernah kehilangan penggemar selama ini.

Novel-novel karya Ilana Tan tentu saja memenuhi syarat untuk disebut sebagai novel romance. Saya sendiri menulis beberapa novel di genre ini, misalnya saja Mendua (GagasMedia, 2010) dan Cinta Tanpa Jeda (Bukune, 2012)

Komedi

Novel jenis komedi tentu akan membuat pembacanya terhibur dengan rangkaian kalimat yang mengocok perut. Novel kategori ini cukup diminati karena temanya yang ringan dan tidak membuat kepala berdenyut. Pembaca tidak perlu memeras otak untuk mengerti buku yang dibacanya.

Di tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an, Hilman Hariwijaya adalah nama yang sangat populer. Novel-novelnya dengan nama tokoh bernama Lupus digilai anak muda. Saking populernya, Lupus pun diangkat ke layar lebar dan melambungkan nama almarhum Ryan Hidayat.

Sci-fi

Sci-fi merupakan singkatan dari science fiction. Dari nama itu dapat ditebak kan isi novel-novel yang mengusung genre ini? Tidak akan jauh-jauh dari dunia sains dan teknologi.

Sci-fi mengajak pembacanya mengarungi dunia ajaib yang menarik dan mungkin selama ini tidak pernah terbayangkan. Sains memberi banyak sekali kejutan dan “keajaiban” yang tak terduga. Novel sci-fi yang beredar di Indonesia umumnya merupakan terjemahan. Penulis lokal belum banyak yang merambah genre ini. Entah apa alasannya.

(11)

Nama-nama tenar seperti Jules Verne atau Michael Crichton merupakan penulis yang banyak menulis novel genre ini. karya-karya menonjol di lini ini pun banyak juga yang dijadikan film.

Horor

Film horor pasti dipenuhi oleh adegan menakutkan yang membuat bulu kuduk meremang. Oh ya, cerita horor tidak selalu berarti hantu. Novel horor juga bisa diwakili dengan kisah pembunuhan berantai, misalnya. Novel tipe ini banyak yang bermain di bagian psikologis. Jadi, ada banyak tema yang bisa diangkat. Intinya, membuat pembaca “ketakutan”.

Siapa yang bisa mengabaikan nama Stephen King? Puluhan buku yang ditulisnya adalah bergenre horor. Banyak di antaranya yang sudah diangkat ke layar lebar dan sukses di pasaran.

Kalau di film, buah karya M Night Shyamalan adalah contoh yang sempurna untuk menggambarkan kisah horor. Namun Shyamalan tidak memilih adegan penuh darah atau teriakan menakutkan. Akan tetapi dia memainkan sisi psikologis dari penonton. Contohnya di film The Sixth Sense yang dibintangi oleh aktor laga Bruce Willis dan Haley Joel Osment.

Oh ya, agak melenceng dari topik. Ada kisah menarik dibalik pribadi Shyamalan yang pernah ditayangkan oleh sebuah televisi luar negeri. Ceritanya, sebuah stasiun televisi bergengsi meminta izin untuk mewawancarai sang sutradara. Mereka ingin menampilkan profil Shyamalan dalam sebuah film dokumenter. Singkatnya, izin pun didapat.

Dari berbagai hasil investigasi kemudian diketahui kalau sosok sutradara pendiam ini agak misterius. Diketahui pula ketika kecil dia sempat tenggelam beberapa menit di sebuah danau yang terletak di dekat rumahnya. Sebelumnya, ada anak lelaki lain yang mengalami peristiwa serupa di tempat yang sama pula. Konon, sejak itu Shyamalan mengalami perubahan.

Nah, dari berbagai penelusuran ke masa lalunya yang tertutup, kru berita mengambil kesimpulan kalau Shyamalan memiliki indera ke-enam setelah “kembali dari kematian”. Bahkan dia dianggap bisa berbicara dengan orang yang sudah wafat, anak yang tenggelam itu.

Shyamalan akhirnya menolak melanjutkan wawancara dan mengusir kru dari tempat dia membuat film. Bahkan bintang-bintangnya yang tadinya sudah setuju

(12)

untuk melakukan wawancara, mendadak membatalkan persetujuan mereka. Namun hal itu tidak bisa membuat orang berhenti berpikir bahwa dia memang punya “kelebihan”. Film-film yang ditanganinya umumnya memang membahas tentang hal tersebut. Gelap dan membuat merinding.

Gambar 3. M. Night Shyamalan, sutradara berdarah India yang piawai membesut film horor cerdas.

Sumber : imstars.aufeminin.com

Misteri

Umumnya novel misteri merujuk pada cerita ala detektif. Di mana ada misteri yang membingungkan dan baru terungkap di akhir cerita. Di tiap bagian ada clue yang tampak sepele namun menjadi petunjuk bagi pembaca. Dan memang banyak sekali novel detektif yang membuat penasaran.

Bicara tentang novel detektif, berarti bicara tentang Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie. Keduanya menghasilkan tokoh-tokoh detektif terhebat sepanjang masa. Doyle dengan tokoh fenomenal bernama Sherlock Holmes. Sementara Christie dengan Hercule Poirot dan Miss Marple.

Saya agak tertarik membahas kedua penulis hebat ini. Agatha Christie sepertinya tidak setuju dengan cara Sherlock Holmes menyelidiki kejahatan. Holmes biasa datang ke TKP dan juga melakukan penyelidikan dari aspek psikologis. Hal berbeda diterapkan oleh Poirot.

Detektif fiktif yang berasal dari Belgia ini memilih untuk memanfaatkan otaknya yang biasa disebutnya dengan “sel-sel kelabu”. Poirot tidak selalu datang untuk melihat TKP karena dirasanya tidak perlu. Aspek psikologis korban dan lingkungannya yang menjadi titik berat dari penelitian Poirot. Poirot bahkan

(13)

terang-Bukannya ingin membantah pendapat penulis hebat, tapi memang saya lebih setuju dengan pendekatan yang dilakukan oleh Sherlock Holmes. Belakangan ini kan ada banyak sekali tontonan yang menyajikan kisah detektif. Sebut saja Criminal Minds, Castle, Bones, atau CSI.

Dari beberapa serial top di atas, penonton menyadari satu hal. Nyaris mustahil bisa memecahkan sebuah misteri jika tidak datang ke TKP. Para petugas di CSI bahkan menghabiskan banyak rol film untuk memotret semua yang ada di TKP sebagai bahan penyelidikan. Bahkan sering terjadi benda-benda sepele yang sepertinya tidak penting justru membantu memecahkan kejahatan. Belum lagi laboratorium yang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mengolah hasil penyelidikan. Mereka tidak pernah menolak datang ke TKP dan hanya memecahkan misteri dari ruang kerja. Dari sini kita bisa melihat kesamaan ide dengan Sherlock Holmes, kan?

Sejak dulu, Holmes selalu ditempatkan sebagai detektif nomor satu di dunia. Bahkan kisahnya sudah diangkat ke layar lebar dan layar gelas. Versi layar lebarnya dibintangi oleh Robert Downey Jr. yang secara fisik jauh berbeda dengan penggambaran Sir Arthur Conan Doyle. Sementara serial televisinya –menurut saya- jauh lebih menarik. Benedict Cumberbatch sangat pas memainkan tokoh ini. Di tangannya, semua kesinisan, kejeniusan, dan ketidakpedulian Holmes digambarkan dengan sangat sempurna.

Sejarah

Anda pasti sudah bisa menebak isi dari genre ini, kan? Tentu saja novel yang ditulis berdasarkan sejarah yang memang terjadi. Tentunya butuh riset dan penelitian yang mendalam agar tidak salah menuliskan peristiwa apa yang sebenarnya terjadi. Karena bisa menimbulkan perang opini atau protes hebat jika yang ditulis dianggap tidak sesuai kenyataan.

Menulis novel sejarah tidaklah mudah. Dan sudah pasti memakan waktu yang panjang. Jadi memang harus angkat topi untuk para penulis yang sudah memiliki keberanian menulis novel sejarah.

