• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Home Care BAB II KONSEP DASAR HOME CARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Home Care BAB II KONSEP DASAR HOME CARE"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Home Care

BAB II

KONSEP DASAR HOME CARE A. Pengertian

Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.

Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc.Ewen , 2001)

Menurut Habbs dan Perrin, 1985 (dalam Lerman D. & Eric B.L, 1993) Home Care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien, sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.

Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.

Dari beberapa literatur pengertian “ home care ” adalah :

1. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.

2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.

3. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan

(2)

kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.

4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (Warola,1980 dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan di rumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes).

B. Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care

Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care antara lain :

1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)

Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi a. Udara bersih,

b. Air yang bersih

c. Pemeliharaan yang efisien d. Kebersihan

e. Penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.

2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)

Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan

(3)

keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat.

Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.

3. Teori Transkultural nursing (Leininger)

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture s care , nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit. 4. Theory of Human Caring (Watson, 1979)

Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

(4)

Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

5. Teori Self Care (Dorothea Orem)

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di antaranya :

a. Perawatan diri sendiri (Self Care)

1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. 3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang

merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada

penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).

b. Self Care Defisit

Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan

(5)

seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

6. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)

Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien.

C. Landasan Hukum Home Care

1. Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :

a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

2. Landasan hukum :

a. UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran b. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah c. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

d. PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

e. PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

f. PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker, ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam medis, dan teknisi elektromedis

(6)

g. SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat. h. Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas

i. Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas. j. Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional

k. Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy. l. Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

m. Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan D. Lingkup Pelayanan Home care

Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah: 1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik 3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

4. Pelayanan informasi dan rujukan

5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan 6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan 7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

Menurut Rice (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.

a. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah :

1) Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis

2) Klien dengan penyakit gagal jantung

3) Klien dengan gangguan oksigenasi

4) Klien dengan perlukaan kronis

5) Klien dengan diabetes

6) Klien dengan gangguan fungsi perkemihan

7) Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi

8) Klien dengan terapi cairan infus di rumah

9) Klien dengan gangguan fungsi persyarafan

(7)

b. Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :

1) Klien dengan post partum

2) Klien dengan gangguan kesehatan mental

3) Klien dengan kondisi usia lanjut

4) Klien dengan kondisi terminal

E. Skill Dasar yang Harus Dikuasai Perawat

Berdasarkan SK Dirjen YAN MED Nomor : HK. 00.06.5.1.311 menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain :

1. Vital sign

2. Memasang nasogastric tube 3. Memasang selang susu besar 4. Memasang cateter

5. Penggantian tube pernafasan 6. Merawat luka dekubitus 7. Suction

8. Memasang peralatan O2 9. Penyuntikan (IV,IM, IC,SC) 10. Pemasangan infus maupun obat 11. Pengambilan preparat

12. Pemberian huknah/laksatif 13. Kebersihan diri

14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis

15. Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic 16. Pendidikan kesehatan

17. Konseling kasus terminal 18. Konsultasi/telepon

19. Fasilitasi ke dokter rujukan 20. Menyiapkan menu makanan

(8)

22. Fasilitasi kegiatan sosial pasien 23. Fasilitasi perbaikan sarana klien.

Kompetensi Dasar

1. Memahami dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara umum.

a. Menjelaskan anatomi, fisiologi, patologi sebagai sistem tubuh secara umum

b. Menjelaskan konsep dasar homeostasis, dan patogenesis.

2. Melaksanakan pemberian obat kepada klien/pasien

a. Menjelaskan cara-cara pemberian obat kepada pasien

b. Melakukan pemberian obat kepada pasien sesuai resep dokter.

3. Memahami jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh klien/pasien

a. Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh klien/pasien

b. Menjelaskan persiapan klien/pasien yang akan diperiksa di laboratorium c. Mengantarkan klien/pasien untuk periksa di laboratorium.

4. Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik a. Menjelaskan definisi komunikasi terapeutik

b. Menjelaskan fungsi, dan manfaat komunikasi terapeutik

c. Melaksanakan setiap tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik.

5. Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia sesuai tingkat perkembangan. a. Membangun hubungan antar manusia

b. Mengoptimalkan komunikasi terapeutik c. Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia d. Merencanakan kebutuhan dasar manusia

6. Menunjukan kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan a. Membangun hubungan antar manusia

b. Mengoptimalkan komunikasi terapeutik

c. Mengidentifikasi kebutuhan dasar klien/pasien d. Merencanakan kebutuhan dasar klien/pasien e. Melaksanakan kebutuhan dasar klien/ pasien

(9)

7. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kebutuhan pasien/klien yang penyakit ringan.

8. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) a. Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

b. Melaksanakan prosedur K3

c. Menerapkan konsep lingkungan hidup

d. Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan 9. Memahami kontinum sehat- sakit

a. Menjelaskan keseimbangan tubuh manusia normal b. Menjelaskan definisi sehat-sakit

c. Menjelaskan model-model sehat dan sakit

d. Menjelaskan nilai-nilai yang mempengaruhi kesehatan

e. Menjelaskan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit f. Menjelaskan faktor-faktor resiko dalam kehidupan manusia g. Menjelaskan dampak sakit pada klien/pasien dan keluarga.

10. Memahami dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat

a. Menjelaskan penyakit–penyakit sistem integumen sederhana yang umum di masyarakat b. Menjelaskan penyakit–penyakit sistem gastro intestinal sederhana yang umum di masyarakat. c. Menjelaskan penyakit-penyakit sistem genito urinaria sederhana yang umum di masyarakat d. Menjelaskan penyakit–penyakit sistem respiratori sederhana yang umum di masyarakat e. Menjelaskan penyakit–penyakit sistem kardio vaskuler sederhana yang umum di masyarakat f. Menjelaskan penyakit–penyakit sistem persarafan sederhana yang umum di masyarakat g. Menjelaskan penyakit–penyakit sistem reproduksi sederhana yang umum di masyarakat.

