Laporan Keuangan Konsolidasi
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2009
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2008
Dan Laporan Auditor Independen
(Mata Uang Indonesia)
Daftar Isi
Halaman Laporan Auditor Independen
Neraca Konsolidasi... 1 - 3 Laporan Laba Rugi Konsolidasi... 4 - 5 Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi... 6 Laporan Arus Kas Konsolidasi ... 7 - 8 Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi ... 9 - 56
Kami telah mengaudit neraca konsolidasi PT Nusantara Infrastructure Tbk (Perusahaan) dan Anak Perusahaan tanggal 31 Desember 2009 serta laporan laba rugi konsolidasi, laporan perubahan ekuitas konsolidasi dan laporan arus kas konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 diaudit oleh auditor independen lain yang dalam laporannya bertanggal 20 Februari 2009, menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan konsolidasi tersebut.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Nusantara Infrastructure Tbk dan Anak Perusahaan tanggal 31 Desember 2009 serta hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan 32 atas laporan keuangan konsolidasi, pada tahun 2008, Perusahaan dan Anak Perusahaan menyajikan transaksi derivatif tidak secara bersih (netto). Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 mengenai “Transaksi dalam Mata Uang Asing“, aset dan kewajiban derivatif di neraca disajikan secara bersih (netto) untuk masing-masing kontrak. Oleh karena itu, laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 telah disajikan kembali untuk mencerminkan penerapan standar akuntansi tersebut. Kami telah mengaudit penyesuaian yang diterapkan untuk penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi atas transaksi derivatif tersebut seperti yang dijelaskan dalam Catatan 32. Menurut pendapat kami, penyesuaian tersebut adalah wajar dan telah diterapkan serta disajikan dengan semestinya. Namun kami tidak mengadakan perikatan untuk melaksanakan audit, review atau prosedur apapun terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk tahun 2008, kecuali atas penyesuaian tersebut, sehingga kami tidak menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas laporan keuangan konsolidasi tahun 2008 secara keseluruhan.
KANTOR AKUNTAN PUBLIK ANWAR & REKAN
Agustinus Sugiharto, CPA
NIAP No. 07.1.0991 8 Maret 2010
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
2008 (Disajikan kembali-lihat Catatan 2k, 5 Catatan 2009 dan 32) ASET ASET LANCAR 2c,2d,
Kas dan setara kas 2o,3,28,30 7.928.964.864 108.803.990.135
Investasi jangka pendek 2e,4 22.000.000.000
-Aset derivatif – bersih 2k,5,29d,32 - 29.738.653.210
Piutang usaha 2c,2f,6,28 35.569.266.276 83.641.473.315
Piutang lain-lain – pihak ketiga 2f,7,29b 3.154.101.046 42.508.739.698
Pajak pertambahan nilai
dibayar di muka 5.943.518.520 14.924.462.924
Uang muka dan biaya dibayar
di muka 2g,8 13.750.393.327 1.341.569.915
Bank yang dibatasi penggunaannya 2d,9 1.231.895.324
-JUMLAH ASET LANCAR 89.578.139.357 280.958.889.197
ASET TIDAK LANCAR
Aset pajak tangguhan – bersih 2m,13b 24.145.741.695 5.955.635.989
Aset tetap – setelah
dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 241.148.270.026 pada tahun 2009 dan Rp 192.970.562.015
pada tahun 2008 2h,2j,2r,10 1.101.204.005.891 1.047.637.137.695
Properti investasi – setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 2.301.142.137 pada tahun 2009 dan Rp 1.314.938.364 pada
tahun 2008 2i,2j,11 17.422.933.328 18.409.137.101
Aset lain-lain 182.260.002 2.657.389.740
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 1.142.954.940.916 1.074.659.300.525
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
2008
(Disajikan kembali-lihat Catatan 2k, 5
Catatan 2009 dan 32)
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang usaha 12
Pihak hubungan istimewa 28,29a 934.533.818 16.910.903.519
Pihak ketiga 2.740.841.213 19.276.276.211
Hutang lain-lain - pihak ketiga 691.194.504 349.710.676
Beban masih harus dibayar 2.635.912.495 485.977.197
Hutang pajak 13a 3.155.263.033 1.639.149.773
Pendapatan diterima di muka 2p,14 1.472.374.948 1.586.549.404
Hutang bank jangka panjang yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun 15,30 2.123.148.142 29.684.897.210
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 13.753.268.153 69.933.463.990
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Hutang bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun 15,30 851.637.120.608 872.155.768.251
Hutang hubungan istimewa 2c,28 439.606.683 439.606.682
Kewajiban pajak tangguhan – bersih 2m,13b - 2.334.926.684
Kewajiban diestimasi atas
imbalan kerja karyawan 2l,16 2.598.583.245 2.170.472.504
Hutang jangka panjang lainnya 5.501.440.000 5.501.440.000
JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 860.176.750.536 882.602.214.121
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
2008
(Disajikan kembali-lihat Catatan 2k, 5
Catatan 2009 dan 32)
HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK
PERUSAHAAN YANG
DIKONSOLIDASIKAN 2b,17 40.896.310.966 43.584.460.981
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 35 per saham Modal dasar - 40.514.285.714 saham Modal ditempatkan dan disetor
penuh - 10.128.571.429 saham 18 354.500.000.015 354.500.000.015
Tambahan modal disetor - bersih 19 6.659.372.521 6.659.372.521
Selisih nilai transaksi
restrukturisasi entitas sepengendali 2n,20 14.554.372.439 14.554.372.439
Defisit (58.006.994.357) (16.215.694.345)
JUMLAH EKUITAS - BERSIH 317.706.750.618 359.498.050.630
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
Catatan 2009 2008
PENDAPATAN BERSIH 2p,21 190.498.578.123 189.622.110.859
BEBAN POKOK PENDAPATAN 2p,22 38.847.535.623 79.725.720.643
LABA KOTOR 151.651.042.500 109.896.390.216
BEBAN USAHA 2p
Beban jasa tol
Pengumpul jalan tol 23 8.068.531.142 4.598.313.253
Pelayanan pemakai jalan tol 24 3.041.675.525 1.312.185.321
Pemeliharaan aset jalan tol 25 53.011.349.421 32.814.710.661
Umum dan administrasi 26 25.450.694.646 19.116.964.304
Jumlah Beban Usaha 89.572.250.734 57.842.173.539
LABA USAHA 62.078.791.766 52.054.216.677
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN 2p
Penghasilan jasa giro dan bunga deposito 4.788.909.871 7.025.673.207
Penghasilan iklan 944.943.116 620.804.131
Laba (rugi) penjualan aset tetap 2h,10 210.000.000 (234.778.828)
Rugi selisih kurs - bersih 2o (20.168.359) (2.656.782)
Beban bunga – bersih (130.622.538.689) (62.968.261.986)
Lain-lain - bersih (225.423.075) 8.347.439.165
Jumlah Beban Lain-lain - Bersih (124.924.277.136) (47.211.781.093)