Contoh novel sejarah misalnya Gajah Mada. Penulisnya tentu harus bekerja ekstra keras untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang patih terbesar dari kerajaan Majapahit itu.

(14)

Novel betema petualangan tidak selalu berhubungan dengan perjalanan (travel). Melainkan seputar pengalaman hebat yang mempengaruhi kehidupan tokoh-tokoh utamanya. Menyebut novel petualangan tidak lengkap tanpa membahas buah karya Enid Blyton.

Penulis asal Inggris ini piawai dengan buku-bukunya yang menyasar pembaca cilik dan remaja. Berkisah tentang berbagai petualangan yang menarik. Contohnya adalah novel-novel Lima Sekawan.

Tokoh utamanya adalah empat orang saudara sepupu dengan satu ekor anjing. Mereka bertualang untuk memecahkan kejahatan atau misteri. Perjalanan mereka sungguh mengasyikkan dan membuat pembaca turut terhanyut. Apalagi penggambaran akan pedesaan Inggris yang menjadi setting cerita, sangat memikat. Nah, sudah jelas kalau genre fiksi itu ada cukup banyak. Anda bisa menambahkannya dengan beberapa genre lainnya yang luput dituliskan di sini. Karena pada dasarnya ada cukup banyak genre yang datang dari pemikiran para ahli fiksi. Satu dan yang lainnya kadang berbeda pendapat.

Selain masalah genre, ada juga pembagian novel berdasarkan kategori usia pembaca. Yaitu :

• Buku anak

• Pra remaja (pre-teens) • Remaja (teenlit)

• Dewasa muda (young adult) • Dewasa

Tentu ada rambu-rambu di tiap kategori usia. Misalnya saja di buku untuk usia pra remaja, kurang pas jika membahas tentang cinta, kan? Dalam hal ini tentu saja cinta terhadap lawan jenis. Intinya, cerita disesuaikan dengan tingkatan usia. Lihat saja sekeliling kita, problema itulah yang diangkat.

"Tulislah novel yang paling

membuat Anda merasa bahagia.

Mulai dari genre hingga kategori

(15)

membuat kita nyaman untuk

menulis. Dan biasanya tulisan

pun akan mengalir deras, seakan

berasal dari suatu tempat di

dalam diri kita."

Sekadar saran, tulislah novel yang paling membuat Anda merasa bahagia. Mulai dari genre hingga kategori usia. Karena bahagia itu membuat kita nyaman untuk menulis. Dan biasanya tulisan pun akan mengalir deras, seakan berasal dari suatu tempat di dalam diri kita. Tangan pun mengetik nyaris tanpa henti.

Intinya sama saja dengan pekerjaan lainnya. Segala yang diminati selalu memberi gairah yang besar untuk kita. Jadi, jangan lupa bertanya pada diri sendiri, mana yang paling ingin Anda tulis.

D.

Penulis dan Karya Fiksi Populer

Dulu mungkin pekerjaan sebagai penulis akan dianggap tidak menjanjikan. Sekarang? banyak orang yang menangguk kesuksesan material setelah menulis karya yang fenomenal dan meledak di pasaran.

Sebut saja Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling. Sebelum menulis Harry Potter, Rowling sedang terlilit masalah finansial yang serius. Novel perdananya bahkan sempat ditolak beberapa kali. Dan begitu diterbitkan, novel ini pun mengguncang dunia! Hingga kemudian Harry Potter diangkat ke layar lebar dan menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa. Singkatnya, J.K. Rowling pun menjelma menjadi salah satu wanita terkaya di dunia berkat novel ini.

Kisah senada dialami oleh Andrea Hirata. Novel Laskar Pelangi meledak luar biasa dan mencatat angka penjualan mencengangkan. Laskar Pelangi sendiri merupakan buku pertama dari 4 seri. Laskar Pelangi kemudian difilmkan dan lagi-lagi mencatat angka yang fantastis. Laskar Pelangi ditonton lebih dari 4 juta orang! Sehingga tidak heran kalau film dan bukunya begitu populer.

Memang, menulis novel tidak menjamin akan laku keras. apalagi ada banyak sekali pesaing dengan penerbit yang jumlahnya pun tidak sedikit. Menerbitkan novel di penerbit

(16)

besar tidak berarti akan selalu berimbas pada tingginya angka penjualan. Di lain pihak, menerbitkan novel melalui penerbit kecil tidak menjamin bahwa angka penjualannya jeblok. Tidak selalu seperti itu.

Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada. Novel yang bagus belum tentu laku. Sementara banyak karya-karya kacangan yang laris manis. Faktor penentu bahkan kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak perlu membebani diri untuk menulis novel yang akan meledak. Karena tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Pasar selamanya akan sulit untuk ditebak.

Bicara tentang kesuksesan finansial, tahukah Anda buku apa saja yang menjadi buku terlaris di dunia? Berikut ini beberapa judul buku yang berhasil mencaat angka penjualan yang sangat fantastis dan layak menyandang predikat sebagai buku terlaris dunia.

Harry Potter

Novel dengan tokoh utama seperti judulnya ini terdiri atas tujuh buah buku. Semuanya mencatat angka penjualan yang fantastis. Wajar saja kalau novel ini ditasbihkan sebagai novel terlaris di dunia. Semuanya sudah diterjemahkan ke lebih dari 63 bahasa.

Petualangan Harry Potter, Hermione Granger, serta Ron Weasley merupakan jalinan peristiwa tidak terduga dan penuh kejutan. Melihat aksi ketiganya benar-benar mengasyikkan.

Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada. Novel yang bagus belum tentu laku. Sementara banyak karya-karya kacangan yang laris manis. Faktor penentu bahkan kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak perlu membebani diri untuk menulis novel yang akan meledak. Karena tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Pasar selamanya akan sulit untuk ditebak.

(17)

Gambar 4. Harry Potter adalah ikon dunia sihir yang paling populer di dunia. Sumber : images1.wikia.nocookie.net

The Lord of The Ring

Buku ini merupakan buah karya dari J.R.R. Tolkien yang terdiri atas 3 jilid. Yaitu The Fellowship of The Ring, The Two Towers, serta The Return of The King. Buku ini dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik yang dihasilkan sepanjang masa. Novel ini pula yang dijadikan rujukan oleh beberapa novel bergenre fantasi lainnya yang terbit kemudian. Salah satunya adalah Harry Potter.

Seperti halnya novel-novel populer lainnya, The Lord of The Ring sudah diterjemahkan kedalam puluhan bahasa di dunia. Filmnya pun berhasil memukau jutaan pasang mata sehingga mengantar trilogi ini menjadi salah satu film terlaris sepanjang sejarah.

Disutradarai Peter Jackson, trilogi karya J.R.R. Tolkien ini memang sangat mempesona. Menjadi film kolosal yang sangat megah dengan gambar-gambar yang mencengangkan. Karakter Frodo, Gandalf, dan Aragorn adalah beberapa tokoh yang paling dikenang. Di film ini, Orlando Bloom memerankan karakter Legolas yang menawan. Menurut saya, di sinilah Orlando Bloom tampil dengan fisik paling menawan. Bahkan dibanding aslinya. 

A Tale of Two Cities

Novel ini merupakan karya gemilang dari Charles Dickens. Berhasil terjual hingga ratusan ribu kopi, novel ini menempati tempat yang istimewa di deretan novel-novel yang paling laku.

Mengambil setting di dua kota Eropa yang paling menawan, Paris dan London. Berlatar pada peristiwa besar yang mengubah benua itu, terutama Prancis. Peristiwa itu adalah Revolusi Prancis.

(18)

Novel ini merupakan buah pena dari Harper Lee. Belakangan karya luar biasa ini dinobatkan sebagai salah satu buku yang harus dibaca sebelum mati. Wah, bisa dibayangkan betapa istimewanya, kan?

Buku ini sepertinya memang ditakdirkan untuk mendapatkan kejayaan yang luar biasa. Banyak sekali penghargaan yang berhasil diraih. Yang paling bergengsi tentu saja Pulitzer untuk kategori fiksi di tahun 1961. Di tahun 1999, novel ini kembali meraih penghargaan sebagai “Best Novel of the Century”.

