Laporan Realisasi Anggaran 1
BAB I PENDAHULUAN
Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu agenda dalam memenuhi suatu kewajiban dalam rangka pemenuhan kebutuhan bersama sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penyajian laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah, harus memuat komponen-komponen laporan keuangan yang harus dipenuhi. Salah satu komponen laporan keuangan yang harus dipenuhi tersebut adalah laporan realisasi anggaran.
Laporan realisasi anggaran yang disusun oleh suatu entitas akan menyajikan laporan realisasi anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam peraturan tersebut telah ditetapkan standar yang mengatur tentang bagaimana penyajian laporan realiasasi anggaran yang semestinya. Tujuan dari penetapan standar laporan realisasi anggaran adalah penetapan dasar-dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintah dalam rangka untuk sebagai perwujudan pemenuhan tujuan akuntabilitas publik.
Melalui penyusunan laporan realiasi anggaran dapat dihasilkan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Dari informasi tersebut dapat dilakukan perbandingan antara anggaran dan realisasinya. Perbandingan tersebut ditujukan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pencapaian target-target yang telah disepakati antara eksekutif dan legislatif serta bagaimana proses penyerapan anggaran yang terjadi.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, telah dilaksanakan sesuai dengan
Laporan Realisasi Anggaran 2 anggarannya (APBN/APBD), dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Informasi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ini sangat berguna untuk mengkaji ulang keputusan tentang alokasi sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan kepatuhan entitas perlaporan terhadap ketentuan anggaran. Hasil akhir laporan realisasi anggaran ini yang kemudian akan dipindahkan ke neraca kelompok ekuitas dana lancar. Setiap laporan realisai anggaran harus disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi pemerintahan (SAP). LRA dan SAP dinyatakan dalam PSAP No.2 tentang laporan realisasi anggaran. PSAP No.2 ini berisikan prinsip-prinsip mengenai LRA. Tujuan standar LRA menetapkan dasar-dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntanbilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Laporan Realisasi Anggaran 3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Realisasi Anggaran.
Laporan realisasi anggaran merupakan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur dalam undang-undang No. 17 tahun 2003, tentang keuangan negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD), dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam laporan realisasi anggaran harus diidentifikasi secara jelas informasi berikut pada setiap halaman laporan:
1. nama entitas pelaporan pemerintah atau sarana identifikasi lainnya 2. cakupan entitas pelaporan
3. periode yang dicakup 4. mata uang pelaporan
Laporan Realisasi Anggaran 4 Laporan realisasi anggaran setidaknya disajikan secara tahunan. Tahun anggaran pemerintah dapat berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau pendek dari periode satu tahun anggaran. Apabila hal tersebut terjadi maka sebagai tambahan informasi terhadap periode cakupan laporan realisasi anggaran mengungkap:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode tahunan
b. Fakta bahwa angka-angka komperatif dalam laporan realisasi anggaran tidak dapat diperbandingan.
Manfaat suatu laporan realisasi berkurang apabila jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya suatu entitas pemerintahan menyajikan laporan realisasi anggaran selambat-lambatnya enam (6) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pemerintah untuk menyajikan laporan keuangan yang tepat waktu.
2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Realisasi Anggaran.
Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintahan dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan . laporan realisasi anggaran menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas secara tersanding. Penyadingan antara anggara dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislative dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut PSAP No. 2 alinea 6 (2010), laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing diperbadingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan tersebut dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-
Laporan Realisasi Anggaran 5 sumber daya ekonomi serta untuk menyediakan akuntabilitas entitas atas sumber – sumber daya tersebut dengan :
a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber daya ekonomi alokasi dan penggunaan sumber-sumber tersebut
b. Menyediakan informasi realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas pengguna anggaran.
Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksikan sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah. Laporan tersebut juga memprediksi resiko ketidakpastian dari sumber – sumber daya ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan pemerintah tersebut. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan :
a. Telah dilaksanakan secara efektif, efisien dan hemat. b. Telah sesuai dengan anggaranya
c. Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.3 Basis Akuntansi
2.3.1 Basis Anggaran dan Basis Akuntansi
Anggaran pemerintah disusun dengan basis kas. Akuntansi pemerintah pada dasarnya merupakan akuntansi anggaran, maka basis akuntansi yang digunakan seharusnya sama dengan basis anggaran. Pada saat ini Pemerintah Indonesia masih menggunakan basis kas, baik untuk anggaran maupun akuntansi realisasi anggarannya.
Apabila ada pemerintah daerah yang menerapkan basis akrual penuh dalam sistem akuntansinya, termasuk untuk pendapatan dan belanja, maka dalam penyusunan LRA, laporan yang dihasilkan dari basis akrual tersebut harus dikonversi ke LRA berbasis kas. Konversi dari LRA berbasis akrual ke LRA
Laporan Realisasi Anggaran 6 wajib disajikan dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PSAP No. 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
2.3.2 Pengakuan Pendapatan
Sistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Daerah. Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan:
a. Wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas Umum Daerah.
b. Wajib bayar/masyarakat menyetor ke juru pungut/Bendahara Penerimaan, selanjutnya Bendahara Penerimaan tersebut menyetor ke rekening Kas Umum Daerah.
Dengan menggunakan basis kas, pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Oleh karena itu, pada saat uang diterima juru pungut/Bendahara Penerimaan, jumlah tersebut belum diakui sebagai pendapatan daerah, pengakuannya baru dilakukan setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum Daerah.
2.3.3 Pengakuan Belanja
Sistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran ada dua, yaitu: a. Pembayaran langsung kepada yang berhak
b. Pembayaran dengan dana kas kecil melalui Bendahara Pengeluaran. Berdasarkan Basis Kas sebagaimana diatur dalam PSAP No. 2, belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang menjalankan fungsi perbendaharaan (SKPKD).
Dengan demikian, untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga/vendor pengakuan belanjanya dilakukan pada saat uang dikeluarkan, yaitu pada saat diterbitkannya Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS). Sedangkan untuk pembayaran dengan dana kas kecil, pada saat diterbitkannya
Laporan Realisasi Anggaran 7 SP2D untuk pemberian uang persediaan kepada Bendahara Pengeluaran (SP2D UP) ataupun untuk penambahan uang persediaan (SP2D TU) belum diakui sebagai belanja. Pengeluaran tersebut merupakan transaksi transito yang belum membebani anggaran. Pengakuan belanja baru dilakukan setelah pengeluaran yang dilakukan dipertanggungjawabkan olah Bendahara Pengeluaran dan telah diverifikasi serta disetujui oleh pejabat yang berwenang, ditandai dengan diberikannya pengganti uang persediaan dengan diterbitkannya SP2D GU.
2.3.4 Pengakuan Pembiayaan
Pelaksanaan anggaran pembiayaan merupakan kewenangan Bendahara Umum Daerah. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima kas pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Dengan demikian, perlakuan pengakuan penerimaan pembiayaan ini sama dengan pengakuan pendapatan sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan kas dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Pengeluaran pembiayaan antara lain untuk pemberian pinjaman, penyertaan modal, dan pembentukan dana cadangan. Pembayarannya dapat dilakukan melalui pembayaran langsung atau melalui Bendahara Pengeluaran dengan uang persediaan. Pengakuannya sama dengan pengakuan belanja, yaitu untuk pembayaran langsung diakui pada saat diterbitkannya SP2D LS sedangkan untuk pembayaran melalui uang persediaan dilakukan setelah pertanggungjawaban atas pengeluaran ini diverifikasi dan disetujui oleh SKPKD.