LABA (RUGI) SEBELUM MANFAAT (BEBAN)
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
Catatan 2009 2008
MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN 2m,13b
Kini (2.309.278.509) (1.873.183.000)
Tangguhan 20.525.032.389 3.222.134.342
JUMLAH MANFAAT PAJAK
PENGHASILAN – BERSIH 18.215.753.880 1.348.951.342
LABA (RUGI) SEBELUM HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG
DIKONSOLIDASIKAN (44.629.731.490) 6.191.386.926
HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK
PERUSAHAAN YANG
DIKONSOLIDASIKAN 2b 2.838.431.478 194.465.450
LABA (RUGI) BERSIH (41.791.300.012) 6.385.852.376
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan. Modal Saham Tambahan Modal Disetor - Bersih Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali Defisit Jumlah Ekuitas – Bersih Saldo 1 Januari 2008 354.500.000.015 6.659.372.521 14.554.372.439 (22.601.546.721) 353.112.198.254
Laba bersih tahun 2008 - - - 6.385.852.376 6.385.852.376
Saldo 31 Desember 2008 354.500.000.015 6.659.372.521 14.554.372.439 (16.215.694.345) 359.498.050.630
Rugi bersih tahun 2009 - - - (41.791.300.012) (41.791.300.012)
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
2009 2008
ARUS KAS DARI (UNTUK) AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan 226.307.803.322 127.103.720.200
Pembayaran kepada pemasok (57.430.892.300) (85.927.878.577)
Penerimaan restitusi pajak 9.052.465.942
-Pembayaran pajak penghasilan (1.564.037.161) (2.250.707.500)
Pembayaran untuk operasi lainnya (29.844.318.871) (24.702.481.956)
Pembayaran beban bunga dan keuangan (129.496.938.598) (60.982.420.458)
Kas Bersih yang Diperoleh dari
(Digunakan untuk) Aktivitas Operasi 17.024.082.334 (46.759.768.291)
ARUS KAS UNTUK AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan aset tetap 210.000.000 63.860.586
Penurunan (kenaikan) aset lainnya - (1.414.033.589)
Penambahan uang muka proyek (13.274.920.694)
-Perolehan investasi jangka pendek (22.000.000.000)
-Perolehan aset tetap (101.350.849.327) (466.170.875.471)
Kas Bersih yang Digunakan untuk
Aktivitas Investasi (136.415.770.021) (467.521.048.474)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penurunan (kenaikan) piutang lain-lain 39.000.000.000 (39.000.000.000)
Penerimaan hutang bank - 662.244.371.702
Pembayaran hutang sewa pembiayaan - (9.420.800)
Pembayaran hutang jangka panjang - (1.560.000.000)
Kenaikan bank yang dibatasi penggunaannya (1.231.895.324)
-Pembayaran realisasi transaksi derivatif (5.319.034.856)
-Pembayaran pokok hutang bank (13.932.407.404) (11.469.133.002)
Kas Bersih yang Diperoleh dari
Aktivitas Pendanaan 18.516.662.416 610.205.817.900
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS
DAN SETARA KAS (100.875.025.271) 95.925.001.135
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 108.803.990.135 12.878.989.000
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
2009 2008
AKTIVITAS YANG TIDAK MEMPENGARUHI ARUS KAS
Reklasifikasi akun uang muka ke
akun aset tetap (lihat Catatan 8) 842.346.000
-Penambahan aset tetap melalui
1. UMUM
a. Pendirian Perusahaan
PT Nusantara Infrastructure Tbk (Perusahaan) didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris Abdullah Ashal, S.H., No. 3 tanggal 1 September 1995 dengan nama PT Sawitia Bersama Darma. Akta Pendirian Perusahaan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2 17.375.HT.01.01.TH.95 tanggal 28 Desember 1995 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 15, Tambahan No. 1140 tanggal 20 Februari 2001. Berdasarkan Akta Notaris Linda Herawati, S.H., No. 23 tanggal 10 Juni 1998, nama Perusahaan berubah menjadi PT Wahana Tradindo Jaya. Berdasarkan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 4 tanggal 6 Februari 2001, nama Perusahaan kemudian berubah menjadi PT Metamedia Technologies. Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang dinyatakan dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 56 tanggal 22 Februari 2001, Perusahaan merubah statusnya menjadi perusahaan terbuka yang diumumkan dalam Berita Negara No. 6, Tambahan No. 649 tanggal 18 Januari 2002. Berdasarkan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 59 tanggal 21 Juni 2006 di Jakarta, nama Perusahaan berubah menjadi PT Nusantara Infrastructure Tbk dan telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-19480 HT.01.04.TH.2006 tanggal 4 Juli 2006.
Selanjutnya, Anggaran Dasar Perusahaan kembali mengalami beberapa perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 12 tanggal 8 April 2009 mengenai perubahan seluruh isi Anggaran Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Akta perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-24807.AH.01.02. Tahun 2009 tanggal 5 Juni 2009.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang jasa, perdagangan dan pembangunan yang berhubungan dengan bidang usaha infrastruktur, pertambangan, minyak dan gas bumi. Saat ini kegiatan utama Perusahaan adalah melakukan investasi pada beberapa perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan jalan tol di Jakarta dan Makassar (Sulawesi Selatan). Perusahaan memulai kegiatan operasinya secara komersial pada tanggal 2 Januari 2000.
Kantor Pusat Perusahaan terletak di Menara Global Lantai 23, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27, Jakarta.
b. Komisaris, Direksi dan Karyawan
Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, susunan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama (Independen) : John Scott Younger
Komisaris : Drs. Cahyo Winarto
Junianto Tri Prijono
Direktur Utama : Muhammad Ramdani Basri
Direktur : Omar Danni Hasan
b. Komisaris, Direksi dan Karyawan (lanjutan)
Susunan Komite Audit Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
2009 2008
Ketua : John Scott Younger Titus Wahyu Dewanto
Anggota : Tavip Santoso Sutirta Budiman
Pamela Lin Hardjosoesilo Widialatina
Gaji, tunjangan dan kompensasi lainnya yang diberikan kepada Dewan Direksi Perusahaan adalah sebesar Rp 3.354.986.000 dan Rp 1.439.022.000 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008. Sedangkan gaji, tunjangan dan kompensasi lainnya yang diberikan kepada Dewan Komisaris Perusahaan adalah sebesar Rp 490.000.000 dan Rp 390.000.000 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, jumlah keseluruhan karyawan tetap yang dimiliki oleh
Perusahaan dan Anak Perusahaan masing-masing adalah sebanyak 111 dan 103 orang (tidak diaudit).
Sekretaris Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah Omar Danni Hasan yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 095/DIR-NI/VI/08 tanggal 18 Juni 2008.