11.Memahami peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama a. Menjelaskan tindakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit b. Menjelaskan tindakan pelayanan kesehatan utama

c. Menjelaskan peran asisten perawat dalam pemberian perawatan utama. 12. Memahami pemberian obat

a. Menjelaskan nomenklatur dan bentuk obat oral b. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kerja obat c. Menjelaskan kemampuan memberikan obat oral.

(10)

13. Memahami kemampuan interpersonal dan massa a. Menjelaskan berbagai tingkatan komunikasi b. Menjelaskan proses komunikasi

c. Menjelaskan bentuk-bentuk komunikasi

d. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi e. Mendiskusikan komunikasi terapeutik

f. Menjelaskan bantuan dalam berkomunikasi. 14. Prinsip-prinsip perkembangan manusia

a. Menjelaskan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia b. Menjelaskan tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia c. Menjelaskan tentang konsepsi

d. Menjelaskan proses kelahiran.

15. Memahami tahap-tahap perkemangan manusia a. Menjelaskan perkembangan masa bayi b. Menjelaskan perkembangan masa balita

c. Menjelaskan perkembangan anak masa usia sekolah d. Menjelaskan perkembangan masa remaja

e. Menjelaskan perkembangan masa 16. Dewasa muda

a. Menjelaskan perkembangan masa dewasa

b. Menjelaskan perkembangan masa lansia.

17. Memahami sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan perkembangan a. Menjelaskan sikap perawat terhadap klien/pasien sesuai dengan tahap perkembangan. b. Menjelaskan pelayanan perawatan kesehatan komunitas dan panti.

18. Memahami tentang stres a. Menjelaskan konsep stress

b. Menjelaskan adaptasi terhadap stress c. Menjelaskan respon terhadap stress

d. Menjelaskan proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres. 19. Memahami kebutuhan dasar manusia

(11)

b. Menjelaskan kebutuhan keselamatan dan rasa aman c. Menjelaskan kebutuhan cinta dan rasa memiliki d. Menjelaskan kebutuhan penghargaan dan harga diri e. Menjelaskan kebutuhan aktualisasi diri.

20. Memahami tentang kesehatan reproduksi a. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi

b. Menjelaskan anatomi dan fisiologi alat reproduksi

c. Menjelaskan masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

21. Memahami perilaku empatik

a. Menjelaskan sikap empatik terhadap kehilangn, kematian, duka cita saat melakukan tindakan keperawatan

b. Menjelaskan bantuan yang diberikan sesuai dengan agama, dan kebutuhan spiritual klien tersebut.

22. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

a. Menjelaskan pedoman untuk mengukur tanda vital b. Menjelaskan tentang pengukuran suhu tubuh c. melaksanakan pengukuran nafas

d. Melaksanakan pengukuran nadi.

23. Melakukan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien

a. Menjelaskan tentang mobilisasi dan pengaturan gerak b. Menjelaskan gangguan mobilisasi

c. Menjelaskan latihan mobilisasi

d. Menunjukan kemampuan melakukan mobilisasi pasif dan aktif e. Menjelaskan gangguan mobilisasi.

24. Melakukan pemberian nutrisi a. Menjelaskan nutrisi seimbang

b. Menunjukan kemampuan memberikan makan peroral pada pasien/klien. 25. Melaksanakan dokumentasi tindakan keperawatan

a. Menjelaskan komunikasi multidisiplin dalam tim b. Membuat dokumentasi sesuai dengan pedoman.

(12)

26. Melaksanakan tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah hokum

a. Menjelaskan pentingnya etika dan hukum keperawatan dalam melaksanakan tugas

b. Melakukan perilaku kinerja asisten perawat sesuai dengan etika dan hukum keperawatan F. Issu dan Legal Aspek

Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang di miliki. Perawat dapat mengevaluasi klien untuk mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan di bawah petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter. Perawat yang memberi pelayanan di rumah membuat rencana perawatan dan kemudian bekerja sama dengan dokter untuk menentukan rencana tindakan medis. Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.

b. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.

c. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan di rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya. Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien yang menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien.

Pasal krusial dalam Permenkes 148/2010 Tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan :

a. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa keprawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.

(13)

b. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter. c. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :

1) Menghormati hak pasien

2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

4) Memberikan informasi

5) Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan

6) Melakukan catatan perawatan dengan baik

d. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

e. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang praktiknya. g. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah

h. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi : 1) Tempat praktik memenuhi syarat

2) Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan.

G. Lingkup Praktik Keperawatan di Rumah

Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :

a. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio-

psikososio-spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.

(14)

b. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini

diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.

c. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.

d. Sebagai pembela/pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan

klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.

e. Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencakup

berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan. G. Mekanisme Pelayanan Home care

Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:

1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.

2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.

4. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.

(15)

a. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.

b. Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)

c. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.

Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care : a. Proses penerimaan kasus

1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga 2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus

3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus b. Proses pelayanan home care

1) Persiapan

a) Pastikan identitas pasien

b) Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien c) Lengkap kartu identitas unit tempat kerja d) Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah e) Siapkan file asuhan keperawatan

f) Siapkan alat bantu media untuk pendidikan

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS

Definisi Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

(16)

Care Giver :

Pada peran ini perawat diharapkan mampu

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

3. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

Elemen Peran

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional (ELEMENT ROOL) antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Client Advocate (Pembela Klien) Tugas perawat :

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Hak-Hak Klien (Dysparty,1998) antara lain : 1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya 2. Hak atas informasi tentang penyakitnya 3. Hak atas privacy

4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan. Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :

1. Hak atas informasi yang benar 2. Hak untuk bekerja sesuai standart

3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien 4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok 5. Hak atas rahasia pribadi

(17)

6. Hak atas balas jasa Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

Peran perawat :

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan Educator :

Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.

1. Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat berinteraksi maupun

formal.

2. Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan .

3. Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan. Collaborator

Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya membantu mempercepat penyembuhan klien

Coocrdinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :

a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien. b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.

c. Menggunakan keterampilan perawat untuk : 1. Merencanakan

2. Mengorganisasikan

3. Mengarahkan

4. Mengontrol

(18)

Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla membuat perubahan pada dirinya atau pada system (Kemp,1986)

Mengidentifikasi masalah, mengkaji motifasi pasien dan membantu klien tuk berubah,

menunjukan alternated, menggali kemungkinan hasilk dari alternative, mengkaji sumber daya menunjukan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney) PERAN PERAWAT MENURUT KONSORSIUM ILMU KESEHATAN TH 1989

1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.

2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien

3. Peran Sebagai Edukator

4. Peran Sebagai Koordinator

5. Peran Sebagai Kolaborator

6. Peran Sebagai Konsultan

7. Peran Sebagai Pembeharu

PERAN PERAWAT HASIL LOKAKARYA KEPERAWATAN TH 1986

Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya 1. peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,

2. peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan,

3. peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta

4. peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.

PERAN PERAWAT KESMAS 1. Pelaksana pelayanan keperawatan

2. Pendidik

3. Koordinator pelayanan kesehatan

4. Innovator/pembaharu 5. Organisator yankes 6. Role Model/panutan 7. Fasilitator 8. Pengelola/Manajer FUNGSI PERAWAT

Merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya, dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

(19)

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan

Kajian Entrepreneurship dalam Keperawatan:

Home Healthcare

March 23, 2012 By Didi Keitha

Pendahuluan

Dengan terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitik beratkan pelayanan pada diagnosis dan pengobatan ke paradigma sehat

yang lebih holistik melihat penyakit dan gejala sebagi informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996) maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi bidang

kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyatan bahwa 40-60 persen pelayanan di Rumah Sakit adalah pelayanan Keperawatan (Gilles, 1994) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit baik di Rumah Sakit maupun ditatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh Perawat.

Bila ”sehat” merupakan fokus pelayanan kesehatan, dan tidak mengabaikan fungsi pengobatan dan pemulihan, maka sebenarnya telah terjadi pergeseran pada lokasi pelayanan, tipe dan sifat pelayanan yang diberikan. Orang sehat berada di masyarakat, sekolah dan tempat kerja, karena itu promosi dan rumatan kesehatan perlu tersedia pada tempat dimana orang membutuhkan pelayanan tersebut. Tujuan pelayanan seperti ini adalah agar setiap orang yang sehat tersebut dapat selalu menjalani kehidupannya secara produktif sesuai dengan kondisi sosial ekonominya dalam situasi kehidupan yang berkualitas baik.

Sebaliknya, keberadaan orang yang mengalami ”sakit” membutuhkan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan dapat memenuhi kebutuhan para penerima pelayanan secara holistik. Para pemberi pelayanan khususnya keperawatan harus dapat mewujudkan pelayanan

keperawatan sebagai suatu pelayanan untuk mempertahankan kualitas kehidupan orang lain yang saling berhubungan termasuk didalamnya kematian dan perpanjangan hidup (Watson, 1979 dalam Tomey, 1994).

(20)

Dengan demikian, wujud tatanan baru dalam pelayanan kesehatan ini memerlukan praktik

keperawatan yang maju, dimana perawat memberikan dan mengkoordinasi pelayanan, pengelola kasus, memberi nasihat dan konsultasi pada klien tentang perilaku sehat. Disamping itu perawat

juga melakukan fungsi triase, monitoring, membela keluarga dan membantu klien untuk bijaksana dalam memilih pelayanan kesehatan dan mengevaluasinya.

Peran baru perawat ini memerlukan penyesuaian dalam praktik yang mandiri sesuai dengan lingkup praktik profesionalnya dan hubungan dengan pemberi pelayanan kesehatan lainya dengan bersikap akuntable, interdependen dan berkolaborasi dengan pihak terkait. Perawat dan pelayanan keperawatan harus memperlihatkan praktik keperawatan Profesional.

Perkembangan praktik keperawatan Profesional di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1983 dengan Lokakarya Nasional Keperawatan yang mendefinisikan keperawatan yang bukan hanya berorientasi pada tugas. Perkembangan tersebut dimulai dengan menata sistem

pendidikan keperawatan yang berada pada lingkup pendidikan tinggi, dan saat ini di Indonesia

telah mempunyai lebih dari 200 sekolah tinggi tersebar di seluruh Indonesia yang akan

menciptakan perawat-perawat profesional yang dibekali keilmuan dan keterampilan yang cukup. Satu aspek lain selain Pendidikan keperawatan adalah Pelayanan Keperawatan yang sampai saat ini di Indonesia belum banyak didapatkan suatu bentuk nyata terutama diluar Rumah Sakit, masih banyak tugas dan fungsi perawat pada tatanan pelayanan yang belum sesuai dengan keilmuan keperawatan yang didapatkan. Sebagai contoh peran perawat di Puskesmas belum berubah dan banyak distorsi, sehingga kita belum banyak melihat Profesionalisme Perawat dalam memberikan asuhan Keperawatan kepada masyarakat dalam bentuk praktik mandiri profesional Keperawatan.