2.4 Isi dan Format Laporan Realisasi Anggaran.
Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi anggaran menbandingkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan anggarannya. Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 bahwa laporan realisasi anggaran minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
Laporan Realisasi Anggaran 8 a. Pendapatan.
b. Belanja. c. Transfer.
d. Surflus atau Deficit. e. Penerimaan Pembiayaan. f. Pengeluaran Pembiayaan.
g. Pembiayaan Netto.Selisih lebih / kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA / SIKPA)
Pos, judul dan sub jumlah lainnya disajikan dalam laporan realisasi anggaran apabila diwajibkan oleh standar akuntansi pemerintahan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan laporan realisasi anggaran secara wajar.
Dalam konteks laporan realisasi anggaran, aktivitas operasi adalah aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh entitas dalam rangka mencapai tujuan utamanya. Belanja yang timbul dari aktivitas operasi dibedakan menurut belanja yang timbul dari aktivitas perolehan aset dan yang timbul dari aktivitas pembiayaan entitas. Entitas pemerintah harus menyajikan pada laporan realisasi anggaran atau pada catatan atas laporan keuangan sub-klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Entitas pemerintah menyajikan belanja menurut jenis dalam laporan realisasi anggaran. Rincian belanja menurut klasifikasi organisasi disajikan dalam laporan realisasi anggaran atau di catatan atas laporan keuangan. Belanja disajikan dalam laporan realisasi anggaran menurut jenis belanja. Berikut ini adalah penjelasan tentang item-item yang ada dalam laporan realisasi anggaran.
a. Pendapatan.
Menurut PSAP No.2.1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian pendapatan adalah :
Laporan Realisasi Anggaran 9 “ Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara / kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat / daerah ”.
Pembukuan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Realisasi anggaran pendapatan harus dibukukan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.
Pengembalian / koreksi atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan, sedangkan pengembalian / koreksi atas penerimaan pendapatan dari periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar. Akuntansi pendapatan disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggung jawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.
b. Belanja.
Menurut PSAP No.2.dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian belanja adalah :
“Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negara / kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat / daerah. Belanja ditetapkan dengan dokumen otoritas kredit anggaran (allotment)”.
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran kas umum Negara / kas daerah. Khusus pengeluaran kepada pemegang kas diakui pada saat dipertanggung jawabkan. Realisasi anggaran belanja harus dibukukan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.
c. Transfer
Menurut PSAP No.2.1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 : “ Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas ke entitas lain seperti pengeluaran dan dana bagi hasil”.
Laporan Realisasi Anggaran 10
d. Surflus / Defisit.
Menurut PSAP No.2. dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian surflus adalah : “Surflus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja”.
e. Penerimaan Pembiayaan.
Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian penerimaan pembiayaan adalah : “Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan kas umum Negara / kas daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privitisasi
BUMN / BUMD, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga danpenjualan investasi permanent lainnya”.
f. Pengeluaran Pembiayaan.
Menurut PSAP No.2 dalam Peratura Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 : “Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran kas umum Negara atau daerah karena memberikan pinjaman kepada pihak ketiga atau pembayaran klaim kepada pihak ketiga dalam periode tahun anggaran tertentu”.
g. Pembiayaan Netto
Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 : “Penerimaan Netto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu”.
h. Sisa Lebih atau Kurang Perhitungan Anggaran.
Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 : “Selisih lebih kurang perhitungan anggaran adalah akumulasi surplus / defisit dengan pembiayaan netto”.
Transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
Laporan Realisasi Anggaran 11 Contoh format Laporan Realisai Anggaran merupakan ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari standar. Tujuan contoh ini mengilustrasikan penerapan standar untuk membantu dalam klarifikasi nantinya. (lampiran)
2.5. Akuntansi dalam Penyusunan LRA
Dalam penyajian laporan realisasi anggaran, terdapat berbagai akuntansi yang disusun. Antara lain adalah :
1. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan srtuktur anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan, anggaran dialokasikan, dan anggaran direalisasikan. Pengesahan anggaran ditandai dengan terbitnya Perda APBD. Akuntansi diselenggarakan di SKPD dan di BUD. Akuntansi di SKPD dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Akuntansi di tingkat BUD terutama dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan Arus Kas.
