• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny. C dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Lingkungan IX Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny. C dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Lingkungan IX Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,

mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna

mempertahankan kesehatannya ( A. Ajis Alimul.H, 20009)

Imobilisai merupakan sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami

atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik ,perubahan dalam tingkat

mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk

tirah baring ,pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (

misalnya : gips atau traksi rangka ) pembatasan gerakan volunter atau kehilangan

fungsi motorik ( Potter & Perry 2006 )

Jenis mobilisasi antara lain :

1. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan

peran sehari – hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter

(2)

2. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai

pada kasus cedera atau patah tulang denganpemasangan traksi. Pada pasien

paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena

kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi

dua jenis, yaitu:

a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya

dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh

rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena

stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya

sistem saraf motorik dan sensorik.

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi seseorang anatara lain :

1. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi seseorang

karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari – hari .

2. Proses penyakit / cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi karena dapat

memopengaruhi fungsi sistem tubuh, sebagai contoh orang yang menderita fraktur

(3)

3. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai

contoh orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh jauh memiliki

kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami

gangguan mobilisasi ( sakit ) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk

beraktivitas.

4. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar seseorang dapat

melakukan mobilisasi dengan baik ,dibutuhkan energi yang cukup

5. Usia dan status perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang berbeda. Hal

ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan

perkembangan usia.

Jenis Imobilitas

1. Imobilitas fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan

tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien

dengan hemipiegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah

paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi

tekanan.

2. Imobilisasi intelektual,merupakan keadaan ketika seseoran mengalami

keterbataan daya fikir seperti pada pasien yang mengalami kerusakn otak akibat

dari suatu penyakit

3. Imobilitas emosional,keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara

(4)

4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam

melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat

memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

Menurut Alimul Aziz (2006) dampak dari imobilitas fisik dalam tubuh dapat

memengaruhi sistem Tubuh, seperti :

a. perubahan metabolisme

secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal

,mengingat imobilisai dapat menyebabkan turunnyakan kecapatan metabolisme

dalam tubuh hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolisme rate

( BMR ), yang menyebabkan beerkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel

tubuh,sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel.

b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektolit sebagai dampak dari

imobilitas akan mengakibatan persediaan protein menurun dan konsentrasi

protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.

Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke

interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan

cairan dan elekrolit .

c. Gangguan pengubahan zat gizi

Terjadinya gangguan zat giziyang disebabkan oleh munurunnya pemasukan

protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat- zat makanan pada

tingkat sel menurun,dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam

amino,lemak dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan

(5)

d. Gangguan fungsi gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini

disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna

sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan

seperti perut kembung ,mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan

gangguan proses eliminasi.

e. Perubahan sistem pernafasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat

imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya

lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu.

Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran

oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan

ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh

permukaanparu.

f. Perubahan kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa

hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung ,dan terjadinya pembentukan

trombus. Terjadinya hipotensi ortastatik dapat disebabkan oleh menurunnya

kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks

neurovaskular akan menurun dan menyebabkan vasokonstruksi, kemudian

darah terkumpul pada vena bagia bawah sehingga aliran darah ke sistem

(6)

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah

menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan

gaya hidup yang dilakukan klien (Potter & Perry, 2005).

Menurut Alimul Aziz (2006), Pengkajian pada masalah pemenuhan

kebutuhan mobilitas adalah sebagai berikut :

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas, seperti adanya nyeri,

kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya

gangguan mobilitas.

b. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuh

kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis

(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial,

miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain), riwayat

penyakit kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat

penyakit sistem musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit

sistem pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain),

riwayat penyakit pemakaian obat seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf

(7)

c. Kemampuan fungsi motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki

kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.

d. Kemampuan mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai

kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa

bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat

aktivitas/mobilisasi

Kategori

Tingkat 0

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Mampu merawat diri sendiri secara penuh.

Memerlukan penggunaan alat.

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain.

Memerlukan bantuan pengawasan, pengawasan orang lain dan peralatan.

(8)

e. Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion – motion ) dilakukan pada

daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

Gerak sendi

Derajat rentang normal

Bahu

Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan, menghadap ke posisi yang paling jauh.

