• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN TONGAUNA KABUPATEN KONAWE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN TONGAUNA KABUPATEN KONAWE"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

FISTARISMA ISHAK Stb. B1A1 11 141

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

(2)

Oleh:

FISTARISMA ISHAK Stb. B1A1 11 141

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

(3)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh

FISTARISMA ISHAK

Stb. B1A1 11 141

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

2016

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Pembangunan Desa Di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe”. Salam dan Shalawat dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang pencerah yang menuntun ummatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang dengan segala ilmu dan ajarannya.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, untuk memberikan pengalaman kepada penulis dalam meneliti dan menyusun karya ilmiah berupa skripsi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis diberi bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik materil maupun moril. Khususnya untuk kedua orang tuaku tersayang Bapak Ishak Naimdan Ibu Hasmaya yang selalumendoakan, memotivasi, mendukung pilihan saya. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas doa, motivasi, dan dukungannya serta telah menjadi orang tua terbaik bagi saya.

Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang mendukung tercapainya karya ilmiah ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, Selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Bapak Prof. Dr. H.Muh. Syarif, SE., MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.

4. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MS, dan Bapak Dr. Ambo Wonua Nusantara, SE., M.Si, Selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saya saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Tim penguji, yang juga telah banyak memberikan masukan dan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

sahabat-sahabat yang tidak sempat penulis sebutkan, saya ucapkan banyak terima kasih atas motivasi dan dorongan kalian

8. Rekan-Rekan mahasiswa FEB UHO yang selalu memberikan dukungan dan dorongan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

9. Saudara-Saudara sayaEkko Saputra, Indah Noviana, Nur Fitra, Isnaliatiyang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi serta canda tawa dan keceriaan, saya ucapkan banyak terima kasih.

10. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.

Kendari, Februari 2016

(9)

ix

determine the factors that affect the level of community participation in development in Sub Tongauna Konawe.

In this study using qualitative descriptive and the population in this study are families (KK) with 60 respondents using data collection techniques of observation, interviews, questionnaires and documents, The sampling technique deliberately chosen with consideration of the respondents considered to know how much the level of community participation, then analyzed descriptively.

Public participation is an important part, therefore the involvement of community members in development is expected to provide a less significant effect in the implementation as well as providing opportunities that the broader authority to the public. Participation in this study is that community participation in supporting rural development. Rural development is a process of development activities taking place in the village that covers all aspects of life and livelihoods. The results showed that community participation in development in Sub Tongauna still considered good enough.

(10)

x

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunandi Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) dengan sampel 60 responden dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara observasi, wawancara, kuisioner dan dokumen. Teknik penarikan sampel secara sengaja dengan pertimbangan responden yang dipilih dianggap mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat, selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting, oleh karena itu keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan diharapkan dapat memberikan efek yg lebih signifikan dalam pelaksanaan serta memberikan kesempatan kewenangan yg lebih luas kepada masyarakat. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud yaitu partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa. Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Kecamatan Tongauna masih dikategorikan cukup baik.

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRACT ... ix

ABSTRAK ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.5 Ruang Lingkup ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritik ... 9

2.1.1 Konsep Partisipasi Masyarakat ... 9

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat 2.1.2.1 Faktor Pendukung ... 11

2.1.2.2 Faktor Penghambat ... 14

2.1.3 Konsep Pembangunan ... 15

2.1.3.1 Konsep Pembangunan Nasional ... 19

2.1.3.2 Konsep Pembangunan Daerah ... 21

2.1.3.3 Konsep Pembangunan Desa ... 23

2.2 Kajian Empirik ... 26

2.3 Kerangka Pemikiran ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2 Populasi dan Sampel ... 29

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.5 Definisi Operasional ... 31

(12)

xii 4.1.5 Pendidikan ... 43 4.1.6 Ketenagakerjaan ... 46 4.1.7 Agama ... 47 4.1.8 Suku ... 47 4.2 Karakteristik Responden ... 48

4.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan Desa ... 51

4.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Mayarakat ... 64

4.4.1 Faktor Pendukung ... 65

4.4.2 Faktor Penghambat ... 75

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA...

(13)

xiii

4.2 Jarak Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi dengan

Desa/Kelurahan Tahun 2014 ... 38

4.3Pembagian Wilayah Administratif Pemerintahan Menurut Desa/KelurahanTahun 2014 ... 40

4.4 Kondisi Demografis Kecamatan Tongauna Tahun 2013-2014 ... 41

4.5 Struktur Umur Penduduk Kecamatan Tongauna Tahun 2014 ... 42

4.6 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 43

4.7 Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014 ... 44

4.8 Jumlah Guru Per Sekolah, Murid Per Sekolah, dan Murid Per Guru Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014 ... 44

4.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan Di Kecamatan Tongauna Tahun 2014 ... 45

4.10 Sumber Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tongauna Tahun 2014 ... 47

4.2.1 Menurut Usia Responden ... 48

4.2.2 Menurut Jenis Kelamin Responden ... 49

4.2.3 Menurut Tingkat Pendidikan ... 50

4.2.4 Menurut Jenis Pekerjaan Responden ... 51

4.3.1 Partisipasi Dalam Bentuk Sumbangan Ide/Pikiran ... 55

4.3.2 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Keuangan ... 57

4.3.3 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Material ... 59

4.3.4 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Tenaga ... 61

4.3.5 Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 62

4.4.1.1 Faktor Pendukung Masyarakat Untuk Berpartisipasi Dalam Pembangunan ... 65

4.4.1.2 Menurut Umur Masyarakat Di Kecamatan Tongauna ... 67

4.4.1.3 Menurut Jenis Kelamin Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 68 4.4.1.4 Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan Tongauna ... 69

4.4.1.5 Menurut Tingkat Penghasilan Masyarakat Di Kecamatan Tongauna ... 71

4.4.1.6 Berdasarkan Menetapnya Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 72 4.4.1.7 Dukungan Pemerintah Dengan Partisipasi Masyarakat ... 74 4.4.2.1 Berdasarkan Pola Pikir Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 75 4.4.2.2 Berdasarkan Waktu Luang Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 76 4.4.2.3 Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Tongauna 77

(14)

xiv

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan pencerminan kehendak rakyat, guna pencapaian taraf hidup yang layak. Dengan demikian, pembangunan daerah merupakan wahana dalam mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spritual, disamping itu untuk menciptakan pemerataan pembangunan antar wilayah. Usaha untuk mempercepat terwujudnya kehendak rakyat tersebut, maka Pemerintah Pusat memberikan hak otonom kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Undang-Undang memberikan isyarat bahwa pelaksanaan pembangunan didaerah harus ditunjukkan pada penyusunan strategi yang relevan dengan potensi yang ada didalamnya, guna meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan pada masa yang akan datang. Pembangunan disuatu daerah akan berjalan dengan baik apabila dipadukan antara kebijaksanaan dan strategi pembangunan dengan kondisi serta aspirasi masyarakat dan wilayah yang bersangkutan. Dalam era pembangunan sekarang ini, terutama dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, dimana seluruh wilayah pemerintahan termasuk wilayah Kecamatan diberikan kewenangan yang semakin luas dalam mengurus kepentingannya, maka pemerintahan dalam hal ini

(16)

pemerintahan Kecamatan selaku penyelenggara dari penanggung jawab utama, mengatur dan mengarahkan segala sumber-sumber faktor sosial ekonomi diharapkan dapat melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan.