Akuntansi anggaran untuk Perda APBD dilakukan di BUD. Ilustrasi akuntansi untuk anggaran yang disahkan dengan Perda APBD adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Estimasi Pendapatan xxx
Apropriasi Belanja xxx
Surplus/Defisit xxx
Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx
Pembiayaan Neto xxx
Laporan Realisasi Anggaran 12 Pada saat alokasi anggaran dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA SKPD), berarti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mempunyai hak untuk menggunakan dana maksimal sebesar anggaran belanja yang dialokasikan dan SKPD mempunyai kewajiban untuk menyetorkan pendapatan ke BUD sebesar alokasi estimasi pendapatan yang dituangkan di DPA SKPD. Jurnal pengalokasian dana berupa DPA-SKPD dicatat seperti berikut:
SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Estimasi Pendapatan yg Dialokasikan xxx
Utang kepada BUD xxx
Piutang kepada BUD xxx
Allotment Belanja xxx
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Alokasi Estimasi Pendapatan xxx
Alokasi Apropriasi Belanja xxx
2. Akuntansi Pendapatan – LRA
Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat dilakukan melalui bendahara penerimaan atau langsung disetor ke kas daerah. Apabila pendapatan lansung disetor ke kas daerah, maka SKPD akan mengakui adanya realisasi pendapatan dan penurunan Utang kepada BUD. Oleh karena itu, transaksi ini dicatat dengan mendebet Utang kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Apabila pendapatan disetor melalui bendahara penerimaan, maka SKPD akan mendebet Kas di Bendahara Penerimaan dan mengkredit Pendapatan yang Ditangguhkan. Pendapatan yang Ditangguhkan mencerminkan adanya kewajiban bagi SKPD untuk menyetorkan pendapatan tersebut ke rekening Kas Umum Daerah. Oleh karena itu, Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan utang SKPD kepada BUD. Apabila pendapatan tersebut disetorkan, maka SKPD
Laporan Realisasi Anggaran 13 mendebet Utang kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Selanjutnya dilakukan jurnal balik atas penerimaan kas yang semula ditampung dalam akun Pendapatan yang Ditangguhkan. Jurnal balik dilakukan dengan mendebet Pendapatan yang Ditangguhkan dan mengkredit Kas di Bendahara Penerimaan.
BUD tidak melakukan pencatatan pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan. BUD melakukan pencatatan pada saat kas telah disetorkan dan diterima pada rekening Kas Umum Daerah, dengan mendebet Kas di Kas Daerah dan mengkredit pendapatan sesuai dengan jenisnya. Pada tanggal pelaporan perlu dilakukan rekonsiliasi pendapatan antara SKPD dan BUD.
Dokumen sumber untuk pengakuan pendapatan antara lain berupa surat tanda setoran, nota kredit, dan bukti penerimaan lainnya yang dianggap sah.
Berikut ini ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan pajak: a. Pendapatan yang disetor ke BUD
1) SKPD
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Utang kepada BUD xxx
Pendapatan xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)
2) BUD
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan .... xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)
b. Pendapatan melalui Kas Bendahara Penerimaan
1) SKPD
Penerimaan Kas oleh Bendahara Penerimaan
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Kas Bendahara Penerimaan xxx
Pendapatan yang Ditangguhkan xxx
Laporan Realisasi Anggaran 14 Penyetoran kas oleh SKPD kepada BUD
Jurnal 1
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Utang kepada BUD xxx
Pendapatan xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)
Jurnal 2
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Pendapatan yang Ditangguhkan xxx
Kas Bendahara Penerimaan xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)
2) BUD
Penerimaan Kas pada SKPD
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Tidak ada Jurnal
Penerimaan Setoran Kas dari SKPD
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan.... xxx
(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
3. Akuntansi Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja
Laporan Realisasi Anggaran 15 diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi.
