• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiprah Mpok Nori dalam Mengembangkan Kesenian Betawi ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kiprah Mpok Nori dalam Mengembangkan Kesenian Betawi ( )"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kiprah Mpok Nori dalam Mengembangkan Kesenian Betawi

(1968-1995)

Imas Yosita, Siswantari

Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universtas Indonesia Kampus UI Depok Jawa Barat 16424 Indonesia

E-mail: imasyosita@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas kiprah Mpok Nori dalam mengembangkan kesenian Betawi tahun 1968—1995. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian sejarah dengan mengambil peran sentral pada aktivitas Mpok Nori terhadap usahanya untuk mengembangkan kesenian Betawi yang dilakukannya melalui tari topeng Betawi, teater lenong, sanggar, layar kaca dan layar perak. Ia berhasil membawa kesenian Betawi bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat dengan seni budaya lain yang berasal dari berbagai daerah. Sanggar yang didirikannya telah menghasilkan anak didik yang berprestasi dalam mengembangkan kesenian Betawi. Penelitian ini membuktikan bahwa Mpok Nori berhasil membawa kesenian Betawi bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat. Kata kunci: Betawi, kesenian, Mpok Nori

Abstract

This thesis discusses about Mpok Nori’s role in developing Betawinese art in 1968—1995. The research done is a historical study which takes a central role on Mpok Nori’s activities in trying to develop Betawinese art through Betawi mask dance, lenong theater, atelier, television and cinema. She has succeeded in bringing Betawineses art to survive in the middle modernization which grows fast together with the other cultural arts from various districts in Indonesia. The atelier which was built has produced successful students in evolving Betawinese art. This research proved that Mpok Nori has succeeded to bring Betawinese art keep in the fast-developed Jakarta modernization.

Keywords: art, Betawi, Mpok Nori

Pendahuluan

Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia yang mengalami perubahan fisik dan sosial dengan cepat dari waktu ke waktu. Kota Jakarta merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, sosial, dan budaya. Jakarta juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai budaya dari berbagai penjuru dunia yang merupakan suatu

tempat berinteraksinya dari berbagai aspek budaya masyarakat. Situasi tersebut bagi seni budaya Betawi merupakan ”tantangan” agar kebudayaan Betawi dapat bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat dengan seni budaya yang lain yang berasal dari berbagai daerah.

Pada tahun 1960-an masyarakat Jakarta semakin lama semakin tidak berminat menyaksikan kesenian Betawi, seperti wayang

▸ Baca selengkapnya: pertanyaan tentang budaya betawi

(2)

golek, wayang kulit, teater lenong, atau tari topeng Betawi yang acaranya dipentaskan semalam suntuk karena dianggap banyak menyita waktu. Tontonan seperti itu menjadi hidangan masa lampau. Generasi baru lebih mengenal hiburan serba gemerlap, termasuk bioskop yang mayoritas produksi Hollywood dengan pemain yang cantik dan tampan. Lapangan atau ruang terbuka yang dibutuhkan pertunjukkan teater lenong dan topeng untuk ngamen pun semakin menyempit seiring dengan bertambahnya pembangunan rumah untuk penduduk yang datang dari luar Jakarta. Pada tahun 1960-an teater lenong telah berada di pinggir jurang. Ngamen juga tak berlanjut hingga pagi, dan sudah berhenti sekitar jam sebelas malam karena hasil saweran sedikit.

Pada tahun 1966, Gubernur Jakarta Ali Sadikin memandang perlu melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Betawi sebagai budaya yang menjadi ”ikon” Kota Jakarta. Beliau mendirikan Pusat Kesenian Jakarta yang diberi nama Taman Ismail Marzuki diresmikan pada tanggal 10 November 1968. Maksud didirikannya TIM (Taman Ismail Marzuki) ialah sebagai tempat menyalurkan kreasi para seniman kepada masyarakat dan supaya masyarakat luas bisa menikmatinya.

Orang Betawi yang selama ini seakan-akan terlupseakan-akan dalam program pemerintahan mulai tersentuh. Tersentuhnya orang Betawi dalam program pemerintahan dimulai dengan tampilnya teater lenong di Taman Ismail Marzuki. Hal ini membuat teater lenong diterima dan diakui sebagai kesenian Betawi. Inilah awal bangkitnya teater lenong dengan wajah baru. Tampilnya teater lenong di gedung kesenian menunjukan kesenian rakyat dapat bersaing dengan kesenian modern.