Diberbagai negara bentuk praktik kperawatan profesional yang dikembangkan saat ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat, dimana pelayanan kesehatan tidak hanya tergantung pada pelayanan kedokteran saja. Perkembangan di Indonesia harus pula disesuaikan dengan

karakteristik masyarakat penerima pelayanan yang saat ini juga masih sangat berorientasi pada pelayanan kedokteran.

Upaya mengembangkan praktik keperawatan professional di Indonesia dapat dimulai dengan mengembangkan perawatan kesehatan klien di rumah (Home health nursing) sebagai titik masuknya, sehingga masyarakat sebagai penerima benar-benar merasakan sentuhan peran dan fungsi perawat dalam memelihara, meningkatkan dan mengembalikan kesehatan klien, dan bagi perawat juga dapat lebih komprehensif merawat sistem klien yang unik.

Pelayanan Keperawatan Kesehatan di Rumah sebagai Praktik Keperawatan Profesional Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dioptimalkankarena telah menjadi kebutuhan masyarakat. Hal ini didukung dengan makin bertambahnya populasi penduduk, peningkatan umur harapan hidup yang berdampak pada meningkatnya masalah kesehatan antara lain infeksi penyakit kronis masih tinggi diikuti pula dengan peningkatan penyakit degeneratif, dan gangguan psikososial. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jangka panjang dan berkesinambungan menjadi

(21)

meningkat. Salah satu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut antara lain melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

Berdasarkan hasil pengkajian need assessment home care yang diselenggarakan di wilayah DKI Jakarta dengan responden pengelola program kesehatan dan konsumen diperoleh hasil: 100% responden kelompok pengelola program dan responden konsumen dan 96,7% pengelola pelayanan di RS, Puskesmas, dan Yayasan menyatakan perlu dikembangkan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah; 91,9% (hampir seluruh responden) menyatakan pengelola Keperawatan Kesehatan di Rumah memerlukan izin operasional dan 87,3% responden

menyatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana, dan pelayanan (Dit. Bina YanWAT, 2006). Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah antara lain; kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, dan tersedianya SDM Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. Pengertian

Pelayanan Keperawatan dirumah atau Praktik Keperawatan dirumah adalah pelayanan

keperawatan profesional oleh seorang atau tim keperawatan yang ditujukan kepada klien dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Pokja Keperawatan CHS, 1997).

Menurut Rice (1996), Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya untuk menyembuhkan, mempertahankan,

memelihara, dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.

Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang berasal dari spesialisasi keperawatan tertentu. Pelayanan keperawatan di rumah mencakup pencegahan primer, sekunder, dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga atau pemberi pelayanan yang lain (ANA, 1992).

Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan pemberian pelayanan keperawatan yang berkualitas terhadap pasien di lingkungan rumahnya yang disediakan secara intermitten atau part time. Pengasuh pasien/ keluarga dan lingkungan rumah di pandang sebagai elemen utama yang menentukan keberhasilan pelayanan. Kebijakan standar dan prosedur perawatan juga akan mempengaruhi pelayanan perawatan pasien sebagaimana ketersediaan sumber-sumber seperti ; peralatan, bahan-bahan, biaya, dan sistem keluarga.

Praktik Keperawatan Profesional

Praktik Keperawatan Profesional adalah merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan /atau Tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup, kewenangan dan tanggung jawab

(22)

perawat (Pokja Keperawatan CHS, 1992). Praktik tersebut memungkinkan seorang perawat dapat melayani klien secara holistik dan komprehensif secara mandiri dengan tidak

mengesampingkan sifat kolaboratif intervensi yang diberikan kepada klien.

Praktik Keperawatan Profesional merupakan cerminan dari hubungan profesional perawat klien dimana perawat melaksanakan Asuhan Keperawatan berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan dan memperhatikan aspek kemanusiaan dalam merawat klien (Human care).

Praktik Keperawatan Profesional adalah praktik yang dilakukan oleh Perawat profesional atau tim perawat profesional yang mengintegrasikan berbagai kemampuan untuk mengatasi masalah klien, kemampuan dimaksud adalah kemampuan Intelektual, Kemampuan Interpersonal, kemampuan teknikal, dan kemampuan Etik.

Karakteristik Praktik Keperawatan Profesional, dapat dilihat bila seorang dapat merawat kliennya dengan:

 Otoritas Profesi sesuai lingkup kewenangannya,

 Bertanggung gugat atas segala tindakan profesionalnya,  Mempunyai kemandirian dalam pengambilan keputusan klinis,  Bertindak sebagai Advokasi dalam sistem pelayanan kesehatan,  Menjadi fasilitator dan selalu memfasilitasi kepentingan klien,  Menerapkan standar Praktik dan Kode etik profesi.