Siku

Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu

Pergelangan tangan

Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah .

Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin.

Abduksi :tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas

Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas.

Tangan dari jari

Fleksi : buat kepalan tangan

Ekstensi : luuskan jari.

Hiperekstensi : tekuk jari- jari tangan ke belakang sejauh mungkin

Abduksi : kembangkan jari tangan

Adduksi : rapatkan jari- jari tangan dari posisi abduksi

180

150

80-90

80-90

70-90

0-20

30-50

90

90

30

20

(9)

f. Perubahan intoleransi aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada

sistem pernafasan, antara lain : suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding

thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.

Pengkajian perubahan intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem

kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya

trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan

posisi.

g. Kekuatan otot dan gangguan kordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral atau tidak.

Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :

Skala

Persentasi kekuatan

Normal Karakteristik

0

1

2

3

4

5

0

10

25

50

75

100

Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan ,kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.

Gerakan yang normal melawan gravitasi

Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal

(10)

h. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan

mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,

perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain.

2. Analisa Data

Analisa Data menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau

resiko terjadinya masalah ( Potter & Perry,2005).

Kemungkinan data yang ditemukan :

1. Gangguan dalam pergerakan

2. Keterbatasan dalam pergerakan

3. Menurunnya kekuatan otot

4. Nyeri saat pergerakan

5. Kontraksi dan atrofi otot

6. Kesulitan membolak-balik posisi

7. Dispnea setelah beraktivitas

8. Gerakan bergetar

9. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

10.Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

11.Keterbatasan rentang pergerakan sendi

12.Ketidakstabilan postur

13.Pergerakan lambat

14.Pergerakan tidak terkoordinasi

15.Tremor akibat pergerakan

(11)

3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan

mobilisasi aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian.

Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau resiko

terjadi masalah ( Potter & Perry, 2005 ).

Diagnosa keperawatan NANDA untuk ketidaktepatan mekanika

tubuh dan hambatan mobilisasi :

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :

1. Kesejajaran tubuh yang buruk 2. Penurunan mobilisasi

Resiko cedera yang berhubungan dengan :

1. Ketidaktepatan mekanika tubuh 2. Ketidaktepatan posisi

3. Ketidaktepatan teknik Pemindahan

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :

1. Penurunan rantang gerak 2. Tirah baring

3. Penurunan kekuatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan:

1. Stasis sekresi paru

2. Ketidaktepatan posisi tubuh Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan :

1. Penurunan pengembangan Paru

2. Penumpukan sekresi paru 3. Ketidaktepatan posisi tubuh Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :

1. Pola napas tidak simetris 2. Penurunan pengembangan paru 3. Penumpuka sekresi paru

Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan :

1. Keterbatasan mobilisasi 2. Tekanan permukaan kulit 3. Gaya gesek

Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :

1. Keterbatasan mobilisasi 2. Resiko infeksi

3. Retensi urin Resiko infeksi yang berhubungan dengan :

1. Stasisnya sekresi paru 2. Kerusakan integritas kulit 3. Stasisnya urin

Inkontinensia total yang berhubungan dengan :

1. Perubahan pola eliminasi 2. Keterbatasan mobilisasi Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan:

1. Penurunana asupan cairan Ketidakefektifan koping

individu yang berhubungan dengan :

1. Pengurangan tingkat aktivitas

2. Isolasi social

Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :

(12)

4.Perencanaan

Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali

langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari

perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang

diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan

tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien

dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan

lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat

informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan

penatalaksanaan klinik. (Potter & Perry, 2005)

Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

Faktor yang berhubungan :

1. Intoleran aktivitas

2. Ansietas

3. Kontraktur

4. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia

5. Fisik tidak bugar

6. Penurunan ketahanan tubuh

7. Penurunan kendali otot

8. Penurunana massa otot

9. Penurunan kekuatan otot

10. Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik

11. Ketidaknyamanan

(13)

13. Kerusakan integritas struktur tulang

14.Gangguan muskuloskeletal

15.Gangguan neuromuskuloskeletal

16. Nyeri

17.Program pembatasan gerak

18.Keengganan memulai pergerakan

19.Gangguan sensoriperseptual

( NANDA, 2012)