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi belanja pemerintah daerah adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga.
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.
Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut.
Laporan Realisasi Anggaran 16 Berikut ini adalah contoh pencatatan pada akuntansi belanja :
Belanja Operasi: - Belanja Pegawai xxx - Belanja Barang xxx - Bunga xxx - Subsidi xxx - Hibah xxx - Bantuan Sosial xxx Belanja Modal: - Belanja Aset Tetap xxx
- Belanja Aset Lainnya xxx
Belanja Lain-lain/Tak Terduga xxx
4. Akuntansi Surplus / Defisit – LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.
Surplus/defisit diperoleh melalui jurnal penutup pendapatan dan belanja. Perhitungan Surplus/defisit dilakukan di tingkat pemerintah daerah (BUD) melalui jurnal penutup pada saat dilakukan proses penggabungan di BUD. Di SKPD tidak dilakukan penandingan antara pendapatan dan belanja sehingga tidak ada surplus/defisit.
Dalam ilustrasi ini digunakan pendekatan penutupan akun secara berjenjang. Di SKPD, akun realisasi anggaran ditutup ke akun alokasi anggaran dalam DPA SKPD.
Contoh:
Estimasi pendapatan di DPA SKPD Rp10 juta dan realisasi pendapatan Rp9 juta. Allotment Belanja sebesar Rp20 juta dan realisasi belanja Rp18 juta.
Laporan Realisasi Anggaran 17 Jurnal penutup di SKPD adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Pendapatan 9 juta
Utang kepada BUD 1 juta
Estimasi Pendapatan yang dialokasikan
10 juta
Allotment Belanja 20 juta
Piutang dari BUD 2 juta
Belanja ... 18 juta
Selanjutnya penutupan akun pendapatan dan belanja serta anggarannya di BUD dapat diilustrasikan berikut ini.
Contoh:
Estimasi Pendapatan Rp1.000 miliar dan realisasi Pendapatan Rp950 miliar. Sementara Apropriasi Belanja Rp1.250 miliar dan Realisasi Belanja Rp1.100 miliar.
Jurna Penutup (Rp miliar)
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Des 31 Apropriasi Belanja 1.250
Alokasi Apropriasi Belanja 1.250
Des 31 Alokasi Estimasi Pendapatan 1.000
Estimasi Pendapatan 1.000
Des 31 Pendapatan 950
Surplus/Defisit 150
Belanja 1.100
5. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
Laporan Realisasi Anggaran 18 kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
a. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal. Pertama, untuk mengakui realisasi penerimaan anggaran, kedua, jurnal korolari untuk mengakui akun neraca terkait yang dipengaruhi transaksi tersebut.
Berdasarkan kewenangan tersebut, transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Umum Daerah.
Contoh:
Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp500 juta. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan diangsur selama 5 tahun mulai tahun 2008.
Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 500 juta
Penerimaan Pinjaman 500 juta
Dana yg harus disediakan untuk pembayaran utang jk panjang
500 juta
Laporan Realisasi Anggaran 19 b. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Contoh:
Dikeluarkan uang sejumlah Rp100 juta sebagai penyertaan modal pada PDAM. Jurnal untuk pengeluaran penyertaan modal pada PDAM tersebut adalah:
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemda 100 juta
Kas di Kas Daerah 100 juta
(Untuk mencatat penyertaan modal pada PDAM)
Penyertaan Modal Pemda 100 juta
Diinvestasikan dalam Investasi Jk Panjang 100 juta
(Untuk mencatat penyertaan modal pada PDAM)
c. Akuntansi Pembiayaan Netto
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
Contoh:
Selama satu tahun anggaran, penerimaan pembiayaan berasal dari penerimaan pinjaman sejumlah Rp200 juta, dan pengeluaran pembiayaan hanya untuk penyertaan modal sejumlah Rp250 juta.