Terkait dengan masalah pembangunan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Menegaskan bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan dipusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat. Perencanaan pembangunan yang diharapkan merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Selanjutnya pada Pasal 1 ayat 5 dalam Ketentuan Umum disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disebut RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan Kepala Daerah terpilih dan diikuti penyusunan Rencana Strategis SKPD sebagai dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan SKPD.

Menurut Bratakusumah (1991:65) bahwa paradigma pembangunan sangat dikembangkan sekarang ini adalah paradigma pemberdayaan yang berintikan partispasi masyarakat. Masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah tidak lagi sebagai Provider, melainkan lebih bertindak sebagai intermediasi dan katalisator segenap kegiatan pembangunan,

(17)

artinya pemerintah seharusnya memberi kesempatan yang lebih banyak kepada masyarakat, didalam menumbuh-kembangkan segala potensi yang dimilikinya bersama dengan lingkungannya. Dengan kata lain, bagaimana mengkondisikan agar pembangunan menjadi bagian integral dari rakyat, sehingga mereka berperan sebagai subyek pembangunan yang dominan menetukan keberhasilan pembangunan (Kartasasmita, 1991:45).

Pembangunan partisipatif harus dimulai dengan masyarakat sebagai manusia yang memiliki aspirasi dan paling mengetahui tentang kebutuhannya. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan Pemerintah daerah harus dapat memposisikan diri sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana yang menunjang kegiatan masyarakat yang diharapkan dapat mendukung program dan tujuan pemerintah yang dilakukan melalui partisipasi masyarakat. Model pembangunan partisipatif mengutamakan pembangunan yang dilakukan dan dikelola oleh masyarakat lokal dalam wadah pembangunan yang dimilikinya, dengan menekankan upaya pengembangan kapasitas masyarakat untuk memberdayakan masyarakat, Sumodiningrat (1991:34) dalam paradigma pembangunan partisipatif menuntut akan adanya pelibatan masyarakat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan program yang berhubungan langsung terhadap kehidupan mereka.

Kemudian harapan Pemerintah daerah dukungan masyarakat dalam arah kebijaksanaan kegiatan Pemerintah dan pembangunan itu sendiri.Perkembangan masyarakat sebagai hasil dari adanya proses perubahan sosial yang terjadi sebagai

(18)

akibat pembangunan yang telah dilaksanakan sebelumnya semakin ditunjang oleh teknologi yang maju sehingga menuntut adanya keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan untuk menangani proses pembangunan itu sendiri. Siklus interaksi antara Pemerintah dan masyarakat pada gilirannya mendorong adanya pemikiran-pemikiran baru dalam memahami, menelaah dan memecahkan berbagai masalah pembangunan didaerah.

Seperti wilayah lainnya, Kecamatan TongaunaKabupaten Konawe sebagai salah satu wilayah yang terus tumbuh dan berkembang telah melaksanakan berbagai pembangunan disegala sektor seperti kesehatan, pendidikan, sarana dan prasarana, sosial politik, serta kebersihan. Namun masih cukup banyak implementasi pembangunan yang belum dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan oleh para perencana (Bappeda Kecamatan Tongauna 2008).Dalam realitasnya, tidak semua anggota masyarakat diKecamatan Tongauna ikut berpartisipasi, dengan berbagai macam alasan.

Hal ini disadari karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu kurangnya sosialisasi dan keacuhan antar masyarakat. Disini diperlukan upaya untuk meyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya komunikasi antara Pemerintah daerah dengan masyarakat ataupun sebaliknya.Dalam pelaksanaan pembangunan desa, partisipasi masyarakat yang ada di Kecamatan Tongauna tingkat dan bentuk partisipasinya berbeda-beda.

Pemberian partisipasi masyarakat lebih cenderung memberikan bantuan tenaga saja. Namun dipihak lain, partisipasi masyarakat ini tidak selamanya

(19)

tinggi, disuatu waktu adakalanya masyarakat sangat kurang berpartisipasi, baik itu dalam bentuk bantuan tenaga, sumbangan pikiran, waktu dan bantuan material.Lebih lanjut dikatakan bahwa aspek keterlibatan (partisipasi) masyarakat masih minim sehingga mempengaruhi implementasi dari pembangunan yang direncanakan.

Gagalnya tujuan dan sasaran pembangunan diakibatkan oleh berbagai macam faktor, baik teknis maupun non teknis yang penyebabnya juga dapat berasal dari Pemerintah daerah juga sebagai perencana pembangunan maupun masyarakat sebagai pelaku dan eksekutor pembangunan. Menurut peraturan tersebut penyusunan perencanaan pembangunan dilaksanakan secara bertahap yang pada prinsipnya mengacu pada sistem perencanaan dari bawah (Bottom up Planning). Melalui sistem ini diharapkan terjadi peningkatan mutu perencanaan yang komprehensif dan terpadu serta dapat menjaring aspirasi masyarakat dan kebutuhan masyarakat dalam koridor pembangunan nasional.

Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe. Kecamatan ini merupakan salah satu Kecamatan yang menjadi sasaran pembangunan di Kecamatan Tongauna. Berdasarkan pengamatan awal penulis terlihat bahwa pelaksanaan pembangunan di Kecamatan TongaunaKabupaten Konawe belum terkoordinasi secaraoptimal oleh aparat pemerintah penyelenggara pembangunan, sehingga penyelenggara pembangunan di Kecamatan Tongauna belum didukung oleh pertumbuhan sarana dan prasarana yang sesuai dengan harapan masyarakat.

(20)

Pelaksanaan pembangunan belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini terlihat masih banyaknya fasilitas-fasilitas pelayanan umum yang belum diperbaiki seperti jalanraya dan jembatan, sarana dan prasaranateknis lainnya seperti perbaikan kantor camat, perbaikan kantor PKK yang terlihat belum memadai.Kondisi pembangunan di Kecamatan Tongauna seperti yang diuraikan diatas, tentunya akan berdampak negatif pada pencapaian tujuan pembangunan nasional. Rendahnya tingkat pertumbuhan pembangunan yang terdapat di Kecamatan tersebut disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan koordinasi antara Pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Tongauna, dengan kurangnya sosialisasi dan koordinasi tersebut mengakibatkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di masing-masing desa.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan Desa Di Kecamatan Tongauna.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya antara lain:

1) Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Kecamatan Tongauna?

2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Kecamatan Tongauna?