c. Struktur Anak Perusahaan
Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, rincian Anak Perusahaan yang dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Perusahaan adalah sebagai berikut:
2009 Anak Perusahaan Persentase Kepemilikan Bidang Usaha Tempat Kedudukan Tahun Awal Kegiatan
Komersil Jumlah Aset
Kepemilikan Langsung PT Bosowa Marga
Nusantara 98,54
Pengelolaan
Jalan Tol Makassar 1998 280.057.699.349
PT Bintaro Serpong
Damai 88,93
Pengelolaan
Jalan Tol Tangerang 1999 806.890.618.927
Kepemilikan Tidak Langsung PT Jalan Tol Seksi
Empat 98,85
Pengelolaan
1. UMUM (lanjutan)
c. Struktur Anak Perusahaan (lanjutan)
2008 Anak Perusahaan Persentase Kepemilikan Bidang Usaha Tempat Kedudukan Tahun Awal Kegiatan
Komersil Jumlah Aset
Kepemilikan Langsung PT Bosowa Marga
Nusantara 98,54
Pengelolaan
Jalan Tol Makassar 1998 259.130.172.649
PT Bintaro Serpong
Damai 88,93
Pengelolaan
Jalan Tol Tangerang 1999 867.414.424.485
Kepemilikan Tidak Langsung
PT Jalan Tol Seksi Empat 98,85
Pengelolaan
Jalan Tol Makassar 2008 581.889.740.486
d. Penawaran Umum Efek Perusahaan
Pada tanggal 29 Juni 2001, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan Surat No. S-1609/PM/2001 untuk melakukan Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat sejumlah 60.000.000 saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 100 dan pada harga penawaran Rp 200 per saham dengan disertai penerbitan 60.000.000 Waran Seri I yang diberikan secara cuma-cuma. Waran Seri I tersebut dapat dikonversi menjadi saham pada harga pelaksanaan Rp 200. Masa pelaksanaan Waran adalah sejak tanggal 18 Januari 2002 sampai dengan tanggal 17 Juli 2002. Bila Waran tidak dilaksanakan sampai dengan batas akhir masa pelaksanaannya, maka Waran tersebut menjadi kadaluarsa tidak bernilai dan tidak berlaku. Sampai dengan tanggal 17 Juli 2002, tidak ada Waran Seri I yang dikonversikan menjadi saham.
Pada tanggal 18 Juli 2001, Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun sesuai dengan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Peraturan No. VIII.G.7 yang merupakan Lampiran dari Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 mengenai “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan“ yang kemudian diubah dengan Lampiran 4 dari Surat Edaran Ketua BAPEPAM No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Jalan Tol“.
Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar akrual (accrual basis), kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi tersebut disajikan dengan menggunakan konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi (lanjutan)
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah.
b. Prinsip-prinsip Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan di mana Perusahaan mempunyai persentase kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung, di atas 50%. Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antara Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi. Bagian proporsional dari pemegang saham minoritas atas ekuitas bersih Anak Perusahaan disajikan sebagai “Hak Pemegang Saham Minoritas Atas Aset Bersih Anak Perusahaan yang Dikonsolidasikan“ pada neraca konsolidasi.
c. Transaksi dengan Pihak-pihak Hubungan Istimewa
Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan PSAK No. 7, mengenai “Pengungkapan Pihak-pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa”, yang dimaksud dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:
(1) perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk
holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);
(2) perusahaan asosiasi (associated company);
(3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);
(4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan, yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
(5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.
Seluruh transaksi yang signifikan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi.
d. Setara Kas
Deposito berjangka dan penempatan dana yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan tidak digunakan sebagai jaminan atas kewajiban atau pinjaman lainnya serta tidak dibatasi penggunaannya diklasifikasikan sebagai “Setara kas“.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)
d. Setara Kas (lanjutan)
Kas dan setara kas yang ditempatkan sebagai escrow account sehubungan restrukturisasi hutang bank disajikan sebagai “Bank yang Dibatasi Penggunaannya”.
e. Investasi Jangka Pendek
Sesuai dengan PSAK No. 50 tentang “Akuntansi Investasi Efek Tertentu“, investasi jangka pendek pada efek dan surat-surat berharga diklasifikasikan ke dalam salah satu di kelompok berikut ini dan diukur pada nilai wajarnya:
1. Untuk diperdagangkan (trading) dinyatakan berdasarkan nilai wajar. Keuntungan (kerugian) yang
belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) nilai wajar dilaporkan dalam laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
2. Tersedia untuk dijual (available for sale) dinyatakan berdasarkan nilai wajar. Keuntungan
(kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) nilai wajar tidak diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan, melainkan disajikan secara terpisah sebagai komponen ekuitas. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat realisasi.
f. Penyisihan Piutang Ragu-ragu
Penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada, ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun.
g. Biaya Dibayar Di muka
Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan
menggunakan metode garis lurus (straight line method).
h. Aset Tetap
Pemilikan Langsung
Efektif 1 Januari 2008, Perusahaan dan Anak Perusahaan telah menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang “Aset Tetap” yang menggantikan PSAK No. 16 (1994) tentang “Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain” serta PSAK No. 17 (1994) tentang “Akuntansi Penyusutan”. Berdasarkan PSAK ini, Perusahaan dan Anak Perusahaan harus memilih antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi atas aset tetapnya.
Perusahaan dan Anak Perusahaan memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran aset tetapnya. Penerapan PSAK ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak Perusahaan.
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Sedangkan aset tetap yang diperoleh dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk dibukukan berdasarkan nilai kesepakatan. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan.
h. Aset Tetap (lanjutan)
Pemilikan Langsung (lanjutan)
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) sejak aset tersebut siap digunakan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap yang bersangkutan dengan rincian sebagai berikut:
Tahun
Aset tetap jalan tol
Jalan dan jembatan tol 20-35 tahun
Sarana pelengkap 4-10 tahun
Bangunan 20 tahun
Aset tetap selain jalan tol
Bangunan 20 tahun
Mesin dan peralatan 5 tahun
Kendaraan 4-5 tahun
Peralatan kantor 5 tahun
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku secara prospektif.
Biaya-biaya setelah perolehan awal diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset atau sebagai aset yang terpisah hanya apabila kemungkinan besar Perusahaan dan Anak Perusahaan akan mendapatkan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut dan biaya perolehan aset dapat diukur dengan handal. Seluruh biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau tidak ada manfaat ekonomis di masa akan datang yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba dan rugi yang muncul dari penghentian pengakuan aset tetap (diperhitungkan sebagai selisih antara nilai tercatat aset dan hasil penjualan bersih) dimasukkan pada laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
Jalan tol terdiri dari jalan dan jembatan serta bangunan pelengkap dan sarana pelengkap jalan tol. Jalan tol disajikan sebagai aset tetap dan dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan jalan tol meliputi biaya konstruksi jalan tol dan biaya-biaya lain yang berhubungan langsung dengan pembangunan jalan tol yang bersangkutan, termasuk biaya pembangunan jalan akses ke jalan tol, jalan alternatif dan fasilitas umum yang disyaratkan, dan biaya bunga yang timbul selama masa konstruksi atas pinjaman dana yang digunakan untuk pembangunan jalan tol yang bersangkutan (lihat Catatan 2r).
Jalan tol dikeluarkan dari neraca konsolidasi jika jalan tol diserahkan (dikuasakan) kepada pihak lain atau jika Pemerintah mengubah status jalan tol menjadi jalan non tol atau tidak ada manfaat ekonomi yang diharapkan dari penggunaannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan jalan tol diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
Aset dalam Penyelesaian
Aset dalam penyelesaian disajikan sebagai bagian dari aset tetap dan dinyatakan sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan untuk aset dalam penyelesaian akan dipindahkan ke akun masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut secara substansial selesai dikerjakan dan siap digunakan.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)
h. Aset Tetap (lanjutan)
Aset dalam Penyelesaian (lanjutan)
Adapun biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan pembangunan jalan dan fasilitas lainnya yang secara fisik masih dalam tahap pelaksanaan dikapitalisasi sebagai bagian dari aset dalam penyelesaian. Akumulasi biaya tersebut akan direklasifikasi sebagai aset jalan tol pada saat proyek selesai dikerjakan.
