• Tidak ada hasil yang ditemukan

Step by Step : Dari Ide Hingga Menjadi Novel

A. Menggali Ide

Ide adalah nama lain dari gagasan. Banyak yang merasa kesulitan menemukan ide sebelum mulai menulis. Ide memang faktor terpenting sebelum beranjak ke langkah selanjutnya. Tanpa ide, bagaimana mungkin Anda bisa menghasilkan cerita yang menawan hati pembaca? Setidaknya itu yang selalu saya rasakan. Saya mustahil mulai menulis bila tidak memiliki ide besar cerita sama sekali. Karena saya tidak akan tahu, harus memulai dari bagian mana.

Ide menjadi benang merah dari sebuah cerita.

Ide yang menghubungkan tiap elemen sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh dan indah.

Ide merupakan dasar untuk membangun sebuah cerita. Pengembangan kisah harus merujuk pada ide tersebut.

Kesulitan mencari ide? Itu wajar sekali. Suatu hal yang jamak dan bisa terjadi pada penulis manapun. Dulu, saya cenderung hanya menunggu datangnya ide. Hingga suatu peristiwa mengubah pendapat saya selamanya.

Ceritanya begini, saya sedang mengikuti sebuah kursus online tentang menulis cerita anak. Mentornya adalah seorang penulis buku anak yang andal dan terkenal. Tapi maaf, saya tidak bisa mencantumkan nama beliau di sini karena khawatir malah akan menimbulkan ketidaknyamanan.

Saat itu saya dan beberapa orang teman diminta untuk mencari ide untuk dijadikan novel anak. Sebenarnya saya merasa tidak pernah punya kemampuan yang memadai untuk terjun di dunia buku anak. Namun di sisi lain saya juga penasaran ingin mencoba sekaligus mencari tahu. Sepanjang keyakinan saya selama ini, menulis buku anak adalah pekerjaan yang sangat sulit.

Nah, di saat diminta untuk mencari ide itulah saya merasa menabrak dinding batu. Kepala saya kosong selama bermenit-menit, tanpa ada bayangan sama sekali kisah apa yang akan diangkat. Rasanya benar-benar putus asa! Hingga kemudian mentor saya yang baik itu menuliskan sesuatu di chat room peserta kursus.

“Ide itu harus dipaksakan. Biasakan untuk memaksa keluarga ide dari kepala kita. Jangan hanya menunggu hingga munculnya ide!” Begitulah kira-kira kalimat yang tertulis. Saya pun merasa ditonjok. Selama ini saya meyakini bahwa ide akan datang sendiri, bukan dipaksa keluar.

Kalimat di atas tampaknya sederhana, kan? Tapi ternyata memberi efek luar biasa yang mengubah pola pikir saya hingga saat ini. Detik-detik setelah membaca kalimat itu seakan menjadi momen magis untuk saya. Maka saya pun mulai berjuang mencari ide yang kira-kira keren untuk dijadikan novel anak. Buku-buku milik anak-anak pun berkelebat di kepala. Oh tidak, saya tidak mau menulis kisah tentang peri. Sudah terlalu banyak penulis yang melakukan hal tersebut.

Akhirnya, saya pun terpaku pada kata matryoshka, sebuah boneka khas dari Rusia. Tapi saya belum memiliki ide apa pun. Tidak ada bayangan bagaimana matryoshka ini akan menjadi tema besar dari sebuah novel anak. Namun kata-kata mas mentor ini benar-benar “menghantui”.

Gambar 17. Novel anak ini mendapat ide dari boneka matryoshka yang berasal dari Rusia.

Sumber : dok. pri

Saya ingat kalau setiap matryoshka ini terdiri dari beberapa boneka sekaligus yang dipasang bertumpuk. Semakin keluar tentu semakin besar pula bonekanya. Tiba-tiba terpikir, mengapa tidak membuat cerita yang berbau misteri? Malam itu juga saya pun menuliskan sinopsis kasarnya. Isinya kira-kira begini :

Seorang anak mendapat hadiah boneka matryoshka yang berasal dari Rusia. Anak tersebut sangat ketakutan saat menyadari bonekanya tiba-tiba mengecil. Padahal, boneka terbesar diambil oleh kakak perempuannya secara diam-diam. Keadaan makin runyam ketika tengah malam anak tersebut mendengar suara nyanyian asing. Dia mengira suara itu berasal dari matryoshka dan yakin kalau benda itu berhantu.

Singkatnya, saya pun mematangkan konsep sederhana itu. Lalu mengikutsertakannya ke sebuah workshop penulisan novel anak yang diadakan oleh sebuah penerbit top. Tanpa terduga, konsep yang saya ajukan dianggap menarik dan mulai digarap. Hingga setelah menghadapi seleksi berlapis, naskah tersebut dinyatakan lolos dan siap untuk diterbitkan. Maka lahirlah novel anak setebal 64 halaman yang berjudul “Matryoshka Bernyanyi”. Judul aslinya sendiri ditambah dengan kata “Misteri” di depannya. Dan bulan Juli 2012 akhirnya novel itu pun terbit.

Sejak itu saya pun selalu memaksa keluarnya ide-ide. Awalnya memang tidak gampang, namun jika terus dilatih dan dijadikan kebiasaan, semuanya akan menjadi jauh lebih mudah. Jadi, tidak ada lagi duduk diam hanya menanti ide menghampiri. Saya juga selalu menyiapkan buku catatan atau ponsel untuk segera menulis ide yang terlintas di kepala. Tujuannya? Supaya tidak lupa.