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil :

1. Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

2. Mempertahankan posisi fungsional

3. Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh

4. Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan Aktivitas

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji derajat imobilitas yang

dihasilkan oleh

cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

2. Dorong partisipasi pada aktivitas terpeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan (contoh :radio, tv, Koran, kunjungan keluarga/teman)

3. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit

1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan

2. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial

(14)

4. Bantu/dorong perawatan

diri/kebersihan (contoh : mandi, mencukur)

5. Awasi TD dengan melakukan Aktivitas

6. Auskultasi bising usus

Kolaborasi

7. Konsul dengan ahli terapi fisik

4. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung

5. Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah

baring lama dan dapat

memerlukan intervensi khusus

(15)

4. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian pasien

Pada tanggal 18 mei sampai dengan 22 mei 2015 mahasiswa keperawatan

USU melaksanakan praktik di Kelurahan Harjosari II Lingkungan IX

Kecamatan Medan Amplas. Hari pertama praktek tanggal 18 mei 2015 pukul

09.00 ditemukan pasien kelolaan Ny. C di Kelurahan Harjosari II Lingkungan

IX Kecamatan Medan Amplas. Pukul 09.30 WIB dilakukan pengkajian tentang

biodata pasien antara lain Ny. C (Perempuan) berusia 61 tahun, bercerai, dan

agama Islam. Ny.C adalah seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan

terakhir adalah SLTP, tinggal di jalan Bajak II H Harjosari II. Ny. C masuk

rumah sakit Mitra Sejati Medan pada tanggal 7 Mei 2015, dan telah pulang

tanggal 15 mei 2015.

Pukul 10.00-11.30 dilakukan pengkajian tentang keluhan utama pasien,

riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehan masa lalu, riwayat kesehatan

keluarga. Dari pengkajian tentang keluhan utama diperoleh data pasien

mengatakan sangat terganggu dengan ketidak mampuan pasien dalam

melakukan mobilisasi fisik akibat pergeseran sendi lutut sebelah

kanan,ekstremitas kanan bawah pasien tidak dapat lagi digerakkan akibat

pergeseran sendi lutut, dan setiap hari pasien merasakan semakin sulit untuk

menggerakkan ekstremitas bawah sebelah kiri karna pada sendi sering nyeri

akibat asam urat yang meningkat, pada ekstremitas bawah kanan telah

mengalami kelumpuhan dan tidak bisa lagi digerakkan . Pasien tampak gelisah

(16)

yang susah untuk melakukan aktivitas. Tanda-tanda vital pasien, TD=2000/100

mmHg, HR=85x/menit, RR=20x/menit, Temp=36,5 C.

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang ditemukan data pasien sering

merasa terganggu dalam melakukan mobilisasi, sehingga membuat pasien

semakin susah dalam melakukan aktivitas karna ekstremitas sebelah kanan

sudah tidak dapat lagi digerakkan. Jika pasien merasa lelah, biasanya pasien

langsung istirahat di tempat tidur. Saat melakukan pengkajian didapati

kekuatan otot dengan skala 4. Jika dilihat dari ekspresi wajah nya, pasien

tampak tidak lelah ,karena selalu di opname di Rumah sakit beberapa tahun ini

Pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data pasien pernah

mangalami penyakit gula dengan kadar gula darah yang tinggi, KGD = 450.

Pasien dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pengobatan medis. Pasien pernah

menggunakan insulin selama 1 bulan, tetapi pasien tidak meneruskannya

karena tidak terlalu menghiraukan penyakitnya. Pasien kembali di rawat di

rumah sakit karena kadar gula darah tinggi dan pasien kembali menggunakan

insulin. Sampai saat ini penyakit gula yang diderita masih tetap dikontrol.