Biaya pembangunan jalan meliputi biaya kontraktor, biaya konsultan supervisi, biaya penunjang proyek, bagi hasil selama masa konstruksi, provisi bank, biaya bunga dan biaya pinjaman lain (lihat Catatan 2r) yang secara langsung ataupun tidak langsung digunakan untuk mendanai proses pembangunan aset tertentu, serta biaya lainnya yang berkaitan dengan pembangunan jalan.
i. Properti Investasi
Sebelum tanggal 1 Januari 2008, properti investasi disajikan sebagai bagian dari aset tetap, dan dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
Efektif tanggal 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan PSAK No.13 (Revisi 2007), “Properti Investasi” yang menggantikan PSAK No.13 (Revisi 1994), “Akuntansi untuk Investasi”. Berdasarkan PSAK ini, Perusahaan harus memilih antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi atas properti investasi. Perusahaan memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran properti investasinya. Sehubungan dengan itu, laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 telah direklasifikasi guna menyesuaikan dengan penyajian sehubungan dengan penerapan PSAK ini.
Properti investasi terdiri dari bangunan yang dikuasai Perusahaan untuk menghasilkan rental atau kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa; atau untuk tujuan administratif; atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Properti investasi dinyatakan sebesar biaya perolehan termasuk biaya transaksi dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Jumlah tercatat termasuk bagian biaya penggantian dari properti investasi yang ada pada saat terjadinya biaya, jika kriteria pengakuan terpenuhi; dan tidak termasuk biaya harian penggunaan properti investasi.
Properti investasi berupa bangunan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus
(straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis selama 20 (dua puluh) tahun.
Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca konsolidasi) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut.
Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaannya, yang ditunjukan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau berakhirnya konstruksi atau pengembangan. Transfer dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaannya, yang ditunjukan dengan dimulainya penggunaannya oleh pemilik atau dimulainya pengembangan untuk dijual.
j. Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 tentang “Penurunan Nilai Aset” mensyaratkan manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk menelaah aset atas setiap penurunan jika terjadi peristiwa atau perubahan keadaan yang menunjukkan bahwa nilai tercatat aset tersebut tidak dapat diperoleh kembali.
Bila nilai tercatat suatu aset melebihi taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (estimated
recoverable amount) maka nilai tersebut diturunkan ke jumlah yang dapat diperoleh kembali tersebut,
yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai.
k. Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif diakui sebagai aset atau kewajiban menurut perjanjian dan disajikan sebesar nilai wajar. Nilai wajar dihitung berdasarkan rata-rata nilai beli dan nilai jual terakhir untuk kurs uang kertas asing dan/atau kurs transaksi yang diumumkan Bank Indonesia masing-masing pada akhir tahun. Selisih antara kurs berjangka menurut perjanjian dengan kurs spot pada tanggal transaksi dicatat sebagai premi dan diamortisasi secara proposional selama jangka kontrak instrumen derivatif. Suatu derivatif disajikan sebagai bagian lancar bila direalisasi atau diselesaikan kurang dari 12 bulan. Berdasarkan PSAK No. 10 tentang “Transaksi dalam Mata Uang Asing“, aset dan kewajiban derivatif dalam neraca disajikan secara bersih (netto) untuk masing-masing kontrak.
Terkait dengan lindung nilai atas nilai wajar yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, laba atau rugi yang timbul dari penilaian instrumen lindung nilai pada nilai wajarnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Laba atau rugi atas transaksi yang dilindungi nilainya yang berhubungan dengan risiko lindung nilai disesuaikan terhadap nilai tercatat dari saldo transaksi yang dilindungi nilainya dan laba rugi tersebut diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Perubahan nilai wajar derivatif yang tidak memenuhi kriteria lindung nilai diakui pada laporan laba rugi konsolidasi.
Anak Perusahaan mengadakan kontrak swap dalam mata uang asing untuk mengelola risiko
perubahan nilai tukar mata uang asing dan untuk tujuan lindung nilai atas risiko perubahan nilai wajar yang disebabkan oleh risiko perubahan nilai tukar mata uang asing yang berkaitan dengan pinjaman dalam mata uang asing. Berdasarkan PSAK No.55 tentang “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai”, penggunaan akuntansi lindung nilai mengharuskan beberapa persyaratan tertentu dipenuhi antara lain mengenai dokumentasi sejak tanggal mulainya lindung nilai.
Instrumen derivatif yang ada pada Anak Perusahaan tersebut tidak memenuhi persyaratan tersebut dan oleh karena itu tidak dikategorikan sebagai lindung nilai untuk tujuan akuntansi.
l. Kewajiban Diestimasi atas Imbalan Kerja Karyawan
Perusahaan dan Anak Perusahaan mencadangkan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan sehubungan dengan program imbalan pasti ini.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)
l. Kewajiban Diestimasi atas Imbalan Kerja Karyawan (lanjutan)
Perhitungan imbalan pasca kerja dilakukan dengan menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti diakui dengan garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut telah menjadi hak (vested), dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested.
Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti pada neraca konsolidasi merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui serta biaya jasa lalu yang belum diakui.
m. Perpajakan
Perusahaan dan Anak Perusahaan menghitung pajak penghasilan sesuai dengan PSAK No. 46. “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Beban pajak kini ditentukan berdasarkan penghasilan kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku
Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan konsolidasi dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan dalam jumlah bersih untuk tiap-tiap entitas yang dikonsolidasikan.
Pajak tangguhan ditentukan dengan menggunakan tarif pajak yang telah diberlakukan pada tanggal neraca dan diharapkan berlaku pada saat aset pajak tangguhan direalisasi atau kewajiban pajak tangguhan diselesaikan. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.
Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterima atau jika Perusahaan dan Anak Perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan tersebut ditetapkan. Aset (kewajiban) pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca.
Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.
n. Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Berdasarkan PSAK No. 38 (Revisi 2004), “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, pengalihan aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya di antara entitas sepengendali tidak menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun entitas sepengendali dan tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, saham, kewajiban atau instrumen lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan
yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode
perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah restrukturisasi telah terjadi sejak awal periode laporan keuangan komparatif disajikan.
Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku sehubungan dengan transaksi restrukturisasi antara Perusahaan dengan perusahaan lain yang merupakan entitas sepengendali, disajikan sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” pada neraca konsolidasi.
Saldo akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dapat berubah pada saat adanya transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama; peristiwa kuasi reorganisasi, hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi serta pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak ketiga.
o. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing dicatat ke dalam Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca konsolidasi, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku yang terakhir diumumkan oleh Bank Indonesia untuk tahun berjalan. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
Pada tanggal tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, kurs yang digunakan untuk 1 Dolar Amerika Serikat masing-masing adalah sebesar Rp 9.400 dan 10.950.
p. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang “Jalan”, wewenang penyelenggaraan jalan tol berada pada Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Berdasarkan Undang-undang tersebut, pengusahaan jalan tol dilakukan oleh Pemerintah dan/atau badan usaha yang memenuhi persyaratan dan pengguna jalan tol dikenakan kewajiban membayar tol.
Pendapatan dari hasil pengoperasian jalan tol diakui pada saat penjualan karcis tol dan/atau jasa telah diberikan. Penghasilan sewa iklan diakui sesuai periode yang telah berjalan dalam periode yang bersangkutan. Penerimaan di muka untuk periode yang belum berjalan diakui sebagai pendapatan diterima di muka dan disajikan di neraca konsolidasi sebagai kewajiban.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)
p. Pengakuan Pendapatan dan Beban (lanjutan)
Pendapatan usaha lainnya merupakan pendapatan yang berasal dari penjualan semen dan bahan baku semen yang diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan dan sewa gedung yang diakui sesuai dengan masa manfaatnya.