Kebijakan melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan Betawi bagi Mpok Nori, membuka peluang untuk mengembangkan daya seninya melalui seni teater lenong dan tari topeng Betawi. Dengan kemampuannya bermain teater lenong dan tari topeng, secara perlahan tetapi pasti Mpok Nori berhasil mengangkat ke permukaan seni teater lenong dan tari topeng Betawi sehingga namanya menjadi legenda bagi seniman budaya Betawi.

Tinjauan Literatur

Profil Mpok Nori sebelumnya pernah ditulis oleh Sylviana Murni. Tulisannya merupakan suatu rangkaian pembahasan tentang kehidupan Mpok Nori yaitu buku Database Orang Betawi (2012) yang menjelaskan biografi orang-orang Betawi, salah satunya Mpok Nori. Di dalam buku tersebut menjelaskan secara garis besar

tentang peranan Mpok Nori dalam

mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi dan secara singkat perjalanan kariernya.

Berdasarkan literatur yang ada namun terbatas pembahasannya, penulis membahas lebih detail dan lengkap tentang biografi Mpok Nori dan kiprahnya dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian Betawi tahun 1968-1995.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian penelitian ini adalah untuk mengungkap perjalanan hidup Mpok Nori dalam mengembangkan kesenian Betawi hingga memperoleh kepopuleran dalam masyarakat dan untuk melihat aspek perkembangan budaya Betawi, khususnya kesenian Betawi. Melalui Mpok Nori, kesenian Betawi khususnya teater lenong menjadi seni populer.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahap heuristik, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian yang sudah ditetapkan. Sumber-sumber yang didapat berupa artikel dan buku. Sumber artikel didapat dari surat kabar, seperti Kompas, yang banyak tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), di Salemba, Jakarta Pusat. Kemudian ada juga sumber artikel Majalah Kesenian dari PNRI. Buku-buku yang digunakan adalah buku yang membahas tentang budaya Betawi dan kesenian Betawi. Buku-buku tersebut penulis peroleh dari Perpustakaan Pusat UI, Perpustakaan Nasional, Lembaga Kebudayaan Betawi dan Perpustakaan DKI Jakarta.

(3)

Tahap berikutnya penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang didapat. Kritik dilakukan dalam dua tahap, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Berdasarkan kritik ekstern, sumber primer yang diperoleh adalah hasil wawancara. Selebihnya adalah sumber sekunder berupa buku. Melalui kritik intern penulis menemukan beberapa perbedaan antara sumber satu dengan sumber lainnya. Selain itu penulis juga memperhatikan objektivitas dari sumber-sumber tersebut.

Tahap selanjutnya adalah interpretasi atau penafsiran data-data yang diperoleh untuk mendapatkan fakta-fakta. Berdasarkan analisa dan perbandingan semua data yang diperoleh, sehingga penulis mendapatkan fakta yang akurat. Tahap terakhir adalah historiografi. Pada tahap ini penulis menguraikan fakta-fakta yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan sejarah dan kemudian menarik kesimpulan dari keseluruhan pembahasan.

Pembahasan

Indonesia adalah bangsa multietnis dan multibudaya. Salah satu etnis yang mengalami sejarah panjang akulturasi kebudayaan dan kini berada pada lingkungan perkotaan dengan segala dinamikanya adalah etnis Betawi. Jakarta sebagai ibukota negara mempunyai penduduk yang beraneka ragam.

Banyaknya para pendatang membuat

penduduk asli Jakarta terpinggirkan. Terpinggirnya masyarakat Betawi disebabkan oleh pembangunan kota Jakarta sekitar tahun 1960-an serta adanya arus urbanisasi.

Terbentuknya masyarakat Betawi dari

hasil percampuran berbagai etnis

menyebabkan mereka mempunyai kesenian sendiri yang merupakan perpaduan dari berbagai macam unsur, seperti seni drama, seni silat, seni rupa dan seni kuliner Betawi.