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperoleh data terdapat riwayat

penyakit DM dari orangtua pasien, ibu pasien meninggal akibat Diabetes

Melitus sedangkan ayah pasien meninggal akibat hipertensi yang berujung

kepeda struk , saudara pasien anak ke 2,4,5 meninggal akibat menderita

penyakit Diabetes Melitus, anak ke 6 meninggal karena kanker payudara dan

saudara pasien yang ke 3 meninggal akibat jantung dan pasien mempunyai

(17)

Pukul 12.00 WIB ditegakkan diagnosa keperawatan pertama yaitu

gangguan mobilitas fisik. Kemudian dilakukan intervensi keperawatan pada

pukul 12.30 WIB kepada pasien. Pukul 14.30 dilakukan evaluasi kepada pasien

dengan intervensi keperawatan yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil

gangguan mobilitas belum teratasi

Tanggal 19 mei 2015 pukul 08.30-10.00 WIB dilakukan pemeriksaan fisik

kepada pasien. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala

simetris, tidak ada benjolan pada ubun-ubun, kebersihan kepala terjaga.

Rambut tumbuh merata, kulit kepala bersih dan tidak berminyak.

Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak kuning langsat dengan

struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah,

lembab, konjungtiva anemis, sklera coklat muda, pupil coklat muda, kornea

bulat merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan kurang

baik,karna ada penumpukan protein di sklera ,dilakukan visus pasien tidak

mampu lagi melihat tanpa bantuan lensa, tekanan pada saat penekanan bola

mata tidak terasa sakit. Saat pengkajian ditemukan juga adanya kantung mata

bengkak, terdapat lingkar hitam pada mata, dan setelah dikaji pasien

mengatakan susah tidur nyenyak, sering terbangun pada malam hari.

Pada pemeriksaan hidung, posisi septum nasi simetris, lubang hidung

normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan

kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik.

Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir tidak kering,

(18)

bersih tidak ada jamur, pita suara baik. Posisi trachea normal, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar

limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.

Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen terjaga dengan baik

karena pasien selalu dibantu keluarga untuk mandi. Akral hangat, warna kulit

normal, tidak ada cianosis, turgor kulit kurang baik, CRT 5 detik, kelembaban

kulit baik, kelainan pada kulit tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan

thoraks/dada normal, simetris, pernafasan (frekuensi, irama) 28x/menit dan

tidak ada tanda kesulitan saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak

dada tampak normal, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara nafas

vesikuler.

Pada pemeriksaan jantung tidak didapati sianosis, tampak denyut jangtung

pada celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat

perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen

terlihat normal, simetris, ditemukan pembesaran hati, ada nyeri saat di tekan

bagian kuadran kanan bawah. Frekuensi peristaltik usus : 9x/menit. Perkusi

(suara abdomen) timpani pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya genitalia

(rambut pubis, lubang uretra) Tidak ada kelainan pada anus perineum).

Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas(kesimetrisan, kekuatan otot, edema).

Ekstremitas atas Tidak ada edema, jumlah jari lengkap, kekuatan otot kanan 5,

kiri 4.Ekstremitas bawah edema, jumlah jari kaki lengkap, kekuatan otot kaki

kanan 4, kaki kiri 2. Pemeriksaan neorologi (nervus cranialis)

N I : Fungsi indera penciuman baik

(19)

N III, IV, VI : Baik

N V : Baik

N VII : Persepsi pengecapan baik

N VIII : Keseimbangan klien kurang baik

N IX, X : Klien mampu menelan dengan baik

N XI : Baik

N XII : Lidah simetris, indera pengecapan baik

Fungsi motorik pada bagian yang ekstremitas bawah kanan terganggu, klien

belum mampu menggerakkan kaki kanan khususnya kaki kanan karena apabila

digerakkan maka akan sulit untuk digerakkan. Fungsi motorik pada organ yang

lain baik. Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,

getaran). Klien dapat mengetahui area kulit yang diberi sentuhan, klien mampu

mengidentifikasi benda tajam dan tumpul, klien mampu membedakan rasa panas

dan dingin, pasien tidak mampu merasakan getaran yang diberi pada daerah

wajah. Refleks bisep terangsang dengan baik kanan dan kiri, refleks trisep

terangsang dengan baik kanan dan kiri, refleks brachioradialis terangsang dengan

baik kanan dan kiri, refleks patelar, tendon achiles, dan plantar pada kaki tidak

(20)

Dari pengkajian tersebut maka ditemukan data tambahan yang menjadi

masalah kepererawatan tentang gangguan pola tidur pasien dan Pukul 10.30

ditegakkan diagnosa keperawatan kedua yaitu gangguan pola tidur. Pukul

11.00 WIB dilakukan intervensi kembali kepada pasien dengan diagnosa

keperawatan pertama dan Pukul 13.00 WIB dilakukan intervensi keperawatan

juga kepada pasien dengan diagnosa gangguan pola tidur. Pukul 13.30 WIB

dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan diperoleh hasil

gangguan mobilitas fisik belum teratasi dan gangguan pola tidur belum teratasi.