Beban diakui pada saat terjadinya (accrual basis).
q. Laba (Rugi) Bersih per Saham
Sesuai dengan PSAK No. 56 mengenai “Laba per Saham“, laba (rugi) bersih per saham dihitung dengan membagi laba (rugi) bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama periode yang bersangkutan.
r. Biaya Pinjaman
Sesuai dengan PSAK No. 26 (Revisi 1997) tentang “Biaya Pinjaman”, biaya-biaya (termasuk bunga, amortisasi diskonto atau premium, amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman dan selisih kurs atas biaya pinjaman) yang terjadi akibat transaksi pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek jalan tol, dikapitalisasi sebagai bagian dari aset dalam penyelesaian selama periode pembangunan.
s. Informasi Segmen
Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.
Segmen usaha adalah komponen Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.
Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.
t. Penggunaan Estimasi
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.
Kas dan setara kas terdiri dari: 2009 2008 Kas Rupiah 552.431.914 102.798.579 Bank Rupiah
Pihak hubungan istimewa (lihat Catatan 28)
BPR Syariah Dana Moneter 19.109.877 14.789.067
Pihak ketiga
PT Bank Mega Tbk 1.022.018.049 3.442.127.910
PT Bank Mega Syariah 595.404.457
-PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 180.426.359 74.719.913
PT Bank Central Asia Tbk 26.891.758 21.012.338
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 21.225.433 362.940.555
PT Bank CIMB Niaga Tbk 12.586.666 103.100.313
PT Bank Danamon Indonesia Tbk 8.811.927 427.504.634
PT Bank Victoria International Tbk 4.673.039
-Citibank N.A 1.212.205
-PT Bank Artha Graha Internasional Tbk - 2.546.533
Dolar Amerika Serikat
PT Bank Pan Indonesia Tbk
($AS 26.277,38 pada tahun 2009 dan
$AS 5.880,38 pada tahun 2008) 247.007.372 64.390.161
PT Bank CIMB Niaga Tbk
($AS 762,32 pada tahun 2009 dan
$AS 873,98 pada tahun 2008) 7.165.808 9.570.081
PT Bank Mega Tbk
($AS 11.326,79) - 124.028.350
Sub – jumlah 2.146.532.950 4.646.729.855
Deposito Berjangka Rupiah
Pihak hubungan istimewa (lihat Catatan 28)
BPR Syariah Dana Moneter 100.000.000 100.000.000
Pihak ketiga
PT Bank Mega Tbk 4.130.000.000 6.300.000.000
PT Bank Victoria International Tbk 1.000.000.000
-PT Bank Bukopin Tbk - 33.000.000.000
PT Bank International Indonesia Tbk - 30.000.000.000
PT Bank Kesawan Tbk - 15.000.000.000
Citibank, N.A - 10.000.000.000
3. KAS DAN SETARA KAS (lanjutan)
2009 2008
Deposito Berjangka (lanjutan) Dolar Amerika Serikat
Pihak ketiga
PT Bank Mega Tbk ($AS 200.000) - 2.190.000.000
Sub – jumlah 5.230.000.000 98.390.000.000
Penempatan dana jangka pendek - 5.664.461.701
Jumlah 7.928.964.864 108.803.990.135
Tingkat bunga deposito berjangka berkisar antara 7% - 9% per tahun dan 7,25% - 14,5% per tahun, masing-masing pada tahun 2009 dan 2008.
Pada tanggal 31 Desember 2009, penempatan dana dalam deposito merupakan deposito berjangka hari (breakable) yang jatuh tempo di berbagai tanggal pada bulan Januari 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2008, penempatan dana jangka pendek merupakan penempatan dana pada PT Samuel Sekuritas Indonesia (pihak ketiga) dengan tingkat bunga 13,5% per tahun dan pada tahun 2009 penempatan tersebut telah dicairkan seluruhnya.
4. INVESTASI JANGKA PENDEK
Pada tanggal 1 Oktober 2009, Perusahaan dan Marco Polo Capital Ltd (Marco), pihak ketiga, yang
merupakan perusahaan yang berkedudukan di British Virgin Island, mengadakan perjanjian
Sub-Participant di mana Perusahaan membeli obligasi yang dimiliki oleh Marco sebesar Rp 22.000.000.000.
Obligasi tersebut diterbitkan oleh PT Putra Berlian Kencana (PBK), pihak ketiga, dengan nilai nominal sebesar Rp 42.000.000.000, di mana porsi obligasi yang dibeli oleh Perusahaan tersebut (sub-participant
interest) setara dengan 52,38% dari obligasi yang diterbitkan oleh PBK. Jangka waktu obligasi adalah
sampai dengan tanggal 1 April 2010 dengan imbal hasil sebesar 10% per tahun. Perusahaan memiliki hak opsi untuk menjual (put option) obligasi tersebut sewaktu-waktu kepada Marco pada harga perolehannya. PBK memiliki penyertaan atas 7,09% saham PT Metropolitan Kentjana, pihak ketiga, yang merupakan pemilik dari mal dan apartemen Pondok Indah.
Pada tanggal 25 September 2008, PT Bintaro Serpong Damai, Anak Perusahaan, menandatangani kontrak swap mata uang asing dengan PT Bank Mega Tbk (Bank Mega), hal ini berkaitan dengan pinjaman dalam mata uang asing dari Bank Mega (lihat Catatan 29d). Nilai swap mata uang asing sebesar $AS 21.447.721,18 dengan kurs kontrak berjangka sebesar Rp 9.573,20 dan kurs spot pada tanggal transaksi sebesar Rp 9.374 serta akan jatuh tempo pada tanggal 5 Januari 2009. Pada tanggal 31 Desember 2008 (Disajikan kembali lihat - Catatan 2k dan 32), Anak Perusahaan mengakui kewajiban bersih atas nilai wajar kontrak swap sebesar Rp 29.738.653.210, yang disajikan sebagai “Aset Derivatif -bersih” pada neraca konsolidasi.
Pada tanggal 5 Januari 2009, kontrak swap mata uang asing telah jatuh tempo dan Anak Perusahaan telah menyelesaikan kontrak tersebut dengan menyerahkan dana sebesar Rp 205.319.034.856 dan menerima dana sebesar $AS 21.447.221,18 dari Bank Mega.
Dengan diselesaikannya kontrak tersebut maka aset dan kewajiban derivatif Anak Perusahaan telah terealisasi. Pada tanggal 31 Desember 2009, tidak terdapat lagi saldo yang timbul dari transaksi derivatif. Keuntungan bersih atas transaksi derivatif sebesar Rp 4.623.056.332 dibukukan ke dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2009.