Salah satu keistimewaan novel ini adalah bahasa yang digunakan oleh pengarangnya. To Kill a Mockingbird dibalut kata-kata yang hangat, meski isi di dalamnya sendiri bukan hal-hal sederhana.

The Da Vinci Code

The Da Vinci Code adalah karya gemilang dari Dan Brown yang mengantarnya memuncaki popularitas. Memang isinya menjadi perdebatan yang sangat panjang, namun tidak menyurutkan minat orang untuk membacanya. Kontroversi yang muncul malah menjadi semacam pendorong sehingga orang berbondong-bondong membelinya. Mengapa bisa demikian? Karena tidak ada yang lebih hebat dari rasa penasaran, kan?

The Da Vinci Code bahkan sudah difilmkan dengan bintang utamanya Tom Hanks. Ceritanya mungkin sedikit rumit sehingga membutuhkan konsentrasi penuh saat membaca dan menonton filmnya. Pengekornya pun tidak sedikit, namun seorang pionir selalu di depan, kan?

Nah, buku-buku di atas merupakan produk yang laris di seluruh dunia. Indikasinya adalah terjual hingga ratusan juga eksemplar dan diterjemahkan ke berbagai bahasa dari seluruh penjuru dunia.

Lalu, bagaimana dengan novel di tanah air? Indonesia juga memiliki beberapa penulis top yang mendapat royalti dalam jumlah luar biasa. Itu karena hasil karya mereka laris manis dan dicari para pembaca. Ingin tahu siapa saja mereka serta buku fenomenal yang mereka tulis? Anda pasti sudah familiar dengan nama mereka.

1. Andrea Hirata

(19)

sukses membius para pembaca. Novek-novelnya membuat Anda tertawa dan menangis tanpa gengsi. Hingga saat ini, Laskar Pelangi telah diterbitkan di lebih dari 20 negara.

Laskar Pelangi menempatkan Andrea Hirata sebagai penulis paling top di republik ini. Dan tentunya dengan jumlah penghasilan yang mencengangkan. Dua dari empat kisah pada buku tetralogi Laskar Pelangi telah diangkat di layar kaca. Dan keduanya pun mencatatkan prestasi yang luar biasa, ditonton oleh jutaan pasang mata yang berbondong-bondong datang ke bioskop.

Lepas dari Laskar Pelangi, Andrea Hirata menulis novel lainnya. Dan sepertinya pembaca masih menaruh minat besar terhadap karya-karyanya. Buktinya, Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas pun mampu meraih predikat sebagai novel laris. Meski belum melampaui pencapaian Laskar Pelangi.

2. Habiburrahman El Shirazy

Nama yang satu ini identik dengan novel laris “Ayat-Ayat Cinta” yang kemudian diangkat ke layar lebar. Istimewanya, penulis yang satu ini tidak hanya berprofesi sebagai penulis. Namun juga menjadi dai dan sutradara.

Tak hanya Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy pun menulis beberapa novel yang semuanya menjadi best seller. Ada yang kemudian diangkat ke layar lebar mengikuti jejak Ayat-Ayat Cinta. Sebut saja judul Ketika Cinta Bertasbih dan Dalam Mighrab Cinta. Buku-bukunya yang laris manis diyakini memberi royalti hingga mencapai miliaran rupiah kepada sang penulis.

3. Dewi Lestari

Dulu, masyarakat lebih mengenal Dewi Lestari sebagai penyanyi bersuara indah bersama Rida dan Sita. Trio ini cukup sukses di blantika musik Indonesia. Album pertama kelompok vokal yang juga dikenal dengan nama RSD ini pun terbilang sukses. “Antara Kita” diangkat sebagai judul album untuk memperkenalkan ketiga penyanyi muda ini.

(20)

Gambar 5. Dewi Lestari dan novel perdanya, Supernova. Sumber : kumpulanfoto.net

Penggemar Dewi pun terpana ketika di suatu ketika perempuan ini meluncurkan novel berjudul “Supernova” yang meledak di pasaran. Novel yang banyak mengangkat istilah sains ini pun mengantar Dewi Lestari ke posisi yang berbeda. Dia pun mulai dikenal dengan nama Dee. Yang terbaru, novel Dewi yang berjudul Perahu Kertas diangkat ke layar kaca dan banyak digemari.

4. Raditya Dika

Menyebut nama Raditya Dika tentu tidak bisa lepas dari “Kambing Jantan”. Raditya Dika memulai kariernya dengan menulis di blog. Hingga kemudian tulisannya dibukukan dengan judul Kambing Jantan.

Tulisan-tulisan Raditya Dika selalu diminati pembaca. Gaya bahasanya yang ringan dan cair membuat pembaca tertawa tanpa henti selama membaca tulisannya. Tulisannya dianggap menjadi genre baru di ranah komedi. Kini, masyarakat tidak hanya mengenal Raditya Dika sebagai penulis. Dia juga tampil di televisi dan menjadi bintang iklan.

5. Mira W.

Novel-novel bertema cinta mengingatkan pembaca pada Mira W. Beliau sudah berkarya selama puluhan tahun dengan novel-novel laris. Nama Mira W. menjadi jaminan untuk kisah fiksi roman. Karya-karyanya sudah diangkat ke layar lebar atau layar kaca.

Yang patut diacungi jempol dari Mira W. adalah bahwa beliau masih tetap menyempatkan diri mengaplikasikan ilmunya sebagai dokter. Jadi, selain sebagai novelis produktif yang menghasilkan karya-karya best seller, Mira W. juga masih aktif mengobati pasien. Karena itu, tidak heran kalau umumnya buku-bukunya mengangkat kisah cinta tokoh utama yang berprofesi sebagai dokter.

(21)

Bab Dua

(22)

Apakah Anda sering mendengar pernyataan “1% bakat, 99% latihan”? Umumnya banyak yang berpendapat bahwa hasil yang gemilang bisa dicapai dengan latihan yang luar biasa keras.

Thomas Alva Edison sudah membuktikan itu. Meski hanya bersekolah sebentar dan dianggap sebagai anak yang bodoh, Edison membuktikan sebaliknya. Pihak sekolah dan gurunya boleh saja mengeluarkan Edison dari sekolah. Ayahnya boleh saja memukulnya sehingga menyebabkan ketulian. Namun Edison terlahir dengan anugerah yang besar : sikap pantang menyerah.

Hingga dunia mengenalnya menjadi salahs atu penemu terbesar yang pernah ada. Edison tidak pernah mengeluhkan dunianya yang sepi akibat pendengaran yang terganggu. Bahkan menurutnya, ketulian malah lebih membantunya. Gramofon atau bohlam adalah hasil buah pemikiran dan percobaannya tanpa henti. Edison bahkan berhasil menciptakan telepon, hanya saja dia kalah cepat dari Alexander Graham Bell.

Namun (menurut pendapat pribadi saya), bakat mendapat tempat yang istimewa dalam dunia tulis-menulis. Terutama dunia fiksi. Berikut penjelasan versi saya.

A.Kelebihan Utama Jika Berbakat Besar

Bakat besar adalah karunia tak terhingga bagi Anda yang menekuni dunia fiksi. Mengapa demikian? Karena dengan bakat itu Anda akan menghasilkan karya yang tidak sembarangan.

Coba saja lihat keliaran imajinasi J.K. Rowling! Bukan hal kebetulan kalau dia berhasil menuntaskan 7 buah buku Harry Potter dengan hasil yang gemilang. Dan ketika hasilnya dipindahkan ke layar lebar, penonton pun terkagum-kagum melihatnya. Bagaimana foto-foto yang bergerak itu terasa hidup dan yang utama... tidak terpikirkan! Hantu-hantu yang beterbangan ke sana-kemari.

Menurut saya, orang-orang yang berbakat besar akan menciptakan kisah-kisah unik yang tidak pernah dibayangkan oleh orang lain. Tidak harus kisahnya serba aneh, loh!

(23)

Kisah-berbakat ini memandang persoalan yang sama dengan kita namun dengan cara yang sama sekali berbeda.