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang hendak penulis akan teliti seperti yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu:

1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Kecamatan Tongauna.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan diKecamatan Tongauna.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapakan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya menyangkut masalah perencanaan pembangunan. 2. Secara praktis, hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini yaitu dapat

menjadi suatu bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan usaha dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di berbagai bidang, khususnya pada pembangunan diKecamatan Tongauna.

(22)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti, maka perlu untuk menetapkan ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkupnya yaitu partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunandesa di Kecamatan Tongauna yang ditujukan pada keterlibatan masyarakat.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritik

2.1.1 Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dapat diartikan sebagai suatu proses keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan warga baik sebagai individu ataupun kelompok sosial atau organisasi kemasyarakatan yang didasari oleh kesadaran warga, baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa paksaan dari pihak-pihak tertentu. Untuk lebih jelasnya, definisi partisipasi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu sebagai penciptaan peluang bagi semua anggota masyarakat untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan, mempengaruhi proses pembangunan itu dan turut menikmati hasilnya (Anonim, 1999). Sementara menurut Badudu dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991), secara etimologi, partisipasi merupakan kata saduran dari bahasa Belanda (participatie) dan bahasa Inggris (participation) yang berarti ikut serta dalam suatu kegiatan pembangunan.

Partisipasi menurut Conyers adalah alat yang berguna untuk memperoleh akses informasi, sikap, harapan dan kebutuhan masyarakat, pemberian usul serta representatif kehadiran karena tanpa kehadiran masyarakat, maka pengembangan pembangunan akan gagal (Conyers, 1991:154-155).Hal senada juga dikemukakan oleh Tikson (2001:1) bahwa partispasi dalam pembangunan merupakan suatu proses dimana masyarakatsebagai stakeholder terlibat, mempengaruhi, mengendalikan pembangunan ditempat mereka masing-masing. Disamping itu

(24)

mereka juga turut serta secara aktif dalam memprakarsai perbaikan kehidupan mereka melalui proses pembuatan keputusan dan sumber daya serta penggunanannya.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan(I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46).

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.

Menurut Inu Kencana Syafiie, partisipasi masyarakat adalah penentuan sikap dan keterlibatan setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi serta mengambil bagian dalam setiap

(25)

pertanggungjawaban bersama (Syafiie, 2001:142). Partisipasi dapat menentukan sikap dan keterlibatan setiap individu dalam organisasi, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk berperan dan berpartisipasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.Partisipasi akan berjalan apabila adanya kemauan dari setiap individu dan organisasi untuk ikut berperan serta dalam partisipasi.

Sementara itu menurut Conyers (1994) mengemukakan ada tiga alasan utama pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadiran pembangunan dan proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Merupakan suatu hak demokratis bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, masyarakat mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang dilaksanakan didaerah mereka. 2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

2.1.2.1Faktor pendukung

Dalam menumbuhkan semangat untuk melakukan partisipasi atau peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan, dibutuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, keseluruhan unsur

(26)

tersebut terlibat secara langsung dalam pencapaian tujuan dan keberadaan pembangunan itu sendiri.

Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1) Faktor Kesadaran/Kemauan

Partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi anggota masyarakat, hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

2) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

3) Jenis kelamin

Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunanadalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.

4) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

(27)

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

5) Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

6) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

7) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat

Pemerintah selakupengemban amanat rakyat untuk membangun memanglah harus berperan, terutama pemerintahdaerah dalam hal ini Camat, mereka diharapkan mampu mendorong masyarakatuntuk berpartisipasi dalam pembangunan desa, mendatangi masyarakatuntuk menghimbau dan usaha lainnya.Dukungan dari masyarakat, baik dari tokoh masyarakat maupun warga secara umum. Partisipasi tokoh masyarakat turut membantu dalam mengawasi dan

(28)

memberikan arahan kepada masyarakat yang kurang memahami tentang pembangunan desa serta berperan sebagai kontrol sosial di tengah masyarakat. 8) Peralatan/Fasilitas

Dalam pelaksanaan tugas kepala Kecamatan dan perangkatnya, dibutuhkan kantorKecamatan yang merupakan tempat untuk melaksanakan tugas pengelolaan, pelaporan, pencatatan dan berbagai kegiatan lainnya.

2.1.2.2Faktor penghambat

Upaya mencapai tujuan dari suatu kelompok atau organisasi baik yang bersifat normal maupun bersifat informal, maka yang menjadi faktor pertimbangan pokok adalah tujuan yang ingin dicapai. Apabila tujuan pendirian organisasi itu belum tercapai atau sangat sulit dicapai itulah yang menjadi hambatan.

Hambatan atau kendala dalam partisipasi tergantung kepada situasi setempat,ada kendala penting dalam partisipasi (Bappenas, 2001) yaitu :

a. Pola Pikir Masyarakat

Pola pikir masyarakat yang masih “masa bodoh” yang merasa

pembangunan merupakan tanggung jawab pemerintah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasimasyarakat dalam pembangunan, khususnya pembangunan fisik. Pola pikir masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi suatu pembangunan, pola pikir yang tertutup, pasif merupakan faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

(29)

b. Waktu

Masyarakat akan meluangkan waktunya untuk proyek apabila merekamerasa bahwa proyek berguna.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan

Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah pedesaan, sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian.Aktivitas usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas.

Peluang usaha di sektor non pertanian belum mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik.Kondisi ini mendorong sebagian penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di luar desanya, sehingga mendorong mereka untuk berhijrah/migrasi dari daerah pedesaan menuju daerah lain terutama daerah perkotaan. Daerah perkotaan dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan berusaha.

2.1.3 Konsep Pembangunan

Pembangunan merupakan proses peningkatan dan pertumbuhan seimbang pada segala aspek kehidupan, baik aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, pemerintahan, pertahanan keamanan maupun aspek ideologi. Pembangunan juga sebagai satu proses menuju kearah yang lebih baik. Proses tersebut dalam rangka

(30)

pencapaian hakekat tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur serta sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tjokroamidjojo dan Musropadidjaja (1998:19) memberikan definisi bahwa pembangunan adalah terjadinya suatu perubahan pada nilai-nilai ekonomi, sosial budaya, dan politik. Pembangunan adalah orientasi atau kegiatan usaha tanpa akhir, lebih lanjut dijelaskan bahwa proses pembangunan sebenarnya adalah suatu proses perubahan sosial budaya. Supaya menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung pada manusia dan struktur sosialnya.

Siagian (1996:3) mengemukakan bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana serta dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembangunan bangsa.Sedangkan Mansour (2002:63) menyatakan bahwa pembangunan dapat diinterprestasikan dalam dua kategori berdasarkan pengertian yaitu:

1) Pembangunan sebagai fenomena sosial yang mencerminkan kemajuan peradaban manusia.

2) Pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan sosial yang terencana.