6. PIUTANG USAHA
a. Rincian piutang usaha berdasarkan nama pelanggan adalah sebagai berikut:
2009 2008
Pihak hubungan istimewa (lihat Catatan 28)
PT Semen Bosowa Maros 31.824.389.085
-Pihak ketiga:
PT Ciwadan Jaya Lines 2.651.744.057 1.491.000.000
PT FBRT Corporindo 633.479.167 909.479.167
UD Cahaya Solo - 10.077.805.421
CV Wijaya - 7.309.748.630
PT Jaya Logam - 7.276.452.000
PT Panaikang Jaya Perkasa - 5.544.514.000
PT Cipta Mandiri Selaras - 5.517.787.000
PT Mitra Muda Padaelo - 4.667.736.500
PT Pratama Inti Jaya - 4.248.579.000
Toko Setia - 2.030.400.000
CV Sinar Matra - 1.624.014.000
Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 500.000.000) 459.653.967 32.943.957.597
Sub – jumlah 3.744.877.191 83.641.473.315
6. PIUTANG USAHA (lanjutan)
b. Rincian piutang usaha berdasarkan umur (hari) adalah sebagai berikut:
2009 2008
Belum jatuh tempo - 45.962.858.249
Lewat jatuh tempo
1 – 30 hari 32.383.043.052 32.445.525.895
31 – 60 hari 2.453.744.057 1.364.550.000
61 – 90 hari 732.479.167 2.772.250.000
> 90 hari - 1.096.289.171
Bersih 35.569.266.276 83.641.473.315
Seluruh piutang usaha adalah dalam mata uang Rupiah dan manajemen berkeyakinan bahwa saldo piutang usaha tersebut dapat tertagih seluruhnya sehingga tidak diperlukan penyisihan piutang ragu-ragu. Manajemen juga berpendapat bahwa tidak terdapat risiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas akun piutang usaha dari pihak ketiga.
7. PIUTANG LAIN-LAIN – PIHAK KETIGA
Akun ini terdiri dari:
2009 2008
PT Nusantara Global Capital (lihat Catatan 29b) - 39.000.000.000
Piutang bunga pinjaman dan deposito - 1.671.659.375
Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 1.000.000.000) 3.154.101.046 1.837.080.323
Jumlah 3.154.101.046 42.508.739.698
Manajemen berkeyakinan bahwa saldo piutang lain-lain tersebut dapat tertagih seluruhnya sehingga tidak diperlukan pembentukan penyisihan piutang ragu-ragu.
8. UANG MUKA DAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA
Akun ini terdiri dari:
2009 2008
Uang muka pekerjaan dalam pelaksanaan 13.115.846.744
-Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 1.000.000.000) 634.546.583 1.341.569.915
Akun uang muka pekerjaan dalam pelaksanaan terkait dengan kegiatan konstruksi jalan tol yang dilakukan oleh PT Bintaro Serpong Damai, Anak Perusahaan (lihat Catatan 10).
9. BANK YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA
Akun ini merupakan rekening escrow PT Bumi Serpong Damai, PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat, Anak Perusahaan, pada PT Bank Mega Tbk (Bank Mega), sehubungan dengan pinjaman yang diperoleh Anak Perusahaan dari Bank Mega yang digunakan untuk menampung pendapatan tol harian dan digunakan sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian restrukturisasi pinjaman Anak Perusahaan dari Bank Mega (lihat Catatan 15).
10. ASET TETAP
Akun ini terdiri dari:
2009
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
Nilai Tercatat
Aset tetap jalan tol
Jalan dan jembatan tol 1.060.239.000.185 56.962.577.092 - 1.117.201.577.277 Sarana pelengkap 51.699.412.062 2.315.821.000 - 54.015.233.062 Bangunan 11.683.551.757 200.000.000 - 11.883.551.757 Aset dalam penyelesaian 108.881.729.601 42.515.559.685 - 151.397.289.286 Sub-jumlah 1.232.503.693.605 101.993.957.777 - 1.334.497.651.382 Aset tetap selain jalan tol
Bangunan 1.035.873.363 - - 1.035.873.363 Mesin dan peralatan 2.153.714.521 - - 2.153.714.521 Kendaraan 1.562.342.775 - 514.069.120 1.048.273.655 Peralatan kantor 3.352.075.446 264.687.550 - 3.616.762.996 Sub-jumlah 8.104.006.105 264.687.550 514.069.120 7.854.624.535
Jumlah 1.240.607.699.710 102.258.645.327 514.069.120 1.342.352.275.917
Akumulasi Penyusutan
Aset tetap jalan tol
Jalan dan jembatan tol 180.222.773.227 42.002.795.636 - 222.225.568.863 Sarana pelengkap 5.339.926.526 5.036.583.569 - 10.376.510.095 Bangunan 1.479.973.827 1.043.338.215 - 2.523.312.042 Sub-jumlah 187.042.673.580 48.082.717.420 - 235.125.391.000 Aset tetap selain jalan tol
Bangunan 334.273.216 55.027.462 - 389.300.678 Mesin dan peralatan 2.101.332.779 22.411.434 - 2.123.744.213 Kendaraan 1.514.629.130 34.503.750 514.069.120 1.035.063.760 Peralatan kantor 1.977.653.310 497.117.065 - 2.474.770.375 Sub-jumlah 5.927.888.435 609.059.711 514.069.120 6.022.879.026
Jumlah 192.970.562.015 48.691.777.131 514.069.120 241.148.270.026
10. ASET TETAP (lanjutan)
2008
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir
Nilai Tercatat
Pemilikan Langsung Aset tetap jalan tol
Jalan dan jembatan tol 552.453.568.081 873.992.206 - 506.911.439.898 1.060.239.000.185 Sarana pelengkap 4.890.647.786 56.905.000 256.852.060 47.008.711.336 51.699.412.062 Bangunan 3.009.890.044 172.978.267 615.862.442 9.116.545.888 11.683.551.757 Aset dalam penyelesaian 188.320.857.965 483.597.568.758 - (563.036.697.122) 108.881.729.601 Sub-jumlah 748.674.963.876 484.701.444.231 872.714.502 - 1.232.503.693.605 Aset tetap selain jalan tol
Bangunan 1.035.873.363 - - - 1.035.873.363 Mesin dan peralatan 2.151.014.520 2.700.001 - - 2.153.714.521 Kendaraan 1.444.627.775 319.970.800 319.970.800 117.715.000 1.562.342.775 Peralatan kantor 2.929.038.795 423.036.651 - - 3.352.075.446 Sub-jumlah 7.560.554.453 745.707.452 319.970.800 117.715.000 8.104.006.105 Sewa Pembiayaan Kendaraan 117.715.000 - - (117.715.000) -Jumlah 756.353.233.329 485.447.151.683 1.192.685.302 - 1.240.607.699.710 Akumulasi Penyusutan Pemilikan Langsung Aset tetap jalan tol
Jalan dan jembatan tol 151.540.149.798 28.682.623.429 - - 180.222.773.227 Sarana pelengkap 4.267.553.719 1.329.224.866 256.852.059 - 5.339.926.526 Bangunan 1.414.284.328 386.451.188 320.761.689 - 1.479.973.827 Sub-jumlah 157.221.987.845 30.398.299.483 577.613.748 - 187.042.673.580 Aset tetap selain jalan tol
Bangunan 279.245.754 55.027.462 - - 334.273.216 Mesin dan peralatan 2.078.021.682 23.311.097 - - 2.101.332.779 Kendaraan 1.406.081.061 68.569.561 21.331.386 61.309.894 1.514.629.130 Peralatan kantor 1.537.313.718 440.339.592 - - 1.977.653.310 Sub-jumlah 5.300.662.215 587.247.712 21.331.386 61.309.894 5.927.888.435 Sewa Pembiayaan Kendaraan 56.405.104 4.904.790 - (61.309.894) -Jumlah 162.579.055.164 30.990.451.985 598.945.134 - 192.970.562.015
Nilai Buku Bersih 593.774.178.165 1.047.637.137.695
Pengurangan aset tetap meliputi transaksi penjualan aset dengan rincian sebagai berikut:
2009 2008
Harga jual 210.000.000 63.860.586
Nilai buku - 298.639.414
Alokasi pembebanan penyusutan aset tetap untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 pada laporan laba rugi konsolidasi adalah sebagai berikut:
2009 2008
Beban jasa tol
Beban pengumpul jalan tol (lihat Catatan 23) 1.485.460.722 603.336.772
Beban pelayanan pemakai jalan tol (lihat Catatan 24) 389.339.406 82.317.524
Beban pemeliharaan aset jalan tol (lihat Catatan 25) 45.930.958.241 29.678.191.647
Beban umum dan administrasi (lihat Catatan 26) 886.018.762 626.606.042
Jumlah 48.691.777.131 30.990.451.985
Pada tahun 2008, PT Bintaro Serpong Damai, Anak Perusahaan, melakukan kegiatan konstruksi untuk penambahan lajur Jalan Tol Pondok Aren-Serpong. Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, tingkat presentase penyelesaian proyek terhadap estimasi keseluruhan nilai proyek masing-masing adalah sekitar 94% dan 68%. Proyek ini telah diselesaikan secara keseluruhan pada bulan Januari 2010.