Gambar 6. Tak dapt disangkal kalau J.K. Rowling adalah penulis dengan bakat yang sangat besar.

Sumber : www.digitopoly.org

Membaca tulisan mereka membuat kita merasa memasuki dunia yang berbeda dibanding yang kita kenal selama ini. Bakat yang besar menjadikan seseorang istimewa. Tulisan-tulisannya akan mempengaruhi pembacanya dengan luar biasa. Membuat kita diam termangu sambil bertanya dalam hati, “Mengapa orang ini bisa memikirkan hal-hal tertentu dari sudut pemikiran yang berbeda?”

Mengapa saya sengaja menyinggung masalah ini?

Begini, belum lama ini ada semacam polling di sebuah jejaring sosial. Para pesertanya adalah penulis-penulis tanah air. Pertanyaannya sederhana : “Mana yang lebih berpengaruh bagi Anda, bakat atau kerja keras”? Dan umumnya peserta polling menjawab senada dengan “Kerja keras”.

Tidak ada yang salah dengan pendapat itu. Namun bagi saya pribadi bakat adalah hal yang sangat besar untuk diabaikan begitu saja. Kerja keras memang akan mengantarkan seseorang untuk dekat dengan kesuksesan. Namun bakat yang mengalir di dalam pembuluh darah akan menjadi pembeda yang sangat besar.

J.K. Rowling adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa berbakat demikian besar sehingga menghasilkan cerita yang tidak standar. Andrea Hirata pun sama. Ketika membaca suatu karya fiksi, Anda akan merasakannya, kok! Orang yang berbakat tidak akan mudah terseret oleh arus di sekitarnya. Tidak akan mengikuti tren, melainkan menciptakan tren. Menjadi pelopor atau pionir.

(24)

Misalnya saja, seorang penulis buku anak tidak akan menulis cerita tentang peri. Kenapa? Karena sudah ada banyak pendahulunya yang melakukan hal senada. Dia pasti akan mencari ide lain yang lebih segar dan orisinil.

Jadi, kita tidak bisa mengesampingkan bakat sama sekali. Justru harus bersyukur jika kebetulan Anda memilikinya. Karena Anda akan menjadi orang yang mampu menulis hal-hal istimewa dengan cara yang istimewa pula. Mungkin temanya sih tidak luar biasa, tapi caranya mengemas konflik pasti tidak biasa.

Pernah baca novel-novelnya Sidney Sheldon? Anda pasti terpesona dengan caranya mengemas konflik dan menyiapkan ending. Tidak ada kata bosan ketika membaca tulisannya. Ceritanya mengalir lancar, banyak kejutan, penuh konflik. Intinya, mendebarkan. Dan itu menjadi keistimewaan yang luar biasa. Bagi saya, Sidney Sheldon adalah seorang penulis yang sangat berbakat. Novel-novelnya tidak tertebak. Pembaca mengikuti arus liar yang diciptakannya tanpa protes sama sekali. Karena pembaca menikmatinya.

Demikian juga dengan Sir Arthur Conan Doyle. Memang, penulis kisah detektif tidak hanya Tuan Doyle ini. Ada banyak penulis lain yang juga populer. Namun beliau berhasil menetapkan sebuah standar dalam kisah misteri. Para pelaku kejahatan versi Doyle sangat sulit untuk ditebak. Namun ketika terungkap kemudian, semuanya menjadi sangat masuk akal bagi pembacanya.

Sir Arthur Conan Doyle sendiri seorang dokter. Dia menciptakan karakter Sherlock Holmes ini berdasarkan karakter salah satu dosennya. Judul pertama yang dihasilkan adalah A Study in Scarlet. Sir Arthur menyajikan kisah detektif yang cerdas dan tidak lekang oleh waktu. Membaca karya-karyanya harus dengan konsentrasi yang utuh. Karena selalu ada clue yang akan menjawab berbagai pertanyaan. Kisah-kisah yang disajikan pun masih tetap dapat dinikmati di zaman ini.

Sir Arthur Conan Doyle sangat memperhatikan detail cerita. Hal itu yang kadang terlupakan oleh penulis lain. Setiap kalimat tidak ditulis dengan sia-sia karena selalu mempunyai korelasi dengan cerita.

Itulah sebabnya tulisan Sir Arthur Conan Doyle tidak terlupakan, meskipun Sherlock Holmes sendiri sudah diluncurkan lebih dari seratus tahun silam. Begitupun dengan J.K. Rowling. Dunia pasti akan mengenang hasil buah penanya yang sangat fenomenal itu. Tidak diragukan lagi!

(25)

Gambar 7. Ini dia wajah Sir Arthur Conan Doyle, pengarang genius yang menciptakan karakter detektif nomor satu, Sherlock Holmes.

Sumber : www.leninimports.com

B.Apa Guna Latihan?

Bagaimana jika kita tidak pernah merasa berbakat? Apakah sebaiknya memilih profesi lain di luar penulis? Wah, jangan putus asa dulu! Seperti yang sudah saya singgung tadi, banyak penulis yang berpendapat kalau mereka sukses karena kerja keras. Dan memang hal ini tidak bisa dibantah.

Lalu, apakah saya plin-plan karena di atas menyinggung tentang bakat?

Tidak. Saya hanya berpendapat bahwa bakat seharusnya mendapat penghargaan yang cukup besar. Tidak diabaikan begitu saja. Di luar bakat, latihan adalah hal terpenting lainnya. Latihan membuat kemampuan seseorang menjadi lebih baik. Tanpa latihan, akan sulit untuk meningkatkan kemampuan.

Dalam setiap bidang pekerjaan, latihan memegang peranan penting. Contoh yang paling mencolok adalah para olahragawan. Untuk satu kali pertandingan (apa pun olahraganya) membutuhkan latihan yang berkesinambungan selama bertahun-tahun. Susi Susanti tidak serta merta menjadi atlet bulutangkis wanita terbaik yang dimiliki negeri ini tanpa latihan keras.

Begitu juga dengan pemusik, misalnya. Musikus terkenal di luar sana mustahil bisa memiliki keterampilan yang tinggi jika tidak mengasah kemampuannya. Cara apa lagi yang terbaik selain berlatih?

Begitu juga dengan menulis. Jarang sekali ada orang yang langsung mampu menulis dengan indah di kesempatan pertama. Sangat wajar andai ada banyak kekurangan di sana-sini. Dan tidak ada langkah lebih tepat untuk memperbaikinya selain berlatih, berlatih, dan berlatih. Hingga perlahan tapi pasti Anda menapak ke tangga yang lebih baik lagi. Mencapai tingkat yang lebih tinggi.

(26)

Kombinasi antara bakat dan kerja keras itu akan menghasilkan prestasi yang tidak main-main. Jika selama ini Anda merasa tidak mendapat bakat yang cukup, bukan berarti harus melangkah mundur. Saatnya untuk beralih kepada kerja keras dan mulai berlatih dengan serius. Satu hal yang perlu diingat, kerja keras itu mendekatkan Anda pada kejaiban. Percayalah! Ada banyak orang yang telah membuktikannya.

Contohnya begini, ada penulis yang terpaksa menelan pil pahit karena penolakan bertubi-tubi. Lalu, apakah kita harus putus asa? Wah, jangan! Justru harus bekerja lebih keras untuk mendapat hasil yang lebih baik. Karena pada akhirnya Tuhan Yang Maha Baik akan melihat usaha kita. Dan memberi kesempatan yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Percayalah!

(27)

Bab Tiga

Syarat Mutlak Menjadi Penulis

Berkualitas

(28)

Mungkin Anda yang membaca judul di atas akan mencibir dan berkata, “Siapa sih kamu?”. Saya memang bukan penulis terkenal yang memiliki puluhan novel best seller. Setidaknya belum. Tapi ada satu hal yang bisa saya tegaskan, bahwa saya selalu berusaha menulis dengan kualitas yang baik. Tidak pernah asal-asalan hanya sekadar untuk memenuhi target belaka.