Laporan Realisasi Anggaran 20 Jurnal penutupnya adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Penerimaan Pinjaman 200 juta
Pembiayaan Neto 50 juta
Pengeluaran Penyertaan Modal 250 juta
(Untuk menutup penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan)
6. Akuntansi Sisa Lebih / Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA / SiKPA)
SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
SILPA/SIKPA diperoleh dari penutupan akun Surplus/Defisit dan Pembiayaan Neto pada akhir tahun anggaran.
Contoh:
Surplus/defisit pada contoh di atas bersaldo kredit Rp100 juta sedangkan Pembiayaan Neto bersaldo debet Rp50 juta.
Jurnal penutupnya adalah:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Surplus/Defisit 100 juta
Pembiayaan Neto 50 juta
SILPA 50 juta
(Untuk menutup Surplus/defisit dan Pembiayaan neto)
Laporan Realisasi Anggaran 21
7. Transaksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Berbentuk Barang
Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk barang/aset harus dilaporkan dalam LRA dengan cara menaksir nilai aset tersebut pada tanggal transaksi. Berhubung transaksi ini harus dicatat sebagai pendapatan dan belanja atau pembiayaan, maka perlu dibuatkan dokumen anggaran sebagai pendapatan, belanja, atau pembiayaan sebagai dokumen pengesahan anggaran. Berdasarkan dokumen pengesahan inilah dibuat jurnal untuk mencatat transaksi ini. Berhubung transaksi ini tidak melibatkan arus kas maka transaksi ini tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas.
Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh transaksi berwujud barang adalah hibah dalam wujud barang dan barang rampasan.
Contoh:
Diterima hibah dari UNICEF sebuah mobil ambulance seharga Rp200 juta. Jurnal penerimaan hibah berupa barang ini adalah:
SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Utang kepada BUD 200 juta
Pendapatan Hibah 200 juta
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 200 juta
Piutang dari BUD 200 juta
Peralatan dan Mesin 200 juta
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 200 juta
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 200 juta
Laporan Realisasi Anggaran 22
ILUSTRASI LRA PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X0 dan 20X0
(DalamRupiah) No Uraian Anggaran 20X0 Realisasi 20X0 (%) Realisasi 20X0 PENDAPATAN PENDAPATAN PERPAJAKAN
Pendapatan Pajak Penghasilan xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan
Barang Mewah xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Cukai xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Bea Masuk xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Pajak Ekspor xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Pajak Lainnya xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Pendapatan Perpajakan xxxx xxxx xxxx xxxx
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
Pendapatan Sumber Daya Alam xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxxx xxxx xxxx xxxx
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak xxxx xxxx xxxx xxxx PENDAPATAN HIBAH
Pendapatan Hibah xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Pendapatan Hibah xxxx xxxx xxxx xxxx
JUMLAH PENDAPATAN xxxx xxxx xxxx xxxx BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai xxxx xxxx xxxx xxxx Belanja Barang xxxx xxxx xxxx xxxx Bunga xxxx xxxx xxxx xxxx Subsidi xxxx xxxx xxxx xxxx Hibah xxxx xxxx xxxx xxxx Bantuan Sosial xxxx xxxx xxxx xxxx Belanja Lain-lain xxxx xxxx xxxx xxxx
Laporan Realisasi Anggaran 23 BELANJA MODAL
Belanja Tanah xxxx xxxx xxxx xxxx
Belanja Peralatan dan Mesin xxxx xxxx xxxx xxxx
Belanja Gedung dan Bangunan xxxx xxxx xxxx xxxx
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxxx xxxx xxxx xxxx
Belanja Aset Tetap Lainnya xxxx xxxx xxxx xxxxx
Belanja Aset Lainnya xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Belanja Modal xxxx xxxx xxxx xxxx
JUMLAH BELANJA xxxx xxxx xxxx xxxx
TRANSFER
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak xxxx xxxx xxxx xxxx
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxxx xxxx xxxx xxxx