Tanggal 21 mei 2015 pukul 14.00 WIB dilakukan pengkajian tentang

keadaan umum pasien dan pasien mengatakan masih merasakan lelah , pasien

juga mengatakan tidurnya semalam tidak nyenyak. Maka pukul 14.15 WIB

dilakukan intervensi keperawatan kembali kepada pasien dengan diagnosa

gangguan mobilitas fisik dan gangguan pola tidur yang belum teratasi. Pukul

14.35 WIB dilakukan mobilitas fisik sudah teratasi sebagian, gangguan pola

(21)

Tanggal 21 mei 20015pukul 14.45 WIB dilakukan pengkajian kembali

kepada pasien tentang kebiasaan makan sehari-hari pasien. Pola kebiasaan

makan sehari-hari pasien makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), namun

sejak di rawat di rumah sakit pasien sering tidak selera makan, mual dan

muntah ketika makan dan setelah makan. Jumlah makanan satu piring setiap

makan , jenis makanan lembek dan berlemak. Berat badan pasien saat

ditimbang BB=65 kg. Penulis menyadari bahwa pasien mengalami masalah

pada nutrisi sejak hari pertama. Tapi pada hari keempat penulis mendapatkan

data tambahan yang menunjukkan bahwa nutrisi pasien lebih dari berat badan

pasien.

Dari hasil pengkajian tersebut diperoleh masalah nutrisi pada pasien dan

pukul 15.30 WIB ditegakkan diagnosa keperawatan tentang nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Pukul 16.00 WIB dilakukan intervensi kepada pasien dengan

diagnosa gangguan pola tidur yang belum teratasi dan Pukul 17.30 dilakukan

intervensi keperawatan kepada pasien dengan diagnosa keperawatan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Pukul 19.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap

intervensi yang telah dilakukan dan diperoleh hasil gangguan pola tidur sudah

teratasi dan nutrisi kurang dari kebutuhan tidur belum teratasi.

Tanggal 22 mei 2015 pukul 09.00 WIB dilakukan intervensi kembali

terhadap pasien dengan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pukul

14.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan

diperoleh hasil dengan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum

teratasi dan intervensi selanjutnya diserahkan kepada perawat di ruangan

(22)

2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 mei 2015

dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan

data objek dan data subjek.

Tabel 2.1. Analisa data subjektif, data objektif, etiologi dan masalah

keperawatan.

No Data Etiologi Masalah

keperawatan 1.

2. DS :

Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit Mitra sejati medan tanggal 9 mei dan pulang dari rumah sakit tanggal 15 mei akibat tekanan darah yang tinggi

Klien mengatakan sulit untuk bergerak khususnya pada ekstremitas sebelah kanan bawah

DO :

klien tidak mampu

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, kekuatan otot 2, tingkat kemampuan aktivitas klien 2,ekstremitas kanan bawah klien tidak dapat lagi digerakkan, drajat kekuatan otot 4, pergeseran sendi lutut kanan, lutut kanan bengkak ,jika dipalpasi sendi lutut tidak lagi menyatu sendi kanan ekstremitas bawah lutut susah digerakkan

DS:

Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakannya pada persendian ekstremitas bawah khususnya ekstremitas

Tekanan/kekerasan langsung ↓ Terputusnya kontinuitas tulang ↓ Deformitas ↓ Ektremitas tidak dapat berfungsi dengan baik ↓ Keterbatasan Mobilitas Peningkatan asam urat ↓

Nyeri pada sendi ↓

Hambatan mobilitas fisik

(23)

3.

sebelah kiri dibagian sendi lutut ,pasien sering terbangun DO:

TD:160/7O mmHg N: 85×/ menit RR: 29×/menit

Wajah klien pucat karena kurang tidur,asam urat 11 (meningkat) ,gelisah, mata bengkak ,dan berlingkar hitam, jumlah jam tidur 4 jam,

DS : klien mengatakan sering mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak.