Wajar kan jika kita mempunyai idealisme seperti itu? Karena itu yang akan membedakan diri kita dengan orang lain. Sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa kualitas kadang tidak berkolerasi dengan laris manisnya suatu novel. Novel yang bagus belum tentu laku keras di pasaran. Di lain pihak, novel yang berkali-kali cetak ulang pun belum tentu memenuhi kualitas sebagai bacaan yang bermutu.

Nah, jika ingin menghasilkan karya yang berkualitas, ada “harga” yang harus kita bayar. Mahalkah? Sebenarnya, TIDAK. Karena lebih berhubungan dengan keinginan dari diri sendiri. Apa sajakah?

A.Membaca, Membaca, dan Membaca

Menjadi seorang penulis harus mau dengan ikhlas menghabiskan banyak waktunya untuk membaca. Rasanya mustahil seorang penulis tidak menyukai kegiatan membaca. Karena itu berarti dia bukan penikmat dunia tulis-menulis. Lalu, bagaimana mungkin dia berharap akan mendapat atensi tatkala terjun sebagai penulis?

Gambar 8. Membaca adalah syarat mutlak bagi seorang penulis. Sumber : 3.bp.blogspot.com

Cobalah tanyakan kepada para penulis senior di luar sana. Apa yang kira-kira membuat mereka mampu menulis dengan indah? Jawabannya tidak akan jauh-jauh dari

(29)

membaca, Anda mentransfer ilmu seseorang hingga menjadi bagian dari diri Anda. Dan ilmu itu diambil terang-terangan.

Dengan membaca, Anda tentu bisa melihat bagaimana cara penulis lain mengungkapkan pendapatnya. Pilihan kata, kalimat, serta informasi yang disajikan tentu akan sangat berguna bagi Anda. Karena dari situ Anda belajar untuk mengetahui bagaimana cara yang nyaman dan tepat untuk mengungkapkan pendapat Anda melalui bahasa tertulis. Dalam hal ini novel.

Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula perbendaharaan kata. Demikian juga dengan tema, plot, atau sudut pandang. Semuanya bisa didapat dengan menghabiskan waktu menikmati rangkaian kata yang dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar sana. Pengetahuan itu mungkin Anda rasa tidak terlalu dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari dia akan mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba saatnya, pengetahuan itu akan muncul dan menuntun Anda dalam membuat tulisan.

Yakinlah, itu yang terjadi dengan banyak orang!

Membaca tidak akan pernah merugikan Anda. Tidak asing kan, dengan istilah “Buku adalah jendela dunia”. Artinya, dengan membaca kita akan dibawa ke dunia khayal yang indah. Atau ke tempat-tempat yang selama ini hanya dinikmati di peta. Intinya, membaca akan membuat Anda bisa melihat ke seantero dunia dengan bermodal buku-buku tertentu. Dan rasanya sangat mengasyikkan!

Jadi, modal utama kalau ingin menjadi penulis yang mumpuni adalah rajin membaca. Jadikan kegiatan ini sebagai salah satu kebutuhan primer dalam hidup Anda. Bukan sekadar kegiatan sampingan yang kurang bermakna. Ketika membaca menjadi salah satu kegiatan

Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula perbendaharaan kata. Demikian juga dengan tema,

plot, atau sudut pandang. Semuanya bisa didapat dengan menghabiskan waktu menikmati rangkaian kata yang dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar sana. Pengetahuan itu mungkin Anda rasa tidak terlalu dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari

dia akan mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba saatnya, pengetahuan itu akan muncul dan

(30)

utama, dampaknya akan begitu besar bagi diri Anda. Terutama untuk mewujudkan mimpi menjadi penulis berkualitas. Cobalah!

B.Jangan Hanya Sekadar “Ingin Menulis”

Seperti yang saya singgung di depan, menulis menjadi kegiatan yang cukup seksi belakangan ini. Kebayang kan kalau seorang cowok melihat lawan jenis yang memenuhi standar sebagai makhluk seksi? Pasti inginnya memberi perhatian yang lebih. Minimal melihat dengan antusias.

Begitu juga dengan aktivitas menjadi penulis.

Kini, banyak sekali orang yang ingin menjadi penulis. Itu hal yang wajar. Namun sebaiknya temukan alasan yang jelas dan masuk akal, mengapa Anda menginginkan pekerjaan ini. Banyak kok penulis di luar sana yang tetap mempunyai pekerjaan tetap di luar profesinya sebagai penulis. Sementara tidak sedikit pula yang memilih untuk menjadi pengukir kata dengan total.

Apa sebenarnya yang mendasari keinginan Anda menjadi penulis? Apakah karena tergiur materi, ingin populer, atau merasa memang berbakat? Alasan boleh saja beragam, tapi (menurut saya) penulis harus memiliki ketertarikan besar pada pekerjaan ini.

Kenapa? Karena tanpa ketertarikan yang luar biasa, Anda mungkin suatu hari akan memutuskan bahwa pekerjaan ini tidak menarik lagi. Atau mungkin terlalu berat untuk dijalani. Karena memang ada tantangan besar di sini. Dan kadangkala penghalang terbesar berasal dari diri sendiri loh!

Segala sesuatu yang sifatnya hanya ikut-ikutan saja, tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena akan ada seleksi alam yang menjadi penyaringnya. Mana yang benar-benar tertarik, biasanya akan bertahan. Sementara yang hanya menjadi pengekor tidak akan bisa mempertahankan gairah menulisnya agar tetap menyala.

Apa pun pekerjaan yang kita pilih, rasa cinta itu harusnya berada di peringkat pertama. Kalau ada yang bertanya alasannya, sederhana saja. Karena cinta akan memberi kita kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi apapun tantangan dan rintangan di luar sana. Nah, cinta ini yang menjadikan segalanya terasa lebih mudah untuk kita. Sehingga tidak ada tuh yang namanya putus asa.

Misalnya begini, Anda terbiasa menulis novel romantis. Tiba-tiba ada tantangan baru dari penerbit untuk membuat novel bergenre misteri. Meski itu hal baru untuk Anda, namun

(31)

Anda pasti tidak keberatan untuk menjawab tantangan tersebut. Dan tidak langsung menyerah begitu disodori kesempatan.

Rasa cinta yang tidak cukup juga yang membuat seseorang tidak pernah menyelesaikan tulisannya. Di awal sudah begitu bersemangat akan menggarap novel dengan jumlah minimal 150 halaman. Sayang, belum sampai menyentuh halaman lima puluh, sudah beralih ke novel lain yang –menurutnya- akan lebih hebat. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya tidak ada satu karya pun yang bisa tuntas dengan sempurna. Semua terkatung-katung tanpa penyelesaian.

Kebetulan saya banyak menemukan tipe penulis seperti itu. Sayang sekali, kan? Jadi, tanyakan pada diri sendiri tentang kecintaan Anda terhadap dunia tulis-menulis. Apakah memang ada cukup banyak gairah di dalam diri Anda? Atau hanya ingin seperti orang lain di sekitar Anda, teman Facebook misalnya? Karena menyelesaikan tulisan sesuai deadline itu merupakan tantangan yang luar biasa, loh! Dan banyak orang yang akhirnya bertekuk lutut di tengah jalan.

Gambar 9. Menyelesaikan deadline tidaklah mudah. Dan ini menjadi tantangan tersendiri.

Sumber : www.theminorityreport.com

Selain itu, bila hanya sekadar ingin menulis saja tidak akan pernah menjadi “bahan bakar” yang mumpuni untuk menghasilkan tulisan yang cantik. Karena sudah terjebak pada pola “ala kadarnya”

Sekali lagi, milikilah alasan yang kuat untuk menjadi penulis. Sehingga Anda akan benar-benar mengisi tulisan-tulisan Anda dengan gairah, harapan, dan keindahan. Dan pembaca akan bisa merasakannya.

(32)

C.Disiplin dan Konsistensi

Di setiap profesi yang digeluti manusia, disiplin dan konsistensi itu hukum wajib yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Begitu juga jika Anda ingin menjadi penulis. Apalagi jika hendak menulis novel. Karena novel bukan hanya beberapa halaman, melainkan menyentuh angka ratusan lembar. Bayangkan jika Anda tidak memiliki disiplin yang memadai dan konsistensi yang bisa diandalkan, apa jadinya naskah novel itu? Kemungkinan besar tidak akan pernah selesai. Anda mungkin tidak akan pernah menuliskan kata “Tamat”, “Fin”, atau “The End” di halaman terakhir.