Siagian (1990:56) mengatakan bahwa dibeberapa daerah yang sedang melaksanakan pembangunan biasanya mempunyai tujuan yang meliputi beberapa hal yaitu: 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2. Meningkatkan pemerataan

(31)

pendapatan masyarakat, 3. Meningkatkan kesempatan kerja, dan 4. Meningkatkan pemerataan pembangunan antar daerah.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk terlaksananya pembangunan diseluruh daerah dengan benar sesuai tujuan yang akan dicapai harus dimulai dengan perencanaan yaitu:

a. Mengadakan penelitian sumber-sumber yang dibutuhkan dana tersedia bagi pembangunan, khususnya sumber pembiayaan dan tenaga-tenaga yang penting untuk sektor-sektor prioritas.

b. Menyusun suatu kebijakan pembangunan yang konsisten guna mendukung pelaksanaan pembangunan dan tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan.

Menurut Usman (2003:12) bahwa pembangunan daerah seharusnya diupayakan menjadi prioritas penting dalam pembangunan negara saat ini. Upaya demikian sekurang-kurangnya perlu memperhatikan tiga hal penting yaitu:

1. Bentuk kontribusi riil dari daerah yang diharapkan oleh pemerintah pusat dalam proses pembangunan dasar, 2. Aspirasi masyarakat daerah sendiri terutama yang terefleksi pada prioritas program-program pembangunan daerah, 3. Keterkaitan antar daerah dalam menata perekonomian dan politik.

Terdapat empat aspek penting dalam rangka perencanaan pembangunan (Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja 1998:23):

1) Terlibat dan ikut sertanya masyarakat sesuai mekanisme proses politikdalam suatu negara untuk menentukan arah, strategi dan kebijaksaan pembangunan dilakukan pemerintah.

(32)

2) Meningkatkan kemampuan untuk merumuskan tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan dan sebaliknya.

3) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah strategi dan rencana yang ditentukan dalam proses politik.

4) Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembangunan yang terencana.

Cohen dan Uphoff (1990:104) menguraikan tiga tahapan dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu:

1. Tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada tahapini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana danstrategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek.Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melaluipertemuan-pertemuan yang diadakan.

2. Tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi padatahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaansuatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang ataupunmaterial/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut.

3. Tahap pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa

(33)

tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun.

Dampak dari partisipasi masyarakat secara langsung dalam proses pembangunan menurut Abe (2001:117) adalah sebagai berikut:

1) Masyarakat akan terhindar dari peluang manipulasi keterlibatan masyarakat secara langsung akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat.

2) Memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan program masyarakat.

3) Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat. 2.1.3.1 Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK serta perhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan Pembangunan Nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.

Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan sekarang ini diarahkan kepada terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur, baik material maupun

(34)

spritual. Dalam Garis-Garis Haluan Negara (GBHN) dinyatakan bahwa pembangunan Nasional itu adalah:

“Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang merata material dan spritual berdasarkan Pancasila didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis. Serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat, tertib dan damai ’’.

Masyarakat yang adil dan makmur masih jauh dari jangkauan pembangunan Nasional. Oleh karena itu, masih diperlukan usaha-usaha disegala bidang yang bertujuan untuk meningkatkan dan menyukseskan kegiatan pembangunan selanjutnya.Uraian ini tidak bermaksud untuk menyatakan kapan masyarakat adil dan makmur itu dapat diwujudkan, karena pada dasarnya tidak seorang pun yang dapat memastikan hal itu itu akan terjadi tetapi yang penting bahwa kegiatan pembangunan itu harus dilaksanakan secara berencana, sadar, terus menerus menuju sasaran akhir.

Peran aktif Pemerintah dalam mendorong dan melaksanakan pembangunan Nasional dilakukan melalui perumusan, penetapan, pelaksanaan dan pengawasan kebijaksanaan pembangunan adalah arah kegiatan yang ditetapkan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan Nasional.Dengan perencanaan pembangunan yang dimaksud agar pembangunan dapat terlaksana secara berencana yaitu secara sadar, teratur, sistematis dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan

(35)

pembangunan Nasional yang telah dijabarkan oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS), perlu adanya koordinasi dengan badan pengawasan pembangunan untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilaksanakan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.

Pembangunan Nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah yang selaras, serasi, dan seimbang. Itulah sebabnya Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin. Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup fisik manusia, misalnya sandang, pangan, gedung perkantoran, pengairan, sarana dan prasarana, transportasi dan sebagainya.

Sedangkan contoh pembangunan yang bersifat batiniah adalah pembangunan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.Usaha dan hasil pembangunan Nasional memang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan bangsa dan negara. Namun tidak dapat dihindari kemungkinan timbulnya dampak negatif karena proses pembangunan dan perubahan.

2.1.3.2 Pembangunan Daerah

Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya. Pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya

(36)

sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara:

Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.

Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah Menyusun konsep straregi bagi pemecahan masalah (solusi)

Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tesedia.

Tujuan pembangunan daerah itu sendiri adalah mengurangi disparsi atau ketimpangan pembangunan antara daerah dan sub daerah serta antara warga masyarakat (pemerataan dan keadilan), memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, menciptakan atau menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah, mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi berkelanjutan.Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional. Sehingga pembangunan di daerah perlu ditingkatkan agar terus tampak adanya kemampuan yang nyata bagi penduduknya, dalam rangka partisipasi masyarakat dan dukungannya terhadap pembangunan daerah pada khususnya, dan pembangunan nasional pada umumnya.

Dari uraian diatas, jelas bahwa keikutsertaan masyarakat dalam keberhasilan pembangunan daerah tersebut dapat sukses apabila ditunjang dengan dana. Disamping itu aparatur Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah

(37)

semaksimal mungkin sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan pembangunan, khususnya pembangunan dipedesaan.

2.1.3.3 Pembangunan Desa

I Nyoman Beratha menjelaskan bahwa pembangunan desa adalah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk didaerah pedesaan (Beratha, 1981:16). Pembangunan pedesaan ini dimaksudkan untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi masyarakat didaerah pedesaan untuk berkembang atas atas kekuatan dan kemampuan sendiri. Sedangkan pemerintah hanyalah bersifat memberi bantuan, pengarahan, bimbingan, dan pengendalian yang dapat meningkatkan usaha swadaya yang berdasarkan atas kegotong royongan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang.

Selanjutnya dikatakan pula bahwa pembangunan desa adalah upaya pembangunan yang secara langsung berorientasi pada peningkatan taraf hidup masyarakat desa secara merata, menyeluruh dan meliputi berbagai hidup dan kehidupan masyarakat.Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa. Dan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah didaerah, menjelaskan bahwa pembangunan desa adalah pembangunan yang dilaksanakan diwilayah pemerintahan terendah yaitu tingkat desa atau kelurahan (Kansil, 1991:193).