Ide kadang tidak harus dicari atau ditunggu. Ide bisa bersumber dari banyak hal yang ada di sekitar kita. Pengalaman pribadi adalah salah satu sumber yang luar biasa untuk

dituangkan menjadi naskah fiksi. Anda hanya perlu meramunya sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik.

Buat saya pribadi, ini menjadi semacam keharusan. Karena bila ada bagian cerita yang berasal dari pengalaman sendiri, saat menuangkannya menjadi tulisan akan sangat menyenangkan. Sangat beda rasanya karena ada sentuhan personal yang merupakan bagian dari diri saya di dalamnya.

Ide juga bisa berasal dari peristiwa sehari-hari yang diracik oleh alam sekitar. Juga dari pengalaman orang lain yang kita dengar atau kita lihat. Kalau Anda sering menjadi tempat curhat dari teman-teman, niscaya Anda akan punya ide yang luar biasa banyaknya. Pengalaman orang lain bisa dijadikan ide, loh! Tidak harus persis sama, tapi cukup diambil yang paling menarik.

Sebenarnya, ada banyak ide di sekitar, sepanjang Anda mau membuka mata dan telinga. Mengasah kepekaan dari semua hal yang bermain di sekitar kita. Pasti kita akan menemukan hal-hal menarik yang bisa diangkat menjadi cerita indah. Menurut saya pribadi, kuncinya adalah unik. Sebisa mungkin jangan menulis kisah yang sudah banyak dibuat orang. Buat kisah Anda sendiri yang khas, istimewa, dan tidak pasaran. Intinya menjadikan buah pena Anda berbeda dari yang ada.

Oh ya, bacaan dan film pun bisa menjadi sumber ide yang tidak ada habisnya. Dari sebuah novel yang Anda baca, bisa meletupkan ide-ide brilian di kepala Anda. Pemicunya kadang bisa hanya lewat sebuah kalimat saja! Itulah sebabnya seorang penulis harus banyak membaca pula. Karena buku adalah santapan yang sangat berguna untuk memperkaya bahasa dan meluaskan wawasan.

Saya penggila novel romantis yang mengagungkan cinta. Namun saya justru lebih sering mendapat ide dari film-film yang saya tonton. Mulai dari serial Korea, film Hollywood, hingga drama kriminal seperti CSI atau Criminal Minds. Apa? Drama kriminal? Betul, Anda tidak salah baca, kok!

Drama-drama kriminal seperti yang saya sebut di atas itu memang menitikberatkan pada proses mengungkap sebuah misteri kejahatan. Namun semuanya dibalut benang merah yang sama : mengamati dan mengenali perilaku seseorang. Dan hal tersebut merupakan poin penting bagi seorang penulis. Kita bisa menggali banyak hal dari sana sekaligus belajar ilmu psikologi gratis.

Bacaan dan tontonan yang menjadi santapan keseharian, akan mengendap tanpa disadari dalam benak Anda. Itulah setidaknya yang terjadi pada saya. Seringnya saya

aneh. Tapi membuat saya lancar menulis bagian “Pesta Kunci” di novel “Black Angel”. Banyak pembaca yang kemudian bertanya serius apa saya melakukan riset khusus untuk menulis itu?

Sejujurnya, tidak. Namun entah kenapa tangan saya tidak bisa berhenti mengetikkan huruf demi huruf tatkala tiba di bagian itu. Apa yang saya tonton seakan memainkan filmnya sendiri di kepala. Oh ya, novelnya sendiri awalnya tidak mempunyai ide besar. saya hanya menemukan sebuah nama: Avril Lavigne. Nama yang tercetus begitu saja karena sudah jarang beredar di televisi. Sekadar itu, tanpa ada embel-embel lain. Karena saya bukan penggemar si Sk8er Boi.

Tiba-tiba terpikir untuk membuat nama “Avril” sebagai tokoh sentral novel saya. Dan nama itu begitu lekat, tidak bisa dienyahkan sama sekali. Mirip hantu yang tiba-tiba mengekor. Saya pun kemudian menyerah dan mulai memikirkan cerita yang kira-kira tepat untuk si Avril ini. Hingga akhirnya novel ini pun selesai hingga setebal 200-an halaman. Dan kemudian bertemu jodohnya.

Gambar 18. Serial krininal top CSI bisa memberi banyak ide untuk novel-novel saya.

Sumber : boxset4less.blog.com

Jadi, ide bisa berasal dari mana saja. Bahkan dari dialog sambil lalu yang kita dengarkan saat berada di keramaian. Yang penting, jangan sampai kita membatasi diri. Ide apa pun yang melintas di kepala, buru-buru catat dengan detik. Setelah memiliki kesempatan, mulailah kembangkan ide tersebut hingga menjadi sebuah cerita yang kira-kira menarik dan juga unik.

Buat saya, kata kunci sebuah ide adalah “Unik”. Karena persaingan yang sangat ketat, kita harus tampil dengan cerita yang unik agar bisa menarik perhatian. Tanpa keunikan, maka akan sulit untuk mendapat perhatian. Karena itu berarti Anda hanya melakukan pengulangan belaka. Jadi, pastikan cerita yang Anda sajikan memiliki keunikan sebagai nilai tambah.

Jangan pernah mengikuti jalan yang sudah diretas oleh penulis lainnya, meskipun orang tersebut sangat Anda kagumi.