Sehingga bila kita telaah berbagai pengertian diatas maka bentuk praktek keperawatan di rumah atau kunjungan rumah adalah tepat untuk dapat menerapkan berbagai konsep praktik

keperawatan yang profesional sesuai dengan karakteristiknya. Tujuan Pelayanan

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar (biologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual) bagi pasien secara mandiri

2. Meningkatnya kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan dan perawatan pasien di rumah

3. Meningkatnya kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan keperawatan kesehatan di rumah meliputi :

1. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif pada proses penyembuhan kesehatan, rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan,

2. Melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya tentang kondisi yang dialami,

(23)

3. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga dalam rangka mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Prinsip-Prinsip Pelayanan

1. Pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dilaksanakan oleh perawat / Tim yang memiliki keahlian khusus bidang tersebut,

2. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik, 3. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan

komprehensif secara terus menerus,

4. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa keperawatan,

5. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa

keperawatan yang dikaitkan dengan tindakan-tindakan pencegahan, terapi dan pemulihan,

6. Memberikan pelayanan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan, penyembuhan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan komplikasi,

7. Mengevaluasi secara terus menerus respon pasien dan keluarganya terhadap intervensi keperawatan,

8. Bertanggung jawab terhadap pasien dan keluarganya akan pelayanan yang bermutu melalui; manajemen kasus, rencana penghentian asuhan

keperawatan (discharge planning), dan koordinasi dengan sumber-sumber di komunitas,

9. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang dilakukan anggota tim saling mendukung,

10.Mengembangkan kemampuan profesional dan berkontribusi pada pertumbuhan kemampuan profesional tenaga yang lain,

11.Berpartisipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkan pengetahuan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah,

12.Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan.

Peran dan Fungsi Perawat dalam Home Healthcare Peran:

1. Manajer Kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan dengan anggota keluarga dan penyedia pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial yang lain untuk meningkatkan pencapaian pelayanan,

2. Pelaksana /Pemberi Asuhan: Memberikan pelayanan langsung dan melakukan supervisi pelayanan yang diberikan oleh anggota keluarga atau pelaku rawat (care giver),

(24)

3. Pendidik: Mengajarkan keluarga tentang sehat sakit dan bertindak sebagai penyedia informasi kesehatan.

4. Kolaborato : Mengkoordinir pelayanan yang diterima oleh keluarga dan mengkolaborasikan dengan keluarga dalam merencanakan pelayanan, 5. Pembela (Advocate): Melakukan pembelaan terhadap pasien melalui

dukungan peraturan,

6. Konselor: Membantu pasien dan keluarga dalam menyelesaikan masalah dan mengembangkan koping yang konstruktif,

7. Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan: Melibatkan diri dalam menemukan kasus di keluarga dan melakukan rujukan secara cepat,

8. Penata lingkungan rumah: Melakukan modifikasi lingkungan bersama pasien dan keluarga dan tim kesehatan lain untuk menunjang lingkungan sehat, 9. Peneliti: Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban melalui

pendekatan ilmiah. Fungsi:

1. Fungsi sebagai Manajer Kasus:

 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan,

 Menyusun rencana pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan lainnya di rumah,

 Mengkoordinir aktifitas tim kesehatan multidisiplin dalam memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien di rumah,

 Memantau kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan lainnya yang diberikan kepada pasien di rumah.

2. Fungsi sebagai Pemberi Asuhan:

 Melakukan pengkajian asuhan keperawatan secara komprehensif,  Menetapkan masalah (diagnosa keperawatan),

 Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien dan potensi keluarga,

 Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif,

 Melakukan observasi terhadap kondisi kesehatan dan perkembangan/respon pasien,

 Membantu pasien dan anggota keluarga mengembangkan perilaku koping yang efektif,

(25)

 Melibatkan anggota keluarga dalam memberikan perawatan pasien di rumah,  Membimbing semua anggota keluarga dalam melakukan aktifitas promosi

dan pemeliharaan kesehatan,

 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan,  Mendokumentasikan asuhan keperawatan. 3. Fungsi sebagai Pendidik:

 Mengidentifikasi pasien dan keluarga akan pendidikan kesehatan,

 Memilih metode pembelajaran dan menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien dan keluarga,

 Menyusun rencana kegiatan pendidikan kesehatan,

 Melaksanakan pendidikan kesehatan terkait dengan masalah kesehatan pasien,

 Mengajarkan anggota keluarga tentang keterampilan dan strategi yang dibutuhkan dalam mengasuh anggota keluarga yang sakit,

 Mendorong keluarga untuk melakukan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan melalui perilaku hidup sehat,

 Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan. 4. Fungsi sebagai Kolaborator:

 Melakukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien,

 Melakukan kerjasama dengan sumber-sumber/fasilitas pelayanan yang ada di masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

5. Fungsi sebagai Pembela:

 Mendemonstrasikan tehnik komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga di rumah,

 Menghormati hak pasien,

 Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan,  Melaksanakan fungsi pendampingan,

 Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan,  Memfasilitasi pasien dalam memanfaatkan sumber-sumber untuk mengatasi

(26)

6. Fungsi sebagai Konselor:

 Membantu penyelesaian masalah pasien dan keluarganya,

 Membantu pasien dan keluarga mempertimbangkan berbagai solusi dalam rangka menetapkan cara yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

 Menunjang komunikasi efektif keluarga untuk meningkatkan penyelesaian masalah,

 Mengkomunikasikan bahwa keluarga bertanggung jawab memilih alternatif penyelesaian masalah.

7. Fungsi Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan:

 Mengembangkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala atau faktor yang berkontribusi dengan kondisi atau masalah yang akan dicari,

 Menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan atau kondisi tertentu,

 Menetapkan kebutuhan rujukan yang sesuai,

 Melakukan rujukan terhadap kasus yang perlu penanganan dari tim kesehatan lainnya,

 Menyediakan pelayanan tindak lanjut terhadap kasus yang teridentifikasi. 8. Fungsi Penata Lingkungan Rumah

 Memodifikasi lingkungan yang memungkinkan peningkatan kesehatan pasien,

 Memodifikasi lingkungan yang memungkinkan pasien mandiri dalam perawatan dirinya.

9. Fungsi Peneliti:

 Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti,  Merancang dan melakukan penelitian keperawatan,  Menyebarluaskan hasil penelitian,

 Mengaplikasikan temuan hasil riset ke dalam praktik. Strategi Pelaksanaan

Dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah terdapat tiga kegiatan yang dilakukan oleh seorang perawat, meliputi; Pendekatan dengan Manajemen Kasus, Asuhan Keperawatan Profesional, serta Pencatatan dan Pelaporan.