Katakanlah Anda ingin menulis novel setebal 150 halaman. Tulisan sebanyak itu tidak akan mungkin diselesaikan dalam waktu semalam. Akan butuh waktu panjang untuk menyelesaikannya. Semuanya tentu tergantung pada kemauan dan kecepatan menulis seseorang. Dan tiap penulis membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Ada yang butuh beberapa hari, sebulan, dua bulan, hingga waktu yang lebih panjang lagi. Belum lagi jika penulis memiliki kesibukan lain yang menyita waktu sehingga membutuhkan pengaturan khusus pula. Faktor kesulitan dalam novel juga memberi andil. Jadi, ada banyak faktor yang mungkin menjadi penghambat.

Nah, ini tantangan besar untuk Anda. Jika memang kecintaan pada dunia menulis dmikian besar, tidak ada penghalang yang cukup kuat untuk menghentikan Anda. Dengan kedisiplinan yang tinggi Anda bisa mengatur waktu yang lebih baik sehingga tidak ada yang harus dikorbankan.

Bagaimana dengan konsistensi? Poin ini menjadi kunci keberhasilan jika semua orang berpegang teguh padanya. Apa pun pekerjaan yang dilakukan. Termasuk menjadi seorang penulis. Dan memang tidak mudah.

Menjaga irama agar pekerjaan tetap bisa diselesaikan itu bukan perkara gampang. Akan ada banyak sekali godaan yang menggiurkan. Ibaratnya ketika sedang berdiet ketat untuk menurunkan berat badan, ada banyak makanan penggoda yang bisa membuat air liur menetes. Cokelat, es krim, kripik, hingga junk food.

Semua godaan dan halangan baru akan bisa dilewati jika kita disiplin dan konsisten menjalaninya. Dan semuanya hanya berarti satu hal: menundukkan diri sendiri! Konsistensi yang membuat Mira W. berhasil menulis puluhan novel selama puluhan tahun. disiplin juga yang membuat beliau mampu membagi waktu dengan adil, menulis tanpa meninggalkan profesinya sebagai dokter.

(33)

D.

Sabar

Menjadi penulis berarti harus sabar. Itu syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kenapa? Tanpa kesabaran mustahil sebuah novel bisa dituntaskan karena membutuhkan waktu. Anda yang tidak sabar sering malah berpindah ke ide lain karena tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk menuntaskan sebuah naskah. Akibatnya, naskah tidak pernah selesai dan hanya menggantung begitu saja. Sayang sekali, bukan? Padahal Anda hanya perlu sedikit menahan diri.

Ya, tahanlah semua gairah untuk menulis naskah baru jika masih ada naskah yang belum selesai. Memang, itu akan terasa sangat menyiksa. Namun Anda tidak punya pilihan lain. Latih terus kesabaran dan bertahanlah di tengah “ketersiksaan” itu. Hanya dengan demikian maka naskah Anda bisa selesai.

Betapapun menariknya sebuah ide baru, lakukan satu hal saja! Tulis ide tersebut dalam catatan khusus sedetail mungkin. Jangan sampai ada yang terlupa. Lalu, simpan catatan tersebut baik-baik. Katakan pada diri sendiri bahwa ide itu akan mendapat giliran nantinya, setelah pekerjaan Anda tuntas. Bila mungkin, beri tenggat waktu yang masuk akal dan bisa Anda patuhi. Dengan begitu Anda tahu bahwa ide keren tadi akan mendapat gilirannya. Dan selama menunggu itu, selesaikan naskah yang masih tersisa. Bersabarlah dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga naskah Anda mendapat perlakuan yang semestinya. Bukan serba terburu-buru.

Bahkan naskah yang sudah selesai pun bukan berarti bebas dari ketergesaan. Banyak loh novel di pasaran yang kesannya diselesaikan dengan tergesa-gesa. Dan biasanya pembaca bisa merasakan itu.

Apa indikasinya?

Mudah saja. Jika ada konflik yang belum dituntaskan atau pun masih menyisakan pertanyaan karena terasa masih mengganjal, itu berarti sang penulis tidak cukup sabar untuk menyelesaikan semuanya. Alasannya bisa macam-macam. Entah karena keterbatasan waktu akibat mepetnya deadline. Atau bisa juga karena sudah tidak bisa menahan diri untuk segera beralih ke naskah baru.

Ketidaksabaran membuat naskah kita menjadi “cacat” di (biasanya) bagian akhir. Sayang sekali, kan? Setiap naskah yang kita tulis adalah istimewa. Pastikan mereka mendapatkan segenap perhatian dan kasih sayang yang berlimpah. Sehingga dengan demikian Anda menghasilkan kisah yang menyelusup ke dalam kalbu tiap pembacanya. Bukankah itu yang diinginkan setiap penulis?

(34)

Setelah naskah selesai dan dikirim ke penerbit, saatnya kesabaran seorang penulis benar-benar diuji. Karena akan butuh waktu hingga beberapa bulan untuk mendapat jawaban. Tidak jarang malah tidak ada balasan sama sekali dari penerbit apakah naskah diterima atau ditolak. Menyebalkan, ya? Setidaknya kalau ada kabar yang pasti, penulis tahu bagaimana harus bersikap. Kalau ditolak, berarti selanjutnya akan direvisi dan dikirim ke penerbit lainnya. Begitu seterusnya.

Umumnya, kabar dari penerbit datangnya dalam hitungan bulan. Namun ada juga yang lebih cepat atau lebih lamban. Ada juga yang sudah menandatangani SPP, namun belum terbit juga. Sehingga memang menjadi seorang penulis membutuhkan stok kesabaran yang sangat besar.

Tahukah Anda kalau mengirim naskah ke sebuah majalah khusus cerpen bisa memakan waktu hingga lebih setahun hingga dimuat? Sementara untuk novel bisa jauh lebih cepat dari itu. Tapi memang begitulah prosedurnya. Jadi memang seorang penulis wajib memiliki kesabaran yang tinggi. Oh ya, selagi menunggu naskah kita mendapat kabar yang semoga saja baik, teruslah menulis naskah lain. Jangan terpaku pada naskah yang sudah dikirim itu. Biarkan naskah kita menemukan takdirnya sendiri karena pada titik itu penulis sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Prinsipnya begini saja, Anda sudah bekerja keras hingga naskah setebal ratusan halaman pun tuntas. Anda juga sudah mengupayakan untuk mengirimkannya kepada penerbit idaman. Kini biarkan Tuhan memberikan keputusan yang terbaik bagi Anda. Jadi, tunggulah dengan sabar. Dan supaya masa menunggu itu tidak menyiksa, sibukkan diri Anda untuk menulis naskah lain yang tak kalah bagus.

E. Tidak Mudah Putus Asa

Ketika sedang menghadapi suatu masalah, pernahkah Anda merasa putus asa? Tolonglah, jangan pernah memilih berada di posisi itu. Keputusasaan tidak akan memberikan

Selagi menunggu kabar tentang naskah kita yang dikirim ke penerbit, teruslah menulis naskah lain. Jangan terpaku pada naskah yang sudah dikirim. Biarkan naskah kita menemukan takdirnya sendiri.

(35)

kebaikan. Yang ada hanyalah belitan persoalan baru tanpa menyelesaikan masalah yang sudah tercipta.

Seorang penulis juga kadang merasa mentok dengan tulisannya. Itu sesuatu yang sangat normal, kok. Semua penulis pasti pernah mengalaminya. Yang penting, jangan sampai merasa putus asa dan berhenti menulis. Kesulitan itu datang untuk dihadapi, bukan untuk dihindari. Menghindar tidak akan membantu sama sekali. Justru segala masalah itu harus ditaklukkan agar tidak menggeroti Anda.