Rahardjo (1978:11) mengemukakan bahwa pembangunan desa adalah suatu atau rangkaian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup serta kehidupan lingkungan orang desa agar potensi sosial, ekonomi dan politik

(38)

wilayah pedesaan mendukung ketahanan nasional didesa.Ndraha (1980:3) mengatakan bahwa pembangunan desa sebagai suatu proses didalam mana masyarakat desa berkenan mengambil bagian secara aktif atau bagian perkataan lain berpartisipasi dan memberikan bimbingan, pembinaan, pengarahan, pengawasan dan bantuan.

Sedangkan menurut Sondang P.Siagian (2008) pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana serta sadar, yang di tempuh oleh suatu negara menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik. Pembangunan fisik adalalah pembangunan yang dapat di rasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro 2010:20), pembangunan fisik misalnya berupa Infrastruktur, bangunan, fasilitas umum.

Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama (Wresniwiro,2012) contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa peningkatan perekonomian rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat (Wresniwiro, 2012). Sedangkan menurut Saul M. Katz dalam Yuwono (2001 :47) pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal dari suatu keadaan tertentu keadaan yang dipandang lebih bernilai. Maka untuk mencapai pembangunan nasional yang berkeadilan itu, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah.

Pembangunan yang telah dicanangkan selama ini dapat berjalan sesuai harapan bersama apabila mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat,

(39)

seperti yang dikemukakan oleh Gran dalam Yumono (2001 : 54). Bahwa peningkatan kesejahteraan manusia menjadi fokus sentral dari pembangunan, dimana pembangunan masyarakat yang menentukan tujuan sumber-sumber pengawasan dan mengarahkan proses-proses pelaksanaan pembangunan. Contoh dari pembanguan fisik adalah:

a. Prasarana perhubungan yaitu: jalan, jembatan dll. b. Prasarana pemasaran yaitu: gedung, pasar.

c. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah ibadah, dan Puskesmas. Pembangunan non fisik adalah pembangunan yang tidak terwujud namun dapat di rasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pembangunan ini sering di sebut pembangunan masyarakat, yang berupa :

1. Pembangunan bidang keagamaan

2. Pembangunan bidang kesehatan dan keluarga berencana 3. Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban

4. Pelayanan terhadap urusan masyarakat seperti pembuatan KTP,pembuatan kartu keluarga, pembuatan surat kelahiran

5. Pembuatan surat keterangan berdomisili.

Dari pendapat tersebut diatas, dapat pula disimpulkan bahwa pembangunan desa adalah pembangunan yang berlangsung didesa dengan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh tanpa mempertimbangkan sifat kedaerahan dan keyakinan. Oleh karena itu, salah satu ciri utama pembangunan desa adalah keikutsertaan seluruh masyarakat.

(40)

2.2 Kajian Empirik

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulisbaca diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Edi Gunawan tahun 2011 dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan di Kepenghuluan Tanjung Leban Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Pada penelitian ini menunjukkan kurang berpengaruhnya faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Karena masyarakat sibuk bekerja untuk mencari kehidupan sehari-hari dan juga masyarakat beranggapan pembangunan adalah tugas pemerintahan daerah kabupaten. Sehingga mereka merasa dimanjakan oleh pembangunan yang sudah ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugih Mulyana tahun 2013 dengan judul partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di desa Banjar Panjang Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Pada penelitian tersebut menunjukanbahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: usia, dimana usia yang dominan. Berdasarkan penelitian yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan/penghasilan,dan lamanya tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutami tahun 2009 dengan judul partisipasi masyarakat pada pembangunan prasarana lingkungan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara pada penelitian tersebut menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan

(41)

masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara berada pada tingkat therapy.

(42)

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran Pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Tongauna Partisipasi Masyarakat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Pemerintah Sumbangan ide/pikiran Bantuan Keuangan Bantuan Material Bantuan Tenaga Faktor Pendukung Faktor Penghambat Pusat Kabupaten kecamatan Anggaran Program Pembangunan Analisis Kesimpulan dan Rekomendasi

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe, yang dimana Kecamatan Tongauna merupakan salah satu Kecamatan yang terindikasi mengalami keterbelakangan dilihat dari sektor pembangunannya. 3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Tongaunayang pada saat penelitian dilakukan berjumlah sebanyak 4.520 KK. 3.2.2Sampel

Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka sampel penelitian ini ditetapkan secara purposive sampling (sengaja). Dengan menetapkan klasifikasi sampel berdasarkan jenis pekerjaan yaitu pegawai, petani, pedagang dan wiraswasta. Sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 60 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu cara mengumpulkan data yang berdasarkan atas tinjauan dan pengamatan penelitian secara langsung terhadap aspek-aspek yang terkait dengan partisipasi masyarakat dalam proses perencanan pembangunan.

(44)

b. Interview atau wawancara, yaitu tindakan dalam melakukan tanya jawab secara langsung dengan informan yang telah dipilih dalam hal pengumpulan informasi yang akurat.

c. Kuisioner, yaitu memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa serta untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat tingkat partisipasi masyarakat.

d. Dokumen, yaitu data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penulisan ini berupa kemajuan pembangunan.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data primer, diperoleh langsung dari responden dan informan penelitian dengan cara melaksanakan observasi terhadap berbagai macam pelaksanaan pembangunan, dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada responden.

Data primer antara lain: tingkat partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan berupa pelaksanaan gotong royong, sumbangan dalam bentuk materi dan tenaga, serta kegiatan-kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan selama beberapa tahun terakhir.

2) Data sekunder, diperoleh dari berbagai sumber dengan cara menelaah buku-buku, dokumen, laporan pelaksanaan pembangunan, serta mengutip dan mencatat berbagai informasi dalam bentuk yang sudah jadi.

(45)

Data sekunder antara lain: keadaan wilayah, jumlah penduduk, struktur umur, jumlah Kepala Keluarga, jenis mata pencaharian penduduk, dan berbagai laporan hasil kegiatan pembangunan yang melibatkan masyarakat.

3.5 Definisi Operasional

Untuk memberikan suatu pemahaman agar lebih mempermudah pelaksanaan program pembangunan fisik, maka perlu adanya batasan penelitian yang dioperasionalkan sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat menghendaki adanya kontribusi terhadap kepentingan atau tujuan kelompok dalam hal pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat di operasionalkan sebagai berikut :

a. Sumbangan pemikiran atau ide-ide, merupakan partisipasi berupa buah pemikiran atau pendapat, baik untuk proses perencanaan maupun untuk memperlancar program pembangunan.

b. Bantuan keuangan, merupakan bentuk partisipasi anggota masyarakat yang suka rela menyumbangkan uang untuk pembangunan.

c. Bantuan material, merupakan partisipasi dalam bentuk menyumbangkan bantuan material yang diperuntukkan untuk pembangunan yang bersifat fisik seperti pembangunan masjid, jembatan, perbaikan jalan dan sarana umum lainnya.

d. Bantuan tenaga, merupakan partisipasi masyarakat yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pembangunan.