(27)

Model manajemen kasus melibatkan pelayanan multidisiplin. Dalam model ini, perawat sebagai manajer kasus bekerja dengan disiplin lain memberikan pelayanan kepada pasien dengan

berbagai penyakit atau ketidakmampuan fungsional. Perawat menentukan jenis pelayanan yang dibutuhkan pasien, membuat perencanaan kunjungan (jadwal kunjungan) multidisiplin dan mengadakan konferensi dengan tenaga kesehatan lain secara periodik atau sesuai kebutuhan untuk menilai perkembangan pasien/ keluarga terhadap pelayanan yang diberikan serta menilai kualitas pelayanan yang diberikan.

Kegiatan manajemen kasus mencakup proses manajemen yang meliputi langkah-langkah yaitu; seleksi kasus, pengkajian kebutuhan pelayanan, perencanaan kebutuhan pelayanan pasien, pelaksanaan koordinasi pemenuhan kebutuhan pelayanan, dan berikutnya pemantauan dan evaluasi penyediaan pelayanan multidisiplin. Proses manajemen kasus dalam pelayanan keperawatan kesehatan di rumah mencakup:

1. Melakukan seleksi kasus yang membutuhkan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah melalui metode manajemen kasus antara lain:

 Resiko tinggi; Bayi, Balita, remaja, Ibu maternal, lansia;  Cidera Tulang Belakang, Fraktur Multiple, Cidera Kepala;

 Pasien koma, Diabetes Melitus (DM), AIDS, Gagal Jantung, Asma berat;  Cerebro Vascular Accident (CVA, Stroke);

 Pasien dengan amputasi;  Ketergantungan obat;  Pasien dengan luka kronis;

 Disfungsi kandung kemih, neurologis;

 Pasien yang menerima pelayanan rehabilitasi;

 Pasien yang mendapat terapi atau Nutrisi melalui infus;  Masalah ibu post partum dan masalah reproduksi;

 Pasien psikiatri, demensia;  Kekerasan dalam rumah tangga.

2. Membuat Perencanaan Penyediaan Pelayanan, dalam membuat perencanaan, manajer kasus bekerja sama dengan pasien, keluarga dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lain. Kegiatan yang dilakukan:

 Membuat rencana kunjungan (jadwal kunjungan) yang berisi;

 Membuat rencana berkaitan dengan tindakan dan pembiayaan yang diperlukan pasien dari berbagai pemberi pelayanan;

(28)

 Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti pemberi pelayanan dan pelayanan kesehatan yang tersedia sesuai kebutuhan pasien. 3. Melakukan Koordinasi Penyediaan Pelayanan, manajer kasus melakukan koordinasi

penyediaan pelayanan dengan tim kesehatan lain serta melakukan rujukan kasus. Kegiatan yang dilakukan, meliputi :

 Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang berbagai pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat yang dapat digunakan pasien sesuai dengan kebutuhan mereka;

 Membuat perjanjian (kesepakatan) dengan pasien dan keluarga tentang

tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang akan diberikan (Informed Consent);

 Mengkoordinasikan rencana manajemen kasus kepada tim kesehatan yang akan memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan jadwal kunjungan yang telah dibuat;

 Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sepanjang rentang perawatan yang dibutuhkan pasien;

 Melaksanakan pelayanan keperawatan berfokus pada tujuan yang telah ditetapkan hingga pasien mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhannya;  Melakukan rujukan dengan berbagai pelayanan kesehatan dengan

mempertimbangkan kondisi pasien yang akan dirujuk, keterjangkauan pelayanan dan sumber-sumber yang tersedia.

4. Melakukan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan, yaitu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan untuk menilai perkembangan pasien dan ketercapaian tujuan serta kualitas pelayanan yang diberikan.

 Melakukan monitor tindakan yang dilakukan oleh tim kesehatan serta perkembangan pasien terkait dengan perubahan status medis, perubahan kemampuan fungsional pasien, kebutuhan pendidikan kesehatan pasien dan keluarga;

 Menilai respon atau hasil akhir pelayanan untuk membuat keputusan tentang penghentian perawatan di rumah.

B. Mengevaluasi Proses Manajemen Kasus 1. Mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan.

Dalam sistem Praktik Keperawatan Mandiri, struktur organisasi pengelola dapat digambarkan seperti pada bagan dibawah ini yang dapat pula diterapkan dalam Pelayanan Keperawatan Kesehatan Di Rumah. Pemimpin unit yang membawahi dua sub unit yaitu sub unit yang bertanggung jawab terhadap administrasi dan sub unit yang bertanggung jawab terhadap

(29)

pelayanan. Sub unit pelayanan membawahi tenaga Koordinator Kasus (case manager) dan tenaga pemberi pelayanan (care giver).

Dalam pelaksanaannya struktur organisasi dapat disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia sehingga beberapa fungsi dapat dilaksanakan oleh satu orang. Demikian pula

sebutan/penamaannya sesuai dengan kesepakatan setempat. C. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Profesiona dilaksanakan berdasar kaedah keperawatan sebagai profesi:

 Pendekatan holistik

 Berdasar Ilmu dan kiat keperawatan  Bersifat manusiawi

 Berdasar kebutuhan objektif klien  Bertujuan mengatasi masalah klien

Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien di rumah menggunakan metode proses

keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian adalah pasien harus dilihat secara holistik dan unik, perawat harus selalu obyektif, format-format yang digunakan harus sesuai, memperhatikan tempat untuk wawancara, pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan dicatat secara menyeluruh, akurat, dan sistematik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang terkumpul untuk merefleksikan respon pasien. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan berkaitan dengan masalah aktual, dan risiko, atau potensial.