Mpok Nori memiliki nama asli Nuri Sarinuri. Mpok Nori lahir pada tanggal 10 Agustus 1939 di Jakarta. Nuri Sarinuri atau biasa dipanggil Mpok Nori adalah anak kedua dari tiga bersaudara putri dari pasangan Kenan dan Nemah yang merupakan orang Betawi asli. Sejak usianya 14 tahun Mpok Nori selalu diajak oleh ayahnya untuk ikut tampil tari topeng dan teater lenong pada saat pementasan keliling kampung bersama grup tari topeng Betawi milik ayahnya.

Sekitar tahun 1960-an, karier seninya dimulai ketika ia ikut bergabung ke dalam sanggar Setia Warga milik H. Bokir. Ketika itu ia sering berkeliling dan mementaskan teater lenong dari kampung ke kampung. Kariernya di dunia teater lenong terus menanjak. Namanya mulai bersinar di era tahun 1970-an hingga 1990-an. Saat itu teater lenong memasuki masa keemasan sebagai acara primadona televisi. Bersama H. Bokir, Nasir, dan H. Bodong, ia kerap menampilkan humor khas Betawi. Mpok Nori pernah membintangi sinetron “Pepesan Kosong”, bersama Malih, Bolot, dan H. Bodong yang melambungkan namanya. Selain itu, ia juga membintangi berbagai layar lebar.

Mpok Nori memulai karirnya sebagai pemain tari topeng Betawi yang bergabung dengan Grup Topeng Setia Warga pimpinan H. Bokir bin Jiun yang berdiri sejak tahun 1969 yang sering tampil di Taman Ismail Marzuki dan TVRI (Televisi Republik Indonesia).

Bermula dari tari topeng dan teater lenong, Mpok Nori merambah ke dunia akting. Mpok Nori membintangi sinetronnya yang pertama berjudul Pepesan Kosong. Setelah sukses di sinetron, bakatnya dalam seni peran membuat sutradara terus mengajaknya bermain film dan layar lebar.

Dalam mengembangkan dan

melestarikan budaya Betawi serta melakukan pengkaderan, Mpok Nori membangun sanggar khas Betawi bernama Lenong Betawi pada tahun 1993 yang kemudian berubah menjadi Sanggar Sinorai. Sanggar yang didirikannya selalu mendapat panggilan untuk pentas mengisi acara-acara. Dalam sanggarnya Mpok Nori melibatkan anak, keponakan, cucu dan cicitnya. Sanggar tersebut terbuka untuk umum. Berkat keahliannya di kesenian tari topeng, pada tahun 1988 Mpok Nori menjadi dosen luar biasa pada mata kuliah tari topeng di IKJ (Institut Kesenian Jakarta).

Hasil Penelitian

Adanya pertunjukan teater lenong yang ditampilkan oleh Mpok Nori di Taman Ismail Marzuki (TIM) dan di televisi, memperlihatkan bahwa pertunjukan teater Betawi dapat berkembang ke arah modern. Hal ini ditandai dengan penampilannya teater lenong di gedung kesenian dan televisi.

(4)

Tampilnya teater lenong di gedung kesenian menunjukan kesenian rakyat dapat bersaing dengan kesenian modern, kontemporer dan kota.

Upaya Mpok Nori pun terlihat dari keberhasilan murid-muridnyadan beberapa timnya yang sering dipanggil untuk mengisi berbagai acara. Tidak hanya di berbagai acara yang dihadirinya, lomba pun sering diikuti oleh murid-muridnya guna berpartisipasi untuk melestarikan budaya Betawi dan tidak jarang meraih juara.

Kesimpulan

Kondisi kesenian asli Betawi pada tahun 1950-an hingga awal tahun 1960-an terancam punah. Sedikit sekali kesenian-kesenian asli Betawi, seperti teater lenong, tanjidor, gambang kromong, dan lain-lain yang dipertunjukkan di depan umum. Meskipun ada, kesenian tersebut hanya dapat ditemui di wilayah tertentu. Kesenian-kesenian Betawi tersebut belum bisa diterima di semua golongan masyarakat, bahkan di dalam masyarakat Betawinya sendiri. Faktor lain yang menyebabkan kesenian asli Betawi semakin memudar adalah karena gencarnya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Masyarakat lebih menikmati kesenian yang berasal dari Barat, seperti musik-musik Barat serta film-film luar negeri.