(46)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya partisipasi masyarakat terhadap proses pembangunan di Kecamatan Tongauna dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

a. Faktor pendukung yang dimaksud adalah segala sesuatu yang sifatnya membantu atau mendukung peran serta masyarakat dalam pembangunan yang ada di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe agar berjalan lancar sesuai dengan yang diinginkan.

b. Faktor penghambat yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi pengganjal atau yang menghalangi keikutsertaan masyarakat di dalam pembangunan yang ada di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.

3. Pelaksanaan pembangunan yaitu menyangkut program pembangunan yang dibiayai anggaran negara, termasuk didalamnya kebijaksanaan serta prosedur yang mendukung keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Adapun pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan masjid di lima desa diwaktu yang berbeda didirikan pada tahun 2010, pembangunan jembatan yang menghubungan antara desa Ambopi dan desa Waworoda jaya yang didirikan pada tahun 2011, perbaikan jalan di Kelurahan Mataiwoi pada tahun 2011, perbaikan kantor Camat dan kantor PKK pada tahun 2012, dan pembangunan beberapa sekolah di Kecamatan Tongauna. 4. Anggaran dan Program Pembangunan

a. Anggaran Pembangunan yaitu menyangkut pembangunan untuk kemajuan dan kemudahan hidup yang biasanya menyangkut hajat hidup orang banyak.

(47)

Contohnya pembangunan jalan raya, pasar, sekolah, dan sebagainya. Anggaran pembangunan ini berkutat di pembangunan infrastruktur. Anggaran pembangunan tidak selalu ada setiap bulan/tahun, tapi hanya ketika pembangunannya masih berjalan.

b. Program Pembangunan yaitu unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program pembangunan dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program pembangunan maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang di kumpulkan akan di analisis secara kualitatif dan bersifat deskriptif. Pada analisis kualitatif, kata-kata di bangun dari hasil wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk di deskripsikan dan dirangkum.

Analisis tersebut di dukung oleh tabel frekuensi pada beberapa variabel pendukung yang di jadikan indikator dalam penelitian ini. Analisis data untuk memperoleh gambaran tentang kondisi setiap variabel secara tunggal dilakukan

(48)

dengan tabel frekuensi dengan analisis deskriptif dengan menentukan rentang skala. Adapun rumus yang digunakan (Sumber: Pasaribu dalam Suryawan Adib, 2004:73) adalah :

1. Nilai Skor = Frekuensi x Nilai Bobot 2. Rata-rata Skor = Nilai Skor

N

Berdasarkan perhitungan hasil analisis partisipasi masyarakat dan berbagai usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan program pembangunan dapat dilihat dengan menggunakan Rentang Skala Nilai Mutu dengan sebutan sebagai berikut:

1. Tinggi : > 3 2. Sedang : 2 – 3 3. Rendah : < 2

Analisa ini di maksudkan agar temuan-temuan dari berjalan tidaknya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan di lokasi penelitian dapat di kaji lebih mendalam dari fenomena yang ada dapat di gambarkan secara lebih terperinci.

(49)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. Bab ini menguraikan tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa.

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Tongauna

Kecamatan Tongaunadulunya merupakanKecamatan Abuki yang terdiri dari 35 desa dan 5 kelurahan yaitu Kelurahan Puosu, Kel.Sendang Mulia Sari, Kel. Mekar Sari, Kel. Mataiwoi, Kel. Tongauna, desaAsao, Sanuanggamo, Puundompi, Ambopi, Waworoda Jaya, Lalonggowuna, Olua Ao, Momea, Anggohu, Ambepulu, Andeposandu, Olo Onua, Nambeaboru, Barowila, Andalambe, Arubia, Kumapo, Walay, Epeea, Kasuwura, Sambeani, Punggaluku, Abuki, Asolu, SP A, SP B, SP C, SP D, SP E, Alosika, Garuda, Asinua Tua, Latoma Tua, Tongalino, dan Laramo.

Setelah terjadinya pemekaran, Kecamatan ini membentuk menjadi Kecamatan baru yaitu Kecamatan Tongaunayang mencakup 15 desa dan 5 kelurahan yakni Kelurahan Puosu, Kel.Sendang Mulia Sari, Kel. Mekar Sari, Kel. Mataiwoi, Kel. Tongauna, desa Asao, Sanuanggamo, Puundompi, Ambopi, Waworoda Jaya, Lalonggowuna, Olua Ao, Momea, Anggohu, Ambepulu, Andeposandu, Olo Onua, Nambeaboru, Barowila, Andalambe. Kecamatan Tongaunapada saat itu terbentuk pada tahun 2008 dengan sebab kepadatan

(50)

penduduk saat itu yang terlalu banyak, selain alasan luas wilayah serta keinginan masyarakat yang telah dimusyawarakan dan di sepakati bersama dengan alasan mendasar untuk pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga issu pemekaran yang di dengungkan akan mencapai tujuannya dan tidak akan terhenti pada kepentingan politik semata.

4.1.2 Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Tongauna

Kecamatan Tongauna dengan ibu kotanya kelurahan Tongauna, berjarak 73 km dari kota Kendari, terletak pada 3049.406 LS dan 121000.419 BT. Kecamatan Tongauna mempunyai batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Unaaha dan Kecamatan Anggaberi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Uepai  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Abuki

Kecamatan Tongauna memiliki luas sebesar 22.377 Ha atau 3.35 persen dari luas Kabupaten Konawe. Desa dengan luas wilayah Kecamatan Tongauna dan yang terkecil adalah Desa Andalambe dengan luas 130 Ha atau 0.58 persen dari luas wilayah kecamatan.

(51)

Tabel 4.1

Luas wilayah (Ha) dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2014

No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

1 Puosu 1.098 4,91

2 Sendang Mulia Sari 474 2,12

3 Mekar Sari 546 2,44 4 Mataiwoi 535 2,39 5 Tongauna 6.212 27,76 6 Asao 3.200 14,3 7 Sanuanggamo 301 1,35 8 Puundompi 696 3,11 9 Ambopi 402 1,8 10 Waworoda Jaya 265 1,18 11 Lalonggowuna 3.748 16,75 12 Olua Ao 296 1,32 13 Momea 1.553 6,94 14 Anggohu 327 1,46 15 Ambepulu 428 1,91 16 Andeposandu 375 1,68 17 Olo Onua 250 1,12 18 Nambeaboru 244 1,09 19 Barowila 1.298 5,8 20 Andalambe 130 0,58 Jumlah 22.377 100 Sumber: Desa/Lurah

(52)

Tabel 4.2

Jarak Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi dengan Desa/Kelurahan Tahun 2014

No Desa/Kelurahan Jarak Ke Ibukota (Km)