Jadi, jangan kalah dengan naskah yang “bermasalah”. Selesaikan hingga tuntas, jangan ditinggal begitu saja. Jika memang perlu, ambil jeda sejenak untuk menarik napas selama beberapa saat. Bisa satu atau dua hari. Bisa juga satu atau dua minggu. Tapi, jangan terlalu lama. Setelah itu, silakan selesaikan naskah Anda dengan baik. Sejenak berjauhan dengan si naskah akan mengembalikan semangat dan kejernihan pikiran Anda. Jadi, jangan pernah merasa putus asa!

Karena menjadi penulis itu harus memiliki mental yang kuat dan tahan banting. Tidak boleh cengeng dan mudah menyerah. Seorang penulis dituntut untuk selalu optimis dan punya semangat yang terus berkobar. Dalam prosesnya nanti, akan menjadikan Anda seorang penulis yang matang.

Gambar 10. Kalaupun naskah Anda ditolak, jangan sedih! Bahkan John Grissom pun mengalaminya.

Sumber : 1.bp.blogspot.com

Banyak penulis yang merasa kecewa dan hampa begitu naskahnya mendapat penolakan. Hei, jangan lakukan itu pada diri Anda! Bahkan J.K. Rowling atau John Grisham pun pernah ditolak berkali-kali sebelum naskah mereka menemukan “jodoh” yang serasi. Ya, mencari penerbit yang sesuai dengan naskah Anda memang tidak mudah. Mirip dengan proses pencarian jodoh. Apa yang semula Anda rasa akan sangat tepat, ternyata malah

(36)

Ketika naskah diterima, Anda pasti akan merasa sangat bahagia, kan? Saya pun sama. Bahkan waktu itu saya kehabisan kata-kata dan telinga mendadak tuli. Saya tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh pihak penerbit. Memalukan, tapi hati saya selalu hangat bila mengingat momen itu.

Apa yang terjadi ketika naskah ditolak? Kecewa, itu pasti. Silakan kalau Anda ingin “menangis semalam’ seperti judul lagunya Audy Item. Namun jangan lama-lama, cukup semalam saja. Besoknya? Ada banyak pilihan. Kalau merasa yakin naskah Anda cukup bagus, silakan kirim ke penerbit lainnya yang kira-kira sesuai. Jika ingin memoles naskah agar kian kinclong, tidak masalah juga Anda melakukan revisi dulu. Setelah itu? Kembali kirim ke penerbit lain!

Jangan pernah berhenti hanya karena naskah Anda ditolak!

Naskah “Jungkir Balik Dunia Mel” sebelumnya pernah saya kirim ke sebuah penerbit top. Setahun berlalu, tanpa kabar yang jelas. Saya yakin naskah tersebut ditolak. Akhirnya, saya kirim ke Bentang Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5 jam saja!

Naskah “Jungkir Balik Dunia Mel”

sebelumnya pernah saya kirim ke sebuah

penerbit top. Setahun berlalu, tanpa kabar

yang jelas. Saya yakin naskah tersebut

ditolak. Akhirnya, saya kirim ke Bentang

Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5

jam saja!

(37)

Memang, ada sedikit revisi yang harus saya lakukan. Tapi tentu saja tidak mengurangi kegembiraan yang meluap-luap. Hingga akhirnya novel itu pun terbit dan terpajang dengan manis di toko buku.

Novel pertama saya memiliki cerita juga. Awalnya naskah itu saya ikutsertakan di sebuah lomba. Bodohnya saya, tidak memperhatikan penerbit yang menjadi penyelenggara acara tersebut. Novel saya bertema metropop, tentu dengan fokus utama pada kisah cinta tokoh utamanya. Sementara penerbit yang saya kirimi mengkhususkan diri pada naskah bertema Islami.

Terbayangkan hasilnya? Naskah saya gagal dengan gilang-gemilang.

Akhirnya, naskah tersebut saya revisi. Awalnya, saya tidak punya keberanian untuk mengirimkan naskah itu. (Please, jangan dicontoh, ya?). Tapi suami saya terus menyemangati. Akhirnya saya pun mengirimkan naskah itu ke GagasMedia. Dan tidak banyak berharap. Lalu tiba-tiba saja... surprise! Tiga minggu kemudian saya dihubungi dan naskah saya akan segera diterbitkan oleh Gagas. Maka, lahirlah novel perdana yang sangat saya sayang, “Mendua”.

Nasib perjalanan naskah “Black Angel” dan “Loves in Insa-Dong” tidak dramatis apalagi berliku. Lain halnya dengan novel keempat saya, “Cinta Tanpa Jeda”. Naskah novel ini merupakan salah satu tulisan yang paling berkesan untuk saya. Karena ceritanya berdasarkan kisah nyata salah satu orang terdekat dalam hidup saya. Tapi sayang, rasa pede saya akan kualitas ceritanya tidak sebanding dengan penilaian penerbit. Naskah ini mendapat penolakan oleh 5 buah penerbit! Hingga akhirnya saya mengirimkan kee redaksi Bukune. Seminggu kemudian, tanpa terduga saya dihubungi via email dan dikabari kalau naskah tersebut diterbitkan.

Apa poin dari kisah di atas?

Kesabaran itu pada akhirnya akan membawa kebaikan. Percaya dan yakini itu! Jadi, penolakan dari suatu penerbit tidak perlu menyurutkan langkah kita. Jangan pula berpendapat bahwa pintu penerbit top tertutup untuk Anda karena “hanya” seorang pemula. Semua penulis top di luar sana pun pernah ada di posisi Anda, menjadi pemula. Selalu ada yang pertama untuk segala hal, kan?

(38)

F. Selalu Berpikir “Out of the Box”

“Saya bisa melihat lebih jauh dari orang lain karena saya berdiri di atas bahu raksasa” (Sir Isaac Newton).

Kata-kata Newton itu memberi gambaran yang tepat. Dengan berdiri di atas “bahu raksasa”, berarti dia berdiri di tempat yang lebih tinggi dibanding manusia lain. Artinya lagi, jarak yang bisa dilihatnya tentu lebih jauh dibanding yang lain. Maka tidak heran kalau Newton bisa “melihat” banyak hal yang selama ini tidak pernah diketahui oleh orang lain. Sehingga tidak berlebihan jika pemikirannya menjadi lebih maju, kan?

Sebelum Newton menemukan faktanya, manusia menganggap bahwa sinar matahari hanya terdiri dari satu warna belaka. Namun kemudian salah satu ilmuwan terbesar yang pernah diciptakan Tuhan itu membuktikan sebaliknya. Sinar matahari justru merupakan campuran dari aneka warna. Bahkan apel yang jatuh dari pohonnya pun memberi ide besar yang sangat luar biasa dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Ya, itulah yang disebut dengan gravitasi, saudara-saudara!

Sir Isaac Newton ini adalah contoh yang menarik. Kita bisa menjadikan sosoknya sebagai rujukan. Dia berhasil melihat banyak hal-hal sederhana dan menemukan rahasia besar di baliknya. Kita tidak mesti berotak jenius seperti beliau, namun caranya untuk selalu berpikir “out ofthe box” itu yang harus ditiru.

Gambar 11. Berpikir out of the box itu sangat penting bagi seorang penulis. Sumber : qualityjunkyard.cim

Jadi, seperti cahaya yang terlihat jelas warnanya itu, jangan terlalu mudah percaya bahwa memang demikianlah adanya. Syarat utama menjadi orang yang berpikir berbeda dari orang lain adalah tidak mudah percaya pada apa yang dilihat dan dirasa. Wah, mirip kayak sifat orang paranoid, ya?

(39)

terus kemampuan ini saat akan menulis fiksi. Kita diizinkan kok untuk menjungkirbalikkan cerita sedemikian rupa. Syaratnya hanya satu: masuk akal. Karena di situlah poin besar yang tidak boleh diabaikan.

G.

Memilih Waktu untuk Menulis

Langkah selanjutnya yang penting dilakukan untuk menjadi penulis yang berkualitas adalah manajemen waktu. Anda harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga bisa tetap menulis. Seharusnya, menulis memang dilakukan setiap hari, tidak peduli berapa banyak yang bisa ditulis.