Peranan Mpok Nori terhadap kesenian Betawi di Jakarta dirasakan cukup besar. Dapat dikatakan bahwa Mpok Nori telah berhasil mengembangkan dan melestarikan kesenian Betawi melalui penampilannya di Taman Ismail Marzuki, layar kaca dan layar perak dengan menampilkan teater lenong menunjukan kesenian rakyat dapat bersaing dengan kesenian modern. Melalui Mpok Nori, kesenian Betawi khususnya teater lenong menjadi seni populer. Mpok Nori juga

dianggap telah menghidupkan kembali kebudayaan Betawi dari mati surinya.

Mpok Nori juga turut dalam mempertahankan pendidikan kesenian Betawi. Dalam bidang pendidikan kesenian Betawi, Mpok Nori mendirikan sanggar kesenian Betawi guna memberi pendidikan kesenian kepada muridnya dan menjadi dosen di IKJ (Institut Kesenian Jakarta).

Mpok Nori merupakan pejuang budaya Betawi. Dia berhasil membawa budaya Betawi khususnya kesenian Betawi menjawab tantangan zaman. Hasilnya kesenian ini mendapat tempat yang luas di hati masyarakat. Sejak itu penampilan kesenian Betawi bukan saja marak dan ikut memperkaya kesenian daerah tetapi juga melejitkan nama Mpok Nori ke deretan artis pemain teater lenong dan sekaligus tokoh yang mengembangkan dan melestarikan kesenian Betawi ke kancah nasional.

Dengan peranannya di beberapa sinetron dan film yang dibintanginya pun laris. Satu diantaranya adalah Pepesan Kosong (1993-1995) membuktikan bahwa budaya Betawi ternyata bisa dijadikan sebagai komoditas nasional yang laris dan sekaligus menjadi budaya tandingan terhadap arus film-film yang disiarkan oleh seluruh stasiun televisi.

Saran

Terima kasih kepada para pembaca yang telah bersedia membaca tulisan ini. Kami menyadari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami siap menerima setiap kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca. Semoga ke depannya tulisan ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang kesenian Betawi.

Daftar Pustaka Buku

Alfian, Magdalia, dkk. 2012. Betawi dan Dinamika Budayanya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.

(5)

Probonegoro, Ninuk Kleden. 1996. Teater lenong Betawi Studi Perbandingan Diakronik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.

Ramadhan, K.H. 1992. Bang Ali Demi Jakarta 1966-1977. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Shahab, Yasmin Zaki. 1997. Potensi dalam Perspektif Kontemporer Perkembangan, Potensi dan Tantangannya. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi.

Wawancara

Wawancara dengan Bang Yahya Andi Saputra (Pengamat Kebudayaan Betawi) pada tanggal 14 April 2014 pukul 14.00 WIB di Rumah Batik Setu Babakan, Jakarta Selatan.

Wawancara dengan Mpok Engkar Karmila (Anak ketiga Mpok Nori) pada tanggal 18 Juni 2014 di Setu Babakan, Jakarta Selatan pukul 14.55 WIB

Wawancara dengan Mpok Nori (Pelaku Sejarah) pada tanggal 26 April 2014 di Setu Babakan, Jakarta Selatan pukul 12.45 WIB.

(6)

Lampiran

Penampilan Mpok Nori di Gedung Kesenian Jakarta

  Mpok Nori bersama Kombet (Komedi Betawi) Si Angkri Jagoan Pasar Ikan, Meriahkan Panggung TIM

  Menyambut HUT Kota Jakarta ya ng ke 487 tahun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan Festival Budaya Betawi yang digelar di Setu Babakan

  Pementasan Komedi Betawi (Kombet)

(7)

Mpok Nori Syuting Sinetron Si Cemong di Rumah Susun Petamburan, Jakarta Pusat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menggambarkan tentang pengalaman, perasaan dan pemikiran dalam benak orang Betawi pelaku seni musik gambang kromong di Jakarta, sebagai gejala

PERAN DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN DALAM MELESTARIKAN SENI BUDAYA (Studi Identifikasi Masalah Kelembagaan dalam Pelestarian Kesenian Daerah.. Lampung

Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional Bentara Budaya Kompas Jakarta..

Hasil dari penelitian ini diharapkan didapatkan bagaimana langkah-langkah Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Ponorogo untuk dapat mengembangkan

Penggunaan game edukasi sebagai sarana pembelajaran untuk mengenalkan seni dan budaya betawi diharapkan menjadi sarana pembelajaran yang efektif, sesuai dengan hasil