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi, memelihara, atau mengatasi masalah kesehatan pasien yang telah diidentifikasi dan telah divalidasi selama fase perumusan diagnosa.

Dalam merumuskan perencanaan ini menekankan pada partisipasi pasien, keluarga, dan koordinasi dengan anggota tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan serta penyusunan rencana tindakan secara komprehensif.

(30)

4. Implementasi

Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat bekerjasama dengan pasien, keluarga, pelaku rawat dan tenaga lain (kesehatan maupun non kesehatan). Tindakan yang dilakukan mengacu pada Standard Operational Procedure (SOP) yang berlaku. Jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu tindakan yang bersifat mandiri maupun tindakan kolaborasi. Kegiatan-kegiatan atau tindakan yang lazim dilakukan pada pelayanan keperawatan kesehatan di rumah antara lain:

 Manajemen perawatan luka: tindakan yang dilakukan adalah debridemen atau irigasi luka, pembalutan luka, pengkajian dan pengambilan kultur luka, monitoring perkembangan penyembuhan luka, mengajarkan keluarga

tentang perawatan luka di rumah;

 Perawatan pasien dengan gangguan sistem pernapasan: tindakan yang dilakukan antara lain pengisapan/ suction lendir, manajemen terapi oksigen, manajemen ventilasi mekanik, perawatan tracheostomy;

 Perawatan pasien dengan gangguan eleminasi: tindakannya antara lain irigasi dan perawatan kolostomi, mengajarkan pasien dan pengasuhnya tentang cara menggunakan peralatan seperti pispot, urinal, perawatan kateter urin, observasi adanya tanda-tanda infeksi;

 Perawatan pasien dengan gangguan nutrisi: tindakannya antara lain memberi makan melalui NGT, mengajarkan keluarga tentang cara memberikan makan pasien, mengkaji status nutrisi pasien, memberikan petunjuk pelaksanaan diit;

 Kegiatan rehabilitasi: tindakannya mengajarkan keluarga tentang cara menggunakan alat bantu, melakukan latihan fisik, ambulasi dan tehnik pemindahan pasien;

 Pelaksanaan pengobatan: tindakannya memberi petunjuk dan membimbing pasien dan keluarganya tentang cara pemberian obat, cara kerja dan efek samping obat serta tindakan yang harus dilakukan;

 Kolaborasi pemberian terapi intravena antara lain dengan pengkajian dan penatalaksanaan hidrasi, pemberian antibiotik, pemberian nutrisi parenteral, transfusi darah, pemberian analgetik dan chemoterapi.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan yang telah dilakukan dan sejauh mana pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia. Evaluasi dilakukan selama proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan maupun pada akhir pemberian asuhan keperawatan. Pencatatan dan Pelaporan

(31)

Pencatatan kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah mencakup pengelolaan kasus dan pelaksanaan asuhan keperawatan.

a. Manajemen Kasus

Manajer kasus bertanggung jawab untuk membuat dokumentasi tentang pelayanan yang diberikan pada pasien dan keluarga dengan meminta masukan dari tenaga kesehatan yang merawat pasien. Dokumentasi tersebut mencakup:

 Lembar Persetujuan Dokter, jika pasien dirawat dokter;  Lembar Persetujuan Pasien/Keluarga (Informed Consent);  Jadwal Kunjungan Perawat;

 Pertemuan Tim Perawat;  Lembar Pengobatan;  Tindakan Tim Perawat;

 Rujukan kasus ke Sarana kesehatan lain;  Penghentian perawatan di rumah.

b. Pelaksanaan Asuhan keperawatan

Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan bertanggung jawab membuat dokumentasi asuhan keperawatan setiap kali melakukan kunjungan sesuai dengan prinsip-prinsip

pendokumentasian. 2. Pelaporan

Manajer kasus secara rutin (bulanan, triwulan, semester, tahunan) memberikan laporan kepada pengelola pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. Laporan dari pengelola pelayanan tersebut kemudian diteruskan kepada pimpinan unit pelayanan kesehatan (Agensi/ Puskesmas/ Rumah Sakit) disesuaikan dengan sistem pelaporan yang sudah berlaku di Institusi (terintegrasi dengan laporan Institusi yang bersangkutan). Selanjutnya laporan diteruskan secara berjenjang sesuai dengan alur bagan di atas. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mempunyai sistem informasi yang baik tentang pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang bisa di akses oleh Propinsi maupun Depkes. Materi yang dilaporkan mencakup:

 Jumlah pasien yang dikunjungi dan pola penyakit berdasarkan usia;  Periode kunjungan untuk setiap kasus (frekuensi kunjungan dan lama

perawatan);

 Jumlah pasien yang dapat pengobatan;

 Jumlah pasien yang dirujuk ke pelayanan kesehatan lain;  Jumlah pasien yang meninggal dan penyebab kematian;

(32)

 Tingkat keberhasilan pelayanan yang diberikan (kemandirian pasien dan keluarga);

 Tenaga kesehatan dan non kesehatan yang memberikan Pelayanan. Mekanisme Pelayanan di Rumah

a. Proses Penerimaan Kasus

1. Unit Pelayanan Keperawatan Kesehatan di rumah menerima pasien dari Rumah Sakit, Puskesmas, sarana pelayanan kesehatan lain dan dikirim dari keluarga/kelompok atau masyarakat;