Dana Alokasi Umum xxxx xxxx xxxx xxxx
Dana Alokasi Khusus xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Dana Perimbangan xxxx xxxx xxxx xxx
TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
Dana Otonomi Khusus xxxx xxxx xxxx xxxx
Dana Penyesuaian xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Transfer Lainnya xxxx xxxx xxxxx xxxx
JUMLAH TRANSFER xxxx xxxx xxxx xxxx
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER xxxx xxxx xxxx xxxx
SURPLUS / DEFISIT xxxx xxxx xxxx xxxx
PEMBIAYAAN PENERIMAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
Penggunaan SiLPA xxxx xxxx xxxx xxxx
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxxx xxxx xxxx xxxx Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxxx xxxx xxxx xxxx
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxxx xxxx xxxx xxxx
Penerimaan dari Divestasi xxxx xxxx xxxx xxxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxxx xxxx xxxx xxxx Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri xxxx xxxx xxxx xxxx
PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxxx xxxx xxxx xxxx
Laporan Realisasi Anggaran 24
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri xxxx xxxx xxxx xxxx
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN xxxx xxxx xxxx xxxx PENGELUARAN
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor
Perbankan xxxx xxxx xxxx xxxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxxx xxxx xxxx xxxx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxxx xxxx xxxx xxxx
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxxx xxxx xxxx xxxx
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxxx xxxx xxxx xxxx
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri xxxx xxxx xxxx Xxxx
PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxxx xxxx xxxx xxxx
Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri xxxx xxxx xxxx xxxx
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN xxxx xxxx xxxx xxxx
PEMBIAYAAN NETO xxxx xxxx xxxx xxxx
Laporan Realisasi Anggaran 25
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran yang dibuat oleh PPKD Kota Bandung telah sesuai dengan Laporan Realisasi Anggaran PP No. 71 tahun 2010 tentang Standart Akuntansi Pemerintahan PSAP No. 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas (Laporan Terlampir)
Berdasarkan dari Laporan Realisasi Anggaran diketahui sebagai berikut :
3.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan
Target pendapatan Pemerintah Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2012 sebagaimana yang tertuang dalam APBD dianggarkan sebesar Rp3.609.909.735.354,63dan dapat direalisasikan sebesar Rp3.666.703.946.900,00 atau mencapai sebesar 101,57% dari target yang telah ditetapkan (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI). Perincian rencana dan realisasi pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Komposisi Pendapatan Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No. Uraian
Tahun Anggaran 2012 setelah Perubahan Anggaran
Pendapatan Realisasi Anggaran %
1 PAD 933.920.994.572 1.005.836.878.460 107,70
2 Dana Perimbangan 1.794.296.154.447 1.806.832.269.571 100,70
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 881.692.586.336 854.034.798.869 96,86
Jumlah 3.609.909.735.355 3.666.703.946.900 101,57
Laporan Realisasi Anggaran 26
Perincian Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No. Uraian
Tahun Anggaran 2012 setelah Perubahan Anggaran
Pendapatan
Realisasi
Anggaran %
1 Hasil Pajak Daerah 727.000.000.000 821.045.120.342 112,94
2 Hasil Retribusi Daerah 71.174.028.328 78.649.880.372 110,50
3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 10.269.067.395 7.227.067.446 70,38 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 125.477.898.849 98.914.810.300 78,83
Jumlah 933.920.994.572 1.005.836.878.460 107,70
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
3.3 Anggaran dan Realisasi Belanja