Kecamatan Kabupaten Provinsi

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Puosu 4,1 2,5 78,4

2 Sendang Mulia Sari 5,4 1,3 77,7

3 Mekar Sari 6,5 2,1 79,2 4 Mataiwoi 2,6 5,1 82,3 5 Tongauna 0,4 7,0 84,2 6 Asao 1,8 8,2 86,2 7 Sanuanggamo 7,4 14,4 97,7 8 Puundompi 7,4 14,4 97,7 9 Ambopi 7,2 14,2 97,2 10 Waworoda Jaya 6,8 13,8 94,6 11 Lalonggowuna 3,1 9,2 90,2 12 Olua Ao 7,1 14,1 97,6 13 Momea 4,2 10,1 83,6 14 Anggohu 7,2 14,1 94,6 15 Ambepulu 4,4 2,9 78,1 16 Andeposandu 0,89 7,3 85,8 17 Olo Onua 8,0 15,0 96,0 18 Nambeaboru 11,2 17,0 90,1 19 Barowila 11,9 18,0 99,9 20 Andalambe 8,9 14,6 94,8 Sumber: Desa/Lurah

(53)

Gambar 2

Persentase Luas Wilayah Terhadap Kecamatan Tahun 2014

Sumber: Desa/Lurah 4.1.3 Pemerintahan

Pemerintah dapat diartikan sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta Undang-Undang diwilayah tertentu. Wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Tongauna berkedudukan Kelurahan Tongauna yang terdiri dari desa/Kelurahan yaitu 5 kelurahan dan 15 desa definitif. 1% 3% 2% 1% 17% 1% 7% 2% 2% 1% 1% Gambar 2

Persentase Luas Wilayah Terhadap Kecamatan Tahun 2014

Sumber: Desa/Lurah 4.1.3 Pemerintahan

Pemerintah dapat diartikan sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta Undang-Undang diwilayah tertentu. Wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Tongauna berkedudukan Kelurahan Tongauna yang terdiri dari desa/Kelurahan yaitu 5 kelurahan dan 15 desa definitif. 5% 2% 2% 2% 28% 15% 1% 6% 1% Puosu

Sendang Mulia Sari Mekar Sari Mataiwoi Tongauna Asao Sanuanggamo Puundompi Ambopi Waworoda Jaya Lalonggowuna Olua Ao Momea Anggohu Andeposandu Olo Onua Nambeaboru Barowila Andalambe Gambar 2

Persentase Luas Wilayah Terhadap Kecamatan Tahun 2014

Sumber: Desa/Lurah 4.1.3 Pemerintahan

Pemerintah dapat diartikan sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta Undang-Undang diwilayah tertentu. Wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Tongauna berkedudukan Kelurahan Tongauna yang terdiri dari desa/Kelurahan yaitu 5 kelurahan dan 15 desa definitif.

Puosu

Sendang Mulia Sari Mekar Sari Mataiwoi Tongauna Asao Sanuanggamo Puundompi Ambopi Waworoda Jaya Lalonggowuna Olua Ao Momea Anggohu Andeposandu Olo Onua Nambeaboru Barowila Andalambe

(54)

Dua desa yang baru definitif adalah Desa Barowila hasil pemekaran dari Desa Asao, dan Desa Andalambe hasil pemekaran dari Desa Momea, yang keduanya definitif pada tahun 2014. Dari setiap desa/kelurahan terdiri antara 3 sampai 5 dusun/lingkungan dengan membawahi antara 6 sampai 10 RT. Data lengkap jumlah dusun/lingkungan dan RT setiap desa/kelurahan terdapat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Pembagian Wilayah Administratif Pemerintahan menurut Desa/Kelurahan Tahun 2014

Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Puosu 5 10 15

Sendang Mulia Sari 5 10 15

Mekar Sari 4 8 12 Mataiwoi 4 8 12 Tongauna 3 6 9 Asao 3 6 9 Sanuanggamo 3 6 9 Puundompi 3 6 9 Ambopi 3 6 9 Waworoda Jaya 3 6 9 Lalonggowuna 3 6 9 Olua Ao 3 6 9 Momea 3 6 9 Ambepulu 3 6 9 Anggohu 3 6 9 Andeposandu 3 6 9 Olo Onua 3 6 9 Nambeaboru 3 6 9 Barowila 3 6 9 Andalambe 3 6 9 Jumlah 67 134 201 Sumber:Desa/Lurah

(55)

4.1.4 Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Tongauna tahun 2011 sebanyak 15.785 jiwa. Penduduk Kecamatan Tongauna pada tahun 2014 berjumlah 16.667 jiwa, mengalami kenaikan sebesar 882 jiwa.Secara umum, kepadatan penduduk Kecamatan Tongauna mengalami peningkatan dari 72,51 jiwa per kilometer persegi tahun 2013 menjadi 74,48 jiwa pada tahun 2014. Jumlah rumah tangga sebesar 3.676 rumah tangga dengan rata-rata 4-5 orang per rumah tangga.

Dari 16.667 jiwa penduduk Kecamatan Tongauna, sebanyak 8.732 (52,42 persen) adalah laki-laki dan 7.935 (47,58 persen) adalah perempuan. Berarti jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kecamatan Tongauna adalah sebesar 110,86. Artinya jika terdapat 100 penduduk perempuan maka terdapat 110 penduduk laki-laki.

Tabel 4.4

Kondisi Demografis Kecamatan Tongauna Tahun 2013-2014

Kategori Tahun

2013 2014

Penduduk 16.226 16.667

laki-Laki 8.506 8.732

Perempuan 7.720 7.935

Rasio Jenis Kelamin 110,18 110,86

Rumah Tangga 3.548 3.676

Kepadatan(Jiwa/Km2) 72,51 74,48

Penduduk Per RT 4,51 4,54

Sumber: BPS Konawe, proyeksi Supas SP 2011

Berdasarkan tingkat usia, penduduk dapat dibagi atas anak-anak (dibawah usia 15 tahun), lanjut usia (65 tahun keatas) dan dewasa anak-anak dan lanjut usia disebut kelompok usia tidak produktif, sedangkan dewasa (15 tahun s.d 64 tahun)

(56)

disebut kelompok usia produktif. Perbandingan penduduk produktif dan tidak produktif merupakan angka ketergantungan (dependency ratio). Rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.

Pada tahun 2014, komposisi penduduk anak-anak sekitar 35,14 persen atau 5.702 jiwa, penduduk dewasa 61,43 persen atau 9.967 jiwa dan penduduk usia lanjut sekitar 3,43 persen atau 571 jiwa. Dengan demikian Angka Beban Ketergantungan sebesar 62,8 persen. Artinya dalam 100 penduduk produktif masih dibebani oleh sekitar 62 hingga 63 penduduk tidak produktif.

Tabel 4.5

Struktur Umur Penduduk Kecamatan TongaunaTahun 2014

Kelompok Umur L P Jumlah

0-14 tahun 3.098 2.760 5.858

65 tahun + 289 282 571

Usia non Produktif 3.387 3.042 6.429

15-64 tahun 5.283 4.893 10.238

Usia Produktif 5.283 4.893 10.238 Sumber: BPS Konawe, proyeksi Supas SP 2011

(57)

Tabel 4.6

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) 00-04 1.075 952 2.027 05-09 1.065 951 2.016 10-14 958 857 1.815 15-19 804 724 1.528 20-24 712 677 1.389 25-29 780 718 1.498 30-34 697 646 1.343 35-39 628 575 1.203 40-44 515 474 989 45-49 414 380 794 50-54 352 325 677 55-59 264 206 470 60-64 179 168 347 65-69 127 115 242 70-74 81 85 166 75 + 81 82 163 Jumlah 8.732 7.935 16.667

Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe 4.1.5 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan sebagai faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan mutlak untuk kemajuan suatu daerah.