2. Pimpinan Pelayanan Keperawatan Kesehatan di rumah menunjuk dan

memberikan mandat kepada salah seorang perawat untuk menjadi seorang manajer kasus untuk mengelola kasus tersebut;

3. Manajer kasus membuat surat persetujuan dan dilanjutkan untuk melakukan proses pengelolaan kasus (Manajemen Kasus).

b. Pembiayaan

Penentuan tarip pelayanan keperawatan kesehatan di rumah ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

 Pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

 Tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sebaiknya memperhatikan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat

 Penetapan tarif meskipun dimungkinkan untuk mencari laba, namun harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah dengan asas gotong royong

 Tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah untuk golongan yang pembayarannya dijamin oleh pihak asuransi ditetapkan atas dasar saling membantuTarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah harus mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional

c. Jenis Pelayanan, meliputi jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan:

 Pelayanan Medik

 Pelayanan Keperawatan  Pelayanan Penunjang Medik  Pelayanan Penunjang Non Medik

 Jasa pelayanan yang dikenakan tarif mencakup pemberian bantuan, tindakan intervensi langsung maupun konsultasi.

(33)

 Imbalan atas pemakaian sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat, dan bahan habis pakai yang digunakan langsung oleh pasien.

 Dana transportasi untuk kunjungan rumah maupun rujukan, besar nominal biaya untuk jasa tersebut di atas, ditetapkan olehdaerah masing-masing disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat setempat. Dasar Hukum Pelaksanaan

1. Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

4. Keputusan Dijen YanMedik RI No. HK.00.06.5.1.311 tentang Pedoman Perawatan kesehatan di Rumah.

Home care ini tidak bertentangan dengan Undang-undang Praktik Kedokteran, karena sesuai dengan Pasal 73 ayat (1), (2) dan (3) tenaga kesehatan perawat dan bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan dan perundangan. Khusus Perawat sampai saat ini pengauran Praktik Perawat diatur dalam Kep MenKes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, dimana salah satu pasal menyebutkan ” perawat dalam melaksanakan Praktik dapat melakukan perawatan kunjungan Rumah ”.

Perizinan

Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah masing-masing. Unit penyelenggara pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang merupakan bagian dari institusi pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta yang sudah memperoleh ijin penyelenggaraan sarana

kesehatan, tidak memerlukan ijin operasional. Akan tetapi institusi pelayanan kesehatan tersebut berkewajiban melapor kepada pemerintah daerah setempat melalui Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, tentang pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dan telah memenuhi persyaratan operasional lainnya (tenaga, sarana, organisasi, dsb).

Persyaratan perijinan bagi penyelenggara pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang mandiri atau badan khusus adalah:

1. Berbadan hukum yang ditetapkan dalam akta notaris dan disyahkan oleh Departemen Kehakiman dan HAM, berupa yayasan atau badan hukum lainnya.

2. Mengajukan permohonan ijin usaha pelayanan keperawatan kesehatan di rumah kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Khusus untuk perijinan pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang akan dilakukan oleh badan swasta perlu mengacu pada

peraturan yang berlaku, antara lain mengacu Kepmenkes 1239 tahun 2001 antara lain:

(34)

 Pasal 8 ayat (3) Perawat yang melakukan praktik perorangan/ berkelompok harus memiliki SIPP.

 Pasal 12 ayat (1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3)

diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

 Pasal 12 ayat (2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan

dengan kompetensi lebih tinggi

 Pasal 22 ayat (1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah.

 Pasal 23 ayat (1) Perawat dalam menjalankan praktik perorangan atau berkelompok sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan:

 Memenuhi tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan

 Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun kunjungan rumah

 Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan, formulir catatan tindakan asuhan keperawatan, serta formulir rujukan. Bentuk atau Tipe Organisasi

1. Organisasi oleh pemerintah Pusat atau Daerah / Officials Agencies. 2. Lembaga Non Profit /Yayasan (Non Profit Agencies)

3. Lembaga yang dikelola oleh Rumah Sakit (Hospital Based Agencies) 4. Agency atau lembaga yang dikelola secara Profit (Proprietary Agencies) 5. Praktik Perawat Perorangan atau berkelompok.

Penutup

Pelayanan Keperawatan Kesehatan di Rumah memungkinkan perawat dapat mengeksplorasikan kemampuannya untuk merawat klien sesuai dengan keilmuan dan kewenangannya serta

kemampuan manajemen kasus yang ada pada diri perawat atau kelompok perawat. Tidak salah bila komunitas perawat dan stake holder di Indonesia memulai untuk

mengembangkan pelayanan Keperawatan Kesehatan di rumah Sebagai satu alternatif pilihan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosial budaya di Indonesia yang sangat terkenal dengan kekeluargaan dan dukungan lingkungan yang masih sangat tinggi.

Dengan mulai maraknya upaya pelayanan keperawatan kesehatan keluarga dikembangkan maka akan makin terasa sentuhan peran perawat dalam melayani klien sesuai dengan lingkup

Referensi

Dokumen terkait

Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Hal

Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan, kecemasan

Membina hubungan saling percaya, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan dan minum dengan baik,

2.2.7 Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk menangani klien dengan perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan seorang perawat

Perawat Klini I (Novice) adalah perawat lulusan D-III yang telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun atau Ners (lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan profesi)

Faktor pancetus (P : provacate) : perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi

Klien dapat melakukan kembali/mempertahankan posisi fungsi optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria : tidak adanya footdrop, kontraktur (Doenges,M.E,

5.2 Saran 5.2.1 Bagi Perawat Perawat sebaiknya melakukan intervensi keperawatan mandiri dalam membantu meningkatkan kualitas tidur dengan cara menerapkan relaksasi otot progresif