Pada tanggal 26 September 2008, proyek Jalan Tol Seksi IV di Makassar telah diresmikan dan telah dimulai kegiatan operasi komersialnya. Aset dalam penyelesaian sehubungan dengan proyek tersebut sebesar Rp 563.036.697.122 telah direklasifikasi ke akun Aset Tetap – Jalan Tol.
Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman ke nilai tercatat Aset Tetap Jalan Tol untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 masing-masing adalah sebesar nihil dan
Rp 15.494.404.620 (lihat Catatan 15).
Sebagian ruas jalan tol Pondok Aren - Serpong berada di atas tanah yang disewa dari PT Kereta Api (Persero) dengan nilai sebesar Rp 458.062.000 (lihat Catatan 29j).
Aset tetap Anak Perusahaan kecuali perlengkapan dan peralatan kantor telah diasuransikan melalui PT Asuransi Bosowa Periskop (pihak hubungan istimewa), PT Asuransi Umum Mega, dan PT Asuransi Tri Pakarta terhadap risiko kebakaran, pencurian, dan risiko lainnya dengan jumlah nilai pertanggungan sebesar Rp 354.300.082.944 dan Rp 102.275.000.000 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008. Manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan asuransi tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul atas risiko tersebut.
Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan, tidak terdapat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai aset tetap pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
11. PROPERTI INVESTASI
Akun ini terdiri dari:
2009
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Biaya Perolehan Bangunan 19.724.075.465 - - 19.724.075.465 Akumulasi Penyusutan Bangunan 1.314.938.364 986.203.773 - 2.301.142.137 Nilai Buku 18.409.137.101 17.422.933.328 2008
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Biaya Perolehan
Bangunan 19.724.075.465 - - 19.724.075.465
Akumulasi Penyusutan
Bangunan 328.734.591 986.203.773 - 1.314.938.364
Nilai Buku 19.395.340.874 18.409.137.101
Properti investasi ini merupakan unit office space yang terletak di gedung Menara Karya, Kuningan,
Jakarta dengan luas keseluruhan 1.221,08 m2 dan bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Milik atas
satuan unit rumah susun non-hunian atas nama Perusahaan. Office space tersebut disewakan kepada pihak ketiga.
Beban penyusutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 dibebankan pada beban umum dan administrasi masing-masing sebesar Rp 986.203.773 (lihat Catatan 26).
Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, seluruh properti investasi ini digunakan sebagai jaminan atas hutang bank (Catatan 15a).
Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, properti investasi Perusahaan telah diasuransikan melalui PT Asuransi Umum Mega dengan jumlah nilai pertanggungan masing-masing sebesar $AS 2.212.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul atas properti investasi.
Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan, tidak terdapat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai properti investasi pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
a. Rincian hutang usaha berdasarkan nama pemasok adalah sebagai berikut:
2009 2008
Pihak hubungan istimewa (lihat Catatan 28)
PT Otto Rental 934.533.818
-PT Semen Bosowa Maros - 16.910.903.519
Sub-jumlah 934.533.818 16.910.903.519
Pihak ketiga
PT Hoptec Indonesia 353.970.578 1.478.970.580
PT Menara Indra Utama 320.650.000 1.908.700.000
PT Citra Paramula Sejati 96.447.815 1.429.250.000
PT Yasa Patria Perkasa - 2.346.990.858
PT Harfiah Graha Perkasa - 715.075.790
Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 500 juta) 1.969.772.820 11.397.288.983
Sub-jumlah 2.740.841.213 19.276.276.211
Jumlah 3.675.375.031 36.187.179.730
b. Rincian hutang usaha berdasarkan umur (hari) adalah sebagai berikut:
2009 2008
Belum jatuh tempo 934.533.818 16.910.903.520
Lewat jatuh tempo:
1 – 30 hari -
-31 – 60 hari -
-Lebih dari 60 hari 2.740.841.213 19.276.276.210
Jumlah 3.675.375.031 36.187.179.730
13. PERPAJAKAN
a. Hutang Pajak
Akun ini terdiri dari:
2009 2008 Pajak penghasilan: Pasal 4 ayat 2 80.676.503 6.874.035 Pasal 21 107.490.878 139.593.778 Pasal 23 300.066.808 312.797.667 Pasal 29 1.925.125.641 1.179.884.293
13. PERPAJAKAN (lanjutan)
2009 2008
a. Hutang Pajak (lanjutan)
Pajak bumi dan bangunan 741.903.203
-Jumlah 3.155.263.033 1.639.149.773
b. Pajak Penghasilan Badan
Rekonsiliasi antara laba (rugi) sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan sebagaimana yang disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi dan taksiran penghasilan kena pajak serta akumulasi rugi fiskal Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
2009 2008
Laba (rugi) sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan
berdasarkan laporan laba rugi konsolidasi (62.845.485.370) 4.842.435.584
Dikurangi rugi sebelum manfaat (beban)
pajak penghasilan - Anak Perusahaan (68.788.938.445) (11.682.697.132)
Laba sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan
-Perusahaan 5.943.453.075 16.525.132.716
Beda Temporer:
Imbalan kerja karyawan 80.932.604 60.477.643
Penyusutan aset tetap (1.873.969) 22.357.505
Beda Permanen:
Pajak 1.465.986.375 596.792.582
Gaji dan tunjangan 354.299.387 124.814.020
Jamuan dan sumbangan 69.363.394 168.893.930
Asuransi 42.585.006
-Penghasilan yang telah dikenakan
pajak yang bersifat final (8.160.825.576) (10.122.119.515)
Lain-lain 986.203.773
Taksiran penghasilan kena pajak Perusahaan
-tahun berjalan 780.124.069 7.376.348.881
Akumulasi rugi fiskal awal tahun (1.100.937.436) (7.151.527.609)
Penyesuaian 260.706.415 (1.325.758.708)
b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)
Perhitungan beban pajak penghasilan kini dan taksiran hutang pajak penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
2009 2008
Beban pajak penghasilan tahun berjalan
Perusahaan -
-Anak Perusahaan 2.309.278.509 1.873.183.000
Beban pajak penghasilan kini berdasarkan laporan
konsolidasi – tahun berjalan 2.309.278.509 1.873.183.000
Dikurangi pajak penghasilan dibayar di muka:
Perusahaan -
-Anak Perusahaan 384.152.868 693.298.707
Jumlah pajak penghasilan dibayar di muka 384.152.868 693.298.707
Taksiran hutang pajak penghasilan 1.925.125.641 1.179.884.293
Perusahaan tidak terhutang pajak penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 karena masih berada dalam posisi rugi fiskal.