Belanja Daerah Pemerintah Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2012 dianggarkan sebesar Rp3.864.669.570.886,63 dan dapat direalisasikan Rp3.490.099.865.059,00 atau mencapai 90,31%(sebelum dilakukan audit BPK-RI)yang perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Komposisi Belanja Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No. Uraian
Tahun Anggaran 2012 setelah Perubahan
Anggaran Belanja Realisasi Belanja %
1 Belanja Tidak Langsung 2.167.730.394.921,30 2.106.950.224.766,00 97,20%
2 Belanja Langsung 1.696.939.175.965,33 1.383.149.640.293,00 81,51%
Jumlah 3.864.669.570.886,63 3.490.099.865.059,00 90,31%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Perincian Belanja Tidak Langsung Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No. Uraian
Tahun Anggaran 2012 setelah Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung Realisasi Belanja Tidak Langsung % 1 Belanja Pegawai 1.673.067.994.188,92 1.634.604.768.384,00 97,70% 2 Belanja Bunga - - -3 Belanja Subsidi 62.055.500.000,00 62.055.500.000,00 100,00% 4 Belanja Hibah 428.630.606.304,00 408.328.642.999,00 95,26%
Laporan Realisasi Anggaran 27
5 Belanja Bantuan Sosial 468.585.880,00 383.850.600,00 81,92%
6 Belanja Tidak Terduga 814.272.441,00 814.044.939,00 99,97%
7 Belanja Bantuan Keuangan pada Partai Politik 2.693.436.107,38 763.417.844,00 28,34%
Jumlah 2.167.730.394.921,30 2.106.950.224.766,00 97,20%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Perincian Belanja Langsung Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No. Uraian
Tahun Anggaran 2012 setelah Perubahan Anggaran Belanja
Langsung
Realisasi Belanja
Langsung %
1 Belanja Pegawai 124.008.137.050,00 110.083.025.846,00 88,77%
2 Belanja Barang & Jasa 533.184.303.248,07 466.326.408.024,00 87,46%
3 Belanja Modal 1.039.746.735.667,26 806.740.206.423,00 77,59%
Jumlah 1.696.939.175.965,33 1.383.149.640.293,00 81,51%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD), dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Laporan realisasi anggaran juga merupakan wujud kinerja suatu instansi lembaga pemerintah dala menjalankan kegiatan yang telah direncanakan.
Laporan Realisasi Anggaran 28
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelaporan Realisasi Anggaran memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan :
Secara garis besar Realisasi Anggaran Kota Bandung pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1. Realisasai Pendapatan Pemerintah Kota Bandung melibihi target yang ditetapkan atau mencapai sebesar 101,57% dari target yang telah ditetapkan (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
2. Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Kota Bandung mencapai 90,31% (sebelum dilakukan audit BPK-RI) dari target yang dianggarakan.
3. Terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran sebesar Rp. 432.448.611.338,00
Secara umum, Laporan Realisasi anggaran pada tahun 2012 Kota Bandung cukup baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Laporan Realisasi Anggaran 29
4.2 Saran
Dalam pemanafaatan anggaran, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan ketercapaian target dari program-program pemerintah secara efektif dan efisien, tidak hanya dilihat dari penyerapan anggaran saja. Anggaran yang sudah dianggarkan seharusnya digunakan secara tepat sasaran, dan dapat diserap oleh seluruh departemen secara baik dan tepat waktu. Sebaiknya terdapat Laporan Realisasi Anggaran Komparatif yaitu Laporan Realisasi Anggaran tahun ini dibandingkan dengan Laporan Realisasi Anggaran tahun lalu.
Laporan Realisasi Anggaran 30
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Hafiz Tanjung, Akuntansi Pemerintahan Derah Berbasis Akrual,
ALFABETA,Bandung, 2012
2. Mahmudi akuntansi sektor publik; yogyakarta,UII press, 2011
3. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSPI), “Laporan Realisasi Anggaran” Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan,
4. http://www.bandung.go.id/index.php?fa=berita.detail&id=2083
5. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Ilppd) Kota Bandung Tahun 2012
6. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.