DO :

TB 160cm

BB Saat ditimbang 65 kg IMT : 25,39

Tingkat aktivitas kurang gerak

Obat obatan perangsang selera makan

Pemenuhan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari hari

Mengkonsumsi makanan yang tinggi dengan lemak

Gelisah ↓

Gangguan pola tidur

Mengkonsumsi vitamin

Peningkatan selera makan

Makanan yang tinggi lemak

Konsumsi serat sedikit

Kurang aktivitas ↓

Gangguan nutrisi

(24)

3. Rumusan Masalah 1. Hambatan mobilitas fisik

2. Gangguan pola tidur

3. Gangguan nutrisi

Diangnosa Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

ditandai dengan Klien mengatakan sulit untuk bergerak khususnya pada

lutut sebelah kanan, klien tampak terbatas melakukan aktivitas sehari-hari

secara mandiri, sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada sendi akibat

meninkatnya asam urat, ditandai dengan lingkar mata hitam,mata pasien

tampak bengkak,pasien tampak lesu dan tak berkonsentrasi.

3. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi

yang melebihi kebutuhan metabolik ditandai dengan Lipatan kulit trisep

(25)

4. Perencanaan No DX Perencanaan keperawatn 1. Hamb atan mobil itas fisik berhu bunga n denga n penur unan kekua tan otot

Tujuan dan kriteria hasil

1. Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling

tinggi yang mungkin

Mempertahankan posisi fungsional

2. Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh

3. Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas

Rencana tindakan Rasional

1. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

2. Dorong partisipasi pada aktivitas

terpeutik/rekreasi.

Pertahankan rangsang lingkungan (contoh : membuka ruangan sirkulasi

udara,menciptakan lingkungan yang bersih, mendengar radio, menonton tv, Koran, kunjungan

1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan

actual, memerlukan informasi/interve

nsi untuk

(26)

keluarga/teman)

3. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam

rentang gerak

pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit

sosial

3. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk

meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi,mencegah kontraktur/ atrofi 2. Gang guan pola tidur berhu bunga n denga n nyeri pada sendi akibat menin gkatn ya asam urat

Tujuan dan kriteria hasil:

a. Jumlah jam tidur tidak terganggu

b. Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat

c. Perasaan segar setelah tidur atau istira Rencana keperawatan Rasional

1. Kaji pola tidur pasien

2. Kaji faktor penyebab gangguan tidur pasien

3. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang pada pasien

4. Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur

5. Ajarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur

1. Untuk mengetahui bagaimana pola tidur pasien 2. Membantu

menentukan tindakan intervensi

3. Lingkungan yang tenang dapat membantu pasien memenuhi

kebutuhan tidur 4. Minum air hangat

dapat membantu klien lebih relaksasi dan lebih nyaman 5. Membantu klien

(27)

6. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat mengganggu tidur

6. Mencegah

terganggu nya waktu tidur pasien 3. Nutris i lebih dari kebut uhan tubuh berhu bunga n denga n asupa n nutrisi yang meleb ihi kebut uhan metab olik

Tujuan dan kriteria hasil: a. Nutrisi terpenuhi

b. Berat badan dalam batas normal Rencana asuhan keperawatan Rasional

1. Kaji status nutrisi pasien

2. Diskusikan bersama pasien tentang penyebab perubahan pola makan

3. Timbang berat badan sesuai indikasi

4. Anjurkan makan dalam jumlah kecil dan sering secara teratur

5. Menetapkan jumlah berat badan harian yang diinginkan.

6. dorong pasien untuk menekankan pentingnya buah-buahan, sayuran, seluruh biji-bijian, bebas lemak atau susu rendah lemak dan produk-produk susu, daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, dan telur.

7. dorong penggunaan pengganti gula, yang sesuai 1. Untuk mengetahui status nutrisi pasien 2. Untuk memudahkan dalam melakukan intervensi.