Jumlah taksiran rugi fiskal Perusahaan untuk tahun 2009 tersebut akan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa (KPP-PMB). Sedangkan jumlah taksiran rugi fiskal Perusahaan untuk tahun 2008 telah sesuai dengan jumlah yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa (KPP-PMB).
Anak Perusahaan telah menerima:
- Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-5.0002/WPJ.15/KP.0203/2009 tanggal
29 Januari 2009, tentang pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai masa Februari sampai dengan Mei 2008. Pengembalian kelebihan pembayaran yang diterima adalah sebesar Rp 5.208.391.515.
- Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-5.0014/WPJ.15/KP.0203/2009 tanggal
16 Juni 2009, mengenai pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai masa pajak Agustus 2008 sebesar Rp 3.844.074.427.
Pada tanggal 2 September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 mengenai “Pajak Penghasilan” telah diubah untuk keempat kalinya dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Perubahan tersebut juga mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif bertingkat menjadi tarif tunggal yaitu 28% untuk tahun fiskal 2009 dan 25% untuk tahun fiskal 2010 dan seterusnya.
13. PERPAJAKAN (lanjutan)
b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)
Rincian aset (kewajiban) pajak tangguhan adalah sebagai berikut: 2009 Saldo Awal Manfaat (Beban) Pajak Tangguhan Tahun Berjalan Sebelum Perubahan Tarif Dampak Perubahan Tarif Pajak Manfaat (Beban) Pajak Tangguhan Tahun Berjalan Setelah Perubahan
Tarif Saldo Akhir
Aset Pajak Tangguhan Perusahaan Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan 68.082.584 22.661.129 (14.349.576) 8.311.553 76.394.137 Aset tetap 7.039.180 (524.712) (10.067.159) (10.591.871) (3.552.691) Akumulasi rugi fiskal 336.040.861 (218.434.740) (102.579.383) (321.014.123) 15.026.738 Sub Jumlah 411.162.625 (196.298.323) (126.996.118) (323.294.441) 87.868.184 Anak Perusahaan Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan 345.413.223 (42.329.584) (53.033.557) (95.363.141) 250.050.082 Aset tetap 886.048.848 (425.867.220) (185.511.514) (611.378.734) 274.670.114 Sewa pembiayaan (33.940.530) - 33.940.530 33.940.530 -Selisih penilaian kembali aset tetap (1.228.362.128) 1.146.471.319 81.890.809 1.228.362.128 -Akumulasi rugi fiskal 5.575.313.951 20.874.630.933 (3.165.786.592) 17.708.844.341 23.284.158.292 Sub Jumlah 5.544.473.364 21.552.905.448 (3.288.500.324) 18.264.405.124 23.808.878.488 Jumlah 5.955.635.989 21.356.607.125 (3.415.496.442) 17.941.110.683 23.896.746.672 Aset (Kewajiban) Pajak Tangguhan Anak Perusahaan Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan 258.692.324 139.539.462 (75.030.193) 64.509.269 323.201.593 Sewa pembiayaan (753.750) - 753.750 753.750 -Aset tetap (2.592.865.258) (24.173.879) 2.542.832.567 2.518.658.687 (74.206.570) Sub Jumlah (2.334.926.684) 115.365.583 2.468.556.124 2.583.921.706 248.995.023 Jumlah - Bersih 3.620.709.305 21.471.972.708 (946.940.318) 20.525.032.389 24.145.741.695
b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)
2008
Saldo Awal
Manfaat (Beban) Pajak Tangguhan
Tahun Berjalan Saldo Akhir
Aset Pajak Tangguhan Perusahaan
Kewajiban diestimasi atas
imbalan kerja karyawan 49.939.291 18.143.293 68.082.584
Aset tetap 331.928 6.707.252 7.039.180
Penyesuaian atas rugi fiskal (397.727.612) 397.727.612
-Akumulasi rugi fiskal 2.548.945.526 (2.212.904.665) 336.040.861
Jumlah 2.201.489.133 (1.790.326.508) 411.162.625
Anak Perusahaan Kewajiban diestimasi atas
imbalan kerja karyawan 317.786.705 27.626.518 345.413.223
Aset pajak tangguhan atas selisih penilaian kembali asset tetap
yang diperhitungkan (1.228.362.128) - (1.228.362.128)
Aset tetap 835.879.555 50.169.293 886.048.848
Sewa pembiayaan (31.114.290) (2.826.240) (33.940.530)
Akumulasi rugi fiskal 423.847.904 5.151.466.047 5.575.313.951
Sub Jumlah 318.037.746 5.226.435.618 5.544.473.364
Jumlah 2.519.526.879 3.436.109.110 5.955.635.989
Kewajiban Pajak Tangguhan Anak Perusahaan
Kewajiban diestimasi atas
imbalan kerja karyawan 251.264.244 7.428.080 258.692.324
Aset tetap (2.371.462.410) (221.402.848) (2.592.865.258)
Sewa pembiayaan (753.750) - (753.750)
Sub Jumlah (2.120.951.916) (213.974.768) (2.334.926.684)
Jumlah - Bersih 398.574.963 3.222.134.342 3.620.709.305
Perusahaan dan Anak Perusahaan memperhitungkan kerugian fiskal sebagai aset pajak tangguhan karena terdapat keyakinan bahwa akumulasi rugi fiskal tersebut akan dapat dipulihkan dengan laba kena pajak pada masa mendatang.
Rekonsiliasi antara manfaat (beban) pajak penghasilan yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak efektif dari laba (rugi) sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan dan beban pajak penghasilan seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
13. PERPAJAKAN (lanjutan)
b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan)
2009 2008
Laba (rugi) sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan menurut
laporan laba rugi konsolidasi (62.845.485.370) 4.842.435.584
Beban pajak penghasilan dengan
tarif efektif yang berlaku 17.803.053.045 (1.452.730.675)
Beda permanen:
Pengaruh pajak atas beda permanen 213.169.836 2.801.682.017
Dampak penyesuaian perubahan
tarif pajak penghasilan 199.530.999
-Jumlah manfaat pajak penghasilan - bersih 18.215.753.880 1.348.951.342
14. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA
Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, akun ini merupakan pendapatan yang diterima di muka dari pihak ketiga atas sewa lahan milik PT Bintaro Serpong Damai, Anak Perusahaan, atas pemasangan papan iklan dan pemanfaatan komersial lainnya.
15. HUTANG BANK
Akun ini terdiri dari:
2009 2008
PT Bank Mega Tbk
Rupiah 816.970.145.290 628.927.244.053
Dolar Amerika Serikat ($AS 21.383.378,02) - 234.147.989.308
PT Bank Syariah Mega Indonesia 36.790.123.460 38.765.432.100
Jumlah 853.760.268.750 901.840.665.461
Dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun 2.123.148.142 29.684.897.210