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah partisipasi murid untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi semakin berkurang. Rasio guru per sekolah menunjukkan rata-rata banyaknya guru untuk satu sekolah. Jumlah tenaga pengajar yang ada sudah cukup memadai.

(58)

Tabel 4.7

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014 Tingkat Sekolah Sekolah Guru PNS GTT Murid

(1) (2) (3) (4) (5)

TK 7 9 26 324

SD 18 104 96 2.325

SMP 5 28 65 693

SMA 2 23 39 652

Sumber: Dinas Cabang Pendidikan Nasional Kecamatan Tongauna

Seperti tabel diatas dapat dilihat bahwa di wilayah Kecamatan Tongauna terdapat 7 unit Taman Kanak-kanak dan diketahui mempunyai murid sebanyak 324 orang. 18 unit Sekolah Dasar dimana mempunyai murid sebanyak 2.325 orang. 5 unit Sekolah Menegah Pertama dan mempunyai murid sebanyak 693 orang dan 2 Unit Sekolah Menengah Atas yang mempunyai murid sebanyak 652 orang.

Tabel 4.8

Jumlah Guru Per Sekolah, Murid Per Sekolah dan Murid Per Guru Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014

Tingkat Sekolah Guru Per Sekolah Murid Per Sekolah Murid Per Guru (1) (2) (3) (4) TK 5 36 9,26 SD 11,11 129,17 11,63 SMP 16,6 136,6 7,28 SMA 31 326 10,58

(59)

Tabel 4.9

Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan TongaunaTahun 2014

No Desa/Kel. Jumlah Sekolah Ket.

TK SD SMP SMA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Puosu - 1 1 SLTP Swasta

2 Sendang Mulia Sari 1 1 1 1 SMK

3 Mekar Sari - 2 - -4 Mataiwoi - 1 - -5 Tongauna 2 2 - -6 Asao 1 1 1 -7 Sanuanggamo 1 2 - -8 Puundompi - 1 - -9 Ambopi - 1 -

-10 Waworoda Jaya 1 2 1 - Tsanawiah

11 Lalonggowuna 1 - 1 12 Olua Ao - - - -13 Momea - 1 - -14 Anggohu - - - -15 Ambepulu - 1 - -16 Andeposandu - - -17 Olo Onua - - 1 -18 Nambeaboru 1 1 - -19 Barowila - - - -20 Andalambe - - - -Jumlah 7 18 5 2

Sumber:UPTD Pendidikan Kecamatan Tongauna

SMP terdapat di Desa Asao, Sendang Mulia Sari dan Desa Olo Onua. Terdapat pula satu SLTP Swasta di Kelurahan Puosu, serta satu Madrasah Tsanawiah Swasta di Desa Waworoda Jaya. Terdapat tujuh taman kanak-kanak (TK) yang berkedudukan di Desa Sendang Mulia Sari, Tongauna, Asao, Sanuanggamo, Waworoda Jaya dan Nambeaboru.

(60)

Partisipasi sekolah untuk umur 13 tahun keatas masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah di Kecamatan Tongauna adalah delapan tahun. Sehingga program wajib belajar 9 tahun belum terlaksana dengan baik.

4.1.6 Ketenagakerjaan

Bidang ketenagakerjaan merupakan masalah nasional akhir-akhir ini yang sangat menonjol karena banyak penduduk yang memasuki pasar kerja. Dalam hal ini, pencari kerja tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja.Kecamatan Tongauna memiliki berbagai sumber mata pencaharian.

Sebagian besar penduduk Kecamatan Tongauna petani tanaman pangan yang mencapai 76,72 persen disusul petani tanaman perkebunan sebesar 4,40 persen. Tidak ada penduduk yang bekerja pada sektor industri besar maupun nelayan. Hal ini disebabkan tidak adanya industri besar di wilayah Kecamatan dan bukan merupakan daerah laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(61)

Tabel 4.10

Sumber Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan TongaunaTahun 2014

No Desa/Kel. Orang %

1 Petani Tanaman Pangan 8.657 76,72

2 Petani Tanaman Perkebunan 497 4,40

3 Nelayan -

-4 Peternakan 90 0,80

5 Pedagang 451 4,00

6 Industri Mikro Kecil 262 2,32

7 Industri Mikro Besar -

-8 Angkutan Darat 80 0,71 9 PNS 327 2,90 10 POLRI-TNI 76 0,67 11 Pensiunan PNS/POLRI/TNI 69 0,61 12 Buruh Perkebunan 159 1,41 13 Jasa-Jasa 53 0,47 14 Pertukangan 352 3,12 15 Perbengkelan 77 0,68 16 Wiraswasta 99 0,88 17 Lain-Lain 35 0,31 Jumlah 11.284 100,00

Sumber: Kantor Camat Tongauna 4.1.7 Agama

Agama merupakan hak asasi manusia dan diberikan kebebasan untuk menganut agama menurut kepercayaan masing-masing dan di Kecamatan Tongauna terdapat beberapa agama diantaranya Islam, Kristen, adapun Kristen terbagi atas Kristen Katolik dan Kristen Protestan, dan Hindu.

4.1.8 Suku

Dilihat dari jenis suku bangsa, penduduk yang mendiami Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe cukup beragam, seperti suku Tolaki, suku Jawa, suku Bugis, suku Bali dan lain-lain yang berdomisili di Kecamatan Tongauna.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan secara eksperimental, dikarenakan menggunakan jurnal ilmiah dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi, kemudian dilakukan pengembangan dengan

Ketentuan ini harus dilaksanakan oleh seorang suami apabila hendak tetap melanjutkan perceraian karena ini merupakan konsekuensi yang harus mereka terima

Pendekatan (approach), menurut Joni (1991) dalam Rianto (2006:4), menunjukan cara umum dalam memandang permasalahaan atau objek kajian, sehingga berdampak pada permasalahan atau

Apabila jumlah yang berhubungan dengan sebuah transaksi dimasukkan ke dalam sistem database dengan benar, maka jumlah tersebut hanya perlu disimpan sekali saja, bukan dua

Faktor perilaku dalam hal ini menyangkut kebersihan perorang seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum menyuapi anak, sebelum makan, setelah buang air besar, serta

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus

Menurut William pendekatan kualitatif adalah “pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti

tindakan otoritatif, dan Keikutsertaan pemerintah – pemerintah daerah. Kedua , demokratisasi dibidang pemerintahan diwujudkan dengan desentralisasi kekuasaan secara..