Jika Anda tidak memiliki kesibukan lain di luar menulis, tentu tidak masalah. Lain halnya jika masih harus bekerja sebagai karyawan kantoran. Atau disibukkan dengan aktivitas mengurus rumah dan keluarga. Jangan dikira menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mudah, loh!

Karenanya, Anda harus pintar-pintar membagi waktu. Targetkan berapa jam sehari Anda harus menulis, dan lakukan itu dengan disiplin. Seorang penulis senior biasa menulis setelah jam 9 malam.

Itu karena beliau harus bekerja dan setelah pulang ke rumah pun tidak ingin melewatkan waktu bersama anak-anaknya. Setelah anak-anak tidur, barulah beliau mulai menulis. Penulis terkenal ini tetap bisa produktif. Padahal beliau hanya fokus menulis beberapa jam saja setiap harinya. Tidak pernah terjaga sampai pagi. Namun karena sudah terbiasa dan melakukannya dengan disiplin, beberapa jam pun bisa menjadi sangat efektif. Buku-bukunya tidak henti terbit.

Saya pribadi tidak bekerja di kantor. Namun sebagai seorang ibu rumah tangga, beban pekerjaan justru tidak ada habisnya. Mengurus keluarga itu sama seperti tetap aktif selama sehari penuh. Seorang ibu harus memastikan semua kebutuhan anggota keluarga terpenuhi dengan baik. Mulai dari makanan, pakaian, mengatur waktu mereka untuk bermain serta belajar. Semua harus diawasi sebaik mungkin. Namun kita masih bisa “mencuri” waktu untuk menulis dengan rutin.

Beberapa teman saya malah sangat mengagumkan. Memiliki anak usia balita bahkan ditambah dengan bayi, mereka tetap bisa produktif menulis. Sementara saya dengan dua anak usia 5,5 dan 13 tahun saja pun kadang masih merasa kerepotan. Padahal anak-anak tergolong mandiri dan tidak merepotkan.

(40)

Tapi, apakah lantas menyerah? Tidak, kan? Sekali lagi, ini tidak berhubungan dengan orang lain. Melainkan bagaimana caranya menundukkan diri sendiri. Saya pribadi terbiasa menyalakan laptop seharian. Jika ada tugas domestik yang memanggil, tinggalkan saja sejenak. Setelah selesai, saya pun kembali berkutat dengan pengerjaan naskah. Jika mengantuk? Beristirahat dulu. Intinya, tidak memaksakan diri jika memang kondisinya tidak memungkinkan.

Saya pernah memaksakan untuk menulis di saat mata sudah begitu berat. Ketika kemudian dibaca kembali, satu halaman berisi kalimat-kalimat aneh yang tidak berhubungan dan tentu saja sangat berantakan. Jadi, memaksakan mata tetap terjaga ternyata hanya perbuatan sia-sia belaka. Di lain kesempatan, saya tidak mau mengulangi kebodohan ini. istirahatlah ketika memang sudah waktunya.

Berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman lainnya, penentuan waktu ini sangat penting. Jadi, pilihlah waktu yang paling nyaman untuk Anda mulai menulis. Jangan mengikuti versi nyamannya orang lain. Karena Anda tidak sama dengan mereka. Tapi pilih yang paling tepat dan masuk akal untuk diri Anda. Jadikan kebiasaan setiap harinya. Dan disiplinlah dalam melakukannya.

H.

Riset, Faktor Penting dalam Sebuah Cerita

Seseorang penulis kadang merasa keren jika menyelipkan suatu fakta pengetahuan yang (mungkin saja) belum banyak diketahui orang lain. Sah-sah saja bila ingin melakukan hal itu. Saya pun pernah sangat tertarik melakukannya sehingga menyertakan catatan kaki di naskah yang saya kerjakan.

Tujuannya sih mulia, supaya pembaca bisa mendapat ilmu yang bermanfaat. Idealnya memang kita menuliskan cerita yang hanya numpang lewat tanpa memberi pencerahan atau pengetahuan baru pada pembacanya. Jika ingin melakukan itu, pastikan semua dalam porsi yang tepat. Tidak berlebihan karena bisa jadi kesannya malah Anda sok pintar. Lagian, segala yang lebai itu malah tidak keren, kan?

Supaya bisa memberikan informasi yang tepat, sangat penting untuk melakukan riset. Tidak usah susah-susah, cukup memilih internet sebagai ujung tombak riset Anda. Bila memang punya sumber data berupa buku, itu lebih baik lagi. Misalnya Anda ingin menulis cerita berlatar Korea (seperti yang sedang booming saat ini), lakukanlah riset. Mulai dari kapan saja terjadinya empat musim, nama kota-kotanya, apa saja yang istimewa dari kota

(41)

yang akan dijadikan setting cerita, makanan khasnya, dan banyak lagi. Perhatikan detail. Jangan sampai ada informasi penting yang terlewat.

Itu baru hanya masalah latar belakang cerita. Belum lagi hal lainnya. Tapi, jangan kerutkan kening Anda begitu dalam, karena hanya akan meninggalkan jejak garis halus yang tidak menarik. Jangan terbebani dengan kata “riset”. Sekali lagi, internet sangat bisa diandalkan kok!

Apa pun yang kita tulis, usahakan agar menyajikan data yang valid. Bila tidak yakin dengan suatu informasi, lakukan cek dan ricek. Karena ketika naskah yang kita tulis sudah berubah bentuk menjadi buku, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Kita tidak ingin ditertawakan hanya karena hal-hal sepele, bukan?

Gambar 12. Untuk novel “Cinta Tanpa Jeda” ini saya harus riset tentang dunia balap mobil.

Sumber : dok. pri

Saya punya sedikit kisah tentang masalah ini. Beberapa bulan yang lalu saya membaca novel seorang penulis yang cukup kondang. Penulis ini sudah menghasilkan ratusan cerpen dan puluhan buku. Nah, di salah satu novel terbarunya terdapat suatu fakta yang menggelitik. Penulis top ini memberi informasi yang tidak tepat. Menurutnya, penemu oksigen adalah Sir Isaac Newton. Mengapa informasi ini menjadi menggelitik dan tidak tepat? Karena memang salah!

Sir Isaac Newton adalah penemu gravitasi. Dia juga penemu kalkulus. Juga “Hukum Gerak Newton”. Ada banyak prestasi luar biasa ilmuwan satu ini. tapi, bukan oksigen. Itu merupakan kejayaan milik Antoine Lavoisier, ilmuwan Prancis yang menemui ajal dihukum guillotine karena masa lalunya sebagai pengumpul pajak.

Gambar

Gambar 3. M. Night Shyamalan, sutradara berdarah India yang piawai membesut   film horor cerdas.
Gambar 4. Harry Potter adalah ikon dunia sihir yang paling populer di dunia.
Gambar 5. Dewi Lestari dan novel perdanya, Supernova.
Gambar 6. Tak dapt disangkal kalau J.K. Rowling adalah penulis dengan bakat  yang sangat besar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Citra Tubuh Dilihat dari Usia Responden Pasien Kusta di IRJ Poli Khusus Kusta RSUD Tugurejo Semarang, Februari-Maret

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dalam tahap implementasi pembelajaran PJOK berdasarkan Kurikulum 2013 yang

Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib.. dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat

Pada lemparan pert ama agar hal t ersebut t erj adi maka sisi koin yang muncul haruslah t erdapat t epat sat u sisi angka dan sat u sisi bukan angka at au kedua sisi bukan angka.

Berat barang yang dimasukkan dan dimensi truk yang digunakan sama dengan yang terjadi pada simpul 2 dan fungsi pembatas tidak akan mematikan simpul tersebut

Dari hasil analisa ada beberapa hal yang dapat diambil simpulannya yaitu: (1) dari hasil pengujian hipotesis pertama disimpulkan bahwa ada pengaruh motivasi kualitas terhadap

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul : "perlakuan akuntansi piutang rekening air dalam hubungannya dengan pelaporan laba di PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor penyakit, lingkungan ruang rawat inap, stres dan emosi berhubungan