3. Mengetahui status nutrisi pasien untuk pemberian nutrisi 4. Menjaga berat

badan agar tetap ideal

5. Berat badan dalam keadaan ideal

6. Supaya

kebutuhan tubuh terpenuhi dan terhindar dari obesitas sehingga pasien bisa hidup sehat dan berat badan terjaga.

7. Supaya tidak trjadi

(28)

5. IMPLEMENTASI dan EVALUASI No

DX

Hari / tanggal /

Implementasi Evaluasi

1 Hambatan mobilitas fisik berhubunga n dengan gangguan penurunan kekuatan otot

Selasa 19 mei 2015

1. Mengkaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi

pasien terhadap

imobilisasi dengan cara pasien dianjurkan untuk menghadap saya kemudian

tangan pasien

diekstensikan untuk melawan gravitasi yang telah saya buat.

2. Mendorong partisipasi

pada aktivitas

terpeutik/rekreasi. 3. Mempertahankan

rangsang lingkungan (contoh : radio, tv, Koran, kunjungan

keluarga/teman)

4. Menginstruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit

S : Klien

mengatakan sulit beraktivitas O:

TD : 120/80 mmHg

RR : 20 x/menit Nadi: 74 x/menit Suhu : 37o C Peristaltik usus : 8 , x/menit , tampak klien beraktivitas dengan

bantuan ,tingkat mobilitas : 3, kekuatan

ekstremitas atas kanan 5, kiri 4 , Kekuatan ekstremitas bawah kanan 2, kiri 4, Klien tampak

antusias

memperhatikan latihan rentang gerak yang diajarkan perawat A :

Masalah hambatan

mobilitas fisik belum teratasi P :

(29)

2 Gangguan pola tidur berhubunga n dengan nyeri pada sendi akibat meningkatn ya asam urat

1. Mengkaji pola tidur pasien 2. Mengkaji faktor penyebab

gangguan tidur pasien

3. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang pada pasien

4. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur

5. Mengajarkan jarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur

6. menganjurkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat mengganggu tidur

S: Pasien

mengatakan masi terbangun pada saat tengah malam

O:

TD: 130/ 70 mmHg

N: 79×/i

Pasien tampak lelah

A:

masalah tidur teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan

3 Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubunga n dengan asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik

1. Mengkaji status nutrisi pasien

2. Mendiskusikan bersama pasien tentang penyebab perubahan pola makan

3. Menimbang berat badan sesuai indikasi

4. Menganjurkan makan dalam jumlah kecil dan sering secara teratur

5. Menetapkan jumlah berat badan harian yang diinginkan.

6. mendorong pasien untuk menekankan pentingnya buah-buahan, sayuran, seluruh biji-bijian, bebas lemak atau susu rendah lemak dan produk-produk susu, daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, dan telur.

7. Mendorong penggunaan pengganti gula, yang sesuai

S: - O:

BB:64 kg

Gambar

Tabel 2.1. Analisa data subjektif, data objektif, etiologi dan masalah

Referensi

Dokumen terkait

A dengan masalah kebutuhan dasar: mobilisasi yang didukung dengan data fokus sebagai berikut: adanya hambatan mobilitas fisik serta kelemahan pada ekstremitas bawah

Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan muskuluskeletal di tandai dengan pasien mengatakan sulit bergerak kususnya pada tubuh bagian kanan, tampak pasien tidak

A dengan masalah kebutuhan dasar: mobilisasi yang didukung dengan data fokus sebagai berikut: adanya hambatan mobilitas fisik serta kelemahan pada ekstremitas bawah

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan hilangnya. makan ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, penurunan kekuatan

Hal-hal yang dapat dilakukan keluarga untuk melakukan perawatan diri pada klien dengan hambatan mobilitas fisik. Beberapa hal yang dapat dilakukan keluarga dalam membantu

A dengan masalah kebutuhan dasar: mobilisasi yang didukung dengan data fokus sebagai berikut: adanya hambatan mobilitas fisik serta kelemahan pada ekstremitas bawah

Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif, klien mengatakan susah bergerak karena adanya pembengkakan pada kaki yang disebabkan penyakit kronis asam urat yang

Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas ditandai dengan klien tidak mampu melakukan aktivitas toileting untuk dirinya sendiri, ekstermitas bawah